DISUSUN OLEH
MARTA SIMBOLON 7192510005
SEPTINIAT ZAI 7191210014
YUNI VEVAYANTI MANULLANG 7193510049
MANAJEMEN B 2019
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat kemurahan-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas Pendidikan Bahasa Indonesia. Dan juga saya
berterimakasih kepada Ibu Rumaisi Simaremare, Dra., M.Pd selaku Dosen mata kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Tentu saja tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah kami buat. Semoga
tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyak sekali penggunaan kalimat yang kita gunakan tetapi kita tidak menyadari kalau
penggunaan tersebut kurang tepat dan hal tersebut tanpa kita sadari merubah makna,
penulisan, dan pengucapannya.
Seseorang yang mengetahui suatu kata tetapi tidak mampu merangkanya berarti tidak
mengetahui makna kata tersebut. Dan hal itu bisa menyebabkan kesalahan dalam penulisan
dalam kalimat. Pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah juga menjadi penyebab munculnya
kesalahan dalam penyusunan kalimat. Ditambah lagi dengan minimnya pengetahuan
masyarakat mengenai tata bahasa Indonesia. Maka tidak jarang seseorang merasa kesulitan
dalam membedakan kata baku dan tidak baku.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian Bahasa Indonesia baku ?
Apa pengertian Bahasa Indonesia nonbaku ?
Apa ciri-ciri Bahasa Indonesia baku ?
Apa ciri-ciri Bahasa Indonesia nonbaku ?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui dan memahami konteks Bahasa Indonesia baku dan nonbaku.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa
yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan disepakati
penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.
baku I
Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya ; (2) sesuatu yang dipakai sebagai
dasar ukuran (nilai, harga, standar).
baku II
baku I
pokok, utama ; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;
baku II
saling
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.
baku I
baku II
Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh
karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau
yang menjadi standar. Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk memahami
2
konsep yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling menyatu,
yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas di bawah ini.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris
dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius
Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa
yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat
secara luas.
Di dalam Bahasa dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusiana berpengertian
bahwa bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima,
dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984 : 104). Didalam tata
bahasa rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan pendidikan menengah, Gorys Keraf
berpengertian bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan
umum untuk seluruh penutur bahasa itu (1991 : 8).
Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan
kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan
3
sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa baku sebenanya merupakan bahasa yang
digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks
penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan
pengungkapan gagasan secara tepat.
Istilah bahasa non baku (tidak baku) ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah
bahasa nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa
nonstandar”, “ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.
Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah
satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam
pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).
Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa
memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa
dipakai oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang
berbeda pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard, Jhon,
dan Heidi dalam Barus 2014:7)
Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak
memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang berkode
bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi.
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya
telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat
Indonesia secara luas.
Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dari beberapa kalimat dalam undang-undang tersebut menunjukkan bahasa baku, dan
merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.
Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak
dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara
luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.
4
E. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku
Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan
tetap di dalam kalimat.
Misalnya: Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua
diangapnya penipu.
5
Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya: - saudaranya
- Dikomentari
- Mengotori
- harganya
Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik
kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan
Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).
F. Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar.
Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang dari norma
baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa. Kesalahan berbahasa adalah
pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu.
Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru
6
dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan
(error) dan kekeliruan (mistake).
Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran
bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa
tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus
dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak
terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah. Pada makalah ini, akan dijelaskan tentang taksonomi
kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif dan efek komunikatif.
Taksonomi Kategori Linguistik
Taksonomi Siasat Permukaan
Taksonomi siasat permukaan memfokuskan pada cara-cara struktur luar bahasa berubah. Para
penutur bahasa mungkin saja :
Kesalahan yang bersifat penghilangan ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang
seharusnya ada dalam bahasa yang baik dan benar. Kesalahan penambahan ditandai oleh
hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak ada dalam ujaran yang baik dan benar. Salah
formasi ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Salah susun
ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem.
Taksonomi Komparatif
7
Dalam kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan bahasa kedua sudah sangat sering
dibandingkam dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa
sasaran sebagai bahasa pertama mereka dan mengekuivalensikan frase-frase atau kalimat-
kalimat dalam bahasa ibu mereka. Dengan demikian, klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam
taksonomi komparatif (atau comparative taxonomy) didasarkan pada perbandingan-
perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi
tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).
Contoh:
Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan,
kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat
hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.
Contoh:
Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa
Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam bahasa Karo
(Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena tuturan
yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya adalah “makanan
teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka
seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa
Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa
lain (Bahasa Inggris) ke dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter” yang
memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat
(4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang
seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.
8
Kesalahan Taksa (Ambiguous Errors)
Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang berdiri di
depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak
itu adalah ibu.
Menurut Dulay dan Burt (1974), dalam membuat analisis komparatif kesalahan anak-anak,
menyebutnya sebagai kesalahan unik (Unique errors) yang mengacu pada keunikannya bagi
para pelajar bahasa kedua. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat
dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini
tidak dapat dilacak dari bahasa pertama maupun bahasa kedua. Misalnya: anak kecil yang
mulai belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kalimat)
yang tidak dapat dijelaskan dari bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Contoh:
Kesalahan unik pada contoh satu (1) adalah pada ragam bahasa yang digunakan. Pada
kalimat tidak apa-apa dituturkan menjadi gak papa gin.
Jika taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri,
maka taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari
perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca.
9
Yang seharusnya :
Yang seharusnya :
- Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang
Yang seharusnya :
Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang
biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya
terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan
“lokal”. Dalam bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai berikut.
Yang seharusnya:
10
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan
dasar ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif
karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik
karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara
tertulis maupun terucap.
Bahasa tidak baku adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode
bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman, dan lain-lain.
2. SARAN
Di Indonesia sangat banyak terdapat bahasa-bahasa daerah yang berbeda antara daerah
satu dengan lainnya. Perbedaan itu bukanlah suatu halangan bagi bangsa Indonesia untuk
tetap berkomunikasi dengan baik dan benar. Negara Indonesia juga memiliki bahasa nasional,
yaitu bahasa Indonesia itu sendiri. Dalam bahasa Indonesia kita telah mengenal bahasa baku
dan bahasa nonbaku. Bahasa-bahasa tersebut dapat dipergunakan sesuai dengan tempat dan
situasi yang sedang di hadapi. Tetaplah gunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan
kondisi, tempat dan keperluan serta situasi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Moeliono, Anton M. 1975. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra. Bandung: Angkasa.
https://pendisetiyo.blogspot.com/2016/06/makalah-kata-baku-dan-tidak-baku.html
12