‘’BAHASA BAKU’’
DISUSUN OLEH :
DEWANGGA KRISNA AJI PRATAMA
YUNITA DJ. TUYE
TRI WAHYUNI
WAHYUNITA ARNAENI
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Bahasa Indonesia” ini dengan baik.
Adapun tujuan kami menulis makalah ini yaitu agar kita mengetahui mengenai bahasa
Indonesia baku serta penggunaannya baik di dalam proses pembelajaran maupun di dalam
kehidupan sehari-hari.
Tidak ada manusia yang sempurna. Kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan
yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata bahasa di dalam makalah ini. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah kami. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
\ DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN
a. latar belakang masalah
BAB 2 PEMBAHASAN
a. pengertian bahasa baku
b. pengertian bahasa tidak baku
c. pengertian bahasa indonesia baku dan tidak baku
d. fungsi bahasa baku
e. fungsi bahasa tidak baku
f. ciri-ciri bahasa baku dan tidak baku
g. pemakaian bahasa indonesia baku dan tidak baku dengan benar
h. contoh bahasa indonesia baku dan tidak baku
i. contoh kalimat baku dan tidak baku
j. contoh-contoh kesalahan berbahasa
BAB 3 PENUTUP
a. kesimpulan
b. saran
BAB I
PENDAHULUAN
Ragam baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan
atuuran yang tetap. Baku dan standar tidak dapat berubah setiap saat. Ragam baku
dalam penulisan laporan, karangan ilmiah, undangan, percakapan teleponperlu di
kembangkan lebih lanjut. Ciri kedua yang menandai bahasa baku ialah sifat
kecendekiannya. Perwujudannya dalam kalimat, paragraphdan satuan bahasa lain yang
lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis dan masuk
akal. Proses kecendekiannya bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan
teknologi modern, yang umumnya masih bersumber pada bahasa asing, hal ini harus
dapat di lakukan lewat ragam baku bahasa Indonesia. Proses pembakuan sampai pada
taraf tertentu seperti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamanan ragam bahasa,
atau penyeragaman variasi bahasa. Itulah ciri ketiga bahasa yang baku. Setelah
mengenali ketiga ciri umum yang melekat pada ragam standar bahasa kita, baiklah kita
beralih kepembicaraan tentang lajunya proses pembakuan di bidang ejaan, kosa kata,
dan tata bahasa sampai kini.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam
bahasa Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan
oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague
School. Pada 1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa
baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah
dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara
luas.
Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan ketetapannya
telah ditentukan oleh negara. Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap
saat. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Berdasarkan teori, bahasa
baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan
sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada
bahasa percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku
lebih sering digunakan pada sistem pendidikan negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan
juga pada semua konteks resmi. Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih
banyak orang yang menggunakan bahasa tidak baku dan sesuka hati.
Berdasarkan pengertian di atas, bahasa baku adalah bahasa standar yang benar
dan digunakan oleh suatu masyarakat pada suatu negara. Bahasa baku atau standar itu
harus diterima dan berterima bagi masyarakat bahasa.
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:15) bahasa baku mendukung empat fungsi,
yaitu:
1. Fungsi pemersatu. Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap
masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat berkomunikasi dengan
masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku memperhubungkan semua penutur
berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka
menjadi satu masyarakat bangsa.
2. Fungsi pemberi kekhasan. Suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari bahasa yang
lain. Melalui fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional
masyarakat bahasa yang bersangkutan.
3. Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau
prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai
kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku
sendiri. Penutur atau pembicara (masyarakat) yang mahir berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain.
4. Fungsi kerangka acuan. Sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya
norma dan kaidah (yang dikodifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolak
ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau golongan.
Bahasa baku menghubungkan semua penutur berbagai dialeg bahasa itu. Dengan
demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan
meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh masyarakat itu.
Fungsi pemberi kekhasan yang di lembah oleh bahasa baku membedakan bahasa itu dari
bahasa yang lain. Karena fungsi itu, bahasa baku membedakan bahasa itu dari bahasa yang
lain. Karena fungsi itu, bahasa baku membedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena
fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa
yang bersangkutan. Yang jelas ialah pendapat orang banyak bahwa bahasa Indonesia lain
dari pada bahasa Malaysia, serta lain dari bahasa melayu di Singapura atau Brunai. Bahkan
bahasa Indonesia di anggap sudah jauh berbeda dari bahasa melayu Riau-Johor yang
menjadi induknya.
Ahli bahasa dan khalayak ramai di Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa
perkembangan bahasa Indonesia dapat di jadikan teladan bagi bangsa lain di Asia Tenggara
(dan mungkin di afrika) yang juga memerlukan bahasa yang modern.
Bahasa baku selanjutnya berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa
dengan adanya norma dan kaidah (yang di kodifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah itu yang
menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa orang seorang atau golongan.
Dengan demikian, penyimpangaan dari norma dan kaidah bahasa dapat di nilai.
Pembakuan bahasa dapat di selenggarakan oleh badan pemerintah yang resmi atau oleh
organisasi swasta. Di Indonesia ada badan pemerintah yang di tugasi untuk penanganan
pembakuan bahasa. Namanya pusat pembinaan dan pengembangan bahasa.
Ejaan atau tata cara menulis, bahasa Indonesia dengan huruf latin untuk ketiga kali di
bakukan secara resmi pada tahun 1972, setelah berlakunya ejaan Van Ophuijsen (1901),
dan ejaan Soewandi (1947). Pada tahun 1975 di keluarkan pedoman umum ejaan yang di
sempurnakan yang menguraikan kaidah ejaan yang baru secara terperinci dan lengkap. Jika
kita menerapkan patokan pembakuan yang terurai di atas, maka dapat di kemukakan
pendapat bahwa kaidah ejaan kita sudah seragam, dasar penyusunannya memenuhi syarat
kecendekiaan, tetapi pelaksanaannya belum mantap. Mengingat jumlah variasi pelafalan,
atau pengucapan, bahasa indonesia yang di izinkan atau di terima itu sangat besar,
akibatnya banyak ragam kedaerahan, pelaksanaan ejaan yang baku menjamin kemudahan
proses pemahaman di antara semua penutur yang terbesar di pulauan kita. Apapun
lafalkata mengacu pada `mobil tumpangan yang dapat membuat orang banyak`di panuli,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Atau Minahasa, hendaknya di sepakati agar ejaannya yang baku
ialah bus dan bukan bis.
Sebagaimana di katakan di atas, lafal bahasa indonesia banyak coraknya. Kita tidak bisa
berhadapan dengan ragam kedaerahan., tetapi juga dengan ragam orang yang kurang
pendidikan, yang fonologi bahasanya berbeda. Jika di tinjau dari sudut pembakuan, kita
dapat mengambil dua sikap. Yang pertama didukung oleh anggapan berbagai lafal yang ada
dibiarkan selama lafal itu, ternyata tidak mengganggu arus perhubungan kebahasaan
diantara penuturnya.
Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun
nonbaku saling mendukung dan saling berkait. Tidaklah logis ada pemakaian bahasa
Indonesia yang baik, tetapi tidak benar. Atau tidaklah logis ada pemakaian bahasa yang
benar tetapi tidak baik. Oleh karena itu, konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang
baik harus juga merupakan pemakaian bahasa yang benar atau sebaliknya.
Kita sering kesulitan menentukan kata yang baku dan kata yang tidak baku. Berikut
ini adalah daftar kata-kata baku bahasa Indonesia yang disusun secara alfabetis.
2. Kalimat Baku
1. Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
2. Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
3. Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B.
6. Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengembangan kota.
J. Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang
pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang
dari norma baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa.
Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah
bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh
menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran
bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).
Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa,
baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut
mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi
bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi
pada penulisan-penulisan ilmiah.
Salah Benar
Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa
Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam bahasa Karo
(Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena tuturan
yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya adalah “makanan
teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka
seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa
Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa
lain (Bahasa Inggris) ke'dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter” yang
memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat
(4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata
tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.
Selain dari contoh diatas juga masih banyak lagi contoh-contoh dan jenis-jenis kesalahan
berbahasa yang tidak dapat dapat pemakalah sampaikan pada makalah ini.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan. Dengan bahasa
manusia dapat menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain. Pada bahasa terdapat dua
ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa nonbaku. Bahasa baku merupakan bahasa
standar atau pokok yang digunakan oleh masyarakat pada suatu negara. Sedangkan bahasa
nonbaku adalah bahasa yang berbeda dengan struktur atau gaya baku, dan biasanya
digunakan pada lingkungan atau keadaan tidak resmi.
Bahasa Indonesia juga memiliki bahasa baku dan nonbaku. Bahasa Indonesia baku pada
umumnya sesuai dengan pola SPOK dan biasanya dipelajari di sekolah dan digunakan pada
lingkungan dan keadaan yang resmi. Begitupun dengan bahasa Indonesia nonbaku. Masing-
masing bahasa baku dan nonbaku memiliki fungsi dan ciri yang berbeda. Baik itu bahasa
Indonesia baku dan nonbaku sebaiknya digunakan dan dipakai dengan benar.
b. Saran
Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang
adalah tempat salah dan dosa dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga
mengucapkan terima kasih atas dosen mata kuliah bahasa indonesia yang telah memberi
kami tugas kelompok demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.