Anda di halaman 1dari 15

BAHASA INDONESIA BAKU DAN

NONBAKU SERTA CIRI-CIRINYA


DOSEN PENGAMPU :

RUMASI SIMAREMARE, Dra., M.Pd

DISUSUN OLEH
MARTA SIMBOLON 7192510005
SEPTINIAT ZAI 7191210014
YUNI VEVAYANTI MANULLANG 7193510049

MANAJEMEN B 2019
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat kemurahan-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas Pendidikan Bahasa Indonesia. Dan juga saya
berterimakasih kepada Ibu Rumaisi Simaremare, Dra., M.Pd selaku Dosen mata kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Tentu saja tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah kami buat. Semoga
tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Medan, 21 September 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................I

DAFTAR ISI.............................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................................1


1.2. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................1
1.3. TUJUAN......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

2.1 PENGERTIAN BAHASA BAKU................................................................................2


2.2 PENGERTIAN BAHASA NON BAKU ......................................................................4
2.3 PENGERTIAN BAHASA INDONESIA NON BAKU................................................4
2.4 PENGERTIAN BAHASA INDONESIA BAKU .........................................................4
2.5 CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA BAKU................................................................ 5
2.6 CONTOH-CONTOH KESALAHAN BERBAHASA.................................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Banyak sekali penggunaan kalimat yang kita gunakan tetapi kita tidak menyadari kalau
penggunaan tersebut kurang tepat dan hal tersebut tanpa kita sadari merubah makna,
penulisan, dan pengucapannya.

Seseorang yang mengetahui suatu kata tetapi tidak mampu merangkanya berarti tidak
mengetahui makna kata tersebut. Dan hal itu bisa menyebabkan kesalahan dalam penulisan
dalam kalimat. Pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah juga menjadi penyebab munculnya
kesalahan dalam penyusunan kalimat. Ditambah lagi dengan minimnya pengetahuan
masyarakat mengenai tata bahasa Indonesia. Maka tidak jarang seseorang merasa kesulitan
dalam membedakan kata baku dan tidak baku.

B. RUMUSAN MASALAH
 Apa pengertian Bahasa Indonesia baku ?
 Apa pengertian Bahasa Indonesia nonbaku ?
 Apa ciri-ciri Bahasa Indonesia baku ?
 Apa ciri-ciri Bahasa Indonesia nonbaku ?

C. TUJUAN

Untuk mengetahui dan memahami konteks Bahasa Indonesia baku dan nonbaku.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa Baku

Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk


dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang
paling betul” bagi sesuatu bahasa. Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah
ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai
ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan  norma bahasa dan penggunaannya.

Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa
yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan disepakati
penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Poewadarminta menuliskan :

baku I

Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya ; (2) sesuatu yang dipakai sebagai
dasar ukuran (nilai, harga, standar).

baku II

saling (1976 : 79)

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 :71), kata baku juga ada dijelaskan.

baku I

pokok, utama ; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;

baku II

saling

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.

baku I

(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar

baku II

(Manado), saling (1996 : 144)

Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh
karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau
yang menjadi standar. Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk memahami

2
konsep yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling menyatu,
yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas di bawah ini.

Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi


diartikan sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan
norma di dalam berbahasa (Alwasilah, 1985 :121). Masalah kodifikasi berkait dengan
masalah ketentuan atau ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa
pedoman tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah. Kode kebahasaan sebagai norma itu
dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu berkeseragaman. Keseragaman
kode kebahasaan diperlukan bahasa baku agar efisien, karena kaidah atau norma
jangan berubah setiap saat. Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa
menurut situasi pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam
bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis.
Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam pemakaian bahasa
baku.

Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima  bagi masyarakat


bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini
bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat
bahasa baku.Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh
masyarakat secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang
kode bahasa dan kode pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa
tertentu.

Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris
dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius
Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa
yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat
secara luas.

Di dalam Bahasa dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusiana berpengertian
bahwa bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima,
dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984 : 104). Didalam tata
bahasa rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan pendidikan menengah, Gorys Keraf
berpengertian bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan
umum untuk seluruh penutur bahasa itu (1991 : 8).

Bahasa baku merupakan  bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran


teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan
kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar.
Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali.
Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah
kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.

Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan
kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan

3
sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa baku sebenanya merupakan bahasa yang
digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks
penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan
pengungkapan gagasan secara tepat.

B. Pengertian Bahasa Non Baku

Istilah bahasa non baku (tidak baku) ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah
bahasa nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa
nonstandar”, “ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.

Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah
satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam
pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).

Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa
memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa
dipakai oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).

Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang
berbeda pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard, Jhon,
dan Heidi dalam Barus 2014:7)

Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak
memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang berkode
bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi.

C. Pengertian Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia baku  adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya
telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat
Indonesia secara luas.

Contoh pada Undang-undang dasar :

Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dari beberapa kalimat dalam  undang-undang tersebut menunjukkan  bahasa baku, dan
merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.

D. Pengertian Bahasa Indonesia Tidak Baku

Bahasa Indonesia tidak baku  adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak
dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara
luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.

4
E. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut :

 Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang


relatif bebas atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.

Misalnya : kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / keterampilan

 Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi


bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.

Misalnya: Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.

Kuliah sudah berjalan dengan baik.

 Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan
tetap di dalam kalimat.

Misalnya: Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua
diangapnya penipu.

 Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku


ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya: - Bacalah  buku itu sampai selesai!

- Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?


- Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.
 Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya: - Saya bertemu dengan  adiknya kemarin.

- Ia benci sekali kepada orang itu.


 Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.

Misalnya : - Mereka-mereka itu  harus diawasi setiap saat.

- Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.


- Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
 Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. 

Misalnya: - Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.

- Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.


- Saya – Saudara  memang harus bisa berpengertian yang sama.

5
 Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:- Surat Anda sudah saya baca.

- Kiriman buku sudah dia terima.


 Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku
ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya: - saudaranya

- Dikomentari
- Mengotori
- harganya
 Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya: - Kepala Kantor pergi keluar negeri.

- Rumah orang itu bagus.


 Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas
dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam kalimat.

Misalnya: - Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum


analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.

 Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan


secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya: Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa,


mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan.

 Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik
kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
 Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan
Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).

F. Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa

Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar.
Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang dari norma
baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa. Kesalahan berbahasa adalah
pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu.
Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru

6
dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan
(error) dan kekeliruan (mistake).

Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran
bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa
tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus
dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak
terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah. Pada makalah ini, akan dijelaskan tentang taksonomi
kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif dan efek komunikatif.

 Taksonomi Kategori Linguistik

Mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur


linguistik tertentu. Politzer dan Ramirez dalam Tarigan mengutarakan bahwa kesalahan-
kesalahan berbahasa dapat dikelompokkan atas kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, dan
kosakata. Kesalahan fonologi mencakup ucapan bagi bahasa lisan dan ejaan bagi bahasa
tulisan. Kesalahan morfologi mencakup kesalahan imbuhan dan perulangan kata. Kesalahan
sintaksis mencakup kesalahan frase, klausa, dan kalimat. Kesalahan leksikon merupakan
kesalahan pilihan kata.

 Taksonomi Siasat Permukaan

Taksonomi siasat permukaan memfokuskan pada cara-cara struktur luar bahasa berubah. Para
penutur bahasa mungkin saja :

- Menghilangkan butir-butir penting (penghilangan)


- Menambahkan sesuatu yang tidak perlu (penambahan)
- Salah memformasikan butir-butir (salah formasi)
- Salah menyusun butir-butir tersebut (salah susun)

Kesalahan yang bersifat penghilangan ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang
seharusnya ada dalam bahasa yang baik dan benar. Kesalahan penambahan ditandai oleh
hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak ada dalam ujaran yang baik dan benar. Salah
formasi ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Salah susun
ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem.

 Taksonomi Komparatif

Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan pada perbandingan-


perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe kontruksi
tertentu lainnya. Sebagai contoh jika kita menggunakan taksonomi komparatif untuk
mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Inggris, maka
kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar yang memeroleh bahasa Inggris sebagai
baha pertama. Contoh lainnya bila seseorang dari suku tertentu (jawa) yang belajar bahasa
Indonesia sebagai bahasa sasarannya.

7
Dalam kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan bahasa kedua sudah sangat sering
dibandingkam dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa
sasaran sebagai bahasa pertama mereka dan mengekuivalensikan frase-frase atau kalimat-
kalimat dalam bahasa ibu mereka. Dengan demikian, klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam
taksonomi komparatif (atau comparative taxonomy) didasarkan pada perbandingan-
perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi
tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).

Berdasarkan perbandingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif dapat dibedakan


menjadi:

 Kesalahan Perkembangan (Development  Errors) adalah kesalahan-kesalahan yang


sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai bahasa
pertama

Contoh:

Dalam Bahasa Indonesia

Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan,
kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat
hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.

 Kesalahan Antarbahasa (Interlingual  Errors)

Kesalahan antarbahasa adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada


kesalahan bahasa kedua yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa
menghiraukan proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya.
Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau
frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Kesalahan
antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang
bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua.

Contoh:

Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa
Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam bahasa Karo
(Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena tuturan
yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya adalah “makanan
teh atos kuabdi”.  Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka
seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa
Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa
lain (Bahasa Inggris) ke dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter” yang
memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat
(4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang
seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.

8
 Kesalahan Taksa (Ambiguous  Errors)

Kesalahan taksa adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagi kesalahan


perkembangan ataupun kesalahan antarbahasa. Contoh: Konstruksi yang mencerminkan
bahasa asli sang pelajar (misalnya Medan) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa
pertama mereka.

- Menulis saya (Saya menulis)


- Tidur dia (Dia tidur)
- Pergi kami  (Kami pergi)
- Yang berdiri di depan kakak ibu (Yang berdiri di depan kakak / ibu)

Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang berdiri di
depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak
itu adalah ibu.

 Kesalahan Lain (Other  Errors)

Menurut Dulay dan Burt (1974), dalam membuat analisis komparatif kesalahan anak-anak,
menyebutnya sebagai kesalahan unik (Unique errors) yang mengacu pada keunikannya bagi
para pelajar bahasa kedua. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat
dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini
tidak dapat dilacak dari bahasa pertama maupun bahasa kedua. Misalnya: anak kecil yang
mulai belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kalimat)
yang tidak dapat dijelaskan dari bahasa pertama maupun bahasa kedua.

Contoh:

Kesalahan unik pada contoh satu (1) adalah pada ragam bahasa yang digunakan. Pada
kalimat tidak apa-apa dituturkan menjadi gak papa gin.      

Jika taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri,
maka taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari
perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca.

Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada,


maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu :

 Kesalahan Global (Global  Errors)

Kesalahan Global adalah kesalahan yang mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat


sehingga benar-benar menggangu komunikasi. Karena luasnya cakupan sintatik kesalahan-
kesalahan serupa itu, maka Burt dan Kiparsky menyebut kategori ini kesalahan “global”.
Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:

Salah menyusun unsur pokok, misalnya :

- Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.

9
Yang seharusnya :

- Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.

 Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung, misalnya :

- Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.

Yang seharusnya :

- Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang

Hilangnya ciri kalimat pasif, misalnya :

-   Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.

Yang seharusnya :

- Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.


 Kesalahan Lokal (Local  Errors)

Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang
biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya
terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan
“lokal”. Dalam bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai berikut.

- Penyelesaian tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.


- Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
- Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.

Yang seharusnya:

- Tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.


- Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
- Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.

10
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan
dasar ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif
karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik
karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara
tertulis maupun terucap.

Bahasa tidak baku adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode
bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman, dan lain-lain.

2. SARAN

Di Indonesia sangat banyak terdapat bahasa-bahasa daerah yang berbeda antara daerah
satu dengan lainnya. Perbedaan itu bukanlah suatu halangan bagi bangsa Indonesia untuk
tetap berkomunikasi dengan baik dan benar. Negara Indonesia juga memiliki bahasa nasional,
yaitu bahasa Indonesia itu sendiri. Dalam bahasa Indonesia kita telah mengenal bahasa baku
dan bahasa nonbaku. Bahasa-bahasa tersebut dapat dipergunakan sesuai dengan tempat dan
situasi yang sedang di hadapi. Tetaplah gunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan
kondisi, tempat dan keperluan serta situasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tasai, S. Amran. 1948. Pelajaran Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.

Zodarmanto, M. 1977. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.

Moeliono, Anton M. 1975. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra. Bandung: Angkasa.

Keraf, G, 1991, Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan


Menengah, Gramedia, Jakarta.

https://pendisetiyo.blogspot.com/2016/06/makalah-kata-baku-dan-tidak-baku.html

12

Anda mungkin juga menyukai