Anda di halaman 1dari 3

Organisasi Wanita Pada Masa Pergerakan Nasional

Tercapainya kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari peran serta organisasi wanita.
Mereka adalah salah satu kelompok pejuang Indonesia yang memberi kontribusi penting dalam
hal pembentukan mental bangsa.
Tujuan perjuangan gerakan wanita adalah mencapai persamaan derajat, pengakuan, dan
perlindungan terhadap hak-haknya.

Organisasi-organisasi wanita pada masa pergerakan nasional antara lain:

1. Putri Mardika

Putri Mardika adalah organisasi wanita tertua dan merupakan bagian dari Budi Utomo.
Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tahun 1912, yang bertujuan untuk memberikan bantuan,
bimbingan dan penerangan kepada wanita-wanita pribumi dalam menuntut pelajaran dan dalam
menyatakan pendapat di muka umum.
Kegiatan di dalam organisasi ini antara lain memberikan beasiswa untuk menunjang
pendidikan dan menerbitkan majalah wanita bulanan Putri Mardika.
Tokoh-tokoh yang terlibat dalam organisasi ini adalah R.A Sabarudin, R.A Sutinah
Joyopranoto, R.A Rukmini, dan Sadikun Tondokusumo.

2. Kartini Fonds (Dana Kartini)

Organisasi ini didirikan oleh Tuan dan Nyonya C. Th. Van Deventer, tokoh politik etis.
Salah satu usahanya adalah mendirikan sekolah-sekolah, misalnya: Sekolah Kartini di Jakarta,
Bogor, Semarang (1913), setelah itu di Madiun (1914), Malang dan Cirebon (1916), Pekalongan
(1917), Subabaya dan Rembang.

3. Kautamaan Istri

Organisasi ini berdiri sejak tahun 1904 di Bandung, yang didirikan oleh R. Dewi Sartika.
Pada tahun 1910 didirikan Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan mengajar anak gadis agar
mampu membaca, menulis, berhitung, punya keterampilan kerumahtanggaan agar kelak dapat
menjadi ibu rumah tangga yang baik. Kegiatan ini kemudian mulai diikuti oleh kaum wanita di
kota-kota lainnya, yaitu Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, dan Padang Panjang.

4. Kerajinan Amal Setia (KAS)

KAS didirikan di Kota Gadang Sumatra Barat oleh Rohana Kudus tahun 1914.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendidikan wanita, dengan mengajarkan cara-cara
mengatur rumah tangga, membuat barang-barang kerajinan tangan beserta cara pemasarannya.
Pada tahun itu juga, KAS berhasil mendirikan sekolah wanita pertama di Sumatera sebelum
terbentuknya Diniyah Putri di Padangpanjang.

5. Aisyiah (1917)

Aisyiah didirikan pada 22 April 1917 dan merupakan bagian dari Muhammadiyah.
Pendirinya adalah H. Siti Walidah Ahmad Dahlan. Kegiatan utamanya adalah memajukan
pendidikan dan keagamaan bagi kaum wanita, memelihara anak yatim, dan menanamkan rasa
kebangsaan lewat kegiatan organisasi agar kaum wanita dapat mengambil peranan aktif dalam
pergerakan nasional.
6. Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT)

PIKAT didirikan pada bulan Juli 1917 oleh Maria Walanda Maramis di Menado,
Sulawesi Utara. Tujuannya: memajukan pendidikan kaum wanita dengan cara mendirikan
sekolah-sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon pendidik anak-anak perempuan yang telah
tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya diajari cara-cara mengatur rumah tangga yang baik,
keterampilan, dan menanamkan rasa kebangsaan.

7. Organisasi Kewanitaan Lain

Organisasi Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak, antara lain: Pawiyatan Wanita di
Magelang (1915), Wanita Susila di Pemalang (1918), Wanita Rukun Santoso di Malang, Budi
Wanita di Solo, Putri Budi Sejati di Surabaya (1919), Wanita Mulya di Yogyakarta (1920),
Wanita Katolik di Yogyakarta (1921), PMDS Putri (1923), Wanita Taman Siswa (1922), dan
Putri Indonesia (1927).

8. Kongres Wanita Indonesia

a. Kongres Perempuan

Kongres Perempuan adalah kongres pertama yang diadakan oleh wanita Indonesia.
Kongres ini diadakan di Yogyakarta tanggal 22 Desember 1928. Tema pokok yang dibahas
adalah menggalang persatuan dan kesatuan antara organisasi wanita Indonesia yang pada saat itu
masih bergerak sendiri-sendiri.
Kongres ini telah berhasil mendirikan suatu badan yang menjadi wadah pemufakatan dan
musyawarah dari berbagai perkumpulan di Indonesia, yaitu Perikatan Perkumpulan Perempuan
Indonesia (PPPI).

b. PPPI (Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia)

Diadakan di Jakarta tanggal 28-31 Desember 1929. Pada Kongres ini isu yang diangkat
sebagai pembahasan di antaranya adalah masalah kedudukan dan peran sosial dan ekonomi
perempuan, peran dan kedudukan perempuan dalam perkawinan, dan kehidupan dalam keluarga.
Pada kongres ini diputuskan juga mengganti nama PPPI menjadi Perikatatan Perkumpuan
Istri Indonesia (PPII). Agar tidak nampak bahwa perkumpulan ini sebagai satu perkumpulan
atau unity, melainkan hanya bersifat federasi atau gabungan.

c. PPII (Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia)

Kongres ini diadakan di Surabaya pada tanggal 13-18 Desember 1930. Dalam kongres ini
diputuskan bahwa :

I. Mendirikan Badan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak-anak


(BPPPA) yang diketuai oleh Ny. Sunarjati Sukemi;
II. Mengirim utusan ke Kongres Perempuan Asia yang akan diadakan 19-23 Januari
1931 di Lahore, India, yaitu Ny. Santoso dan Nn. Sunarjati.

d. Kongres Perempuan Indonesia

Kongres Perempuan Indonesia menjadi badan tetap yang melakukan pertemuan secara
berkala. Didirikan Badan Kongres Perempuan Indonesia untuk mengkoordinasi undangan
pertemuan. Dengan berdirinya badan tersebut maka PPII dibubarkan.

Anda mungkin juga menyukai