Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

METODE KHUSUS PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“TENTANG PRINSIP-PRINSIP METODE MENGAJAR”

Dosen Pengampu :

Habib Zainuri, S.Pd.I., M.Pd

Di Susun Oleh :

Kelompok IV

1. Fajar Maysyaroh NPM : 180511532


2. Muzdalipah NPM : 180511515
3. Amira Kholita A.F NPM : 180511507
4. Sri Novita Sari NPM :
180511568
5. Aswadi Syukur NPM : 180511524
6. Hardianto NPM : 180511555
7. Ferlyadi NPM : 180511545

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA 2019

i|Prinsip-Prinsip Metode Mengajar


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan
Inayah-Nya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan kerabat beliau hingga akhir
zaman.
Alhamdulillah karena berkat Rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini yang berkaitan dengan “Prinsip-Prinsip Metode
Mengajar”. Untuk memenuhi tugas kelompok dari Bapak Dosen Habib Zainuri,
S.Pd.I., M.Pd
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya,
oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran walaupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.
Akhirnya penyusunan sangat mengharapkan, semoga dari makalah
sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat
menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan
pada makalah ini.

Tenggarong,26 September 2019

Kelompok IV

ii | P r i n s i p - P r i n s i p M e t o d e M e n g a j a r
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………..………….….i
Kata Pengantar…………………………………………………………………..ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………iii

BAB I Pendahuluan……………………………………………………………...1

A. Latar Belakang…………………………………………………………...1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………..2

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………2

BAB III Pembahasan…………………………………………………………….3

A. Pengertian Metode Mengajar PAI………………………………………..3

B. Prinsip-Prinsip Metode
Mengajar…………………………………….....3

C. Faktor-Faktor Penentu Pemilihan Metode Mengajar yang Tepat………13

BAB IV Penutup…………………………..…………………..…………...……16

A. Kesimpulan………………………………………………..…………....16
B. Saran ……...
………………………………………………………….....17

Daftar Pustaka…………………………………………………………………..18

iii | P r i n s i p - P r i n s i p M e t o d e M e n g a j a r
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar, berhasilnya atau tidaknya


tujuan dalam proses pembelajaran di sekolah adalah merupakan tanggung
jawab seorang guru, sehingga sebelum mengadakan proses belajar mengajar
seorang guru harus terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan pengajaran tersebut, misalnya mempersiapkan
bahan pengajaran/materi, metode pengajaran dan komponen lain yang
berkaitan.
Betapapun baiknya metode pengajaran, apabila tidak dibarengi dengan
cara belajar yang benar, hasilnya tentu tidak akan seperti yang diharapkan.
Dalam metode-metode tersebut terdapat prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan dalam melaksanakannya.
Metode mengajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar banyak
jenisnya, dan metode –metode ini perlukan diperhatikan dalam melaksanakan
metode mengajar tersebut.
Metode-metode tersebut akan diuraikan dalam makalah ini dan akan
dikemukakan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
metode-metode tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah individualitas, kebebasan,
peranan lingkungan, globalisasi, pusat minat, aktivitas, motivasi, pengajaran
berupa pengajaran berkorelasi dan konsentrasi
Prinsip-prinsip tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berhubungan erat satu sama lain. Misalnya, prinsip individual hanya mungkin
dilaksanakan bila ada prinsip kebebasan, pusat minat dan aktivitas. Begitu
pula dengan korelasi akan sangat memberikan kemungkinan bagi peragaan,
motivasi dan lingkungan.

1|Prinsip-Prinsip Metode Mengajar


B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan pengamatan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Metode Mengajar Pendidikan Agama Islam
(PAI) ?
2. Apa saja Prinsip-Prinsip Metode Mengajar ?
3. Apa saja Faktor-faktor Penentu Pemilihan Metode Mengajar yang tepat ?

C. Tujuan Masalah.
Setiap Penulisan tentu mempunyai tujuan yang berfungsi sebagai
pedoman, arah dan titik akhir suatu penulisan. Oleh karena itu dalam
penelitian ini juga mempunyai tujuan yang tentunya sesuai dengan rumusan
masalah, adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Metode Mengajar Pendidikan
Islam (PAI).
2. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Metode Mengajar.
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor Penentu Pemilihan Metode Mengajar
yang tepat.

2|Prinsip-Prinsip Metode Mengajar


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Mengajar PAI.


Istilah metode mengajar terdiri dari dua kata yaitu “metode” dan
“mengajar”. Metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani (Greeka) yaitu
metha dan hodos. Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti
jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan tertentu.
Istilah mengajar berasal dari kata “ajar” ditambah dengan awaalan
“me”menjadi “mengajar” yang berarti “menyajikan atau menyampaikan”.
Jadi, “metode mengajar” berarti suatu cara yang harus dilalui untuk
menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.
Pendidikan Agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
membentuk manusia yang agamis dan menanamkan aqidah keimanan,
amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia
yang taqwa kepada Allah SWT. Bilamana dikaitkan dengan pengajaran
agama Islam yang harus disampaikan kepada siswa di sekolah atau madrasah,
maka batasannya terletak pada metode atau teknik apakah yang lebih cocok
digunakan dalam penyampaian materi agama tersebut, dan prinsip-prinsip
pengajaran yang bagaimanakah ynag seharusnya diterapkan oleh seorang
guru dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Jadi Metode Mengajar Pendidikan Agama Islam adalah suatu cara yang
harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agama Islam kepada siswa
untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
B. Prinsip-Prinsip Metode Mengajar.
Betapapun baiknya metode pengajaran, apabila tidak dibarengi dengan
cara belajar yang benar, hasilnya tentu tidak akan seperti yang diharapkan.
Dalam metode-metode tersebut terdapat prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan dalam melaksanakannya. Prinsip mengajar atau dasar mengajar
merupakan usaha guru dalam menciptakan dan mengkondisikan situasi

3|Prinsip-Prinsip Metode Mengajar


belajar-mengajar agar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal.
Usaha tersebut dilakukan guru pada saat berlangsungnya proses belajar-
mengajar.
Penggunaan prinsip mengajar bisa direncanakan guru sebelumnya, bisa
pula secara spontan dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses belajar-
mengajar, terutama bila kondisi belajar siswa sudah menurun. Prinsip-prinsip
itu adalah individualitas, motivasi, aktivitas, minat dan perhatian,
keperagaan, pengulangan, keteladanan, dan pembiasaan. Prinsip-prinsip
tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama
lain. Dengan prinsip-prinsip tersebut diharapkan pengajaran yang diberikan
dapat membawa hasil yang memuaskan.
Prinsip-prinsip pengajaran tersebut yakni sebagai berikut:

1. Individualitas.
Individu adalah manusia orang-seorang yang memiliki pribadi jiwa
sendiri. Kekhususan jiwa itu menyebabkan individu yang satu berbeda
dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain, tiap-tiap manusia
mempunyai jiwa sendiri.
Pada umumnya penyebab perbedaan itu dapat digolongkan dalam
dua faktor yaitu faktor dari dalam (internal factor) dan faktor dari
luar (external factor). Sejak lahir ke dunia, anak sudah memiliki
kesanggupan berpikir (cipta), kemauan (karsa), perasaan (rasa) dan
kesanggupan luhur yang dapat menghubungkan manusia dengan
Tuhannya.Kesanggupan-kesanggupan ini tidak sama bagi setiap anak.
Selanjutnya dengan adanya faktor luar seperti pengaruh keluarga,
kesempatan belajar, metode mengajar, kurikulum, alam dan sebagainya,
semakin menambah perbedaan kesanggupan murid”.
Secara terperinci perbedaan itu dapat dilihat pada :
1) Perbedaan Umur (usia kalender).
Sejak dahulu hingga sekarang orang menentukan tingkat kelas
murid berdasarkan umurnya, misalnya kelas satu SD terdiri dari

4|Prinsip-Prinsip Metode Mengajar


anak-anak yang usianya 6 tahun. Semua anak-anak yang duduk pada
suatu tingkat/kelas berdasarkan umur dianggap dapat memperoleh
keuntungan yang sama dari pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang
diberikan dengan metode penyajian yang sama. Ketidakmampuan
seseorang menguasai materi yang diberikan dijelaskan secara
sederhana bahwa hal itu hanya disebabkan oleh faktor kemalasan.
Jadi sama sekali tidak diperhatikan kenyataan bahwa murid-murid
berbeda kemampuannya dalam menerima pelajaran atau dengan kata
lain tidak dipertimbangkan bahwa anak-anak yang usianya sama
tidak selalu memiliki tingkat kematangan belajar yang sama.

2) Perbedaan Inteligensi.
Jika kita bandingkan antara anak yang pada dasarnya pandai
dengan anak yang kurang pandai, maka akan kelihatan beberapa
perbedaan seperti berikut:
a. Anak yang pandai :
 Cepat menangkap isi pelajaran.
 Tahan lama memusatkan perhatian pada pelajaran dan
kegiatan.
 Dorongan ingin tahu kuat, banyak inisiatif.
 Cepat memahami prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian.
 Sanggup bekerja dengan pengertian abstrak.
 Dapat mengkritik diri sendiri
 Memiliki minat yang luas.
b. Sedang anak yang kurang pandai berlaku keadaan
sebaliknya:
 Lambat menangkap pelajaran.
 Perhatiannya terhadap pelajaran cepat hilang.
 Kurang dan tidak punya inisiatif.

5|Prinsip-Prinsip Metode Mengajar


3) Perbedaan Kesanggupan dan Kecepatan.
Dalam melakukan kegiatan-kegiatan sekolah, kesanggupan dan
kecepatan anak berbeda. Anak yang cerdas akan jauh lebih cepat
menyelesaikan tugas-tugasnya dalam hitungan daripada anak yang
kurang cerdas. Demikian pula dalam berbagai bidang terdapat
perbedaan kesanggupan. Yang umum ialah kurang pandai dalam satu
atau beberapa bidang tetapi dalam hal lain menunjukkan
kesanggupannya.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu dipikirkan
bagaimana cara mengorganisir pelajaran sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi atau sesuai dengan kesanggupan anak sebagai
individu”.
Ada beberapa teknik untuk menyesuaikan pelajaran dengan
kesanggupan ideal, dengan melakukan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
a) Individualized assignments : guru merencanakan tugas-tugas
perorangan sesuai dengan kebutuhan murid yang bersangkutan.
b) Pengajaran unit atau proyek : para murid dapat mengerjakan
sesuatu yang disesuaikan dengan minatnya.
c) Homogeneous groupping : tujuan utama dari pengelompokan ini
adalah menyatukan murid-murid yang dapat mengambil manfaat
dari aktivitas-aktivitas kelompok yang sama. Umumnya
pengelompokan ini didasarkan atas kemampuan, bukan atas usia.
d) Remedial work : cara ini ditempuh bila terdapat kesalahan-
kesalahan atau kesulitan-kesulitan yang dibuat atau dihadapi oleh
murid secara individual.
e) Mengusahakan pemberian tugas-tugas pelajaran di sekolah :
tugas ini bersifat latihan-latihan atau mengulang pelajaran yang
sudah dipelajari bagi anak yang kurang, sedang bersifat
menambah hal-hal yang belum dipelajari bagi anak yang pandai.

6|Prinsip-Prinsip Metode Mengajar


2. Motivasi.
Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran. Motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang dapat
menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi
berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat lebih tinggi
pada suatu mata pelajaran cenderung memiliki perhatian yang lebih
terhadap mata pelajaran tersebut sehingga akan menimbulkan motivasi
yang lebih tinggi dalam belajar. Dorongan yang timbul dari dalam
dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu dinamakan motivasi instrisik.
Sedangkan dorongan yang timbul karena adanya pengaruh luar disebut
dengan motivasi ekstrinsik.
Macam-macam motivasi sebagai berikut :
a) Memberi angka, banyak anak belajar semata-mata untuk mencapai
atau mendapatkan angka yang baik. Angka yang baik bagi mereka
merupakan motivasi dalam kegiatan belajarnya.
b) Hadiah, hal ini dapat membangkitkan motivasi yang kuat bagi setiap
orang dalam melakukan suatu pekerjaan atau belajar sekalipun.
c) Persaingan, faktor persaingan sering digunakan sebagai alat untuk
mencapai prestasi yang lebih tinggi dilapangan industri, perdagangan
dan sekolah.
d) Tugas yang menantang, memberi kesempatan terhadap anak untuk
memperoleh kesuksesan belajar.
e) Pujian, pujian diberikan ketika pekerjaan atau belajar anak dapat
memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
f) Teguran dan kecaman, digunakan untuk memperbaiki kesalahan
anak yang melanggar disiplin atau melalaikan tugas yang diberikan.
g) Hukuman, hal ini diberikan kepada anak yang telah melanggar
peraturan dan ketika itu si anak sudah di beri teguran tetapi tetap
melanggar, maka anak itu boleh diberi hukuman.

7|Prinsip-Prinsip Metode Mengajar


3. Aktivitas.
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar.
Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh bila murid itu dengan
keaktifan sendiri bereaksi terhadap lingkungannya. Kalau seorang murid
ingin belajar memecahkan suatu problem, ia harus berpikir menurut
langkah-langkah tertentu kalau ia ingin menguasai suatu keterampilan ia
harus berlatih mengkoordinasikan otot-otot tertentu; kalau ia ingin
memiliki sikap tertentu, ia haru memiliki sejumlah pengalaman
emosional.
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa belajar itu hanya berhasil
bila melalui bermacam-macam kegiatan. Kegiatan tersebut dapat
digolongkan menjadi keaktifan jasmani dan rohani. Keaktifan jasmani
ialah murid giat dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain-main
atau bekerja. Jadi, murid tidak hanya duduk dan mendengar. Murid aktif
rohaninya jika daya jiwa anak bekerja sebanyak-banyaknya, jadi anak
mendengarkan, mengamati-amati, menyelidiki, mengingat-ingat,
menguraikan, mengasosiasikan ketentuan yang satu dengan ketentuan
yang lain.
Keuntungan dari penggunaan prinsip aktivitas adalah tanggapan
sesuatu dari yang dialami atau dikerjakan sendiri lebih sempurna dan
mudah direproduksikan dan pengertian yang diperoleh adalah jelas.
Selain itu beberapa sifat watak tertentu dapat dipupuk misalnya: hati-hati,
rajin, bertekun dan tahan uji, percaya pada diri sendiri, perasaan sosial
dan sebagainya.

4. Minat dan Perhatian.


Minat dan perhatian merupakan suatu gejala jiwa yang selalu
bertalian. Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul
perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi
perhatian seseorang kadang kala timbul dan ada kalanya hilang sama
sekali. Suatu saat anak kurang perhatiannya terhadap penjelasan yang

8|Prinsip-Prinsip Metode Mengajar


diberikan oleh guru di depan kelas, bukan disebabkan dia tidak memiliki
minat dalam belajar, boleh jadi ada gangguan dalam dirinya atau
perhatian lain yang mengusik ketenagannya di dalam kelas atau guru
kurang dapat memberikan teknik pengajaran yang bervariasi.
Setiap individu mempunyai kecenderungan fundamental untuk
berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Apabila
sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya ia akan berminat
terhadap sesuatu itu.
Peranan perhatian dalam proses belajar diungkapkan dalam al-Qur'an
antara lain :
ِ ‫ستَ ِم ُعوا لَهُ َوأَ ْن‬
َ‫صتُوا لَ َعلَّ ُك ْم ت ُْر َح ُمون‬ َ ‫َوإِ َذا قُ ِر‬
ْ ‫ئ ا ْلقُ ْرآنُ فَا‬
“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik,
dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.
(QS. Al-A’raf: 204)
Tidak semua siswa mempunyai perhatian yang sama terhadap
pelajaran yang disajikan oleh seorang guru. Oleh karena itu diperlukan
kecakapan guru untuk dapat membangkitkan perhatian anak didik.
Perhatian yang dibangkitkan oleh guru disebut perhatian yang di sengaja,
sedangkan perhatian yang timbul dengan sendirinya dalam diri anak
tersebut disebut dengan perhatian spontan.
Atas dasar uraian diatas maka tahap-tahap awal suatu proses
pengajaran hendaklah dimulai dengan usaha membangkitkan minat
tersebut. Minat harus dijaga, selama proses pengajaran berlangsung,
karena mudah sekali berkurang atau hilang selama proses pengajaran
tersebut.

5. Peragaan.
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud
memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan
sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Dengan

9|Prinsip-Prinsip Metode Mengajar


peragaan, diharapkan proses pengajaran terhindar dari verbalisme.
Untuk itu sangat diperlukan peragaan dalam pengajaran terutama
terhadap siswa ditingkat dasar.
Peragaan meliputi semua pekerjaan indra yang bertujuan untuk
mencapai pengertian tentang suatu hal secara tepat. Agar peragaan
berkesan secara nyata, anak tidak hanya mengamati benda atau modal
yang diperagakan terbatas pada luarnya saja, akan tetapi harus mencapai
berbagai segi, dianalisis, disusun dan dibanding-bandingkan untuk
memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap.
Dasar psikologis azas peragaan tersebut yakni : sesuatu hal akan
lebih berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan
pengamatan langsung anak itu sendiri.
Peragaan terdiri dari dua macam yaitu :

a. Peragaan Langsung, memperlihatkan bendanya sendiri, mengadakan


percobaan – percobaan yang dapat diamati peserta didik. Misalnya,
Guru membawa alat –alat atau benda –benda ke dalam kelas
pengajaran dan ditunjukkan kepada peserta didik atau membawa
mereka ke laboraturium, pabrik – pabrik, kebun binatang, dan
sebagainya.

b. Peragaan Tidak Langsung, dengan menunjukkan benda – benda tiruan.


Misalnya, gambar – gambar, foto – foto, film, dan sebagainya.

Disarankan agar guru:

- Menggunakan macam – macam alat peraga.

- Meragakan Pelajaran dengan perbuatan dan percobaan – percobaan

- Membuat poster – poster, ruang eksposisi, Hebarium, dan sebagainya.

- Menyelenggarakan karyawista.

10 | P r i n s i p - P r i n s i p M e t o d e M e n g a j a r
6. Pengulangan.
Perlakuan yang dilakukan secara berulang akan melahirkan
kebiasaan. Karena kebiasaan adalah perilaku yang diulang. Dengan
adanya pengulangan maka akan memudahkan tertanamnya konsep, fakta,
informasi, pemahaman, dan pemikiran ke dalam benak (memori otak)
peserta didik.
Para pendidik hendaknya membiasakan dan melakukan pengulangan
dalam menanamkan fakta, konsep dan informasi dalam melaksanakan
proses pembelajaran kepada para peserta didiknya, hal ini akan lebih
efektif dalam memahamkan peserta didiknya tentang apa yang
disampaikannya. Pengulangan yang dilakukan secara baik, dengan
informasi yang menarik akan membangkitkan motivasi belajar mereka,
dan pembelajaran akan lebih bermakna.

7. Keteladanan.
Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontohkan oleh
seseorang dari orang lain. Keteladanan yang dimaksud disini adalah
keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam, yaitu
keteladanan yang baik. Keteladanan dapat direalisasikan dengan cara
memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat
berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik
dan benar. Keteladanan memberikan konstribusi yang sangat besar dalam
pendidikan ibadah, akhlak, kesenian dan lain-lain.

8. Pembiasaan.
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan
pembentukan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik
adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah

11 | P r i n s i p - P r i n s i p M e t o d e M e n g a j a r
suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan
terlebih dahulu, dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.
Pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan
tuntutan ajaran agama islam. Pembiasaan dinilai sangat efektif jika dalam
penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil.
Karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi
kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlalur dengan
kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan setiap hari. Oleh karena itu,
sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang
sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak.
Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan
termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke
usia remaja dan dewasa.

9. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar diri individu.
Adapun lingkungan pengajaran merupakan segala apa yang bisa
mendukung pengajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai “
sumber pengajaran” atau “ sumber belajar “. Bukan hanya guru dan buku
atau bahan pelajaran yang menjadi sumber belajar. Apa yang dipelajari
peserta didik tidak hanya terbatas pada apa yang disampaikan guru dan
apa yang ada dalam buku tulis. Banyak hal yang dapat dipelajari dan
dijadikan sumber belajar peserta didik. Pengajaran yang tidak
mengiraukan prinsip lingkungan akan mengakibatkan peserta didik tidak
mampu beradaptasi dengan kehidupan tempat ia hidup. Pengetahuan
yang mungkin ia kuasai belum menjamin pada bagaimana ia menerapkan
pengetahuannya itu bagi lingkungan yang ia hadapi.
Ada 2 macam cara menggunakan lingkungan sebagai sumber pengajaran
atau belajar :

12 | P r i n s i p - P r i n s i p M e t o d e M e n g a j a r
a. Membawa peserta didik dalam lingkungan dan masyarakat untuk
keperluan pelajaran (karyawisata, service projects, school camping,
interview, survey).
b. Membawa sumber – sumber dari masyarakat kedalam kelas
pengajaran untuk kepentingan pelajaran (resources respons, benda –
benda, seperti pameran atau koleksi).

10. Globalitas
Menurut prinsip globalitas atau integralitas bahwa keseluruhan
adalah menjadi titik awal pengajaran. Perserta didik selalu mengamati
keseluruhan lebih dahulu baru kemudian bagian-bagiannya. Di sini
pendekatan deduktifla yang ditekankan yaitu mengenalkan pengajaran
kepada peserta didik yang dari pengertian atau penjelasan yang umum
kepada yang khusus, dari kaidah-kaidah umum kepada kaidah-kaidah
yang khusus, dari yang global kepada yang spesifik, dari pengenalan
sistem kepada elemen-elemen sistem.

C. Faktor-Faktor Penentu Pemilihan Metode Mengajar yang Tepat.


Pemilihan metode mengajar yang “tepat” ditentukan oleh berbagai faktor,
yaitu :
1. Kemampuan/ketrampilan guru.
Kemampuan/ketrampilan guru dalam menyampaikan pembelajaran
dapat memberikan pengaruh langsung terhadap pemahaman siswa pada
pelajaran yang disampaikan.
2. Kebutuhan peserta didik.
Sangatlah penting sebagai guru untuk mengetahui kebutuhan
peserta didik. Seperti, mengetahui pola pikir peserta didiknya,
pergaulannya sehari-hari, dan juga tingkah laku peserta didik tersebut.
Agar guru dapat menciptakan ruangan kelas yang tepat bagi peserta didik,
dapat memberikan motivasi-motivasi atau nasehat terhadap anak-anak
didik yang membutuhkan dorongan yang lebih besar, dan juga dapat

13 | P r i n s i p - P r i n s i p M e t o d e M e n g a j a r
berinteraksi dengan baik terhadap peserta didik dengan mengemukakan
topik-topik yang mungkin sangat disukainya pada umur peserta didik
tertentu.
3. Besarnya kelompok.
Besarnya kelompok ini untuk membentuk kerjasama saling
menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup, memudahkan
pekerjaan, dan juha mengatasi masalah pekerjaan yang terlalu besar
sehingga selesai lebih cepat, efisien, dan efektif. Dan ini biasanya
memakai metode diskusi
4. Tujuan pelajaran.
Tujuan pelajaran ini adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan
terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pelajaran tertentu. Agar tujuan pelajaran bisa tercapai dengan
maksimal, pendidik/guru harus mampu mendesain/menyusun konsep
pelajaran yang menarik sehingga siswa terpancing untuk melibatkan diri
dalam proses pembelajaran.
5. Keterlibatan peserta didik.
Keterlibatan peserta didik adalah mental/emosi serta fisik peserta
didik dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang dilaksanakan
dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan
bertanggung jawab atas keterlibatannya.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk
menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
6. Kesesuaian dengan bahan pengajaran.
Sesuaikah metode yang dipilih dengan sifat bahan pelajaran?
7. Fasilitas yang tersedia.
Cukupkah fasilitas yang tersedia untuk menunjang pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar, sesuai dengan metode yang ditetapkan? 
8. Waktu yang tersedia.

14 | P r i n s i p - P r i n s i p M e t o d e M e n g a j a r
Mungkinkah suatu metode diterapkan dalam belajar mengajar, dilihat dari
segi waktu? Metode karya wisata misalnya, tentu membutuhkan waktu
untuk refleksi dan memberikan laporan.
9. Variasi pengalaman belajar.
Dalam penetapan metode kita harus mempertimbangkan berapa jauh
variasi pengalaman belajar dapat terjadi. Pengalaman belajar bagaimana
yang dapat maksimal terjadi? Mendengar sajakah? Melihat sajakah?
Berpikir dan berbuatkah?
10. Keterampilan tertentu dari peserta didik.
Metode yang kita tetapkan dalam mengajar hendaklah sedemikian rupa
sehingga dapat membangkitkan keterampilan tertentu. Kalau tidak peserta
didik menjadi pasif; hanya tahu teori. Hal ini penting apalagi berkaitan
dengan pengajaran yang ingin menanamkan segi-segi “how to” atau
“teknik”. 

15 | P r i n s i p - P r i n s i p M e t o d e M e n g a j a r
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.
Metode Mengajar Pendidikan Agama Islam adalah suatu cara yang harus
dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agama Islam kepada siswa untuk
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Dalam metode-metode mengajar terdapat prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan dalam melaksanakannya. Prinsip-prinsip itu adalah :
1. Individualitas.
2. Motivasi.
3. Aktivitas.
4. Minat dan Perhatian.
5. Peragaan.
6. Pengulangan.
7. Keteladanan.
8. Pembiasaan.
9. Lingkungan
10. Globalitas.

Prinsip-prinsip tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling


berhubungan erat satu sama lain. Dengan prinsip-prinsip tersebut diharapkan
pengajaran yang diberikan dapat membawa hasil yang memuaskan.

Adapun Pemilihan metode mengajar yang “tepat” ditentukan oleh


berbagai faktor, diantaranya :

1. Kemampuan atau keterampilan guru.


2. Kebutuhan peserta didik.
3. Besarnya kelompok.
4. Tujuan pelajaran.
5. Keterlibatan peserta didik.
6. Kesesuaian dengan bahan pelajaran.

16 | P r i n s i p - P r i n s i p M e t o d e M e n g a j a r
7. Fasilitas yang tersedia.
8. Waktu yang tersedia.
9. Variasi pengalaman belajar.
10. Keterampilan tertentu dari peserta didik.

B. Saran.
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar, berhasilnya atau tidaknya
tujuan dalam proses pembelajaran di sekolah adalah merupakan tanggung
jawab seorang guru, sehingga sebelum mengadakan proses belajar mengajar
seorang guru harus terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan pengajaran tersebut, misalnya mempersiapkan
bahan pengajaran/materi, metode pengajaran dan komponen lain yang
berkaitan.
Demikian makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa
masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

17 | P r i n s i p - P r i n s i p M e t o d e M e n g a j a r
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

1. Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT Rineka


Cipta. (hal 21-23, hal 28, hal 34)

Internet :

1. http://yusrikeren85.blogspot.com/2011/11/prinsip-prinsip-metode-
mengajar.html?m=1 (Diakses pada 25 september 2019 pukul : 19.45)
2. http://fitrianahadi.blogspot.com/2015/04/prinsip-prinsip-metode-mengajar-
pai.html?m=1 (Diakses pada 25 September 2019 pukul : 20.10)
3. http://ahmadsholihinalqudsy.blogspot.com/2017/06/asholihin40gmail.html
?m=1) (Diakses pada 25 September 2019 pukul : 20.55)

18 | P r i n s i p - P r i n s i p M e t o d e M e n g a j a r

Anda mungkin juga menyukai