Anda di halaman 1dari 27

KAIDAH KOSAKATA BAHASA INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING:
I Made Dama Sucipta, S.Pd.M.Pd.

DISUSUN OLEH:

1. Ni Kadek Egy Pratiwi 2115613020


2. Putu Intan Yuli Dewi 2115613050
3. Ni Luh Widyastuti 2115613080
4. Ni Putu Ayu Ariningsih 2115613110
5. Ni Luh Putu Ariyani 2115613135

1E
D3 AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, atas segala rahmat-Nya sehingga makalah „Kaidah Kosakata„
ini dapat tersusun sampai selesai dengan tepat waktu. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari antar anggota yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Makalah ini kami susuan dengan
harapan, semoga materi yang kami sampaikan dalam makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca yang bisa dengan mudah
dipelajari dan dipahami. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat menerima segala
bentuk kritik dan saran dari pembaca dalam penyempurnaan makalah ini.

Badung, 19 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah ......................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1. Kaidah Kosakata ........................................................................................... 3
2.2. Jenis-jenis kosakata ...................................................................................... 8
2.3. Perkembangan dan Pengembangan Kosakata ............................................ 11
2.4. Kosakata yang sering salah penyebutannya ............................................... 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 23
3.1. Simpulan ..................................................................................................... 23
3.2. Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan


manusia. Demikian pula pengajaran bahasa adalah inti dari dasar bagi mata
pelajaran lainnya, lelebih-lebih bagi para siswa sekolah dasar. Berhasil atau
tidaknya anak-anak mempelajari dan menguasai berbagai mata pelajaran dan
pengetahuan di sekolah dan dalam masyarakat, sangat tergantung pada
pengetahuan dan penguasaan bahasa yang dimiliki anak. Ada beberapa pedoman
yang harus di perhatikan dalam penggunaan bahasa pengantar yang termuat
dalam Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
sebagai berikut:

1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi Bahasa


pengantar dalam Pendidikan nasional.
2. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam
tahap awal pendidikan bila diperlukan dalam penyampaian
pengetahuan dan keterampilan tertentu.

Jadi pembelajaran bahasa indonesia di sekolah bertujuan untuk


meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan
maupun tertulis dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasinya.
Perlu disadari bahwa belajar bahasa tidak akan terlepas dari belajar
kosakata, penguasaan kosakata merupukan hal terpenting dalam keterampilan
berbahasa, tanpa penguasaan kosakata yang memadai, maka tujuan pembelajaran
bahasa tidak akan tercapai, karena semakin banyak kosakata yang dimiliki
seseorang, semakin terampil pula ia berbahasa. Penguasaan kosakata merupakan
salah satu syarat utama yang menentukan keberhasilan seseorang untuk terampil
berbahasa, semakin kaya kosakata seseorang semakin besar kemungkinan

1
2

seseorang untuk terampil berbahasa dan semakin mudah pula ia menyampaikan


dan menerima informasi baik secara lisan, tulisan, maupun menggunakan tanda –
tanda dan isyarat.
Istilah kosakata dalam bahasa indonesia terus saja diperbarui karena damak
meluasnya ranah pemakaian bahasa seiring kemajuan teknologi, ilmu
pengetahuan, dan seni. ini menuntut kosakata bahasa indonesia terus bertambah
dan harus diketahui penggunaan kosakata bahasa indonesia yang benar.
Kosakata bahasa indonesia yang benar harus memiliki ciri baku, lazim,
hemat dan cermat (Arifin, 1989: 79). Artinya, dalam pemilihan kata (diksi) yang
berhubungan dengan bahasa indonesia yang benar harus memenuhi syarat
baku,lazim, hemat dan cermat.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa saja jenis-jenis kaidah kosakata?


2. Apa saja bagian dari kaidah kosakata?
3. Apa saja kaidah kosakata yang sering salah dalam penyebutannya?
4. Bagaimana perkembangan dan pengembangan kosakata?

1.3. Tujuan

Untuk menambah pengetahuan mahasiswa tetang jenis-jenis kosakata,


bagian dari kaidah, kosakata yang masih salah dalam penyebutannya serta
perkembangan dan pengembangan kosakata bahasa indonesia dengan baik dan
benar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kaidah Kosakata

Kaidah kosakata adalah patokan atau ukuran yang dijadikan pedoman


bagaimana menggunakan kosakata yang baik dan benar.
1. Kata Baku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kosakata


adalah perbendaharaan kata. Sedangkan, baku adalah tolak ukur yang
berlaku untuk kuantitas atau kualitas yang ditetapkan berdasarkan
kesepakatan. Kosakata baku adalah kosakata bahasa Indonesia yang
sesuai dengan KBBI dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau
yang saat ini menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI). EYD sendiri sudah berlaku sejak 1972. Lalu, pada tanggal
26 November 2016, EYD resmi digantikan dengan PUEBI. PUEBI
yang menjadi pedoman hingga saat ini adalah edisi keempat
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tanggal 26 November 2016. Kata
Baku adalah kata yang telah ditentukan dalam satu kaidah tertentu dan
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) menjadi acuan.
Pembakuan kosakata dalam KBBI disebutkan pembakuan
adalah ‘proses’. Artinya, pembakuan bukanlah hasil kata yang berupa
kata baku. Secara gramatikal, pembakuan dapat dimaknai langkah
menuju kosakata baku. Dengan begitu, pembakuan dapat dikatakan
sebagai tindakan bagaimana sebuah kosakata dikatakan baku atau
tidak. Untuk dapat dikatakan kosakata baku harus melalui tiga aspek.
Ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut :
a. Dikodifikasi

Istilah ini merupakan terjemahan dari bahasa


Inggris yang berarti sebagai hal memberlakukan suatu

3
4

kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di


dalam tata bahasa. Dalam KBBI, kodifikasi diartikan
„pencatatan norma yang telah dihasilkan oleh pembakuan
dalam bentuk buku tata bahasa, seperti pedoman lafal,
pedoman ejaan, pedoman pembentukan istilah, atau
kamus‟.
b. Diterima atau Berterima
Bahasa baku harus diterima atau berterima di
masyarakat umum. Aspek ini merupakan kelanjutan dari
aspek kodifikasi. Dengan penerimaan masyarakat,
bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan
dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku.
c. Difungsikan atau Dipakai
Kelanjutan dari aspek kedua, kosakata baku
difungsikan atau dipakai oleh masyarakat luas. Hal ini
dijadikan model atau acuan oleh masyarakat. Acuan ini
menjadi ukuran yang disepakati secara umum tentang
kode bahasa dan kode pemakaian bahasa di dalam situasi
tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.

Dikutip dari buku Pedoman Kata Baku dan Tidak Baku


Dilengkapi Ejaan yang disempurnakan oleh Ernawati Waridah,
berikut ini fungsi penggunaan kata atau bahasa baku:
a) Pemersatu
Kata baku berfungsi untuk mempersatukan sekelompok
orang menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa. Contoh:
Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu
bangsa.
b) Pemberi kekhasan
Kata baku juga dapat menjadi pembeda dengan
masyarakat lain atau menjadi ciri khas suatu masyarakat.
c) Pembawa kewibawaan
5

Kata baku berfungsi untuk memperlihatkan kewibawaan


bagi pemakainya.
d) Kerangka acuan
Selain itu, kosakata baku juga dapat digunakan sebagai
kerangka acuan atau tolak ukur bagi benar tidaknya
pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang.

Ciri-ciri Kata Baku :


1) Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Contoh:
- saya (baku) ; gue (tidak baku)
- merasa (baku) ; ngerasa (tidak baku)

2) Tidak dipengaruhi bahasa asing


Contoh:
- itu benar (baku) ; itu adalah benar (tidak baku)
- banyak guru (baku) ; banyak guru-guru (tidak
baku)
3) Bukan merupakan ragam bahasa percakapan
Contoh:
- bagaimana (baku) ; gimana (tidak baku)
- tidak (baku) ; nggak (tidak baku)
4) Pemakaian imbuhan dilakukan secara eksplisit
Contoh:
- menangis (baku) ; nangis (tidak baku)
- bermain (baku) ; main (tidak baku)
5) Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
Contoh:
- sehubungan dengan (baku) ; sehubungan (tidak
baku)
- terdiri atas/ dari (baku) ; terdiri (tidak baku)
6) Tidak mengandung makna ganda dan tidak rancu
Contoh:
6

- mengatasi (baku) ; mengejar (tidak baku)


- menghemat (baku) ; mempersingkat (tidak baku)
7) Tidak mengandung arti pleonasme (menambahkan kata
yang sebenarnya tidak diperlukan)
Contoh:
- mundur (baku) ; mundur ke belakang (tidak
baku)
- hadirin (baku) ; para hadirin (tidak baku)
8) Tidak mengandung hiperkorek
Contoh:
- khusus (baku) ; husus (tidak baku)
- masyarakat (baku) ; masarakat (tidak baku)
2. Kata Lazim

Bahasa Indonesia yang benar menuntut pemakaian kata yang


lazim yaitu, kosakata yang sudah dikenal oleh masyarakat luas atau
kata yang familiar dalam hal ini, kalau yang digunakan adalah bahasa
Indonesia yang benar hindarilah penggunaan kata asing dan kata-kata
daerah. Hal ini bisa menimbulkan ketidakpahaman di pihak lawan
bicara atau pembaca, karena kata asing dan kata daerah sulit dipahami.
Berikut diberikan beberapa contoh kata yang lazim dan kata
yang tidak lazim :

Kata Lazim Kata tidak Lazim

Suku cadang Sparepart

Masukan Input

Hasil Output

Rapat Meeting

Latar belakang Background

Memesan Booking

Menangani Meng-handl
7

Apabila kita hubungkan dengan istilah kosakata bahasa asing


yang terdapat pada istilah penerjemah asing, maka istilah baru bisa
dibentuk dengan cara menjermahkan istilah asing tersebut, contohnya
seperti di bawah ini :

Semenwerking = kerjasama
Balanced = anggaran berimbang
Network = jaringan
Medication = pengobatan

Di dalam penerjemahannya sebaiknya tidak digabungankan


antara bentuk positif dan begitu juga sebaliknya.
3. Kata Hemat
Kata yang hemat maksudnya kata yang tidak berlebihan atau
mubazir. Bahasa Indonesia yang benar menuntut pemakaian yang
hemat, yaitu kata-kata yang tidak berlebihan. Berikut ini adalah
beberapa contoh kata hemat dan kata tidak hemat, yaitu:

Kata tidak hemat Kata hemat


Adalah merupakan Adalah atau
merupakan
Agar supaya Agar atau supaya
Seperti misalnya Seperti atau misalnya
Seperti …. dan sebagainya Seperti atau …dan
sebagainya
Seperti …. dan lain-lain Seperti atau … dan
lain-lain
Berbagai faktor-faktor Berbagai faktor
Menyatakan persetujuan Menyetujui
Menggunakan pakaian Berpakaian
4. Kata Cermat

Memilih kata yang cermat maksudnya memilih kata yang tepat


sesuai dengan arti dan fungsinya. Dalam bahasa Indonesia dikenal
8

adanya kata-kata yang bersinonim, yaitu beberapa kata yang


mempunyai arti yang sama. Namun, kata-kata tersebut belum tentu
memiliki distribusi pemakaian yang sama.
Berikut ini adalah beberapa contoh kata cermat dan kata tidak
cermat, yaitu :

Kata Cermat Kata tidak Cermat


a. Sesuai dengan …… a. Sesuai …
b. terdiri atas …../ terdiri dari …. b. terdiri …
c. baik ….. maupun c. baik ….. ataupun
d. antara ….. dan d. antara …. dengan
e. pukul 14.00 WITA e. jam 14.00 WITA
f. tiap-tiap peserta …. f. masing-masing peserta ….
g. nyaris mati … g. hampir mati …
h. hampir menang … h. nyaris menang …
i. bekas rumah ….. i. bekas Gubernur
j. mantan Presiden j. mantan sekolah

2.2. Jenis-jenis kosakata

1. Kosakata Dasar

Kosakata dasar (basic vocabularry) adalah kata yang tidak


mudah berubah atau bisa dikatakan sedikit kemungkinan diambil dari
bahasa lain atau bisa dikatakan kata yang masih asli dan belum
mendapat imbuhan. Dalam kosakata dasar terdapat dua macam yaitu :
a. Kata dasar primer adalah kata yang benar-benar asli.
Misalnya :
1) Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, anak, nenek,
kakek, paman, bibi.
2) Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala,
rambut, lidah.
3) Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu,
ini, itu, sana, sini.
9

4) Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh,


seratus.
5) Kata kerja, misalnya: makan, belajar, bekerja.
6) Kata keadaan, misalnya: suka, lapar, haus.
7) Kosakata benda, misalnya: kursi, gitar,
penggorengan.

b. Kata dasar sekunder adalah kata dasar yang sudah


mendapat imbuhan. Misalnya :
1) Bermain, dimana kata bermain mendapatkan
imbuhan awalan ber- dan ditambah kata dasar
main.
2) Membakar, dimana kata membakar mendapatkan
imbuhan awalan mem- dan ditambah kata dasar
bakar.
2. Kosakata Umum

Kosakata umum adalah pengelompokan kata yang bersifat


umum, yang dipergunakan oleh setiap orang pada umumnya. Contoh :
meja, motor, mobil, dan makanan.
3. Kosakata Spesial
Kosakata spesial adalah pengelompokan kata yang digunakan
khusus dalam dunia profesi atau ilmu pengetahuan tertentu.
Contohnya:
a. Autoimun adalah respon imun tubuh yang menyerang
jaringan atau organ tubuh itu sendiri.
b. Jurnal adalah tempat melakukan pencatatan bagi segala
jenis bukti transaksi keuangan pada perusahaan dalam
suatu periode tertentu.
c. Pranala adalah kata yang digunakan untuk menggantikan
penggunaan kata hyperlink di bidang IT.

4. Kosakata Aktif dan Pasif


10

Kosakata aktif adalah kosakata yang sering digunakan dalam


berbicara atau menulis, sedangkan kosakata pasif adalah kosakata
yang jarang digunakan atau di temui orang-orang, tetapi akan
menimbulkan reaksi bahasa bila di dengar atau di baca oleh seseorang.
Kosakata pasif lebih sering ditemui pada dunia sastra khususnya
dalam menulis puisi. Sebagai contoh dapat tergambar dalam tabel di
bawah ini :

Kosakata Aktif Kosakata Pasif

Bunga, kembang Puspa, kusuma

Matahari Surya, mentari

Angin Bayu, puwana

Hati Kalbu

Jiwa Sukma

Makan Santap

Berkata Bertitah

Wajah Paras

Cerita Alkisah

Sambil Seraya

Dahulu (zaman) Bahari

5. Bentukan Kosakata Baru

Kosakata baru ini muncul disebabkan adanya sumber dalam dan


sumber luar bahasa. Sumber dalam diartikan sebagai kosakata
swadaya bahasa Indonesia sendiri, sedangkan sumber luar merupakan
sumber yang berasal dari kata-kata bahasa lain. Kosakata sumber luar
11

ini meliputi pungutan dari bahasa daerah ataupun juga bahasa asing.
Penciptaan kata-kata baru akan memperkaya kosakata bahasa
Indonesia khususnya para remaja. Remaja biasanya menyalurkannya
melalui media sosial. Contoh yang biasanya di temui seperti :
a. Pramusiwi adalah karyawati yang bekerja pada sebuah
keluarga dengan tugas utama adalah merawat bayi
ataupun anak-anak dari keluarga tempat ia bekerja.
b. Swafoto adalah potret diri sendiri yang diambil mandiri
dengan memakai kamera digital atau ponsel dan pada
umumnya diunggah ke media sosial.
c. Gawai adalah alat atau perkakas yang menunjang
pekerjaan.
d. Warganet adalah istilah baru yang serig di jumpai di
dunia infotainment yang berarti netizen.
e. Daring atau luring adalah kosakata baru untuk mengganti
istilah online atau offline. Daring yang berarti „dalam
jaringan‟ dan luring berarti „luar jaringan‟.
f. Narahubung adalah kosakata lain dari contact person
yang bisa juga diartikan orang yang bisa dihubungi
melalui telepon seluler.

2.3. Perkembangan dan Pengembangan Kosakata

Perkembangan dan pengembangan sejatinya merupakan dua proses


yang berbeda, tetapi menghasilkan keluaran yang sama, yakni kebaruan suatu
kosakata. Perkembangan merupakan proses yang telah terjadi secara alamiah
atau paling tidak tanpa usaha secara sadar. Sementara itu, Pengembangan
adalah proses yang terjadi secara sadar, terarah, dan bersifat ilmiah.
1. Perkembangan Kosakata Bahasa Indonesia

Faktanya bahwa kosakata bahasa Indonesia berasal dari bahasa


Melayu. Bahasa itu kemudian berkembang karena adanya kontak
dengan beragam penutur bahasa lainnya, baik melalui perdagangan,
perkawinan, maupun globalisasi. Kontak dengan bahasa lain, seperti
12

bahasa Sanskerta, Hindi, Tamil, Belanda, Portugis, Arab, Parsi, dan


Inggris, memberikan warna baru bagi perkembangan kosakata bahasa
Indonesia. Selain itu, adanya pengaruh bahasa-bahasa daerah dalam
komunikasi sehari-hari juga menjadi faktor perkembangan yang tidak
terhindarkan, baik dalam segi penambahan jumlah maupun perubahan
makna.
Chaer (2007) mengatakan bahwa untuk melihat perkembangan
kosakata bahasa Indonesia, paling tidak sejak proklamasi
kemerdekaan hingga kini, ada beberapa fakta yang dapat dicatat.
Berikut adalah enam di antaranya.
1) Munculnya Kosakata Baru

Sejalan dengan perkembangan budaya dan sosial


masyarakat Indonesia, kosakata yang digunakan pun
selalu berkembang menyesuaikan kebutuhannya.
Terdapat banyak kosakata yang awalnya tidak dikenal,
tetapi kemudian hadir untuk memenuhi kebutuhan
penamaan baru terhadap suatu hal. Kosakata itu di
antaranya adalah gojek, televisi, pemugaran, internet,
media sosial, dan peretas.

2) Sebagian Besar Kosakata dari Bahasa Belanda Lenyap

Hengkangnya Belanda dari Indonesia nyatanya


tidak hanya berdampak terhadap politik dan
pemerintahan, tetapi juga terhadap penggunaan
bahasanya. Kosakata dalam bahasa Belanda banyak yang
lenyap dan digantikan oleh padanannya yang berasal dari
bahasa Inggris. Misalnya, kata formil digantikan oleh
kata formal, kata montir digantikan oleh
kata mekanik, dan kata karcis digantikan oleh kata tiket.

3) Leksikalisasi dalam Pemberian Proses Morfologi


13

Pemberian proses morfologi pada kosakata yang


berasal dari bahasa Inggris juga kerap terjadi dalam
perkembangan bahasa Indonesia saat ini, misalnya me-
recall, mem-blacklist, dan meng-upgrade. Fakta ini
menunjukkan bahwa sistem morfologis bahasa Indonesia
bersifat fleksibel. Hal ini juga terlihat dari fakta bahwa
proses leksikalisasi tersebut juga berlaku pada kata dasar
yang berupa akronim dan singkatan. Misalnya, ditilang
dan di-PHK.

4) Akronim

Akronim juga menjadi penanda berkembangnya


bahasa Indonesia hingga hari ini. Beberapa akronim yang
awalnya tidak ada, tetapi kemudian dibuat oleh penutur
bahasa Indonesia adalah warnet (warung internet), hansip
(pertahanan sipil), dan petrus jakendor (pepet terus
jangan kasih kendor).

5) Deakronimisasi

Deakronimisasi adalah pembuatan kepanjangan


baru dari kata-kata yang telah ada dan secara inheren
memiliki makna leksikal. Kepanjangan baru yang dibuat
itu biasanya merupakan gurauan atau cemoohan.
Misalnya, umar ditafsirkan sebagai akronim dari untung
masih ada rambut, benci ditafsirkan sebagai akronim dari
benar-benar cinta, dan romantis ditafsirkan sebagai
akronim dari rokok, makan, dan minum gratis. Proses
deakronimisasi ini sejalan dengan proses pelesetan, yakni
proses memberi tafsiran lain terhadap suatu bentuk.

6) Perubahan makna kata


14

Perubahan makna kata dapat terjadi karena


kebutuhan untuk mewadahi suatu konsep yang belum
ada kosakatanya atau konsep yang memiliki kesamaan
komponen makna dengan kosakata yang telah ada
sebelumnya. Misalnya, penggunaan kata menyiarkan
„menyebarkan‟. Awalnya makna dari kata menyiarkan
identik dengan fungsi radio, tetapi sekarang juga
digunakan untuk mendefinisikan penyebaran lainnya
seperti menyiarkan uang palsu. Perkembangan kosakata
suatu bahasa juga dapat memperlihatkan perkembangan
sosial budaya penuturnya. Perkembangan ini bersifat tak
terbatas ia akan selalu berkembang selama penuturnya
masih ada dan menggunakan bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari.

2. Pengembangan Kosakata Bahas Indonesia

Chaer (2007) mengungkapkan bahwa pengembangan kosakata


bahasa Indonesia memang menjadi tugas instansi pemerintah yang
mengurusi bahasa, tetapi pengembangan ini sebenarnya juga dapat
dilakukan oleh lembaga kemasyarakatan maupun perorangan.
Dalam buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah atau PUPI
(2005) disebutkan bahwa tidak ada satu pun bahasa yang memiliki
kosakata lengkap dan tidak memerlukan ungkapan untuk gagasan,
temuan, atau rekacipta yang baru. Ini menjadi semangat dasar dalam
upaya mengembangkan bahasa Indonesia dari masa ke masa.
Pengembangan kosakata bahasa Indonesia dilakukan dengan
menciptakan padanan kata atau istilah baru yang dibutuhkan oleh
masyarakat, baik untuk kebutuhan umum maupun ilmiah. Pemadanan
ini dapat dilakukan dengan penerjemahan, penyerapan, ataupun
gabungan keduanya.
Buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2005)
menyebutkan lima syarat pembentukan istilah yang baik dalam
15

kosakata bahasa Indonesia, yakni tepat, singkat, berkonotasi baik,


sedap didengar (eufonik), dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
- Tepat artinya istilah yang dipilih adalah kata atau frasa
yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep dan
tidak menyimpang dari maknanya.
- Singkat berarti istilah yang dipilih merupakan kata atau
frasa yang paling singkat di antara pilihan dengan
rujukan serupa yang tersedia.
- Berkonotasi baik artinya istilah yang dipilih adalah kata
atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik bagi
masyarakat umum.
- Eufonik berarti istilah yang dipilih merupakan kata atau
frasa yang sedap didengar.
- Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia berarti pemilihan
tersebut harus disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku demi menjaga kekonsistenannya.
Keberlangsungan padanan tersebut tentu kembali lagi ke penutur
bahasa Indonesia apakah mereka menerimanya atau tidak dan apakah
mereka menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari atau
mengabaikannya. Bagi sebagian orang, upaya memadankan istilah
asing ke dalam bahasa Indonesia mungkin sekilas tampak remeh-
temeh dan tidak terlalu dibutuhkan. Namun, upaya pemadanan ini
sejatinya merupakan upaya untuk memperkaya dan melengkapi
kosakata bahasa Indonesia yang kita miliki. Jika kita mengabaikan
upaya pemadanan, tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu hari nanti
sebagian besar kata dan istilah yang digunakan oleh masyarakat
merupakan istilah asing tanpa adanya penyesuaian terhadap kaidah
bahasa Indonesia.
Upaya merawat dan mengembangkan bahasa Indonesia adalah
upaya gotong royong. Kepedulian dan kepekaan terhadap kebutuhan
bahasa dalam masyarakat menjadi kunci utamanya. Ingat, bahasa
adalah identitas bangsa. Identitas bangsa adalah bagian dari identitas
16

kita bersama. Merawat identitas bangsa artinya merawat identitas kita


sebagai bagian darinya.

2.4. Kosakata yang sering salah penyebutannya

1. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua kata (morfem) dasar yang
menghasilkan kata dengan makna baru. Kata ini berbeda pula dengan
frasa sehingga harus benar-benar diperhatikan.
a. Ditulis serangkai

Kata-kata ini harus ditulis serangkai, tetapi kadang-


kadang salah ditulis dan dipisah menjadi dua kata.

Benar Salah

adakalanya ada kalanya

apabila apa bila

bagaimana bagai mana

barangkali barang kali

bilamana bila mana

b. Ditulis terpisah
- Alih tugas, anak emas, beri tahu, duta besar,
hancur lebur, ibu kota, juru tulis, kambing hitam,
kerja sama, lipat ganda, rumah sakit umum, salah
duga, sepak bola, serba guna, tanda tangan,
tanggung jawab, tata bahasa, temu wicara, terima
kasih, tepuk tangan,
17

- Jika diberi imbuhan konfiks awalan atau akhiran


(hanya salah satunya), penulisan imbuhan
dirangkai hanya dengan kata yang terdekat,
misalnya: bertanda tangan, berterima kasih,
bertanggung jawab, tanda tangani, memberi tahu,
dll.
2. Partikel Per

Partikel per harus ditulis terpisah jika:


- berarti "tiap": per meter, per orang;
- berarti "mulai": per Oktober, per April;
- berarti "demi": satu per satu.
Selain dari ketiga kasus tersebut, bentuk terikat "per-" yang
berarti pecahan dan yang tergolong imbuhan ditulis serangkai,
misalnya: lima persen, dua pertiga, tujuh persembilan, seperlima,
perhatikan, perbaiki, permudahlah, persatukan.

3. Tanda baca

Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan


fonem atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan
untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga
intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan.
a) Tanda koma

Tanda koma adalah tanda baca yang memiliki


bentuk mirip apostrof atau tanda petik tunggal tapi
diletakkan di garis dasar teks. Beberapa jenis huruf
menggambarkannya sebagai suatu garis kecil yang agak
melengkung atau kadang lurus, atau seperti angka
sembilan yang diisi bagian lubangnya.
Sebelum kata-kata berikut tidak boleh ada tanda
koma. Bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun,
meskipun, kendatipun, apabila, jika, supaya, ketika,
18

sebelum, sesudah, andaikata, sungguhpun, sekalipun,


setelah, dan sebagainya.
Ungkapan penghubung antarkalimat diikuti tanda
koma. Oleh karena itu, padahal, malah, oleh sebab itu,
meskipun begitu, lagi pula, kalau begitu, selain itu,
bahkan, jadi, namun, meskipun demikian.
b) Tanda titik
Tanda titik merupakan tanda baca yang
menunjukkan intonasi dan jeda saat membaca kalimat.
- Tanda titik (.) digunakan untuk mengakhiri
kalimat.
- Tanda titik (.) memiliki jeda yang panjang.
- Tanda titik juga digunakan pada akhir
singkatan.
Setelah tanda titik (.) kalimat diawali dengan huruf
kapital. Contoh: Sekolah Badu terletak di Jl. Mawar 9.

4. Awalan

Awalan atau prefiks adalah sebuah afiks yang dibubuhkan


pada awal sebuah kata dasar. Kata "awalan" sendiri diserap dari
bahasa Arab yaitu kata "awwal" yang terdiri dari kata dasar "awwal"
yang berarti "awal" dan akhiran "-an".pertengahan Bahasa Indonesia
terutama banyak menggunakan awalan untuk menurunkan sebiji kata.

 Awalan di-/ke- dan kata depan di/ke


Kata depan "di" yang menyatakan arah atau tempat dan
merupakan jawaban atas pertanyaan "Di mana?" ditulis terpisah.
Contoh: di bawah, di depan, di belakang, di samping, di atas. "Ke"
yang menyatakan arah dan dapat menjawab pertanyaan "Ke
mana?" ditulis terpisah. Contoh: ke depan, ke samping, ke atas, ke
belakang.
 Preposisi "di" dan "pada”
19

Menurut buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi


dkk., 2003, hlm. 295), preposisi “di” adalah penanda hubungan
tempat, sedangkan “pada” adalah penanda hubungan waktu.
Kesalahan umum yang sering dilakukan adalah penggunaan “di” di
depan kata penunjuk waktu seperti “di tahun”, “di masa”, “di
abad”, dll. Sesuai dengan peran semantisnya, seharusnya di depan
kata penunjuk waktu digunakan kata depan “pada”: “pada tahun”,
“pada masa”, “pada abad”, dll.
Buku Tatabahasa Indonesia (Keraf, 1984, hlm. 81)
menjelaskan lebih lanjut bahwa kata depan di, ke, dan dari
digunakan hanya untuk kata-kata yang menyatakan tempat atau
sesuatu yang dianggap tempat. Bagi kata-kata yang menyatakan
orang, nama orang, nama binatang, nama waktu, atau kiasan
dipergunakan kata pada untuk menggantikan di atau kata depan
lain yang digabungkan dengan pada, seperti daripada dan kepada.

Benar Salah

pada tahun ditahun, di tahun

pada bulan dibulan, di bulan

pada hari dihari, di hari

pada waktu diwaktu, di waktu

pada masa dimasa, di masa

5. Huruf-huruf yang hampir sama bunyinya

Huruf-huruf dalam kata-kata berikut ini kadang-kadang saling


tukar-menukar:
20

1) Huruf vokal a, i, u, e, o

Huruf a menjadi i
Huruf e menjadi a

Benar Salah
Benar Salah

aktual aktuil
akta akte
formal formil
frasa frase
trotoar trotoir
camilan cemilan

2) Huruf konsonan

Benar Salah Huruf t menjadi d

paham faham
Benar Salah
pikir fikir
berpikir berfikir
bejat bejad

nekat nekad

otopet otoped

6. Pengaruh Imbuhan

Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada


sebuah kata, entah di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan di antara
tiga imbuhan itu, untuk membentuk kata baru yang artinya
berhubungan dengan kata yang pertama.

a) kata dasar ubah (dipengaruhi pengucapan


be·ru·bah/pe·ru·bah·an, alih-alih ber·u·bah/per·u·bah·an):
21

Baku Tidak baku

ubah rubah, robah

diubah dirubah

mengubah merubah

b) beberapa kata dasar yang dimulai dengan "tel..." salah diberi


imbuhan "ter-"+"l..."

Baku Tidak baku

telanjur terlanjur

telantar terlantar

7. Huruf Kapital

Huruf Kapital disebut juga Huruf Besar, adalah huruf yang


berukuran dan berbentuk khusus, biasanya digunakan sebagai huruf
pertama dari kata pertama dalam kalimat, huruf pertama nama diri,
dan sebagainya.
a. Huruf kapital pada nama orang dan julukan

Tambahan julukan merupakan aturan baru yang


tidak ada dalam EYD, namun ditambahkan dalam
PUEBI.
 Nama orang:
- Dewi Sartika
- Wage Rudolf Supratman
 Nama Julukan:
- Bapak Koperasi
22

- Jenderal Kancil
 Nama orang disertai julukan:
- Alessandro Volta
- Rudolf Diesel

b. Huruf kapital di awal kalimat

Sama seperti EYD, huruf kapital juga digunakan


dalam awal kalimat pada PUEBI, contohnya:
 Apa yang sedang kamu lakukan?
 Saya sedang mengerjakan tugas.
 Minum air sebanyak delapan gelas sehari.

c. Huruf kapital dalam tahun, bulan, hari, dan hari besar


Huruf kapital digunakan dalam huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya. Berikut
Contohnya:
- tahun Hijriah - bulan Mei
- hari Natal - Tarikh Masehi
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Berdasarkan pemaparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa,


Kaidah kosakata adalah patokan atau ukuran yang dijadikan pedoman
bagaimana menggunakan kosakata yang baik dan benar. Dan seiring dengan
perkembangan zaman dari masa ke masa, penggunaan kosa kata juga ikut
mengalami pengembangan. Pengembangan kosakata bahasa Indonesia
dilakukan dengan menciptakan pemadanan kata atau istilah baru yang
dibutuhkan oleh masyarakat, baik untuk kebutuhan umum maupun ilmiah.
Upaya pemadanan kata ini sejatinya merupakan upaya untuk memperkaya
dan melengkapi kosakata bahasa Indonesia yang kita miliki. Jika kita
mengabaikan upaya pemadanan, tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu
hari nanti sebagian besar kata dan istilah yang digunakan oleh masyarakat
merupakan istilah asing tanpa adanya penyesuaian terhadap kaidah bahasa
Indonesia.

3.2. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih banyak mengalami
kekurangan baik dari segi penggunaan kata yang masih terlihat rancu maupun
hal yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Penulis harap pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya penulis
mampu menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail dengan sumber
yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2015.Kara Aktif dan Pasif dalam Bahasa Indonesia.


https://www.kompasiana.com/image/jonter/55283e42f17e61e22f8b45b7/kata-aktif-
dan-pasif-dalam-bahasa-indonesia.Diakses tanggal 18 September 2021.

Indonesia,Quipper.2017.Ini Dia 15 Kosakata Baru dalam Bahasa Indonesia yang


Mungkin Belum Kamu Tahu!.https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/your-
life/ini-dia-15-kosakata-baru-dalam-bahasa-indonesia-yang-mungkin-belum-kamu-
tahu/.Diakses tanggal 18 September 2021.

Emte,Shafira D.2021.Kosakata Bahasa Indonesia: Perkembangan dan


Pengembangan.https://narabahasa.id/linguistik-umum/kata/kosakata-bahasa-
indonesia-perkembangan-dan-pengembangan-i.Diakses tanggal 16 September 2021.

Kristina.2021.Arti Kosakata Baku, Fungsi, dan Ciri-


cirinya.https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5712284/arti-kosakata-baku-fungsi-
dan-ciri-cirinya.Diakses tanggal 17 September 2021.

Redaksi-bba.2020.Pembakuan Kosakata Bahasa Indonesia.


https://bbaceh.kemdikbud.go.id/2020/12/22/pembakuan-kosakata-bahasa-
indonesia/.Diakses tanggal 19 September 2021.

Wikipedia.2021.Daftar kosakata bahasa Indonesia yang sering salah


dieja.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Daftar_kosakata_bahasa_Indonesia_ya
ng_sering_salah_dieja.Diakses tanggal 20 September 2021.

Yonada nancy.2021.penggunaan huruf kapital menurut PUEBI dan contohnya.


https://tirto.id/penggunaan-huruf-kapital-menurut-puebi-dan-contohnya-
gbuj.Diakses tanggal 19 september 2021

Suastika,I.Ketut,dkk.2020.Tema 8 Keselamatan di Rumah dan


Perjalanan.Denpasar: CV. DWI JAYA MANDIRI.

Sucipta,I Made Darma.2021.Buku Ajar Bahasa Indonesia.Jimbaran

24

Anda mungkin juga menyukai