Anda di halaman 1dari 24

RAGAM BAHASA INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kuliah Bahasa Indonesia dan Karya Tulis Ilmiah

Dosen pengampu: Nur Syamsi, M. Pd

Disusun oleh:

Kelompok 5

Anugrah Fadilah (2311204006)

Musyaffa Nashrul Aziz (2311204017)

Nafiisah Ulla (2311204025)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS

SAMARINDA 2023
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah Bahasa Indonesia Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul ragam bahasa Indonesia dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya. Ragam bahasa Indonesia merupakan suatu hal wajid bagi seluruh
mahasiswa program studi tadris bahasa Inggris.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada ibu Nur Syamsi, M. Pd. Yang telah memberikan tugas berupa
ragam bahasa Indonesia terhadap penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pembaca yang sudah membaca makalah ini

Penulis mengucapkan makalah ini jauh dari kata sempurna, dan ini
merupakan langkah yang baik dari bidang studi ini. Oleh karena itu, keterbatasan
waktu dan kemampuan penulis, maka penulis meminta saran dan kritik dari
pembaca agar senantiasa penulis harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
penulis pada khususnya dan pihak yang berkepentingan pada umumnya.

Samarinda, September 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

PRAKATA.....................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I.............................................................................................................................

PENDAHULUAN.........................................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................................

C. Tujuan.................................................................................................................

BAB II...........................................................................................................................

PEMBAHASAN............................................................................................................

A. Ragam Lisan dan Ragam Tulis...........................................................................

B. Ragam Bahasa Lisan..........................................................................................

C. Ragam Bahasa Tulis................................................................................................

1) Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Tulisan..................................................

2) Ragam Bahasa Menurut Pendidikan...............................................................

3) Ciri-Ciri Ragam Baku.....................................................................................

D. Ragam Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku..............................................

E. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan Bahasa Indonesia.........................

F. Fungsi Bahasa Indonesia Baku.........................................................................

G. Ragam Bahasa Indonesia Formal dan Nonformal............................................

H. Macam Macam Contoh Ragam Bahasa............................................................

BAB III........................................................................................................................

PENUTUP...................................................................................................................

A. Simpulan...........................................................................................................

ii
B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

LAMPIRAN PERTANYAAN.....................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada pemahaman materi tentang ragam bahasa Indonesia. Perlu dik


etahui, bahwa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia seba
gai alat komunikasi sehari-hari, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan ad
anya ragam bahasa Indonesia baku dan tidak baku, serta ragam bahasa Ind
onesia formal dan nonformal. Dengan demikian, secara spesifik fokus pem
bahasan dalam materi ini mahasiswa akan memahami ragam bahasa dan ej
aan bahasa Indonesia. Selain itu, mahasiswa juga mempelajari, mengidenti
fikasi, dan mempraktekkan ragam bahasa baku dan tidak baku, serta ragam
bahasa formal dan nonformal.
Dalam makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
bisa mempraktekkan ragam bahasa yang tumbuh dan berkembang di Indon
esia dengan mengedepankan aspek kode etik tentang kesantunan berbahas
a. Di lain sisi, mahasiswa diharapkan mampu menggunakan bahasa Indone
sia yang baik (bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu) sert
a menggunakan bahasa Indonesia yang benar (bahasa yang sesuai dengan
kaidah EYD).1

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu ragam bahasa Indonesia?


2. Apa itu ragam bahasa Indonesia tulis dan lisan?
3. Bagaimana cara mengidentifikasi ragam baku dan tidak baku bahasa In
donesia?

1
Anton Wahyudi, Bahasa Indonesia, 26 Oktober 2013, hal 25;26.

1
4. Bagaimana cara menerapkan ragam baku tulis dan ragam baku lisan ba
hasa Indonesia?
5. Apa yang dimaksud fungsi bahasa Indonesia baku?
6. Bagaimana cara menerapkan ragam bahasa Indonesia formal dan nonf
ormal?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam bahasa


Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa itu ragam bahasa Indonesia tulis dan lisan.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengidentifikasikan ragam baku
dan tidak baku bahasa Indonesia.
4. Untuk mengetahui cara menerapkan ragam baku tulis dan ragam baku
lisan bahasa Indonesia.
5. Untuk memahami fungsi dari bahasa Indonesia baku.

6. Untuk mengetahui cara menerapkan ragam bahasa Indonesia formal


dan nonformal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ragam Lisan dan Ragam Tulis

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang


berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara. Orang yang dibicarakan. serta menurut medium
pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman,
sekarang ini masyarakat mengalami perubahan sehingga bahasa pun
mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang
dipakai sesuai keperluannya. Dalam hal ini banyaknya variasi tidak
mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien sehingga
dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang
cocok untuk keperluan tertentu, yaitu disebut ragam standar (Subarianto,
2000).

B. Ragam Bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan dan tulis memang sangat berperan dalam semua kegiatan
berbahasa maupunberkomunikasi. Kedua jenis ragam ini sebenarnya memiliki hubung
an yang erat. Ragam Bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam ba
hasa lisan. Oleh karena itu, seringtimbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sa
ma. Padahal, kedua jenis ragam bahasa ituberkembang menjdi sistem bahasa yang me
miliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar,meskipun ada pula kesamaannya. M
eskipun ada keberimpitan aspek tata Bahasa dan kosa kata,masing-masing memiliki sep
erangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
Ragam Bahasa lisan adalah Bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap (organ of sp
eech) dengan fonem.1 Sebagai unsur dasar dan komunikasi terjadi secara langsung atau
bertatap muka, sehingga terikat oleh kondisi, situasi dan waktu dalam rangka lisan kita j

3
uga akan berurusan dengan tata Bahasa, kosakata, dan lafal kita dapat menemukan raga
m lisan yang standar, misalnya pada saat teman kita sedang berpresentasi di kelas, pidat
o muhadarah, atau saat dosen memberi sambutan dalam situasi perkuliahan, ceramah, d
ll. Sedangkan ragam lisan yang nonstandard, misalnya dalam percakapan antara lala lul
u di pasar, atau dalam mengobrol dalam kehidupan sehari-hari.2

C. Ragam Bahasa Tulis

Ragam Bahasa tulis adalah Bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tul
isan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, jadi komunikasi yang terjadi tidak secara lan
gsung . Penulis menyampaikan gagasan atau idenya tidak pada saat ide itu dibuat atau di
tuangkan ke dalamtulisan, sehingga jika terdapat struktur kalimat yang kurang baik akan
dapat mengganggu komunikasi pembaca. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tat
a cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain da
lam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa dan struktur
kalimatnya seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan dan kecermatan dala
m pemilihan kosa kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dala
m mengungkapkan ide.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak, sehingga penggunaa
nya tidak dipengaruhi atau ditunjang oleh situasi pemakaiannya. Ragam tulis pun dapat
berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar dapat dit
emukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster. Sedangkan raga
m tulis yang non-standar pada majalah remaja, iklan,dan poster.3

1) Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Tulisan


Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa bahasa yang di
hasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur
dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan d

2
Bunyi Bahasa yang berbeda atau mirip kedengarannya. Dalam ilmu, Bahasa
fonem itu ditulis di antara dua garis miring:/…/

3
Jurnal Ardi Kurniawan. “Ragam Tulis Dan Lisan” (Journal of SCRIBD)

4
engan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinam
akan ragam bahasa tulis.
Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis
itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjadi siste
m bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar mes
kipun ada pula kesamaannya. Walaupun ada kedekatan aspek tata bahasa
dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda
satu dari yang lain.

2) Ragam Bahasa Menurut Pendidikan


Ragam bahasa menurut pendidikan terbagi atas ragam baku dan tidak b
aku. Beberapa penyusun buku seperti E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasa
i (1999:18—19) mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan ragam
lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku men
ggunakan kaidah bahasa yang lebih lengkap dibandingkan dengan ragam
bahasa tidak baku. Ragam ini terdapat dalam karya-karya ilmiah, laporan-
laporan, seminar-seminar, pidato resmi, wawancara resmi, atau pidato ken
egaraan. Sementara itu, ragam tidak baku terdapat pada penggunaan bahas
a sehari-hari, seperti di pasar, dalam pembicaraan tidak resmi, artikel pop
uler, media televisi terutama dalam acara hiburan, seperti wawancara tida
k resmi (wawancara dengan artis atau tokoh masyarakat), sinetron, dan se
bagainya.

3) Ciri-Ciri Ragam Baku


a) Mantap
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Sebagai contoh, kala
u kata rasa dibubuhi awalan pe- akan terbentuk kata perasa. Kata ra
ba dibubuhi pe- akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menur
ut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin,
bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap kata pen
grajin tidak dapat kita terima.

5
b) Dinamis
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghe
ndaki adanya bentuk mati. Sebagai contoh, kata langganan mempu
nyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat
berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang
yang berlangganan itu disebut pelanggan.
c) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tem
pat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yan
g terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengemban
gan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sek
olah). Isi bahasa baku mengungkapkan pemikiran yang teratur, logi
s, dan masuk akal. Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat
memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau pe
nulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang j
elas dalam otak pendengar atau pembaca.
d) Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan
bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pemb
akuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan kap
al terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramu
gari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal
terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam
kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewar
des sampai dengan saat ini tidak disepekati untuk dipakai. Yang ti
mbul dalam masyarakat ialah pramugara atau pramugari.4
e) Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan dan tulis memang sangat berperan dalam semua kegiatan
berbahasa maupunberkomunikasi. Kedua jenis ragam ini sebenarnya memiliki
hubungan yang erat. Ragam bahasatulis yang unsur dasarnya huruf, melamban
4
lms-paralel.esaunggul.ac.id September 2020

6
gkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, seringtimbul kesan bahwa ragam ba
hasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa ituberkembang
menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik ben
ar,meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata ba
hasa dan kosa kata,masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda
satu dari yang lain. Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan oleh alat
ucap (organ of speech) dengan fonem.5 sebagai unsur dasar dan komunikasi te
rjadi secara langsung atau bertatap muka, sehingga terikat oleh kondisi, situasi d
an waktu. Dalam ragam lisan, kita juga akan berurusan dengan tata bahasa, kos
akata, dan lafal. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pa
da saat teman kita sedang berpresentasi di kelas, pidato muhadarah, atau saat do
sen memberi sambutan dalam situasi perkuliahan, ceramah, dll. Sedangkan rag
am lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antara lala dengan lulu
di pasar, atau dalam mengobrol dalam kehidupan sehari-hari.6
f) Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulis
an dengan huruf sebagai unsur dasarnya, jadi komunikasi yang terjadi tidak sec
ara langsung . Penulis menyampaikan gagasan atau idenya tidak pada saat ide i
tu dibuat atau dituangkan ke dalamtulisan, sehingga jika terdapat struktur kalim
at yang kurang baik akan dapat mengganggu komunikasi pembaca. Dalam rag
am tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tat
a bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntu
t adanya kelengkapan unsur tata bahasa dan struktur kalimatnya seperti bentuk
kata ataupun susunan kalimat, ketepatan dan kecermatan dalam pemilihan kos
a kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam meng
ungkapkan ide.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak, sehingga penggunaa
nya tidak dipengaruhi atau ditunjang oleh situasi pemakaiannya. Ragam tulis p

5
lms-paralel.esaunggul.ac.id September 2020fonem itu ditulis di antara dua garis
miring: /.../.
6
lms-paralel.esaunggul.ac.id September 2020fonem itu ditulis di antara dua garis
miring: /.../.

7
un dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yan
g standar dapat ditemukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kab
ar, poster, iklan. Sedangkan ragam tulis yang non-standar pada majalah r
emaja, iklan,dan poster.7

D. Ragam Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku

Pada dasarnya, antara ragam bahasa tulis dan ragam lisan bahasa In
donesia juga terdapat ragam baku dan tidak baku. Ragam baku adalah raga
m yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pe
makainya sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Sedangkan, ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan
ditandai dengan ciri-ciri yang menyimpang dalam norma ragam baku. Penj
elasan ini dipertegas lagi oleh pendapat Tasai dan Zaenal Arifin (2000:19)
bahwa ragam baku mempunyai sifat-sifat (1) kemantapan dinamis, (2) cen
dekia, dan (3) seragam. Kemantapan dinamis. Kata mantap di sini diartika
n sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan
terbentuk perasa. Kata raba dibubuhi pe- akan terbentuk kata peraba. Oleh
karena itu, menurut kemantapan berbahasa, kata rajin yang dibubuhi pe- a
kan menjadi perajin, bukan pengrajin. Dengan demikian, kalau kita berpeg
ang pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima sebagai raga
m bahasa yang baku. Dinamis artinya stastis, tidak kaku. Bahasa baku tida
k menghendaki adanya bentuk mati. Cendekia. Ragam bahasa baku bersifa
t cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud
ragam baku ini adalah orangorang yang terpelajar atau pernah mengenyam
di pendidikan formal. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengemb
angan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah)
Seragam. Ragam bahasa baku selalu bersifat seragam. Artinya, pada hakik

7
Ibid

8
atnya proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Denga
n kata lain, pembakuan bahasa adalah titik-titik keseragaman.8

E. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan Bahasa Indonesia

Dalam kehidupan berbahasa, manusia sudah mengenal ragam baha


sa tulis dan lisan, ragam bahasa baku dan tidak baku. Oleh sebab itu, munc
ul istilah ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan. Ragam ba
hasa baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku
pelajaran atau buku-buku ilmiah. Saat ini, pemerintah mendahulukan pem
bakuan ragam baku tulis. Hal ini bisa dibuktikan dengan penerbitan buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah, dan pengadaan Kamu
s Besar Bahasa Indonesia. Lalu, bagaimana dengan masalah ragam bahasa
baku lisan? Ukuran dan nilai ragam bahasa baku lisan tergantung pada bes
ar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Artinya, sese
orang dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku jikalau dalam pembicara
annya tidak terlalu menonjolkan logat atau dialek daerahnya.9

F. Fungsi Bahasa Indonesia Baku

Bahasa baku mendukung empat fungsi, yaitu;


(1) fungsi pemersatu,
(2) fungsi pemberi kekhasan,
(3) fungsi pembawa kewibawaan,
(4) fungsi sebagai kerangka acuan.

8
Pamungkas, Sri. Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif (Yogyakarta: Andi Offset,
2012), 35.
9
Anton Wahyudi, Bahasa Indonesia, 26 Oktober 2013, hal 25;26.

9
Tiga fungsi pertama disebut fungsi pelambang atau simbolik, sedangkan sa
tu fungsi terakhir disebut fungsi objektif. Bahasa baku memperhubungkan
semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dalam fungsi pemersatu, bahasa
baku membentuk satu masyarakat bahasa yang mencakupi seluruh penutur
dialek bahasa tersebut, selain mempermudah proses identifikasi penutur de
ngan seluruh anggota abi pendahuluan kelompok masyarakat penutur baha
sa Baku itu. Bahasa Indonesia yang digunakan di dalam media massa nasi
onal, baik cetak maupun elektronik, agaknya dapat diberi predikat sebagai
pendukung fungsi pemersatu. Untuk bahasa lisan, perananseperti itu terlih
at dalam penggunaan bahasa Indonesia di radio dan televisi,terutama dala
m siaran berita, pidato, ceramah, dan acara resmi lain. Pengaruh media ma
ssa itu begitu intens sehingga sebagian orang tidak sadar akan adanya diaie
k geografis atau diaiek regional bahasa Indonesia yang jumlahnya banyak
dan coraknya amat beragam. Di balik semua itu, sesungguhnya sudah lama
tumbuh keinginan dan tekad agar hanya ada satu ragam bahasa Indonesia b
aku bagi seluruh penutur di seluruh wilayah Indonesia.Fungsi pemberi kek
hasan bahasa baku terlihat ketika bahasa itu diperbandingkan dengan baha
sa-bahasa yang lain. Jika dibandingkan dengan bahasa Melayu yang digun
akan di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam, bahkan juga dengan
bahasa Melayu Riau-Johor yang menjadi induknya, bahasa Indonesia dian
ggap sudah jauh berbeda. Perbedaan seperti itu pada gilirannya akan mem
berikan dampak positif terhadap makin mantapnya perasaan kepribadian n
asional masyarakat bahasa di Indonesia.Fungsi bahasa baku sebagai pemba
wa kewibawaan atau prestise bersangkutan dengan usaha seseorang untuk
mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pe
merolehan bahasa baku sendiri.Ahli bahasa dan beberapa kalangan di Indo
nesia pada umumnya berpendapat bahwa perkembangan bahasa Indonesia
dapat dijadikan teladan bagi bangsalain di Asia Tenggara (dan mungkin ju
ga di Afrika) yang juga memerlukan bahasa yang modern. Prestise itu diba
ngun oleh bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, alih-alih sebagai bah
asa baku. Pengalaman menunjukkan bahwa di beberapa tempat penutur ya

10
ng mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa
di mata orang lain. Bahasa baku selanjutnya berfungsi sebagai kerangka ac
uan dalam pemakaian bahasa berdasarkan kodifikasi kaidah dan norma ya
ng jelas. Kaidah dan norma itu menjadi tolok ukur untuk menilai atau men
entukan benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang. Bahasa baku juga m
enjadi kerangka acuan bagi fungsi estetika bahasa yang tidak hanya terbata
s pada bidang susastra, tetapi juga termasuk segala jenis pemakaian bahasa
yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti di dalam per
mainan kata, iklan, dan tajuk berita. Fungsi bahasa Indonesia baku sebagai
kerangka acuan belum berjalan dengan baik meskipun fungsi tersebut berk
ali-kali diungkapkan di dalam setiap Kongres Bahasa Indonesia, seminar d
an simposium, serta berbagai penataran guru. Kalangan guru bahkan berka
li-kali mengimbau agar disusun tata bahasa normatif yang dapat menjadi p
egangan atau acuan bagi guru bahasa dan pelajar. Pembakuan atau standar
disasi bahasa dapat dilakukan oleh badan pe-merintah yang resmi atau ole
h organisasi swasta. Di Amerika, misalnya, pe-nerbit mengeluarkan pedo
man gaya tulis-menulis yang kemudian dianggap baku sehingga pengarang
yang ingin menerbitkan karyanya, mau tidak mau,harus mengikuti petunju
k yang ditentukan oleh pihak penerbit. Di antara penerbit Indonesia belum
ada pegangan yang mantap. Contohnya, masihada yang mengizinkan pera
ngkaian penulisan preposisi dengan nomina dibeiakangnya. Mengingat ke
dudukan bahasa nasional yang amat penting dalam kehidupan masyarakat
penutur suatu bahasa, di Indonesia ada badan pemerintah yang ditugasi me
nangani pembakuan bahasa, yaitu Badan Pengembangan dan Pembinaan B
ahasa. Karena ragam bahasa dunia pen-didikan diprioritaskan dalam prose
s pembakuan, kerja sama antara Badan Pengembangan dan Pembinaan Ba
hasa, para guru, dan pengembang ilmudi berbagai jenis lembaga pendidika
n merupakan prasyarat bagi berhasilnya pembakuan bahasa. Hal itu tidak b
erarti bahwa kerja sama dan dukungan golongan lain, seperti pengasuh me
dia massa dan tokoh masyarakat, tidak diperlukan. Ejaan atau tata cara me
nulis bahasa Indonesia dengan huruf Latin untuk ketiga kalinya dibakukan

11
secara resmi pada tahun 1972, setelah berlakunya Ejaan Van Ophuijsen (1
901) dan Ejaan Soewandi (1947). Untuk memudahkan penerapan ejaan itu,
telah diterbitkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempu
makan dengan beberapa kali penyempurnaan. Edisi pertama pedoman itu d
iterbitkan tahun 1975, yang selain mengaturtata tulis secara umum, juga m
enetapkan perubahan penulisan huruf,misalnya dari dj, nj dan tj masing-m
asing menjadi y, ny dan c. Edisi keduatahun 1988 dan edisi ketiga tahun 2
009 lebih banyak menguraikan kaidahtanda baca, selain penggunaan huruf
dengan mengakomodasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Edisi
mutakhir pedoman ejaan disebut dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa In
donesia (PUEBl) yang ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 50 Tahun
2015.10

G. Ragam Bahasa Indonesia Formal dan Nonformal

Bahasa Indonesia mempunyai ragam bahasa formal dan nonformal.

Artinya, penggunaan bahasa Indonesia, oleh penutur bisa didasarkan atau

digunakan sesuai situasi formal atau nonformal. Contoh sederhana dari

ragam bahasa formal adalah penulisan surat resmi bahasa Indonesia, pidato

kenegaraan, dan lain sebagainya. Sedangkan, contoh ragam bahasa Indonesia


nonformal adalah bahasa dalam komunikasi sehari-hari, menulis surat pribadi,
dan lain-lain.

Nasucha dkk (2009:13) menyatakan bahwa bahasa formal mempunyai

ciri-ciri berikut.

1. Menggunakan unsur gramatikal secara ekspisit dan konsisten

2. Menggunakan imbuhan secara lengkap


10
Hak Cipta 2017, pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-
undang, hal. 13-15

12
3. Menggunakan kata ganti resmi

4. Menggunakan kata baku

5. Menggunakan EYD

6. Menghindari unsur kedaerahan (dialek).

Membaca dan memahami keenam ciri-ciri bahasa resmi di atas, bisa

disimpulkan bahwa bahasa formal tersusun secara sistematis dan resmi. Dan,
mengutip pendapat Kridalaksana (2008) bahwa fungsi bahasa yang menuntut
penggunaan ragam bahasa, antara lain (1) komunikasi resmi, (2) wacana
teknis, (3) pembicaraan di depan umum, dan (4) pembicaraan dengan orang
yang dihormati. Misalnya, ketika berdialog dengan atasan atau pimpinan,
berbicara dengan guru, atau berbicara dengan orang yang baru kita kenal.
Berbeda halnya dengan ragam bahasa Indonesia nonformal, Pamungkas
(2012:35) juga menjelaskan bahwa ragam bahasa Indonesia nonformal
mempunyai pengertian sebagai ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
nonformal (tidak resmi). Ragam bahasa nonformal biasanya cenderung
digunakan dalam situasi santai dan penuh keakraban. Adapun bahasa
Indonesia nonformal mempunyai sifat yang khas berikut.

1. Kalimat-kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat sederhana

(kalimat yang tidak lengkap), yang tidak berpatok pada aturan

gramatikal atau struktur kalimat. Dengan demikian, kalimat yang

tersusun tidak harus berpola SP, SPO, SPOK, dan seterusnya.

Contoh kalimat nonformal dalam sehari-hari yang sering kita

gunakan adalah “Sudah makan?”. Struktur kalimat hanya terdiri

atas predikat saja. Dan, bisa dipastikan makna di dalam sebuah teks

sudah bisa dipahami seutuhnya.

13
2. Subjek jarang dimunculkan. Misalnya, “Mau ke mana?” Kalimat pertanya
an seperti di atas berdasarkan aturan ragam bahasa formal (baku) seharusn
ya diawali dengan kata subjek. Namun demikian, subjek di atas dihilangka
n karena orang yang diajak berbicara dianggap sudah mengetahui siapa ya
ng dimaksudkan oleh pembicara.
3. Menggunakan kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari (kata-kata

atau diksi ragam nonformal). Misalnya, “Ia bilang kalau mau ke

Wonokromo”. Kata ‘bilang’ dan ‘mau’ merupakan bentuk kata

yang tidak lazim dipakai dalam bahasa formal (resmi atau baku),

tetapi sangat lazim sering digunakan dalam bahasa nonformal.

Dari beberapa sifat-sifat khas bahasa nonformal di atas, bisa

disumpulkan bahwa prinsip yang paling mendasari pemakaian bahasa

nonformal adalah “mana suka atau bebas”, dengan dasar antara pemakai

bahasa (antara komunikator dan komunikan) sama-sama tahu maksud atau


makna di dalam penggunaan bahasa. Sehingga, proses terjadinya
komunikasi antarbahasa berjalan lancar.

Contoh lain dari penggunaan bahasa Indonesia nonformal adalah

bahasa gaul yang sering digunakan oleh kalangan remaja. Berdasarkan

fungsinya, Pateda (1984:70) mengemukakan bahwa bahasa gaul memiliki

persamaan dengan bentuk-bentuk slang, jargon, dan prokem. Fungsi bahasa


slang dan prokem digunakan untuk merahasiakan sesuatu kepada kelompok
lain. Sedangkan, jargon disebut sebagai kosakata khusus yang dipergunakan di
bidang kehidupan (lingkungan tertentu). Dengan demikian, bahasa menjadi

14
nonformal, karena bersifat merahasiakan dan menjadi kesan yang susah untuk
dipahami.11

H. Macam Macam Contoh Ragam Bahasa

1. Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang seb
agai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidi
k, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
2. Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apab
ila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, l
ebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.

3. Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara
orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
4. Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian ti
dak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
5. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lis
an, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat
membantu pemahaman.
6. Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
7. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis,
tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktu
r sampai pada sasaran secara visual.12

11
Anton Wahyudi, Bahasa Indonesia, 26 Oktober 2013, hal 27-29
12
Kultura, Volume: 18, hal 6526 No. 1 Juni 2017.

15
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Ragam Lisan dan Ragam Tulis Ragam bahasa adalah variasi bahas
a menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kawan bicara. Dalam hal ini banyaknya vari
asi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien s
ehingga dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu ya

16
ng cocok untuk keperluan tertentu, yaitu disebut ragam standar (Subariant
o, 2000).
Ragam bahasa lisan dan tulis memang sangat berperan dalam semua kegiat
an berbahasa maupunberkomunikasi. Ragam Bahasa tulis yang unsur dasar
nya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Ragam Bahasa lisan adalah
Bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap (organ of speech) dengan fonem.
Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan Bahasa Indonesia Dalam
kehidupan berbahasa, manusia sudah mengenal ragam bahasa tulis dan
lisan, ragam bahasa baku dan tidak baku. Bahasa baku juga menjadi
kerangka acuan bagi fungsi estetika bahasa yang tidak hanya terbatas pada
bidang susastra, tetapi juga termasuk segala jenis pemakaian bahasa yang
menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti di dalam
permainan kata, iklan, dan tajuk berita. Ragam Bahasa Indonesia Formal
dan Nonformal Bahasa Indonesia mempunyai ragam bahasa formal dan
nonformal.

B. Saran

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih bany


ak terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna, dan juga keterbatasan p
engetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Tentunya, penyusun akan t
erus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat diper
tanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan su
atu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dan memotiva
si tentang pembahasan makalah diatas. Semoga makalah ini dapat bermanf
aat bagi pembaca, dan khususnya bagi penyusun sendiri.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Anton Wahyudi, Bahasa Indonesia, 26 Oktober 2013, hal 25-29

Bunyi Bahasa yang berbeda atau mirip kedengarannya. Dalam ilmu, Bahasa
fonem itu ditulis di antara dua garis miring:/…/

Hak Cipta 2017, pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi


Undang-undang, hal. 13-15

lms-paralel.esaunggul.ac.id September 2020

lms-paralel.esaunggul.ac.id September 2020 fonem itu ditulis di antara dua garis


miring: /.../.
lms-paralel.esaunggul.ac.id September 2020 fonem itu ditulis di antara dua garis
miring: /.../.

Jurnal Ardi Kurniawan. “Ragam Tulis Dan Lisan” ( Journal of SCRIBD)

Kultura, Volume: 18, hal 6526 No. 1 Juni 2017.

Pamungkas, Sri. Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif (Yogyakarta: Andi


Offset, 2012), 35.

19
LAMPIRAN PERTANYAAN

20

Anda mungkin juga menyukai