Anda di halaman 1dari 10

Amanat yang Terkandung dalam Trilogi Cerpen Penembak Misterius Karya

Seno Gumira Ajidarma

Marsella Wahyu Dwi Wulandari

PENDAHULUAN

Seno Gumira Ajidarma merupakan salah satu wartawan sekaligus penulis dan
sastrawan kenamaan Indonesia. Ia mulai aktif berkecimpung di dunia kepenulisan
sekitar tahun 1975 ketika usianya baru menginjak 17 tahun. Kecintaannya pada
sastra membawanya untuk terus menulis dan melahirkan berbagai karya
fenomenal yang masih terus diingat hingga kini.
Gaya kepenulisan Seno Gumira Ajidarma yang kerap kali memasukkan unsur
politik dan kritik sosial membuat sebagian besar cerpen maupun karya sastra lain
yang ia ciptakan sarat akan hal-hal yang berkaitan dengan politik dan kritikan.
Salah satu karyanya yang menyentil kondisi politik dan keamanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia ketika berada di bawah pimpinan Presiden Soeharto
adalah trilogi cerpen yang berjudul Penembak Misterius. Trilogi cerpen ini terdiri
atas tiga cerpen yang berjudul Keroncong Pembunuhan, Bunyi Hujan di Atas
Genting, dan Grhhh! Ketiga cerpen tersebut merupakan cerita yang berdiri secara
terpisah, namun memiliki jalan cerita yang apabila dicermati lebih dalam memiliki
sebuah keterkaitan.
Trilogi cerpen ini merupakan salah satu karya fenomenal dan berani dari Seno
Gumira Ajidarma. Trilogi cerpen ini tidak hanya menghibur para pembacanya,
namun juga membagikan sejarah dan keluh kesah yang terjadi pada bangsa
Indonesia ketika berada di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, selain itu
trilogi cerpen ini juga mengajak kita untuk berani mengkritik dengan cara yang
lebih “elegan dan terhormat” terutama bagi mahasiswa maupun pelajar dengan
latar belakang pendidikan bahasa ataupun sastra.
Penelitian ini mengangkat dua rumusan masalah yang menjadi pokok
pembahasan yaitu amanat yang terkandung dalam Trilogi Cerpen Penembak
Misterius karya Seno Gumira Ajidarma dan amanat di luar muatan politik yang
terkandung dalam trilogi cerpen tersebut. Amanat yang terkandung dalam trilogi
cerpen ini pastilah didominasi oleh muatan politik sesuai dengan tujuan Seno
Gumira Ajidarma menciptakan karya fenomenal ini. Namun, di luar dominasi
muatan politik tersebut pastilah terdapat amanat dalam ranah lain seperti
kemanusiaan, moral, dan martabat manusia yang penting untuk diketahui oleh
para pembaca. Amanat di luar muatan politik tersebut penting untuk diketahui
oleh pembaca supaya tidak menimbulkan persepsi negatif terhadap pemerintahan
Soeharto.

Amanat yang terkandung dalam trilogi cerpen ini bermanfaat sebagai


tambahan pengetahuan sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu,
lewat amanat dan realita yang disajikan dalam trilogi ini kita dapat berkaca dan
belajar dari kesalahan agar tidak mengulang kesalahan yang sama dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang tertulis di atas, maka dapat


dirumuskan bahwa masalah yang akan menjadi pokok bahasan dalam artikel ini
adalah (1) apa amanat yang terkandung dalam trilogi cerpen berjudul Penembak
Misterius karya Seno Gumira Ajidarma? (2) apa saja amanat di luar muatan
politik yang dapat diambil dari trilogi cerpen berjudul Penembak Misterius karya
Seno Gumira Ajidarma?

Dengan adanya dua rumusan masalah tersebut, maka tujuan ditulisnya artikel
ini adalah (1) untuk mengetahui amanat yang terkandung dalam trilogi cerpen
berjudul Penembak Misterius karya Seno Gumira Ajidarma, dan (2) untuk
mengetahui amanat di luar muatan politik yang dapat diambil dari trilogi cerpen
berjudul Penembak Misterius karya Seno Gumira Ajidarma. Selain untuk
mengetahui amanat yang terkandung dalam trilogi cerpen tersebut, lewat
penelitian ini pembaca dapat mengetahui sejarah Negara Kesatuan Republik
Indonesia ketika berada di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.
KAJIAN TEORI

a. Pengertian Cerpen
Cerita pendek atau lebih dikenal dengan cerpen merupakan kisahan
pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan
dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika)
(KBBI Online). Sedangkan Sumardjo dan Saini K.M. (1994: 30) mendefinisikan
cerpen berdasarkan makna katanya, yaitu cerita berbentuk prosa yang relatif
pendek. Kata „pendek‟ dalam batasan ini tidak jelas ukurannya. Ukuran pendek di
sini diartikan sebagai: dapat dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu
jam. Dikatakan pendek juga karena genre ini hanya mempunyai efek tunggal,
karakter, plot, dan “setting” yang terbatas, tidak beragam dan tidak kompleks.
b. Pengertian Trilogi
Pengertian trilogi menurut KBBI Online adalah karya sastra yang terdiri
atas tiga satuan yang saling berhubungan dan mengembangkan satu tema.
Sehingga trilogi cerpen dapat diartikan sebagai sebuah karya sastra berupa
kumpulan cerpen yang di dalamnya memuat tiga cerpen dengan tema yang sama
atau memiliki keterkaitan jalan cerita. Selain memiliki tema atau pun jalan cerita
saling berkaitan satu sama lain, amanat yang terkandung pun saling berkaitan dan
dapat disimpulkan menjadi satu. Trilogi dapat diterbitkan secara terpisah dalam
surat kabar, majalah, atau media penerbitan lainnya dan bisa juga diterbitkan
dalam satu buku beserta cerpen pelengkap lainnya.
c. Pengertian Amanat
Amanat merupakan Amanat merupakan bagian keseluruhan dialog dan
pokok cerita. Sebuah karya sastra ada kalanya dapat memberikan suatu ajaran
moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat terdapat pada
sebuah karya sastra secara implisit atau secara eksplesit. Implicit, jika jalan keluar
atau ajaran moral itu disiratkan dalam tinkah laku tokoh menjelang cerita
berakhir. Eksplesit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan
seruan, saran peringatan, nasehat, anjuran, larangan dan sebagainya berkenaan
dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman, 1986:24). Sejalan dengan
pernyataan tersebut, Esten (2000:22-23) menyatakan amanat merupakan
pemecahan peroalan yang terkandung dalam tema yang menyebutkan amanat
merupakan unsur yang dominan dalam sebuah cerita dan memberikan arti kepada
seluruh cerita di dalamnya. Hal ini tentunya dapat terlihat melalui pandangan
hidup dan cita-cita pengarang. Amanat dapat diungkapkan secara eksplesit
(terang-terangan) dan dapat pula secara implisit (tersirat). Bahkan ada amanat
yang tidak tamat sama sekali.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian berjudul “Amanat yang Terkandung dalam Trilogi Cerpen
Penembak Misterius Karya Seno Gumira Ajidarma” ini termasuk dalam penelitian
kualitatif. Artinya hasil dari penelitian ini berupa pemaparan atau pendeskripsian
amanat yang terkandung dalam trilogi cerpen Penembak Misterius karya Seno
Gumira Ajidarma, dan bukan berupa angka-angka. Data-data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa fakta-fakta atau gambaran-gambaran yang berbentuk
kutipan kata, kalimat, atau frasa dari teks trilogi cerpen Penembak Misterius.

Sumber data yang digunakan adalah teks trilogi cerpen Penembak


Misterius karya Seno Gumira Ajidarma. Trilogi cerpen Penembak Misterius ini
terdiri atas tiga cerpen yang diterbitkan oleh Harian Kompas secara terpisah.
Ketiga cerpen tersebut berjudul Keroncong Pembunuhan (3 Februari 1985), Bunyi
Hujan di Atas Genting (28 Juli 1985), dan Grhhh! (18 Januari 1987). Trilogi ini
kemudian diterbitkan ulang dalam bentuk buku oleh penerbit Grafitti pada tahun
1993 beserta beberapa cerpen tambahan.

Teknik penelitian yang digunakan adalah studi pustaka. Teknik ini


dilakukan dengan cara menelaah karya sastra menjadi sumber data penelitian.
Peneliti berkedudukan sebagai perencana, pelaksana, penganalisis, dan penafsir
data. Alat yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah catatan berisi
kutipan kata, kalimat, dan frasa.

Teknis analisis data yang dilakukan antara lain sebagai berikut: 1)


membaca kembali trilogi cerpen Penembak Misterius, 2) mencatat kata, kalimat,
atau frasa yang dirasa mengandung amanat secara umum maupun amanat diluar
muatan politik, 3) mendeskripsikan dan menginterpretasikan setiap data, 4)
menyimpulkan hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan


beberapa amanat, baik yang bermuatan politik maupun yang di luar muatan politik
yang terdapat pada masing-masing cerpen dalam trilogi ini. Hasil penelitian
tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

a. Amanat yang terkandung dalam cerpen Keroncong Pembunuhan.


1) Amanat bermuatan politik:
Seorang bawahan harus menuruti segala perintah dan kemauan orang
yang lebih berkuasa.
Pada teks cerpen berjudul Keroncong Pembunuhan, digambarkan
tokoh utama yaitu seorang pembunuh bayaran sedang membidik
sasaran dan menunggu komando dari atasannya. ‘Agak tegang juga
aku menunggu perintah menembak. Itulah repotnya selalu bekerja
berdasarkan kontrak. Tidak bisa seenaknya sendiri. Aku dibayar untuk
mengarahkan garis silang teleskop senapanku pada tempat yang paling
mematikan, untuk kemudian menekan pelatuknya. Aku selalu
mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku tidak membunuh orang,
aku hanya membidik dan menekan pelatuk’.
2) Amanat di luar muatan politik:
Dalam melakukan segala sesuatu, perlu mempertimbangkan segalanya
dengan matang dan tidak mengabaikan suara hati.
Pada teks cerpen Keroncong Pembunuhan, digambarkan sang
pembunuh bayaran ragu-ragu terhadap targetnya. Ia menilai dari
tampilan fisik dan tatapan mata targetnya tidak ada tanda-tanda bahwa
ia merupakan seorang pengkhianat atau orang yang ingin berbuat jahat.
‘Dan aku menatap mata orang itu. Astaga. Benarkah dia seorang
pengkhianat?
 “Kau tidak keliru? Benarkah ia seorang pengkhianat?” Begitulah
bentuk keraguan si pembunuh bayaran setelah mengamati targetnya.

b. Amanat yang terkandung dalam cerpen Bunyi Hujan di Atas Genting:


1) Amanat bermuatan politik:
Seorang penguasa bebas meminta apa saja dan menyuruh anak
buahnya untuk mengabulkan keinginannya, termasuk dalam hal HAM.
Dalam teks cerpen Bunyi Hujan di Atas Genting, digambarkan
bahwa para pelaku penembakan preman-preman bertato tidak
membunuh targetnya hanya dengan sekali tembakan, namun beberapa
kali tembakan. Tokoh utama dalam cerpen ini yang bernama Sawitri
menafsirkan hal tersebut dimaksudkan hanya untuk memberikan rasa
sakit terhadap para preman bertato itu sebelum ditembak mati.
‘ Sawitri kadang-kadang merasa penembak orang bertato itu memang
sengaja merusak gambarnya. Sebenarnya mereka bisa menembak
hanya di tempat yang mematikan saja, tapi mereka juga menembak di
tempat-tempat yang tidak mematikan. Apakah mereka menembak di
tempat-tempat yang tidak mematikan hanya karena ingin membuat
orang-orang bertato itu kesakitan? Di tempat-tempat yang tidak
mematikan itu kadang-kadang terdapat gambar tato yang rusak karena
lubang peluru’.
2) Amanat di luar muatan politik:
Rasa cinta terhadap seseorang menimbulkan kekuatan untuk
menunggu hingga bertemu satu sama lain.
Dalam teks cerpen Bunyi Hujan di Atas Genting, digambarkan
sang tokoh utama yang bernama Sawitri masih menunggu kekasihnya
yang sorang preman bertato bernama Pamuji. Ia selalu memperhatikan
mayat-mayat preman bertato yang selalu tergeletak di gang depan
rumahnya sambil berharap bahwa mayat itu bukan Pamuji.
‘Ia tidak selalu berhasil melihat wajahnya karena kadang-kadang
mayat itu sudah terlanjur ditutup kain. Tapi Sawitri cukup lega kalau
sudah melihat sebagian saja dari mayat itu, apakah kakinya, tangannya
atau paling sedikit tatonya’.

c. Amanat yang terkandung dalam cerpen Grhhh!


1) Amanat bermuatan politik:
Seringkali, seorang penguasa mengambil keputusan atau melakukan
sesuatu hanya untuk mendapatkan pujian atau perhatian publik.
Pada teks cerpen Grhhh! digambarkan bahwa Reserse Sarman
berharap namanya akan disebutkan dalam kolom berita yang memuat
aksinya menumpas mayat hidup.
‘Reserse Sarman membaca berita itu sambil menggeleng-gelengkan
kepala.
“Terlalu. Masak namaku secuil pun tidak disebut-sebut. Pers sekarang
terlalu membesar-besarkan persoalan yang tidak penting, sambil
menutup-nutupi masalah sebenarnya. Coba, mana disebut kerja keras
petugas? Aku sudah bekerja siang malam tanpa istirahat, eh, potret si
mayat hidup yang dimuat. Mending kalau cakep! Masyarakat juga
brengsek selalu menghina polisi. Malah memuja-muja polisi di film
Barat. Maknyadirodog!”
2) Amanat di luar muatan politik:
Kewajiban dalam bekerja harus lebih diutamakan daripada
kenyamanan pribadi.
Pada teks cerpen Grhhh! digambarkan bahwa Reserse Sarman
segera meninggalkan kopinya yang nikmat ketika mendapatkan
perintah untuk segera menuju tempat terjadinya kerusuhan.
‘Kopinya masih berkepul, namun Reserse Sarman telah melesat pergi.
Kenikmatan sejenak di warung itu mesti dilepasnya kembali.
Senyuman Markonah yang telah lama menghunjam hatinya harus
dilupakan sementara. Eh, demikian nian hidup, batin Reserse Sarman.
Diburu peristiwa dari saat ke saat, setiap kali menarik napas di
permukaan segera terbenam dalam persoalan kembali’.

SIMPULAN
Amanat bermuatan politik dari ketiga cerpen tersebut sangat menonjolkan
sikap penguasa yang cenderung negatif. Hal tersebut dikarenakan cerpen ini
dibuat oleh Seno Gumira Ajidarma sebagai media untuk mengkritik kinerja
pemerintah yang saat itu dipegang oleh Presiden Soeharto. Oleh karena itu, tokoh-
tokoh yang dianggap mewakili pemerintah dalam trilogi cerpen ini selalu
digambarkan oleh sosok yang berkuasa atas hidup orang lain dan memiliki sifat
yang dingin dan kejam. Namun di luar amanat-amanat bermuatan politik tersebut,
ada pula amanat-amanat yang tidak mengandung unsur politik. Amanat-amanat
tersebut sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, namun seringkali tidak
disadari.

DAFTAR RUJUKAN
Halimah. 2019. Pembelajaran Apresiasi Cerpen. Universitas Pendidikan
Indonesia: Bandung.

Nuraeni, I. (2017). Analisis Amanat Dan Penokohan Cerita Pendek Pada Buku
’’Anak Berhati Surga” Karya MH. Putra Sebagai Upaya Pemilihan Bahan
Ajar Sastra Di SMA. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia & Bahasa.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. https://kbbi.web.id/cerpen diakses pada


19 November 2019.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. https://kbbi.web.id/trilogi diakses pada 19


November 2019.

Anda mungkin juga menyukai