Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
1. Asfadhila Dwi Putri (2211012006)
2. Ardi Heryanto (2211011003)
3. Ahmad Rayyan Syabiluna (2211013003)
4. Azum Eriat (2211012007)
2023/2024
HALAMAN PENGESAHAN
Kelompok :2
2. Ardi Heryanto
4. Azum Eriat
Dosen
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnahkan (EYD) Edisi V” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliahBahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnahkan (EYD) Edisi V para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Rika Zufria, S.S.,M.Hum.. selaku Dosen yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua,
terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Batasan Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan
1.5 Kegunaan/Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Pembahasan
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan bahasa yang benar menurut kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis. Pemilihan kata
berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah
mengarang. Kaidah-kaidah ini sangat mendukung sehingga tulisan menjadi lebih berstruktur
dan bernilai, serta lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Namun, pada
kenyataannya, masih banyak kesalahan pada penggunaan ejaan.
Ejaan sering disebut ortografi. Ejaan yang digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini
dikenal dengan sebutan ejaan yang disempurnakan (EYD) sebelumnya ada ejaan Ch. A. Van
Ophuijsen (1901), ejaan Suwandi (1947), dan ejaan 1966. Ejaan yang disempurnakan ini berlaku
sejak tahun 1972 dan kini mengalami penyempurnaan yang telah dilakukan oleh Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang pada tahun 2015 telah ditetapkan menjadi
Pera- turan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Penggunaan bahasa pada tugas siswa biasanya terdapat kesalahan karena dalam proses
penulisan tersebut tidak berpedoman pada kaidah bahasa yang benar. Bahasa yang biasa
digunakan dalam penulisan tugas siswa terkadang tidak menggunakan bahasa baku dan ejaan
yang tepat. Kesalahan penulisan siswa dapat ditinjau dari beberapa kesalahan ejaan, seperti (1)
pemakaian huruf, (2) penulisan kata misalnya penggunaan preposisi, (3) penulisan unsur
serapan, dan (4) pemakaian tanda baca seperti; koma (,), titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!),
dan lain-lain. Dari permasalahan inilah peneliti mengangkat judul “Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disepurnahkan (EYD) divis V”.
Pada tahun 1947 Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan pada
masa itu, menetapkan dalam surat keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No. 264/Bhg.
A bahwa perubahan ejaan bahasa Indonesia dengan maksud membuat ejaan yang berlaku
menjadi lebih sederhana. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik.
Beberapa usul yang diajukan oleh panitia menteri itu belum dapat diterima karena masih
harus dirinjau lebih jauh lagi. Namun, sebagai langkah utama dalam usaha penyederhanaan
dan penyelarasan ejaan dengan perkembagan bahasa, keputusan Soewandi pada masa
pergolakan revolusi itu mendapat sambutan baik.
Dalam Komite Bersama yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia, Mashuri, dan Menteri Pelajaran Malaysia, Hussen Onn, pada tahun 1972 rancangan
tersebut disetujui untuk dijadikan bahan dalam usaha bersama di dalam pengembangan bahasa
nasional kedua negara.
B. Ejaan
Ejaan tidak menyangkut pelafalan kata saja tetapi juga menyangkut cara penulisan.
Ejaan merupakan cara menuliskan kata atau kalimat dengan memeperhatikan penggunaan tanda
baca dan huruf (Yulianto dalam Kustomo, (2015:59). Sedangkan menurut Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2016), “ejaan adalah kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda baca”. Berdasarkan kedua pendapat di atas, ejaan adalah carapelafalan dan
cara penulisan tanda baca, kata, dan kalimat dalam bentuk tulis.
Ejaan yang disempurnakan ini terdiri atas empat bab, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan
kata, (3) pemakaian tanda baca, dan (4) penulisan unsur serapan (PUEBI, 2015: 1)
1) Pemakaian Huruf
Pemakaian huruf dalam ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
pemakaian huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf,
konsonan huruf kapital, dan huruf miring. Pemakaian huruf tersebut disesuaikan dengan fungsinya.
Pemakaian huruf abjad dalam bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf, yaitu dari huruf A-
Z. Sementara itu, pemakaian huruf yang melambangkan vokal dalam ejaan bahasa
Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u. Pemakaian huruf vocal dalam ejaan bahasa
Indonesia dapat diungkapkan dari awal, tengah, dan akhir kata, misalnya pada kata api, padi, lusa,
enak, petak, sore, simpan, murni, kota, radio, ulang, ibu, dan sebagainya.
Huruf yang melambangkan konsonan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf.
Pemakaian huruf konsonan dalam ejaan bahasa Indonesia juga digunakan pada awal, tengah,
dan akhir kata, seperti pada kata bahasa, kaca, tiga, balig, dan lain-lain.
Huruf diftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Pemakaian
huruf diftong digunakan di awal, tengah, dan akhir kata, contoh pada kata syaitan, pandai,
aula, saudara, harimau, boikot, amboi, dan sebagainya.
Penggunaan Huruf Kapital
a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
“Apa maksudnya?”
“Kita harus bekerja keras.” “Dia membaca buku.”
“Pekerjaan itu akan selesai dalam waktu satu jam.”
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1000), V (5.000), M (1.000.000)
b) Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan
waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00
4 meter persegi tahun 1928
c) Angka lazim dipakai untuk melambangka nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169
d) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Dua belas 12
Setengah ½
f). Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalamkehidupan abad ke-20 ini; lihan Bab
II; Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu; di tingkat kedua gedung
itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.
g). Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.
h.). Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian
dan pemaparan.
i). Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan
tamu
Bukan:
15 orang tews dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
j). Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta
orang.
h). Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali did
lam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang
pegawai.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pgawai
k). Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lamirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus
Sembilan puluh Sembilan dan tujh puluh lima perseratus rupiah).
Bukan:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus Sembilan
puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
Misalnya:
Pusat Bahasa, Depertemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta
Bahasa Indonesia Di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jakarta.
e) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukan
jumlah.
Misalnya:
Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
g) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan
tanggal, (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecematan
Mataram, Jakarta 13130.
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Selemba Raya 6, Jakarta.
Tokyo, Jepang
h) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung
Halim, Amran (ed). 1996. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa
i) Tanda koma dipakai di antara bagian- bagian catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sultan Takdir Alisyahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat,1950), hlm 25.
W.J.S Poerwardarminta, Bahasa Indonesia Untuk Karang Mengarang (Jogjakarta:
UP Indonesia, 1967), Hlm. 4.
Tanda Tanya(?)
a) Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat
Tanya. Misalnya:
Kapan hari pendidikan diperingati?
Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?
b) Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Monument Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?)
Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
3.1 Kesimpulan
Makalah ini telah membahas konsep dan dampak dari ejaan yang disempurnakan dalam
konteks bahasa dan komunikasi. Ejaan yang disempurnakan adalah upaya untuk meningkatkan
konsistensi dan kejelasan dalam penulisan kata-kata dalam bahasa tertentu. Ini dapat mencakup
perubahan aturan ejaan, penghapusan peraturan yang kompleks, atau penggunaan otomatisasi dalam
mengeja kata-kata.
Dalam makalah ini, kita melihat bahwa ejaan yang disempurnakan memiliki beberapa
manfaat, termasuk meningkatkan pemahaman teks, mengurangi kesalahan ejaan, dan memfasilitasi
komunikasi lintas bahasa. Namun, juga penting untuk mempertimbangkan tantangan yang mungkin
timbul, seperti perubahan yang membingungkan bagi penutur asli, resistensi terhadap perubahan,
dan masalah implementasi.
Selain itu, kita juga mencatat bahwa ejaan yang disempurnakan seringkali menjadi topik
kontroversi dalam masyarakat, dengan berbagai pendapat dan perspektif yang berbeda. Oleh karena
itu, proses pengembangan dan penerapan ejaan yang disempurnakan harus mempertimbangkan
partisipasi aktif dari komunitas berbahasa dan berbagai pemangku kepentingan.
Dalam rangka mengambil keputusan yang tepat mengenai ejaan yang disempurnakan,
diperlukan pemahaman yang mendalam tentang budaya, sejarah, dan struktur bahasa yang relevan.
Pemahaman ini harus diterapkan dengan hati-hati untuk meminimalkan dampak negatif dan
meningkatkan efektivitas komunikasi.
Makalah ini mengingatkan kita bahwa ejaan yang disempurnakan bukanlah usaha yang
sepele, tetapi merupakan bagian integral dari perkembangan bahasa dan komunikasi yang perlu
dikelola secara bijaksana. Dalam upaya untuk mencapai komunikasi yang lebih efektif dan inklusif,
perubahan ejaan yang disempurnakan harus disusun dan diterapkan dengan pemahaman yang
mendalam akan kompleksitas bahasa dan budaya.
3.2 Saran
Mahasiswa harus bisa paham dalam pengunaan EYD baik dalam penulisan kata,
angka, lambing bilangan, singkatan, akronim, dan pemakaian tanda baca
DAFTAR PUSTAKA