Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
Dosen Pengampu: Windi Mawardani, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Nurul Fawidaya 21.1.1.0624.0029


Misna 21.1.1.0624.0023
Nurmila Sari 21.1.1.0624.0028
Mardewi 21.1.1.0624.0022
Jamila 21.1.1.0624.0017
Ahmad Yani 21.1.1.0624.0001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKUKTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAI DDI POLEWALI MANDAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Bahasa Indonesia".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Polewali Mandar, 25 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
LATAR BELAKANG............................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
1. BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR..............................................5
2. DASAR-DASAR BAHASA INDONESIA BAKU, CIRI BAHASA BAKU DAN
TIDAK BAKU....................................................................................................................6
3. PUEBI(PENULISAN HURUF KAPITAL, HURUF MIRING, KATA TURUNAN,
GABUNGAN KATA, PARTIKEL, SINGKATAN, AKRONIM, ANGKA, LAMBANG
BILANGAN)......................................................................................................................6
4. PROSES PENALARAN ILMIAH SECARA MEMADAI( PENALARAN
INDUKTIF, DEDUKTIF, DAN SALAH NALAR..........................................................15
5. KALIMAT EFEKTIF, KESEPADANAN DAN
KESATUAN………………………………………..15
6. PARAGRAF(PENGERTIAN PARAGRAF, JENIS PARAGRAF,MANFAAT
PARAGRAF, SYARAT PARAGRAF, LETAK KALIMAT
TOPIC………………………………………………………………………………………..15
BAB III.....................................................................................................................................21
PENUTUP................................................................................................................................21
KESIMPULAN....................................................................................................................21
DAFTAR PUSAKA.................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini memiliki fungsi yang sangat dominan dalam segala aspek di dalam
kehidupan bermasyarakat. Bahasa Indonesia harus dipelajari, dikembangkan, dan
dioptimalkan penggunaannya maupun fungsinya. Melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia
diharapkan tumbuh sikap bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia sehingga akan
tumbuh juga kesadaran akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung di dalam bahasa
Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah
dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal itu dikarenakan bahasa Indonesia merupakan
bahasa nasional sekaligus bahasa Negara di Indonesia. Menurut Oka (dalam Muslich, 2009:
108), menyatakan bahwa sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu bangsa, dan
sebagai alat perhubungan antar budaya atau daerah. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional di Indonesia memiliki fungsi
yang beragam, diantaranya adalah sebagai lambang kebanggaan nasional karena dipakai
secara luas dan sangat djunjung tinggi, sebagai lambang identitas nasional, alat untuk
mempersatukan seluruh 2 bangsa, dan sebagai alat perhubungan antar budaya atau daerah
karena bahasa Indonesia dapat dipakai oleh suku-suku bangsa yang berbeda bahsanya
sehingga mereka dapat saling berhubungan.

RUMUSAN MASALAH

1. Bahasa Indonesia yang baik dan benar


2. Dasar-dasar Bahasa Indonesia baku, ciri bahasa Indonesia baku dan Tak baku
3. PUEBI(Penulisan Huruf Kapital, Huruf miring, kata turunan, gabungan kata,
partikel, singkatan, akronim, angka, lambang bilangan)
4. Proses penalaran ilmiah secara memadai(penalaran Induktif, Deduktif dan Salah
nalar)
5. Kalimat efektif, kesepadanan dan kesatuan
6. Paragraf(Pengertian paragraf, Jenis paragraf,Manfaat paragraf, Syarat paragraf,
Letak kalimat topic)
BAB II

PEMBAHASAN

4. BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara,
tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku
dalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan
tata bahasa).
Bahasa yang baik dan benar memiliki empat fungsi :
1) Fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi
batas-batas kedaerahan
2) Fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam
pergaulan dengan bangsa lain
3) Fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar
4) Fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya
pemakaian bahasa
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut
untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa
membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis
maupun lisan.Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara
(jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain
resmi, akrab, dingin, dan santai.
Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata
bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa
mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan
menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan
diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman.
Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang
luas pergaulannya.
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata
yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat
digunakan kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan
dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian
bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa
yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa
yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau
orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa
yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai
dengan tata nilai masyarakat kita.
5. DASAR-DASAR BAHASA INDONESIA BAKU, CIRI BAHASA BAKU DAN
TIDAK BAKU
Dasar-dasar Bahasa Indonesia Baku
 Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. ...
 Penggunaan kata-kata baku. ...
 Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. ...
 Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. ...
 Penggunaan kalimat secara efektif.

Ciri-Ciri Kata Baku


• Bentuknya tetap dan tidak mudah berubah.
• Tidak terpengaruh bahasa asing atau daerah.
• Penggunaan sesuai konteks dalam kalimat.
• Memiliki arti yang pasti, tidak rancu, dan tidak berlebihan.
Penggunaan kata baku untuk:
Ciri-Ciri Kata Tidak Baku
• Bentuknya mudah berubah-ubah dan dipengaruhi oleh zaman/waktu.
• Dipengaruhi oleh bahasa daerah dan asing.
• Bahasa yang digunakan percakapan sehari-hari.
• Memiliki arti yang sama, meski terkesan berbeda dengan bahasa baku

6. PUEBI(Penulisan Huruf Kapital, Huruf miring, kata turunan, gabungan kata,


partikel, singkatan, akronim, angka, lambang bilangan)
1) Penulisan Huruf Kapital
1.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan. Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Halim Perdanakusumah
Wage Rudolf Supratman
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Alessandro Volta
André-Marie Ampère
Mujair
Rudolf Diesel
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya: ikan mujair mesin diesel 5 ampere 10 volt
(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata
yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf
pertama kata tugas.
Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
Indani boru
Sitanggang Charles Adriaan van Ophuijsen Ayam Jantan dari Timur
Mutiara dari Selatan
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?” Orang itu menasihati
anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!” “Mereka berhasil meraih medali emas,”
katanya. “Besok pagi,” kata dia, “mereka akan berangkat.”
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Islam Alquran Kristen Alkitab Hindu Weda Allah Tuhan
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya. Ya, Tuhan, bimbinglah
hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang,
termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya: Sultan Hasanuddin Mahaputra Yamin Haji Agus Salim
Imam Hambali Nabi Ibrahim Raden Ajeng Kartini Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum Irwansyah, Magister Humaniora
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya: Selamat datang, Yang Mulia. Semoga berbahagia, Sultan.
Terima kasih, Kiai. Selamat pagi, Dokter Silakan duduk, Prof. Mohon izin,
Jenderal.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara Proklamator
Republik Indonesia (Soekarno-Hatta) Sekretaris Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Gubernur Papua Barat
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Misalnya: bangsa Indonesia suku Dani bahasa Bali
Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai
bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
pengindonesiaan kata asing keinggris-inggrisan kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, dan hari besar atau hari raya.
Misalnya: tahun Hijriah tarikh Masehi bulan Agustus bulan Maulid
hari Jumat hari Galungan hari Lebaran hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya: Konferensi Asia Afrika Perang Dunia II Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Catatan: Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai
nama tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang
dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya: Jakarta Asia Tenggara Pulau Miangas Amerika Serikat
Bukit Barisan Jawa Barat Dataran Tinggi Dieng Danau Toba Jalan Sulawesi
Gunung Semeru Ngarai Sianok Jazirah Arab Selat Lombok Lembah Baliem
Sungai Musi Pegunungan Himalaya Teluk Benggala Tanjung Harapan
Terusan Suez Kecamatan Cicadas Gang Kelinci Kelurahan Rawamangun
Catatan:
(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis
dengan huruf kapital.
Misalnya: berlayar ke teluk mandi di sungai menyeberangi selat
berenang di danau
(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis
tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya: jeruk bali (Citrus maxima) kacang bogor (Voandzeia
subterranea) nangka belanda (Anona muricata) petai cina (Leucaena glauca)
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat
dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya: Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula
pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur.
Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang
berbeda.
Contoh berikut bukan nama jenis.
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik
Yogyakarta, dan batik Madura. Selain film Hongkong, juga akan diputar film
India, film Korea, dan film Jepang. Murid-murid sekolah dasar itu
menampilkan tarian Sumatra Selatan, tarian Kalimantan Timur, dan tarian
Sulawesi Selatan.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan,
organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk.
Misalnya: Republik Indonesia Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan
Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat
Lainnya Perserikatan Bangsa-Bangsa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan
makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma. Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra. Dia agen surat
kabar Sinar Pembangunan. Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas
Hukum Perdata”.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singka- tan
nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya: S.H. sarjana hukum S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
S.S. sarjana sastra M.A. master of arts M.Hum. magister humaniora M.Si.
magister sains K.H. kiai haji Hj. hajah Mgr. monseigneur Pdt. pendeta Dg.
daeng Dt. datuk R.A. raden ayu St. sutan Tb. tubagus Dr. doktor Prof. profesor
Tn. tuan Ny. nyonya Sdr. saudara
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata
atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan. Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu. Surat Saudara telah kami terima dengan
baik. “Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?” “Bu, saya sudah melaporkan
hal ini kepada Bapak.”
Catatan:
(1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau
pengacuan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua
kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
(2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu? Siapa nama Anda?
1. Huruf Miring
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah,
atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Huruf terakhir kata abad adalah d.
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.
3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing
yang berkunjung ke Aceh.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.
Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
Catatan:
(1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam
bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
(2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer),
bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
(3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang
dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf
miring
2. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan
akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
berkelanjutan
mempermudah
gemetar
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau
-wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
sukuisme
seniman
kamerawan
gerejawi
2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
adibusana
infrastruktur
proaktif
aerodinamika
inkonvensional
purnawirawan
Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital
atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung
(-).
Misalnya: non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama
atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama
atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
3. Gabungan Kata
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya:
duta besar
model linear
kambing hitam
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis
dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-istri pejabat anak istri-pejabat
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru
3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
5. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali hulubalang
radioaktif adakalanya
kacamata saptamarga
4. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan
bijaksana.
Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke
rumahku.
Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis
serangkai.
Misalnya:
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
5. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
2. a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
UI Universitas Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama
diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
PT perseroan terbatas
MAN madrasah aliah negeri
SD sekolah dasar
3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya:
hlm. halaman
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam
surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
BIG Badan Informasi Geospasial
BIN Badan Intelijen Negara
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya: Bulog
Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
8. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan
suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilu pemilihan umum
puskesmas pusat kesehatan masyarakat
6. Angka dan Lambang Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang
bilangan atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1.000), _ V (5.000), _ M (1.000.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian.
Misalnya: Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. Koleksi
perpustakaan itu lebih dari satu juta buku. Di antara 72 anggota yang hadir, 52
orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain. Kendaraan yang
dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250
sedan.
1. a. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya: Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari
pemerintah daerah. Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan: Penulisan berikut dihindari. 50 siswa teladan mendapat beasiswa
dari pemerintah daerah. 3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
b. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah.
Misalnya: Panitia mengundang 250 orang peserta.
Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
250 orang peserta diundang panitia.
25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.

7. Proses Penalaran Ilmiah secara Memadai( Penalaran Induktif, Deduktif, dan


Salah Nalar)
A. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif merupakan proses nalar yang menarik kesimpulan yang
bersifat khusus dari hal-hal yang bersifat umum.
Nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak benar atau salah dan
tidak keduannya bersama-sama.
Umumnya penalaran deduktif mengambil kesimpulan secara logis berdasarkan
premis yang ditemukan. Premis adalah asumsi, pemikiran, dan landasan kesimpulan
yang dianggap benar.
Beberapa contohnya sebagai berikut:
Contoh 1
Premis 1: Hamdan suka mengonsumsi makanan bergizi.
Premis 2: Orang yang suka mengonsumsi makanan bergizi, tubuhnya sehat.
Kesimpulan: Hamdan mempunyai tubuh yang sehat.
Contoh 2
Premis 1: Setiap hewan adalah makhluk hidup.
Premis 2: Jerapah adalah hewan
Kesimpulan: Jerapah adalah makhluk hidup

B. Penalaran Induktif

Penalaran induktif merupakan proses penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat
khusus menjadi hal yang bersifat umum.
Penalaran induktif biasanya mengambil kesimpulan dari premis umum seperti
pengamatan, data, atau fakta. Kemudian mengambil kesimpulan dengan spesifik atau
hipotesis.
Contoh dari penalaran indduktif, yakni:
Contoh 1
Premis 1: Hewan membutuhkan makanan
Premis 2: Tumbuhan membutuhkan makanan
Premis 3: Manusia membutuhkan makanan
Kesimpulan: Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan
Contoh 2
Premis 1: Sapi mempunyai mata
Premis 2: Perkutut mempunyai mata
Premis 3: Ular mempunyai mata Kesimpulan: Setiap hewan mempunyai mata
5. Kalimat Efektif, Kesepadanan dan Kesatuan Kalimat Efektif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kalimat adalah satuan


bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara
aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

Sementara, efektif dalam KBBI diartikan sebagai ada efek (akibat, pengaruh, kesan).
Jadi dapat diartikan, kalimat efektif adalah satuan bahasa yang lengkap dan sesuai
kaidah yang dapat mengakibatkan pembaca atau pendengar mudah memahami.

Menurut buku buku 'Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia


Secara Benar' Karya Edi Suyanto, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar
atau pembaca secara tepat pula.

Kalimat efektif dan tidak efektif biasanya bisa dibedakan dari kaidah-kaidah dalam
penyusunan kalimat. Jika itu kalimat efektif maka harus memenuhi:
(1) unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat,

(2) aturan-aturan tentang Ejaan Yang Disempurnakan, dan

(3) cara memilih kata dalam kalimat (diksi).

Kesatuan dan Kesepadanan

Kalimat efektif harus memiliki keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan
struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat ini dapat dilihat dari
struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepaduan
pikiran.
Pada umumnya dalam sebuah kalimat terdapat satu ide atau gagasan yang hendak
disampaikan. Kesatuan dalam suatu kalimat bisa dibentuk jika ada keselarasan antar
subjek-predikat, predikat-objek, dan predikat keterangan.

6. Paragraf(Pengertian paragraph, Jenis paragraph, Manfaat paragraph, Macam


paragraph, Syarat paragraph, Letak kalimat topic)
a) Pengertian paragraf

Menurut KBBI, paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan, yang biasanya
mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru.

Pengertian paragraf menurut ahli kebahasaan bernama Ramlan, merupakan bagian


dari sebuah karangan yang di dalamnya terdapat lebih dari satu kalimat, yang membahas
suatu tema tertentu dengan ide pokok sebagai pengendalinya.

Sementara itu, paragraf merupakan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih
luas dari kalimat. Alinea juga merupakan himpunan dari kalimat yang saling berhubungan
untuk membentuk sebuah gagasan. Itu menurut Gorys Keraf.

b) Jenis paragraf
Paragraf narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang berisi tentang kisah suatu peristiwa atau
kejadian yang didasarkan pada data dan fakta yang ada.

Ciri-ciri paragraf narasi, sebagai berikut:


Ada tokoh atau pelaku
Memiliki latar tempat, waktu, atau suasana
Memiliki alur atau jalan cerita
Ditulis secara kronologis atau berdasarkan urutan waktu

Contoh paragraf narasi, yakni:


Yusuf menyusuri jalan di sepanjang sawah. Di kiri kanan terdapat hamparan
sawah yang mulai menguning pertanda siap untuk dipanen. Udara yang sejuk
membuatnya tak merasakan sengatan cahaya matahari di siang itu. Di ujung
pematang sawah terdapat aliran air yang cukup jernih. Ia berhenti sejenak
memandangi aliran air yang tak begitu dalam. Lalu ia turun dan merapatkan
kedua telapak tangannya untuk mengambil air dan membasuh wajahnya.

Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang berisi tentang penggambaran sesuatu
dan menunjukkan kepada pembaca seperti apa sesuatu atau seseorang yang
disampaikan dalam tulisan tersebut.

Ciri-ciri paragraf deskripsi, sebagai berikut:


Menggambarkan suatu obyek atau benda
Banyak menggunakan jenis-jenis kata sifat di dalam kalimatnya.

Contoh paragraf deskripsi:


Sepak bola merupakan permainan dengan mengandalkan kerja sama tim.
Olahraga ini membutuhkan 11 orang pemain, yang terdiri dari penjaga
gawang, pemain belakang, pemain tengah, dan penyerang. Olahraga ini juga
membutuhkan bola dan gawang sebagai alat pelengkap permainan. Tidak
hanya itu, sepak bola juga membutuhkan wasit sebagai pengadil di tengah
lapangan. Olahraga ini berlangsung selama 90 menit dan terbagi menjadi dua
babak di mana setiap babaknya berlangsung selama 45 menit.

Paragraf persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan atau bujukan agar
pembaca menerima gagasan yang disampaikan oleh penulis. Untuk
memperkuat gagasannya, pada paragraf persuasi disampaikan sejumlah data
atau fakta sehingga pembaca dapat menerima gagasan tanpa adanya penolakan

Ciri-ciri paragraf persuasi adalah:


Menggunakan bahasa yang menarik
Menggunakan kata-kata ajakan, seperti ayo, mari, dan sebagainya.

Contoh paragraf persuasi yaitu:


Penggunaan pupuk kimia dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
Penggunaan pupuk kimia juga dapat memberikan keuntungan yang melimpah
bagi petani dari hasil panen. Namun, dampak negatif yang ditimbulkan oleh
pupuk kimia sangat berbahaya karena dapat menimbulkan pengaruh negatif
terhadap lingkungan. Selain itu, penggunaan pupuk kimia dapat membuat
buah yang dihasilkan terkontaminasi dengan bahan kimia sehingga kualitasnya
berkurang. Oleh sebab itu, beralihlah ke pupuk kompos yang murah dan
terjangkau serta aman bagi hasil panen.

Paragraf argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang ditulis sesuai pendapat si penulis.
Biasanya dalam paragraf argumentasi terdapat bukti dan alasan yang
mendukung pendapat yang disampaikan.

Ciri-ciri paragraf argumentasi adalah:


Berisi pendapat atau pandangan tentang suatu peristiwa
Adanya fakta, data, dan contoh aktual
Pendapat disampaikan secara analogis (menggunakan perumpamaan)
Diakhiri dengan kesimpulan

Contoh paragraf argumentasi:


Rokok mengandung banyak zat berbahaya bagi tubuh. Salah satunya adalah
zat Aseton yang biasa digunakan sebagai bahan pada pembersih kuku. Selain
itu, rokok juga memiliki zat adiktif yang dapat membuat kecanduan.
Kandungan racun yang masuk secara terus menerus ke dalam tubuh tentunya
akan merusak tubuh secara perlahan dan lama kelamaan akan menyebabkan
kematian. Rokok yang dibakar akan menghasilkan karbon monoksida, yang
merupakan gas yang sangat beracun bagi tubuh. Biasanya, gas tersebut
dihasilkan oleh kendaraan bermotor sehingga merokok sama dengan mengisap
asap knalpot kendaraan bermotor.

Paragraf eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu
dalam bentuk uraian atau gagasan. Uraian yang disampaikan didukung dengan
sejumlah fakta agar pembaca bisa memercayainya.

Ciri-ciri paragraf eksposisi, yakni:


Berisi petunjuk atau kiat-kiat dalam melakukan sesuatu
Berisi tentang uraian sebuah peristiwa
Tidak bersifat membujuk atau memaksa pembaca

Contoh dari paragraf eksposisi, sebagai berikut:


Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah atau bangunan
kepada korban gempa. Bantuan pembangunan tersebut disesuaikan dengan
tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapat bantuan
sebesar Rp 10 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan
sebesar Rp 20 juta, dan warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan
sebesar Rp 30 juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh petugas
desa setempat dengan pengawasan dari pihak LSM.

c) Manfaat paragraf
Paragraf berfungsi untuk memudahkan pengertian dan pemahaman pembaca,
yaitu adanya gagasan-gagasan yang dipilah-pilah. Selain itu, paragraf
berfungsi untuk memisah bagian uraian agar memudahkan pembaca berhenti
lebih lama pada bagian karangan yang panjang.
d) Syarat Paragraf
Paragraf yang baik adalah paragraf yang memenuhi syarat kohesi, koherensi,
dan kelengkapan. Sebagai berikut.

1. Kohesi-Kesatuan: Menyatakan satu hal


kalimat utama
kalimat penjelas

2. Koherensi-Kepaduan/kekompakan: kompak tertuju kepada satu hal.


repetisi - kepaduan paragraf dan kata kunci
kata ganti - menghindari monoton atau membuat diksi bervariasi
kata transisi - penyambung antarkallimat

3. Menggunakan metode pengembangan paragraf tertentu


e) Letak kalimat topik
kalimat utama atau kalimat topik berada di awal paragraf, segera setelah
transisi kalau transisi ada pada paragraf tersebut. Kemungkinan kedua,
kalimat topik berada di akhir paragraf. Kemungkinan ketiga, kalimat utama
berada di awal berada di awal dan di akhir.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Bahasa yang digunakan pada suatu masyarakat tutur tidak akan dapat dilepaskan dari
budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Hal ini terjadi karena bahasa merupakan refleksi
dari budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Kekhasan budaya dalam suatu masyarakat
yang terekam dalam bentuk-bentuk lingual memberikan kesempatan bagi munculnya
fenomena kebahasaan yang khas di masing-masing wilayah. Salah satu fenomena bahasa
yang umum tapi berbeda adalah idiom.

Idiom disebut juga suatu ungkapan berupa gabungan kata yang membentuk makna
baru, tidak ada hubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Pergunaan idiom terinspirasi dari
benda-benda yang ada di sekitar manusia, seperti tumbuhan dan nama bintang. Pada dasarnya
idiom adalah bentuk keatifitas dari pemberi pesan dengan tujuan tersampaikannya makna.

Penelitian ini mengkaji (1) Penggunaan idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama
binatang (2) Jenis Idiom di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama-nama binatang
(3) Makna konotasi idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang.

Penelitian ini menghasilkan tiga temuan besar. Pertama, idiom bahasa Indonesia yang
berbasis nama binatang digunakan untuk merujuk kepada manusia dan benda. Hasil analisis
menunjukkan, apabila binatang tersebut digunakan untuk merujuk kepada manusia, maka
idiom tersebut bisa berkonotasi negatif atau positif, contohnya, buaya darat yang merujuk
kepada laki-laki yang suka mempermaikan wanita dan buaya keroncong yang merujuk
kepada raja musik keroncong. Di sisi lain, apabila idiom tersebut digunakan untuk merujuk
kepada benda, itu terkait dengan penampakan fisik dan bentuk, contohnya, roti buaya yang
merujuk kepada roti yang bentuknya mirip dengan tubuh seekor buaya.
DAFTAR PUSAKA

https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/PUEBI.pdf

https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230129233631-569-906330/jenis-paragraf-
berdasarkan-letak-kalimat-utama-fungsi-dan-isinya#:~:text=Nah%2C%20jenis%20paragraf
%20berdasarkan%20fungsinya,Berikut%20penjelasannya.

https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2021/03/bahasa-indonesia-yang-baik-
dan-benar/

Anda mungkin juga menyukai