Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA

INDONESIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Mata Kuliah : BAHASA INDONESIA
Dosen : ERNILA SARI HARAHAP, M.Hum
DISUSUN
O
L
E
H

KELOMPOK 2 :
1. INDAH SYAHPUTRI
2. SYAVIRA MEYSI
3. DWI SYAFFITRI
SEMESTER I PGMI (PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


AL- HIKMAH MEDAN
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "pedoman umum ejaan bahasa
indonesia". Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat
bagi seluruh alam semesta. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
ERNILA SARI HARAHAP, M.HUM. yang telah membantu selama pembuatan
makalah ini sehingga terealisasikanlah makalah ini. Penulis menyadari akan
keterbatasan berbahasa yang mungkin membuat makalah ini memiliki celah serta
kesalahan. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati, penulis menginginkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna melengkapi makalah ini. Semoga
hasil makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembacanya.

Medan, 15 Desember 2023

Tim Penyusun
Kelompok 2 (dua)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1. Latar Belakang .................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah ...........................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

2.1 Pengertian Ejaan .............................................................................................3

2.2 Sejarah ...........................................................................................................3

2.2.3 Penulisan Huruf ...........................................................................................6

2.2.3.1. Penulisan Huruf Kapital ......................................................................6

2.2.3.2 Penulisan Huruf Miring ........................................................................6

2.2.3.3 Huruf Tebal ...........................................................................................7

2.2.3.4 Singkatan dan Akronim ........................................................................7

2.2.3.5. Huruf Pada Nama Lambang Bilangan ................................................8

2.2.3.6 Penulisan kata .......................................................................................8

2.2.5 Penulisan unsure Serapan ...........................................................................9

2.2.6 Penulisan angka/ bilangan ........................................................................10

2. 2.7 Pemakaian tanda baca..............................................................................13

BAB III PENUTUP ...............................................................................................20

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................20

3.2 Saran .............................................................................................................20

DAFTAR PUSAKA ...............................................................................................21

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan
sebagai alat komunikasi secara langsung. Bahasa juga dapat digunakan sebagai alat
komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi
demokarsi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan
memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial secra baik dan benar,
sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai
mediapenyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita
atau materi secara tertulis, di harapkan masyarakat dapat menggunakan media
tersebut dengan baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam
etikaberbahasa, disinilah peran aturan bakutersebut digunakan dalam hal ini kita
selaku warga negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu rambu
ketata bahasaan indonesia yang baik dan benar. Ejaan yang di sempurnakan (EYD)
adalah sub materi dalam ketata bahasaan indonesia, yang memilik peran yang
cukup besar dalam dalam mengatur etika berbahsa secara tertulis sehingga
diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan di pahami secara
komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat
digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga proses pengguaan tata bahsa
indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.

1.2 Rumusan masalah


a. Bagaimana ejaan bahasa Indonesia?
b. Bagaimana Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia?
c. Apa yang dimaksud dengan Pemakaian Huruf pada EYD?
d. Apa yang dimaksud dengan Penulisan Kata pada EYD?
e. Bagaimana penulisan angka / bilangan?
f. Bagaimana cara Pemakaian Tanda Baca pada EYD?

1
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk memahami pengertian dari ejaan.
b. Untuk memahami fungsi dari ejaan.
c. Untuk memahami sejarah perkembangan ejaan.
d. Untuk mengetahui ruang lingkup ejaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ejaan
Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia
yang berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan.Ejaan
merupakan tata cara penulisan huruf, kata, dan kalimat sesuai dengan standardisasi
yang telah disepakati dalam kaedah Bahasa Indonesia.
Ejaan sebagai pedoman berbahasa yang saat ini digunakan sebagai tolak
ukur, tercipta tidak luput dari hasil kesepakatan bersama oleh seluruh komponen
bangsa.
Kaedah ejaan bahasa indonesia yaitu pemakaian Huruf Abjad yang dipakai
dalam bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf, yaitu: 21 huruf konsonan dan 5 huruf
vokal. Semua huruf dapat digunakan secara umum dalam kata, kecuali huruf q dan
x. Keduanya khusus diperlukan untuk nama dan keperluan ilmu. Di dalam bahasa
Indonesia terdapat pengombinasian dua huruf vokal yang disebut dengan huruf
diftong. Pengucapan bunyinya dilakukan secara luncur dan tingginya tidak sama.
Dengan kata lain, huruf vokal pertama pembunyiannya tinggi sedangkan huruf
vokal kedua rendah. Huruf diftong dilambangkan dengan ai, au, dan oi. 1
2.2 Sejarah
Zaman terus berubah, teknologi terus berkembang, dan bahasa pun terus
menyesuaikan perubahan. Kita tidak akan mungkin terpaku dengan aturan lama
karena bahasa terus berkembang sehingga aturan mengenai kebahasaan juga ikut
menyesuaikan seperti halnya perubahan dari EYD menjadi Pedoman Umum (PU)
EBI
Lantas, perubahan manakah yang paling terlihat saat EYD berubah
menjadi EBI?

1
Supriyadi. Tata Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka 1995) hal.45

3
PU EBI merupakan penyempurna EYD sehingga sangat wajar jika Anda
menemukan perubahan maupun penambahan hal-hal pokok yang tidak ditemukan
pada pedoman sebelumnya.
EYD sendiri dulunya juga merupakan penyempurna atas revisi pedoman-
pedoman pendahulunya. Nah, sekarang PU EBI semakin melengkapi apa yang
kurang dari pedoman EYD sehingga menjadi lebih sempurna.:
2.2.1 Penambahan huruf vokal diftong
Huruf diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong dalam satu suku
kata. Huruf ini biasanya dilambangkan melalui dua huruf vokal yaitu seperti pada
pedoman EYD hanya ada 3 (ai, au, oi), sementara di PU EBI terdapat 1 tambahan
diftong (ei) sehingga total menjadi 4 diftong.

Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata


Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

Ai aileron balairung Pandai

Au autodidak taufik Harimau

Ei eigendom geiser Survey

Oi – boikot Amboi

2.2.2 Penggunaan huruf kapital


Pada pedoman EYD aturan mengenai penggunaan penulisan nama orang
selalu diawali dengan huruf kapital, tetapi tidak dengan nama julukan yang tetap
menggunakan huru kecil. Sedangkan dalam aturan pedoman yang baru, PU EBI,
nama julukan juga harus diawali dengan huruf kapital.2
Contoh:
1. Mengapa kau begitu ketakutan seperti melihat Dewa Kematian?
2. Kepiawaiannya dalam membuat pedang membuat ia dijuluki Dewa
Pedang oleh orang-orang di kampung itu.
Tidak hanya itu, untuk penulisan huruf pertama kata yang memiliki makna ‘anak
dari’, maka huruf kapital tidak dipergunakan, seperti binti, bin, boru, dan van.
Contoh:

2
Ibid hal. 46

4
1. Wisnu Indra bin Abdullah
2. Cut Meriska binti Kumoro
3. Ruth boru Simajuntak
4. Charles Andrian van Ophuijsen
5. Penggunaan huruf tebal sebagai penegasan
Dalam pedoman EYD, huruf miring digunakan sebagai bentuk penegasan kata
maupun kalimat. Sedangkan dalam PU EBI penggunaan huruf tebal digunakan
sebagai bentuk penegasan bagian tulisan yang telah ditulis menggunakan huruf
miring.
1. Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.
2. Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa
Indonesia.
3. Penulisan partikel “pun”
Dalam pedoman EYD, pemakaian partikel “pun”, harus ditulis secara terpisah
kecuali telah menjadi kesatuan dengan kata yang sudah lazim dipakai. Sedangkan
dalam PU EBI, pemakaian partikel “pun” tetap ditulis secara terpisah, namun jika
mengikuti unsur kata penghubung maka ditulis serangkai. Contoh:
1. Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan umum masih
tersedia.
2. Apa pun permasalahan yang muncul, dia tetap dapat mengatasinya dengan
kepala dingin serta bijaksana.
3. Meskipun sibuk, kamu harus tetap menghubungi kedua orang tuamu.
4. Adapun sumber kebakaran itu masih belum diketahui oleh masyarakat.
Itulah beberapa contoh perbedaan EYD dan PU EBI yang diharapkan dapat
diketahui Mitra Excellent sehingga tidak timbul kesalahan lagi saat menulis bahasa
kita, Bahasa Indonesia. 3 Pastikan juga saat akan memilih penerjemah profesional,
mereka selalu update dengan perkembangan bahasa sehingga terjemahan yang
dikerjakan akan berkualitas baik dan sesuai dengan aturan penulisan ejaan terbaru.

3
Ibid hal. 47

5
2.2.3 Penulisan Huruf
2.2.3.1. Penulisan Huruf Kapital
Pengunaan huruf kapital / huruf balok yang sering kita dengar mempunyai
fungsi dan tempat sendri dalam ejaan bahasa Indonesia .
a. Huruf kapital sebagai huruf pertama atau awal dalam kalimat.
b. Huruf kapital sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh : adik bertanya “Kapan kita pulang ?”
c. Huruf kapital digunankan dalam menyebut nama Tuhan atau kitab suci.
Contoh : Allah SWT , Al –Quran
d. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kerhormatan .
e. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan.
Contoh : M.Pd
f. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama orang.
2.2.3.2 Penulisan Huruf Miring
Huruf yang tercetak miring dalam terminologi tipografi disebut italic. Huruf
italic ini pada pengutipan judul buku, nama koran atau media pers. 4
1 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya
2 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

4
Tim 5 PB UIN SGD BANDUNG.. Kaidah dan Pelatihan Bahasa Indonesia. 2006.
Hal. 57

6
3 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. 5
2.2.3.3 Huruf Tebal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “tebal” bermakna berjarak
lebih besar. Huruf tebal dapat diartikan huruf yang dituliskan dengan jarak yang
lebih besar dari pada huruf pada umumnya. Huruf tebal terlihat lebih besar jika
dibandingkan dengan huruf yang biasa. Contoh :
Huruf Tebal pada Kata yang Ditulis Miring.
Pada kata yang telah ditulis miring, huruf tebal dapat digunakan. Perhatikan
contoh berikut:
• Arti kata et pada ungkapan divide et impera adalah ‘dan’.
• Suku kata logi pada kata psikologi menunjukkan suatu keilmuan yang
dipelajari, dalam hal ini berhubungan dengan perilaku kejiwaan manusia.
• Kata adenium pada nama ilmiah kamboja yaitu adenium obseum
menunjukkan genus.
2.2.3.4 Singkatan dan Akronim
Singkatan dan akronim adalah kependekan dari kata atau gabungan kata.
Perbedaan antara singkatan dan akronim adalah bentuk singkatan dilafalkan huruf
per huruf, sedangkan akronim dilafalkan sebagai suku kata. Singkatan yang terdiri
atas huruf-huruf kecil. Singkatan tersebut berasal dari huruf awal kata.
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pengkat diikuti
dengan tanda titik.
Misalnya:
• A.S.Kramawijaya
• Muh.Yamin
• Suman Hs.

5
Ibid hal. 58

7
• Sukanto S.A.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. 6
Misalnya:
• DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
• PGRI : Persatuan Guru Republik Indonesia
• GBHN : Garis Besar Haluan Negara
• Sekolah : menengah tingkat pertama
2.2.3.5. Huruf Pada Nama Lambang Bilangan
Pengertian Angka dan lambang bilangan tidak bisa dipisahkan. Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan. Berikut ini adalah penulisan Angka
pada Lambang Bilangan :
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab : ٠,١,٢,٣,٤,٥,٦,٧,٨,٩
Bentuk angka biasa : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Bentuk angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D, M, V
Jika dibandingkan, maka kedua bentuk angka tersebut adalah sebagai
berikut:
I =1
II= 2
III = 3
IV = 4
2.2.3.6 Penulisan kata
Dalam pedoman Ejaan Bahasa yang Disempurnakan (EYD), penulisan kata
meliputi
a. kata dasar,
b. kata turunan,
c. bentuk ulang,
d. gabungan kata,

6
Ibid hal. 58

8
e. kata ganti –ku, -kau, -mu, dan –nya,
f. kata depan di, ke, dan dari,
g. kata si dan sang,
h. partikel
i. singkatan dan akronim,
j. angka dan lambang bilangan.
Pada penelitian ini, hanya difokuskan pada kata depan di dan ke. Kata depan
di dan ke di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalamgabungan
kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. 7
Misalnya:
a. Baju itu berada di dalam lemari.
Pada contoh di atas, kata di berfungsi sebagai kata depan, sehingga kata di
harus di tulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya.
b. Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan
pada contoh di atas, kata ke berfungsi sebagai kata depan, sehingga kata ke
harus di tulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya.
2.2.5 Penulisan unsure Serapan
Proses penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat
dipertimbangkan jika salah satu syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu:
1. Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya.
2. Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan
Indonesianya.
3. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan
jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya.
Kata serapan masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan empat cara:
1. Adopsi
Pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara
keseluruhan. Contoh: supermarket, plaza, mall.

7
Alwi, Hasan dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka 1998)
hal. 89

9
2. Adaptasi
Pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan
atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh:
"Pluralization" menjadi "pluralisasi".
3. Penerjemahan
Pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing
itu, lalu kata tersebut dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.
Contohnya: "Try out" menjadi "uji coba".
4. Kreasi
Pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa
Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, tetapi tidak menuntut
bentuk fisik yang mirip seperti cara penerjemahan.
Misal, kata dalam bahasa aslinya ditulis dalam dua atau tiga kata, sedangkan
dalam bahasa Indonesianya hanya ditulis satu kata. Contoh: "Spare parts"
menjadi "suku cadang".8
2.2.6 Penulisan angka/ bilangan
Angka adalah tanda atau lambang untuk menyatakan suatu
bilangan. Sedangkan bilangan adalah suatu unsur matematika yang digunakan
untuk melakukan pengukuran dan pencacahan.
Jenis-jenis Bilangan
1. Bilangan Nol
Bilangan nol adalah bilangan yang hanya terdiri dari bilangan nol, tanpa ada
bilangan lainnya.
Contoh : {0}
2. Bilangan Asli
Bilangan asli terdiri dari bilangan positif yang dimulai dari bilangan 1 (satu)
dan seterusnya.
Contoh : {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, …, …, …, ….}
3. Bilangan Bulat
Bilangan bulat terdiri dari bilangan nol, bilangan bulat negatif, bilangan bulat

8
Ibid hal. 91

10
positif.
Contoh : {…., -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, ….}
4. Bilangan Prima
Bilangan prima terdiri dari bilangan yang tidak bisa dibagi oleh bilangan
apapun selain bilangan itu sendiri dan bilangan 1 (satu).
Contoh : {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 39, 43, ….}
5. Bilangan Cacah
Bilangan cacah terdiri dari bilangan nol dan bilangan yang bernilai positif.
Contoh : {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, ….}
6. Bilangan Pecahan
Bilangan pecahan terdiri dari bilangan yang dinyatakan atau ditulis dengan
bentuk a/b, dimana a dan b adalah bilangan bulat, sedangkan b≠0. Bilangan a
disebut pembilang dan bilangan b disebut penyebut.
Contoh : {½, ¼, ⅓, ⅔, ⅛, ⅝, ….}
7. Bilangan Rasional
Bilangan rasional terdiri dari bilangan bulat yang dinyatakan dalam bentuk
pecahan a/b, dan b≠0.
Contoh : {½, ¼, ….}
8. Bilangan Irrasional
Bilangan irrasional terdiri dari bilangan yang bukan termasuk kedalam
bilangan rasional atau bilangan yang tidak bisa dinyatakan dalam bentuk
pecahan.
Contoh : {√2, √3, √5, √7, ….}
9. Bilangan Real
Bilangan real terdiri dari gabungan bilangan rasional dan irrasional.
Contoh : {½, ¼, √2, √3, √5, √7, ….}
10. Bilangan Positif
Bilangan positif terdiri dari bilangan yang bernilai positif selain bilangan nol.
Contoh : {2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, ½, ¼, ….}
11. Bilangan Negatif
Bilangan negatif terdiri dari bilangan selain nol yang bernilai negatif.
Contoh : {-5, -4, -3, -2, -1, -8, -12, -16, ….}

11
12. Bilangan Ganjil
Bilangan ganjil terdiri dari bilangan bulat yang tidak habis jika dibagi dengan
angka 2, atau dapat dinyatakan dengan rumus 2n-1.
Contoh : {-9, -7, -5, -3, -1, 1, 3, 5, 7, 9, ….}
13. Bilangan Genap
Bilangan genap terdiri dari bilangan bulat yang habis jika dibagi dengan
angka 2.
Contoh : {-8, -6, -4, -2, 2, 4, 6, 8, 10, 12, ….}
14. Bilangan Komposit
Bilangan komposit terdiri dari bilangan yang tidak termasuk kedalam
bilangan prima dan bilangan asli yang nilainya lebih besar dari 1 (satu).
Contoh : {2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, ….}
15. Bilangan Riil
Bilangan riil terdiri dari bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk
desimal (berkoma).
Contoh : {½, ¼, √3, √5, √7, log 10, ….}
16. Bilangan Imajiner
Bilangan imajiner terdiri dari bilangan yang dituliskan dengan satuan imajiner
(i) yang merupakan lambang bilangan baru.
Contoh : {i, 2i, 3i, 4i, 5i, 6i, 7i, 8i, 9i, ….}
17. Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks terdiri dari bilangan yang dapat dinyatakan
dengan rumus (a+bi), dimana a adalah bilangan riil sedangkan bi adalah
bilangan imajiner.
Contoh : {2-3i, 3-4i, 4-5i, 5-6i, ….}
18. Bilangan Romawi
Bilangan romawi merupakan sistem bilangan yang berasal dari bangsa
romawi kuno, yang penulisannya menggunakan huruf latin untuk menyatakan
angka.
Contoh : {I=1, II=2, III=3, IV=4, V=5, VI=6, VII=7, VIII=8, IX=9, X=10,
…}

12
19. Bilangan Kuadrat
Bilangan kuadrat terdiri dari bilangan-bilangan yang merupakan hasil
perkalian suatu bilangan dengan bilangan itu sendiri sebanyak 2 kali, dimana
bilangan kuadrat ini disimbolkan dengan angka 2.
Contoh : {22, 32, 42, 52, 62, 72, 82, 92, 102, ….}
2. 2.7 Pemakaian tanda baca
a. Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan dan bukan pertanyaan atau
seruan.
Misalnya:
Mereka duduk di sana.
Ayahku tinggal di Solo.
Dia akan dating pada pertemuan itu.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam
suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a) Lambang kebangsaan nasinal,
b) Identitas nasional,dan
c) Alat pemersatu bangsa;
Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.9
Misalnya:
(a) III.Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jendereal Pendidikan Tinggi
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
(b) 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan

9 Zaenal Arifin, Cermat Berbahasa Indonesia, ( Jakarta: Akapress, 2006) . h. 4

13
1.2 Lustasi

14
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka
atau huruf.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu .
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1,35 menit,20 detik)
tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam,35 menit,20 detik)
1.35.21
Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru,dan tempat terbit.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkan jumlah
Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan .
b. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata,seperti
tetapi,melainkan,sedangkan,dan kecuali
3. Tanda koma dipakai untuk memisahka anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi,
dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru,sepeti o,ya,wah,aduh,dan
kasihan,atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan,seperti Bu,Dik,atau
Mas dari kata lain yang terdapat didalam kalimat.

15
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.
8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat,(b) bagian alamat,(c)
tempat dan tanggal,serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
10. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan
akhir.
11. Tanda koma di pakai di antara nama orang dan gelar akdemik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama
diri,keluarga,atau marga.
12. Tanda koma dipakai di muka angka decimal atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
14. Tanda koma dapat dipakai-untuk menghindari salah baca/salah pengertian-
di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
c. Tanda Titik Koma(;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
2. tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam
kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan
itu,sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan data dan.
3. tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsure-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata
hubung.
d. Tanda Titil Dua (:)

16
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
rangkaian atau pemerian.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapn yang memerlukan
pemerian.
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman ,(b) bab
dan ayat dalam kitab suci,(c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
e. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian
baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya
atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluiya pada pergantian baris.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
4. Tanda hubung digunakan untuk menyambng bagian-bagian tanggal dan huruf
dalam kata yang dieja satu-satu.
5. Tanda hubung boleh dipakai unruk memperjelas(a) hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsure bahasa Indonesia dengan
unsure bahasa asing.10
f. Tanda pisah(-)
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
2. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan,tangal,atau tempat dengan arti
sampai dengan ‘atau ‘sampai ke’.

10Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. ( Jakarta: Rineka
Cipta, 2006) h.3

17
g. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakaipada akhir kalmia Tanya.
2. Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat di buktikan.
h. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidak
percayaan, ataupun emosi yang kuat.11
i. Tanda Elipsis (…)
1. Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
2. Tanda ellipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang di hilangkan.
j. Tanda Petik (“…”)
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan lansung yang berasal dari
pembicaraan ,naskah,atau bahan tertulis lain.
2. Tanda petik di pakai untuk mengapit judul puisi,karangan,atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.
k. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam
petikan lain.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan
bahasa daerah atau bahasa asing.
i. Tanda Kurung ((…))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit ketrangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama dari kalimat.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan.

11 Supriyadi. Tata Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka 1995) hal.45

18
4. Tanda kurung dipakai unruk mengapit angka atau huruf yang memerinci
urutan keterangan.
m. Tanda Kurung Siku ({…})
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf,kata,atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung.
n. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring di pakai di dalam nomor surat,nomor pada alamat,dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun
ajaran.
2. Tanda garis miring dipakai sebagai penggganti kata atau,tiap, dan ataupun.
o. Tanda Penyingkat atau Apostrof(‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilamgam bagian kata atau bagian angka
tahun. 12

12 Dendy Sugono, Berbahasa Indonesia Dengan Benar, ( Jakarta: Rieneka Cipta 1989)
h. 9

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemakaian huruf diantaranya mengenai huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan, gabungan huruf konsonan, huruf capital, huruf miring dan huruf
table.Penulisan kata diantaranya meliputi kata dasar, kata turunan, bentuk ulang,
gabungan kata, kata gantiku kau, mu dannya, kata depan di, ke, da dari, partikel dan
tanda petik. Pemakaian tanda baca diantaranya adalah tanda titik, tanda koma, tanda
titikkoma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru,
tandaellipsis, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung siku,
tandagaris miring, dan tanda peningkatan atau apostrof.Sedangkan penulisan unsur
serapan berdasarkan perkembangannya meliputi pelbagai bahasa baik dari bahasa
daerah maupun bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan
Inggris. Sehingga berdasarkan tarafintegrasinya, unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi menjadi duakelompok besar yaitu unsur asing yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan unsur asing yang penulisan
dan pengucapannya disesuaikandengan kaidah bahasa Indonesia.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon
pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali
potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya.Aamiin

20
DAFTAR PUSAKA

Supriyadi.1995. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


Tim 5 PB UIN SGD BANDUNG.2006. Kaidah dan Pelatihan Bahasa Indonesia.
Alwi, Hasan dkk.1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Zaenal Arifin.2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress.
Abdul Chaer.2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Supriyadi.1995. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dendy Sugono. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Rieneka Cipta

21

Anda mungkin juga menyukai