Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

KETERAMPILAN MENULIS BAHASA INDONESIA


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keterampilan menulis Bahasa

Indonesia.

Dosen Pengampu : Sari Ani, M.Pd,.

Disusun Oleh Kelompok :

1. Muhammad Rhois (22032045)

2. Nur Laila Alfitriyah (22032055)

3. Siti Munawaroh (22032046)

4. Wahyu Izzan Arif (22032039)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM
LAMONGAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting untuk
dikuasai. Dengan keterampilan menulis, seseorang dapat mengekspresikan gagasan, pendapat, dan
perasaannya secara tertulis. Keterampilan menulis juga diperlukan untuk berbagai keperluan,
seperti menulis laporan, karya ilmiah, surat, dan sebagainya. Makalah ini disusun untuk membahas
tentang keterampilan menulis Bahasa Indonesia. Makalah ini akan membahas tentang pengertian,
komponen, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis. Selain itu, makalah ini
juga akan membahas tentang cara meningkatkan keterampilan menulis. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang keterampilan menulis Bahasa
Indonesia. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa dan
pelajar yang sedang mempelajari keterampilan menulis.
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang. kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Lamongan, 30 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................... 2


Daftar Isi .......................................................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan ........................................................................................................................ 3
A. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia ............................................................................. 3
B. Pilihan Kata (Diksi) Bahasa Indonesia ................................................................................ 14
C. Kalimat Efektif..................................................................................................................... 20
D. Paragraf ................................................................................................................................ 25
Bab II Penutup .............................................................................................................................. 31
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................................................... 32
Daftar Pustaka .............................................................................................................................. 33

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting
untuk dikuasai. Keterampilan menulis memungkinkan seseorang untuk mengekspresikan
gagasan, pendapat, dan perasaannya secara tertulis. Keterampilan menulis juga diperlukan
untuk berbagai keperluan, seperti menulis laporan, karya ilmiah, surat, dan sebagainya.

Keterampilan menulis yang baik dapat membantu sesorang untuk:

1. Mengkomunikasikan gagasan dan ide dengan jelas dan efektif

2. Membangun hubungan dengan orang lain

3. Mencapai tujuan

4. Menunjukkan keterampilan dan kemampuan


Sayangnya, keterampilan menulis masih menjadi salah satu keterampilan berbahasa
yang kurang dikuasai oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari hasil tes
kemampuan menulis yang menunjukkan bahwa masih banyak orang yang memiliki
keterampilan menulis yang rendah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis adalah penggunaan
bahasa yang baik dan benar. Penggunaan bahasa yang baik dan benar dapat diwujudkan
dengan mengikuti Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Selain itu,
penggunaan diksi yang tepat juga dapat meningkatkan kualitas tulisan. Oleh karena itu,
penting untuk membahas tentang PUEBI dan diksi dalam makalah tentang keterampilan
menulis Bahasa Indonesia. Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
kepada pembaca tentang pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam
menulis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diajukan
adalah sebagai berikut:

1
1. Bagaimana penerapan PUEBI dalam keterampilan menulis Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana pentingnya penggunaan diksi dalam keterampilan menulis Bahasa

Indonesia?

C. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang penerapan PUEBI dalam


keterampilan menulis Bahasa Indonesia.

2. Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang pentingnya penggunaan


diksi dalam keterampilan menulis Bahasa Indonesia.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia


Pengertian Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah panduan
resmi yang mengatur tata cara penulisan dan ejaan dalam bahasa Indonesia. PUEBI
diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pertama kali diterbitkan
pada tahun 1972. Namun, perubahan dan penyempurnaan terhadap PUEBI telah terus
dilakukan melalui berbagai edisi yang lebih baru, dengan tambahan aturan atau
penyesuaian, sehingga disarankan untuk merujuk ke edisi terbaru yang berlaku pada
saat tertentu.
Penerbit dari PUEBI adalah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
(Badan Bahasa), yang merupakan salah satu unit kerja di bawah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Badan Bahasa bertanggung jawab
untuk mengembangkan dan mengatur norma serta standar bahasa Indonesia, termasuk
pedoman ejaan yang diatur dalam PUEBI.
Ejaan Dasar: PUEBI mengatur aturan ejaan dasar, seperti penggunaan huruf
kapital, tanda baca, dan ejaan kata. Contohnya, “Surat ini dikirimkan kepada
Bapak/Ibu” adalah penggunaan huruf kapital yang benar.

1. Ejaan Serapan: Dalam ejaan serapan, kata-kata dari bahasa asing diadopsi
sesuai dengan aturan ejaan bahasa Indonesia. Contoh, “restoran” bukan

“restaurant” dan “mobil” bukan “mobile.”

2. Ejaan Singkatan: Singkatan dan akronim harus diikuti aturan ejaan yang
berlaku. Misalnya, “BPK” untuk Badan Pemeriksa Keuangan dan “ASEAN”
untuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.
Unsur-unsur PUEBI Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
mengandung berbagai unsur yang mengatur tata cara ejaan bahasa Indonesia.

3
Unsurunsur utama dalam PUEBI meliputi:

1. Huruf: PUEBI mengatur penggunaan huruf, termasuk ejaan dasar, kapitalisasi,


dan penggunaan huruf vokal dan konsonan.

2. Tanda Baca: Pedoman ini mencakup aturan penggunaan tanda baca dalam
bahasa Indonesia, seperti koma, titik, tanda hubung, dan lain-lain.

3. Kata Serapan: PUEBI mengatur ejaan kata-kata serapan dari bahasa asing agar
sesuai dengan aturan bahasa Indonesia.

4. Singkatan dan Akronim: Pedoman ini mencakup aturan ejaan singkatan dan
akronim, seperti ejaan yang benar untuk singkatan lembaga atau organisasi.

5. Ejaan Nama Orang dan Tempat: PUEBI mengatur cara eja nama orang, tempat,
dan unsur geografis lainnya dalam bahasa Indonesia.

6. Penggunaan Hanya Satu Bentuk: PUEBI menentukan kapan harus digunakan


hanya satu bentuk ejaan kata atau istilah tertentu.

7. Aturan Tambahan: Ada juga aturan tambahan yang berkaitan dengan

penggunaan huruf “e” dan “é,” penggunaan tanda hubung, dan sebagainya.

Tujuan PUEBI Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) memiliki


beberapa tujuan utama, termasuk:

1. Menyediakan Standar Ejaan: Salah satu tujuan utama PUEBI adalah


memberikan standar ejaan yang konsisten dan resmi untuk bahasa Indonesia.
Ini membantu meminimalkan keraguan dan perbedaan ejaan yang mungkin
timbul dalam komunikasi tertulis.

2. Melestarikan Bahasa Indonesia: PUEBI membantu dalam melestarikan dan


memelihara kemurnian bahasa Indonesia, menghindari pencampuran yang
tidak tepat dengan bahasa asing.

4
3. Meningkatkan Keterbacaan dan Pemahaman: PUEBI membantu meningkatkan
keterbacaan dan pemahaman teks dalam bahasa Indonesia dengan menetapkan
aturan ejaan yang jelas. Hal ini memudahkan komunikasi yang efektif.

4. Memberikan Panduan untuk Penulisan Resmi: PUEBI digunakan sebagai


panduan resmi dalam penulisan dokumen pemerintah, literatur, media massa,
dan komunikasi formal lainnya. Ini penting untuk menjaga kualitas dan
kejelasan komunikasi resmi.

5. Meningkatkan Kesadaran Bahasa: Melalui PUEBI, masyarakat diajarkan aturan


dan norma-norma bahasa Indonesia. Ini membantu meningkatkan kesadaran
akan pentingnya penggunaan bahasa yang benar.

6. Mempromosikan Keseimbangan Dalam Penggunaan Bahasa: PUEBI juga


mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga
komunikasi lebih efisien dan baku.

5
I. PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf abjad
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf kapital dan non
kapital.

Huruf kapital : A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z

Non kapital : a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q,r,s,t,u,v,w,q,y,z

B. Huruf kapital
a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
c) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan
Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Islam
Alquran
Kristen
Alkitab
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya: bangsa Indonesia suku Dani bahasa Bali

f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar
atau hari raya.

1
Misalnya:

tahun Hijriah

tarikh Masehi

bulan

Agustus

bulan Maulid

g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
atau sapaan.

Misalnya:

S.H. (sarjana hukum)

S.K.M. (sarjana kesehatan masyarakat)

S.S. (sarjana sastra)

C. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o,
dan u.

Contoh :
Huruf vokal Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

a Api Padi Lusa


e Enak Petak Sore
i Itu Simpan Murni
Kota bumi
ou Oleh Radio
Ulang Ibu

Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat

digunakan jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.

a. Diakritik (é) dilafalkan [e]. Misalnya:


Anak-anak bermain di teras (téras).

2
Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ].

Misalnya:

Kami menonton film seri (sèri).

Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.

c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə].

Misalnya:

Pertandingan itu berakhir seri (sêri).

Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.

Kecap (kêcap) dulu makanan itu.

D. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t,v, w, x, y, dan z.
Keterangan: Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu.
E. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan
gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
Contoh :
Huruf diftong bunyi

ai santai
au kerbau
ei oi survei
koboi

F. Gabungan Huruf Konsonan


Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

Contoh :

3
Gabungan huruf Bunyi
konsonan

kh Khusus
ng
Bangun
ny sy
Nyata
Syarat

G. Huruf miring
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar
yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.

Misalnya:

Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.

Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.

2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata dalam kalimat.

Misalnya:

Huruf terakhir kata abad adalah d.

Dia tidak diantar, tetapi mengantar.

3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing.

Misalnya:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang berkunjung ke

Aceh. H. Huruf tebal

1. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagianbagian karangan, seperti judul buku,
bab, atau subbab. Misalnya:

4
2. Penulisan kata

A. Kata Dasar

Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misal:

Kantor pajak penuh sesak.

Saya pergi ke sekolah.

Buku itu sangat tebal.

B. Kata Berimbuhan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya.

Misal: berkelanjutan

mempermudah gemetar

lukisan kemauan

C. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.

Misal:

Anak-anak

Cumi-cumi

Biri-biri

D. Gabungan Kata
Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah.

Misal:

5
Duta besar

Kambing hitam

Orang tua

E. Pemenggalan Kata

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.


a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.

Misal:

bu-ah

ma-in

ni-at

sa-at

F. Kata Depan

Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misal:

Di mana dia sekarang?

Kain itu disimpan di dalam lemari.


Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.

G. Partikel

Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misal:

Bacalah buku itu baik-baik!


Apakah yang tersirat dalam surat itu?

6
Siapakah gerangan dia?

H. Singkatan dan Akronim


Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada
setiap unsur singkatan itu.

Misal:

A.H. Nasution Abdul Haris Nasution

H. Hamid Haji Hamid

Suman Hs. Suman Hasibuan

W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman

I. Angka dan Bilangan

Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.

Misal:

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50),

J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya


Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku, -mu,
dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misal:

Rumah itu telah kujual.


Majalah ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

7
K. Kata Sandang si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misal:

Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.


Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.

Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.

8
A. Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.

Misalnya:

• Mereka duduk di sana.


• Dia akan datang pada pertemuan itu.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:

a. I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia

A. Bahasa Indonesia

1. Kedudukan

2. Fungsi B. Bahasa Daerah

1. Kedudukan 2. Fungsi

C. Bahasa Asing

1. Kedudukan

2. Fungsi

b. 1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

2. Patokan Khusus

...

Catatan:

1
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu
perincian.

Misalnya:

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai 1)

bahasa nasional yang berfungsi, antara lain, a)

lambang kebanggaan nasional,

b) identitas nasional, dan

c) alat pemersatu bangsa;

2) bahasa negara ….

(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti
pada 2b).
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret
digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.

Misalnya:

Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia

Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia

Bagan 2 Struktur Organisasi

Bagan 2.1 Bagian Umum

Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia

Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia

Gambar 1 Gedung Cakrawala

Gambar 1.1 Ruang Rapat

2. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.

2
Misalnya:

pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik

atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)

01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

00.00.30 jam (30 detik)

3. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun,

judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan

tempat terbit.

Misalnya:

• Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara


Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
• Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia. 4. Tanda titik

dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan

jumlah.

Misalnya:

• Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.


• Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
• Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:

• Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.Kata sila terdapat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
• Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
ilustrasi, atau tabel.

3
Misalnya:

• Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bentuk dan


Kedaulatan
(Bab I UUD 1945) Gambar 3 Alat Ucap Manusia
• Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan

B. Tanda Koma (,)


1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Misalnya:

• Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.


• Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
• Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan
dalam kalimat majemuk (setara).

Misalnya:

• Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.


• Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
• Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:

o Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.


o Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita
pendek.

2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.

Misalnya:

4
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat
yang sudah menggunakan tanda koma.

Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja;
dan
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

D. Tanda Titik Dua (:)


1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincian atau penjelasan. Misalnya:

• Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.


• Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.

2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Tahap penelitian yang harus dilakukan
meliputi

5
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.

3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:

1. Ketua : Ahmad Wijaya


Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara: Aulia Arimbi c.

2. Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi Pemandu : Abdul


Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.

E. Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh
pergantian baris.

Misalnya:

▪ Di samping cara lama, diterapkan juga cara baru ….


▪ Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rumput laut.
▪ Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
▪ Parut jenis ini memudahkan kita mengukur kelapa.

2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.

6
Misalnya:

• anak-anak
• berulang-ulang
• kemerah-merahan
• mengorek-ngorek

F. Tanda Pisah (—)

1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:

▪ Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai— diperjuangkan


oleh bangsa itu sendiri.
▪ Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau
berusaha keras.

2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain.
Misalnya:

• Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan


menjadi nama bandar udara internasional.
• Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan
atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
• Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat
Sumpah
Pemuda—harus terus digelorakan.

G. Tanda Tanya (?)


1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:

• Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?

7
• Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian


kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.

Misalnya:

• Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).


• Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

H. Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang
kuat. Misalnya:

• Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!


• Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
• Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
• Masa! Dia bersikap seperti itu?
• Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan
ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: • Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih
lanjut.
• Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ….
...,
• lain lubuk lain ikannya.

Catatan:

8
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat
buah).

2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:

• “Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?”


• “Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.”
Catatan:

(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.

(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat
buah).

J. 1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya:

• “Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.


• “Kerjakan tugas ini sekarang!” perintah atasannya.
• “Besok akan dibahas dalam rapat.” Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “Setiap warga negara berhak
memperoleh pendidikan.”

2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah,
atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:

• Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.


• Marilah kita menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”! Film “Ainun dan Habibie”
merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.
• Saya sedang membaca “Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia”
dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.

9
• Makalah “Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif” menarik perhatian peserta
seminar.
• Perhatikan “Pemakaian Tanda Baca” dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia.

K. Tanda Petik Tunggal (‘…’)


1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam
petikan lain. Misalnya:

• Tanya dia, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”


• “Kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku lenyap
seketika,” ujar Pak Hamdan.
• “Kita bangga karena lagu ‘Indonesia Raya’ berkumandang di arena
olimpiade itu,” kata Ketua KONI.

2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan
kata atau ungkapan. Misalnya:

• tergugat ‘yang digugat’


• retina ‘dinding mata sebelah dalam’
• noken ‘tas khas Papua’
• tadulako ‘panglima’
• marsiadap ari ‘saling bantu’
• tuah sakato ‘sepakat demi manfaat bersama’
• policy ‘kebijakan’
• wisdom ‘kebijaksanaan’
• money politics ‘politik uang

L. Tanda Kurung ((…))


1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:

• Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM). Warga baru itu belum
memiliki KTP (kartu tanda penduduk).

10
• Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.

2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat. Misalnya:

• Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di


Bali) ditulis pada tahun 1962.
• Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru
pasar dalam negeri.

M. Tanda Kurung Siku ([…])


1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah
asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:

• Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.


• Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah
bahasa Indonesia.
• Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan
secara khidmat.

2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang terdapat dalam tanda kurung. Misalnya:

• Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II


[lihat halaman 35─38]) perlu dibentangkan di sini.

N. Tanda Garis Miring (/)


1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalmya:

Misalnya:

11
• Nomor: 7/PK/II/2013
• Jalan Kramat III/10
• tahun ajaran 2012/2013

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:

▪ mahasiswa/mahasiswi ‘mahasiswa dan mahasiswi’


▪ dikirimkan lewat darat/laut ‘dikirimkan lewat darat atau lewat laut’
▪ buku dan/atau majalah ‘buku dan majalah atau buku atau
majalah’
▪ harganya Rp1.500,00/lembar ‘harganya Rp1.500,00 setiap lembar’

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)


Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:

• Dia ‘kan kusurati. (‘kan = akan)


• Mereka sudah datang, ‘kan? (‘kan = bukan)
• Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
• 5-2-‘13 (’13 = 2013)

IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN


Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari
bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa
Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur

12
serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing
yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force majeur, de facto, de jure,
dan l’exploitation de l’homme par l’homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur
asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal
ini, penyerapan diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu
adalah sebagai berikut. a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o)

mażhab (‫)مذهب‬

mazhab qadr (‫)قدر‬

kadar ṣaḥābat (‫)صحابة‬

sahabat haqīqat (‫)حقيقة‬

hakikat ‘umrah (‫)عمرة‬

umrah gā’ib (‫)غائب‬

gaib iqāmah (‫)إقامة‬

ikamah khatib (‫)خاطب‬

rida ẓālim (‫)رضاء‬

zalim (‫)ظالم‬

ain (‫ ع‬Arab) pada awal suku kata menjadi a, i, u

‘ajā’ib (‫)عجائب‬

Ajaib sa‘ādah (‫)سعادة‬

Saadah ‘ilm (‫)علم‬

Ilmu qā‘idah (‫)قاعدة‬

Kaidah ‘uzr (‫)عذر‬

Uzur ma‘ūnah (‫ )معونة‬maunah

‘ain (‫ ع‬Arab) di akhir suku kata menjadi k

13
’i‘ tiqād (‫)إعتقاد‬

Iktikad mu‘jizat ( ‫)معجزة‬

Mukjizat ni‘mat (‫)نعمة‬

Nikmat rukū‘ ( ‫)ركوع‬

Rukuk simā‘ (‫)سماع‬

Simak ta‘rīf ( ‫)تعريف‬

takrif aa (Belanda)

menjadi a paal pal baal

bal

octaaf oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e

aerobe aerob aerodinamics

aerodinamika ae, jika bervariasi dengan

e, menjadi e haemoglobin hemoglobin

haematite hematit ai tetap ai trailer

trailer caisson kaison au tetap au

audiogram audiogram autotroph

autotrof tautomer tautomer

B. Pilihan Kata (diksi) Bahasa Indonesia

1. Pengertian kata (diksi) Bahasa Indonesia


Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa,
ungkapanungkapan pengarang pengarang untuk mengungkapkan

14
mengungkapkan sebuah cerita. cerita. Agar menghasilkan menghasilkan cerita
yang menarik, diksi atau pilihan kata harus memenuhi syarat-syarat berikut :

a) Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan.

b) Pengarang harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat


nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan
dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi.

c) Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan


katakata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif dan efesien.

Contoh paragraf :

1) Hari ini aku akan pergi ke pantai bersama teman-temanku. Udara disana
sangat sejuk. Kami bermain bola sampai tak terasa hari sudah sore.
Kamipun pulang tak lama kemudian.

2) Liburan kali ini aku dan teman-temanku memutuskan untuk


pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu
kami sampai disana, kami di sambut semilir angin yang tak
henti-hentinya bertiup. Ombak yang bekejarkejaran juga tak
mau seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami.
Kami menghabiskan waktu seharian disana. Kami pulnag
dengan hati senang. Kedua paragraf diatas memiliki makna yang
sama, tetapi dalam pemilihan kata atau diksi, paragraf kedua
lebih menarik bagi pembaca dan tidak membosankan.

2. Syarat-Syarat Pemilihan yarat Pemilihan Kata


a) Denotatif dan Konotatif Makna Denotatif adalah makna dalam alam
wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai
dengan makna sebenarnya. Denotatif adalah suatu pengertian
pengertian yang dikandung dikandung sebuah kata secara objektif.
objektif. Sering juga makna dentatif desebut makna konseptual.
Misalnya kata makan, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut,

15
di kunyah, dan di telan. Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna
yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria
tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna
konotatif berbeda dari zaman-ke zaman. Ia tidak tetap. Misalnya kata
kamar kecil dapat bermakna konotatif jamban, sedangkan makna
denotatif adalah kamar yang kecil

b) Kata Umum dan Kata Khusus Kata umum adalah kata yang acuannya
lebih luas. Kata khusus adalah kata yang acuannya lebih sempit atau
khusus. Misalnya ikan termasuk kata umum, sedangkan mujair
merupakan kata khusus. Contoh lainnya adalah bunga, yang merupakan
kata umum. Sedangkan mawar, melati, kamboja adalah kata khusus.

c) Kata Konkret dan kata Abstrak Kata konkret adalah kata yang acuannya
semakin mudah diserap pancaindera. Contohnya meja, rumah, mobil,
air, cantil, hangat, suara. Sedangkan kata Abstrak adalah kata yang
acuannya tidak mudah di serap pancaindera. Seperti ide, gagasan,
kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak, dan perdamaian.
Pemakaian kata abstrak pada suatu karangan akan menjadikan karangan
tersebut tidak jelas dalam menyampaikan gagasan penulis.

d) Sinonim Sinonim dalah dua kata atau lebih yang pada asasnya memiliki
makna yang sama. Tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata
tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan makna. Sinonim
ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat
tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya
bentuk- bentuk bentuk kata yang bersinonim bersinonim akan
menghidupkan menghidupkan bahasa seseorang seseorang dan
mengonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat
bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini, pemakaian bahasa

daatmemilih bentuk kata mana yang tepat untuk dipergunakannya,

sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang di pergunakannya.

16
Contohnya adalah kata cerdas dan cerdik. Kedua kata itu bersinonim,

tapi kedua kata itu tidaklah sama persis.

3. Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentuka kata, yaitu dari dalam dan luar bahasa
Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosa kata baru dengan dasar
kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui proses i
proses serapan. serapan. Dari dala bahsa Indonesia terbentuk kata baru,
misalnya : Tata : tata buku, tata bahasa, tata rias Daya : Daya tahan, daya pukul,
daya tarik Serba : serba putih, serba tahu, serba kuat Dari luar bahasa Indonesia
terbentuk kata-kata melalui kata serapan, misalnya Bank, kredir, televisi.
Katakata serapan adalah kata yang diambil dari bahasa asing.
Hal ini disebabkan oeh lebutuhan kita terhadap nama dan penamaan
benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Bentukbentuk serapan itu ada 4 macam, yaitu :

a) Kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Seperti : bank,
opname, golf

b) Kata yang disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Seperti : subject


menjadi subjek Standard menjadi standar University menjadi
universitas

c) Kata yang diterjemahkan dan memadankan istilah-istilah asing ke dalam


bahasa Indonesia. Seperti : Starting point titik tolak Up to date
mutakhir Hearing dengar pendapat pendapat

d) Kata yang diambil dari istilah tapi tetap seperti aslinya karena sifat
keuniversalannya. Seperti : de facto Status quo Cum laude.

4. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata

a) Penanggalan Awanlan meng- berikut berikut bentuk salah yang dan


bentuk yang benar dalam penanggalan penanggalan awalan meng-

17
Salah : Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia.
Benar : Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia.
b) Penanggalan Awalan ber- berikut bentuk salah yang berikut bentuk
salah yang dan bentuk yang benar da an bentuk yang benar dalam
penanggalan awalan lam penanggalan awalan ber-.

Salah : Sampai jumpa lagi

Benar : Sampai berjumpa lagi.

c) peluluhan bunyi /c/ kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi
luluh apabila mendapat awalan meng-. Padahal sesungguhnya bunyi /c/
tidak luluh bila mendapat awalan meng-. Berikut bentuk salah dan
bentuk benar.

Salah : Wakidi sedang menyuci mobil

Benar : Wakidi sedang mencuci mobil.

d) Penyengauan Kata Dasar Penyengauan kata dasar ini sebenarnya adalah


ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya
pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan
suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Seperti penggunaan
kata ngantuk sedangkan dalam bahasa Indonesia baku di tulis
mengantuk.

e) Bunyi /s/, /k/, /p/, /t/ yang berimbuhan meng-/pengBerikut contoh


bentuk salah dan benar dalam pemakaian sehari-hari.

Salah : Sarah sedang mengkupas mangga

Benar : Sarah sedang mengupas mangga

f) Awalan ke- yang Keliru Contoh :


Salah : Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro
mini Benar : pendendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh
metro mini.

18
g) Pemakaian Akhiran ir

Dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran ir- adalah asi-
atau isasi-. Berikut contohnya.

Salah : saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu

Benar : saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu.

h) Padanan yang tidak serasi Hal ini uncul karena dua kaidah bahasa
bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. Contohnya sebagai
berikut.
Salah : karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha
lemah memperoleh kredit
Benar : karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit.

i) Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakain sehari hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, pada,
daripada sering dipertukarkan. Berikut bentuk yang salah dan bentuk
yang benar dalam pemakaian kata depan. –

Salah : putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat.


Benar : putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. –

Salah : meja itu terbuat darpada kayu Benar : meja itu

terbuat dari kayu.

j) Pemakain Akronim (singkatan)


Pemakaian akronim sedapat mungkin dihindari karena menimbulkan
berbagai tafsiran terhadap akronim itu sendiri. Singkatan yang dapat di
pakai adalah singkatan yang umum dan maknanya telah mantap.

k) Penggunaan Kata

19
Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, Pemukiman Berikut contoh bentuk
salah dan bentuk Berikut contoh bentuk salah dan bentuk yang benar.
yang benar.
Salah : Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan
kesimpulan.

Benar : Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan


simpulan.

l) Bentuk Jamak Dalam Bahasa Indonesia


1) Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan
kata yang bersangkutan, seperti; kuda-kuda, meja-meja, dan
buku-buku.

2) Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan, seperti:


beberapa meja, semua buku, dan dua tempat.

3) Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak, seperti para


tamu.

4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang, seperti


Mereka, kita, Kami dan kalian.
m) Penggunaan dimana yang mana, hal mana. Kata di mana tidak dapat di
pakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana tersebut harus diubah menjadi
yang, bahwa, tempa yang, bahwa, tempat dan sebagainya Contoh lainnya dapat
dilihat dari penggalan kalimat dalam novel atau tabloid di bawah ini:

a) Oscar memperhatikan wanita tua di hadapannya. Mbok Ginah belum


berubah. berubah. Rambut selalu dikonde dikonde cepol, memakai
memakai kebaya dan berjarik. berjarik. (Novel Cinderella Rambut Pink,
oleh (Novel Cinderella Rambut Pink, oleh Dyan Nuranindya Dyan
Nuranindya) Kata memperhatikan seharusnya menjadi memerhatikan
karena huruf P luluh ketika mendapat awalan.

20
b) Sandy melangkah perlahan. Sebelah tangannya memegang ponsel yang
ditempelkan ke telinga, dan tangan yang sebelah lagi mengayunayunkan
tas tangan kecil merah. Ia mengembuskan napas panjang dengan
berlebihan berlebihan dan mengerutkan mengerutkan kening. (Novel
kening. (Novel Summer in Seoul, oleh Ilana Tan) Kata mengembuskan
seharusnya menjadi menghembuskan karena huruf H tidak luluh jika
diberi awalan.
c) Presiden RISusilo Bambang Yudhoyono menyatakan pemerintah sudah
menggelontorkan dana sebesar Rp1 triliyun untuk memperbaiki
kapasitas lapas. (Koran Riau Pos) Kata memperbaiki seharusnya
menjadi memerbaiki walaupun kelihatan lebih enak dibaca jika
menggunakan kata memperbaiki, namun salah dalam pembentukan
kata.

d) Gadis berhasil mempertahankan ekspresi wajahnya sehingga tidak


mencerminkan gejolak hatinya. Lebih baik Lucinda mengiranya seorang
wanita culas berhati dingin yang telah mempermainkan Troy, dari pada
Lucinda tahu jika ialah yang sebenarnya menjadi korban. (Novel Love,
Curse & Hocus-Pocus, oleh Karla M. Nashar) Kata mempertahankan
seharusnya menjadi memertahankan.

e) Mereka membuat suatu karya seni melalui media mobil dengan


mempergunakan mobil-mobil tua khususnya merk Chevrolet yang pada
perkembangannya,mereka perkembangannya,mereka mulai
mempergunakan mempergunakan media lainnya lainnya yaitu sepeda.
(Koran Riau Pos : 14 juli 2013) Kata mempergunakan seharusnya
menjadi memergunakan. Kaidah peluluhan bunyi s, k, p, dan t tidak
berlaku pada kata-kata yang di bentuk dengan gugus konsonan.

C. Kalimat Efektif

1. Pengertian Kalimat Efektif

21
Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas lengkap, dan
dapat menyanpaikan informasi secara tepat (Widjono, 2007:160). Kalimat
efektif adalah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
si pembaca (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh
pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan dimana kita
berjumpa, apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau si penulis(JS
Badudu,1983).

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan atau


informasi secara singkat, jelas, dan mudah dipahami oleh pembaca atau
pendengar.

2. Syarat-syarat kalimat efektif, kalimat dikatakan efektif apabila memenuhi


syarat sebagai berikut.

a) Harus Tepat dalam Penggunaan Pungtuasi dan Ejaan


Kalimat dikatakan efektif apabila tepat dalam menerapkan ejaan dan
tanda baca Kesalahan menggunakan kedua hal itu, dapat menyebabkan
salah tafsir dengan apa yang diungkapkan. Misalnya, kesalahan dalam
penggunaan ejaan: Orang itu beruang. Maksud kalimat tersebut adalah
orang yang mempunyai banyak uang. Akan tetapi, dapat bermakna juga
jenis binatang Kesalahan dalam penggunaan tanda baca, misalnya untuk
menginformasikan pada pamannya bahwa dirinya belum menikah
ditulis menjadi, Paman saya, belum menikah.

b) Harus Memiliki Sifat Keutuhan


Keutuhan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur dan makna
yang terkandung dalam kalimat. Secara gramatikal mugkin benar, tetapi
secara makna kurang tepat. Walaupun begitu, kalimat tersebut tetap
dikatakan tidak efektif. Keutuhan yang dimaksud mengarah kepada
kalimat yang logis. Perhatikan kalimat berikut, Saya saling memaafkan.
Kalimat tersebut secara struktur sudah benar (terdapat subjek dan
predikat). Akan tetapi, bila dianalisis secara makna, kalimat tersebut

22
kurang benar, yaitu kata saling bermakna lebih dari satu, sedangkan kata
ganti saya untuk satu orang (tunggal) Kalimat yang lebih tepat adalah
Kami saling memaafkan.

c) Harus Ekonomis (Hemat)


Maksud kalimat ekonomis adalah diharapkan dalam itu satu kalimat
tidak terdapat kata yang bermakna sama atau kata yang bermakna jamak
dinyatakan dua kall Apabila hal tersebut terjadi pada suatu kalimat,
kalimat disebut kalimat yang mubazir (pleonasme). Badudu 1975)
mengkalisifikasikan tiga jenis pleonasme, yaitu:
1) Dalam satu kalimat terdapat dua kata atau lebih yang searti.
Untuk menjadi kalimat yang efektif harus dipilih salah satu.
Perhatikan contoh kalimat-kalimat berikut.

• Pada zaman dahulu kala,... (seharusnya. Pada zaman


dahulu atau Pada dahulu kala).

• Istriku wanita yang sangat amat tercantik sekali


(seharusnya, Istriku wanita yang sangat cantik, Istriku
wanita yang amat cantik, Istriku wanita yang tercantik,
atau Istriku wanita yang cantik sekali.

• Massa dan polisi saling pukul-memukul (seharusnya,


Massa dang polisi saling memukul atau Massa dan polisi
pukul-memukul).

2) Kata kedua sebenarnya tidak perlu dihadirkan karena sudah


terwakili kata pertama. Perhatikan contoh kalimat-kalimat
berikut.

• Orang itu naik ke atas. (seharusnya, Orang itu naik)

• Hidup ini harus maju ke depan. (seharusnya, Hidup ini


harus maju)

23
• Saat berdepat, dia diam tanpa kata. (seharusnya, Saat
berdebat, dia diam)

3) Bentuk jamak dinyatakan dua kali. Agar menjadi kalimat yang


lebih efektif, bentuk jamak tersebut digunakan salah satu saja.
Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut.

• Para bapak-bapak memasuki ruangan. (seharusnya, Para


Bapak memasuki ruangan atau Bapak-bapak memasuki
ruangan)

• Semua siswa-siswa berkumpul di lapangan. (seharusnya,


Semua siswa berkumpul di lapangan atau Siswa-siswa
berkumpul di lapangan).

• Tidak Bermakna Ganda


d) Kalimat yang bermakna ganda (taksah/ambigu) berarti kalimat yang
masih goyah sehingga belum termasuk kalimat yang efektif. Agar
kalimat tersebut menjadi lebih efektif, dapat diberikan jedah (tanda
koma) atau ditambah kata penjelas. Taksah dapat dibedakan menjadi dua
hal.. yaitu

• Pada tataran frasa contohnya :


Buku sejarah baru (masih belum jelas yang dimaksud baru di
sini buku atau sejarahnya). Frasa tersebut dapat diubah menjadi,
Buku, sejarah baru (bila yang dimaksud baru adalah sejarah)
atau Buku sejarah, baru (bila yang dimaksud baru adalah buku).
Lukisan Afandi (dapat bermakna bentuk lukisan Afandi atau
lukisan hasil karya Afandi). Frasa tersebut dapat diubah menjadi
Lukisan milik Afandi (bila yang dimaksud hasil karya) atau
Lukisan wajah Afandi (bila yang dimaksud bentuk lukisan).

• Pada tataran kalimat contohnya ;

24
Paman kami belum menikah, Orang malas lewat jalan itu, (2c)
Uang SPP mahasiswa baru dinaikkan tahun ini, (2d) Kata adik
Ibu Ani itu guru yang pandai.

• Agar menjadi kalimat yang tidak ambigu, kalimat (2a) dapat


diubah menjadi Paman, kami belum menikah atau Paman kami,
belum menikah, kalimat (2b) diubah menjadi Orang, malas
lewat jalan itu atau Orang malas, lewat jalan itu, kalimat (2c)
dapat diubah menjadi Uang SPP mahasiswa, baru dinaikkan
tahun ini atau Uang Spp mahasiswa baru, dinaikkan tahun ini,
sedang pada kalimat (2d) dapat diubah menjadi Kata adik, Ibu
Ani itu guru yang pandai, Kata adik Ibu, Ani itu guru yang
pandai, atau Kata adik Ibu Ani, itu guru yang pandai
e) Harus Sejajar
Kalimat dikatakan sejajar apabila bentuk kata yang digunakan
memiliki keajekan (konsisten). Misalnya. apabila dalam kalimat
majemuk, klausa pertama menggunakan verba aktif, klausa kedua pun
harus menggunakan verba aktif, contoh kalimat yang tidak sejajar
adalah Polisi segera menagkap pencuri itu karena sudah diketahui
sebelumnya. Kalimat yang sejajar adalah Polisi segera menangkap
pencuri itu karena sudah mengetahui sebelumnya.

f) Harus Tepat dalam Memilih Diksi


Setiap kata yang dipilih harus dapat mewakili maksud yang
dikehendaki. Untuk itu, penulis harus pandai membedakan kata yang
hampir bersinonim atau makna rasa dalam kata

1) Kata yang hampir bersinonim, misalnya kata mantan dan bekas, kata jam dan
pukul, kata melihat menjenguk, dan menonton, kata meninggal, gugur. mati,
dan tewas, dan kata-kata bersinonem yang lain. Kata-kata tersebut memiliki
kemiripan makna, tetapi berbeda dalam penggunaannya. Misalnya, kata jam

25
dan pukul. Kata jam digunakan untuk menunjukan jumlah, sedang kata pukul
menunjukan waktu. Misalnya pada kalimat, Saya berlari satu jam setiap pagi
dan Ujian dimulai pukul 07.00 tepat.

2) Makna rasa dalam kata. Sebuah kata memiliki dua makna, yaitu
makna denotasi dan konotasi. Makna denotasi tidak
menimbulkan rasa, tetapi makna konotasi dapat menimbulkan
rasa, baik yang bersifat positif maupun negatif. Misalnya, kata
kurus, langsing. dan kerempeng Kata kurus tidak menimbulkan
rasa karena bermakna denotasi, tetapi kata langsing dan
kerempeng menimbulkan rasa, yaitu rasa positif (langsing) dan
rasa negatif (kerempeng) Dalam penggunaannya, kata yang
bermakna konotatif perlu diperhatikan. Penulis harus secara
tepat dalam menggunakan kata yang memiliki makna rasa
tersebut. Bila salah dalam menggunakan, dapat menyinggung
perasaan orang lain.

g) Harus Logis
Logis di sini dapat diartikan kalimat tersebut apabila dipikirkan
dapat diterima sesuai logika (rasional) atau ide kalimat masuk akal.
Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola piker yang sistematis
(runtut/teratur dalam perhitungan angka dan penomoran) Misalnya
dalam kalimat Pak lib memberikan tugas tambahan ketika saya tidak
masuk kuliah. Ketidaklogisan kalimat tersebut terletak pada pronominal
saya pada klausa kedua. Kalimat tersebut tidak logis karena tidak
mungkin seorang saya tahu terdapat tugas tambahan sedangkan seorang
saya tidak masuk kuliah pada waktu itu. Kalimat tersebut akan menjadi
logis apabila diubah menjadi Pak lib memberikan tugas tambahan ketika
dia tidak masuk kuliah.
Sebuah kalimat yang sudah tepat strukturnya penggunaan tanda
baca, serta pilihan kata, akan menjadi salah atau tidak efektif apabila
maknanya tidak masuk akal, misalnya kalimat Kucing menyapu

26
halaman atau Kepada Bapak Dekan, waktu dan tempat kami persilahkan
(waktu dan tempat tidak perlu dipersilahkan)

D. Paragraf
Keterampilan menulis paragraf merupakan keterampilan yang sangat komplek,
Dalam menyusun paragraph harus memperhatikan syarat-syarat Dengan baik
yaitu,kesatuan,Kepaduan (koherensi), Dan kelengkapan.
"Paragraf mempunyai beberapa pengertian: 1) Paragraf adalah karangan mini.
Artinya semua unsur karangan yang panjang ada dalam paragraf 2) paragraf adalah
satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis,
dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu."
"Paragraf adalah bagian bacaan yang mengungkapkan satu pikiran yang
lengkap. Paragraf umumnya terdiri dari sejumlah kalimat, kalimat- kalimat dalam
paragraf harus saling berkaitan. Apabila kalimat-kalimat tersebut belum berkaitan,
maka kalimat-kalimat tersebut harus disusun terlebih dahulu."Sekalipun tidak
sempurna, paragraf yang terdiri satu kalimat dapat digunakan. Paragraf satu kalimat ini
dapat dipakai sebagai peralihan antarparagraf, sekaligus memperbesar efek dinamika
bahasa. Lebih jauh dari itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan sehingga
menjadi lebih hidup, dinamis, dan energik sehingga pembaca menjadi penuh semangat.
Artinya, paragraf mempunyai fungsi strategis dalam menjembatani gagasan penulis
dan pembaca.

1. Syarat-syarat Paragraf yang Baik


Dalam menyususn paragraf yang baik, harus memperhatikan syarat yaitu
kesatuan, kepaduan (koherensi), dan kelengkapan. Kesatuan paragraf adalah
unsur yang membangun sebuah paragraf Sebuah paragraf yang baik, biasanya
terdiri dari satu kalimat topik/kalimat utama/kalimat inti dan beberapa kalimat
penjelas. Syarat kedua adalah kepaduan (koherensi). Maksudnya, dalam sebuah
paragraf tidak boleh ada kalimat yang tidak ada hubungannya atau menyimpang
dari paragraf itu.

2. Macam-macam Paragraf.

27
a) Paragraf Eksposisi
Eksposisi artinya paparan. Dengan paparan penulis
menyampaikan suatu penjelasan dan informasi. Yangtermasuk jenis
paragraf ini biasanaya adalah makalah, laporan, skripsi, disertasi, dan
buku-buku pelajaran. Contoh 1. Paragraf Eksposisi
Sepanjang beberapa ahad, umat manusia telah menyaksikan
pasang surut peradaban. Sejarah menunjukkan tidak ada satu pun dari
peradaban yang mencapai kejayaan itu bertahan hingga kini. Semua
peradaban tersebut mengalami kejatuhan pasca kejayaannya. Tamaknya
Heraclitos-filosof Yunani di masa klasik ada benarnya. Dia mengatakan
bahwa tidak ada yang abadi, semuanya mengalami perubahan, dan yang
abadi hanya perubahan itu sendiri.
Namun, perubahan itu tidak semata-mata takdir yang tidak
dipahami polanya. Dengan kata lain, perubahan dari kejayaan kepada
kehancuran memiliki pola yang tidak jauh jauh berbeda satu sama lain.

b) Paragraf Narasi
Narasi artinya cerita. Dengan cerita, penulis mengajak pembaca
untuk sama-sama menikmati apa yang diceritakan tersebut. Biasanya
ciri yang dominan dari cerita adalah tokoh, latar, dan tema cerita. Yang
termasuk jenis karangan ini ialah roman, novel, cerpen, dan kisah.
Contoh 2 Paragraf Narasi "Saya ingin hidup seperti manusia lain," tutur
Bahar bin Matar (64), terpidana mati perkara pembunuhan berencana,
pemerkosaan, perampokan, dan penculikan, saat ditemui kompas di
Lembaga Pemasyarakatan Batu di Pulau Nusakambangan, Kabupaten

Cilacap, Jawa Tengah, Jumat(16/3)

c) Paragraf Persuasi
Persuasi artinya bujukan. Dengan
persuasi, penulis mempengaruhi pembaca agar mengikuti
kehendaknya. Yang termasuk

28
jenis tulisan ini ialah iklan. Contoh 3 Paragraf Persuasin Bank Mandiri
memberikan perhatian bagi karyawan muda yang baru bekerja di
perusahaan. Karena baru bekerja finansial mereka belum terlalu kuat.
Untuk mereka, Bank Mandiri memberikan kemudahan berupa fasilitas
KPR Angsuran Berjenjang sehingga segera memiliki rumah lewat
kelebihan fasilitas ini. Kelebihannya adalah keringanan angsuran
hingga tiga tahun pertama. Sistem angsuran berjenjang ini bertujuan
untuk membantu cash flow para karyawan muda di tahun-tahun pertama
mereka bekerja.

d) Paragraf Argumentasi

Argumentasi adalah jenis tulisan yang memberikan alasan


(argumen) berdasarkan fakta dan data. Dengan fakta dan data, penulis
berusaha meyakinkan pembaca sehingga tulisan itu diterima oleh
pembacanya. Yang temasuk jenis tulisan ini ialah semua karya ilmiyah
makalah, skripsi, dan disertasi). Contoh 4 Paragraf Argmentasi Untuk
menentukan asal-usul sebuah kata orang harus memperhatikan beberapa
hal. Yang pertama adalah kemiripan dan hubungan makna asal kata
dengan kata yang diserap Hal yang kedua adalah hubungan antara satu
bangsa dengan bangsa lainnya. Satu kata pada bahasa mungkin saja
mirip dengan satu kata dengan bahasa yang lain, baik bentuk maupun
maknanya, namun bukan berarti sudah pasti keduanya ada hubungan.

e) Paragraf Deskripsi
Deskripsi artinya lukisan, karangan lukisan adalah jenis
karangan yang menggunakan kata-kata untuk mendeskripsikan sesuatu
keadaan, peristiwa atau orang. Dengan deskripsi tersebut, penulis
mengajak pembaca untuk menikmati dengan panca indra apa yang
dirasakan. Ciri yang ada pada karangan ini ialah detil atau rincian yang
direkam oleh panca indra penulis dinyatakan secara jelas sampai kepada
hal yang sekecil-kecilnya sehingga pembaca ikut merasakan apa yang

29
dialami oleh penulis. Yang dominan, jenis tulisan ini terdapat dalam
karya sastra seperti roman, novel, dan cerpen.. Contoh Paragraf
Deskripsi. Tenang. Udara menepi, Lembut langit, pohon-pohon, dahan
nangka. Ada bintang mengedip. Seribu bintang-dan ia tiba-tiba
tercelungkup, wajahnya lurus. "Lihat-lihat di Timurjauh, Hasnah!
Meskipun tak tampak, tapi dari sanalah dia akan datang......" Kawit
menunjuk, Bulan sabit. Kilauan perak seperti celurit.

"Dia siapa?"

"Jibril. Telah kukatakan berkali-kali."

Hasnah menongak, mengerut, la ingat kasan dan murni, dua anaknya


sakit panas seperti mendidih. Dan kawit menunjuk ke langit, seperti
biasa kemudian pergi.

3. Jenis Paragraf berdasarkan Letak Kalimat Utamanya


Jenis paragraf berikutnya dikelompokkan berdasarkan letak kalimat utamanya
di dalam paragraf, yaitu paragraf deduktif, induktif, deduktif-induktif
(campuran), dan tersebar. Berikut penjelasannya.

a) Paragraf deduktif
Paragraf deduktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya
terletak pada awal paragraf. Contohnya: Kota Bandung adalah kota
yang paling kami cintai. Kota ini lebih sejuk dari kota lain yang sama
besarnya di Indonesia. Kota ini juga lebih aman dibandingkan kota
lainnya. Kota ini lebih kaya ragam budayanya dibanding kota lainnya
yang sejenis.

b) Paragraf induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya
terletak pada akhir paragraf. Contohnya: Secara ekonomi, kota ini
sangat kondusif untuk berbisnis. Secara budaya, kota ini amat kaya akan
ragam budaya etnis. Penduduknya relatif terbuka terhadap unsur etnis
yang berbeda-beda. Secara geografis, kota ini terletak di darah yang

30
relatif tinggi tetapi tidak terlalu tinggi yang membuat badan kami
membeku seperti es. Artinya, kota ini relatif sejuk. Itulah tiga hal yang
membuat kami merasa amat kerasan tinggal di kota Bandung.

c) Paragraf deduktif-induktif
Deduktif-induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya
terletak pada awal dan akhir paragraf. Contohnya: Faktor ekonomi,
faktor budaya, dan faktor geografislah yang membuat kami amat
kerasan tinggal di kota Paris van Java ini. Secara ekonomis kami merasa
amat mudah mencari sesuap nasi di kota ini. Asal kreatif hampir semua
hal bisa dijadikan mata pencaharian. Secara budaya kami juga mudah
diterima lingkungan masyarakat Sunda, hal bisa dijadikan mata
pencaharian. Secara budaya kami juga mudah diterima lingkungan
masyarakat Sunda, sekalipun kami berasal dari tanah Karo yang terbuka
benar kebudayaannya dengan mereka. Mereka amat terbuka menerima
pendatang dari mana pun. Secara geografis, kami tidak terlalu kaget
dengan hawa kota Bandung yang sejuk, malah kami merasa amat
nyaman dibuatnya. Itulah tiga faktor yang membuat kami lagi-lagi amat
kerasan tinggal di kota Bandung: faktor ekonomi, faktor budaya, dan
faktor geografis.

d) Paragraf tersebar
Paragraf tersebar adalah paragraf yang kalimat atau gagasan
utamanya tersebar pada keseluruhan paragraf. Contohnya: Tiba-tiba
langit Kota Bandung berubah menjadi gelap gulita. Petir
menyambarnyambar. Angin menderu amat kencang, Listrik mati
mendadak. Hujan datang mengguyur amat tiba-tiba. Orang berlarian
mencari perlindungan. Klakson berbagai kendaraan berbunyi serempak.
Mobilmobil saling bertubrukan. Para sopir saling memaki di antara
mereka.

Pak polisi kebingungan menertibkan keadaan

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting
untuk dikuasai. Keterampilan ini dapat digunakan untuk menyampaikan informasi,
pendapat, atau gagasan dalam bentuk tulisan. Dalam menulis, penggunaan PUEBI dan
diksi yang tepat sangatlah penting.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
adalah aturan baku yang digunakan dalam penulisan bahasa Indonesia. PUEBI mengatur
penggunaan huruf, kata, kalimat, tanda baca, dan ejaan lainnya. Penggunaan PUEBI yang
tepat dapat membantu penulis untuk menyampaikan informasi dengan jelas dan mudah
dipahami. Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan gagasan.
Pemilihan diksi yang tepat dapat membantu penulis untuk menyampaikan gagasan dengan
lebih efektif dan efisien. Berikut adalah beberapa tips untuk meningkatkan keterampilan
menulis bahasa Indonesia:

1. Pahami aturan PUEBI

2. Latihlah keterampilan menulis secara rutin

3. Bacalah karya tulis yang baik

4. Mintalah umpan balik dari orang lain


Dengan menguasai PUEBI dan diksi yang tepat, serta berlatih menulis secara rutin,
keterampilan menulis bahasa Indonesia dapat ditingkatkan.

32
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf, apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami, kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Zainal dan Tasai Arifin, E.Zainal dan Tasai S. Amran.2009. S. Amran 2009 Cermat
Berbahasa Jakarta:Akademika Pressindo. Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.

Keraf, Gorys, 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:Gramedia.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2018. Keterampilan Menulis Paragraf Diakses pada 23 Oktober
2023 dari https://www.studocu.com/id/document/universitas-
pendidikanindonesia/supervisi-pendidikan/keterampilan-menulis-paragraf/45421020

Sunendar, Dadang. 2016. PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

33

Anda mungkin juga menyukai