Anda di halaman 1dari 18

PROSES PENGULANGAN KATA BENDA DAN KATA KERJA

Disusun untuk memenuhi tugas Morfologi

Disusun Oleh:

1. Sekar Trisna Wijayanti (181224057)

2. Marsella Wahyu Dwi Wulandari (181224068)

3. Linda (181224109)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Proses
Pengulangan Kata Benda dan Kata Kerja ini dengan baik dan tepat waktu. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya
dan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
proses pembuatan makalah selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan dapat membantu proses pembelajaran,
khususnya pada materi pengulangan kata benda (nomina) dan kata kerja (verba).

Yogyakarta, 27 Oktober 2019

Tim Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan ...................................................................................... 3

2.1 Proses Pengulangan (Reduplikasi) ............................................................ 3

2.2 Proses Pengulangan Kata Benda (Nomina) ............................................... 9

2.3 Proses Pengulangan Kata Kerja (Verba) ................................................... 11

BAB III Penutup ............................................................................................ 14

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14

3.2 Saran .......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata benda (nomina) dan kata kerja (verba) merupakan jenis kata yang
paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua jenis kata ini dapat
digunakan sebagai kata dasar maupun sebagai kata yang bermakna baru apabila
mengalami proses morfologis berupa proses afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan
akronimisasi. Reduplikasi merupakan proses pengulangan atau penurunan kata
dengan perulangan utuh maupun sebagian. Reduplikasi kata benda (nomina) dan
kata kerja (verba) dapat menyatakan makna yang berbeda tergantung kata yang
diulang dan konteksnya. Makalah ini disusun khusus untuk membahas mengenai
proes pengulangan (reduplikasi) pada kata kerja maupun pada kata benda.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan proses pengulangan (reduplikasi)?


2. Bagaimana proses pengulangan kata benda (nomina)?
3. Bagaimana proses pengulangan kata kerja (verba)?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan proses pengulangan


(reduplikasi).
2. Untuk mengetahui proses pengulangan kata benda (nomina).
3. Untuk mengetahui proses pengulangan kata kerja (verba).

1.5 Manfaat
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan proses pengulangan
(reduplikasi).
2. Dapat mengetahui proses pengulangan kata benda (nomina).
3. Dapat mengetahui proses pengulangan kata kerja (verba).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Pengulangan (Reduplikasi)

Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik,


baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Hasil pengulangan itu di sini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang
merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar
rumah, kata ulang berjalan-jalan dibentuk dari bentuk dasar berjalan. Setiap kata
ulang pasti memiliki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, mondar-mandir,
compang-camping dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan sebagai kata
ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang.

Menurut Ramlan (2009: 175-184), proses pengulangan dapat berfungsi


mengubah golongan kata dan ada yang tidak. Pada kata ulang seperti karang-
mengarang, cetak-mencetak, potong-memotong, dan jilid-menjilid, proses
pengulangan mempunya fungsi sebagai pembentuk kata nominal dari kata kerja,
dan pada kata ulang secepat-cepatnya, serajin-rajinnya, setinggi-tingginya,
sekuat-kuatnya, proses pengulangan berfungsi sebagai pembentuk kata keterangan
dari kata sifat. Tetapi pada kata binatang-binatang, rumah-rumah, pembangunan-
pembangunan, kuda-kudaan, anak-anakan, berteriak-teriak, proses pengulangan
tidak mengubah golongan kata. Proses pengulangan menyatakan beberapa makna,
yaitu:

1. Menyatakan makna ‘banyak’.


Mari kita bandingkan kata rumah dengan kata rumah-rumah dalam dua
kalimat berikut:
Rumah itu sudah sangat tua.
Rumah-rumah itu sudah sangat tua.

3
Kata rumah pada kalimat pertama menyatakan ‘sebuah rumah’, sedangkan
kata rumah-rumah dalam kalimat kedua menyatakan ‘banyak rumah’. Hal
tersebut berlaku juga untuk :
a. Bintang-binatang : ‘banyak binatang’
b. Pembangunan-pembangunan : ‘banyak pembangunan’
c. Petualangan-petualangan : ‘banyak petualangan’

Makna ‘banyak’ tidak selalu dinyatakan dengan pengulangan-


pengulangan. Misalnya pada kalimat:
a. Beberapa orang anggota DPR mengadakan peninjauan terhadap
pembangunan rumah penduduk.
b. Rumah penduduk banyak yang rusak akibat bencana gempa bumi yang
melanda wilayah tersebut.

Kata rumah pada dua kalimat di atas sudah menunjukkan makna ‘banyak’,
sehingga tidak perlu diulang menjadi rumah-rumah.

2. Menyatakan makna ‘banyak’


Makna ‘banyak’ di sini tidak berhubungan dengan bentuk dasar,
melainkan berhubungan dengan kata yang ‘diterangkan’. Kata yang
‘diterangkan’ tersebut berada pada tataran frase yang menduduki fungsi
sebagai unsur pusat, misalnya kata rumah besar-besar, dan pada tataran
klausa menduduki fungsi sebagai subyek, misalnya kata rumah pada
klausa rumah itu besar-besar. Jadi, pengulangan kata besar-besar
menyatakan makna ‘banyak’ bagi kata yang diterangkan yakni rumah.
Contoh lain misalnya:
a. Mahasiswa itu pandai-pandai.
b. Pohon di tepi jalan itu rindang-rindang.
c. Pohon yang rindang-rindang itu pohon beringin.

4
3. Menyatakan makna ‘tak bersyarat’
Mari kita perhatikan kalimat berikut ini:
Jika tidak hujan, saya akan datang.
‘Kedatangan saya’ mempunyai syarat yaitu apabila tidak hujan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kata jika dalam kalimat tersebut
menyatakan makna ‘syarat’. Namun sebaliknya dalam kalimat
Meskipun hujan, saya akan datang.
‘Kedatangan saya’ tidak bersyarat, sehingga kata meskipun memiliki
makna ‘tak bersyarat’.
Dalam kalimat
Jambu-jambu mentah dimakannya.
Pengulangan kata jambudapat digantikan dengan kata meskipun sehingga
menjadi:
Meskipun jambu mentah, dimakannya.
Jadi, pengulangan kata jambu memiliki makna yang sama dengan kata
meskipun yaitu makna ‘tak bersyarat’. Contoh lainnya adalah:
a. Duri-duri diterjang : ‘meskipun duri, diterjang’
b. Darah-darah diminum : ‘meskipun darah, diminum’

4. Menyatakan makna ‘yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk


dasar’. Dalam hal ini, proses pengulangan berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks -an.
Misalnya:
a. Kuda-kudaan : ‘yang menyerupai kuda’
b. Gunung-gunungan : ‘yang menyerupai gunung’
c. Rumah-rumahan : ‘yang menyerupai rumah’

5
Demikian pula sepeda-sepedaan, mobil-mobilan, orang-orangan, kereta-
keretaan, dan sebagainya. Makna ‘menyerupai’ juga terdapat pada kata-
kata ulang seperti :

a. Kewanita-wanitaan : ‘menyerupai wanita’


b. Kemuda-mudaan : ‘menyerupai anak muda’
c. Kekanak-kanakan : ‘menyerupai anak-anak’
5. Menyatakan bahwa ‘perbuatan tersebut pada bentuk dasar dilakukan
berulang-ulang’. Misalnya:
a. Berteriak-teriak : ‘berteriak berkali-kali’
b. Memukul-mukul : ‘memukul berkali-kali’
c. Menyobek-nyobek : ‘menyobek berkali-kali’

Demikian pula dengan melambai-lambaikan, meraih-raih, membungkuk-


bungkuk, mengangguk-angguk, memanggil-manggil, dan lain-lain.

6. Menyatakan bahwa ‘perbuatan yang terssebut pada bentuk dasarnya


dilakukan dengan enaknya, dengan santainya, atau dengan senangnya’.
Mari kita perhatikan kata duduk-duduk dalam kalimat berikut
Seluruh anggota keluarga duduk-duduk di teras depan.
Pengulangan pada kata duduk-duduk dalam kalimat di atas menyatakan
bahwa ‘berbuatan itu dilakukan dengan enaknya, dengan santainya, dan
dengan senangnya, lagipula perbuatan tersebut dilakukan dengan tujuan
tidak tentu’, sehingga tidak mengherankan apabila kalimat di atas tidak
mungkin ditambah dengan untuk menemui tamu, misalnya menjadi
‘Seluruh anggota keluarga duduk-duduk di teras depan untuk menemui
tamu’.
Contoh-contoh lainnya:
a. Berjalan-jalan : ‘berjalan dengan santainya’
b. Minum-minum : ‘minum dengan santainya’
c. Tidur-tidur : ‘tidur dengan santainya’ atau ‘tidak benar-
benar tidur’

6
7. Menyatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu
dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai’. Dengan kata lain,
pengulangan itu menyatakan makna ‘saling’. Misalnya:
a. Pukul-memukul : ‘saling memukul’
b. Pandang-memandang : ‘saling memandang’
c. Dorong-mendorong : ‘saling mendorong’

Demikian pula bantu-membantu, tolong-menolong, tusuk-menusuk, tarik-


menarik, dan sebagainya.

Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks ber-an,


ada juga yang menyatakan makna ‘saling’. Misalnya:

a. Berpukul-pukulan : ‘saling memukul’


b. Berbalas-balasan : ‘saling berbalas’
c. Berpandang-pandangan : ‘saling memandang’

Demikian pula bersahut-sahutan, berdesak-desakan, berolok-olokan, dan


sebagainya.

8. Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut


pada bentuk dasar’. Misalnya:
a. Karang-mengarang : ‘hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan mengarang’
b. Cetak-mencetak :‘hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan mencetak’
c. Jilid-menjilid : ‘hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan menjilid’
d. Masak-memasak : ‘hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan memasak’

7
9. Menyatakan makna ‘agak’ atau ‘sedikit’
Mari kita perhatikan kalimat berikut ini
Bajunya kehijau-hijauan.
Sebenarnya, baju tersebut tidak hijau benar, melainkan hanya tampak agak
atau sedikit hijau. Jadi, pengulangan yang berkombinasi dengan
pembubuhan afiks ke-an pada kata kehijau-hijauan menyatakan makna
‘agak’ atau ‘sedikit’.
Contoh lainnya:
a. Kemerah-merahan : ‘agak merah’
b. Kehitam-hitaman : ‘agak hitam’
c. Kekuning-kuningan : ‘agak kuning’
10. Menyatakan makna ‘tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai’. Dalam
hal ini pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks se-
nya. Misalnya:
a. Sepenuh-penuhnya : ‘tingkat penuh yang paling tinggi
yang dapat dicapai’
b. Serajin-rajinnya : ‘tingkat rajin yang paling tinggi
yang dapat dicapai’
c. Sekuat-kuatnya : ‘tingkat rajin yang paling tinggi
yang dapat dicapai’

Demikan pula dengan sedalam-dalamnya, seluas-luasnya, sejauh-jauhnya,


sekecil-kecilnya, senyenyak-nyenyaknya, dan sebagainya.

11. Selain makna-makna yang telah disebutkan di atas, terdapat pula proses
pengulangan yang sebenarnya tidak mengubah arti bentuk dasarnya,
melainkan hanya menyatakan intensitas perasaan. Mari bandingkan kata
mengharapkan dengan mengharap-harapkan, membedakan dengan
membeda-bedakan, sekenyangnya dengan sekenyang-kenyangnya,
berlarian dengan berlari-larian.

8
2.2 Proses Pengulangan Kata Benda (Nomina)

Ramlan (2009: 63-64) memaparkan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang
yang termasuk dalam kata nomina berupa kata nomina. Contoh kata ulang rumah-
rumah memiliki bentuk dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan memiliki
bentuk dasar perumahan, dan kata ulang bolak-balik memiliki kata dasar balik.
Abdul Chaer (2008: 191-194) memaparkan bahwa kata benda (nomina) yang
berupa bentuk akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-an, bentuk
bersufiks -an dan berupa gabungan kata apabila direduplikasikan akan
membentuk makna gramatikal yang menyatakan: (1) banyak, (2) banyak dan
bermacam-macam, (3) banyak dengan ukuran tertentu, (4) menyerupai atau
seperti, dan (5) saat atau waktu.

Proses pembentukan makna gramatikal tersebut dipaparkan sebagai


berikut:

1. Bentuk-bentuk dasar nomina baik yang berupa akar, bentuk berprefiks pe-,
bentuk berprefiks ke-, bentuk berkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an,
bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks -an, dan berupa gabungan kata
apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramtikal ‘banyak’ apabila
memiliki komponen makna ‘terhitung’. Misalnya:
a. Pemerintah daerah akan menggusur rumah-rumah tanpa Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) itu.
b. Ketua-ketua kelas harus melapor kepada kepala sekolah.
c. Di sana terdapat pengumuman-pengumuman dari berbagai instansi
pemerintah.

Catatan: Apabila bentuk berafiks atau berupa gabungan kata ingin


ditampilkan dengan memuat makna ‘banyak’ maka sebaiknya
menggunakan adverbia seperti semua, beberapa, sejumlah, dan lain-
lain, sehingga bentuknya menjadi semua ketua kelas, beberapa rumah
tanpa IMB, dan lain-lain.

9
2. Dasar nomina, khususnya bila dalam bentuk akar apabila direduplikasikan
akan memiliki makna gramatikal ‘banyak dan bermacam-macam’ apabila
memiliki komponen makna ‘beberapa jenis’. Dalam hal ini pengulangan
disertai dengan pemberian sufiks -an. Misalnya:
a. Dulu, di daerah Pasar Minggu banyak buah-buahan.
b. Indonesia akan mengirimkan obat-obatan ke Libanon.
c. Burung ini termasuk binatang pemakan biji-bijian.
3. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk dasar apabila direduplikasikan
akan memiliki makna gramatikal ‘banyak dengan satuan tertentu’ apabila
memiliki komponen makna ‘banyak ukuran’ dan ‘banyak takaran’. Dalam
hal ini, pengulangan dilakukan dengan disertai pemberian prefiks ber-.
Misalnya:
a. Kami sudah berhari-hari belum makan.
b. Berliter-liter bensin terbuang percuma akibat kemacetan itu.
c. Polisi telah menyita berbotol-botol miras dalam razia kemarin.
4. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan
memiliki makna gramatikal ‘menyerupai’ atau ‘seperti’ apabila memiliki
komponen makna ‘beberapa bentuk tertentu’ atau ‘beberapa sifat tertentu’.
Dalam hal ini, pengulangan tersebut dilakukan disertai dengan pemberian
sufiks -an. Misalnya:
a. Adik menangis minta dibelikan mobil-mobilan.
b. Anak laki-laki suka bermain perang-perangan.
c. Di tengah sawah yang sedang menguning padinya itu terdapat orang-
orangan yang menakut-nakuti burung.

Selain beberapa contoh di atas, terdapat pula beberapa bentuk reduplikasi


nomina bermakna ‘menyerupai’ atau ‘seperti’ dalam bentuk utuh.
Misalnya:

a. Tangan-tangan kursi itu patah ketika diduduki Si Gendut.


b. Langit-langit rumah perumnas terlalu rendah.
c. Roda sepeda itu hancur jari-jarinya akibat tabrakan itu.

10
5. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar bila direduplikasikan akan
memiliki makna gramatikal ‘saat’ atau ‘waktu’ apabila memiliki
komponen makna ‘beberapa saat’. Misalnya:
a. Malam-malam begini mengapa kamu datang ke sini?
b. Pagi-pagi sekali dia sudah berangkat kerja.
c. Sejarah detik-detik kehancuran Orde Baru sudah ditulis oleh B.J.
Habibie, mantan Presiden ke-3 RI.

2.3 Proses Pengulangan Kata Kerja (Verba)

Bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk dalam golongan kata verba,
baik kata kerja maupun kata sifat berupa kata verba. Misalnya berkata-kata (kata
kerja) bentuk dasarnya berkata, menari-nari (kata kerja) bentuk dasarnya menari
(Ramlan, 2009: 63-64). Menurut Abdul Chaer (2008: 194-196), tidak semua
bentuk verba dapat direduplikasikan. Dapat atau tidaknya reduplikasi itu
tergantung pada komponen makna yang dimiliki oleh kata yang menjadi bentuk
dasar itu.

Makna gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi


terhadap dasar verba ini antara lain akan menyatakan: (1) kejadian berulang kali,
(2) kejadian berintensitas, (3) kejadian berbalasan, (4) dilakukan tanpa tujuan
(dasar), (5) hal tindakan, (6) begitu (dasar). Proses pembentukan makna
gramatikal dari proses reduplikasi kata kerja (verba) dipaparkan sebagai berikut:

1. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal


‘kejadian (tindakan) berulang kali’ apabila dasar itu memiliki komponen
makna ‘beberapa tindakan’ dan ‘tidak ada durasi’. Misalnya:
a. Dari tadi beliau marah-marah terus.
b. Mereka berlompat-lompatan ke segala arah.
c. Siapa yang berjalan sambil melirik-lirik itu?

11
Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa:

a. Bentuk dasarnya dapat berupa akar (marah), berupa kata berprefiks


me- (menembak, dan melirik) dan kata berkonfiks ber-an
(berlompatan).
b. Bentuk dasar yang semula memiliki komponen makna ‘beberapa
tindakan’ dan ‘tidak ada durasi’, setelah direduplikasikan menjadi kata
yang memiliki komponen makna ‘beberapa tindakan’ dan ‘banyak
durasi’.
2. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
‘kejadian berintensitas’ apabila dasar itu memiliki komponen makna
‘beberapa tindakan’ dan ‘banyak durasi’. Misalnya:
a. Kami berjalan-jalan mengelilingi Kebun Raya Bogor.
b. Mereka berlari-lari di halaman sekolah.
c. Orang tua itu bertanya-tanya, di mana kedua anaknya berada.
3. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
‘berbalasan’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ‘beberapa
tindakan’ dan ‘tidak ada atau sedikit durasi’ serta dalam bentuk prefiks
me- regersif. Misalnya:
a. Terjadi tembak-menembak antara gerilyawan Palestina dan tentara
Israel.
b. Kecam-mengecam terjadi di antara kedua pihak yang bertikai.
c. Kita tidak boleh salah-menyalahkan terlebih dahulu.

Catatan: Verba seperti berpelukan dan bersalaman yang sudah memiliki


makna gramatikal ‘saling me-‘ lazim juga direduplikasikan menjadi
berpeluk-pelukan dan bersalam-salaman dengan makna gramatikal yang
sama.

12
4. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
‘dilakukan tanpa tujuan (dasar)’ apabila dasar itu memiliki komponen
makna ‘beberapa tindakan’ dan ‘banyak durasi’. Misalnya:
a. Sehabis ujian, kami makan-makan di restoran itu.
b. Mari kita duduk-duduk di taman depan.
c. Ayo kita jalan-jalan sebentar.
5. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
‘hal me...’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ‘beberapa
tindakan’ dan ‘banyak durasi’ serta dalam bentuk reduplikasi berprefiks
me- regresif. Misalnya:
a. Menerima pekerjaan ketik-mengetik.
b. Dalam hal tari-menari, dia memang ahlinya.
c. Contek-menyontek sudah membudaya di kalangan pelajar.
6. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
‘begitu (dasar)’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ‘beberapa
tindakan’ dan ‘beberapa saat’. Misalnya:
a. Saya tidak sadar, tahu-tahu dia sudah berada di depan saya.
b. Kami tidak tahu sebabnya, datang-datang dia marah kepada kami.
c. Rupanya dia lapar sekali, pulang-pulang minta makan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik,


baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Hasil pengulangan itu di sini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang
merupakan bentuk dasar. Ada dua proses pengulangan yang terjadi, yaitu
pengulangan pada kata benda (nomina) dan kata kerja (verba). Ramlan (2009: 63-
64) memaparkan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk dalam kata
nomina berupa kata nomina. Contoh kata ulang rumah-rumah memiliki bentuk
dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan memiliki bentuk dasar
perumahan, dan kata ulang bolak-balik memiliki kata dasar balik. Sedangkan
pada proses pengulangan kata kerja (verba) menurut Abdul Chaer (2008: 194-
196), tidak semua bentuk verba dapat direduplikasikan. Dapat atau tidaknya
reduplikasi itu tergantung pada komponen makna yang dimiliki oleh kata yang
menjadi bentuk dasar itu.

3.2 Saran

Dalam penyajian materi mengenai proses pengulangan pada verba maupun


nomina ini, penyusun berharap agar bacaan ini bermanfaat dan pembaca dapat
memahami materi yang ada di dalamnya. Penyusun sadar akan ketidak
sempurnaan dalam makalah ini, oleh karena itu penyusun berharap adanya
masukan dari dosen pengampu dan pembaca sebagai bahan pelajaran dalam
menyusun makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan dan


Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Ramlan, M. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV.


Karyono.

15

Anda mungkin juga menyukai