Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:
Dra. Made Sri Indriani, M.Hum.

Disusun Oleh: Kelompok 1 Rombel 40

Ni Made Ayu Hari Laksmi Dewi Dasi 2313031010

Made Monika Karunia Dewi 2312021046

Komang Ririn Ayu Ningsih 2312051004

I Komang Juan Arya Wijaya 2313031011

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerahnya
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)”
dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia yang diampu Dra. Made Sri Indriani, M.Hum., serta sebagai bahan referensi tambahan
bagi pembelajar yang mendalami cabang mata kuliah yang sama.

Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan yang diberikan banyak
pihak. Utamanya pihak yang memberikan hasil pemikirannya sebagai bahan referensi dan pihak-pihak yang
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari pula makalah ini masih memiliki kekurangan-kekurangan yang menjadikannya jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan adanya masukan, kritik, serta saran yang
membangun dari berbagai pihak. Pada akhirnya, kami berharap agar makalah ini memiliki fungsi
kemanfaatan bagi perkembangan pendidikan, utamanya pada mata kuliah Bahasa Indonesia.

Singaraja, 15 April 2024

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari beragam suku ataupun adat istiadat
yang menghiasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di dalam setiap suku yang
ada di Indonesia memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Misalnya, Suku Bali yang
memiliki bahasa daerah yaitu Bahasa Bali ataupun Suku Jawa yang memiliki bahasa daerah
yaitu Bahasa Jawa. Bahasa daerah yang ada di setiap daerah (suku) merupakan salah satu
kekayaan Bangsa Indonesia yang sekaligus menjadi warna-warni kebudayaan yang dimiliki oleh
Indonesia. Bahasa adalah sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan maksud, ide,
pikiran, maupun perasaan kepada orang lain (Devianty, R., 2017). Kata kunci dari peran bahasa
dalam kehidupan yaitu sebagai sarana komunikasi. Tanpa adanya bahasa, manusia akan sulit
untuk berkomunikasi ataupun menyampaikan informasi kepada orang lain. Sama halnya dengan
bahasa daerah bertujuan sebagai sarana komunikasi masyarakat di suatu daerah tertentu. Namun,
terdapat kendala ketika masyarakat dari suatu daerah ingin berkomunikasi dengan masyarakat
dari daerah lainnya. Dalam hal ini, diperlukan bahasa yang sama dan dapat dimengerti oleh
semua pihak.
Di dalam suatu negara, tentu saja terdapat bahasa nasional yang menjadi bahasa standar
untuk digunakan oleh seluruh masyarakat dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia adalah
bahasa nasional yang dimiliki oleh negara Indonesia. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa
pemersatu, menjadi jembatan atau sarana komunikasi bagi masyarakat dari berbagai daerah
untuk berkomunikasi dan bertukar informasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu identitas
nasional yang membedakan Indonesia dari negara atau bangsa lainnya. Dengan adanya bahasa
nasional, kendala seperti perbedaan bahasa daerah di dalam suatu negara dapat diatasi. Selain
sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar pendidikan,
bahasa media massa, dan bahasa pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahasa Indonesia yang saat ini digunakan oleh masyarakat adalah Bahasa Indonesia
yang mengalami penyempurnaan ejaan sebelumnya. Tujuan dari penyempurnaan ejaan yaitu
agar bahasa yang digunakan dapat menjadi lebih baku dan lebih teratur.
Dalam perkembangan Bahasa Indonesia, istilah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
sudah tidak asing lagi. Kemajuan teknologi dan pendidikan, yang menyertainya telah membantu
perkembangan struktur bahasa menjadi lebih baik dan lebih kompleks untuk digunakan. Adanya
EYD juga berperan sebagai salah satu pedoman dalam usaha menjaga keaslian Bahasa Indonesia
khususnya dari segi kaidah penulisan ejaan. Pedoman Bahasa Indonesia akan terus berkembang,

4
menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai penggunaan ejaan yang
benar dalam Bahasa Indonesia, dengan mengacu pada EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
sebagai pedoman berbahasa yang baik dan benar. Khususnya dalam penggunaan huruf,
penulisan kata, pemakaian tanda baca serta penulisan unsur serapan yang akan terkait dengan
acuan EYD sebagai pedoman dalam berbahasa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, antara
lain sebagai berikut :
1. Apa definisi serta fungsi dari EYD untuk membantu dalam penulisan bahasa Indonesia?
2. Bagaimana cara penulisan dan penggunaan huruf sesuai dengan EYD?
3. Bagaimana penulisan kata diatur dalam EYD?
4. Bagaimana penggunaan dan peran tanda baca sesuai dengan kaidah EYD?
5. Bagaimana EYD mengatur penulisan kata-kata serapan dari bahasa asing?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah yang telah didapat, antara lain sebagai
berikut :
1. Mengetahui definisi serta fungsi dari EYD pada penulisan bahasa Indonesia.
2. Mengetahui cara penulisan dan penggunaan huruf EYD.
3. Mengetahui penulisan kata yang diatur dalam EYD.
4. Mengetahui peran dari tanda baca dalam EYD dan aturan penggunaannya.
5. Mengetahui cara penulisan kata-kata serapan dari bahasa asing.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini sangat bermanfaat bagi penulis sebagai sumber belajar dan informasi
mengenai penggunaan dari EYD, kaidah-kaidah berbahasa sesuai dengan EYD.
2. Bagi Pihak Lain
Penulisan makalah ini dapat memberi manfaat bagi khalayak untuk menambah pengetahuan
serta sebagai referensi dalam pembelajaran mengenai materi EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan).

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan salah satu dari tata bahasa terpenting
bahasa Indonesia. EYD memuat aturan-aturan tata bahasa Indonesia yang perlu dikuasai oleh
seluruh penutur bahasa Indonesia baik pelajar (dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan
tinggi) maupun masyarakat umum. EYD mulai berlaku sejak tanggal 16 Agustus 1972 dengan
diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Sebagaimana yang termuat dalam
Surat Keputusan Presiden no. 57 tanggal 16 Agustus 1972 pengertian ejaan yang disempurnakan
(EYD) adalah ejaan dalam penulisan kata-kata/kalimat dalam Bahasa Indonesia. EYD juga
merupakan pedoman dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sebelum menggunakan EYD, negara kita sempat menggunakan berbagai pedoman ejaan
salah satunya adalah ejaan Suwandi Sejak diberlakukannya EYD ada beberapa penulisan huruf
dalam ejaan Suwandi yang diubah seperti:
• J menjadi Y
• Dj menjadi j
• Nj menjadi ‘Ny
• Ch menjadi Kh
• Tj menjadi C
• Sj menjadi Sy
2.2 Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan tidak semata-mata hanya digunakan untuk menulis kata/kalimat dengan benar.
Ejaan juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penulisan Bahasa Indonesia. Menurut Siti
Maimunah (dalam Wulandari et.al, 2023) ada beberapa fungsi dari ejaan antara lain:
1. Sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar semakin baku.
2. Membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku.
3. Sebagai penyaring unsur bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga dalam penulisannya
tidak menghilangkan makna aslinya.
4. Penggunaan ejaan dapat membantu mencerna informasi dengan lebih cepat dan mudah,
karena penulisan bahasa yang lebih teratur.

2.3 Aturan Penulisan Huruf Sesuai EYD

6
Dalam ejaan, terdapat beberapa aturan yang digunakan dalam mengatur huruf abjad,
huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf
miring, dan huruf tebal. Berdasarkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
terdapat beberapa aturan dalam penulisan ejaan yang benar.
A. Huruf Abjad
Dalam bahasa Indonesia, terdapat 26 huruf abjad yaitu: A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L,
M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, dan Z.
B. Huruf Vokal
Dalam bahasa Indonesia, terdapat 5 huruf vokal yang diantaranya adalah: a, i, u, e, o.
C. Huruf Konsonan
Dalam bahasa Indonesia, terdapat 21 huruf konsonan diantaranya: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m,
n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat huruf diftong yang dilambangkan dengan
gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi. Contoh penggunaan pada kata: santai, amboi,
pulau, dan survei.
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan. Contoh penggunaannya seperti pada kata: khusus, akhir, ngarai, siang, banyak,
nyata, syarat, dan musyawarah.
F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama di awal kalimat. Contoh: Aku sedang
menulis surat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam unsur nama orang termasuk
julukan. Contoh: Kartika Dewi, Kim Jennie, Doja Cat.
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Contoh: Ibu
berkata, "Kapan kamu pulang?", "Cepatlah kembali ya, nak!" ucapnya.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci,
dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah, Tuhan, Kristen, Islam, Yesus.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang atau sebagai sapaan. Contoh: Sultan
Hasanuddin, Haji Abdurrahman Wahid.

7
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Contoh: Profesor Dr. Soetomo, Presiden Joko
Widodo.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Contoh: suku Dayak.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari besar
atau hari raya, dan unsur nama peristiwa bersejarah. Contoh: tahun Hijriah,
hari Natal, hari raya Nyepi, Konferensi Meja Bundar, Perang Dunia II.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh: Asia Tenggara, Pulau Komodo, Gunung Semeru.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama
majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh: saya membaca
novel Bumi Manusia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku itu adalah
buku Undang-Undang Dasar 1945.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
atau sapaan. Contoh: S.H. (sarjana hukum), S.Hum. (sarjana humaniora), S.Ak.
(sarjana akuntansi), Dr. (doktor), Tn. (tuan), Ny. (nyonya).
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang
dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Contoh: “Kapan Bapak berangkat?”
tanya Hasan. Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh: "Kepada
siapa Anda bertanya?"
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama
surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Contoh:
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Contoh: Dia tidak diantar,
tetapi mengantar.
3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah
atau bahasa asing. Contoh: Setelah ini aku harus upload gambar ke website.

8
H. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Jadi jika dalam suatu kalimat telah terdapat huruf miring, maka huruf tebal dapat
digunakan untuk menegaskan unsur dalam kata yang dicetak miring tersebut.
Misalnya:
 Huruf ng dalam kata ngarai adalah huruf konsonan gabungan.
 Dalam peribahasa all good things come to end, kata yang dicetak miring
berarti berakhir.
 Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa
Indonesia.
2. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti
judul buku, bab, atau subbab. Contoh: BAB I Pendahuluan

2.4 Penulisan Kata


A. Kata Dasar

Kata dasar merupakan bagian paling mendasar dari suatu kata yang mempunyai
makna. Arti suatu kata dasar dapat diubah dengan menambahkan huruf di awal (awalan)
dan/atau akhir (akhiran). Namun, kata dasar juga dapat digunakan sebagai kata yang berdiri
sendiri.

Contoh : Makan, Pergi, Duduk, Pikir, Hidup, Hutang, Mundur, Tidur, Kantor, Ramai, dan
lain-lain

B. Kata Turunan

Kata turunan adalah kata yang sudah mendapatkan imbuhan. Imbuhan berupa awalan,
sisipan, akhiran, campuran, pengulangan , atau penggabungan dengan suku kata lain yang
membentuk kata baru dengan makna yang baru pula. Sehingga kata turunan disebut juga kata
berimbuhan.

1. Kata Berimbuhan
a) Kata yang mendapat imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan
akhiran) ditulis serangkai dengan imbuhannya

Misalnya:

9
 Awalan: berjalan, mempermudah, menulis, dijual, pembaca, semula, terbatas, dll
 Sisipan : gelembung, kemilau, kinerja
 Akhiran: gerejawi, kamerawan, lukisan, seniman, sukuisme, kemauan,
pemungutan, perbaikan

b) Kata yang mendapat bentuk terikat ditulis serangkai jika mengacu pada konsep
keilmuan tertentu
Contoh : antikekerasan, pascasarjana, prajabatan, purnawirawan, dll
c) Kata yang diawali huruf kapital dan mendapat bentuk terikat dirangkaikan dengan
tanda hubung (-).
Contoh : non-Indonesia, pan-Afrika, pro-Barat, anti-PKI, non-ASEAN, non-
Korpri, pasca-Orba
d) Kata yang ditulis dengan huruf miring dan mendapat bentuk terikat dirangkaikan
dengan tanda hubung (-).
Contoh : anti-mainstream, pasca-reshuffle, pra-Aufklarung, super-jegeg
e) Bentuk terikat maha- dan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama
atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan.
Contoh : Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih, Tuhan
Yang Maha Pengampun, Tuhan Yang Maha Pemberi Rezeki
2. Bentuk Ulang
a) Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.
Misalnya: anak-anak,berjalan-jalan, biri-biri, buku-buku, cumi-cumi, hati-hati,
kuda-kuda, kupu-kupu, kura-kura, lauk-pauk, mencari-cari, mondar-mandir,
porak-poranda, ramah-tamah, sayur-mayur, serba-serbi, terus-menerus, tunggang-
langgang
b) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
kapal barang : kapal-kapal barang
kereta api cepat : Kereta-kereta api cepat
rak buku : Rak-rak buku
surat kabar : Surat-surat kabar
3. Gabungan Kata
a) Unsur gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.

10
Contoh : cendera mata, duta besar, ibu kota, kambing hitam, mata acara, meja
tulis, model linear, orang tua, rumah sakit, segi empat, simpang lima, wali kota
b) Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya,
Contoh:
buku-sejarah baru : 'buku sejarah yang baru, bukan buku bekas'
buku sejarah-baru : 'buku tentang sejarah baru'
ibu-bapak kami : 'ibu dan bapak kami'
ibu bapak-kami : 'ibu dari bapak kami (nenek)'
c) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Contoh: dilipatgandakan, menggarisbawahi, menyebarluaskan,,
penghancurleburan, pertanggungjawaban
d) Gabungan kata yang hanya mendapat awalan atau akhiran ditulis terpisah.
Contoh : bertepuk tangan, menganak sungai, garis bawahi, sebar luaskan
e) Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Contoh : acapkali, adakala, apalagi, bagaimana, barangkali, beasiswa,
belasungkawa, bilamana, bumiputera, daripada
C. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a) Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan
di antara kedua huruf vokal itu.
Contoh : bu-ah, ma-in, ni-at, sa-at
b) Monoftong eu tidak dipenggal.
Misalnya: ci-leun-cang, seu-da-ti, seu-lu-mat
c) Diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya: pan-dai, sau-da-ra, sur-vei, am-boi
d) Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
Misalnya: ba-pak, de-ngan, ke-nyang, la-wan, mu-ta-khir, mu-sya-wa-rah
e) Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya: Ap-ril, ban-tu, man-di, som-bong, swas-ta

11
f) Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya: am-bruk, ben-trok, in-fra, ul-tra, in-stru-men
g) Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya: ba-nyak, kong-res, makh-luk, masy-hur

2. Pemenggalan kata pada kata berimbuhan dilakukan sebagai berikut.


a) Pemenggalan kata berimbuhan dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur
pembentuknya.
Misalnya: ber-jalan, di-ambil, ke-kasih, mem-bantu, peng-intai, per-buat, se-
buah, ter-bawa, letak-kan, makan-an, ke-kuat-an, me-rasa-kan, per-buat-an, di-
per-jual-beli-kan, per-tanggung-jawab-kan, mem-per-tanggung-jawab-kan, non-
aktif, swa-foto, apa-kah, apa-tah, pergi-lah
b) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pemenggalan pada kata dasar.
Misalnya: me-ma-kai, me-ngun-ci, me-nu-tup, me-nya-pu, pe-mi-kir, pe-nga-
rang, pe-no-long, pe-nye-but
c) Pemenggalan kata yang mendapat sisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya: ge-lem-bung, ge-mu-ruh, ge-ri-gi, si-nam-bung, te-lun-juk
d) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris
tidak dilakukan. Misalnya :

❎ Beberapa pendapat mengenai masalah i-tu telah


disampaikan oleh pembicara

❎ Walaupun makanan itu gratis, mereka tidak ma-u


mengambilnya.

❎ Penerapan protokol kesehatan adalah cara termudah


mengakhir-i pandemi ini.

✔ Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan


oleh pembicara.

✔ Walaupun makanan itu gratis, mereka tidak mau


mengambilnya.
12
✔ Penerapan protokol kesehatan adalah cara termudah meng-
akhiri pandemi ini.
3. Jika kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung
dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.

Misalnya :

 biografi : bio-grafi
 biodata : bio-data
 fotografi : foto-grafi
 fotokopi : foto-kopi
 introspeksi : intro-speksi
 introjeksi : intro-jeksi
 kilogram : kilo-gram
 kilometer : kilo-meter
 pascapanen : pasca-panen
 pascasarjana : pasca-sarjana
4. Singkatan tidak dipenggal
Misalnya :

❎ Ia telah mengabdi selama sepuluh tahun di BKK-


BN.

❎ Semua pengguna kendaraan bermotor wajib membawa ST-


NK.

❎ Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.


Ng. Rangga Warsita.

✔ Ia telah mengabdi selama sepuluh tahun di


BKKBN.

✔ Semua pengguna kendaraan bermotor wajib membawa

13
STNK.

✔ Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar


R.Ng. Rangga Warsita.

D. Kata Depan
1. Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
 Di mana dia sekarang?
 Mereka ada di mana-mana.
 Kain itu disimpan di dalam lemari.
 Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
 Mari, kita berangkat ke kantor.
 Saya pergi ke luar kota.
 Ia keluar dari rumah.
 Ia berasal dari Pulau Penyengat.
 Cincin itu terbuat dari emas.
E. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
 Bacalah buku itu baik-baik!
 Bertepuk tanganlah mengikuti irama!
 Apakah yang tersirat dalam surat itu?
 Siapakah gerangan dia?
 Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
 Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
 Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
 Jangankan dua kali, sekali kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.
3. Bentuk pun yang merupakan bagian kata penghubung seperti berikut ditulis serangkai.
Misalnya:

14
 adapun

 andaipun

 ataupun

 bagaimanapun

 biarpun

 jikapun

 kalaupun

 kendatipun

 maupun

 meskipun

 sekalipun

 sementangpun

 sungguhpun

walaupun

Misalnya:
 Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
 Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
 Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
 Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
 Sekalipun teman dekat, dia belum pernah sekali pun datang ke rumahku.
 Sementangpun aku ini bukan sanak-saudaramu, tidak sampai hati juga aku melihat
penderitaanmu itu.

4. Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', 'mulai', atau 'melalui' ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.

Misalnya:

 Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.


 Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
 Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
 Dia menghubungiku per telepon.

15
F. Singkatan
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di setiap
unsur singkatan itu.
Misalnya:
 A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
 H. Hamid : Haji Hamid
 Suman Hs. : Suman Hasibuan
 Prof. : Profesor
 dr. : Dokter
 Dr. : Doktor
 Dr. (H.C.) : Doktor Honoris Causa
 M.B.A. Master of Business Administration
o Singkatan nama orang dalam bentuk inisial ditulis tanpa tanda titik.
Misalnya:
 LS : Lilis Suryaningsih
 SDD : Sapardi Djoko Damono
 STA : Sutan Takdir Alisjahbana
2. Singkatan, termasuk akronim, yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
 KTP : kartu tanda penduduk
 KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
 NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
 PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
 PGRI : Persatuan Guru Republik Indonesia
3. Singkatan yang terdiri atas lebih dari dua huruf yang lazim digunakan dalam dokumen
atau surat-menyurat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
 dkk. : dan kawan-kawan
 dll. : dan lain-lain
 dsb. : dan sebagainya
 dst. : dan seterusnya
 hlm. : halaman
 ttd. : tertanda
16
 ybs. : yang bersangkutan
 yth. : yang terhormat
4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim digunakan dalam dokumen atau surat-
menyurat diikuti tanda titik pada setiap huruf.
Misalnya:
 a.n. : atas nama
 d.a. : dengan alamat
 s.d. : sampai dengan
 u.b. : untuk beliau
 u.p. : untuk perhatian

5. Singkatan yang lazim digunakan dalam penulisan alamat dapat ditulis dengan dua huruf
atau lebih dan diakhiri tanda titik.
Misalnya:
 Gd. Tabrani : Gedung Tabrani
 Jl. Rawamangun : Jalan Rawamangun
 Gg. Kelinci : Gang Kelinci
 Kav. 5 : Kaveling 5
 Km. 57 : Kilometer 57
 Lt. 2 : Lantai 2
 No. 9 : Nomor 9

6. Singkatan satuan ukuran, takaran, dan timbangan; lambang kimia; dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Misalnya:
 kVA : kilovolt-ampere
 km : kilometer
 kg : kilogram
 l : liter
 Cu : kuprum
 Rp : rupiah

17
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau gabungan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
 Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
 Bulog : Badan Urusan Logistik
 Kalteng : Kalimantan Tengah
 Kowani : Kongres Wanita Indonesia
 Mabbim : Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
 Suramadu : Surabaya-Madura
 Wita : Waktu Indonesia Tengah

8. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau gabungan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf nonkapital.
Misalnya:
 iptek : ilmu pengetahuan dan teknologi
 pemilu : pemilihan umum
 puskesmas : pusat kesehatan masyarakat
 rapim : rapat pimpinan
 rudal : peluru kendali
 tilang : bukti pelanggaran

G. Angka dan Bilangan


1. Angka Arab atau angka Romawi lazim digunakan sebagai lambang bilangan atau
nomor.
Contoh:
 Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D
(500), M (1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)
2. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika digunakan secara berurutan seperti dalam perincian.

Misalnya:
 Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
 Koleksi pribadi saya lebih dari seribu buku.

18
 Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang abstain.
 Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
minibus, dan 250 sedan.

3. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran, seperti ukuran panjang, berat, luas, isi,
dan waktu, serta (b) nilai, seperti nilai uang dan persentase.

Misalnya:
 0,5 sentimeter
 5 kilogram
 4 hektare
 10 liter
 2 tahun 6 bulan 5 hari
 1 jam 20 menit
 Rp5.000,00
 US$3,50
 £5,10
 ¥100
 5%
 7 persen
4. Bilangan berupa angka pada awal kalimat yang terdiri atas lebih dari satu kata didahului
kata seperti sebanyak, sejumlah, dan sebesar atau diubah susunan kalimatnya.

Misalnya:
 Sebanyak 2.500 orang peserta diundang panitia.
 Sejumlah 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
 Panitia mengundang 2.500 orang peserta.
 Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
5. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya
lebih mudah dibaca.

Misalnya:

 Sebanyak 500 ribu dosis vaksin telah didistribusikan ke beberapa wilayah.


 Dia mendapatkan bantuan 90 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
 Perusahaan itu baru saja mendapatkan pinjaman 55 miliar rupiah.
 Proyek nasional pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya 7 triliun
rupiah.

19
5. Angka digunakan sebagai bagian dari alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau
kamar.
Misalnya:
 Jalan Kartika I No. 15
 Jalan Kartika I/15
 Jalan Raya Dumai Kav. 14
 Jalan Raya Subrantas Km. 4
 Hotel Mahameru, Kamar 169
 Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau bagian kitab suci.

Misalnya:
 Bab II, Pasal 3, halaman 13
 "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!" (Surah
Al-'Alaq [96]: 1)
 "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu
akan menerimanya." (Matius 21: 22)
7. Penulisan bilangan dengan huruf seperti dalam peraturan perundang-undangan, akta,
dan kuitansi dilakukan sebagai berikut.
a) Bilangan utuh ditulis secara mandiri.
Misalnya:
 dua belas : (12)
 tiga puluh lima : (35)
 lima puluh lima ribu : (55.000)
b) Bilangan pecahan ditulis dengan per- yang dilekatkan pada bilangan penyebut yang
mengikutinya.
Misalnya:
 setengah atau seperdua : (½)
 seperenam belas : (⅟16)
 tiga perempa : (¾)
 dua persepulu : (²∕₁₀)
 tiga dua-pertiga : (3⅔)
 satu persen : (1%)
 satu permil : (1‰)

20
8. Penulisan bilangan tingkat dapat menggunakan angka Romawi, gabungan awalan ke-
dan angka Arab, atau huruf.
Misalnya:
 abad VII
 abad ke-7
 abad ketujuh
 Perang Dunia II
 Perang Dunia Ke-2
 Perang Dunia Kedua
9. Penulisan angka dan akhiran -an dirangkaikan dengan tanda hubung (-).

Misalnya:

 lima lembar uang 5.000-an (lima lembar uang lima ribuan)


 seharga 5.000-an (seharga lima ribuan)
 tahun 2000-an (tahun dua ribuan)
10. Bilangan seperti yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, akta, atau
kuitansi dapat ditulis dengan angka dan diikuti oleh huruf.

Misalnya:
 Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
 Pada hari ini, Rabu, tanggal 13-10-2021 (tiga belas Oktober dua ribu dua
puluh satu) telah hadir di hadapan saya, Noviansyah, notaris yang
berkedudukan di Kota Batam.
 Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu
lima ratus rupiah lima puluh sen).
11. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf secara
serangkai.

Misalnya:
 Kelapadua
 Limapuluhkoto

21
 Rajaampat
 Simpanglima
 Tigaraksa

H. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya


1. Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku,
-mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:
 Rumah itu telah kujual.
 Majalah ini boleh kaubaca.
 Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
 Rumahnya sedang diperbaiki.
2. Kata ganti kau yang bukan bentuk terikat ditulis terpisah dengan kata yang lain.

Misalnya:
 Aku ingin kau bersungguh-sungguh dengan apa yang kaukatakan.
 Kau masih muda, Bung.
 Sebaiknya, kau mengurus adikmu saja.
I. Kata Sandang si dan sang
1. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:
 Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
 Dalam cerita itu si Pitung berhasil menolong penduduk.
 Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
 Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
 Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.
 Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
2. Kata sang ditulis dengan huruf awal kapital jika merupakan unsur nama Tuhan.

Misalnya:
 Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
 Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.
2.5 Penggunaan Tanda Baca

22
Pemakaian tanda baca merupakan salah satu aspek penting dalam penulisan bahasa
Indonesia. Khususnya dalam penggunaan tanda baca yang dapat digunakan untuk memperjelas
struktur kalimat dan menghindari kebingungan pembaca. Berikut adalah beberapa aturan
penggunaan tanda baca berdasarkan kepada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

a. Tanda Titik (.)


1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan. Contohnya :
- Ayah duduk di depan teras.
- Dino akan bermain di depan warung Lina.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar, atau
daftar. Contohnya :
- I. Masa Revolusi Indonesia
A. Perjuangan Indonesia
1. Latar Belakang
2. Tragedi dan Peristiwa

Aturan tambahan :
- Tanda titik tidak dipakai pada angka yang bertanda kurung dalam suatu perincian.
Contohnya, 1) Bahasa pemersatu....
- Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digitas yang lebih dari satu angka.
Contohnya, 1.1 Pengertian Bahasa...
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu atau jangka waktu. Contohnya :
- Pukul 03.30.25 (dibaca, pukul 3 lewat 30 menit 25 detik atau pukul 3, 30 menit, 25
detik)
- 03.30.25 jam (dibaca, 1 jam, 30 menit, 25 detik)
4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan
(yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru) dan tempat terbit. Contohnya :

- Pusat Seni, Departemen Kesenian Nasional. 2001. Perjalanan Sini di Negara


Kesatuan Republik Indonesia. Bandung.
- Soebardjo, M. 2020. Lahirnya Kesuksesan. Bandung: Gramedia
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan antara ribuan atau kelipatan yang
menunjukkan jumlah. Contohnya :
- Negara Indonesia memiliki lebih dari 14.000 pulau.

23
- Orang terkaya didunia memiliki pendapatan mencapai Rp. 300.000.000.000,00.

Aturan tambahan :
- Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah. Contohnya, nomor rekening andi adalah 1003847402
- Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
ilustrasi, atau tabel. Contohnya, Gambar 2 Ilustrasi Manusia

b. Tanda Koma (,)


1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan. Contohnya :
- Telepon, televisi dan internet telah menjadi barang yang tidak asing lagi.
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dalam kalimat majemuk (setara). Contohnya :
- Saya ingin membeli gitar, tetapi uang saya belum cukup.
- Ini bukan milik saya, melainkan milik teman saya
3. Tanda koma diapakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya. Contohnya :
- Kalau dijemput, saya akan hadir.
Aturan tambahan :
- Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat. Contohnya,
Saya akan hadir kalau dijemput
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti
oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
demikian. Contohnya :
- Ibnu sangat pintar menabung. Oleh karena itu, dia memiliki banyak uang di
sakunya.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan atau sesudah kata seru, seperti o, ya , wah, aduh,
waduh, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak. Contohnya :
- Hati-hati, ya, ombaknya keras!
- Dik, kapan kamu pergi ke kampus?
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. Contohnya :
- “Semua memiliki masanya masing-masing di dunia ini”, kata mas Imron.

24
Aturan tambahan :
- Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat
tanya, perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya. Contohnya,
“Siapa yang menyembunyikan uang Saya di Lemari?” tanya pak Soni.
7. Tanda koma dipakai di antrara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan
tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contohnya
:
- Sdr. Rusmini, Jalan Kembang X, Kelurahan Citra, Kecamatan Bunutro, Jayapura
10930
- Dekan Fakultas Perikanan, Universitas Sinorongo, Jalan Ningor 2, Jayapura
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka. Contohnya :
- Gunawan, Rohim. 1903. Tiga Roda Berputar. Yogyakarta: Retno Bols
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Contohnya :
- Rio Herman, Ensiklopedi Negara dan Hukum Indonesia (Jakarta: Alumni, 1978),
hlm. 14.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contohnya :
- Bambang Rusnomi, S.H.
- Nunung Ikram, M.A.
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau daintara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka. Contohnya,
- 16,9 m
- 39,7 Kg
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan aposisi (tambahan). Contohnya,
- Di daerah mereka, misalnya, masih terdapat bahan makanan yang kurang dan sullit
diperoleh dari pemerintah.
13. Tanda koma dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk
menghindari salah baca atau salah pengertian. Contohnya :
- Dalam pengembangan budaya, kita dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang
masih kurang untuk ditingkatkan.
Dapat dibandingkan dengan :

25
- Dalam pengembangan budaya kita dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang
kurang untuk ditingkatkan.
c. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat
majemuk. Contohnya :
- Hari sudah sore; anak-anak masih bermain di luar.
- Kakak menyelesaikan tugas; Adik menulis cerpen; Ibu membaca koran.
2. Tanda titik koma dipakai diakhir perincian yang berupa klausa. Contohnya :
- Syarat penerimaan calon pegawai di perusahaan ini adalah,
(1) Berkewarganegaraan Indonesia;
(2) Berijazah SMA;
(3) Berbadan sehat jasmani dan rohani; dan
(4) Bersedia ditempatkan di seluruh cabang di area regional Bali;
3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam
kalimat yang sudah menggunakan tanda koma. Contohnya
- Kakak membeli buku, bolpoint dan penghapus; baju, celama jeans, dan kaus kaki;
anggur, pisang, dan apel.
d. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengap yang diikuti pemerincian
atau penjelasan. Contohnya,
- Kita memerlukan alat tulis kantor: pensil, penghapus, dan buku.
Aturan tambahan
- Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan. Contohnya,
Kita memerlukan pensil, penghapus, dan buku.
2. Tanda titik dua dipakai setelah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerincian.
Contohnya,
- Ketua : Sara Stefany Tampubolon
Sekretaris : Ni Made Ayu Hari Laksmi Dewi Dasi
Bendahara : I Komang Juan Arya Wijaya
3. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan. Contohnya,
- Juan : “Hai Laksmi, apa kabar?”

26
- Laksmi : “Hai Juan, kabarku astungkara selalu sehat.”
4. Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor halaman, surah dan ayat dalam kitab
suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit dalam daftar
pustaka. Contohnya
- Horison, XIII, No. 9/2020: 9
- Pedoman Berbahasa Indonesia Sesuai Dengan EYD. Bandung: Pusat Bahasa.
e. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian
baris. Contohnya
- Sekarang terdapat cara untuk memudahkan kita menjelajah –
dunia luar.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang. Contohnya,
- Remaja-remaja
- Loncat-loncat
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan
dengan angka atau menyambung hurud yang dieja satu persatu. Contohnya,
- 09-10-2019
- r-a-k-s-a-s-a
4. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Contohnya,
- Ber-regenerasi
- Dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
Dapat dibandingkan dengan
- Dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai kata. Contohnya,
- se- dengan kata berikutnya dimulai dengan huruf kapital (se-Bali, se-Indonesia);
- ke- dengan angka (peringkat ke-3);
- angka dengan akhiran -an (tahun 1890-an);
- kata atau imbuhan dengan singkatan berupa hurud kapital (hari-H, sinar-X, ber-
KTP, di-SK-kan);
- kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Nya)
- huruf dan angka (D-2, S-1, S-3); dan
- kata ganti dengan akhiran yang menyatakan kepemilikian dengan singkatan berupa
huruf kapital (KTP-mu, STNK-nya, SIM-mu).

27
Aturan tambahan
- tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut
melambangkan jumlah huruf. Contohnya, P2MW (Program Pengembangan Usaha
Mahasiswa)
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
daerah atau bahasa asing. Contohnya :
- di-sowan-i (bahasa Jawa, ‘didatangi’)
- di-back up
- me-recall
7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
Contohnya :
- Kata pasca- berasal dari bahasa Sansekerta.
f. Tanda Pisah (–)
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang membari
penjelasan di luar bangun kalimat. Contohnya :
- Kemerdekaan bangsa itu–mereka yakini dapat tercapai–diperjuangkan oleh bangsa
itu sendiri.
- Kemakmuran itu–kita sependapat–dapat dicapai ketika kita mau berusaha lebih giat.
2. Tanda pisah dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain. Contohnya :
- Soekarno-Hatta—Proklamator kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama jalan di
suatu daerah.
- Gerakan Penguatan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus
digencarkan.
3. Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan, tunggal, atau tempat yang berarti ‘sampai
dengan’ atau ‘sampai ke’. Contohnya :
- Tahun 1990—1999
- Jakarta—Bandung
g. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Contohnya :
- Kapan Ibu akan pulang ke rumah?
- Siapa yang akan datang kemari?
2. Tanda tantya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagijan kalimat yang
di sangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Contohnya:

28
- Dinasti Tung mendirikan Candi Feng pada tahun 1289 (?).
- Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
h. Tanda Seru (!)
Tanda seru diapakai untuk mengakhiri ungkapan pernyataan yang berupa seruan,
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang
terpancar.
- Alangkah indahnya taman hijau di sana!
- Mari kita dukung pemilu yang bersih dan sesuai!
- Bernarkah! Dia bersikap demikian? Mari kita selidiki!
i. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan
ada bagian yang dihilangkan, dengan syarat yaitu sesudah dan akhir tanda elipsis
diikuti dengan spasi, serta jika tanda elipsis terletak pada akhir kalimat maka diikuti
oleh tanda titik (titik ada empat buah). Contohnya :
- Penyebab kecelakaan ... akan diteliti lebih lanjut.
- Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa Indoensia adalah ....
2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Contohnya :
- “Menurut kami ... seperti ... bagaimana, Pak?”
- “Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat.”
j. Tanda Petik (“...”)
1. Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah atau bahan terrtulis. Contohnya:
- “Habis gelap terbitlah terang” sebuah karangan yang ditulis dalam sebuah karya
- Menurut pasal 1 ayat 3 UUD 1945 “Negara Indonesia adalah negara hukum.”
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron artikel, naskah,
atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Contohnya :
- Marilah kita menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
- Film “G30S PKI” merupakan kisah nyata pada era kepemimpinan Soekarno
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus. Contohnya :
- “CPU” komputer ini sudah mengalami kerusakan.
- Dilarang memberikan “pungli” kepada petugas!
k. Tanda Petik Tunggal (‘...’)

29
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat pada pada petikan
lain. Contohnya :
- Tanya adik “kakak dengar bunyi ‘dor-dor’ tadi?”
- “Kita bangga karena lagu ‘Indonesia Raya dikumandangkan di area olimpiade itu,”
seru ketua Olahraga.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan. Contohnya :
- Tergugat ‘yang digugat’
- Retina ‘dinding mata sebelah dalam’
l. Tanda Kurung ((...))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contohnya :
- Dia memperpanjang Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
- Warga yang telah menetap di Indonesia wajib memiliki KTP (Kartu Tanda
Penduduk).
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian utama kalimat. Contohnya :
- Pengeran menulis karya yang berjudul “Bali” (nama tempat yang terkenal di
Indonesia) ditulis pada tahun 1789.
- Keterangan itu (pada tabel 3) menunjukkan kenaikan harga barang per tahun 2012.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam
teks dapat dimunculkan atau dihilangkan. Contohnya :
- Disa berangkat ke Indomaret selalu menaiki (motor) Kawasaki.
- Makanan khas daerah ini berasal dari (Kota) Karangasem.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai
penanda pemerincian. Contohnya :
- Hal-hal yang mempengaruhi jual-beli berhubungan dengan (a) pelanggan, (b) minat
pelanggan, dan (c) pesaing.
m. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain. Contohnya :
- Penggunaan bahasa Indonesia harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia, salah
satunya dengan pedoman EYD.

30
- Upacara ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dilaksanakan
secara khidmat
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
terdapat dalam tanda kurung. Contohnya :
- Persamaan hak dan kewajiban itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab III [lihat
halaman 50-59] ) perlu dibahas di sini.
n. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor alamat, dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contohnya :
- Nomor: 9/PK/II/2013
- Jalan Saka X/39
- tahun ajaran 2020/2021
2. tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap. Contohnya :
- mahasiswa/mahasiswi ‘mahasiswa dan mahasiswi’
- dikirimkan lewat darat/laut ‘dikirimkan lewat darat atau laut’
3. tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, kelompok kata sebagai koreksi
atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan dalam naskah asli yang ditulis orang
lain. Contohnya :
- Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
- Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macepat budaya bali dan jawa
o. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingakt dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun dalam konteks tertentu. Contohnya :
- Dia sudah tiba, ‘kan? (‘kan = bukan)
- Subuh ‘lah tiba. (‘lah = telah)
- 7-4-’22 (’22 = 2022)

2.6 Unsur Serapan


Berkembangnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan di Indonesia tidak secara
langsung ada ataupun muncul seketika. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berkembang
dari pengaruh berbagai bahasa lainnya baik dari bahasa daerah seperti bahasa Bali, Jawa, Sunda
ataupun dari bahasa asing seperti bahasa Inggris, Sanskerta, dan Belanda. Bahasa Indonesia
dalam perkembangannya, menyerap unsur-unsur bahasa-bahasa tersebut yang kemudian
diadopsi atau disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia itu sendiri. Kata atau istilah yang

31
berasal dari bahasa daerah atau bahasa asing yang berfungsi untuk memperkaya bahasa
Indonesia disebut sebagai unsur serapan. Namun, untuk bisa menyebut kata atau istilah bahasa
asing menjadi bahasa Indonesia tidak boleh secara sembarangan. Terdapat ketentuan umum
yang harus diperhatikan ketika ingin mengindonesiakan suatu kata atau istilah asing yaitu ejaan
diubah seperlunya sehingga bentuk kata serapan dalam bahasa Indonesia dan bahasa asalnya
masih memiliki kemiripan. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok dasar yaitu sebagai berikut :
1. Unsur bahasa yang tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia. Contohnya kata de facto dan de
jure. Unsur bahasa ini digunakan dalam bahasa Indonesia namun cara pengucapan dan
penulisannya mengikuti cara asing.
2. Unsur asing yang penulisan dan pengucapannya telah disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia.

Terdapat tiga cara untuk membentuk kata serapan atau menyerap kata dari suatu bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut :
1. Adopsi
Adopsi memiliki arti mengambil bentuk dan makna kata asing secara keseluruhan. Contohnya
kata supermarket dan mall.
2. Adaptasi
Cara adaptasi memiliki arti hanya mengambil maknanya saja dari kata asing yang diserap,
untuk ejaan menyesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Contohnya kata machine menjadi
mesin.
3. Penerjemahan
Cara penerjemahan artinya kata asing yang ada diambil maknanya kemudian kata tersebut
dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Contohnya kata download setelah diterjemahkan
ke bahasa Indonesia menjadi mengunduh.

Adapun kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan yaitu sebagai berikut :
 Bahasa Arab

1. Huruf ‫( ﺫ‬zal) dalam bahasa Arab diindonesiakan menjadi huruf z.

Contoh kata serapan :


 idzin' ( ‫ )إذن‬menjadi izin
 ‘uzr (‫ )ُع ْذ ر‬menjadi uzur.

32
2. Huruf a dalam bahasa Arab (bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi huruf a
(bukan huruf o).
Contoh kata serapan :
 ‘umrah menjadi umrah
 gā’ib menjadi gaib
3. Huruf ‫( ﺽ‬ḍad) menjadi d
Contoh kata serapan :
 hāḍir menjadi hadir
 ḍa’īf menjadi daif
4. Huruf ‫( ﻑ‬fa) menjadi f
Contoh kata serapan :
 faṣīh menjadi fasih
 faqīr menjadi fakir
5. Huruf ‫( غ‬gain) menjadi g
Contoh kata serapan :
 gā’ib menjadi gaib
 magrib menjadi magrib
6. Huruf ‫( ﺡ‬ḥa) menjadi h
 ḥākim menjadi hakim
 siḥr menjadi sihir
7. Huruf ‫( ﺥ‬kha) menjadi kh
Contoh kata serapan :
 khuṣūṣ menjadi khusus
8. Huruf sin (‫ )ﺱ‬menjadi s
Contoh kata serapan :
 salām menjadi salam
 silsilah menjadi silsilah
9. Huruf syin (‫ )ﺵ‬menjadi sy
Contoh kata serapan :
 ‘āsyiq menjadi asyik
 syarṭ menjadi syarat
10. Huruf wau (‫ )ﻭ‬menjadi w
Contoh kata serapan :
 jadwal menjadi jadwal

33
 wujūd menjadi wujud
11. Huruf ya (‫ )ﻱ‬di awal suku kata menjadi y
Contoh kata serapan :
 yaqīn menjadi yakin
12. Huruf ya (‫ )ﻱ‬di depan i maka dihilangkan
Contoh kata serapan :
 ziyārah menjadi ziarah
 Bahasa Belanda
1. aa menjadi a
Contoh kata serapan :
 paal menjadi pal
 baal menjadi bal
 octaaf menjadi oktaf
2. ee menjadi e
Contoh kata serapan :
 stratosfeer menjadi stratosfer
 systeem menjadi sistem
3. ie menjadi i jika lafalnya i
Contoh kata serapan :
 politiek menjadi politik
 riem menjadi rim
4. oo menjadi o
Contoh kata serapan ;
 komfoor menjadi kompor
 Bahasa Inggris (Umum)

1. ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e


Contoh kata serapan :
 aerobe menjadi aerob
 aerodinamics menjadi aerodinamika
2. ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
Contoh kata serapan :
 haemoglobin menjadi hemoglobin
 haematite menjadi hematit

34
3. ai tetap ai
Contoh kata serapan :
 trailer menjadi trailer
 caisson menjadi kaison
4. au tetap au
Contoh kata serapan :
 audiogram menjadi audiogram
 autotroph menjadi autotrof
5. c di depan a, u, o, dan konsonan berubah menjadi k
Contoh kata serapan :
 colonel menjadi kolonel
 cubic menjadi kubik
 calomel menjadi kalomel
 crystal menjadi kristal
6. c di depan e, i, oe, dan y berubah menjadi s
Contoh kata serapan :
 central menjadi sentral
 circulation menjadi sirkulasi
 coelom menjadi selom
 cylinder menjadi silinder
7. cc di depan o, u, dan konsonan berubah menjadi k
Contoh kata serapan :
 accomodation menjadi akomodasi
 acculturation menjadi akulturasi
 acclamation menjadi aklamasi
8. cch dan ch di depan a, o, dan konsonan berubah menjadi k
Contoh kata serapan :
 saccharin menjadi sakarin
 charisma menjadi karisma
 technique menjadi teknik
9. ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
Contoh kata serapan :
 machine menjadi mesin
 champagne menjadi sampanye

35
10. ch yang lafalnya c menjadi c
Contoh kata serapan :
 chip menjadi cip
 charter menjadi carter
11. ck menjadi k
Contoh kata serapan :
 check menjadi cek
 ticket menjadi tiket
12. ç (Bahasa Sanskerta) menjadi s
Contoh kata serapan :
 çabda menjadi sabda
 çastra menjadi sastra
13. e tetap e
Contoh kata serapan :
 effect menjadi efek
 description menjadi deskripsi
14. ea tetap ea
Contoh kata serapan :
 idealist menjadi idealis
15. ei tetap ei
Contoh kata serapan :
 eicosane menjadi eikosan
16. eo tetap eo
Contoh kata serapan :
 geometry menjadi geometri
 stereo menjadi stereo
17. eu tetap eu
Contoh kata serapan :
 neutron menjadi neutron
18. f tetap f
Contoh kata serapan :
 fanatic menjadi fanatik
 fossil menjadi fosil
19. gh menjadi g

36
Contoh kata serapan :
 sorghum menjadi sorgum
20. ie tetap ie jika lafalnya bukan i
Contoh kata serapan :
 variety menjadi varietas
 patient menjadi pasien
21. ng tetap ng
Contoh kata serapan :
 contingent menjadi kontingen
 congres menjadi kongres
22. oo menjadi u
Contoh kata serapan :
 cartoon menjadi kartun
23. oo tetap oo
Contoh kata serapan :
 zoology menjadi zoologi
 coordination menjadi koordinasi
24. ou menjadi u jika lafalnya u
Contoh kata serapan :
 coupon menjadi kupon
 contour menjadi kontur
25. ph menjadi f
Contoh kata serapan :
 phase menjadi fase
 physics menjadi fisika
26. ps tetap ps
Contoh kata serapan :
 psychic menjadi psikis
 psychosomatic menjadi psikosomatik
27. q menjadi k
Contoh kata serapan :
 aquarium menjadi akuarium
 frequency menjadi frekuensi
28. rh menjadi r

37
Contoh kata serapan :
 rhythm menjadi ritme
 rhapsody menjadi rapsodi
29. sch di depan vokal menjadi sk
Contoh kata serapan :
 schema menjadi skema
30. t di depan i menjadi s jika lafalnya s
 ratio menjadi rasio
31. u tetap u
Contoh kata serapan :
 unit menjadi unit
 institute menjadi institut
32. uu menjadi u
Contoh kata serapan :
 lectuur menjadi lektur
 vacuum menjadi vakum
33. v tetap v
Contoh kata serapan :
 vitamin menjadi vitamin
 evacuation menjadi evakuasi
34. x pada awal kata tetap x
Contoh kata serapan :
 xylophone menjadi xilofon
 xenon menjadi xenon
35. x pada posisi lain menjadi ks
Contoh kata serapan :
 executive menjadi eksekutif
 taxi menjadi taksi
36. xc di depan e dan i menjadi ks
Contoh kata serapan :
 excision menjadi eksisi
37. xc di depan a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
Contoh kata serapan :
 exclusive menjadi eksklusif

38
38. y tetap y jika lafalnya y
Contoh kata serapan :
 yen menjadi yen
 yuan menjadi yuan
39. y menjadi i jika lafalnya ai atau i
Contoh kata serapan :
 psychology menjadi psikologi
40. z tetap z
Contoh kata serapan :
 zodiac menjadi zodiak
 zygote menjadi zigot

Berikut adalah contoh penyesuaian akhiran istilah asing ke dalam bahasa Indonesia.

 Akhiran -age berubah menjadi -ase


Contoh : percentage menjadi persentase
 Akhiran -ant menjadi -an
Contoh : informant menjadi informan
 Akhiran -ein tetap -ein
Contoh : protein menjadi protein
 Akhiran -ic (Inggris), -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
Contoh : mechanic, mechanisch menjadi mekanik
 Akhiran -ical (Inggris), -isch (Belanda) menjadi -is
Contoh : pratical, practisch menjadi praktis
 Akhiran -ist menjadi -is
Contoh : egoist menjadi egois
 Akhiran -logy (Inggris), -logie (Belanda) menjadi logi
Contoh : technology, technologie menjadi teknologi
 Akhiran -or (Inggris), -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
Contoh :
director, directeur menjadi direktur
amateur menjadi amatir
 Akhiran -or tetap -or
Contoh : distributor menjadi distributor

39
 Akhiran -ty (Inggris), -teit (Belanda) menjadi -tas
Contoh : university, universiteit menjadi universitas
 Akhiran -ure (Inggris), -uur (Belanda) menjadi -ur
Contoh : culture, cultuur menjadi kultur

40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan salah satu dari tata bahasa terpenting bahasa
Indonesia. EYD memuat aturan-aturan tata bahasa Indonesia yang perlu dikuasai oleh seluruh
penutur bahasa Indonesia baik pelajar (dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi)
maupun masyarakat umum. Ejaan tidak semata-mata hanya digunakan untuk menulis
kata/kalimat dengan benar. Ejaan juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penulisan
Bahasa Indonesia, antara lain: Sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar semakin
baku. Membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku. Sebagai penyaring unsur
bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga dalam penulisannya tidak menghilangkan makna
aslinya. Penggunaan ejaan dapat membantu mencerna informasi dengan lebih cepat dan mudah,
karena penulisan bahasa yang lebih teratur. Selain itu ada pula aturan dalam ejaan, terdapat
beberapa aturan yang digunakan agar EYD ini bisa menjadi pedoman atau sistematika agar
penulisan kata bisa sesuai dengansistemaka menurut Ejaan Yang Disempurnakan ini..
Berdasarkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) terdapat beberapa aturan
dalam penulisan ejaan yang benar agar sesuai dengan sistematika, seperti penulisan kata, tanda
baca, bahkan unsur serapan yang ada di Indonesia disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
itu sendiri. Bahasa Indonesia yang saat ini digunakan oleh masyarakat adalah Bahasa Indonesia
yang mengalami penyempurnaan ejaan sebelumnya. Tujuan dari penyempurnaan ejaan yaitu
agar bahasa yang digunakan dapat menjadi lebih baku dan lebih teratur.

3.2 Saran
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang dimiliki oleh negara Indonesia. Bahasa ini
digunakan sebagai bahasa pemersatu, menjadi jembatan atau sarana komunikasi bagi masyarakat
dari berbagai daerah untuk berkomunikasi dan bertukar informasi. Dikarenakan erat kaitannya
dengan komunikasi, alangkah bauknya penggunaan bahasa baik dari kata maupun kalimat harus
sesuai dengan sistematika Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) agar komunikasi dan juga
kebahasaan bisa digunakan sesuai dengan aturan aturan atau sistematika dari Ejaan Yang
Disempurnakan ini.

41
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek. 2016. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Mengenal Unsur Serapan, 03:56. 2022.
https://youtu.be/DWK2HLyr4lg?si=mUH289mFa3XW8hia
Devianty, R. (2017). Bahasa sebagai cermin kebudayaan. Jurnal tarbiyah, 24(2).
Indonesia, Tim Pengembang Pedoman Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016).
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa.
Kemendikbudristek. Ejaan Yang Disempurnakan. Diakses tanggal 11 April 2024 dari
https://ejaan.kemdikbud.go.id/eyd/penulisan-kata/kata-dasar/
Materi Bahasa Indonesia. Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia. 07:23. 2021.
https://youtu.be/T0V8nw9mrZQ?si=S1rc9-rzSDkaO9gp
Mijianti, Y. (2018). Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia. Belajar Bahasa: Jurnal Ilmiah
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(1).
Wulandari, A., Atmaja, L. K., Suryani, A. I., Rustinar, E., & Lisdayanti, S. (2023). Kontribusi
Mahasiswa Kampus Mengajar V Meningkatkan Pemahaman Tentang Ejaan Bahasa di SDN
190 Bengkulu Utara. Community Development Journal: Jurnal
(Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, n.d
Pengabdian Masyarakat, 4(2), 4590-4595.

42
43

Anda mungkin juga menyukai