Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BAHASA INDONESIA BAKU DAN BAHASA TIDAK BAKU

Disusun oleh:
Ika Savita (23660071)
Sriyulan (23660064)
Albar fianshar (23660057)
Fikri darmagani (23660061)

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada tuhan yang maha esa yang telah
membelikan kesehatan serta kekuatan sehingga tulisan ini dapat di selesaikan
dengan judul “bahasa Indonesia baku dan bahasa tidak baku.”

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kelemahan


baik dalam penyusunan maupun dalam kemampuan berpikir, tetapi dengan
dorongan rasa keyakinan tidak ada jalan yang tidak dapat di tempuh. Untuk itu
penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi untuk
perbaikan penulisan selanjutnya.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi perkembangan penulisan khususnya dan
perkembangan bahasa Indonesia umumnya.

Baubau, 10 november 2023

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………................
B. Rumusan masalah…………………………………………………………...
C. Tujuan penulisan……………………………………………………………
D. Manfaat penulisan…………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa baku tidak baku…………………………………………
B. Fungsi Bahasa baku dan tidak baku………………………………………...
C. Ciri-ciri Bahasa baku baku tidak baku……………………………………...
D. Penggunaan kata baku dan tidak baku dikalangan mahasiswa……………..
E. Contoh kalimat Bahasa baku dan tidak baku……………………………….
F. Ragam Bahasa baku dan tidak baku………………………………………...
G. Jenis-jenis ragam Bahasa……………………………………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belekang

Istilah bahasa baku telah di kenal oleh masyarkat secara luas. Namun
pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami konsep dan makna
istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau
masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar.
Mereka tidak mampu membedakan antara bahasa yang baku dan yang tidak
baku.

Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya


mudah di ucapkan namun maknanya tidak berwujud nyata, sebab masih di
artikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Demikian
juga, masih ada cibiran bahwa bahasa baku itu hanya buatan pemerintah agar
bangsa ini dapat di seragamkan dalam bertindak atau berbahasa. “manalah ada
bahasa baku, khususnya bahasa Indonesia baku? “Manalah ada bahasa Indonesia
lisan baku? “manalah ada masyarakat atau orang yang mampu menggunakan
bahasa itu, sebab mereka berasal dari daerah.” Atau mereka masih selalu di
pengaruhi oleh bahasa daerahnya jika mereka berbahasa Indonesia secara lisan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:


1. Apa yang di maksud dengan bahasa baku dan tidak baku?
2. Apa saja fungsi bahasa baku dan tidak baku?
3. Apa ciri-ciri dari bahasa baku dan tidak baku?
4. Bagaimana penggunaan kata baku dan tidak baku di kalangan mahasiswa?
5. Berikan contoh kalimat bahasa baku tidak baku?
6. Apa yang di maksud ragam Bahasa baku dan tidak baku?
7. Apa jenis-jenis ragam Bahasa?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah


1. Mengetahui apa yang di maksud dengan bahasa baku dan tidak baku
2. Mengetahui fungsi dari bahasa baku dan tidak baku
3. Mengetahui ciri-ciri dari bahasa baku dan tidak baku
4. Mengetahui pengunaan kata baku dan tidak baku di kalangan mahasiswa
5. Mengetahui pengertian ragam Bahasa baku dan tidak baku
6. Mengetahui jenis-jenis ragam bahasa
7. Mengetahui contoh dari kalimat bahasa baku dan tidak

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Lebih mengetahui dan memahami tentang bahasa baku dan tidak baku,
utamanya tentang pengertian, fungsi, ciri-ciri, dan contoh kalimat dari Bahasa
baku dan tidak baku.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa Indonesia Baku Dan Bahasa Tidak Baku

1. Pengertian bahasa indonesia baku

Bahasa Indonesia yang baku artinya bahasa Indonesia yang digunakan orang-
orang terdidik serta yang dipakai menjadi tolak ukur penggunaan bahasa yang
benar. Ragam bahasa Indonesia yang standar ini ditandai oleh adanya sifat
kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang dimaksud menggunakan
kemantapan dinamis ini adalah bahwa bahasa tadi selalu mengikuti aturan atau
aturan yang permanen, tetapi terbuka buat menerima perubahan yang bersistem.
Ciri khas bahasa standar dapat dipandang dari kemampuannya pada
mengungkapkan proses pemikiran yang rumit diberbagai bidang kehidupan dan
ilmu pengetahuan (Aminah dkk, 2020: 12).

Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang dapat menghubungkan


seseorang dengan yang lainnya. Keraf (2005:54) menyebutkan dua pengertian
bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang di hasilkan oleh alat ucap
manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol (bunyi ujaran) yang bersifat arbiter.

Mungkin semua orang sering mendengar kata baku. Namun, tidak semua orang
mengetahui definisi dan hal-hal terkait kata baku dan kata tidak baku. Kata baku
adalah kata yang digunakan menurut pedoman atau kaidah bahasa yang telah
ditetapkan. Dalam KBBI edisi kelima disebutkan bahwa pengertian standar
adalah yang utama, utama; tolak ukur yang berlaku untuk kuantitas dan kualitas
kesepakatan; standar (Setiawati, Sulis, 2016:48).

Definisi kata baku juga dapat diartikan sebagai kata yang sudah benar dari segi
aturan ejaan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dikenal sebagai
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau disebut sebagai tata bahasa baku.
Menurut Kokasih dan Hermawan (2012:83) kata baku adalah kata yang
diucapkan atau ditulis oleh seseorang sesuai dengan kaidah dan pedoman yang
dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berpa pedoman ejaan (EYD),
tata bahasa baku dan kamus. Pada kaidah bahasa indonesia terdapat dua ragam
bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa tidak bakua.
Istilah bahasa baku dalam bahasa indonesia atau standar language dalam bahasa
inggirs, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali di perkenalkan
oleh film mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus aliran praha atau the
prague school. Pada 1930 B havranek dan film mathesius merumuskan
pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai
bentuk bahasa yang telah di kondifikasi, di terima dan di fungsikan sebagai
model atau acuan oleh masyarakat secara luas.

Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan ketetapanya
telah di tentukan oleh negara. Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah
setiap saat. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Berdasarkan
teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan
acuan yang di gunakan sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa
tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering di gunakan pada
sistem pendidikan negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan juga pada semuah
konteks resmi. Semtara itu di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang
yang menggunakan bahasa tidak baku dan sesuka hati.

Bedasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kata baku


merupakan kata-kata yang lazim dipakai pada situasi formal atau resmi yang
penulisannya sinkron menggunakan kaidah-kaidah yang dibakukan. Baku
tidaknya sebuah kata bisa ditinjau menurut segi lafal, ejaan, gramatika, dan
kenasionalan waktu diucapkan atau ditulis.

2. Pengertian bahasa tidak baku

Kata tidak baku merupakan kebalikan dari kata baku. Kata tidak baku
penggunaanya tidak sesuai aturan dan kaidah berbahasa Indonesia yang sudah di
tentukan sebelumnya. Tidak bakunya sebuah kata atau bahasa tidak hanya di
tentukan dari penulisan yang tidak sesuai pedomen saja, tetapi juga bisa terjadi
karena salah penulisan, pengucapan, dan susunan kalimat.

Kalimat tidak baku lebih sering di gunakan dalam percakapan sehari-hari karena
terkesan lebih santai dan tidak kaku. Kata tidak baku juga dapat di gunakan saat
berdiskusi biasa untuk membahas suatu hal bersama teman atau keluarga.

Suharianto berpendapat bahwa bahasa non standar atau tidak baku adalah salah
satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya,
yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981:23).Alwasilah berpengertian
bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata
atau ungkapan, sturktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa di pakai
oleh mereka yang berpendidikan (1985:116).

Bahasa tidak baku adalah bahasa yang di gunakan dalam berbicara dan menulis
yang berbeda pelafalan, tata bahasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu
bahasa. (Richard, john, dan Heidi dalam barus 2014:7). Crystal berpengertian
bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk -bentuk bahasa yang tidak memenuhi
normal baku, yang di kelompokan subbaku atau nonbaku.

Berdasarkan pengertian di atas, jelas bahwa bahasa non standar adalah ragam
yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan di pergunakan
di lingkungan tidak resmi.

B. Fungsi Bahasa Baku Dan Tidak Baku

1. Fungsi bahasa baku

Menurut hasan alwi, dkk (2003:15) bahasa baku mendukung empat fungsi,
yaitu:
a. Fungsi pemersatu. Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika
setiap masyatakat menggunakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat
berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku
memperhubungkan semuah penuturan berbagai dialek bahasa itu. Dengan
demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat
bangsa yang mencakup seluruh penutur dialek bahasa tersebut. Selain
mempermudah proses identifikasi penuturan dengan selurug anggota kelompok
masyarakat penutur bahasa Baku itu. Bahasa Indonesia yang digunakan di
dalam media massa nasional, baik cetak maupun elektronik, agaknya dapat
diberi predikat sebagai pendukung fungsi pemersatu. Bahasa Indonesia ragam
tulis dalam media yang diterbitkan di Jakarta selaku pusat pembangunan, baik
yang berupa buku teks, karya ilmiah populer maupun berbagai jenis tulisan
dalam majalah dan surat kabar, memainkan peranan yang sangat menentukan
sebagai pemersatu. Untuk bahasa lisan, peranan seperti itu terlihat dalam
penggunaan bahasa Indonesia di radio dan televisi, terutama dalam siaran
berita, pidato, ceramah, dan acara resmi lain. Pengaruh media massa itu begitu
intens sehingga sebagian orang tidak sadar akan adanya diaiek geografis atau
diaiek regional bahasa Indonesia yang jumlahnya banyak dan coraknya amat
beragam. Di balik semua itu, sesungguhnya sudah lama tumbuh keinginan dan
tekad agar hanya ada satu ragam bahasa Indonesia baku bagi seluruh penutur di
seluruh wilayah Indonesia.
b. Fungsi pemberi kekhasan. Suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari
bahasa yang lain. Melalu fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan
kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan. Jika dibandingkan
dengan bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia, Singapura, dan Brunei
Darussalam, bahkan juga dengan bahasa Melayu Riau-Johor yang menjadi
induknya, bahasa Indonesia dianggap sudah jauh berbeda. Perbedaan seperti itu
pada gilirannya akan memberikan dampak positif terhadap makin mantapnya
perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa di Indonesia
c. Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa
atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang
mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang di kagumi lewat
pemerolehan bahasa baku sendiri. Ahli bahasa dan beberapa kalangan di
Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa perkembangan bahasa Indonesia
dapat dijadikan teladan bagi bangsa lain di Asia Tenggara (dan mungkin juga
di Afrika) yang juga memerlukan bahasa yang modern. Prestise itu dibangun
oleh bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, alih-alih sebagai bahasa baku.
Pengalaman menunjukkan bahwa di beberapa tempat penutur yang mahir
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang
lain.
d. Penuturan atau pembicaraan (Masyarakat) yang mahir berbahasa indonesia
dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain.
e. Fungsi kerangka acuan. Sebagai kerangka acuan bagi pemakain bahasa dengan
adanya norma dan kaidah (yang di kondifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah
itu menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakain bahasa seseorang atau
golongan. Bahasa baku juga menjadi kerangka acuan bagi fungsi estetika
bahasa yang tidak hanya terbatas pada bidang susastra, tetapi juga termasuk
segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang
khas, seperti di dalam permainan kata, iklan, dan tajuk berita. Fungsi bahasa
Indonesia baku sebagai kerangka acuan belum berjalan dengan baik meskipun
fungsi tersebut berkali-kali diungkapkan di dalam setiap Kongres Bahasa
Indonesia, seminar dan simposium, serta berbagai penataran guru. Kalangan
guru bahkan berkalikali mengimbau agar disusun tata bahasa normatif yang
dapat menjadi pegangan atau acuan bagi guru bahasa dan pelajar.

2. Fungsi bahasa tidak baku

Bahasa tidak baku adalah bahasa yang di gunakan dalam kehidupan santai
(tidak resmi) sehari-hari yang biasanya di gunakan pada keluarga, teman, dan
di pasar. Fungsi penggunaan bahasa tidak baku adalah untuk mengakrabkan
diri dan menciptakan kenyamanan serta kelancaraan saat berkomunikasi
(berbahasa).

Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu kemunculan kata tidak baku di
antaranya:
a. Penuturan tidak memahami bentuk penulisan baku dari kata yang di maksud;
b. Penuturan tidak mengoreksi kesalahan pelafalan atau ejaan yang di temui;
c. Terbawah oleh kebiasan penuturan lain;
d. Pelafalan terpengaruh oleh dialek dari daerah asal penutur;

C. Ciri-Ciri Bahasa Baku Dan Tidak Baku

1. Ciri-ciri bahasa baku

Sebagaimana yang telah di ungkapkan di depan bahwa bahasa baku/standar di


gunakan pada situasi formal atau resmi. Bahasa baku memliki ciri-ciri sebagai
berikut:

Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga,
yaitu:

a. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah
dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
b. Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan
satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran
yang teratur, logis, dan masuk akal.
c. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan
sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan
ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa.

Selain ciri-ciri tersebut, bahasa baku masih memiliki ciri-ciri lain, di


antaranya:
a. tidak terpengaruh bahasa daerah;
b. tidak dipengaruhi bahasa asing;
c. bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari;
d. pemakaian imbuhannya secara eksplisit;
e. pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat;
f. Tidak terkontaminasi dan tidak rancun
g. Tidak mengandung arti pleonasme

Adapun ragan bahasa baku baku bisa di tandai dengan ciri-ciri karakteristik
sebagai berikut
a. Penggunaan kaidah kata bahasa

Kaidah kata bahasa normative selalu di pakai secara eksplisit dan konsisten,
misalnya:
i. Pemakain awalan me- dan awalan ber- secara eksplisit dan konsisten.
Contohnya, pak camat memakai mobil dinas ke perkampungan warga, rapat
sudah berlangsung dari tadi.
ii. Pemakain kata hubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara
eksplisit. Contoh: Tika sudah mengetahui bahwa ibunya akan pergi ke
Surabaya besok. Rustam tidak mau sekolah karena ada pelajaran matematika.
iii. Pemakaian konstruksi sintesis. Contoh:

Bahasa baku Bahasa tidak baku


Mereka Dia orang
Anaknya Dia punya anak
Memberitahukan Kasih tau
Membersihkan Bikin bersih

iv. Pemakaian pola frase untuk predikat: aspek+pelaku+kata kerja secara


konsisten. Contoh: Berkas Saudara sudah kami kirim ke kantor pusat.
Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.
v. Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsur gramatikal
bahasa daerah. Contoh:

Bahasa baku Bahasa tidak baku


Mobil paman saya baru Paman saya mobil baru
Dia mengontrak rumah di bandung Dia ngontrak rumah di bandung

b. Penggunaan kata-kata baku

Masuknya istilah yang di gunakan merupakan istilah-istilah umum yang sudah


lazim di gunakan atau yang perekuensi penggunaanya relatif tinggi. Kata-kata
yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak di gunakan
kecuali menggunakan pertimbangan-pertimbangan khusus. Contoh:

Bahasa baku Dan tidak baku


bagaiman Kekmana, gimana
Hijau Ijo
Uang Duit
Tidak mudah Nggak gampang
Bagaiman caranya Gimana caranya
Lurus saja Lempeng saja
Cantik sekali Cantik banget
Cabai Cabe

c. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulisan

Adapun ejaan yang berlaku sekarang dalam bahasa indonesia (PUEBI). Ejaan
tersebut mengatur mulai dari penggunaan hurus, penulisan kata, penulisan
partikel, penulisan angka, penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan
tanda baca. Contoh:

Bahasa baku Bahasa tidak baku


Berlari-lari Berlari2
menandatangani Menandatangani
Tamasya ke pantai Tamasya kepantai

d. Penggunan lafal baku dalam ragam lisan

Lafal yang benar atau baku dalam bahasa indonesia sampai saat ini belim
pernah di tetapkan. Namun ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa
indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal
daerah. Contoh:

Bahasa baku Bahasa tidak baku


Habis Abis
Kalau Kalo, kalok
Senin Senen
Pergi Pigi
Hilang Ilang
Dalam Dalem
Napas Nafas
Azan Adzan
Efektivitas Efektifitas
Nafsu Napsu
Popular Populer
Nasihat Nasehat
Mantap Mantep
2. Ciri-ciri bahasa tidak baku

Bahasa tidak baku juga memiliki ciri khas yaitu:


a. Walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti yang
sama.
b. Dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman.
c. Dapat terpengaruh oleh bahasa asing.
d. Di gunakan pada situasi santai/tidak resmi.
e. Di pengaruhi bahasa daerah
f. Tidak di temukan dalam pencarian KBBI
g. Bentuknya mudah berubah-ubah

D. Penggunaan kata baku dan tidak baku di kalangan mahasiswa

Menurut mahasiswa kata baku adalah apa yang sesuai dengan yang mereka
ucapkan atau yang mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
menunjukkan bahwa bahasa Indonesia yang baku serta baik dan benar sudah
mulai hilang. Hilangnya penggunaan kata baku dalam bahasa Indonesia ini
disebabkan oleh masuknya bahasabahasa asing yang dicampuradukkan dengan
bahasa Indonesia atau sekarang ini lebih dikenal dengan bahasa gaul.

Seiring dengan perkembangan zaman khususnya di Negara Indonesia semakin


terlihat jelas pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa
Indonesia dalam penggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul yang
semakin marak digunakan oleh masyarakat luas menimbulkan dampak negatif
terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat
sekarang dan masa yang akan datang.

Keberadaan bahasa gaul yang masuk dalam tatanan bahasa Indonesia ini tanpa
disadari akan menggeser posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Sekarang ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya
lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini.
Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul daripada
pemakaian bahasa Indonesia. Generasi muda saat ini menganggap bahwa
memakai bahasa gaul lebih terlihat keren dan sesuai dengan usia mereka
dibandingkan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar yang dirasa terlalu
formal dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat,
seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional (Rahayu, Arum Putri, 2015:5).

Mahasiswa sebagai generasi muda yang nantinya menjadi agen perubahan


bangsa Indonesia harusnya selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baku,
baik, dan benar. Kata-kata yang ada pada angket tersebut hanyalah sedikit
gambaran kata-kata yang sering kita dengar dan kita gunakan dalam kehidupan
seharihari.

Namun kenyataannya masih banyak mahasiswa yang tidak memahami


penulisan yang baku dari kata-kata tersebut. Padahal mahasiswa adalah orang
yang sedang menempuh Pendidikan dan akhirnya akan menjadi orang yang
berpendidikan dan dianggap pengetahuannya melebihi siswa SMP, SMA,
maupun masyarakat pada umumnya.

E. Contoh kalimat bahasa baku dan tidak baku

1. Contoh kalimat di bawah ini adalah kalimat tidak baku:


2. Contoh kalimat di bawah ini adalah kalimat baku:
Adapun contoh kata bahasa baku dan tidak baku

Kata baku Kata tidak baku


Abjad Abjat
Akhirat Akherat
Aksesori Asesoris
Aktif Aktip
Akuarium Aquarium
Aluminium Almunium
Ambulans Ambulan
Analisis Analisa
Antena Antene
Antre Antri
Anugerah Anugrah
Azan Adzan
Afdal Afdol
Agamais Agamis
Ajek Ajeg
Adjektif Ajektifaktivitas
Aktifitasaktual Aktual
Balsam Balsam
Batalion Batalyon
Baterai Batere
Baka Baqa
Barzakh Barzah
Batalion Batalyon
Batil Athil
Bazar Bazaar
Becermin Bercermin
Besok Esok
Blanko Blangko
Boks Bok
Bosan Bosen
Bus Bis
Cabai Cabe

F. Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku

Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam Bahasa Indonesia yang bentuk
bahasanya telah di kondifikasikan, di terima, dan di fungsikan atau di pakai
sebagai model oleh Masyarakat Indonesia secara luas.

Contoh pada undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya


kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas
dunia harus di hapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusian dan peradilan.
Dari beberapa kalimat dalam undang-undang tersebut menunjukan Bahasa baku,
dan merupakan pemakain Bahasa secara baik dan benar.

Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam Bahasa Indonesia yang tidak
di kondifikasi, tidak di terima dan tidak di fungsikan sebagai model Masyarakat
Indonesia secara luas, tetapi di pakai oleh Masyarakat secara khusus.

G. Jenis-jenis Ragam Bahasa


1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Di dalam Bahasa Indonesia di samping di kenal kosa kata baku, Indonesia di
kenal pula kosa kata Bahasa Indonesia ragam baku, yang sering di sebut sebagai
kosa kata baku Bahasa Indonesia baku. Kosa kata baku Bahasa Indonesia,
memiliki ciri kaidah Bahasa Indonesia ragam baku, yang di jadikan tolak ukur
yang di tetapkan berdasarkan kesepakatan penutur Bahasa Indonesia, bukan
otoritas Lembaga atau instansi di dalam menggunakan Bahasa indonesia ragam
baku. Jadi kosa kata itu di gunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau
ragam akrab. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan di gunakan kosa
kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak menggangu
makna dan rasa Bahasa ragam yang bersangkutan.

Suatu ragam Bahasa, terutama ragam Bahasa jurnalistik dan hukum, tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan bantuk kosa kata ragam Bahasa baku
agar dapat menjadi panutan bagi Masyarakat penggunaan Bahasa Indonesia. Perlu
di perhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku berkaitan dengan latar
belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicara
(fishman ed., 1968. Spradley, 1980). Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
di bagi menjadi dua yaitu:
a. Ragam Bahasa lisan
Adalah ragam Bahasa yang di ungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang
dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ciri-ciri
ragam lisan yaitu:
i. Memerlukan orang kedua\teman bicara
ii. Tergantung situasi, kondisi, ruang, dan waktu
iii. Hanya perlu intonasi serta Bahasa tubuh
iv. Berlangsung cepat
v. Sering dapat berlangsung tanpa alat batu
vi. Kesalahan dapat langsung di koreksi
vii. Dapat di bantu dengan Gerakan tubuh dan mimic wajah serta intonasi

b. Ragam Bahasa tulis


Ragam Bahasa tulis adalah Bahasa yang di hasilkan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dalam ragam tulisan, kita berurusan tata
cara penulisan (ejaan) di samping aspek tatabahasa dan kosa kata. Ciri-ciri
ragam Bahasa tulis yaitu:
i. Tidak memerlukan kehadiran orang lain
ii. Tidak terikat ruang dan waktu
iii. Kosa kata yang di gunakan di pilih secara cermat
iv. Pembetukan kata di lakukan secara sempurna
v. Kalimat di bentuk dengan struktur yang lengkap
vi. Paragraph di kembangkan secara lengkap dan padu
vii. Berlangsung lambat
viii. Memerlukan alat bantu

2. Ragam Bahasa berdasarkan penutur

a. Ragam Bahasa berdasarkan daerah (logat/dialek)


Luasnya pemakain Bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakain Bahasa.
Bahasa Indonesia yang di gunakan di jawa Tengah, bali, Jayapura, dan
tapanuli. Masing-masing meiliki ciri khas berbeda-beda. Misalnya logat
Bahasa Indonesia orang jawa tengaahtampak pada pelafalan “b” pada posisi
awal saatmelafalkan nama-nama kota seperti bogor, bandung, bayumas, dam
lain-lain. Logat Bahasa Indonesia orang bali tampak pada pelafalan “t” seperti
pada kata ithu, kitha, canthik, dan sebagainya’

b. Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan penutur


Bahasa Indonesia yang di gunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang
berasal dari Bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks, vitamin, video, film,
fakultas. Penuturan yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan
pitnah, komplek, pitamin, pideo, plin, dan pakultas. Perbedaan ini juga terjadi
dalam bidang tata Bahasa, misalnya mbawa seharunya membawa, nyari
seharunya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering
menangggalkan awalan yang seharusnya di pakai.

c. Ragam Bahasa berdasarkan sikap penutur


Ragam Bahasa di pengaruhi oleh setiap penutur terhadap kawan bisara (jika
lisan) atau sikap penulisan terhadap pembawa (jika di tuliskan) sikap itu antara
lain resmi, akrab, dan mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat
mengamati bahasa seseorang bawahan atau petugas Ketika melapor kepada
atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan
pembaca, akan di gunakan ragam Bahasa resmi atau Bahasa baku. Makin
formal jarak penutur dan kawan bisara akan makin resmi dan makin tinggi
Tingkat ke bakuan Bahasa yang di gunakan. Sebaliknya, makin rendah Tingkat
keformalanya, makin rendah pula Tingkat kebakuan Bahasa yang di gunakan.

3. Ragam Bahasa menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian


Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang di bicarakan.
Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun
menggunakan ragam Bahasa yang berbeda. Ragam Bahasa yang di gunakan
dalam lingkungan agama berbeda dengan Bahasa yang di gunakan dalam
lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang di gunakan dalam
lingkunganpolitik, berbeda dengan Bahasa yang di gunakan dalam lingkungan
ekonomi/perdagangan, oleh raga, seni, atau teknologi. Ragam Bahasa yang di
gunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini di kenal pula
dengan istilah laras Bahasa.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan. Dengan


bahasa manusia dapat menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain. Pada
bahasa terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa nonbaku. Bahasa
baku merupakan bahasa standar atau pokok yang digunakan oleh masyarakat pada
suatu negara. Sedangkan bahasa nonbaku adalah bahasa yang berbeda dengan
struktur atau gaya baku, dan biasanya digunakan pada lingkungan atau keadaan
tidak resmi. Masing-masing bahasa baku dan nonbaku memiliki fungsi dan ciri
yang berbeda.

B. Saran

Sebaiknya kita lebih peka dalam menggunakan Bahasa Indonesia agar sesuai
dengan kaidah yang berlaku. Di samping mempertahankan kaidah Bahasa
Indonesia yang berlaku, juga sebagai Bahasa kebanggan kita karena mampu
menyatukan ribuan pulau dan etnis dari sabang sampai Merauke.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, hasan. 2003. Tata Bahasa baku Bahasa Indonesia. Jakarta:balai Pustaka

Suherianto, 1981, Kompas Bahasa, pengantar berbahasa Indonesia yang baik


dan benar, widya, duta, Surakarta.

Tarigan, Guntur H, (1997). Analisis kesalahan berbahasa, Jakarta:depdikbud

Arini, dkk. 2007. Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Singaraja;Undiksha

Jurnal tarbiyah ( http://junaltarbiyah.uinsu.ac.id )

Jurnal uisu ( https://jurnal.uisu.ac.ad )

Anda mungkin juga menyukai