Anda di halaman 1dari 13

ANEKA TINDAK KOMUNIKATIF

OLEH:
KELOMPOK 9
1.Melli pradilla 2211111030
2.Diana Kartika 2211111008
3 Erika Putri Sinaga 2213311060
4.Mia Anggreini BR.S 2213311064
Kelas : Reguler A
Dosen Pengampu : Dr.M.Oky F.Gafari,M.Hum

S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya, makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah yang berjudul
“Menganalisis Pragmatik Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia” ini ditulis untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pragmatik pada semester ini. Semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan makalah ini, khususnya kepada bapak Dr.M.Oky
F.Gafari,M.Hum. selaku dosen pengampu mata Kuliah Pragmatik. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan guna penyempurnaan penulisan ini. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.

Medan, November 2023


Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI. ................................................................................................. 3
BAB I ................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 5

BAB II ................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................. 6
A. Tindak komunikatif................................................................................................ 7
B. Kaidah Konfersasi ................................................................................................. 7
C. Klasifikasi Tindak Komunikatif ............................................................................. 8
D. Kurikulum bahasa dan tidak komunikatif ............................................................... 9
E. Penerapan Tindak Komunikatif .............................................................................. 11
BAB III ................................................................................................. 13
PENUTUP ................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................. 13
B. Saran ................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Salah satu keberatan Habermas terhadap pemikiran positivistis adalah bahwasanya
positivisme dengan terang-terangan mengabaikan logika khusus dari proses-proses
komunikasi. Dalam konsep rasionalitas bertujuan Weber misalnya, Weber mengasumsikan
bahwa setiap orang melakukan tindakan karena ada tujuan di balik melakukan tindakan
tersebut. Padahal, sebenarnya, Weber tidak hanya memahami rasionalisasi sebagai dari
rasionalitas tujuan, melainkan dia juga memiliki pandangan tentang rasionalitas yang
berhubungan dengan pandangan dunia (worldview) dan logika sistem-sistem simbol yang
bermakna. Hanya saja konsep rasionalitas Weber merupakan realisasi sebagian dari struktur-
struktur kesadaran modern yang potensial dikembangkan kalau rasionalitas sistem berada
dalam kontrol rasionalisasi kehidupan.
Rasionalitas ini pada akhirnya memusatkan perhatiannya pada proses rasionalisasi
sistem kapitalis dan birokrasi modern yang salah satu tela’ahnya berkenaan dengan etos
agama-agama dunia memperlihatkan bagaimana peranan penghayatan nilai-nilai tertentu
dalam transformasi sosial. Rasionalitas ini (rasionalitas sistem kapitalis) kemudian
mengandaikan rasionalitas sebagai rasionalitas tujuan.Dalam hal ini, Habermas mencoba
menjelaskannya dengan menggunakan “hubungan pragmatis-formal” (Formal-Pragmatic
Relations) manusia yaitu kenyataan objektif, kenyataan sosial dan kenyataan subjektif yang
dapat menghasilkan tiga macam sikap diantaranya mengobjektifkan (objectivating),
konformatif-norma (norm-conformative) atau sikap kritis (critical) dan sikap ekspresif.

B.RUMUSAN MASALAH
A.Apa itu Tindak komunikatif?
B. Bagamana Kaidah Konfersasi
C.Apa itu Klasifikasi Tindak Komunikatif?
D. Bagaimana Kurikulum bahasa dan tidak komunikatif?
E. Bagaimana Penerapan Tindak Komunikatif?

C.TUJUAN
A.Untuk mengetahui Tindak komunikatif
B.Untuk mengetahui Kaidah Konfersasi
C.Untuk mengetahui Klasifikasi Tindak Komunikatif

4
D. Untuk mengetahui bagaimana Kurikulum bahasa dan tidak komunikatif
E.Untuk mengetahui Bagaimana Penerapan Tindak Komunikatif

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. Tindak komunikatif
Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi satu sama lain dengan
mempergunakan sarana media bahasa. Komunikasi dapat dipandang sebagai gabungan
atau kombinasi dari berbagai tindak serangkaian unsur dengan maksud dan tujuan
tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah serangkaian tindak
komunikatif atau tindak ujar yang dipakai secara bersistem untuk menyelesaikan tujuan-
tujuan tertentu.

Menurut para kritikus tindakan komunikatif mengandung asumsi filosofis terutama


dalam bentuk wacana post-metafisikanya yang pada akhirnya menyebabkan Habermas
terperosok dalam kecenderung yang disebut Fondasionalisme, yaitu pandangan bahwa
pengetahuan manusia memiliki fondasi terakhir yang bersifat objektif, yang kemudian
mengandaikan adanya perbedaan mendasar antara penampakan dan hakikat, ilusi dan
kenyataan, kesadaran palsu dan pengetahuan sejati.

B. Kaidah Konversasi
Dalam komunikasi yang bentuknya percakapan (conversation) terlebih dahulu kita
harus mengetahui, memahami, dan menguasai aturan-aturan yang ada, agar komunikasi
secara lisan dapat berjalan lancar, hal ini disebut dengan kaidah-kaidah konversasi.
Konversasi merupakan tempat atau wadah yang paling efektif atau tepat bagi penggunaan
kaidah-kaidah wacana secara fungsional. Terdapat Kaidah percakapan, (Brown: 1980:196-
7) pada Tarigan (1984: 132 ) yaitu :
1. Menarik perhatian orang lain
Kaidah percakapan yang pertama ini sudah anak pelajari sejak dini. Supaya bahasa atau
produksi linguistik yang kita gunakan dapat berfungsi dengan baik, kita harus
memberikan perhatian kepada pendengar. Karena sifat memperhatikan orang lain
ketika sedang berbicara adalah norma dalam sopan santun.
2. Memilih topik atau pencalonan topik
Setelah berhasil mendapatkan perhatian dari penyimak, pembicara selanjutnya
menentukan judul atau topik pembicaraan. Biasanya hal itu dilakukan oleh seseorang
yang memulai suatu masalah dengan membuat suatu pernyataan atau pertanyaan yang
mengarah pada suatu topik khusus. Menurut Grice (1971) pada Tarigan (1944: 132) ada
maksis-maksim konversasional yang memudahkan pembicara menentukan suatu topik
dalam pembicaraan, yaitu :
a) Kuantitas : katakan hanya yang perlu-perlu saja bagi pengertian komunikasi;

6
b) Kualitas : katakan hanya yang benar saja;
c) Relevansi : katakan hanya yang relevan saja;
d) Cara : katakan dengan jelas.
3. Mengembangkan topik
Kaidah selanjutnya setelah suatu topik diusulkan, maka pembicaraan atau suatu
percakapan itu dimulai dengan pengembangan topik. Dalam pengembangan topik ini,
seseorang akan menemukan contoh-contoh penjelasan topik itu, pengubahan topik,
penghindaran, dan penjelasan atau penginterupsian pembicaraan.
4. Menyudahi topik
Bagi seorang partisipan atau dia yang terlibat dalam suatu pembicaraan, untuk
menyudahi topik atau suatu pembicaraan merupakan suatu hal yang sulit, apalagi
mereka yang belum berpengalaman. Bagi partisipan yang sudah berpengalaman, ada
beberapa cara dengan berbagai fungsi interaksional dalam menyudahi suatu topik,
misalnya :
a) Melirik jam;
b) Menyudahi pembicaraan dengan mimik (ekspresi wajah) yang sopan;
c) Dengan mengucapkan “maaf, saya harus pergi sekarang, bolehkan?”;
d) Dengan minta izin “permisi, saya duluan pergi.”

C. Klasifikasi Tindak Komunikatif


Bahasa merupakan sarana atau media yang berperan penting sebagai alat komunikasi.
Komunikasi adalah serangkaian tindak komunikatif atau tindak ujar yang dipakai secara
bersistem untuk menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu (John Austin: 1962) pada Tarigan
(1944: 134). Komunikasi dapat dipandang sebagai gabungan dari berbagai tindak, yaitu
serangkaian unsur dengan maksud dan tujuan tertentu. Komunikasi mempunyai fungsi,
bersifat purposif atau memiliki tujuan, dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek,
pengaruh, atau akibat pada suatu percakapan atau lingkungan para penyimak dan para
pendengar.
Salah satu penelitian yang sangat penting yang perlu kita ketahui adalah yang
dilakukan oleh Michael Halliday (1973) pada Tarigan (1944). Dia menggunakan istilah
fungsi untuk menunjukkan hakikat purposif dari komunikasi, dan telah merangkum tujuh
fungus bahasa, yaitu fungsi-fungsi: instrumental, regulasi, representasional, interaksional,
personal, heuristik, dan imajinatif. Ketujuh fungsi bahasa yang berbeda itu bukannya
bersifat mempunyai ciri tersendiri saja ataupun eksklusif satu sama lain. Satu kalimat atau

7
percakapan dapat saja menggabungkan beberapa fungsi yang berbeda secara serentak
sekaligus. Ketujuh fungsi bahasa tersebut cenderung mencakup hampir semua jenis dan
kerumitan tindak komunikatif. Berikut daftar tindak komunikatif (Brown; 1980;195, pada
Tarigan 1984: 135):
1. Menyapa, mengundang, menerima, menjamu.
2. Memuji, mengucap selamat, menyanjung, menggoda, menyombongkan.
3. Menginterupsi, menyela, memotong pembicaran.
4. Memohon, meminta, mengharapkan.
5. Mengelak, membohongi, mengobati kesalahan.
6. Mengkritik, menegur, mencerna, mengomeli, mengejek.
7. Mengeluh, mengadu.
8. Menuduh, menyangkal/mengingkari.
9. Menyetujui, menolak, mendebat/membantah.
10. Meyakinkan, menuntut, mempengaruhi, mengingatkan, menegaskan, dan menasehati.
11. Melaporkan, menilai,mengomentari.
12. Memerintahkan, memesan,meminta.
13. Menanyakan, memeriksa/meneliti.
14. Menaruh simpati,menyatakan belasungkawa.
15. Meminta maaf, memaafkan.

Perbedaan-perbedaan yang terperinci antara aneka tindak komunikatif itu harus


dipelajari. Konteks-konteks yang sesuai bagi aneka tindak harus diperhatikan benar-benar.
Bentuk-bentuk bahasa yang dipakai untuk menyempurnakan fungsi-fungsi bahasa tersebut
haruslah menjadi bagian dari keseluruhan daftar butir linguistik pelajar bahasa, terlebih
lagi pelajar bahasa kedua.

D. Kurikulum bahasa dan tidak komunikatif


Banyak pakar yang menyarankan bahwa keterampilan berbahasa (berbicara, menulis,
menyimak, dan membaca) haruslah terdiri dari delapan unit utama atau kesatuan dasar.
Kedelapan kesatuan dasar tersebut tersusun dalam suatu skala, mulai dari aneka
kesalahpahaman (missunderstanding) melalui enam tahap, sampai pada aneka pengertian
atau pemahaman (understanding). Adapun skala tersebut adalah seperti yang dijelaskan
dibawah ini:
1. Aneka kesalahpahaman

8
2. Menyetujui, membantah, menyatakan simpati, menentang, mendamaikan.
3. Menghindarkan, membelokkan percakapan, menyangkal.
4. Memberi pujian, mengucapkan selamat merayu, membanggakan.
5. Mengkritik,memperingatkan, menghina, menuduh, mengancam.
6. Mengingatkan, menyarankan, menganjurkan, meyakinkan, menegaskan,
memakaskan.
7. Mengomentari, menanya, memperbaiki, melaporkan, menganalisis.
Dalam hal ini terdapat perbedaan antara Komunikasi dan Kurikulum, yang mana harus
disadari para guru bahwa komunikasi bersifat kualitatif dan tidak terbatas, sedangkan
kurikulum bersifat kuantitatif dan terbatas.

E. Penerapan Tindak Komunikatif


Dibagian ini ada beberapa bentuk penerapan dari tindak komunikatif seperti yang
disarankan oleh Imber dan Klinger yang dimasukkan dalam kurikulum nasional keterampilan
berbahasa. Terdapat banyak tindak komunikatif, ada beberapa diantaranya sebagai beikut :
1. Menyetujui
Menyetujui berarti menyatakan setuju (sepakat) dengan; membenarkan; memperkenankan.
(Poerwadarminta; 1976:1095, pada Tarigan: 138). Adapun contoh dari menyetujui ini dalam
percakapan adalah seperti berikut:
Bermain-main
Ali : “Teman-teman, ayo kita bermain!”
Ahmad : “Setuju, ayo kita bermain!”
Ardi : “Tunggudulu, main apa?”
Ali : “Main panah-panahan.”
Ardi : ”Ah, saya tidak setuju! Itu berbahaya! Nanti kena mata kita!”
Ahmad : ”Memang benar, jangan main panah-panahan. Lebih main sepak bola saja.”
Ardi dan Ali : “Ya ...ya, setuju! Ayo kita panggil teman-teman lainnya!”
Ahmad : “Baik, saya mengambil bola ke rumah. Kalian memanggil teman-teman lain.
Sampai bertemu segera ditanah lapang.”
Ardi dan Ali : “Setuju, setuju! Bakal ramai ini! Hore, hore!”

2. Membantah
Membantah berarti melawan perkataan orang ; menyangkal ; tidak membenarkan ; tidak
menyetujui, dan sebagainya. (poerwadarminta; 1976:88, pada Tarigan: 139).

9
Contohnya : Berani membantah ketidak benaran berarti berani mempertahankan kebenaran.
Anak didik harus dididik berani membantah sesuatu demi kebenaran. Membantah jangan
dihubungkan dengan arti negatif. Para siswa harus dilatih agar berani mengungkapkan
bantahan dan ketidak setujuannya terhadap hal-hal yang tidak benar.

3. Menyatakan simpati
Simpati berarti rasa kasih : rasa setuju ; kesudian ; kecenderungan hati. (poerwadarminta;
1970: 948, pada Tarigan:140). Salah satu dari rasa simpati ini ialah belasungkawa yang
mengandung arti pernyataan ikut berduka cita. (poerwadarminta; 1976: 111, pada
Tarigan:140). Sudah sepantasnya para guru mendidik para siswa sebagai anggota masyarakat
memahami serta menghayati sikap emosi seperti belasungkawa ini.

4. Memperdebatkan
Memperdebatkan berarti memperbantahkan; membahas sesuatu hal dengan saling
memberi alasan untuk mempertahankan pendapat atau pendirian. (poerwadarminta; 1976:
234, pada Tarigan:141).

5. Mengalihkan pembicaraan
Mengalihkan berarti menukar, mengganti,; memindahkan; mengubah. (poerwadarminta;
1976: 30, pada Tarigan:142). Mengalihkan pembicaraan berarti menukar percakapan;
mempercakapkan atau membicarakan perkara lain.

6. Menyangkal/ Mengingkari
Menyangkal berarti ‘menyatakan bahwa tidak benar; tidak membenarkan; membantah;
menyanggah; menentang; menolak; mengingkari (tidak mengakui). (poerwadarminta; 1976:
868, pada Tarigan:143). Untuk mempertahankan kebenaran dan kejujuran, ada kalanya kita
harus berani menyangkal atau mengingkari sesuatau; misalnya fitnah yang dilemparkan orang
terhaadap diri kita. Fitnah adalah perkataan yang bermaksud menjelekkan orang (seperti
menodai nama baik, merugikan kehormatan dan sebagainya) (poerwadarminta; 1976: 282,
pada Tarigan:143).

7. Memberi Pujian
Memuji atau memberi pujian berarti ‘ menyatakan atau melahirkan keheranan dan
penghargaan pada sesuatu yang dianggap baik, indah, gagah berani, dan sebagainya.

10
(poerwadarminta; 1976: 772, pada Tarigan:144).

8. Mengucapkan Selamat
Selamat berarti ‘terpelihara dari bencana (terhindar dari bahaya; aman sentosa; sejahtera;
tak kurang suatu apa; sehat tidak mendapat gangguan, kerusakan, dan sebagainya; beruntung;
tercapai maksudnya; tidak gagal.’ (poerwadarminta; 1976: 892, pada Tarigan:145).

9. Merayu atau Menyanjung


Merayu berarti ‘mempersenang hati (seperti menyedapkan hati, menawan hati);
membujuk; melihat hati; memajukan permohonan. (poerwadarminta; 1976: 807, pada
Tarigan:147). Menyanjung berarti ‘memuji; membujuk; mempersenangkn hati, mengangkat.’
(poerwadarminta; 1976: 870, pada Tarigan:143).

10. Membanggakan
Membanggakan berarti ‘berbesar hati karena sesuatu; merasa bangga akan sesuatu;
memegahkan; menimbulkan perasaan bangga.’ (poerwadarminta; 1976: 85, pada
Tarigan:148).

11
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah serangkaian tindak komunikatif atau
tindak ujar yang dipakai secara bersistem untuk menyelesaikan tujuan-tujuan
tertentu.adapun jenis tindak komunikatif (Brown; 1980;195, pada Tarigan 1984: 135):
1. Menyapa, mengundang, menerima, menjamu.
2. Memuji, mengucap selamat, menyanjung, menggoda, menyombongkan.
3. Menginterupsi, menyela, memotong pembicaran.
4. Memohon, meminta, mengharapkan.
5. Mengelak, membohongi, mengobati kesalahan.
6. Mengkritik, menegur, mencerna, mengomeli, mengejek.
7. Mengeluh, mengadu.
8. Menuduh, menyangkal/mengingkari.
9. Menyetujui, menolak, mendebat/membantah.
10. Meyakinkan, menuntut, mempengaruhi, mengingatkan, menegaskan, dan menasehati.
11. Melaporkan, menilai,mengomentari.
12. Memerintahkan, memesan,meminta.
13. Menanyakan, memeriksa/meneliti.
14. Menaruh simpati,menyatakan belasungkawa.
15. Meminta maaf, memaafkan.

B. SARAN
Pada saat pembuatan laporan ini penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan kekurangan sehingga jauh dari kata sempurna. Penulis akan mencari wawasan atau
info yang terkait dengan banyak membaca buku pedoman atau buku referensi. Selain itu
penulis juga akan lebih menguasai dan paham akan materi yang ditulis.

12
Daftar Pustaka
Tarigan, Hendri Guntur. 1984. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa Bandung.
Nuris, Anwar. "Tindakan Komunikatif: Sekilas tentang Pemikiran Jürgen Habermas." Al-
Balagh: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi 1.1 (2016): 39-66.
Khotima khusnul. “Analisis prinsip kerja sama pada tuturan tindak komunikatif dalam anime
kimi no na wa karya makoto shinka” Universitas Negeri Surabaya: Jurnal Hikari.
06.02.(2022), 83 – 95.

13

Anda mungkin juga menyukai