Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGGUNAAN BAHASA

INDONESIA BAKU DAN TIDAK BAKU

KATA  PENGANTAR

            Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena  berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Bahasa Indonesia” ini dengan
baik. Kami juga sangat berterima kasih kepada Bu Ino Cahyaningtyas  yang telah
membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
Adapun tujuan kami menulis makalah ini yaitu agar kita mengetahui mengenai bahasa
Indonesia baku serta penggunaannya baik di dalam proses pembelajaran maupun di dalam
kehidupan sehari-hari.
Tidak ada manusia yang sempurna. Kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan
yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata bahasa di dalam makalah ini. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah kami.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Banyuwangi, 5 oktober 2020


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah


Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan
istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna
istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat
berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. Mereka tidak mampu
membedakan antara bahasa yang baku dan yang nonbaku. Pateda (Alwi, 1997:30)
mengatakan bahwa, “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku.
Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku.”
Slogan “Pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah
diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak
berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan
bahasa baku. Demikian juga, masih ada cibiran bahwa bahasa baku itu hanya buatan
pemerintah agar bangsa ini dapat diseragamkan dalam bertindak atau berbahasa. “Manakah
ada bahasa baku, khususnya bahasa Indonesia baku? “Manalah ada bahasa Indonesia lisan
baku”? “Manalah ada masyarakat atau orang yang mampu menggunakan bahasa baku itu,
sebab mereka berasal dari daerah.’’ Atau mereka masih selalu dipengaruhi oleh bahasa
daerahnya jika mereka berbahasa Indonesia secara lisan. Dengan gambaran kondisi yang
demikian itu, di dalam bab ini dibahas tentang pengertian bahasa baku, pengertian bahasa
nonbaku, pengertian bahasa Indonesia baku, fungsi pemakaian bahasa baku dan bahasa
nonbaku. Terakhir, akan dibahas tentang ciri-ciri bahasa baku dan bahasa nonbaku, serta
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Bahasa Baku


            Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang dapat menghubungkan seseorang
dengan yang lainnya. Keraf (2005:54) menyebutkan dua pengertian bahasa. Pengertian
pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem
komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Pada kaidah bahasa Indonesia terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa tidak
baku.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa
Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem
Mathesius pada 1926. Ia termasuk  pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada
1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu.
Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi,
diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan ketetapannya telah
ditentukan oleh negara. Baku berarti  bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat. Baku
atau standar beranggapan adanya keseragaman. Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan
bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam
masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan
maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan pada
sistem pendidikan negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan juga pada semua konteks resmi.
Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang menggunakan bahasa
tidak baku dan sesuka hati.
Berdasarkan pengertian di atas, bahasa baku adalah bahasa standar yang benar dan
digunakan oleh suatu masyarakat pada suatu negara. Bahasa baku atau standar itu harus
diterima dan berterima bagi masyarakat bahasa.

B.  Pengertian Bahasa Tidak Baku


Bahasa nonbaku adalah ragam bahasa yang berkode berbeda dengan kode bahasa
baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam bahasa nonbaku dipakai pada
situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar, dan tulisan pribadi buku harian. Ragam
bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan
sehari-hari terutama dalam percakapan.
C.  Pengertian Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk
bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh
masyarakat Indonesia secara luas. Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa
Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model
masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.

D.  Fungsi Bahasa Baku


Menurut Hasan Alwi, dkk  (2003:15) bahasa baku mendukung empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi pemersatu. Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap
masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat berkomunikasi dengan
masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai
dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu
masyarakat bangsa.
2. Fungsi pemberi kekhasan. Suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari bahasa
yang lain. Melalui fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional
masyarakat bahasa yang bersangkutan.
3. Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau
prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan
dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri. Penutur atau
pembicara (masyarakat) yang mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh
wibawa di mata orang lain.
4. Fungsi kerangka acuan. Sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan
adanya norma dan kaidah (yang dikodifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolak
ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau golongan.

E.  Fungsi Bahasa Tidak Baku


Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan santai (tidak
resmi) sehari-hari yang biasanya digunakan pada keluarga, teman, dan di pasar. Fungsi
penggunaan bahasa nonbaku adalah untuk mengakrabkan diri dan menciptakan kenyamanan
serta kelancaran saat berkomunikasi (berbahasa).

F.  Ciri-ciri Bahasa Baku dan Tidak Baku


1. Ciri Bahasa Baku
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu:
a.       Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang
tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
b.      Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain
yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk
akal.
c.       Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan sampai taraf
tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau
penyeragaman variasi bahasa.
2.      Ciri-ciri lain bahasa baku adalah:
a.       tidak terpengaruh bahasa daerah;
b.      tidak dipengaruhi bahasa asing;
c.       bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari;
d.      pemakaian imbuhannya secara eksplisit;
e.       pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat;
f.       tidak terkontaminasi dan tidak rancu.

3.      Ciri Bahasa Tidak Baku


Bahasa nonbaku juga memiliki ciri khas yaitu:
1.      walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti yang sama.
2.      dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman.
3.      dapat terpengaruh oleh bahasa asing.
4.      digunakan pada situasi santai/tidak resmi.

G. Pemakaian Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku dengan Baik dan Benar
Bahasa Indonesia baku dan nonbaku mempunyai kode atau ciri bahasa dan fungsi
pemakaian yang berbeda. Kode atau ciri dan fungsi setiap ragam bahasa itu saling berkait.
Bahasa Indonesia baku berciri seragam, sedangkan ciri bahasa Indonesia nonbaku beragam.
Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap baku
adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar. Dengan demikian, pemakaian bahasa
Indonesia baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa atau
gramatikal bahasa baku.

Sebaliknya, pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan benar adalah pemakaian


bahasa yang tidak mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal baku, melainkan kaidah
gramatikal nonbaku. Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik adalah pemakaian
bahasa Indonesia yang mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa baku.
Pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan baik adalah pemakaian bahasa yang tidak
mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa Indonesia nonbaku.

Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun
nonbaku saling mendukung dan saling berkait. Tidaklah logis ada pemakaian bahasa
Indonesia yang baik, tetapi tidak benar. Atau tidaklah logis ada pemakaian bahasa yang benar
tetapi tidak baik. Oleh karena itu, konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang baik
harus juga merupakan pemakaian bahasa yang benar atau sebaliknya.
H.  Contoh Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku

Kita sering kesulitan menentukan kata yang baku dan kata yang tidak baku. Berikut
ini adalah daftar kata-kata baku bahasa Indonesia yang disusun secara alfabetis.

No Kata Baku Kata Nonbaku


1. Aktif aktip, aktive
2. Alquran Al-Quran, Al-Qur’an, Al Qur’an
3. Apotek Apotik
4. Azan Adzan
5. Cabai cabe, cabay
6. Daftar Daptar
7. doa do’a
8. efektif efektip, efektive, epektip, epektif
9. elite Elit
10. e-mail email, imel
11. Februari Pebruari, February
12. foto Photo
13. fotokopi foto copy, photo copy, photo kopi
14. hakikat Hakekat
15. ijazah ijasah, izajah
16. izin Ijin
17. jadwal Jadual
18. Jumat Jum’at
19. karena Karna
20. karismatik Kharismatik
21. kreatif kreatip, creative
22. lembap Lembab
23. lubang Lobang
24. maaf ma’af
25. makhluk Mahluk
26. mukjizat mu’jizat
27. napas Nafas
28. nasihat Nasehat
29. objek Obyek
30. provinsi propinsi, profinsi
I.          Contoh kalimat baku dan tidak baku

1.    Kalimat Tidak Baku


1. Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
2. Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya.
3. Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B.
6. Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengembangan kota.

2.     Kalimat Baku


1. Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
2. Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
3. Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B.
6. Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengembangan kota.

J.     Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang
pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang dari
norma baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa.

Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah


bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh
menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran
bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).
Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran
bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa
tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus
dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak
terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah.
Contoh 1:  Kesalahan antarbahasa (interlingual errors)
    Dalam Bahasa Inggris
Salah                                                               Benar
1.      I like do it. I like to do it
2.      Jim doesn’t likes it. Jim doesn’t like it.
3.      I not craying. I am not craying.

    Adapun kesalahan pada contoh satu (1) adalah tidak adanya kata pemisah diantara dua
kata kerja, yaitu like dan do yang seharusnya dipisahkan oleh kata to. Pada contoh dua (2)
kesalahan terjadi karena kesalahan grammar atau tata bahasanya, yaitu apabila sebuah
kalimat itu negatif (ditandai oleh kata doesn’t), maka kata kerja setelahnya (like) tidak boleh
ditambahkan oleh akhiran s atau es dan pada contoh tiga (tiga) kesalahan yang terjadi adalah
tidak terteranya to be (am)atau kata bantu pada kalimat berpola present continous tense.

    Dalam Bahasa Indonesia


Salah Benar
1.      Saya suka nonton bola. 1. Saya suka menonton bola.
2.      Presiden resmikan pabrik baru. 2. Presiden meresmikan pabrik baru.
3.      Bapak ada rumah. 3. Bapak ada di rumah.
    Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan,
kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat
hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.
               
Contoh 2: Kesalahan antarbahasa (interlingual errors)

   adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan B2 yang


mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-proses
internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa
merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen
secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut
juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa
pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2).

Contoh:
Salah                                                          Benar
1.      Dia datang Bandung dari. 1. Dia datang dari Bandung.
2.      Makanan itu telah dimakan oleh saya. 2. Makanan itu telah saya makan.
3.      Tak apalah, it doesn’t matter. 3. Tak apalah, itu bukan masalah.
4.      Te‛nang, bu. 4. Tenang, bu.
Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar
Bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam
bahasa Karo (Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi
karena tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya
adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa
Indonesia, maka seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada
struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya
penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke'dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase
“ It doesn’t matter” yang memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa
Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur
Batak. Huruf “e” pada kata tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.
Selain dari contoh diatas juga masih banyak lagi contoh-contoh dan jenis-jenis
kesalahan berbahasa yang tidak dapat dapat pemakalah sampaikan pada makalah ini.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

            Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan. Dengan bahasa
manusia dapat menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain. Pada bahasa terdapat dua
ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa nonbaku. Bahasa baku merupakan bahasa
standar atau pokok yang digunakan oleh masyarakat pada suatu negara. Sedangkan bahasa
nonbaku adalah bahasa yang berbeda dengan struktur atau gaya baku, dan biasanya
digunakan pada lingkungan atau keadaan  tidak resmi.

Bahasa Indonesia juga memiliki bahasa baku dan nonbaku. Bahasa Indonesia baku
pada umumnya sesuai dengan pola SPOK dan biasanya dipelajari di sekolah dan digunakan
pada lingkungan dan keadaan yang resmi. Begitupun  dengan bahasa Indonesia nonbaku.
Masing-masing bahasa baku dan nonbaku memiliki fungsi dan ciri yang berbeda. Baik itu
bahasa Indonesia baku dan nonbaku sebaiknya digunakan dan dipakai dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Cavi. 2007. Linguistik. (http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2139737-kata-baku-


dan-tidak-baku/#ixzz2LAFl0NSl) dilihat pada hari Kamis, 11 September 2014

Keraf, G. 1991. Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan


Menengah. Jakarta: Gramedia.            

Marmoet. 2010. Bahasa Baku dan Tidak Baku.


(http://marmoet5.blogspot.com/2010/10/bahasa-baku-dan-tidak-baku.html) dilihat pada hari
Kamis, 11 September 2014

https://www.academia.edu/5782653/Makalah_Analisis_Kesalahan_Berbahasa

Anda mungkin juga menyukai