Disusun oleh:
Ika Savita (23660071)
Sriyulan (23660064)
Albar fianshar (23660057)
Fikri darmagani (23660061)
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada tuhan yang maha esa yang telah
membelikan kesehatan serta kekuatan sehingga tulisan ini dapat di selesaikan
dengan judul “bahasa Indonesia baku dan bahasa tidak baku.”
Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi perkembangan penulisan khususnya dan
perkembangan bahasa Indonesia umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………................
B. Rumusan masalah…………………………………………………………...
C. Tujuan penulisan……………………………………………………………
D. Manfaat penulisan…………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa baku tidak baku…………………………………………
B. Fungsi Bahasa baku dan tidak baku………………………………………...
C. Ciri-ciri Bahasa baku baku tidak baku……………………………………...
D. Penggunaan kata baku dan tidak baku dikalangan mahasiswa……………..
E. Contoh kalimat Bahasa baku dan tidak baku……………………………….
F. Ragam Bahasa baku dan tidak baku………………………………………...
G. Jenis-jenis ragam Bahasa……………………………………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belekang
Istilah bahasa baku telah di kenal oleh masyarkat secara luas. Namun
pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami konsep dan makna
istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau
masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar.
Mereka tidak mampu membedakan antara bahasa yang baku dan yang tidak
baku.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Bahasa Indonesia yang baku artinya bahasa Indonesia yang digunakan orang-
orang terdidik serta yang dipakai menjadi tolak ukur penggunaan bahasa yang
benar. Ragam bahasa Indonesia yang standar ini ditandai oleh adanya sifat
kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang dimaksud menggunakan
kemantapan dinamis ini adalah bahwa bahasa tadi selalu mengikuti aturan atau
aturan yang permanen, tetapi terbuka buat menerima perubahan yang bersistem.
Ciri khas bahasa standar dapat dipandang dari kemampuannya pada
mengungkapkan proses pemikiran yang rumit diberbagai bidang kehidupan dan
ilmu pengetahuan (Aminah dkk, 2020: 12).
Mungkin semua orang sering mendengar kata baku. Namun, tidak semua orang
mengetahui definisi dan hal-hal terkait kata baku dan kata tidak baku. Kata baku
adalah kata yang digunakan menurut pedoman atau kaidah bahasa yang telah
ditetapkan. Dalam KBBI edisi kelima disebutkan bahwa pengertian standar
adalah yang utama, utama; tolak ukur yang berlaku untuk kuantitas dan kualitas
kesepakatan; standar (Setiawati, Sulis, 2016:48).
Definisi kata baku juga dapat diartikan sebagai kata yang sudah benar dari segi
aturan ejaan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dikenal sebagai
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau disebut sebagai tata bahasa baku.
Menurut Kokasih dan Hermawan (2012:83) kata baku adalah kata yang
diucapkan atau ditulis oleh seseorang sesuai dengan kaidah dan pedoman yang
dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berpa pedoman ejaan (EYD),
tata bahasa baku dan kamus. Pada kaidah bahasa indonesia terdapat dua ragam
bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa tidak bakua.
Istilah bahasa baku dalam bahasa indonesia atau standar language dalam bahasa
inggirs, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali di perkenalkan
oleh film mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus aliran praha atau the
prague school. Pada 1930 B havranek dan film mathesius merumuskan
pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai
bentuk bahasa yang telah di kondifikasi, di terima dan di fungsikan sebagai
model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan ketetapanya
telah di tentukan oleh negara. Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah
setiap saat. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Berdasarkan
teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan
acuan yang di gunakan sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa
tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering di gunakan pada
sistem pendidikan negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan juga pada semuah
konteks resmi. Semtara itu di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang
yang menggunakan bahasa tidak baku dan sesuka hati.
Kata tidak baku merupakan kebalikan dari kata baku. Kata tidak baku
penggunaanya tidak sesuai aturan dan kaidah berbahasa Indonesia yang sudah di
tentukan sebelumnya. Tidak bakunya sebuah kata atau bahasa tidak hanya di
tentukan dari penulisan yang tidak sesuai pedomen saja, tetapi juga bisa terjadi
karena salah penulisan, pengucapan, dan susunan kalimat.
Kalimat tidak baku lebih sering di gunakan dalam percakapan sehari-hari karena
terkesan lebih santai dan tidak kaku. Kata tidak baku juga dapat di gunakan saat
berdiskusi biasa untuk membahas suatu hal bersama teman atau keluarga.
Suharianto berpendapat bahwa bahasa non standar atau tidak baku adalah salah
satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya,
yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981:23).Alwasilah berpengertian
bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata
atau ungkapan, sturktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa di pakai
oleh mereka yang berpendidikan (1985:116).
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang di gunakan dalam berbicara dan menulis
yang berbeda pelafalan, tata bahasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu
bahasa. (Richard, john, dan Heidi dalam barus 2014:7). Crystal berpengertian
bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk -bentuk bahasa yang tidak memenuhi
normal baku, yang di kelompokan subbaku atau nonbaku.
Berdasarkan pengertian di atas, jelas bahwa bahasa non standar adalah ragam
yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan di pergunakan
di lingkungan tidak resmi.
Menurut hasan alwi, dkk (2003:15) bahasa baku mendukung empat fungsi,
yaitu:
a. Fungsi pemersatu. Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika
setiap masyatakat menggunakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat
berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku
memperhubungkan semuah penuturan berbagai dialek bahasa itu. Dengan
demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat
bangsa yang mencakup seluruh penutur dialek bahasa tersebut. Selain
mempermudah proses identifikasi penuturan dengan selurug anggota kelompok
masyarakat penutur bahasa Baku itu. Bahasa Indonesia yang digunakan di
dalam media massa nasional, baik cetak maupun elektronik, agaknya dapat
diberi predikat sebagai pendukung fungsi pemersatu. Bahasa Indonesia ragam
tulis dalam media yang diterbitkan di Jakarta selaku pusat pembangunan, baik
yang berupa buku teks, karya ilmiah populer maupun berbagai jenis tulisan
dalam majalah dan surat kabar, memainkan peranan yang sangat menentukan
sebagai pemersatu. Untuk bahasa lisan, peranan seperti itu terlihat dalam
penggunaan bahasa Indonesia di radio dan televisi, terutama dalam siaran
berita, pidato, ceramah, dan acara resmi lain. Pengaruh media massa itu begitu
intens sehingga sebagian orang tidak sadar akan adanya diaiek geografis atau
diaiek regional bahasa Indonesia yang jumlahnya banyak dan coraknya amat
beragam. Di balik semua itu, sesungguhnya sudah lama tumbuh keinginan dan
tekad agar hanya ada satu ragam bahasa Indonesia baku bagi seluruh penutur di
seluruh wilayah Indonesia.
b. Fungsi pemberi kekhasan. Suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari
bahasa yang lain. Melalu fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan
kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan. Jika dibandingkan
dengan bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia, Singapura, dan Brunei
Darussalam, bahkan juga dengan bahasa Melayu Riau-Johor yang menjadi
induknya, bahasa Indonesia dianggap sudah jauh berbeda. Perbedaan seperti itu
pada gilirannya akan memberikan dampak positif terhadap makin mantapnya
perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa di Indonesia
c. Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa
atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang
mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang di kagumi lewat
pemerolehan bahasa baku sendiri. Ahli bahasa dan beberapa kalangan di
Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa perkembangan bahasa Indonesia
dapat dijadikan teladan bagi bangsa lain di Asia Tenggara (dan mungkin juga
di Afrika) yang juga memerlukan bahasa yang modern. Prestise itu dibangun
oleh bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, alih-alih sebagai bahasa baku.
Pengalaman menunjukkan bahwa di beberapa tempat penutur yang mahir
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang
lain.
d. Penuturan atau pembicaraan (Masyarakat) yang mahir berbahasa indonesia
dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain.
e. Fungsi kerangka acuan. Sebagai kerangka acuan bagi pemakain bahasa dengan
adanya norma dan kaidah (yang di kondifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah
itu menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakain bahasa seseorang atau
golongan. Bahasa baku juga menjadi kerangka acuan bagi fungsi estetika
bahasa yang tidak hanya terbatas pada bidang susastra, tetapi juga termasuk
segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang
khas, seperti di dalam permainan kata, iklan, dan tajuk berita. Fungsi bahasa
Indonesia baku sebagai kerangka acuan belum berjalan dengan baik meskipun
fungsi tersebut berkali-kali diungkapkan di dalam setiap Kongres Bahasa
Indonesia, seminar dan simposium, serta berbagai penataran guru. Kalangan
guru bahkan berkalikali mengimbau agar disusun tata bahasa normatif yang
dapat menjadi pegangan atau acuan bagi guru bahasa dan pelajar.
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang di gunakan dalam kehidupan santai
(tidak resmi) sehari-hari yang biasanya di gunakan pada keluarga, teman, dan
di pasar. Fungsi penggunaan bahasa tidak baku adalah untuk mengakrabkan
diri dan menciptakan kenyamanan serta kelancaraan saat berkomunikasi
(berbahasa).
Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu kemunculan kata tidak baku di
antaranya:
a. Penuturan tidak memahami bentuk penulisan baku dari kata yang di maksud;
b. Penuturan tidak mengoreksi kesalahan pelafalan atau ejaan yang di temui;
c. Terbawah oleh kebiasan penuturan lain;
d. Pelafalan terpengaruh oleh dialek dari daerah asal penutur;
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga,
yaitu:
a. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah
dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
b. Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan
satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran
yang teratur, logis, dan masuk akal.
c. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan
sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan
ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa.
Adapun ragan bahasa baku baku bisa di tandai dengan ciri-ciri karakteristik
sebagai berikut
a. Penggunaan kaidah kata bahasa
Kaidah kata bahasa normative selalu di pakai secara eksplisit dan konsisten,
misalnya:
i. Pemakain awalan me- dan awalan ber- secara eksplisit dan konsisten.
Contohnya, pak camat memakai mobil dinas ke perkampungan warga, rapat
sudah berlangsung dari tadi.
ii. Pemakain kata hubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara
eksplisit. Contoh: Tika sudah mengetahui bahwa ibunya akan pergi ke
Surabaya besok. Rustam tidak mau sekolah karena ada pelajaran matematika.
iii. Pemakaian konstruksi sintesis. Contoh:
Adapun ejaan yang berlaku sekarang dalam bahasa indonesia (PUEBI). Ejaan
tersebut mengatur mulai dari penggunaan hurus, penulisan kata, penulisan
partikel, penulisan angka, penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan
tanda baca. Contoh:
Lafal yang benar atau baku dalam bahasa indonesia sampai saat ini belim
pernah di tetapkan. Namun ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa
indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal
daerah. Contoh:
Menurut mahasiswa kata baku adalah apa yang sesuai dengan yang mereka
ucapkan atau yang mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
menunjukkan bahwa bahasa Indonesia yang baku serta baik dan benar sudah
mulai hilang. Hilangnya penggunaan kata baku dalam bahasa Indonesia ini
disebabkan oleh masuknya bahasabahasa asing yang dicampuradukkan dengan
bahasa Indonesia atau sekarang ini lebih dikenal dengan bahasa gaul.
Keberadaan bahasa gaul yang masuk dalam tatanan bahasa Indonesia ini tanpa
disadari akan menggeser posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Sekarang ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya
lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini.
Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul daripada
pemakaian bahasa Indonesia. Generasi muda saat ini menganggap bahwa
memakai bahasa gaul lebih terlihat keren dan sesuai dengan usia mereka
dibandingkan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar yang dirasa terlalu
formal dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat,
seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional (Rahayu, Arum Putri, 2015:5).
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam Bahasa Indonesia yang bentuk
bahasanya telah di kondifikasikan, di terima, dan di fungsikan atau di pakai
sebagai model oleh Masyarakat Indonesia secara luas.
Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam Bahasa Indonesia yang tidak
di kondifikasi, tidak di terima dan tidak di fungsikan sebagai model Masyarakat
Indonesia secara luas, tetapi di pakai oleh Masyarakat secara khusus.
Suatu ragam Bahasa, terutama ragam Bahasa jurnalistik dan hukum, tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan bantuk kosa kata ragam Bahasa baku
agar dapat menjadi panutan bagi Masyarakat penggunaan Bahasa Indonesia. Perlu
di perhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku berkaitan dengan latar
belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicara
(fishman ed., 1968. Spradley, 1980). Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
di bagi menjadi dua yaitu:
a. Ragam Bahasa lisan
Adalah ragam Bahasa yang di ungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang
dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ciri-ciri
ragam lisan yaitu:
i. Memerlukan orang kedua\teman bicara
ii. Tergantung situasi, kondisi, ruang, dan waktu
iii. Hanya perlu intonasi serta Bahasa tubuh
iv. Berlangsung cepat
v. Sering dapat berlangsung tanpa alat batu
vi. Kesalahan dapat langsung di koreksi
vii. Dapat di bantu dengan Gerakan tubuh dan mimic wajah serta intonasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya kita lebih peka dalam menggunakan Bahasa Indonesia agar sesuai
dengan kaidah yang berlaku. Di samping mempertahankan kaidah Bahasa
Indonesia yang berlaku, juga sebagai Bahasa kebanggan kita karena mampu
menyatukan ribuan pulau dan etnis dari sabang sampai Merauke.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, hasan. 2003. Tata Bahasa baku Bahasa Indonesia. Jakarta:balai Pustaka