Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ Teori Belajar Kognitivisme & Aplikasinya dalam

Pembelajaran Bahasa Arab “

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Matakuliah “Psikologi Pembelajaran Bahasa


Arab”

Dosen Pengampuh : Khoirotun Ni’mah, SPd, M.Pd.I

Disusun Oleh :

UWIN (19052003)

KHIMAYATUL AZIZAH (19052008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM (UNISDA) LAMONGAN

2020
KATA PENGANTAR

Pertama penulis ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Sholawat
dan salam juga kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan kebaikan
beliau kita dituntun dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang.

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi Pembelajaran Bahasa


Arab” dengan ini penulis mengangkat judul “Teori Belajar Kognitivisme &
Aplikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Arab”.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah


membantu penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis mengakui bahwa manusia
mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Dalam pembuatan makalah ini penulis
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon agar pembimbing materi dan
pembaca dapat memakluminya. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita
semua. Amin.

Lamongan, 05 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................I

Daftar Isi.....................................................................................................................II

BAB I.........................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................3

A. Teori Belajar ..................................................................................................3


B. Teori Kognitivisme........................................................................................3
C. Tokoh-Tokoh Kognitivisme ..........................................................................5
D. Penerapan Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran Bahasa Arab................7

BAB III......................................................................................................................9

PENUTUP.................................................................................................................9

A. Kesimpulan....................................................................................................9
B. Kritik dan Saran.............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pendidikan yang dewasa ini lahir dengan istilah pembelajaran, hal ini
tentunya memberikan perhatian bersama bagi semua pengamat dan praktis
pendidikan untuk melihat ulang perjalanan pembelajaran yang selama ini berjalan.
Telah banyak para ahli serta filosof pendidikan yang telah menghabiskan isia serta
waktunya untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan hari ini,
tanpa terkecuali adalah guru atau pendidik sebagai praktisi di lapangan. Fenomena
yang sering muncul di tengah pendidikan kita di Indonesia adalah mengenai
perkembangan peserta didik dan perkembangan seorang pendidik, walau unsur yang
lain juga ada namun tidak terlalu muncul dipermukaan.

Seringnya fenomena yang terjadi antara dua belah pihak antara sang guru
dan sang murid, memberikan dampak negative bagi perkembangan ranah kognitif,
efektif, dan ranah psikomotornya. Khususnya fenomena ranah kognitif, missal
terjadinya mis komunikasi antara siswa dan guru atau sebaliknya antara guru dan
siswa. Kedua belah pihak memberikan peluang untuk saling menyoroti ketika para
siswa tidak lulus atau tidak memiliki perubahan sama sekali setelah menempuh
pembelajaran yang diberikan. Dalam hal ini kita tidak dapat menyalahkan semua
pihak, akan tetapi perlu penganalisaan yang tajam untuk menemukan solusi atau
langkah yang jelas untuk memperbaiki kekurangan dan kemerosotan pendidikan
hari ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud belajar menurut Kognitivisme ?
2. Siapa saja tokoh-tokoh Kognitivisme ?
3. Apa Penerapan Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran Bahasa Arab ?
C. Tujuan
1. Dapat memahami teori belajar menurut kognitivisme.
2. Dapat mengetahui tokoh-tokoh kognitivisme.
3. Dapat memahami penerapan teori kognitivisme dalam pembelajaran
bahasa Arab.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar
Teori Belajar adalah teori yang mendeskripsikan apa saja yang
sedang terjadi saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajar itu
berlangsung, ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-
teori belajar, yaitu : teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme,
dan teori belajar humanism. Teori belajae behaviorisme hanya berfokus pada
aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui
perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Pandangan
humanisme lebih mementingkan pengalaman serta keterlibatan individu
secara aktif.

Teori Kognitivisme
Menurut Puspo Nugroho (2015), definisi “Cognitife” berasal dari
kata “Cognition” yang memiliki persamaan dengan ” knowing” yang berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas kognisi adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Tingkah laku seseorang menurut teori psikologi
kognitif, tidak semata dipengaruhi oleh “reward” dan “reinforcement”.
Puspo Nugroho (2015) menyebutkan lima ciri aliran kognitifisme,
yaitu :
1. Mementingkan apa yang terjadi dalam diri anak
2. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
3. Mementingkan peranan kognitif
4. Mementingkan kondisi waktu sekarang
5. Mementingkan pembentukan struktur kognitif.

3
Adapun beberapa tahapan kognitif dimulai dari pengkodean ( coding ).
Penyimpanan ( storing ) perolehan kembali ( retrieving ) pemindahan
informasi ( transferring information ).
Teori Kognitif berawal mula dikembangkan oleh Jean Piaget (1896-
1980), seorang psikologi Swiss. Teorinya memberikan banyak konsep utama
dalam psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya
schemata (skema bagaimana seseorang memersepsikan lingkunganya).
dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat seseorang memperoleh cara
baru dalam mempresentasikan informasi secara mental. Teori kognitif
berpendapat bahwa manusia membangun kemampuan kognitifnya melalui
tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan (Thobroni
dan Mustofa, 2013:93).
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah perubahan persepsi
dan pemahaman. Belajar tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang
bisa diamati. Teori ini berasumsi bahwa setiap individu memiliki
pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Kognitif berpandangan bahwa
proses belajar akan berjalan dengan baik apabila teori belajar yang baru
dapat beradaptasi dengan kognitif yang dimiliki oleh individu.
Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar dari pada hasil
belajar. Penganut kognitivisme berpendapat bahwa belajar tidak hanya
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon melainkan juga melibatkan
proses berfikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivisme, ilmu
pengetahuan dibangun di dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak hanya berjalan
berpatah-patah dan terpisah tetapi melalui proses mengalir, bersambung dan
menyeluruh.
Pendekatan belajar ini berlawanan dengan pendekatan belajar
ekspositori atau belajar dengan cara menjelaskan. Dalam pendekatan ini,
siswa diberi informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi tersebut

4
melalui contoh-contoh khusus dan konkret. Dalam contoh diatas, siswa
diberi definisi tentang toleransi dan dari definisi tersebut, siswa diminta
untuk mencari contoh-contoh konkret yang menggambarkan makna kata
tersebut. Proses belajar ini berjalan secara deduktif (Uno, 2008:13).
Seperti halnya teori behaviorisme, teori kognitivisme juga memiliki
kekurangan (Thobroni dan Mustofa, 2013:105), yaitu: 1). Teori tidak
menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan, 2). Sulit dipraktikkan,
khususnya ditingkah lanjut, 3). Beberapa prinsip seperti intelegensi, sulit
dipahami dan pemahamanya masih belum tuntas. Selain memiliki
kekurangan, kognitivisme juga memiliki kelebihan yaitu, menjadikan siswa
lebih kreatif dan mandiri, membantu siswa memahami bahan belajar dengan
cara lebih mudah.

B. Tokoh-Tokoh Kognitivisme
Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif seseorang adalah
melalui suatu proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses
tempat informasi atau pengalaman yang menyatukan diri ke dalam kerangka
kognitif yang ada, sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau
pengembangan kerangka kognitif yang ada agar sesuai dengan pengalaman
baru yang dialaminya (Thobroni dan Mustofa, 2013: 98). Jika pengalaman
barunya cocok atau sesuai dengan yang tersimpan pada kerangka
kognitifnya, proses asimilasi dapat terjadi dengan mudah dan keseimbangan
(ekuilibirium) tidak terganggu. Jika apa yang tersimpan di dalam kerangka
kognitifnya tidak sesuai dengan pengalaman barunya, maka
ketidakseimbangan akan terjadi dan seorang tersebut akan berusaha untuk
menyeimbangkanya lagi. Dengan demikian dibutuhkan proses akomodasi
(Thobroni dan Mustofa, 2013:97).
Kedua, Bruner mengemukakan teorinya yang disebut free discofery
learning (Uno, 2008:12). Teori ini berpendapat bahwa proses belajar akan
berlangsung dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada

5
siswa untuk menemukan suatu aturan, konsep, teori, definisi dan sebagainya
melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi
sumbernya. Siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu
kebenaran umum. Misalnya, untuk memahami konsep toleransi, siswa tidak
menghafal definisi kata toleransi, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret
tentang toleransi. Dari contoh tersebut, siswa dibimbing untuk
mendefinisikan kata toleransi.
Menurut Burner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui
tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan yaitu sebagai
berikut: pertama, Tahap Enaktif atau tahap Asimilasi menurut Piaget. Pada
tahap ini, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk
memahami lingkungan sekitarnya. Tahap ini merupakan suatu tahap
pembelajaran dimana materi pembelajaran yang bersifat abstrak dipelajari
siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian, topic
pembelajaran tersebut diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata.
Tahap kedua yaitu Tahap Ikonik atau Tahap Akomodasi menurut
Piaget, tahap ini merupakan tahap dimana materi pembelajaran yang bersifat
abstrak dipelajari seseorang dengan menggunakan ikon atau gambar yang
menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-benda konkret. Dengan
demikian, topik pembelajaran yang bersifat abstrak ini telah diwujudkan
dalam bentuk benda-benda nyata yang diamati siswa, lalu diwujudkan dalam
gambar atau diagram yang bersifat semi konkret. Memahami dunia sekitar
seseorang melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan. Tahap ketiga,
yaitu tahap simbolik. Pada tahap ini seseorang telah mampu memiliki ide-
ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuanya dalam berbahasa
dan logika. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (discovery learning).
Ketiga, David P. Ausubel, siswa SD yang mampu mengucapkan
kalimat “ Ana Rosa”, tetapi ia tidak tahu mana yang suku kata “ro” dan suku

6
kata “sa” . terdapat juga siswa SMA yang dapat mengucapkan hukum
nashab dengan sempurna tapi tidak dapat menemtukan suatu kata itu nashab
atau tidak. Cara belajar membeo ini yang dilakukan siswa SD dan SMP
tersebut disebut dengan belajar hafalan. Contoh lain yang dapat
dikemukakan sebagai belajar hafalan ini adalah terdapat beberapa siswa
yang dapat mengucapkan tanda-tanda rofa’ tapi dia tidak mengerti arti
tanda-tanda tersebut dan tidak dapat menggunakanya.

C. Penerapan Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran Bahasa Arab


Pengajar atau guru bahasa Arab harus berusaha mengusahakan agar
pengetahuan siswanya tentang bahasa Arab utuh, tidak terpisah-pisah.
Artinya, pengetahuan bahasa Arab satu terkait dengan pengetahuan bahasa
Arab yang lain. Sebagai contoh pembelajaran tentang mubtada’ dan khobar
harus dikaitkan dengan I’rob seperti hukum rofa’. Agar lebih bermakna,
pengetahuan yang baru diajarkan dihubungkan dengan situasi nyata.
Misalnya, guru dapat menghubungkan ilmu nahwu dengan Al Quran.
Pembelajaran bahasa Arab dimulai dari benda konkret, semi konkret
kemudian abstrak. Harus disadari oleh guru bahasa Arab, bahwa siswa yang
sudah berada pada tahap oprasional formal sekalipun akan lebih mudah
mempelajari bahasa Arab, jika dimulai dari sesuatu yang konkret ataupun
yang bisa dipikirkan siswa. Sebagai contoh, menentukan I’rob dimulai dari
kalimat-kalimat di dalam Al Quran setelah itu bisa lanjut membuat contoh
sendiri. Pada taraf tertentu, guru menggunakan alat peraga. Misalnya, pada
pembelajaran tentang mufrodat, guru memanfaatkan barang yang ada
disekitarnya untuk menjelaskan arti mufrodat tersebut, contohnya mufrodat
dari pintu.
Guru mengajar bahasa Arab dari level paling mudah atau sederhana
menuju ke yang sedang, kemudian ke yang sulit atau rumit. Hal yang mudah
dan sederhana akan lebih gampang dicerna oleh murid. Dengan demikian
siswa dapat mengembangkan pikiranya untuk memecahkan hal yang lebih

7
rumit. Misalnya, sebelum menjelaskan tentang tamyiz, guru menjelaskan
dulu tentang na’at dan man’ut.
Kesalahan yang sudah terbentuk dalam benak siswa sulit untuk
diperbaiki, oleh sebab itu diperlukan proses akomodasi untuk
memperbaikinya. Dengan hanya memberi tahu bahwa di salah itu tidaklah
cukup. Guru pertama kali harus memberikan contoh-contoh atau pertanyaan-
pertanyaan yang dapat meyakinkan siswa bahwa ia salah. Setelah itu guru
mendiagnosis kesalahan siswa. Berdasarkan diagnosis itulah perbaikan dapat
dilakukan.

8
BAB III

PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori yang lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil itu sendiri. Fokus
perkembangan kognitif adalah perkembangan secara alami fikiran
belajar mulai anak-anak sampai dewasa.
Tokoh-Tokoh Kognitivisme terdiri dari:
- Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif seseorang adalah
melalui suatu proses asimilasi dan akomodasi.
- Bruner berpendapat bahwa proses belajar akan berlangsung dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan suatu aturan, konsep, teori, definisi dan sebagainya
melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi
sumbernya.
- David P. Ausubel, siswa SD yang mampu mengucapkan kalimat “ Ana
Rosa”, tetapi ia tidak tahu mana yang suku kata “ro” dan suku kata
“sa” . Cara belajar membeo ini yang dilakukan siswa SD dan SMP
tersebut disebut juga dengan belajar hafalan.
Penerapan Teori Kognitivisme dalam pembelajaran Bahasa Arab,
Pembelajaran bahasa Arab dimulai dari benda konkret, semi konkret
kemudian abstrak. Harus disadari oleh guru bahasa Arab, bahwa siswa
yang sudah berada pada tahap oprasional formal sekalipun akan lebih
mudah mempelajari bahasa Arab, jika dimulai dari sesuatu yang konkret
ataupun yang bisa dipikirkan siswa.

9
B. Kritik dan Saran
Meskipun penyusun menginginkan kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini, tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penyusun perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat penyusun harapkan untuk
perbaikan kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://prosiding.arab-um.com/index.php/konasbara/article/viewFile/32/27.com
Diakses pada tanggal 01 Desember pukul 08.00

http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al.com Diakses pada tanggal 02


Desember pukul 10.00

11

Anda mungkin juga menyukai