PENDAHULUAN
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Sebagai
pengguna bahasa, masyarakat menggunakan dua media dalam berkomunikasi, yaitu komunikasi
lisan dan komunikasi tulis (Sadora, 2012: 3). Rani, dkk, (2006: 26) menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan komunikasi tulis adalah ragam komunikasi yang menggunakan alat tulis dalam
menyampaiakan atau menerima suatu informasi. Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi
lisan adalah model komunikasi berupa rangkaian kalimat yang diujarkan secara langsung tanpa
menggunakan bantuan alat tulis.
Guy Cook dalam Alek Sobur (2006: 56) meyebutkan ada tiga hal penting dalam
pengertian wacana, yaitu teks, konteks, dan wacana. Dalam hal ini, dijelaskan bahwa yang
meliputi konteks adalah semua situasi baik hal yang yang berada diluar teks maupun yang
mempengaruhi pemakaian bahasa, speerti partisipan dalam bahasa, serta situasi dimana teks
tersebut diproduksi. Wacana disini, kemudian dimaknai sebagai suatu teks dan konteks secara
bersama-sama.
Wacana erat kaitannya dengan media massa. Wicaksono, dkk (2013: 2-3) menyebutkan
bahwa media massa berfungsi sebagai sarana penyampaian informasi, saluran pendidikan,
hiburan, politik, dan leain sebagainya. Selain itu, media massa memberikan efek yang luas
tergadap khalayak laur diluar fungsi tersebut.
Menurut Harold Laswell dalam karyanya The Structure And Function of communication
in Society (dalam Rahmat, Jalaludin, 2001: 116) ada lima pendekatan fungsional terhadap
penggunaan media massa, yaitu surveillance (pengawasan, pengamatan), correlation (transmisi
budaya), entertainment (hiburan), dan mobilization (pengerahan kekuatan). Fungsi-fungsi
tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial kita.
Sementara itu, Sadora (2012: 4) menyebutkan bahwa dalam mengungkapkan isi pesan
dalam wujud wacana, penutur mengggunakan beberapa media untuk untuk menyampaiakan
pesannya kepada mitra tutur. salah satu media yang digunakan adalah edia elektronik,
diantaranya televise, radio, dan internet. Perkembangan internet menunjukkan sebuah grafis yang
menjolak sangat cepat. Ssekaranf rata-rata setiap orang harus menyempatkan diri untuk melihat
account-nya. Dengan sedimikian banyak pengguna intrenet khususnya dalam penggunaan word,
wode, web, dan e-mail. Hal ini merupakan dampak positif dari perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi atau yang lebih dikenal dengan internet. Dampak dari berkembangnya
internet adalah tumbuhnya komunikasi unik pengguna internet yang disebut Netler.
LANDASAN TEORI
Wacana dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan pengklasifikasian tertentu.
Sumarlam (2005: 13) menyebutkan bahwa jenis-jenis wacana dibedakan menjadi lima kategori,
yang pertama berdasarkan bahasa yang dipakai, media yang dipakai untuk mengungkapkan, jenis
pemakaian, bentuk serta jenis dan tujuan pemaparannya.
1. Wacana berdasarkan Bahasa yang Dipakai
1) Wacana Bahasa Indonesia, yaitu wacana yang nebggunakan bahasa Indonesia sebagai
sarananya.
2) Wacana Bahasa`Jawa, yaitu wacan yang menggunakan bahasa Daerah Jawa sebagai
sarananya.
3) Wacana Bahasa Inggris, yaitu wacana yang dinyatakan dalam bentuk bahasa Inggris.
4) Wacana Dilihat dari Ragam Bahasa yang Digunakan, yaitu ragam bahasa Indonesia dapat
berupa wacana yang menggunakan bahasa Indonesia maupun tidak baku.
2) Wacana Lisan
Menurut Tarigan (1987: 55) yang dimaksud dengan wacana lisan atau spoken discourse
adalah wacana yang disampaikan secara langsung menggunakan media lisan. Sedangkan
menurut Mulyana (2005: 52) yang dimaksud degan wacana lisan adalah wacana yang
disampaikan secara lisan dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut dengan tuturan
atau ujaran. Adakalanya pengetahuan bahwa tuturan pertama kali hadir melalui ujaran lisan.
Oleh karena kajian yang sungguh-sungguh terhadap wacanapun harus menjadi sasaran penelitian
yang paling utama. Dalam hal ini, wacana tulis dianggap sebgaai wacana turunan atau duplikat.
2) Wacana Nonfiksi
Wacana nonfiksi adalah wacana dari hasil olah pikir manusia yang melibatkan data dan
informasi yang nyata. Biasanya wacana nonfiksi mengutamakan penggunaan kaidah-kaidah
bahasa yang baku. Contoh wacana nonfiksi adalah artikel, essay, laporan penelitian, dan
sebagainya.
PEMBAHASAN
Penelitian ini membahas tentang jenis wacana yang digunakan pada program televisi “Indonesia
Lawyers Club” di TVOne. Ada beberapa jenis wacana terkait program acara tersebut.
Pengklasifikasiannya bisa dijelaskan sebagai berikut.
Menurut Sumarlan
1. WACANA BERDASARKAN BAHASA YANG DIPAKAI
a. Wacana Bahasa Indonesia
Wacana bahasa Indonesia ialah wacana yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa
Indonesia sebagai sarananya. Selanjutnya, wacana bahasa Jawa adalah wacana yang
diungkapkan dengan menggunakan sarana bahasa daerah Jawa. Wacana bahasa Inggris
merupakan wacana yang dinyatakan dengan menggunakan bahasa Inggris. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa apabila dilihat dari ragam bahasa yang digunakan, maka wacana bahasa
Indonesia dapat berupa wacana bahasa Indonesia ragam baku dan ragam tidak baku.
Dalam wacana pada program televisi “Indonesia Lawyers Club” di TVOne, ditemukan model
wacana jenis lisan, hal ini bisa dilihat dari kutipan berikut.
Dari kutipan (12), dapat diketahui bahwa bahasa yang dignakan dalam komunikasi
adalah bahasa Indonesia. Di dalam komunikasi tersebut penutur menggunakan bahasa baku
seperti pada kalimat “...kegembiraan orang supaya mengaktifkan suasana...”. Terdapat juga
penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sperti penggunaan kata “ngibul” yang dalam bahasa bakunya
adalah mengibul.
Pada kutipan (11) terjadi komunikasi langsung secara verbal antara Rocky Gerung dan
Renald Kasali. Topik yang dibicarakan keduanya adalah mengenai asal-usul hoax. Tentunya
topik ini sesuai dengan konteks yang dibicarakan pada program acara Indonesia Lawayers Club
di TVOne.
Selain bisa dikomunikasikan secara langsung, wacana lisan memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan wacana tulis. Kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya:
a. Mengandung unsur-unsur prosidi bahasa dan memiliki sifat supresetensial
(Topik: OTT Romy, ketum umum PPP: pukulan bagi kubu 01?)
(1) @NUSRON WAHID: “Engga. Ini dipersilahkan?”
(2) @KARNI ILYAS: “Iya. Nanti Anda tanggapi.”
(3) @NUSRON WAHID: “Enggak”
(4) @FADLI ZON: “Tadi Anda menyinggung kriminalisasi, sudah beda kasusnya.”
(5) @NUSRON WAHID: “Gini loh, maksud saya kalo Anda ngomong lapor dulu sama
moderator, maksud saya gitu.”
(6) @KARNI ILYAS: “Iya betul.”
(Diunggah pada 19 Maret 2019)
Pada kutipan (1), penutur dalam menuturkan tuturan menggunakan gerak kinesik berupa
simbol pertanyaan dengan menggunakan tangannya, disertai dengan gimic wajah yang sedang
mempertanyakan sesuatu kepada moderator ILC. Selain itu, intonasi yang digunakan cukup
tinggi, yang mengartikan bahwa penutur tidak begitu menyukai mitra tutur yang tiba-tiba
memotong pembicaraannya. Selanjutnya, pada kutipan (2), Karni Ilyas menanggapi dengan
intonasi yang lembut. Disusul dengan kutipan (3) dengan menggunakan nada suara tinggi dan
gimic yang merepresentasikan kemarahan.
Semenatara itu, Fadli Zon pada kutipan (4) masih meneruskan argumennya tanpa
mempedulikan Nusron Wahid yang mempersoalkan dirinya. Pada kutipan (5), Nusron Wahid
menjelaskan dengan nada suara yang tinggi dan menggebu kepada Fadli Zon untuk intrupsi
terlebih dahulu sebelum bicara. Diakahir pembicaraannya Nusron Wahid tampak tersenyum
simpul lalu bersalaman dengan tim TKN.
b. Berlatar belakang konteks situasional serta terdapat penutur dan mitra tutur
(Topik: tepatkah hoax dibasme dengan undang-undang terorisme?)
(1) @ARYA SINANGGULA: “Ada. Saya pernah ingat iNews pernah mengundang Anda tapi Anda
tidak mau datang.”
(2) @KARNI ILYAS: “Sudah, sudah itu urusan media-lah.”
(3) @ROCKY GERUNG: “Saya diundang untuk acara hiburan, bukan beginian.”
(4) @ARYA SINANGGULA: “Gini bos. Artinya, artinya Anda sampai hari ini memanfaatkan
kebebasan pers untuk kebebasan berbicara.”
(Diunggah pada 24 Maret 2019)
Pada kutipan (1) hingga kutipan (3) semua penutur memperdebatkan topik yang sama,
yaitu kebebasan pers yang disinyalir dimiliki penguasa. Topik ini masih merujuk pada konteks
pembicaraan, yaitu pembasmian berita hoax. Di dalam perdebatan, terdapat pihak penutur pada
kutipan (1), dan pihak mitra tutur pada kutipan (2) dan (3). Selain itu, mereka juga berganti
peran, yakni sebagai pendengar sekaligus pembicara.
(Topik: OTT Romy, ketum umum PPP: pukulan bagi kubu 01?)
(1) @FADLI ZON: “Jadi saya kira kasusnya sangat jauh berbeda. Dalam kasus-kasus
yang disebut tadi itu persoalan yang deliknya sangat sumir ke Ahmad Dhani bicara
soal, misalnya ngomong “ludah” di penjara. Ya semnetara yang lainnya laporan-
laporan, kita tidak. Itu boleh berpendapat kriminalisasi, kita buktikan nanti di hukum,
ternyata dia dalam BAPnya dicabyt. Defisit moral Anda mengatakan begitu, tapi Anda
duduk sebagai ketua BNP2 juag, tapi di tim 01. Coba periksa apa boleh seoramg kepala
badan bisa duduk juga sebagai tim sukses?”
(2)@NUSRON WAHID: “Bos saya tidak tim sukses bos.”
(3)@FADLI ZON: “Ya Anda berdiri dibawah nama tim 01.”
(4)@NUSRON WAHID: “Saya diundang Karni Ilyas.”
…
(5)@KARNI ILYAS: “Ahmad Yani saja boleh.”
(6) AHMAD YANI: “Saya ingin ralat saja bang Nusron, kebetulan saya ikut waktu itu, dan
@kami diterima Dumas pada waktu itu kami memang ingin beretmu dengan pimpinan,
dan pimpinan waktu itu ada diluar kota semua ada kegiatan dan mau ketemu dengan
pak Pebri juru bicara juga tidak ada. Saya lupa diterima oleh Dumas, bahwa kedatangan
kami disana adalah mendukung KPK waktu itu ada untuk menangani kasus OTT
Meikarta. Ini juga mendukung KPK, tidak hanya sebatas ini agar KPK bisa
meningkatkan juga pidana korporasi. Jadi tidak ada bahwa kedatang ke sana pak Amin
Rais mempermasalahkan mbah Topi. Itu tercatat itu,..”
(Diiunggah pada 19 Maret 2019)
Pada kutipan (1), Fadli Zon sebagai penutur pertama, memberikan argumen kepada
audiens yang hadir di dalam ILC. Seperti yang terlihat, argumemn Fadli Zon pada kutipan (1)
memberikan respon kepada audiens atau narasumber yang turut hadir. Seperti tangaapan Nusron
Wahid pada kutipan (2). Pada kutipan tersebut, mempposisikan Nusron Wahid sebagai
pembicara. Sebaliknya, Fadli Zon yang semula menjadi pembicara bertukar peran menjadi
pendengar.
Perdebatan antara Fadli Zon dan Nusron Wahid memancing audiens lain untuk turut
menyampaikan argument. Seperti yang tertera pada kutipan (5), Karni Ilyas selaku moderator
ILC, menengahi perdebatan antara keduanya dengan mempersilahkan audiens lain untuk
menyampaikan argumennya. Sama halnaya denhan Karni Ilyas, Ahmad Yani yang semulanya
menjadi pendengar bertukar peran menjadi pembicara. Artinya, dari empat narasumber diatas
sama-sama mempunyai hak untuk menyampaikan pendapat, sekaligus mampu menerima
pendapat orang lain. Oleh sebab itu, ada pergantian peran dari satu narasumebr ke narasumber
yang lain. Hal ini disebabkan karena setiap narasumber sama-sama ingin mempertahankan
argument masing-masing.
Pada kutipan (2), Akbar Faisal memberikan argumen mengenai opini demokrasi bangsa
yang kuat. Ia berpendapat bahwa demokrasi bangsa bisa menjadi kuat melalui wacana oposan.
Hal ini disamapikan Akbar Faisal melalui kalimat “Satu product yang bagus dari pemerintahan
ini adalah lahir dan mengalirnya wacana oposisi yang syahdu yang dijelsakan oleh teman-
teman tadi dan menurut saya itu juga bisa memperkuat demokrasi kita.” Dari kalimat tersebut
dapat dipastikan bahwa sebelum statement itu disampaikan, Akbar Faisal tentunya terlebih
dahulu mencari data dan informasi. Hal ini penting dilakukan juga dilakukan untuk memperkuat
argumennya.
Argumen Akbar Faisal pada kutipan (1) mendapat sanggahan dari Karni Ilyas pada
kutipan (2). Akbar Faisal emnlai bahwa pada pemerintahan hari ini banyak mengalir wacana
oposan yang bisa memperkuat demokrasi bangsa. Sementara itu, Karni Ilyas berpebdapat bahwa
hal demikian sudah ada sejak pemerintahan SBY. Statement yang dismapaikan Karni Ilyas juga
berdasarkan data dan informasi yang sudha dihimpun sebelumnya.
Pada kutipan (6), Akbar Faisal memmberikan keterangan lebih berupa data-data maupun
informasi. Selain itu, Akbar faisal juga memberikan fakta-fakta yang terjadi dalam acara
tersebut. Artinya, wacana yang disampaikan dalam acara ILC merupakan wacana yang diambil
berdasarkan pengamatan, pencarian data maupun informasi untuk selanjutnya disampaikan
dalam forum. Di dalam forum, narasumber mempunyai hak untuk menyampaikan dan
mempertahankan bukti-bukkti maupun fakta yang dimiliki.
Pada kutipan (1), Arya Sinanggula melogikakan statement Rocky Gerung mengenai
wacana “media milik penguasa” dengan kenyataan bahwa Rocky Gerung sampai hari ini bisa
bebas berbicara di ILC. Di dalam argumen ini, Arya Sinanggula memberikan alasan logis bahwa
apabila media milik penguasa, maka Rocky Gerung tidak akan mendapatkan kebebasan untuk
berbicara di media. Faktanya Rocky gerung masih bisa berbicara di media melalui program ILC
yang mengindikasikan bahwa media netral atau tidak dikuasai oleh pihak manapun, terutama
untuk seorang Rocky Gerung yang notabennya tidak pro dengan pemerintah.
Sebuah wacana dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya
kontroversi antara penutur dan mitra tutur. Dalam kaitannya dengan isu tersebut, penutur
berusaha menjelaskan alasan-alasan yang logis untuk meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau
pendengar). Biasanya suatu topik diangkat karena memiliki nilai, seperti indah, baik, berguna,
efektif, dan sebagainya. Dalam wacana pada program televisi “Indonesia Lawyers Club” di
TVOne, ditemukan model wacana yang sifatnya kontroversi dan berusaha menjelasakan alasan-
alasan logis kepada lawan bicara. Hal ini bisa dilihat dari kutipan berikut.
(Topik: tepatkakh hoax dibasmi dengan undnag-undang terorisme?)
(2) ARYA SINANGGULA: “ILC ini media, bukan sosmed ini. Nah ILC ini media, artinya bung
Rocky Gerung sampai hari ini bisa bicara bebas di ILC, ya satu. Yang kedua, sampai hari ini
tidak ada media yang di brnadle, ya tidak ada ada brandle. Artinta dimana? dimana kontrol media
seperti dikendalikan, artinya tidak bisa ngapa-ngapain. itu dua. Yang ketiga, tadi sekalian juga
,menjawab bung Fahri mengenai latar belakang pak Jokowi. Justru yang mengetahui latar
belakang pak Jokowi pertama kali adalah PKS Solo. Yang mengajukan pak Jokowi jadi walikota
Solo. Jadi, yang faham itu adalah PKS Solo, yang faham betul mengenai latar belakang pak
Jokowi. Jadi, tadi soal jangan dibenarkan juga bahwa hoax itu boleh, ya jangan dibenarkan bahwa
hoax itu boleh. Karena media atau dikendalikan padahal sampai hari ini beliau masih bisa
bicara.”
(Diunggah pada 24 Maret 2019)
Pada kutipan (2), Arya sinaggula berusaha untuk meyakinkan lawan bicara, Rocky
Gerung dengan statement yang ia buat. Melalui kalimat “Sampai hari ini tidak ada media yang
di brandle, ya tidak ada ada brandle. Artinya dimana? dimana kontrol media seperti
dikendalikan, artinya tidak bisa ngapa-ngapain.” Arya Sinanggula mencoba untuk
mempertahankan argumen dengan cara menanyakan kembali statement yang diberikan oleh
lawan tutur, dengan harapan lawan tutur tidak bisa menyangkal. Dengan demikian, Arya
Sinanggula mampu mempertahankan statement-nya dan memaksa lawan tutur untuk meyakini
satatement yang ia buat.
Selain itu, Arya Sinanggula juga memberikan informasi yang bernilai penting kepada
lawan bicaranya. Ia mencoba memberikan informasi penting yang memungkinkan lawan
bicaranya tidak mengetahui melalui kalimat“Yang ketiga, tadi sekalian juga menjawab bung
Fahri mengenai latar belakang pak Jokowi. Justru yang mengetahui latar belakang pak Jokowi
pertama kali adalah PKS Solo. Yang mengajukan pak Jokowi jadi walikota Solo. Jadi, yang
paham itu adalah PKS Solo, yang paham betul mengenai latar belakang pak Jokowi.” Kalimat
tersebut di ungkapkan Arya Sinanggula untuk menjawab sekaligus menyampaikan informasi
mengenai latar belakang Jokowi yang juga diperdebatkan. Hal ini penting disampaikan oleh
Arya Sinanggula untuk meng-kalim kebenaran latar belakang Jokowi.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
wacana yang digunakan dalam program televisi “Indonesia Lawyers Club” di TVOne antaralain:
1) Berdasarkan bahasa yang diapakai, program ILC tergolong ke dalam jenis wacana yang
menggunakan bahasa Indonesia.
2) Berdasarkan media yang dipakai, program ILC tergolong ke dalam jenis wacana yang
menggunakakn media lisan dalam proses penyampaiannya.
3) Berdasarkan jenis pemakaian, program ILC tergolong ke dalam jenis wacana polilog atau
wacana yang disampaikan oleh tiga orang atau lebih.
4) Beradasarkan bentuk pemakaian, program ILC tergolong ke dalam jenis wacana nonfiksi
atau wacana yang membahas tentang realita yang ada di masyarakat.
5) Berdasarkan jenis dan tujuan pemaparannya, program ILC tergolong ke dalam jenis wacana
argumentasi, dimana masing-masing narasumber berganti peran dalam komunikasi untuk
mempertahankan masing-masing argumen.
SARAN
Dalam satu wacana bisa terdiri dari beberpa jenis wacana. Oleh sebab itu, sebagai
pembaca atau pendengar wacana, kita harus mengenali jenis-jenis wacana agar bisa
mengklasifikasikan dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarlan. 2003. Analisis Wacana : Teori dan Praktik. Surakarta : Pustaka Cakra.
Sadora, Iga Pia. 2012. Wacana Persuasi pada Artikel Islami di Media Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Baryadi, Pratomo. 2002. Dasar –Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta:
Pustaka Gondo Suli.
Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Aalisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bnadung: PT Remaja Rosdakarya.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kmus Linguistik (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang:
Bayumedia Publishing.
Kartomihardjo, Soesono. 1993. Analisis Wacana denngan Penerapannya pada Beberapa
Wacana.