Anda di halaman 1dari 12

PONDOK PESANTREN

A. LATAR BELAKANG BERDIRINYA PONDOK PESANTREN

Pesantren merupakan “Bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia, dimana bila di tinjau dari segi
sejarah dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan
mengembangkan ajaran islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama.

Pondok adalah rumah atau tempat tinggal sederhana, disamping itu kata “Pondok” berasal dari
bahasa Arab “Funduq” yang berarti asrama. Sedangkan Istilah pesantren berasal dari kata Shastri
(India) yang berarti Orang yang mengetahui kitab suci (Hindu). Pesantren sendiri menurut
pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri. Dalam bahasa Jawa mnejadi Santri dengan
mendapat awalan Pe dan akhiran an menjadi Pesantren :Sebuah pusat pendidikan Islam tradisional
atau pondok untuk para siswa sebagai model sekolah agama di Jawa.

Di Aceh Pesantren disebut : dayah, Rangkang, Meunasah. Pasundan disebut Pondok, dan di
Minangkabau disebut Surau. Pimpinan pesantren tertinggi (Pengasuh) disebut Kyai (jawa), Tengku
(Aceh), Datuk atau Buya (Minangkabau), Abah/Ajengan (Sunda).

Tokoh yang pertama mnedirikan pesantren adalah Maulana Malik Ibrahim (w. 1419M), beliau
menggunakan Masjid dan pesantren untuk pengajaran ilmu-ilmu agama yang akhirnya melahirkan
tokoh-tokoh wali songo. Pada taraf permulaan bentuk pesantren sangat sederhana, kegiatan
pendidikan dilakukan di masjid dengan beberapa santri. Ketika Raden Rahmad (Sunan Ampel)
mendirikan pesantren (Ampel Dento) hanya memiliki tiga orang santri. Para santri yang telah selesai
belajarnya di Pesantren Ampel Dento kemudian mendirikan pesantren baru. Salah satunya adalah
Raden Paku (Sunan Giri) yang mendirikan Pesantren d desa Sidomukti, Gresik yang bernama Giri
Kedaton.

Pesantren Giri Kedaton memiliki santri dari berbagai daerah, seperti jawa, Madura, Lombok,
Sumbawa, Makasar, Ternate, dan lain-lain. Setiap santri kemudian mendirikan pesantren di
daerahnya masing-maisng dengan demikian pesantren dapat berkembang dengan pesat.

Berdasarkan sejarah berdirinya, maka tujuan berdirinya pesantren ialah :

 Sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan pembentuk kader-kader ulama


 Sebagai benteng pertahanan dan pengawal bagi keberlagsungan dakwah Islamiyah di Indonesia.

B. FUNGSI DAN PERAN PESANTREN DALAM PENYEBARAN ISLAM

Fungsi utama pondok pesantren ialah sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan pusat dakwah
islamiyah. Pada masa penjajahan Pesantren merupakan pendidikan menanamkan sikap patriotisme
dan basis perjuangan untuk melawan penjajah. Tradisi pesantren memiliki sejarah panjang. Oleh
karena itu, situasi dan peranan Pesantren dewasa ini harus dilihat dalam hubungan perkembangan
Islam jangka panjang, baik di Indonesia maupun di negara-negara Islam pada umumnya.

Sesuai dengan perkembangan jaman maka pondok pesantren saat ini dilengkapi dengan ilmu-ilmu
umum dan berbagai ketrampilan. Hal ini untuk membekali para santri agar tidak gagap dengan
perkembangan IPTEK dan dapat berperan aktif dalam masyarakat luas. Pendidikan di Pesantren
bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowlarge) tetapi juga transfer nilai
(transfer of value), sehingga akan mampu mencetak santri yang menguasai ilmu-ilmu agama,
mengamalkan ilmunya dengan ikhlas, dan menjadi orang yang sholeh apapun profesinya.

Peran pondok pesantren meliputi:


1. Sebagai lembaga pendidikan ilmu-ilmu keislaman
2. Sebagai lembaga pendidikan dakwah
3. Sebagai tempat pengabdian dan pelayanan masyarakat
4. Sebagai cikal bakal berdirinya NU

Dari semangat pondok pesantren ini pada tahun 1918 dibentuklah sebuah kelompok diskusi
Tashwirul Afkar yang dipelopori oleh KH. A. Wahab Hasbullah dan KH. Mas Mansyur. Namun ahirnya
KH. Mas Mansur masuk muhammadiyah dam kiai wahab mendirikan NU. Sebelum NU lahir para
ulama juga telah membentuk oraganisasi nahdlatul tujjar yang bertujuan memperbaiki ekonomi
umat. Nahdlatul Wathon (1918) sebagai organisasi pendidikan di kawatan Surabaya dan Nahdlatul
Syubban sebagai organisasi kepemudaan.

C. METODE KAJIAN YANG DILAKUKAN DI PESANTREN

Proses pendidikanya berlangsung 24 jam, dimana terjadi hubungan antara Kyai dan santri, santri
sesame santri yang berada dalam satu kompleks (masyarakat belajar).

Setidaknya ada tiga jenis ilmu keislaman yang secara istiqomah diajarkan di pesantren, yaitu : Aqidah
(Kalam), Fiqh (Syari’ah), dan Akhlaq (tasawuf). Ketiga ilmu tersebut digali dan dipelajari dari sumber
kitab-kitab salaf (kitab kuning) yang disusun oleh para ulama Ahlusunnah wal Jama’ah.

Sistem pembelajaran di Pesantren meliputi :

1. Sorogan, Kyai/Ustadz mengajar para santri satu persatu, tanpa membedakan umur dan jenjang
pendidikan.(kelas). Contoh : sorogan Qur’an, sorogan Kitab dan lain-lain.
2. Bandungan, Kyai/Ustadz mengajar para santri secara bersama-sama tanpa membedakan umur
dan kelas. System ini biasanya dilakukan pada waktu tertentu dan pada materi tertentu, seperti
pengajian akhlaq, Hadits, Pengajian Romadlon, dan lain lain.
3. Madrasy / Kalsikal, system pembelajaran dengan cara klasikal, para santri dikelompokan sesuai
umur dan tingkat kemampuannya. Dalam pendidikan Pesantren dikenal jenjang pendidikan yaitu
:Awaliyyah, Wustho, Ulya, Ma’had ‘Ali.

Berdasarkan system pembelajarannya, maka pesantren dapat dikelompokkan :

1. Pesantren Al Qur’an, Pesantren yang secara khusus mempelajari Al Qur’an dan mencetak para
Hafidz fdan Hafidzah.
2. Pesantren Kitab, Pesantren yang secara khusus mempelajari ilmu-ilmu fiqh
3. Pesantren Alat, pesantren yang secara khusus mempelajari ilmu-ilmu Bahasa Arab, seperti ilmu
Nahwu, Shorof, dan lain-lain.

Sedangkan tipe secara umum pesantren adalah :

1. Pesanten Salafiyyah, Pesantren yang tidak menyediakan pendidikan formal, sehingga para santri
hanya khusus belajar di pesantren. Pesantren Salafiyah secara khusus mempelajari satu bidang
keilmuan, seperti fiqh, Hadits, atuapun ilmu alat.
2. Pesantren Modern, Pesantren yang menyediakan pendidikan formal, sehingga para santri selain
belajar di pesantren juga menempuh pendidikan formal.
3. Pesantren Perpaduan, Pesantren yang menyediakan pendidikan formal, tapi dalam system
pembelajaranya juga mengikuti system Salafiyyah.

Pada tipe ke-2 dan ke-3 disebut juga pesantren kholafiyah.

D. HAL-HAL YANG MENJIWAI DI PESANTREN


Sebagai lembaga Tafaqquh fiddin (memperdalam agama) pondok pesantren mempunyai jiwa yang
membedakan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainya. Jiwa pondok pesantren tersebut
dinamakan “Panca Jiwa Pesantren”, yaitu :

1. Jiwa keikhlasan , jiwa ini terbentuk oleh suatu keyakinan bahwa semua perbuatan (baik atau
buruk) pasti akan di balas oleh Allah SWT, jadi beramal tanpa pamrih tanpa mengahrapkan
keuntungan duniawi.
2. Jiwa Kesederhanaan, sederhana bukan berarti pasif tetapi mengandung unsur kekuatan dan
kaetabahan hati serta penguasaan diri dalam mengahadapi dalam mengahdapi segala kesulitan.
3. Jiwa Persaudaraan yang Demokratis, segala perbedaan dipesantren tidak menjadi penghalang
dalam jalinan ukhuwah (persaudaraan) dan Ta’awun (saling menolong).
4. Jiwa kemandirian, pesantren harus mampu mandiri dengan kekuatannnya sendiri.
5. Jiwa Bebas, bebas dalam membentuk jalan hidup dan menetukan masa depan dengan jiwa besar
dan sikap optimis mengahadapi berbagai problematika hidup berdaqsarkan nilai-nilai ajaran
Islam. Kebebasan jiwa pondok pesantren juga berarti tidak terpengaruh dan didikte oleh dunia
luar.

Selain itu, ada lima elemen yang mendasari terbentuknya suatu pondok pesantren:

1. Adanya kiai
2. Adanya masjid atau musolla
3. Adanya santri
4. Adanya asrama
5. Adanya kitab kuning

SEJARAH ORGANISASI

NAHDALATUL ULAMA

A. MOTIVASI KELAHIRAN NU

Pada tahun 1914 KH. Abdul Wahab Hasbullah pulang dari Mekkah setelah bertahun-tahun belajar di
sana. Beliau terkenal ulama yang sangat dinamis dan mempunyai cita-cita untuk mempersatukan
umat Islam dalam suatu perkumpulan / organisasi keagamaan. Untuk mewujudkan hal itu, beliau
menggandeng ulama yang sangat Kharismatik, yaitu KH. Hasyim Asy’ari Pengasuh Pondok Pesantren
Tebu Ireng, Jombang (JATIM).

Kedua Ulama ini mencoba untuk mengorganisir dan memberi wadah serta mempersatukan umat
Islam (tradisionalis) di Indonesia . Untuk mewujudkan hal tersebut ditempuh langkah-langkah :

1. Pada tahun 1916 Kyai Wahab mendirikan Madrasah “Jam’iyatul Nahdlotul Wathon “ di
Surabaya. Madrasah ini berkembang dengan pesat dan membuka cabang di Semarang, Malang,
Sidoarjo, Gresik, Lawang, Pasuruan, dan lain-lain.

2. Pada tahun 1919 berdiri TASWIRUL AFKAR”, sebuah madrasah dan forum diskusi keagamaan
yang tujuan utamanya memberi tempat untuk mengaji dan belajar serta untuk membela
kepentingan Islam.
3. Pada tahun 1924 berdiri organisasi “Syubhanul Wathon (pemuda tanah air), organisasi ini
mempunyai kegiatan membahas masalah agama, dakwah, peningkatan pengetahuan bagi
anggotanya, dan lain-lain.

4. Pada tahun 1926 akan disenggarakan Kongres Islam sedunia di Makkah yang diikuti perwakilan
dari organisasi-organisasi Islam di dunia.

5. Pada tanggal 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 KH. A. Wahab Hasbullah membentuk suatu
komite yang bernama Komite Hijaz yang beranggotakan para alim ulama dari berbagai daerah guna
mengikuti Kongres tersebut.

Dalam rapat/sidang komite hijaz tersebut memutuskan dua hal, yaitu :

1. Meresmikan dan mengukuhkan Komite Hijaz dengan masa kerja sampai delegasi yang akan
dikirim menemui Raja Ibnu Saud dan mengirim delegasi ke Kongres Islam di Makkah. Adapun yang
dikirim ialah KH. Wahab Hasbullah dan Syeikh Ahmad Ghunaim al Mishri.

2. Membentuk sebuah Jam’iyyah (organisasi) yang bernama NAHDLATUL ULAMA’. Denggan


tujuan untuk membina terwujudnya masyarkat Islam berdasarkan aqidah atau faham Ahlusunnah
wal Jama’ah (ASWAJA).

Mayoritas anggota NU berada di Jawa, khususnya JATIM, sepanjang pantura JATENG, Cirebon, dan
Banten. Adapun di luar Jawa meliputi : Banjar (KALSEL) ,Batak Mandailing (SUMUT), Bugis (SULSEL),
Sasak dan Sumbawa (NTB). Cabang tersebut berdiri pada kurun waktu 1930-1940. Kiprah NU yang
paling menonjol ialah di bidang pendidikan, jumlah madrasah meningkat pesat pada waktu 1920-
1930-an. Untuk mengkoordinasikan kegiatan pendidikan tersebut dibentuk Lembaga Pendidikan
Ma’arif pada tahun 1938.

B. TOKOH-TOKOH PENDIRI NU

Adapun tokoh besar pengurus NU ialah :

1. KH. Hasyim Asy’ari (1871-1947) Jombang

2. KH. Abdul Wahab Hasbullah (1888-1971) Jombang

3. KH.Bisyri Sansoeri (1886 – 1962 ) Jombang

4. KH. Ridwan Abdullah (1884 -1962) Semarang

5. KH. Asnawi (1861-1959) Kudus

6. KH. Ma’sum (1870-1972) Lasem

7. KH. Nawawi, Pasuruan

8. KH. Nahrowi, Malang

9. KH. Alwi Abdul Aziz, Surabaya

C. NAMA DAN LAMBANG NU


Nahdlatul Ulama adalah organisasi social keagamaan (Jam’iyyah Diniyah Islamiyah) yang berhaluan
(faham) Ahulusunnah wal Jamaah. Secara harfiah terdiri dari kata Nahdlah (‫) نهضة‬:
Bangkit/Kebangkitan dan ‘Ulama (‫ ) علماء‬: Orang-orang yang ahli agama, Jadi Nahdaltul Ulama berarti
kebangkitan para alim-ulama. Nama NU diusulkan KH. Alwi Abdul Aziz dari Surabaya.

Lambang NU berupa :

1. Gambar bola Dunia atau Bumi yang mengingatkan manusia itu berasal dari tanah dan kembali
ke tanah.

2. Dilingkari Tali Tersimpul yang melambangkan ukhuwah atau persatuan, dan ikatanya
melambangkan hubungan dengan Allah SWT.

3. Dikelilingi sembilan Bintang, yang terdiri:

ü Lima bintang di atas katulistiwa, satu bintang besar melambangkan Nabi Muhammad SAW,
sedangkan empat bintang dibawahnya melambangkan empat shahabat (khulafaur rosidin).

ü Empat bintang di bawah garis katulistiwa, melambangkan empat madzhab.

ü Disamping itu jumlah seluruh bintang sembalian juga melambangkan wali songo.

Jadi Nabi SAW, Shahabat, Imam Madzhab, dan wali songo yang akan memberikan sinar dan petunjuk
jalan yang benar.

4. Tulisan Nahdlatul Ulama dalam huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia.

5. Semua jenis lambang tersebut dilatarbelakangi warna putih di atas warna hijau. Warna putih
melambangkan kesucian dan warna hijau melambangkan kesuburan.

Lambang ini diciptakan oleh KH. Ridwan Abdullah dari Surabaya setelah beliau melakukan shalat
Istikharah.

Ringkasan Bab III Kelas X

BIOGRAFI BEBERAPA

TOKOH-TOKOH NU

1. K. H. Wahab Hasbullah

Tahun Riwayat hidup K. H. Wahab Hasbullah

Maret 1888 Beliau lahir di tambakberas, Jombang.

1914 Mendirikan SI (serikat islam) cabang Mekkah, dan beliau sebagai ketuanya

1916 Beliau mendirikan kelompok studi “Taswirul Afkar” bersama K.H. Mas mansur

1925 Menjadi utusan dalam komite Hijaz


29 Desember 1971 Beliau wafat dalam usia 83 tahun dan dimakamkan di pemakaman keluarga
pesantren bahrul ulum tembakberas jombang

Pendidikan 20 tahun beliau mondok diberbagai pondok pesantern seperti: langitan (tuban),
mojosari (nganjuk), syaikhuna cholil bangkalan

Jasa beliau - Mendirikan majalah tengah bulanan “Soeara Nahdlatoel Oelama”

- Penggerak berdirinya NU

- Pengganti pemimpin PBNU sewaktu Hasyim Asy’ari dipenjara oleh Jepang

- Anggota BPKNIP

- Anggota konstituante

- Anggota DPR dan DPA

2. K. H. M. Hasyim Asy’ari

Tahun Riwayat hidup K. H. M. Hasyim Asy’ari

14 februari 1871 Beliau lahir di desa Gedang, Jombang. Ayahnya bernama Asy’ari dari demak
dan ibunya bernama Halimah.

1893 Beliau ke Mekkah yang kedua kalinya untuk belajar setelah sebelumnya di sana selama tujuh
bulan.

26 robiul awal 1317 H/1899 M Mendirikan pondok pesantren Tebu Ireng

1925 Menyetujui pengiriman utusan komite Hijaz

1942 - Ditahan oleh jepang karena menentang saikere (menghormat kaisar jepang dengan
membungkuk 90 derajat setiap jam 07.00 dan baris di lapangan) dan ditahan selama 4 bulan.

- Diangkat menjadi ketua Shumubu (kantor urusan agama) cikal bakal kementrian agama

1943-1945 Beliau menjadi ketua pemimpin pusat Masyumi

1944 Beliau menjadi penasehat utama jawa hokokai bersama Ir. Sukarno

21 juli 1947 Beliau wafat ketika benteng pertahanan Hizbullah-sabilillah di singosari, malang
direbut oleh Belanda

Pendidikan - Sejak kecil belajar dengan orang tuanya di pondok gedang

- 13 tahun sudah bisa mengajar membantu orang tuanya

- 14 tahun mulai berkelana mondok di pondok-pondok pesantren

- 1893 sekitar berumur 22 tahun berangkat ke mekkah untuk mencari ilmu yang kedua kali
setelah tujuh bulan sebrlumnya pernah di mekkah.

Jasa beliau - Pendiri pondok tebu ireng jombang

- Penentang saikere
- Ketua shumubu

- Berfatwa: (-) perang melawan belanda adalah jihad dan fardlu ain, (-) melarang orang islam
haji dengan kapal belanda

- Menulis banyak karya, diantranya yang terkenal : risalah ahlussunah wal jamaah

3. Syaikhuna M. Cholil

Tahun Riwayat hidup Syaikhuna M. Cholil

14 maret 1820

11 jumadil ahir 1235 Beliau lahir di bangkalan, madura. Merupakan keturunan Rosulallah saw
generasi 29 dari anak cucu Husain.

1850 Belajar ke pesantren langitan Tuban dan pondok-pondok lain

1859 Berangkat ke mekkah bersama beberapa ulama seperti syaikh nawawi banten dan K.H.
sholeh darat semarang

24 april 1925

29 ramadan 1343 Beliau wafat pada usia 91 tahun dan makamkan di tajasah, melajek, sekitar 2
km dari kota bangkalan.

Pendidikan - Semasa kecil belajar dengan orang tuanya K.H. abdul latif

- 1850, dalam usianya sekitar 30 tahun dikirim belajar ke langitan

- Usia 39 tahun belajar ke mekkah, saat di mekkah saking hormatnya dengan tanah haram,
setiap kali ingin buang air kecil atau besar beliau keluar dari tanah haram

- Mengarang beberapa kitab seperti sholawat thibil qulub dan terjemah alfiyah ibnu malik

Jasa beliau Hampir semua ulama besar perintis NU berguru dengan beliau.

4. K. H. Mahfudz Siddiq

Tahun Riwayat hidup K.H. Mahfudz Siddiq

27 rabiul awal 1325 H/1907 M Beliau lahir di jember

1937 Menjadi ketua ulama PBNU mendampingi K.H. Hasyim Asy’ari

1945 Ditahan jepang bersama K.H. Hasyim Asy’ari

1 januari 1944 Beliau wafat di jember

Pendidikan - Beliau belaja dengan orang tuanya kemudian melanjutkan di tebu ireng lalu
menetap di mekkah.

- Ahli debat, dan pidato, juga mantik

- Menguasai bahasa arab, inggris, belanda, dan latin


- Karya beliau : buku Pedoman Dan Debat Tentang Ijtihad Dan Taklid

Jasa beliau - Aktifis penulis majalah Soeara NO/ berita NO

- Pengusul ANO (anshor nahdlatoel Oelama)

- Penggagas Mabadiu khoiro ummah (landasan untuk mewujudkan umat yang terbaik)

5. K. H. A. Wahid Hasyim

Tahun Riwayat hidup

1 juni 1914 Beliau lahir di jember, putra pertama dari K.H. Hasyim Asy’ari

1932 Naik haji dan menetap di sana dua tahun

14 oktober 1944 Beliau mengusulkan pada jepang agar melatih santri-santri militer dan
lahirlah Hizbullah

22 juni 1945 Menjadi anggota BPUPKI dan termasuk panitia sembilan yang menandatangani
piagam jakarta

September 1945 Ditunjuk sebagai menteri negara dalam kabinet I bentukan sukarno

1946 Menjadi anggota KNIP dan BPKNIP dalam kabinet syahrir

1949-1952 Setelah belanda mengakui kedaulatan indonesia beliau ditunjuk sebagai menteri
agama selama tiga periode:

- Pada kabinet hatta (20 des ’49 – 6 sep 1950)

- Kabinet natsir (6 sep ’50 – 27 april ’51)

- Kabinet sukiman (27 april ’51 – 3 april ’52)

20 des ’49 > 6 sep 1950 > 27 april ’51 > 3 april ’52

19 april 1953 Beliau wafat pada umur 39 tahun di makamkan di dekat makam ayahnya di
pemakaman ponpes tebu ireng

Pendidikan - Mulai kecil belajar pada ayahnya di tebu ireng

- Pada usia 13 tahun belajar dengan kiai khozin di pondok siwalan panji, sidoarjo

- Umur 15 tahun sudah menguasai bahasa arab

- Pendiri IKPI (ikatan pelajar islam) dan mendirikan perpusatakaan dengan koleksi 1000 buah
buku.

Jasa beliau - Mulai usia 24 tahun aktif dalam jamiyah NU

- Menyarankan pada jepang agar melatih para santri militer sehingga terbentuklah Hizbullah
pada 14 oktober 1944

- Perintis dan pelopor berdirinya IAIN seluruh indonesia


6. K. H. Achmad Siddiq (peletak dasar khittah NU)

Tahun Riwayat hidup K.H. Achmad Siddiq

24 januari 1926 Beliau lahir di jember, putra bungsu dari K.H. Muhammad Siddiq

1948 Terpilih sebagai Rois ‘aam PBNU

1955 Menjadi anggota DPR fraksi NU

1971 Menjadi anggota DPR RI, anggota DPA, dan BPPN (badan pertimbangan pendidikan nasional)

1977 Aktif memimpin ponpes asshidiqiyyah di jember

23 januari 1991 Beliau wafat dan disemayamkan di makam aulia K.H. Hamim jazuli di desa mojo

1955 Beliau dapat penghargaan pahlawan nasional dengan julukan “bintang maha putra
nararaya”

Jasa beliau - Menjadi koordinator GPII (gerakan pemuda indonesia) tahun 1945

- Pada muktamar ke-27 di situbondo beliau terpilih menjadi rois aam PBNU

- Pemrakarsa konsep khittah NU dan fikroh nahdliyyah bahwa NU menerima asas pancasila,
konsep ukhuwah NU.

7. K. H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur/kolumnis dan ketua PBNU)

Tahun Riwayat hidup Gus Dur

4 agustus 1940 Beliau lahir di denanyar, jombang, ayahnya adalah K.H. wahid hasyim

1953 Beliau memulai pendidikannya di jakarta

1979 Beliau masuk jajaran NU atas desakan kakeknya Bisri Syamsuri yang saat itu menjadi rois
aam PBNU, dan beliau jadi wakil khotib aam.

1984-1989-1994-1999 Menjadi ketua umum PBNU dalam tiga periode

2001 Menjadi presiden RI yang ke-4

Pendidikan - 1953, memulai pendidikan di jakarta

- 1956, meneruskan di SMEP gowangan yogyakarta sambil mondok

- 1959, mengajar di Mu’alimat tambak beras jombang.

- 1960, beliau melanjutkan pendidikan di al azhar mesir dan pindah ke fakultas sastra di
baghdad, irak.

- 1970-an, beliau aktif di PPI timur tengah

- 1972-1974, menjadi dekan di fakultas ushuliddin universitas hasyim asy’ari.

- 1974-1979, menjadi sekertaris pesantren tebu ireng.


- Beliau mendapat penghargaan “Ramoon Magsyaesyae” dari filiphina dan yayasan simon perez
israel.

- Beliau juga menjadi salah seorang presiden WRCP (persatuan agama-agama sedunia)

- Dalam masa kepemimpin beliau memprakarsai berdirinya partai kebangkitan bangsa (PKB)

8. Dr. K. H. Sahal Mahfud, MA.

17 desember 1937 Beliau lahir di desa kajen, margoyoso, pati. Beliau merupakan keturunan dari
kiai Mtamakin

Pendidikan - Beliau belajar semasa kecil dengan orang tuanya

- 1949, beliau tamat MI

- 1953, beliau tamat dari Mts. Mattoliul falah, lalu melanjutkan ke ponpes Bendo, kediri

- 1957-1960, beliau mondok di pondok sarang, rembang di bawah asuhan kiai Zubair

- 1966-1970, jadi dosen mata kuliah takhosus fiqih

- 1974-1976, menjadi staf pengajar di universitas cokro aminoto pati

- 1982-1985, menjadi dosen fakultas syariah IAIN walisongo

- 1989 menjadi rektor universitas islam NU jepara.

- 2003 memperoleh gelar doctor honoris causa (DRHC) dari universitas islam negeri jakarta

1984 Terpilih menjadi rois syuriah PBNU

1999-2004-2009 Terpilih menjadi rais aam PBNU

1981-wafat Menjadi ketua MUI pusat, dan menjadi pengasuh ponpes maslahul huda kajen
margoyoso pati

9. Dr. K. H. A. Hasyim Muzadi

Tahun Riwayat hidup Dr. K. H. A. Hasyim Muzadi

8 agustus 1944 Beliau lahir di Tuban, adik dari K.H. Muchid muzadi, anak seorang pedagang
tembakau yang sukses

Pendidikan - 1953, masuk di MI Tuban lalu melanjutkan di SD

- 1955, belajar di SMPN I Tuban kemudian ke KMI Gontor Ponorogo, kuliah di fakultas tarbiyah
IAIN Malang (sekarang UIN Malang)

- 2006Mendapat gelar Honoris Causa dari IAIN Sunan Ampel surabaya dalam bidang peradaban
islam
- 1999, ketua PBNU dan di tahun 2004

- Beliau adalah ketua umum yang paling banyak ke luar negeri untuk mengenalkan NU pada
international. Hasilnya adalah banyaknya anak-anak NU yang mendapat beasiswa dari dunia
international

- Pelopor diselenggarakannya ICIS (international Conference Islamic Schoolar) di jakarta 2004.


ICIS ini dinilai sebagai penjelmaan dari komite Hijaz II di abad modern. Cuma bedanya kalau komite
Hijaz I mengemban penyelamatan aswaja dari ancaman Wahabi yang dikembangkan raja ibnu Saud,
sedangkan ICIS bermisi menyelamatkan ekstrim kanan dan kiri yang dikembangkan negara-negara
barat dan timur tengah.

PERANAN NAHDLATUL ULAMA DALAM

MEMPERJUANGKAN BERDIRINYA NEGARA RI

oleh: Arini Nur Khasanah

siswi kelas X 2 tahun ajaran 2014/2015

Peranan Nahdlatul ulama pada masa penjajahan Belanda dapat dilihat pada Muktamar Nahdlatul
Ulama ke 2 di Banjarmasin pada tahun 1936. pada saat itu ditetapkan kedudukan Hindia Belanda
(Indonesia) sebagai Dar Al-Salam, yang menegaskan keterkaitan Nahdlatul Ulama dengan nusa
bangsa. Pada perkembangan selanjutnya, tokoh – Tokoh Nahdlatul Ulama mulai terlibat secara aktif
dalam dunia politik. Hal ini terlihat pada sat tokoh – tokoh Nahdlatul ulama ikut memprakarsai
lahirnya majelis islam A’la Indonesia (MIAI) pada tahun 1937, yang kemudian dipimpin oleh K.H
Abdul Wachid Hasyim. MIAI pada dasarnya bergerak di bidang keagamaan, namun dalam setiap
aktivitasnya sarat denbgan muatan politik.

Pada masa penjajahan Belanda sikap Nahdlatul Ulama jelas, yaitu menerapkan politik non
cooperation (tidak mau kerjasama) dengan belanda. Untuk menanamkan rasa benci kepada
penjajah. Para ulama mengharamkan segala sesuatu yang berbau belanda, sehingga semakin
menumbuhkan rasa kebangsaan dan anti penjajahan. Hal ini terlihat ketika Nahdlatul Ulama
menolak mendudukkan wakilnya dalam Volksraad (DPR masa belanda) Disamping itu para ulama
Nahdlatul Ulama juga memberikan fatwa kepada umat islam untuk tidak meniru pakaian model
belanda, seperti celana panjang atau pakaian berdasi, dengan sebuah landasan (qaul) Artinya :
barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia menjadi bagian dari mereka. Nahdlatul Ulama
mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia adapun isi resolusi jihad tersebut adalah :

1. Kemerdekaan RI yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 wajib di pertahankan.


2. Republik Indonesia sebagai satu – satunya pemerintah wajib dibela dan dipertahankan

3. Umat Islam Indonesia terutama warga Nahdlatul Ulama wajib mengangkat senjata melawan
penjajah Belanda dan kawan – kawannya yang hendak menjajah Indonesia kembali

4. Kewajiban itu adalah suatu jihad yang menjadi kewajiban Umar Islam yang berada dalam radius
km tersebut. Resolusi jihad yang dikeluarkan oleh Nahdlatul Ulama berdampak besar di Jawa Timur.
Pada tanggal 10 Nopember 1945 di Surabaya. Dalam rangka mempertahankan kemerdekaan
tersebut terbentuklah organisasi – organisasi perlawanan terhadap belanda antara lain Hisbullah
dan Sabilillah KH. Abdul Wahid Hasyim dan beberpa ulama lain masuk sebagai anggota Chuo Sangi-in
(parlemen buatan jepang).Jepang mengizinkan Nahdlatul Ulama diaktifkan kembali dan pada bulan
September 1943 permintaan tersebut dikabulkan.

Pada akhir Oktober 1943 Perjuangan diplomasi terus ditingkatkan melalui berdirinya wadah
perjuangan baru bagi umat Islam Indonesia yang bernama (Majelis Syura Muslim Indonesia)
MASYUMI. Masyumi adalah kelanjutan dari MIAI yang di bubarkan jepang. Sementara di bidang
politik, selain aktif dalam Masyumi KH. Abdul Wahid Hasyim juga duduk sebagai pimpinan tertinggi
Shumubu (kantor urusan agama) menggantikan KH. Hasyim Asy;ari Shumubu pada awalnya dipimpin
oleh kolonel Horrie yang bertugas mengawasi secara ketat organisasi – organisasi islam. Terutama
terhadap pendidiklan Islam. Sikap menentang keras Nahdlatul Ulama terhadap Jepang terlihat ketika
ada perintah untuk melakukan seikare (ritual penghormatan kepada Tenno Heika dengan posisi siap
membungkukkan badan 90 derajat semacam rukuk dalam sholat). KH. Hasyim Asy’ari menyerukan
kepadaseluruh umat Islam khususnya warga Nahdlatul Ulama untuk tidak melakukan seikere karena
hukumannya haram..

KH. Abdul Wahid Hasyim tidak henti – hentnya mengadakan kontak dengan para tokoh nasionalis
guna mendesak Jepang segera mewujudkan janji kemerdekaan yang pernah diucapkan. Perjuangan
mereka berhasil hingga pada tanggal 29 April 1945 dibentuk Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai Badan
Penyelidik usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Selanjutnya KH. Abdul Wahid Hasyim
juga terlibat aktif dalam perumusan konstitusi dan dasar negara bersama tokoh lain yaitu Soekarno,
Mohammad Hatta, muhammad yamin, achmad Soebardjo, Abikoeseno Tjokrosoejoso, H. Agus Salim
AA Maramis dan Abdul Kahar Muzakkir yang disebut panitia sembilan. Mereka membubuhkan tanda
tangannya pada piagam jakarta pada tanggal 22 Juni 1945. Preambule atau pembubukan Undang –
Undang Dasar dalam naskah pembukaan itulah disebutkan bahwa pancasila menjadi dasar negara
Indonesia. Telah menjadi salah satu bukti bahwa Nahdlatul Ulama memiliki semangat nasionalisme
yang tinggi

Anda mungkin juga menyukai