Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FENOMENA RETORIKA DALAM PENDIDIKAN

Dosen Pembimbing :

Sugianti, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 4:

1. Khosiatul Kamilia (17188201035)


2. Mukhammad Agus (17188201048)
3. Lailatul Khasaniah (17188201056)
4. Nurul Fitriyah (17188201066)

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


STKIP PGRI PASURUAN
Jl.Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan
2019 – 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala kelimpahan rahmat
dan karunia-Nya. Sehingga penyusunan makalah mata kuliah Retorika materi “FENOMENA
RETORIKA DALAM PENDIDIKAN” ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah
Retorika Ibu Sugianti, M.Pd.
Dalam penulisan ini terdapat beberapa hambatan yang penulis alami. Namun penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan juga penulis dapat memperoleh referensi
dari beberapa sumber.
Karena keterbatasan kemampuan dalam menyusun makalah, makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, dengan kerendahan hati, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.

Pasuruan, 06 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3
2.1 Pengertian Retorika .............................................................
2.2 Pengertian Fenomena Retorika............................................
2.3 Unsur-unsur atau Objek Kajian Retorika............................
2.4 Kajian Bidang Pendidikan.................................................
2.4.1 Pengertian Pendidikan ......................................
2.4.2 Retorika dalam pendidikan ................................
2.4.3 Pengaruh Retorika dalam Bidang Pendidikan.......
BAB III PENUTUP...................................................................................
4.1 Kesimpulan............................................................................
4.2 Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu jenis kegiatan yang banyak dilakukan orang dalam kehidupannya
bermasyarakat adalah bertutur. Ada-ada saja yang dituturkannya kepada teman-temannya
atau kepada orang lain, pada kesempatan-kesempatan yang memungkinkan. Orang tua yang
memberitahu anak-anaknya tentang sesuatu yang sebaiknya diteladani dikaatakan bernasihat;
guru yang menerangkan pelajaran kepada murid-muridnya disebut mengajar; penata
masyarakat (lurah, camat, bupati, gubernur, menteri, presiden, dan lain sebagainya) yang
menguraikan kebijaksanaan pemerintahannya dinamakan berpidato; seorang pemuka partai
yang membeberkan kelebihan program partainya kepada khalayak ramai dalam rangka
pemilihan umum disebut berkampanye; orang-orang yang bertukar pendapat memecahkan
masalah dalam suatu forum dikatakan berdebat atau berdiskusi; seorang sastrawan yang
mengungkapkan imajinasinya dalam bentuk karya sastra dinamakan pengarang; tukang obat
yang “mengecapkan” obat-obatannya di tengah-tengah orang yang mengerumuninya disebut
berpropaganda. Takkan habis-habisnya istilahyang bisa diketengahkan untuk menamakan
perwujudan kegiatan bertutur yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Lebih-lebih
lagi kalau orang mampu menyediakan nama yang sesuai dengan ciri-ciri khas wujud kegiatan
bertutur itu masing-masing yang pada hakikatnya berbeda yang satu dari yang lainnya.
Namun terlepas daripada persoalan nama itu, sepanjang kegiatan tersebut memakai bahasa
sebagai sarana dasarnya, maka sebenarnya dia termasuk ke dalam jenis kegiatan bertutur.
Dalam makalah ini akan disajikan pemamfaatan retorika dalam bidang pendidikan,
pendidikam merupakan suatu bidang yang sangat membutuhkan retorika dalam
menyampaikan pembelajaran. Pembelajaran akan lebih tersampaikan apabila menggunakan
retorika yang baik dan benar. Maka dari itu penulis akan memaparkan seperti apa dan
bagaimana tuturan yang digunakan oleh penutur dalam bidang pendidikan, baik dalam
pembelajaran maupun pidato kependidikan. Satu jenis kegiatan yang banyak dilakukan orang

1.2 Rumusan Masalah akan leb

1. Bagaiamana pengerian retorika?


2. Bagaimana pengertian fenomena retorika?
3. Bagaimana kajian retorika dalam bidang pendidikan?
4. Bagaimana pengaruh retorika dalam bidang pendidikan?

1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk mendeskripsikan pengertian Retorika.


2. Untuk mendeskripsikan pengertian fenomena Retorika.
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana kajian retorika dalam bidang pendidikan.
4. Untuk mendeskripsikan pengaruh retorika dalam bidang pendidikan.

kepada teman-temannya atau kepada orang lain, pada kesempatan-kesempatan yang


memungkinkan. Orang tua yang memberitahu anak-anaknya tentang sesuatu yang sebaiknya
diteladani dikaatakan bernasihat; guru yang menerangkan pelajaran kepada murid-muridnya
disebut mengajar; penata masyarakat (lurah, camat, bupati, gubernur, menteri, presiden, dan
lain sebagainya) yang menguraikan kebijaksanaan pemerintahannya dinamakan berpidato;
seorang pemuka partai yang membeberkan kelebihan program partainya kepada khalayak
ramai dalam rangka pemilihan umum disebut berkampanye; orang-orang yang bertukar
pendapat memecahkan masalah dalam suatu forum dikatakan berdebat atau berdiskusi;
seorang sastrawan yang mengungkapkan imajinasinya dalam bentuk karya sastra dinamakan
pengarang; tukang obat yang “mengecapkan” obat-obatannya di tengah-tengah orang yang
mengerumuninya disebut berpropaganda. Takkan habis-habisnya istilahyang bisa
diketengahkan untuk menamakan perwujudan kegiatan bertutur yang berlangsung di tengah-
tengah masyarakat. Lebih-lebih lagi kalaeda yang satu dari yang lainnya. Namun terlepas
daripada persoalan nama itu, sepanjang kegiatan tersebut memakai bahasa sebagai sarana
dasarnya, maka sebenarnya dia termasuk ke dalngat membutuhkan retorika dalam
menyampaikan pembelajaran. P
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Retorik

Istilah retorik sebenarnya merupakan cara bertutur yang baik dan benar. Di Indonesia
sebenarnya istilah ini tidak terlalu popular, hal ini dikarenakan banyak hal dan salah satunya
tidak dicantumkannya istilah retorik pada kamus besar Indonesia, namun belum tentu bangsa
ini tidak menggunakan retorik, hamper semua aspek kehidupan membutuhkan retorika untuk
menjalankan segala sesuatunya. Ada beberapa keragaman pengertian mengenai retorik,yaitu:

A. Retorik Attic

Menurut cacatan sejarah, studi retorik ini muncul di Sirakusa, ibu kota pulau Sisilia yang
termasuk daerah kekuasaan Yunani. Tokoh dari retirik attic ini adalah Corax dan Tissias yang
menulis buku berjudul Techne. Dalam bukunya itu sang pakar mengatakan bahwa retorik
adalah kecakapan berpidato di depan umum. Jadi retorik ini memberikan pengertian yang
sangat sederhana yakni kecakapan berpidato di depan umum, tapi perlu kita ketahui bahwa
retorik ini memiliki kelemahan yakni konsep berpidato memanglah bertutur, akan tetapi
bertutur belum tentu dilakukan dengan cara berpidato saja. Jadi pengertiannya masih terlalu
sempit.

B. Retorik Sofis

Menjelang abad ke-5 sebelum masehi, ada sekelompok filosof dari Athena dengan nama
kaum sofis, diantara mereka aa lima orang yang menonjol yaitu Gorgias, Lysias, Phidias,
Protagoras dan Isocrates. Menurut kaum sofis ini, Retorik adalah alat untuk memenangkan
kasus. Dalam konsepnya apapun yang dihadapi haruslah dimenangkan dengan tuturan
mereka, tidak peduli salah ataupun benar, mereka hanya mementingkan kemenangan dalam
kasus yang mereka hadapi. Namun perlu kita kaji bersama bahwa retorik dan konsep
initidaklah selamanya baik kerena kemengangan yang diperoleh hanyalah sementara dan itu
merupakan kelemahan dari konsep sofis. Adapun prinsip-prinsip retorik yang diajarkan kaum
sofis adalah sbagai berikut:

1. Seorang penutur harus pandai memainkan ulasan termasuk menyisipkan argument


beserta bukti pendukungnya.
2. Penutur harus pandai berbahasa, misalnya saja tukat menukar kata, mengubah
susunan kalimat. Kemampuan yang satu ini dikenal dengan teknik bersilat lidah.
3. Penutur harus memanfaatkanemosi penanggap tutur sebaik-baiknya. Membangkitkan
emosi lawan bicara agar lebih mudh menjatuhkan lawan tutur kita.
4. Keseluruhan tindak. Dalam hal ini sarana dalam kegiatan bertutur harus diarahkan ke
satu tujuan yaitu kemenangan.

C. Retorik Aristoteles atau Retorik Tradisionil.

Aristoteles adalah filosof yang menyelamatkan retorika dari anggapan yang kurang benar.
Aristoteles menyebutkan ahwa retorik adalah ilmu yang mengajarkan seseorang keterampilan
menemukan sarana persuasive dalam suatu kasus. Namun konsep ini masih
memilikikelemahan yakni membatasi retoriknya sebagai ilmu yang mengajarkan orang
keterampilan menemukan sarana persuasive yang obyektif dalam suatau kasus dan kekurang
lengkapan metode yang dipakai dalam membahas topic tuturnya. Sehingga dalm
perkembangannya maka muncullah New Arisrotelesia yang menitik tekankan pada Win Win
Solosion, dimana dalam penyelesaian suatu kasus haruslah saling memahami dan sama-sama
mencapai kemenangan. Retorik ini merupakan retorik tingkat tinggi. Saling memahami
merupakan kunci dari retorika ini karena dengan itulah semua peersoalan dapat menemukan
solusi yang terbaik bagi semua belah pihak.

Retorika atau ilmu komunikasi adalah cara pemakaian bahasa sebagai seni yang
didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode yang teratur atau baik. Berpidato, ceramah,
khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam bentuk
retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan saja tetapi juga
mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang digarap dalam suatu
susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran
masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara. Oleh karena itu suatu bentuk komunikasi
yang ingin disampaikan secara efektif dan efisien akan lebih ditekankan pada kemampuan
berbahasa secara lisan. Suatu komunikasi akan tetap bertitik tolak dari beberapa macam
prinsip. Prinsip-prinsip dasar itu adalah sebagai berikut :

1. Penguasaan secara aktif sejumlah besar kosakata bahasa yang dikuasainya. Semakin
besar jumlah kosa kata yang dikuasai secara aktif semakin besar kemampuan memilih
kata-kata yang tepat dan sesuai untuk menyampaikan pikiran
2. Penguasaan secara aktif kaidah-kaidah ketatabahasaan yang memungkinkan
pembicara menggunakan bermacam-macam bentuk kata dengan nuansa dan konotasi
yang berbeda-beda.
3. Mengenal dan menguasai bermacam-macam gaya bahasa dan mampu menciptakan
gaya yang hidup dan baru untuk lebih menarik perhtian pendengar dan lebih
memudahkan penyampaian pikiran pembicara.
4. Memiliki kemampuan penalaran yang baik sehingga pikiran pembicara dapat
disajikan dalam suatu urutan yang teratur dan logis.
2.2 Pengertian Fenomena Retorika

Dinamakan fenomena retorika karena merupakan permasalahan yang timbul sebagai


suatu gejala dari kegiatan bertutur dari suatu tradisi/budaya yang berbeda.Fenomena retorika
adalah fenomena tutur yang berbeda-beda yang tidak lain daripada perwujudan usaha dan
tindak penutur dalam rangka mempengaruhi penanggap tuturnya. Prof. Leslie White dalam
karangannya yang berjudul “Symbol the basis of Languange and Culture”, membantah teori
Evolusi Darwin. Guru besar antropologi berkebangsaan Amerika ini dengan berbagai ulasan
dan teori meyakinkan orang bahwa kegiatan bertutur manusialah yang meyakinkan
peradapan dan kebudayaan. Tanpa kemampuan bertutur, tanpa kegiatan bertutur, manusia
tidak akan memiliki peradapan dan kebudayaan itu. Demikian yakinnya Prof. Lesli White
dengan pandangannya, sampai-sampai dia berani menentang sebagai berikut: “Remove
speech from culture and what whol remain. Let us see” (Walter Goldschmindt).

Jadi, kegiatan bertutur pada dasarnya adalah kegiatan membahasakan sesuatu bagian
integral dari kehidupan bermasyarakat serta alat-alat yang fungsional dalam kehidupan
tersebut. Dalam keseluruhan kegiatan bertutur itu orang selalu terlibat dengan masalah-
masalah retorika yang mempengaruhi pihak lain (penanggap tutur).

2.3 Unsur-unsur / obyek kajian retorika

1. Manusia

Retorika memandang manusia sebagai pelaku kegiatan bertutur yang memiliki


harkat,martabat,derajat kemanusiaan serta berbudaya. Manusia merupakan sebyek yang
berperan sebagai penutur dan penerima tuturan dalam kegiatan bertutur.

2. Topik Tutur

Topic tutur adalah hal yang dibicarakan. Dalam hal ini topic atau hal yang dibicarakan
haruslah bermanfaat,actual dan factual. Dikatakan bermanfaat adalah sama-sama memiliki
kepentingan yang harus tercapai satu samalainnya. Apabila tuturan itu tidaklah bermanfaat
maka akan dikatakan sebagai habya retorik belaka. Actual dan factual artinya hal yang
dibicarakan haris mengikuti perkembangan jaman dan sesuai dengan kebutuhan pada waktu
itu sehingga hal tersebut dinilai layak dan perlu untuk dituturkan.

3. Bahasa

Bahasa adalah symbol verbal yang digunakan untuk menyampaikan dan menerima
pesan. Pandangan retorik terhadap bahasa adalah bahasa itu diharapkan mampu memiliki
gagasan dan bahasa itu diharapkan mampu memiliki pengertian. Bahasa yang efektif adalah
bahasa yang mampu mewakili gagasan dan perasaan kita. Dalam retorika, agar bahasa
itu efektif maka bahas tersebut harus dipilih,ditata kemudian ditampilkan. Kita ketahui
bersama bahwa bahasa sangat variatif maka dari dalam pemakain suatu bahasa harus dipilih
sesuai dengan konteksnya. Contoh kata: kamu,loe,situ,dikau,antum dan ente, maka tidak
mungkin apabila kita bertutur dengan dosen menggunakan kata loe,situ dan yang lain.
Pemilihan bahasa ini sangat berpe ngaruh pada keberhasilan penyampaian bahasa itu sendiri.
Setelah bahasa itu dipilih maka langkah selanjutnya adalah bahasa itu harus ditata sesuai
dengan susunan yang baik dan banar dengan memperhatikan letak dan fungsi suatu kata agar
tidak menimbulkan salah tafsir. Dan langkah selanjutnya adalah bahasa itu ditampilkan,
dalam menampilkan bahasa haruslah dengan sopan dan ramah tamah dan menyampaikan
yang sekiranya baik. Penampilan ini sangat menentukan situasi dan kondisi penyampaian dan
si penutur itu sendiri.

4. Tindak Tutur

Tindak tutur adalah kegiatan bagaimana bertutur agar tuturan kita diterima dengan baik
oleh penerima tutur. Tujuan dari tindak tutur adalah memperoleh sesuatu dan kemudian
mempertahankannya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan dan harus
memperhatikan medan tuturan. Medan tuturan ini berupa konteks itu sendiri dengan susunan
sebagai berikut:

a) Setting: waktu,tempat
b) Siapa yang diajak bertutur ( Person )
c) Ending : tujuan akhir dari suatau tuturan
d) Key/kunci: merupakan kunci informasi yang akan disampaikan, contohnya
membicarakan masalah pendidikan.
e) Instrument: perangkat yang dipakai misalnya saja pesan pendek, radio, televise ( Media )
f) Norma: norma adalah aturan dalam kegiatan bertutur
g) Genre: jenis wacana misalnya saja ilmiah, sastra dan semacamnya.

Selain medan tuturan, hal yang perlu diperhatikan adalah tuturan itu sendiri yang berupa teks.
Apabila semua aspek ini dipergunakan dengan baik san maksimal, maka tuturan kita dapat
diterima dengan baik oleh penerima tutur dan akan mendapatkan tujuan yang diinginkan.

5. Tuturan

Tuturan merupakan komposisi mulai awal hingga akhir suatu tuturan. Dalam hal ini suatu
tuturan tersebur dimulai dari apa kemudian diahiri dengan apa. Komposisi suatu tuturan dapat
dikemas sebagai berikut:

a) Pengantar dengan indeks tekstual 15-20%


b) Isi dengan indeks tekstual 50-70%
c) Penutup dengan indeks tekstual 5-10%
2.4 Kajian Bidang Pendidikan

2.4.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha untuk mendewasakan orang baik dengan cara formal
maupun informal. Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat familiar kita dengarkan di
dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan kegiatan penting yang dilakukan oleh
hampir semua orang dari lapisan masyarakat. Pendidikan sebagai sesuatu yang penting
memang tidak terlepas dari banyaknya pendapat dan asumsi tentang arti dan definisi
pendidikan yang sebenarnya. Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli

1. Menurut Prof. Herman H. Horn

Pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah
berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti
termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.

2. Menurut M.J. Langeveld

Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi
antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana
pekerjaan mendidik itu berlangsung.

3. Menurut Prof. Dr. John Dewey

Pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah pertumbuhan,


pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses
pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di
dalam perkembangan seseorang.

4. Menurut Prof. H. Mahmud Yunus

Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan


membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara
bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak
hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan
masyarakat.

5. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)

Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,


pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat di katakaan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.

2.4.2 Retorika dalam Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan sistematis yang membantu anak didik mengembangkan


dirinya dalam memperoleh pengetahuan serta keterampilan yang berguna bagi kehidupan dan
kemanusiaan pada umumnya. Dengan pengertian serupa itu pendidik tak ubahnya sebagai
seorang pengasuh. Pendidikan hanya memberikan bimbingan agar potensi-potensi yang
dimiliki anak bisa berkembang secara wajar. Supaya pendidikan ini dapat berlangsung
dnegan baik maka pendidikan perlu merencanakan materi pendidikan, cara pelaksanaannya
atau penyajiannya, mempersiapkan sarana-sarana pembantunya. Untuk itulah para pendidik
banyak sekali terlibat dalam usaha retorika.

Donald C. Bryant mengatakan bahwa pemanfaatan retorika secara terarah tampak


lebih menonjol lagi pada proses pengajaran di dalam kelas. Dalam proses ini guru
menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang telah dipelajari sebelumnya. Bersama dengan
itu, dimanfaatkan pula retorika berdasarkan jenis bahan pelajaran yang disajikan, kondisi
anak didik yang dihadapi, situasi sekolah tempat mengajar, keadaan ekonomi, politik sosial
yang sedang berlangsung, dan lainnya sebagainya. Seorang guru misalnya, menggunakan
corak bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak yang dihadapi, usaha
tindak tutur yang lain ditampilkan guru untuk meyakinkan anak didik. Maka pada dasarnya
usaha ini tidak lain penerapan retorika. Jadi, keseluruhan proses pengajaran di dalam kelas
adalah proses retorika.

Jika retorika tidak dimanfaatkan dalam proses pendidikan tentulah pengajaran sangat
membosankan anak didik, sehingga perhatiannya tidak lagi tercurah pada bahan-bahan yang
diajarkan. Dengan demikian sukar kita bayangkan pendidikan itu akan memberikan hasil
yang diharakan. Karena itulh guru-guru yang cakap memanfaatkan retorika dalam tugasnya,
disatu pihak akan disenangi oleh murid-muridnya sedangkan di pihak lain mereka berhasil
sebagai pendidik.

2.4.3 Pengaruh Retorika dalam Bidang Pendidikan

Ada banyak pemanfaatan retorika dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dalam
bidang pendidikan, sebelum membahas pengaruh retorika dalam bidang pendidikan dan
pengajaran,maka terlebih dahulu kita akan mengulas beberapa dasar dari pemanfaatan
retorika. keterlibatan orang dengan masalah-masalah retorik dalam kegiatan bertuturnya
mengandung implikasi pengertian bahwa mereka terlibat dengan cara-cara memanfaatkan
retorik. Persoalannya sekarang, bagaimanakah orang memanfaatkan retorik tersebut? Pada
dasarnya ada tiga corak cara orang memanfaatkan retorika itu sendiri yakni ada 3 hal, maka
untuk melugaskan serta menggambarkan pemanfaatan retorika, kami sajikan sebagai berikut,
yaitu:

a. Secara spontan atau intuisif

Dalam kehidupan bertutur sehari-hari, pada umumnya orang memanfaatkan retorik itu
secara spontan saja. Lebih-lebih lagi kalau topik tuturnya hanya merupakan topik pengisi
waktu luang ataukah masalah-masalah lain yang diketengahkan dalam pergaulan akrab dan
tidak resmi. Dalam situasi-situasi serupa ini, penutur tidak begitu banyak menghabiskan
waktu dan tenaganya untuk memilih materi bahasa, memakai ulasan dangaya tuturnya lebih
banyak bersifat spontan saja, karena memang situasi tutur memungkinkan mereka bertindak
demikian.

b. Secara tradisional atau konvensional

Berbicara tentang pemanfaatan retorik dalam kegiatan bertutur, ada masa-masa bahwa
kebanyakan orang mengikuti konvensi-konvensi bertutur seperti yang sudah digariskan oleh
generasi yang terdahulu. Dengan kata lain, konvensi itu akhirnya menjadi tradisi yang ditaati
turun-temurun. Misalnya para pujangga untuk menggambarkan seorang gadis cantik,
digunakanlah ungkapan-ungkapan klise: “badannya langsing bagai pohon pinang; wajahnya
bagai bulan purnama; matanya seperti bintang timur; hidungnya bak dasung tunggal;
mulutnya laksana delima merekah dan seterusnya.” Pemanfaatan retorik secara tradisional,
bukan hanya ada pada masa-masa lampau saja. Di tengah-tengah kehidupan modern sekarang
ini pun masih berkembang kebiasaan-kebiasaan bertutur yang konvensional. Misalnya saja
dalam rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan formil lainnya, sementara orang yang diberi
kesempatan berbicara merasa perlu menyebut nama deretan pejabat yang hadir; mengucapkan
terima kasih banyak-banyak atas kesempatan yang diberikan; dan lain sebagainya. Kebiasaan
yang demikian ini agaknya sudah mentradisi dalam bertutur resmi pada akhir-akhir ini.

c. Pemanfaatan retorik secara terencana

Yang dimaksudkan pemanfaatan terencana dalam hal ini ialah penggunaan retorik
yang direncanakan sebelumnya secara sadar diarahkan ke suatu tujuan yang jelas. Misalnya
bidang politik, bidang usaha/ekonomi, karyawan bahasa, bidang kesenian dan bidang
pendidikan. Dalam bidang pendidikan pengajaran sangat memerlukan retorika,dengan
maksud dan tujuan mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Pemanfaatan retorik secara
terarah tampak menonjol pada proses balajar mengajar di kelas. Dalam proses ini para guru
menerapkan prinsip pendidikan yang telah dipelajari sebelumnya dan memanfaatkan retorika
berdasarkan jenis pembelajaran yang disajikan. Selain itu guru menggunakan alat peraga
untuk menarik minat siswanya. Bermacam-macam usaha dilakukan untuk menarik minat
siswanya, termasuk menggunakan tindak dan tuturan yang menyenangkan sekaligus
produktif bagi perkembangan belajar peserta didiknya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Retorika sangat berpengaruh pada tujuan tuturan yang ingin di capai sehingga perlu sekali
adanya persiapan dan perlu ada perencanaan terlebih dahulu dalam melakukan kegiatan
bertutur. Kita telah sama-sama membahas bagaimana dan seperti apa pemanfaatan retorika
dalam bidang pendidikan. Seorang guru yang membina peserta didik harus menggunakan
retorika yang baik, tujauannya adalah untuk mencapai target pendidikan itu sendiri, bahkan
lebih dari itu guru menggunakan retorik yang baik agar membuat peserta didiknya betah dan
bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam pemanfaatan retorik pada bidang
pendidikan ini, kita telah sama-sama meninjau kasus yang ada, serta dapat di simpulkan
bahwa pemanfaatan retorik dalam bidang pendidikan yang berlangsung di MTS.
Sirojuttholibin, Taman Sari Palengaan ketika mata pelajaran bahasa inggris lebih
menonjolkan Topik Tutur dan Tindak tutur. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran bahasa
inggris tersebut seorang penutur lebih menguatkan aspek pembinaan dalam membimbing
peserta didik, sehingga yang tampak ketika menampilkan topik tuturan adalah bagaimana
menjelaskan Simple present, penggunaan Will dan Shall serta kalimat positif, negatif dan
introgatif. Dominansi topik tutur ini diperkuat dengan tindak tutur, dimana tampak terlihat
bagaiman seorang guru melakukan tindakan yang sekiranya memancing penerima tutur untuk
tertarik bahkan bersemangat dalam mengikuti kegiatan bertututr ini. Dua aspek tersebut
memang penutur lakukan agar apa yang ingin di samapikan bisa tercapai tentunya lewat
pendidikan. Selanjutnya, dapat kita lihat ada sedikit kekurangan dalam kegiatan bertutur ini,
yakni aspek Tuturan. Tuturan yang ideal sebaiknya memperhatikan komposisi yang baik,
sehingga dalam menyampaikan tuturans semua yang akan dituturkan dapat dengan mudah
dan lebih terasa efek psikologisnya. Kita sudah melihat, bahwa komposisi tuturannya tidak
ideal dan kurang ideal. Hal ini dapat dilihat dari pengantar dan penutup yang terlalau sedikit
sehingga kuranf adanya apersepsi dan penguatan dalam pembelajaran, hal yang guru lupakan
adalah reword yang seharusnya ada di tahap pembukaan. Hal ini akan bertujuan untuk
meningkatkan minat dan semangat pesrta didiknya. Penggalan isi sangat dominan dalam
tuturan ini dan kurangnya pembuka serta penutup yang baik.

3.2 Saran

Dalam kegiatan bertutur dengan retorika yang baik, khususnya pada bidang
pendidikan, sebaiknya :Mempersiapkan tuturan dengan sistematik yang sesuai dengan peserta
didik, Memperhatikan medan tuturan, Perlu adanya tuturan yang mampu membangkitkan
gairah belajar, Sampaikanlah tuturan itu dengan suka cita, Tarik simpatik peserta didik
dengan retorika yang berkesan.
DAFTAR PUSTAKA

Ngurah oka, I gusti. 1976. Retorik sebuah tinjauan pengantar. Bandung: Tarate

http://www.setneg.go.id/index.

http://carakata.blogspot.com/2012/03/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html

http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/

http://arifzp88.blogspot.com/2011/06/retorika-oleh-nama-arif-perdana.html (diakses pada


tanggal 11 Mei 2015)

http://sugengbasari.blogspot.com/2014/02/pemanfaatan-retorika-dalam bidang.html (diakses


pada tanggal 11 Mei 2015)

Anda mungkin juga menyukai