Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU: Muh. Bahly Basri S.Pd., M.Pd.

Di Susun Oleh:

Kelompok 3

Siti Nurhaisah (230506502034)

Musyawda Ainun Najwa (230506500014)

Zada Alodia Syarod (230506501033)

Rahmat Hidayat (230506502013)

Muhammad Rizky (230506502023)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya. Tak lupa juga shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad Saw. Beserta para sahabatnya atas petunjuk dan lindungan-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang berjudul “PEDOMAN
UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA ”. Penulisan tugas makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan pada mata kuliah Bahasa Indonesia dalam program studi
pendidikan bahasa arab fakultas bahasa dan sastra Universitas Negeri Makassar.

Tugas makalah ini kami buat sebagai bahan materi dari pembahasan perkembangan
ejaan, perubahan pedoman ejaan serta kaitannya untuk kemajuan dalam bidang pendidikan
dan pemantapan Bahasa Indonesia yang merupakan materi yang akan dipelajari pada mata
kuliah Bahasa Indonesia. Sehingga, kami dapat lebih mudah untuk mempelajari materi
tersebut.

Tak hanya itu, kami juga berharap semoga tulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami dan teman-teman lainnya untuk memudahkan kami memahami materi tersebut dengan
baik. Walaupun demikian, penyusunan penulisan makalah ini masih banyak kurangnya dalam
segi penulisan maupun materi mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Ucapan Terima Kasih saya ucapkan juga kepada Bapak Dosen Mata Kuliah Bahasa
Indonesia yang telah memberikan tugas dan petunjuk sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu.

Makassar, 23 Maret 2024

Kelompok 3

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... I


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ II
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN PEUBI DAN EYD ................................................................................ 3
B. PROSES PERKEMBANGAN EJAAN .......................................................................... 4
C. PERUBAHAN PENGGUNAAN EYD MENJADI PUEBI ........................................... 7
D. KEMAJUAN PUEBI DALAM PENDIDIKAN DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA ........................................................................................................................ 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 14
Kesimpulan........................................................................................................................... 14
Kritikan dan Saran................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.


Adanya bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Sebagai mahasiswa tentu pembuatan
berbagai karya tulis ilmiah tentu sering di hadapi selama masa pendidikan. Maka dari itu,
diperlukan sarana yang dapat dijadikan pedoman dalam mendukung pembuatan karya
tulis ilmiah yaitu ragam baku tulis. Ragam baku adalah ragam yang dikembagakan dan
diakui oleh warga masyarakat yang Indonesia (PUEBI) sesuai dengan Permendikbud) RI
Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Meskipun
perubahan ini sudah berjalan selama beberapa tahun, masih saja banyak masyarakat yang
belum mengetahui adanya perubahan pedoman baru dalam penulisan ejaan bahasa
Indonesia ini. Latar belakang yang membelakangi terjadinya perubahan dalam pedoman
EYD menjadi PUEBI adalah karena adanya kemajuan teknologi dan pendidikan seiring
dengan kemajuan zaman dan untuk memantapkan fungsi dari bahasa Indonesia itu
sendiri. Atas dasar itu, PUEBI dihadirkan sebagai wujud kemajuan bahasa Indonesia
yang lebih lengkap. Perubahan isi yang termuat dalam PUEBI adalah penggunaan huruf,
pengunaan kata, penggunaan tanda baca, serta penggunaan kata serapan. memakainya
sebagai menjadi bahasa resmi dan sebagai pedoman bahasa dalam pengunaannya. Oleh
karena itu, penulisan karya-karya ilmiah menggunakan ragam baku tulis sebagai standar
penulisannya. Istilah Ejaan Yang disempurnakan (EYD) sudah tidak asing lagi didengar
dikalangan para pelajar. Pedoman EYD adalah pedoman ejaan bahasa Indonesia yang
telah di berlakukan sejak tahun 1972. Namun, pada tahun 26 November 2015, eksistensi
EYD sudah digantikan menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa.
Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat sebagai dampak
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Penggunaannya pun semakin luas
dalam beragam ranah pemakaian, baik secara lisan maupun tulis. Oleh karena itu, kita
memerlukan buku rujukan yang dapat dijadikan pedoman dan acuan berbagai kalangan
pengguna bahasa Indonesia, terutama dalam pemakaianbahasa tulis, secara baik dan
benar. Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses perkembangan ejaan dari masa ke masa?


2. Apa saja perubahan pedoman ejaan yang terjadi akibat perubahan EYD menjadi
PUEBI?
3. Apakah perubahan yang terjadi dalam pedoman ejaan membuktikan bahwa adanya
kemajuan dalam bidang pendidikan dan memantapkan fungsi Bahasa Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perkembangan ejaan apa saja yang telah dilaksanakan dari masa ke
masa
4. Untuk mengetahui apa saja perubahan pedoman ejaan yang terjadi akibat perubahan
EYD menjadi PUEBI
2. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam pedoman ejaan membuktikan bahwa
adanya kemajuan dalam bidang pendidikan dan memantapkan fungsi Bahasa
Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEUBI DAN EYD

Ejaan yang disempurnakan (EYD) adalah ejaan dalam penulisan kata-kata/kalimat


dalam Bahasa Indonesia. EYD adalah aturan dasar atau pedoman ejaan dalam bahasa
Indonesia yang pernah digunakan di Indonesia. Sebelum menggunakan EYD, negara kita
sempat menggunakan swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia
secara baik dan benar. Dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah
pedoman atau kaidah yang digunakan untuk mengeja unsur kata dalam bahasa Indonesia
secara tepat. Menurut Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No 50 tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Pasal 1 ayat 1
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dipergunakan bagi instansi pemerintah,
Perubahan dalam pedoman EYD ke PUEBI berupa penambahan, penghilangan,
pengubahan, dan pemindahan klausul. Jumlah yang tercatat dalam perubahan tersebut
adalah 20 penambahan, 10 penghilangan, 4 pengubahan, dan 2 pemindahan.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PEUBI) merupakan pedoman ejaan


bahasa Indonesia terbaru dari sepanjang sejarah ejaan bahasa Indonesia. Ejaan bahasa
Indonesia yang sebelumnya berlaku dikenal dengan EYD, yaitu ejaan yang
disempurnakan. Setidaknya terdapat lima hal perbedaan antara PEUBI dengan EYD.
Perbedaan antara PUEBI dan EYD selanjutnya adalah penggunaan tanda baca. Tanda
baca merupakan hal yang wajib diperhatikan terutama dalam bahasa tulis. Pada EYD
yang diresmikan pada tahun 1972, tanda baca titik koma (;) tidak dijabarkan selengkap di
PUEBI. Pada aturan sebelumnya, titik koma (;) hanya digunakan untuk memisahkan
bagaian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Selain itu, juga terdapat aturan, yaitu
sebagai pengganti tanda hubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat
majemuk. Selain dua aturan tersebut, aturan lain juga disampaikan di PUEBI. Aturan lain
tersebut adalah tanda titik koma (;) digunakan pada akhir princian yang berupa klausa
dan digunakan untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah
menggunakan tanda koma.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan

3
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Di Indonesia, ejaan yang digunakan dalam
bahasa Indonesia diubah, dikembangkan, dan disempurnakan oleh Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Usaha tersebut
menghasilkan Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun
2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Perubahan,
pengembangan, dan penyempurnaan ejaan dalam bahasa Indonesia telah terjadi selama
114 tahun, dimulai dari tahun 1901 sampai dengan tahun 2015 saat lalu. Selama
perubahan itu, berbagai julukan disematkan pada pedoman ejaan bahasa Indonesia untuk
memberikan gambaran berdasarkan tahun perubahannya. Berikut perubahan pedoman
ejaan yang dipakai di Indonesia dari masa ke masa.

B. PROSES PERKEMBANGAN EJAAN

Sejarah ejaan bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van


Ophuijsen. Ejaan ini dengan menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan bahasa Belanda
yang di rancang oleh Charles A. Van Ophuijsen. Dalam pelaksanaanya,Ch. Van
Ophuijsen medapatkan bantuan dari Engku Nawawi dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim. Dengan adanya perubahan pada sistem ejaan, maka ejaan bahasa Melayu yang
pada awalnya menggunakan aksara Arab Melayu (abjad Jawi) berubah menjadi Aksara
Latin. Aksara atau Abjad Jawi adalah salah satu dari abjad pertama yang digunakan
untuk menulis bahasa Melayu, dan digunakan sejak zaman kerajaan Pasai, sampai zaman
Kesultanan Malaka, Kesultanan Johor, dan juga Kesultanan Aceh serta Kesultanan Patani
pada abad ke-17. Bukti dari penggunaan ini ditemukan di Batu Bersurat Terengganu,
bertarikh 1303 Masehi (702 H). Penggunaan alfabet Romawi pertama kali ditemukan
pada akhir abad ke-19. Abjad Jawi merupakan tulisan resmi dari negri-negri Melayu
tidak bersekutu pada zaman kolonialisme Britania. Sebelum Kemerdekaan, ejaan yang
diberlakukan adalah Ejaan van Ophuijsen yang diresmikan pada 190. Ejaan ini berlaku
sampai dengan tahun 1947. Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami enam
kali perubahan ejaan, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947-1956), Ejaan
Pembaharuan (1956-1961), Ejaan Melindo (1961-1967), Ejaan Baru/ Lembaga Bahasa
dan Kasusastraan (LBK) (1967-1972), Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015),
dan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) ( 2015 sampai sekarang).
Bahasaa indonesia ditetapkan sebagai bahasa persatuan pada saat Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kemudian, sehari setelah Kemerdekaan

4
Indonesia, tepatnya pada 18 Agustus 19465, Bahasa Indonesia kedudukannya sebagai
bahasa nasional. Namun, sebelum bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional,
dulunya bahasa ini berasal dari bahasa Melayu. Sejak abad ke-7, Bahasa Melayu telah
menjadi bahasa perhubungan atau lingua franca di kawasan Nusantara. Selain berasal
dari Bahasa Melayu, bahasa Indonesia juga telah mengalami berbagai perubahan
pedoman ejaan.
Sejak masa kolonialisme hingga sekarang, tercatat ejaan Indonesia sudah
mengalami perkembangan dan perubahan sebanyak tujuh kali. Adapun perinciaan
perkembangan ejaan yaitu:
1. Ejaan Van Ophuijsen adalah ejaan yang pernah digunakan dizaman kolonialisme
Belanda. Ejaan Van Ophuijsen dirangkai oleh Van Ophuijsen, seorang ahli bahasa dari
Belanda, bersama dengan dua pakar bahasa dari Melayu, yaitu Nawawi Soetan
Makmoer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Ejaan Van Ophuijsen sendiri merupakan
hasil dari penggabungan ejaan Latin dan ejaan Belanda. Setelah rancangan ejaan
selesai dibuat, ejaan Van Ophuijsen diresmikan pemerintah Belanda pada 1901, dan
digunakan selama 46 tahun. Contoh ejaan Van Ophuijsen adalah jang (yang), saja (
saya), patjar ( pacar), dan tjara ( cara).
2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik, pada masa awal kemerdekaan, ejaan Van
Ophuijsen diganti dengan ejaan Soewandi atau ejaan Republik. Ejaan ini disebut
Ejaan Republik karena terbentuk berdekatan dengan Hari Proklamasi. Sementara itu,
ejaan ini disebut juga sebagai ejaan Soewandi karena Soewandi pada masa itu
menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ejaan Soewandi diresmikan
pada 19 Maret 1947. Adapun ciri-ciri ejaan Soewandi atau ejaan Republik adalah:
 Bunyi yang dinyatakan dengan(„) ditulis dengan k, seperti ta’ menjadi tak, pa’
menjadi pak, daan ma’lum menjadi maklum.
 Kata ulang boleh ditulis dengan angka, seperti ubur-ubur menjadi ubur2, bermain-
main menjadi bermain.
 Awla ‘di-‘ dan kata depan „di‟ keduanya ditulis seranngkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti dirumah dan disawah.
3. Ejaan Perbaharuan atau Ejaan Prijono Katoppo. Pada 1957, Profesor Prijono dan
Elvianus Katoppo bersama panitia lainnya merancang sistem ejaan bahasa Indonesia
baru yang disebut Ejaan Pembaharuan. Terbentuknya Ejaan Pembaharuan merupakan
hasil keputusan dari Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, Sumatera Utara. Akan

5
tetapi, hasil kerja itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga Ejaan
Pembaharuan belum pernah diberlakukan. Salah satu ciri khas dari Ejaan
Pembaharuan adalah disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan
dengan huruf tunggal. Contoh Ejaan Pembaharuan adalah santay menjadi santai,
harimaw menjadi harimau, dan amboy menjadi amboi.
4. Ejaan Melindo adalah ejaan hasil kerja sama antara Indonesia dengan Malaysia pada
1959 Harapannya, Ejaan Melindo dapat mulai digunakan sejak Januari 1962 di
Indonesia. Namun, karena hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia
sedang tidak baik, maka penggunaan Ejaan Melindo pun gagal diberlakukan. Contoh
Ejaan Melindo adalah sedjajar menjadi sejajar, mentjutji menjadi mencuci, dan
menana menjadi menganga.
5. Ejaan Baru adalah lanjutan dari perintisan Ejaan Melindo. Oleh sebab itu, para
perancangnya juga dapat dikatakan masih sama, yakni Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan (LBK) sekarang Pusat Bahasa, serta panitia ejaan dari Malaysia. Panitia
ini kemudian berhasil merumuskan ejaan baru yang disebut Ejaan Baru. Panitia ini
bekerja atas dasar surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 062/67,
tanggal 19 September 1967. Contoh Ejaan Baru adalah sjarat, djalan, perdjaka, tjakap,
tjipta, dan sunji.
6. Ejaan yang Disempurnakan Pada 16 Agustus 1972, Presiden RI meresmikan
penggunaan ejaan baru, yaitu Ejaan yang Disempurnakan. Ejaan yang Disempurnakan
adalah tata bahasa dalam bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa
Indonesia dalam tulisan, mulai dari penggunaan huruf kapital dan huruf miring.
Disebut Ejaan yang Disempurnakan karena ejaan tersebut merupakan hasil
penyempurnaan dari beberapa ejaan sebelumnya. Contoh Ejaan yang Disempurnakan
adalah djarum menjadi jarum, tjut menjadi cut, njata menjadi nyata, dan sjarat
menjadi syarat. Selain itu, kata ulang juga ditulis penuh dengan mengulang unsur-
unsurnya, seperti anak2 menjadi anak-anak dan bermain2 menjadi bermain-main.
7. Ejaan Bahasa Indonesia Saat ini, ejaan yang digunakan adalah Ejaan Bahasa
Indonesia atau disingkat EBI. EBI mulai diberlakukan setelah keluarnya Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015. Adapun karakteristik
dari Ejaan Bahasa Indonesia adalah: Penambahan huruf vokal diftong ei, seperti
geiser dan survei Penggunaan huruf tebal untuk judul buku dan bab.

6
C. PERUBAHAN PENGGUNAAN EYD MENJADI PUEBI

Perubahan penggunaan EYD menjadi PUEBI telah ditetapkan dalam Peraturan


Menteri dan Kebudayaan (Permendikbud) RI Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Adapun latar belakang yang membelakangi
perubahan ini antara lain :
1. Adanya Kemajuan dalam Berbagai Ilmu Kemajuan yang terjadi dalam Ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, membuat penggunaan bahasa Indonesia semakin
meluas baik secara tulisan maupun lisan.
2. Memantapkan Fungsi Bahasa Indonesia Ejaan dalam bahasa Indonesia perlu
disempurnakan untuk memantapkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan.
Perubahan ejaan yang terjadi tidak mengubah keseluruhan isi dari EYD.
Perbedaan yang mendasar dari perubahan EYD dengan PUEBI yaitu :
1. Penambahan huruf vokal diftong ei, dalam EYD hanya ada tiga yaitu ai, au, dan
ao. Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri dari lima
huruf yaitu: a, e, i, u, dan o.
2. Pada PUEBI huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan sedangkan EYD hanya penulisan nama orang tidak dengan
julukan.
3. Pada PUEBI huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah
ditulis miring sedangkan pada EYD tidak dipakai.
4. Pada PUEBI partikel pun tetap ditulis terpisah, kecuali mengikuti unsur kata
penghubung, maka ditulis serangkai sedangkan dalam EYD partikel yang sudah
lazim ditulis serangkai.
5. Pada PUEBI penggunaan bilangan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan
huruf, sesangkan pada EYD tidak diatur.
6. Penggunaan titik koma (;) pada EYD digunakan tanpa penggunaan kata dan,
sedangkan dalam PUEBI penggunaan titik koma (;) tetap menggunakan kata dan.
7. Penggunaan tanda titik koma (;) pada PUEBI dipakai pada akhir perincian berupa
klausa, sedangkan pada EYD tidak diatur
8. Penggunaan tanda hubung (-) pada PUEBI tidak dipakai di antara huruf dan angka,
jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf, sedangkan pada EYD tidak diatur
9. Tanda hubung (-) pada PUEBI digunakan untuk menandai bentuk terikat yang
menjadi objek bahasan, sedangkan pada EYD tidak diatur.

7
10. Penggunaan tanda kurung [( )] dalam perincian pada EYD hanya digunakan pada
perincian ke kanan atau dalam paragraf, tidak dalam perincian ke bawah, sedangkan
pada PUEBI tidak.
11. Penggunaan tanda elipsis ( … ) dalam EYD dipakai dalam kalimat yang terputus-
putus, sedangkan dalam PUEBI tanda elipsis digunakan untuk menulis ujaran.
Perubahan dalam pedoman EYD ke PUEBI berupa penambahan, penghilangan,
pengubahan, dan pemindahan klausul. Jumlah yang tercatat dalam perubahan tersebut
adalah 20 penambahan, 10 penghilangan, 4 pengubahan, dan 2 pemindahan.

*Adapun 20 penambahan klausul, yaitu:


1) Penambahan informasi pelafaan diakritik é dan è.
2) Penambahan keterangan: Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].
3) Penambahan diftong “ei”
4) Penambahan penjelasan unsur nama orang termasuk julukan ditulis dengan
huruf kapital.
5) Penambahan penjelasan unsur nama orang yang bermakna „anak dari seperti
binti, tidak ditulis kapital.
6) Penambahan cara pembedaan unsur nama geografi yang menjadi bagian nama
dir dan nama jenis.
7) Penambahan contoh gelar lokal
8) Penambahan penjelasan penulisan kata atau ungkapan lain yang digunakan
sebagai penyapaan ditulis dengan huruf kapital
9) Penambahan bahwa nama diri dalam bahasa daerah atau bahasa asing tidak
ditulis huruf miring
10) Penambahan klausul huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan
yang sudah ditulis dengan huruf miring
11) Penambahan contoh bagian karangan yang ditulis dengan huruf tebal.
12) Penambahan catatan pada butir : Imbuhan yang diserap dari unsur asing,
seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
13) Penambahan klausul singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf
atau lebih tidak dipenggal
14) Penambahan keterangan partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung
ditulis serangkai dilengkapi dengan contoh pemakaian dalam kalimat.

8
15) Penambahan klausul bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi
ditulis dengan huruf
16) Penambahan klausul penggunaan tanda hubung antara kata dengan kata ganti
Tuhan, huruf dan angka, dan kata ganti dengan singkatan.
17) Penambahan klausul tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat
yang menjadi objek bahasan.
18) Penambahan klausul tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu,
film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam suatu kalimat
19) Penambahan klausul pada pemakaian garis miring miring pada PUEBI adalah
tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam
naskah asli yang ditulis orang lain.
20) Penambahan atau pendetailan menggunakan banyak unsur serapan yang
diambil dari bahasa Arab.

*10 pengurangan/penghilangan, yaitu:


1) Penghilangan keterangan: * Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.
2) Gabungan Huruf Konsonan EYD nama orang, badan hukum, dan nama diri yang
lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan, kecuali
jika ada pertimbangan khusus maka dihilangkan.
3) Penghilangan klausul huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata yang
didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan
pernyataan lengkap itu.
4) Penghilangan klausul kata asing yang diserap ke dalam Bahasa Indonesia
diperlakukan sebagai kata Indonesia.
5) Penghilangan klausul bahwa bukan huruf tebal yang dipakai untuk menegaskan,
melainkan huruf miring.
6) Penghilangan klausul penggunaan huruf tebal dalam kamus.
7) Penghilangan klausul imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika
ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
8) Penghilangan klausul bentuk terikat bahasa asing yang diserap ke dalam Bahasa
dapat digunakan sebagai bentuk dasar.

9
9) Penghilangan klausul kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis
serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika
diikuti oleh bentuk berimbuhan
10) Penghilangan klausul kata ganti - ku, -mu, dan –nya dirangkaikan dengan tanda
hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang
diawali dengan huruf kapital.

*4 perubahan, yaitu:
1) Perubahan “bukan bahasa Indonesia” menjadi “dalam bahasa daerah atau bahasa
asing” ditulis dengan huruf miring.
2) Pada Bag II.F. terdapat perubahan judul. Jika pada EYD, judul pada bagian ini
ialah “Kata Depan di, ke, dan dari”, pada PUEBI judulnya diubah menjadi “Kata
Depan”.
3) Perubahan klausul “Tanda hubung- dipakai untuk merangkai unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing” dari hanya “bahasa
asing” pada EYD, misalnya “di-sowan-i.
4) Perubahan klausul “Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu
urutan keterangan” menjadi “Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau
angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian”.

*2 pemindahan, yaitu:
1) Pemindahan B.2. klausul “Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan
atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya”
ke bagian D.3 (Gabungan Kata).
2) Pemindahan B.3. klausul “ Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai” ke bagian D.4 (Gabungan Kata).

10
D. KEMAJUAN PUEBI DALAM PENDIDIKAN DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA

Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi sebagai (1) bahasa resmi
kenegaraan; (2)bahasa pengantara dalam dunia pendidikan; (3) alat penghubung pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional serta kepentingan pemerintahan; (4) alat pengembang kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berfungsi: (1)
lambang kebanggaan nasional; (2) lambang identitas nasional; (3) alat yang
memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial,
budaya, dan bahasa ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia; (4) alat penghubung
antar daerah dan antar budaya.
Di Indonesia, Bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat
komunikasi, tetapi juga mempunyai peran politis, yaitu mempersatukan seluruh
bangsa Indonesia. Mengingat pentingnya bahasa Indonesia, baik secara politis
maupun sebagai media komunikasi maka perlu adanya pemakaian bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Dalam pengabdian masyarakat ini pemakaian Bahasa Indonesia
yang baik dan benar difokuskan pada pemakaian ejaan Bahasa Indonesia (Depdiknas,
2009). Hal itu didasarkan pengamatan saat tutorial mahasiswa UT yang terdiri atas
para guru SD di Kabupaten Magetan, pada Keterampilan Menulis dan Materi dan
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Pemahaman para guru pada Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan masih lemah. Kelemahan pemahaman itu terutama
tampak pada pemenggalan kata, pemakaian huruh kapital, kata gabung, tanda baca,
dan unsur serapan.
Guru sekolah dasar adalah guru kelas yang dituntut untuk mengajarkan
berbagai macam bidang studi, yang meliputi ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, dan
seni. Guru merupakan komponen pendidikan yang dominan dalam peningkatan mutu
Pendidikan, karena guru ialah orang yang terlibat langsung dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan penilai pembelajaran di sekolah (Nurasiah, 2020). Riastuti (2017)
Secara rasional diakui bahwa guru yang baik dalam mengajar akan menghasilkan
prestasi belajar yang baik, karena hasil belajar hanya bisa diintervensi secara tidak
langsung melalui proses pembelajaran yang efektif dan bermutu. Jabatan guru adalah

11
jabatan fungsional, sehingga guru dituntut untuk terus mengembangkan
pengetahuannya, dan aktif berkarya untuk mengembangkan karir mereka. Oleh karena
itu guru dituntut untuk selalu menghasilkan karya ilmiah. Ketidak mampuan guru
dalam menghasilkan karya ilmiah akan menghambat karier mereka. Oleh karena itu
sebagai sosialisasi ejaan dan pendalaman materi bahasa Indonesia di samping
diperlukan untuk peningkatan prestasi siswa, juga dapat meningkatkan
profesionalisme guru sebagai pencetak generasi yang akan datang. Dalam hal ini
terutama kemampuan menulis dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa
Indonesia memiliki banyak ragam dan dialek seperti ragam tulis, ragam lisan, ragam
baku, ragam tidak baku, dialek Betawi, dialek Ambon, dialek Manado. Diantara
ragam dan dialek itu diambil satu yang menjadi bahasa standard, yaitu bahasa baku
yang menjadi ragam dialek bahasa lmiah. Hasan Alwi dkk. (2000:13) menyatakan
ragam bahasa baku adalah ragam yang kaidah. Kaidahnya paling lengkap, jika
dibandingkan ragam lain. Ragam yang diajarkan di sekolah itu adalah ragam bahasa
Melayu Tinggi.Ragam bahasa inilah yang dijadikan bahasa Indonesia standar di
Indonesia.
Bahasa baku mempunyai dua ciri, yaitu (1) sifat kemantapan dinamis, dan (2)
ciri kecendikian (Alwi, 2000). Bahasa Indonesia baku mempunyai sifat kemantapan
dinamis bermakna bahwa bahasa Indonesia baku mempunyai kaidah dan aturan yang
tetap, sehingga tidak berubah-ubah. Karena bahasa Indonesia baku mempunyai kaidah
yang tetap, penyimpangan kaidah akan mengubah bahasa Indonesia menjadi tidak
baku. Bahasa baku mempunyai sifat kecendiakaan bermakna bahasa baku mampu
mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa
Indonesia baku berasal dari ragam bahasa Melayu Tinggi yang dahulu digunakan di
kalangan bangsawan. Untuk memahami bahasa Indonesia yang baik dan benar baik
dalam bahasa Indonesia tulis maupun lisan setiap individu tentu mengalami masalah
yang berbeda.

Penyempurnaan ejaan pada hakikatnya adalah usaha untuk penyempurnaan


bahasa tulis. Bahasa tulis yang sempurna akan menghindarkan kesalahpahaman antara
pembaca dan penulis. Di dalam ejaan bahasa Indonesia yang Disempunakan
berdasarkan Permen Depdiknas tahun 2009 terdapat beberapa penyempurnaan yang
perlu dipahami oleh guru sebagai pendidik. Guru sebagai profesi yang menyandang
jabatan fungsional kariernya ditentukan oleh keaktifan mereka dalam kegiatan karya
12
ilmiah. Luaran dari kegiatan pelatihan sosialisasi EYD dan pendalaman penulisan
ilmiah di Sekolah Dasar se-Kecamatan, Kabupaten Magetan tersebut adalah
penguasaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berdasarkan Peraturan
Menteri Depdiknas No 46 Tahun 2009. Selain itu, osialisasi PUEBI terbaru
berdasarkan Permendikbud No 50 Tahun 2015 dan Pendalaman Penulisan Kreatif
untuk Guru terdiri atas dua materi, yaitu Sosialisasi PUEBI berdasarkan SK
Mendikbud No 50 Tahun 2015 dan Kalimat Efektif. PUEBI berisi tentang kaidah
penulisan dalam bahasa Indonesia yang terdiri atas: Pemakaian Huruf, Pemakaian
Huruf Kapital dan Huruf Miring, Penulisan Kata, Penulisan Unsur Serapan, Penulisan
Tanda Baca, Penyusunan kalimat efektif membahahas pemakaian bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Pembahasan meliputi struktur bahasa Indonesia, pemakaian
bahasa Indonesia lisan dan tulis, ragam baku tidak baku, serta kesalahan umum
pemakaian bahasa Indonesia. Kesalahan umum pemakaian bahasa Indonesia yang
baik dan benar menjadi fokus dalam kegiatan ini. Jabatan guru adalah jabatan
fungsional, sehingga guru dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuannya, dan
aktif berkarya untuk mengembangkan karir mereka. Oleh karena itu guru dituntut
untuk selalu menghasilkan karya ilmiah. Ketidak mampuan guru dalam menghasilkan
karya ilmiah akan menghambat karier mereka. Oleh karena itu sebagai sosialisasi
ejaan dan pendalaman materi bahasa Indonesia di samping diperlukan bagi
peningkatan prestasi siswa, juga dapat meningkatkan profesionalisme guru sebagai
pencetak generasi yang akan datang. Dalam hal ini terutama kemampuan menulis
dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) merupakan pedoman bagi
penulisan berbahasa Indonesia. Penulisan sesuai dengan PUEBI diperlukan untuk
menghadapi salah tafsir.Terbitnya PUEBI sebenarnya merupakan bagian dari
penyempurnaan ejaan Bahasa Indonesia, oleh karena itu PUEBI perlu ditaati dan
dipedomani. Dengan adanya PEUBI dapat mempermudah mahasiswa dan masyarakat
dalam memahami teks bacaan tulisan dan memahami juga pengucapan dalam
berbahasa Indonesia. Dan dapat mempermudah dalam penulisan karya ilmiah.

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) merupakan pedoman bagi


penulisan bahasa Indonesia seluruh masyarakat Indonesia.Karena PUEBI merupakan
pedoman, maka keberadaannya harus menjadi pedoman penulisan bagi seluruh warga
Negara Indonesia dan masyarakat lain yang berbahasa Indonesia. Penyimpangan dari
PUEBI dapat beresiko, tidak terjalinnya komunikasi yang baik antara orang yang
komunikasi dengan yang diajak berkomunikasi. Dan Dapat kita simpulkan bahwa
adanya pergantian EYD menjadi PUEBI terdapat banyak sekali perubahan. Perubahan
itu bisa berupa penambahan, penghilangan, pengubahan, dan pemindahan klausul.
Jumlah perubahan yang terjadi adalah 20 penambahan, 10 penghilangan, 4
pengubahan, dan 2 pemindahan. Banyaknya perubahan tersebut memperlihatkan
bahwa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia masih terus berusaha
membenahi aturan Ejaan Bahasa Indonesia karena ejaan merupakan satu aspek yang
penting dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar.

Kritikan dan Saran

Pentingnya pemahaman ejaan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar


dikarenakan belum banyaknya masyarakat pengguna bahasa Indonesia yang
mengetahui perubahan ini, hendaknya Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Indonesia segera melakukan sosialisasi perubahan EYD menjadi PUEBI ini sehingga
dikenal masyarakat luas dan diterapkan sebagaimana mestinya. Aturan baru akan sia-
sia tanpa adanya tindakan sosialisasi. Dengan mengetahui adanya perubahaan EYD
menjadi PUEBI dan perbedaan mendasar di antara keduanya, diharapkan sebagai
mahasiswa dan masyarakat semakin memperhatikan penggunaan ragam baku tulis
terutama dalam penulisan karya tulis ilmiah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dita Pertiwi. 2018. “Perubahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) Menjadi


PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).
TB/perubahan-eyd-ejaan-yang- disempurnakan- menjadi-puebi- pedoman-
umum-ejaan-bahasa- indonesia-a51c121f3329 (diakses pada tanggal 15 Juni 2022)
Echo Pramono. 2020. “Ingat! Sekarang PUEBI bukan lagi EYD”.
“Analisis Perbedaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dengan Pedoman
Umum Bahasa Indonesia (PUEBI)” . Skripsi. Makassar: Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Peraturan Menteri dan Kebudayaan RI Nomor 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Zetty Karyati. 2016.
Alwi, H. (2000). Tata Bahasa Baku baahasa Indonesia (Edisi Keti). Balai
Pustaka.
Depdiknas. (2009). Permendiknas Nomor 46 Taun 2009 Tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Depdiknas.
https://fkip.umko.ac.id/2020/09/ https://medium.com/@TERRAI

15

Anda mungkin juga menyukai