CAMPUR KODE
Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori Belajar Bahasa Dosen Pengampu: Dra. Nur Amalia, M.Pd
Disusun Oleh :
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
DaftarIsi ............................................................................................................................ iii
Bab I: PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1. Latar Belakang................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah........................................................................................... 1
3. Tujuan.............................................................................................................. 1
Bab II: PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
1. Derivasi .......................................................................................................... 2
a. Jenis-Jenis Derivasi ................................................................................. 2
2. Kedwibahasaan................................................................................................ 4
a. Pembagian Kedwibahasaan...................................................................... 4
b. Diglosia Kedwibahasaan ......................................................................... 5
3. Alih Kode dan Campur Kode ......................................................................... 6
a. Alih Kode ................................................................................................. 6
b. Campur Kode............................................................................................ 7
c. Persamaan dan Perbedaan Alih Kode dan Campur Kode ........................ 8
Bab III: PENUTUP........................................................................................................... 9
1. Kesimpulan...................................................................................................... 9
2. Saran................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa penting dalam kehidupan manusia karena manusia mencapai hakekat
kemanusiaannya melalui pengembangan kompetensi bahasa, berkembang menjadi
berbudaya, dan beradab melalui bahasa. Bahasa juga sebagai sarana berpikir,
mengingat masa lalu, menyatakan masa kini, dan memprediksi masa depan. Dan
tanpa bahasa manusia tidak dapat berinteraksi dengan sesamanya. Seperti yang akan
kami bahasa dalam pembelajaran bahasa asing, kami akan menjelaskan apa itu
Derivasi,kedwibahasaan,Ahli kode dan Campur kode tersebut.
Derivasi tersebut adalah proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru
(menghasilkan kata-kata yang berbeda dari paradigma yang berbeda), Pembentukan
derivasi bersifat tidak dapat diramalkan.kedwibahasaan adalah penggunaan atau
penguasaan dua bahasa. Ahli kode adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode
yang lain.campur kode adalah proses pencampuran penggunaan dua bahasa dalam
sebuah peristiwa ujar.
2. Rumusan masalah
1. Apa itu pembelajaran bahasa asing ?
2. Apa itu pengertian dari derivasi, kedwibahasaan, ahli kode dan campur kode ?
3. Apa saja yang akan dibahas dalam makalah tersebut ?
3. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas kuliah kami
2. Untuk memambah pengetahuan kami tentang apa itu pembelajaran bahasa
asing.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1. Derivasi
Derivasi adalah adalah proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru
(menghasilkan kata-kata yang berbeda dari paradigma yang berbeda). Pembentukan derivasi
bersifat tidak dapat diramalkan. Perubahan kata kerja mendengar menjadi mendengarkan atau
melihat menjadi perlihatkan adalah derivasi tanpa mengubah kelas kata.
Kata-kata itu masih berada dalam kelas kata kerja, tetapi identitas leksikalnya atau
maknanya sudah berubah. Disamping itu juga ada derivasi yang mengubah kelas pendengar
menjadi pendengaran, melihat menjadi penglihatan dan sebagainya.
a. Jenis-jenis Derivasi
Derivasi dapat dilihat dari berbagai jenis yaitu antara lain sebagai berikut :
a) Derivasi Internal
Derivasi internal adalah proses mengubah verba tanpa mengubah kelas
katanya, namun identitas leksikalnya berubah. Bentuk yang baru ini dapat mengalami
infleksi seperti bentuk asalnya.
Misalnya: Membuat – membuatkan
Melihat – memperlihatkan
Melompat – melompatkan, melompati
Menyerah – menyerahkan
b) Derivasi Adverbal
Derivasi Adverbal adalah proses perubahan kelas kata kerja menjadi kelas-
kelas kata lain yaitu kata benda, kata sifat, atau kata tugas sebagai berikut :
1. Nomina Deverbal
Pemindahan kelas kata kerja ke kata benda dapat dilakukan dengan
mempergunakan morfem-morfem terikat. Proses ini sangat produktif dalam
bahasa indonesia.
Contohnya : Menyanyi – penyanyi, nyanyian
Mendengar – pendengar, pendengaran, kedengaran
Berjalan – pejalan, perjalanan, jalanan
Menjual – penjual, jualan, penjualan
Membaca – pembaca, pembacaan, bacaan
2. Adjektif Deverbal
Dalam beberapa kasus dan beberapa kata kerja yang sebenarnya
merupakan derivasi dari kata sifat yang dapat ditransposisiskan lagi ke dalam kata
sifat. Dalam status kata sifat tersebut dapat diperluas dengan unsur-unsur yang
biasa dikenakan pada kata sifat.
Contohnya:
Ia menyenangkan kami dengan sebuah atraksi. Setiap proses morfologis, sebuah
afiks akan termasuk infleksi kalau di dalam suatu paradigma dapat diramalkan
untuk menggantikan afiks infleksi lainnya. Dengan demikian, juga terdapat
keteraturan makna gramatikal di dalam paradigma infleksi. Ciri ciri yang
v
demikian tidak terdapat pada paradigma yang derivasi. Contohnya, paradigma dari
dasar “AMBIL”
NO A B C
2 . Kedwibahasaan
vi
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat tentang kedwibahasaan oleh para
pakar. Dalam Chaer dan Agustina (2004:165-168) para pakar menjelaskan tentang
kedwibahasaan yang didefinisikan sebagai berikut :
Robert Lado
Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir
sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa,
bagaimana tingkatnya oleh seseorang.
Francis William Mackey
Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan
kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang.
Perluasan pendapat ini dikemukakan dengan adanya tingkatan kedwibahasaan dilihat dari
segi penguasaan unsur gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam
empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Hartman dan Strok
Kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat
ujaran
Leonard Bloomfield
Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama
baiknya oleh seorang penutur. Merumuskan kedwibahasaan sebagai penguasaan yang
sama baiknya atas dua bahasa. Penguasaan dua bahasa dengan kelancaran dan ketetapan
yang sama seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.
Haugen
Kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa. Jika diuraikan secara umum maka pengertian
kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif
maupun reseptif oleh seorang individu atau masyarakat. Mengemukakan kedwibahasaan
dengan tahu dua bahasa, cukup mengetahui dua bahasa secara pasif atau understanding
without speaking.
a. Pembagian kedwibahasaan
Menurut Chaer dan agustina (20014:170) ada beberapa jenis pembagian kedwibahasaan
berdasarkan tipologi kedwibahasaan, yaitu sebagai berikut :
1. Kedwibahasaan Majemuk
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa
lebih baik dari pada kemampuan berbahasa bahasa yang lain. Kedwibahasaan ini
didasarkan pada kaitan antara B1 dengan B2 yang dikuasai oleh dwibahasawan. Kedua
bahasa dikuasai oleh dwibahasawan tetapi berdiri sendiri-sendiri.
2. Kedwibahasaan Koordinatif/Sejajar
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baik
oleh seorang individu. Kedwibahasaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1
dan B2. Orang yang sama mahirnya dalam dua bahasa.
vii
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1
sering memasukkan B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan
situasi yang dihadapi B1, adalah sekelompok kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh
masyarakat suatu bahasa yang besar sehingga masyarakat yang kecil ini dimungkinkan
dapat kehilangan B1nya.
viii
d) Aspek Interferensi
Aspek interferensi yaitu pengukuran terhadap kesalahan berbahasa yang
disebabkan oleh terbawanya kebiasaan ujaran berbahasa atau dialek bahasa
pertama terhadap kegiatan berbahasa.
2) Alih Kode
Alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode
yang lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan
bahasa Jawa. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa
(languagedependency) dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat
multilingual sangat sulit seorang penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa.
Dalam alih kode masing-masing bahasa masih cenderung mengdukung fungsi
masing-masing dan dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya. Appel
memberikan batasan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena
ix
perubahan situasi.
Suwito (1985) membagi alih kode menjadi dua, yaitu :
1. Alih Kode Ekstern. Bila alih bahasa, seperti dari bahasa Indonesia beralih ke
bahasa Inggris atau sebaliknya dan
2. Alih Kode Intern. Bila alih kode berupa alih varian, seperti dari bahasa Jawa
ngoko merubah ke krama.
B. Campur Kode
Campur kode adalah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain
untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa. Yang termasuk di dalamnya
adalah pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dsb. Campur kode adalah proses yang
sama yang digunakan untuk membuat bahasa pidgin, tetapi perbedaannya adalah
bahasa pidgin diciptakan di dalam kelompok-kelompok yang tidak menggunakan satu
bahasa yang sama, sedangkan campur kode terjadi ketika penutur multilingual
menggunakan satu bahasa yang sama atau lebih.
Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Campur Kode ke Dalam (Innercode-Mixing) adalah campur kode yang bersumber
dari bahasa asli dengan segala variasinya
2. Campur Kode ke Luar (Outer Code-Mixing) adalah campur kode yang berasal dari
bahasa asing.
Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Sikap (Attitudinal Type) yaitu latar belakang sikap penutur
x
2. Kebahasaan (Linguistik Type) yaitu latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga ada
alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan atau
menafsirkan.
Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara
peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa. Beberapa wujud campur kode :
1. Penyisipan Kata,
2. Menyisipan Frasa,
3. Penyisipan Klausa,
4. Penyisipan Ungkapan atau Idiom, dan
5. Penyisipan Bentuk Baster (gabungan pembentukan asli dan asing).
BAB III
xi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari yang telah teruraikan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa derivasi adalah
proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru (menghasilkan kata-kata yang
berbeda dari paradigma yang berbeda), Pembentukan derivasi bersifat tidak dapat
diramalkan. Perubahan kata kerja mendengar menjadi mendengarkan atau melihat
menjadi perlihatkan adalah derivasi tanpa mengubah kelas kata.
Ahli kode adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya
penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa jawa dan campur
kode terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan
mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya
Kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa, B1 (bahasa daerah) dan
B2 (bahasa nasional) atau B1 (bahasa nasional) dan B2 (bahasa asing) dalam berinteraksi
dengan orang lain. Kemampuan itu dimiliki baik secara aktif-produktif maupun secara
reseptif apa yang dituturkan orang lain. Pembagian kedwibahasaan berdasarkan tipologi
kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan majemuk, koordinatif/sejajar dan
subordinatif/kompleks. Tidak terdapat faktor tunggal yang dapat mempengaruhi
pemilihan bahasa seseorang. Hal ini membuktikan bahwa karakteristik penutur dan
lawan tutur merupakan faktor yang paling menentukan dalam pemilihan bahasa dalam
suatu masyarakat.
B. Saran
Bedasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan tersebut maka dikemukakan saran
sebagai berikut:
a. Bahasa yang telah ada pada masyarakat telah menjadi kebudayaan, kita sebagai
generasi bangsa yang menjujung tinggi nila-nilai budaya sudah seharusnya menjaga
bahasa Indonesia dan bahasa daerah itu sendiri, agar tetap dilestarikan
b. Perolehan bahasa kedua (bahasa Indonesia) merupakan sebuah kebutuhan bagi anak
ketika sedang mengikuti pendidikandilembaga formal. Sekolah merupakan rumah
kedua bagi anak-anak dan mempunyai peranan penting dalam memberikan tuturan
bahasa sebagai contoh bahasa kedua yaitu bahasa Indonesia.
c. Disarankan kepada mahasiswa, pendidik atau pemerolehan dn perkembangan bahasa
untuk melakukan penilitian serupa dengan waktu dan subjek atau populasi penelitian
yang bagus.
xii
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Derivasi#cite_note-2
xiii