Anda di halaman 1dari 15

FUNGSI BAHASA INDONESIA BAKU

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu Dra. Suryatun,M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Naila Rocha (2120010)
2. Sinta Nur Hidayati (2120014)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI


PRODI AL AHWAL ASSYAHSIYYAH
JURUSAN SYARI’AH KELAS C
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
“Bahasa Indonesia” ini dengan baik. Penulis juga sangat berterima kasih kepada
Dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyusun makalah ini.

Adapun tujuan penulis menulis makalah ini yaitu agar penulis mengetahui
mengenai bahasa Indonesia baku dan nonbaku serta penggunaannya baik di dalam
proses pembelajaran maupun di dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada manusia yang sempurna. Penulis menyadari masih terdapat banyak
kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata bahasa di dalam makalah
ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

28, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR……………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………..……..…………… ii

BAB I PENDAHULUAN……………..……………….……………
A. Latar Belakang……………………….…………………..…………..
B. Rumusan Masalah………………….……………………..……….
C. Tujuan Penulisan…………………………………………..………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….

A. Pengertian Bahasa Baku dan Nonbaku...................................


B. ciri-ciri Bahasa Baku dan Nonbaku... ..............
C. Fungsi Bahasa Baku .........................................

BAB III PENUTUP……………………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………….………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….............
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cikal bakal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
Negara berawal dari pernyataaan sikap politik pemuda nusantara dengan
ikrar sumpah pemuda.Menurut sugono (2007) sikap politik pemuda
nusantara yang menyatakan “menjunjung bahasa persatuan,bahasa
Indonesia “ merupakan pengakuan terhadap banyaknya bahasa di Indonesia
sebanyak 746 bahasa.Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional,disamping menjadi alat komunikasi antar etnik yang mempunyai
bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa pertama,bahasa Indonesia
juga telah menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan antar
etnik di Indonesia.Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara
yang ditetapkan sehari setelah hari proklamasi kemerdekaan republic
Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam pasal36 UUD 1945, sejak saat itu
bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang digunakan dalam mengelola
Negara dalam situasi formal,seperti interaksi dikantor-kantor,disekolah-
sekolah,pidato dan ceramah serta secara tertulis dalam buku. Namun tidak
semua orang menggunakan tatacara atau aturan-aturan yang benar,salah
satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang idak sesuai
dengan ejaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Bahasa Baku dan Nonbaku?
2. Bagaimana ciri-ciri Bahasa Baku dan Nonbaku?
3. Bagaimana Fungsi Bahasa Baku ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Pengertian Bahasa Baku dan Nonbaku.
2. Menjelaskan ciri-ciri Bahasa Baku dan Nonbaku.
3. Menjelaskan Fungsi Bahasa Baku.
D. Manfaat Penulisan
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pengertian bahasa baku dan
Nonbaku.
2. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang ciri-ciri Bahasa Baku dan
Nonbaku.
3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang Fungsi Bahasa Baku .
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa Baku Dan Nonbaku


 Pengertian bahasa Baku
Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan
fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling
betul” bagi sesuatu bahasa.

Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan
diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan
norma bahasa dan penggunaannya.

Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa
yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan
disepakati penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Poewadarminta menuliskan :

baku I

Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya ; (2) sesuatu yang dipakai sebagai dasar
ukuran (nilai, harga, standar).

baku II

saling (1976 : 79)

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 :71), kata baku juga ada dijelaskan.

baku I
pokok, utama ; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;
baku II

saling

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.

baku I

(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar

baku II

(Manado), saling (1996 : 144)

Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh
karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau
yang menjadi standar. Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk memahami
konsep yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling
menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas di
bawah ini.

Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi diartikan
sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di
dalam berbahasa (Alwasilah, 1985 :121). Masalah kodifikasi berkait dengan masalah
ketentuan atau ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa
pedoman tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah. Kode kebahasaan sebagai norma itu
dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu berkeseragaman. Keseragaman
kode kebahasaan diperlukan bahasa baku agar efisien, karena kaidah atau norma jangan
berubah setiap saat. Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut
situasi pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa.
Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan
demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam pemakaian bahasa baku.

Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa.
Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini bahasa
baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa
baku.
Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara
luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan
kode pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.

Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris
dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius
Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk
bahasa yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh
masyarakat secara luas.

Di dalam Bahasa dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusiana berpengertian bahwa
bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima, dan
dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984 : 104). Didalam tata bahasa
rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan pendidikan menengah, Gorys Keraf berpengertian
bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan umum
untuk seluruh penutur bahasa itu (1991 : 8).

Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran
teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan
kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar.
Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali.
Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah
kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.

Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan
kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa baku sebenanya merupakan bahasa yang
digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks
penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan
pengungkapan gagasan secara tepat.

 Pengertian Bahasa Nonbaku

Istilah bahasa Nonbaku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa
nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”,
“ragam takbaku”, bahasa Nonbaku”, “ragam nonstandar”.

Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah
satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam
pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).

Alwasilah berpengertian bahwa bahasa Nonbaku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai
kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai
oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).
Bahasa Nonbaku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda
pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard, Jhon, dan
Heidi dalam Barus 2014:7)

Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak
memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam
yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di
lingkungan tidak resmi.

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku


Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku telah dibuat oleh para pakar
bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain Harimurti Kridalaksana,
Anton M. Moeliono, dan Suwito.

Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku itu dijelaskan di bawah ini
setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh para pakar
tersebut.

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut :

Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif
bebas atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya : kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / keterampilan

Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi bahasa
Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.
Misalnya:

Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.

Kuliah sudah berjalan dengan baik.

Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap
di dalam kalimat.
Misalnya:

Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.

Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara
jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:

Bacalah buku itu sampai selesai!

Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?

Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.

Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan
secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:

Saya bertemu dengan adiknya kemarin.

Ia benci sekali kepada orang itu.

Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.

Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.

Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.

Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:
Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.

Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.

Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.

Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:

Surat Anda sudah saya baca.

Kiriman buku sudah dia terima.

Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau
diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
saudaranya

dikomentari

mengotori

harganya

Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku
ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:

Kepala Kantor pergi keluar negeri.

Rumah orang itu bagus.

Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap
sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya:

Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data


dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.

Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas
dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:

Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan,


pergi, tidak begini, begitu, silakan.

Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata,
kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman
Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).

C. Fungsi Bahasa Baku

Ketidak-taatan terhadap kaidah penggunaan bahasa Indonesia di ranah resmi merupakan


fenomena yang perlu disoroti. Kesetiaan masyarakat terhadap bahasa negara patut
dipertanyakan. Penggunaan bahasa asing lebih sering diutamakan daripada bahasa
Indonesia. Selain itu, beberapa imbauan dalam bahasa Indonesia di ruang publik juga masih
dicampur dengan istilah bahasa asing. Fenomena yang lebih memalukan lagi adalah
penggunaan istilah bahasa asing yang tidak sesuai. Selain penggunaan bahasa asing,
penggunaan bahasa Indonesia pada ruang publik juga masih banyak yang tidak sesuai
kaidah. Petunjuk dari instansi pemerintah juga masih terlihat tidak sesuai dengan ejaan
bahasa Indonesia yang berlaku.

Hal tersebut sangat berbeda dengan situasi kebahasaan di Jepang. Peneliti Antropolinguistik
LIPI, Obing Katubi (Kompas, 23/10/2019), dalam keterangannya menyebutkan bahwa
kesadaran masyarakat Jepang terhadap bahasa negaranya masih lebih baik daripada
masyarakat Indonesia. Bahasa Jepang memiliki ragam yang bergantung pada tingkatan
sosial, umur, pekerjaan, dan gaya hidup. Namun, situasi tersebut tidak membuat instansi
resmi maupun swasta untuk menggunakan bahasa nonbaku. Mereka menggunakan bahasa
Jepang ragam baku untuk pengumuman, iklan, petunjuk, dan sebagainya. Mereka tampak
patuh dan setia menggunakan struktur kalimat yang baku.

Baku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna tolok ukur yang berlaku untuk
kuantitas atau kualitas yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Baku bertalian dengan
standar, sehingga bahasa baku bisa dikatakan sebagai bahasa yang standar. Standar itu
didasarkan pada kaidah yang telah ditentukan. Bahasa Indonesia sudah memiliki kaidah
yang telah ditentukan oleh pemerintah. Saat ini, bahasa Indonesia memiliki standar, yaitu
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), Permendikbud No. 50 Tahun 2015. Selain
pedoman tersebut, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga tersedia untuk umum. Dua
media tersebut pasti melewati proses pembakuan yang tidak mudah. Pembakuan tersebut
dilakukan untuk manghasilkan bahasa baku. Fungsi bahasa baku menurut Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia (TBBBI) ada empat, yaitu pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa
kewibawaan, dan sebagai kerangka acuan.

Fungsi bahasa baku yang pertama adalah pemersatu bangsa. Kondisi bangsa Indonesia dari
segi kebahasaannya sangatlah menarik. Bahasa daerah di seluruh nusantara berjumlah 718.
Perlu adanya kesepakatan bersama untuk menentukan bahasa yang akan digunakan saat
mereka bertemu. Kondisi itulah, bahasa baku bahasa Indonesia hadir menjadi rujukan
utama para penutur bahasa antardaerah.

Fungsi bahasa baku berikutnya adalah pemberi kekhasan. Banyak pihak yang berpendapat
bahwa bahasa Indonesia sama dengan bahasa Melayu. Secara geografis, bahasa Melayu
memang dijumpai di Asia Tenggara, tempat Indonesia berada. Namun, penutur jati bahasa
Indonesia banyak yang berpendapat bahwa bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa
Melayu yang dituturkan di Singapura, Malaysia, atau Brunei Darussalam. Inilah pentingnya
bahasa baku disusun. Standarisasi perlu diterapkan dalam penggunaan bahasa Indonesia
agar membedakan bahasa-bahasa yang serumpun.

Bahasa baku bagi sebuah negara adalah identitas yang perlu ditetapkan. Banyak negara
yang memiliki bahasa dengan nama yang berbeda dengan nama negaranya. Biasanya negara
tersebut memiliki bahasa resmi dari negara yang pernah menjajahnya. Lain halnya dengan
Indonesia. Indonesia memiliki bahasa resmi/nasional bahasa Indonesia. Ahli bahasa dan
beberapa kalangan berpendapat bahwa perkembangan bahasa Indonesia dijadikan teladan
bagi bangsa lain di Asia Tenggara (TBBBI, 2017:14). Hal tersebut menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia lebih wibawa dibanding bangsa lain yang tidak memiliki bahasa resmi
sendiri. Tidak hanya wibawa dalam skala besar. Bagi individu penutur jati bahasa Indonesia,
bahasa baku juga memengaruhi kewibawaan diri. Sebab, bahasa baku biasa dituturkan pada
situasi resmi. Hal tersebut menunjukkan bahwa penutur bahasa baku sering pada situasi
tersebut. Oleh karena itu, nilai prestise pada diri penutur dapat dibangun oleh bahasa
bakunya.

Pemilihan ragam bahasa pada ranah tertentu didasarkan pada pertimbangan sosial
penuturnya. Pertimbangan sosial ini harus didasarkan pada kesadaran bahwa bangsa
Indonesia juga memiliki bahasa daerah. Namun, kehadiran bahasa daerah ini kadang
disalahgunakan. Alih-alih agar komunikatif, kosakata bahasa daerah dicampur dalam
percakapan bahasa Indonesia ragam resmi. Hal serupa juga terjadi saat penutur tidak
memiliki referensi kosakata baku untuk konsep tertentu sehingga diganti dengan kosakata
bahasa daerah. Namun, hal tersebut tidak perlu terjadi, jika penutur tersebut mempelajari
bahasa baku. Oleh karena itu, bahasa baku hadir sebagai acuan utama dalam penggunaan
sebuah bahasa.

Berdasarkan fungsi yang telah disebutkan di atas, tidak ada alasan yang logis untuk tidak
mempelajari bahasa baku bahasa Indonesia. Bahasa baku memberi kita ruang untuk
berkomunikasi dengan suku lain di Indonesia. Selain itu, kekhasan yang dibangun oleh
bahasa baku bahasa Indonesia menjadikan bangsa Indonesia lebih berwibawa karena
memiliki bahasa sendiri.

 FUNGSI KATA BAKU DALAM BAHASA INDONESIA

Kata baku dalam bahasa Indonesia mendukung empat fungsi. Tiga diantaranya bersifat
pelambang atau simbolis, sedangkan yang satu bersifat objektif.
Fungsi-fungsi itu ialah :
(1) fungsi pemersatu,
(2) fungsi pemberi kekhasan,
(3) fungsi pembawa kewibawaan, dan
(4) fungsi kerangka acuan (Sugihastuti & Siti Saudah, 2018:18). Kata baku sebagai pemersatu
artinya mempersatukan penutur atau penulisnya menjadi satu masyarakat bahasa. Dapat
dikatakan juga bahwa pemakaian kata baku dalam bahasa Indonesia dapat mempersatukan
sekelompok orang menjadi satu kesatuan masyarakat. Kata baku sebagai pemberi kekhasan
artinya pembakuan kata dalam bahasa dapat menjadi pembeda dengan masyarakat
pemakai bahasa lainnya.

Kata baku sebagai pembawa kewibawaan artinya kata baku yang diterapkan dalam bahasa
dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya. Ahli bahasa dan beberapa kalangan di
Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa perkembangan bahasa Indonesia dapat
dijadikan teladan bagi bangsa lain di Asia Tenggara (dan mungkin juga Afrika) yang juga
memerlukan bahasa yang modern. Dapat juga dikatakan bahwa fungsi pembawa
kewibawaan ini beralih dari pemilikan bahasa baku yang nyata ke pemilikan bahasa yang
berpotensi menjadi bahasa baku. Walaupun begitu, menurut pengalaman, sudah dapat
disaksikan di beberapa tempat bahwa penutur yang mahir berbahasa Indonesia “dengan
baik dan benar” memperoleh wibawa di mata orang lain (Supriadin, 2016:5). Kata baku
sebagai kerangka acuan artinya kata baku menjadi patokan bagi benar atau tidaknya
pemakaian bahasa seseorang atau kelompok.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan
dasar ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif
karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik
karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan,
secara tertulis maupun terucap.

Bahasa tidak baku adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa
baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Tasai, S. Amran. 1948. Pelajaran Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.

Zodarmanto, M. 1977. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.

Moeliono, Anton M. 1975. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra. Bandung: Angkasa.

Keraf, G, 1991, Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan


Menengah, Gramedia, Jakarta.

Suherianto, 1981, Kompas Bahasa, Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar,
Widya Duta, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai