Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU “


Diajukan Sebagai Salah SatuTugas
Mata Kuliah konsep dasar bahasa dan sastra Indonesia

Kelompok 2
1. PERNANDO JEFRI OKTA 1803011062
2. SUCI LESTARI 1803011074
3. VIKA AHIMATUN 1803011083
4. NURSINTA RAHAYU 1803011058

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
DHARMASRAYA
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Penggunaan Kata Baku dan Tidak
Baku dalam Bahasa Indonesia” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia .
Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan terima kasih kepada bapak
Octo Dendy Andriyanto selaku dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun tetap mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam penyusunan makalah
selanjutnya.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. 2

BAB I. 3
PENDAHULUAN.. 3

Latar Belakang. 3

Rumusan Masalah. 4

Tujuan. 4

BAB II. 5

PEMBAHASAN.. 5

Pengertian Bahasa Baku. 5

Pengertian Bahasa Tidak Baku. 8

Pengertian Bahasa Indonesia Baku. 8

Pengertian Bahasa Indonesia Tidak Baku. 9

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku. 9

Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa. 11

BAB III. 19

PENUTUP. 19

Kesimpulan. 19

DAFTAR PUSTAKA.. 20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai
oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia. Cikal
bakal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara berawal dari pernyataaan
sikap politik pemuda nusantara dengan ikrar sumpah pemuda. Dalam kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, disamping menjadi alat komunikasi antar etnis yang
mempunyai bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia juga
telah menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan antar etnis di Indonesia. Oleh
karena itu pengetahuan tentang bahasa baku cukup penting untuk mempelajari bahasa
Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik
dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan
mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam
bahasan Indonesia itu ada yang disebut bahasa baku. Dimana bahasa baku merupakan standar
penggunaan bahasa yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Istilah bahasa baku telah dikenal
oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka
memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti
bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa
yang baik dan benar

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa baku?
2. Apa yang dimaksud dengan bahasa tidak baku?
3. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku?
4. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia tidak baku?
5. Apa ciri-ciri bahasa Indonesia baku?
6. Bagaimana pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
7. Apa contoh-contoh kesalahan berbahasa?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari bahasa baku
2. Mengetahui pengertian bahasa tidak baku
3. Mengetahui pengertian bahasa Indonesia baku.
4. Mengetahui pengertian bahasa Indonesia tidak baku.
5. Dapat menjelaskan ciri-ciri bahasa Indonesia baku.
6. Mengetahui pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
7. Mengetahui contoh-contoh kesalahan berbahasa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa Baku

Bahasa baku ialah satu bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan
fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang
paling betul” bagi sesuatu bahasa.

Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan
diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan
norma bahasa dan penggunaannya.

Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa
yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan disepakati
penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.

Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh
karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau
yang menjadi standar. Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk memahami
konsep yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling menyatu,
yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas di bawah ini.

Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi diartikan
sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di
dalam berbahasa (Alwasilah, 1985 :121). Masalah kodifikasi berkait dengan masalah
ketentuan atau ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa pedoman
tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah. Kode kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan
juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu berkeseragaman. Keseragaman kode
kebahasaan diperlukan bahasa baku agar efisien, karena kaidah atau norma jangan berubah
setiap saat. Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi
pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa. Perbedaan
ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan demikian
kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam pemakaian bahasa baku.

Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa.
Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini bahasa
baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa
baku.

Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara
luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan kode
pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.

Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris
dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius
Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa
yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat
secara luas.

bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu
(1991 : 8).

Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran
teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan
kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar.
Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali.
Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah
kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.

Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan
kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa baku sebenanya merupakan bahasa yang
digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks
penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan
pengungkapan gagasan secara tepat.

B. Pengertian Bahasa Tidak Baku

Istilah bahasa tidak baku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa
nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”,
“ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.

Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu
variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam
pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).

Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai
kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai
oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).

Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda
pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard, Jhon, dan
Heidi dalam Barus 2014:7)

Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak
memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang
berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan
tidak resmi.
Pengertian Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya
telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat
Indonesia secara luas.

Contoh pada Undang-undang dasar :

Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dari beberapa kalimat dalam undang-undang tersebut menunjukkan bahasa baku, dan
merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.

Pengertian Bahasa Indonesia Tidak Baku

Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak
dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara
luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku

Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku telah dibuat oleh para pakar
bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain Harimurti Kridalaksana,
Anton M. Moeliono, dan Suwito.

Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku itu dijelaskan di bawah ini
setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh para pakar tersebut.

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut :

Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif
bebas atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.

Misalnya : kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / keterampilan

Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi bahasa
Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.

Misalnya:

Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.

Kuliah sudah berjalan dengan baik.


Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di
dalam kalimat.

Misalnya:

Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.

Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara
jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Bacalah buku itu sampai selesai!

Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?

Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.

Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan
secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:

Saya bertemu dengan adiknya kemarin.

Ia benci sekali kepada orang itu.

Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis
secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.

Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.

Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.

Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.

Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis
secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:

Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.

Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.

Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.

Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:
Surat Anda sudah saya baca.

Kiriman buku sudah dia terima.

Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau
diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

saudaranya

dikomentari

mengotori

harganya

Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku
ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:

Kepala Kantor pergi keluar negeri.

Rumah orang itu bagus.

Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap
sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam kalimat.

Misalnya:

Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data


dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.

Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas
dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:

Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi,
tidak begini, begitu, silakan.

Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata,
kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.

Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman
Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64)

Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa


Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar.
Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang dari norma
baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa.

Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang
berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan
kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa,
dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan
dasar ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif
karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik
karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara
tertulis maupun terucap.

Bahasa tidak baku adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode
bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Tasai, S. Amran. 1948. Pelajaran Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Zodarmanto, M.
1977. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.
Moeliono, Anton M. 1975. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra. Bandung: Angkasa.

Suherianto, 1981, Kompas Bahasa, Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar,
Widya Duta, Surakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai