Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“MAHARAH ISTIMA (KETRAMPILAN MENYIMAK)


PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH
DAN PERGURUAN TINGGI”

Di Susun Oleh :
HENIK AL HUSNAWATI
NIM : 504210004

Dosen Pengampu :
Dr. AGUS TRICAHYO, MA

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2021

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran bahasa Asing, untuk mengembangkan kemampuan
belajar itu menggunakan bahasa baik secara lisan maupun dengan tulisan.Sehingga
kemampuan berbahasa yang juga disebut Maharat al lughah merupakan kemampuan
dalam menggunakan bahasa dengan baik, yang mencakup 4 ketrampilan, yaitu :
menyimak ( Maharah Istima’), berbicara ( Maharah al Kalam ), membaca ( Maharah
al Qira’ah), menulis ( Maharah al kitabah ). Bisa di kategorikan bahwa ketrampilan
menyimak dan membaca termasuk ketrampilan reseptif, sedangkan ketrampilan
berbicara dan menulis termasuk kategori ketrampilan produktif yang merupakan hasil
dari menyimak dan membaca.1
Masing-masing ketrampilan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain,
karena untuk mampu terampil dalam berbahasa diperlukan step-step pembelajaran
tersebut secara teratur dan terarah, sehingga tujuan bisa berhasil dengan baik. Dimulai
ketika peserta didik masih kecil di usia Sekolah Dasar, kemudian pada Tingkat
Menegah dan hingga di Perguruan Tinggi, maka tahap demi tahap empat ketrampilan
istima’, kalam, Qira’ah dan kitabah saling berkesinambungan.2
Apa yang diucapkan seseorang melalui bahasa hal itu mencerminkan apa
yang ada dalam pikirannya, sehingga makin terbiasa dan terampil seseorang dalam
berbahasa, maka akan semakin terasah, dan cerah pikirannya serta akan semakin
berkembang pula ketrampilannya dalam berfikir. Dan hal itu akan bisa terwujud
dengan berbagai latihan-latihan dan praktek-praktek yang sering ia lakukan.3
Pada makalah ini akan di bahas mengenai maharah istima’, yang mana telah
diketahui bahwa maharah istima’ adalah merupakan salah satu dari 4 ketrampilan
dalam berbahasa yang harus dikuasai oleh peserta didik, sehingga kemampuan bahasa
bisa tercapai dengan baik, sesuai dengan kaidah tata bahasa dan justified. Walaupun
tidak menutup kemungkinan, mungkin dalam perjalanannya tahab demi tahab
ketrampilan tersebut juga ditemui beberapa kendala dan hambatan. Namun dengan
usaha yang keras, semua itu tentu bisa terwujud sesuai dengan yang diharapkan.
1
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : 2011), 129.
2
Ibid
3
Ibid, 130.

2
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini, penulis mengangkat beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari Maharah al Istima’?
2. Bagaimanakah strategi pembelajaran Maharah al Istima’?
3. Bagaimanakah kompetensi Maharah al Istima’ pada tingkat
Pendidikan Dasar, Menengah dan perguruan Tinggi ?
4. Apakah tolok ukur keberhasilan Maharah al Istima’ ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah Maharah al Istima’ ini adalah : agar bisa
menambah wawasan keilmuan baik penulis sendiri maupun para pembaca dalam
pembelajaran bahasa asing, khususnya pembelajaran bahasa Arab di dunia
pendidikan, baik para pengajar maupun peserta didik, di tingkat pendidikan
Dasar, Menengah, maupun di Perguruan Tinggi.

Selain itu, juga untuk memberikan kontribusi, serta wacana dalam


khazanah keilmuan dalam pembelajaran bahasa Arab, dengan memadukan
berbagai teori-teori dari para ahli untuk bisa di terapkan, dengan melihat
relevansinya pada tingkat pendidikan terkait, baik dari sisi peserta didiknya,
kebiasaan, lingkungan ataupun faktor-faktor penunjang lainnya yang
memungkinkan agar keberhasilan ketrampilan berbahasa bisa berhasil
diwujudkan dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAHARAH AL ISTIMA’


Kata Maharah berasal dari bahasa Arab, yang bermakna pandai,
terampil,cakap atau pintar. Kata Maharah adalah merupakan isim masdar dari
kata Mahara yang berarti kemahiran, atau bisa disebut juga kecakapan, atau

3
keterampilan.4 Kemudian kata al-istima’ bermakna mendengarkan. Sehingga
secara bahasa, Maharah al-Isima’ adalah suatu keterampilan mendengarkan
dengan baik, atau dalam istilah lain disebut juga “menyimak”.5

Kata Al-istima' /menyimak adalah merupakan suatu proses manusia yang


berkesinambungan dalam memahami arti dan makna, berfikir dengan baik atas
apa yang telah di dengarnya dari lafadz atau kata-kata, atau ungkapan yang
datang dari alam dengan tema-tema tertentu. yang berbeda-beda. Maka Menurut
Ali Ahmad Madkur, kata istima' adalah merupakan suatu proses yang sangat
rumit dan terdapat beberapa unsur, yaitu mengenali suara, kemudian memahami,
setelah itu menganalisis, lalu mempraktikkan dan mengevaluasi,
menginterpretasikan, materi yang telah di dengarnya.6

Pendapat lain mengatakan, bahwa kata Al-istima'/menyimak adalah


merupakan suatu kemampuan yang dimungkinkan seorang dapat menggunakan
bahasa untuk memahami bahasa yang digunakan tersebut secara lisan. Kata Al-
istima’ memiliki sifat pasif-reseptif yang berarti bahwa adanya inisiatif untuk
berkomunikasi bukanlah merupakan yang pertama kalinya berasal dari dirinya,
tetapi berasal dari orang lain, sehingga sikap dan tindakan yang diharapkan dari
seseorang pendengar tersebut yaitu mendengarkan atau menyimak dan memahami
apa yang didengarkannya 7
Demikian penting dan urgensinya maharah al istima’ sebagai salah satu
ketrampilan yang bersifat reseptif, maka ketrampilan menyimak ini harus menjadi
ketrampilan yang terlebih dahulu di kuasai oleh peserta didik atau siswa. Karena
konsepnya belajar bahasa asing yang pertama kali dilakukan adalah dengan
menyimak, sedangkan ketrampilan membaca, menulis adalah ketrampilan yang
harus dikuasai pada tahapan selanjutnya.8

4
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: 2002). hlm.1363
5
Ibid., hlm.660
6
Ali Ahmad Madkur, Tadris Funun al-Lughoh al-‘Arabiyah, (Kairo: Dar al-Fikr al-
Arabiyah,2006), hlm.84
7
Alim Ibrohim, „Abdul. Muwajjihul Fan, (Kairo: Darul Ma‟arif, 1968), hlm 223
8
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : 2011), 131.

4
B. STRATEGI PEMBELAJARAN MAHARAH AL ISTIMA’
Menyimak merupakan sarana untuk berinteraksi dengan orang lain.
Strategi pembelajaran Maharah al Istima’ dapat dilakukan dengan menggunakan
langkah pembelajaran sebagai berikut :
 Pembukaan Istima’
Guru memulai pelajaran dengan menyampaikan tentang pentingnya
istima’, menjelaskan mengenai karakter dan tujuan materi kepada peserta
didik.
 Penyampaian materi
Guru menyampaikan materi dengan metode-metode yang sesuai
untuk mencapai tujuan kompetensi yang diharapkan.
 Pemahaman materi
Guru mempersilahkan peserta didik untuk memahami materi yang
telah disampaikan
 Diskusi materi
Guru memberikan kesempatan dan waktu kepada peserta didik untuk
mendiskusikan materi yang telah disampaikan, serta mengadakan sesi tanya
jawab tentang materi yang dipelajari9
 Ringkasan materi
Peserta didik meringkas materi dan diskusi yang telah disampaikan,
dan memberikan penguatan secara lisan kepada teman-temannya.
 Evaluasi
Guru memberikan bebrapa pertanyaan-pertanyan untuk melihat
seberapa jauh kefahaman peserta didik tentang materi yang telah
disampaikan.
Berkaitan dengan langkah-langkah pembelajaran Istima’ diatas, maka
disarankan guru seharusnya adalah orang yang :
 Pendengarannya baik, suara dan ucapannya jelas, komunikatif dan memiliki
karakter serta penampilan yang menyenangkan, sehingga bisa menstimulus
peserta didik dalam pembelajaran untuk memperhatikan materi yang
disampaiakan.
 Guru memiliki rencana pembelajaran yang baik dan terarah
 Guru sangat peka dengan kondisi siswa dan situasi lingkungan
9
Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta : 2011) 118.

5
C. KOMPETENSI MAHARAH AL ISTIMA’ PADA JENJANG
PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH DAN PERGURUAN
TINGGI
 Kompetensi maharah al Istima’ pada jenjang pendidikan
tingkat Dasar (Mubtadi’) :
Peserta didik mampu menyimak kata atau kalimat dalam bahasa
Arab, memahami suatu pembicaraan yang masih sederhana, serta
memberikan tanggapan secara lisan maupun perbuatan10.
Bentuk Pembelajarannya misalnya sebagai berikut :
Guru mengucapkan mufradat atau kalimat-kalimat perintah dengan bahasa
Arab, agar peserta didik terlatih untuk menyimak dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang di sampaikan dan memberi tanggapan dengan perbuatan11
contohnya :
 Peserta didik diperintah secara fisik melakukan suatu perbuatan
‫ افتح كتبك‬: Bukalah kitabmu!
‫إجلس‬ : Duduklah!
‫إسمعنا‬ : Dengarkan !

 Peserta didik juga di ajak untuk mampu memahami seruan pendek.12


‫تمهل‬ : Hati-hati!
‫اال نتباه‬ : Perhatian!
‫احترس‬ : Awas!

 Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik dengan sebuah tulisan


atau sebuah gambar di kertas atau di papan tulis13
‫ هل هذا قط‬: apakah ini kucing!
‫ هل تخاف‬: apakah kamu takut ?
‫ما اسمك‬ : Siapa namamu?
 Guru memberikan sketsa, gambar, atau denah. Kemudian peserta didik
mendengarkan perintah yang disampaikan oleh guru, lalu mengerjakan apa yang telah
10
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : 2011), 132.
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Ibid.

6
diperintahkan oleh gurunya. Guru juga bisa memberikan materi melalui kaset,
rekaman audio dan peserta didik mendengarkan dengan seksama.14

 Kompetensi maharah al istima’ pada jenjang pendidikan


Menengah (Mutawassith) :
Peserta didik diharapkan mampu menyimak kalimat-kalimat pendek
bahasa Arab, menjawab pertanyaan-pertanyaan tema tertentu yang terdapat
dalam sebuah percakapan. 15
Bentuk Pembelajaran yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
 Peserta didik berlatih menyimak rekaman audio dari guru tentang suatu
materi percakapan singkat dengan menggunakan bahasa Arab. Kemudian
guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta
didik, baik secara lisan maupun dengan tulisan.

 Peserta didik disuruh menyimak rekaman dialog antara dua orang atau
lebih, kemudian guru memberikan pertanyaan secara lebih detail, lalu
meminta peserta didik menebak nada berdialog orang yang ada dalam
dialog tersebut, apakah sedih, senang, gembira, dan lain-lain.

 Peserta didik menyimak rekaman audio yang putar oleh gurunya dengan
seksama. Dalam dialog tersebut terdapat dua orang, yang mana suara
yang terdengan hanyalah suara orang pertama, sedangkan suara orang
kedua tidak terdengar. Kemudian guru meminta peserta didik untuk
menebak jawaban yang tepat dari orang kedua yang tidak terdengar
suaranya. Jawaban dengan lisan, diucapkan dengan bahasa Arab.
Misalnya Percakapan dalam rekaman itu adalah sebagai berikut :
‫ السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬: ‫ا‬
.....................................: ‫ب‬
‫ ؟‬q‫ هل هذا رقم فاطر‬: ‫ا‬
.........................................: ‫ب‬
‫ كيف حالك ؟‬: ‫ا‬
14
Ibid.
15
Ibid, 133.

7
.........................................: ‫ب‬
‫ متي تريد ان تذهب الي المكتبة ؟‬,‫ فاطر‬: ‫ا‬
...........................................: ‫ب‬
‫ بااسرعة‬, ‫ انتظرك‬,‫ طيب‬: ‫ ا‬16

Dari percakapan tersebut, peserta didik menebak jawaban yang tepat untuk
dialog yang masih belum terdengar suaranya. Jawaban bisa berupa pilihan
ganda yang sudah disiapkan oleh guru, atau jawaban bisa juga secara
langsung dengan lisan.
 Kompetensi maharah al istima’ pada jenjang pendidikan

Perguruan Tinggi (Mutaqaddim) :


Mahasiswa mampu menyimak bunyi, rekaman audio, maupun film
dalam video youtube yang berupa teks Arab tentang materi, tema tertentu
dengan baik dan mahir17.
Kegiatan - kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :
 Mahasiswa mendengarkan atau menyimak bunyi rekaman audio yang
diputar oleh dosen di ruangan kelas ataupun di rumah secara daring
melalui media Google classroom, WhatsApp ataupun media lainnya.
 Mahasiswa menyimak audio visual yang ada di Youtube. Hal itu bisa
dilakukan ruang kelas dengan bantuan LCD Proyektor, ataupun bisa juga
dilakukan di rumah sebagai tugas dari dosen.
 Mahasiswa menyimak kata maupun kalimat yang disampaikan dosen
ketika mengajar di kelas

Akademi Al Madinah, Kumpulan Percakapan Dasar Al Jadid (Indonesia : 2016), 22.


16

17
Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa Arab IAIN, (Palangka Raya Vol. 8, No. 2, December
2020) : 149.

8
 Mahasiswa mencerna dan memahami bunyi-bunyi yang ia dengar baik
dari rekaman audio, maupun film di youtube dengan baik, kemudian
memberikan tanggapan atau respon.

D. TOLOK UKUR KEBERHASILAN MAHARAH AL ISTIMA’

Tolok ukur maharah al istima’ dapat diketahui melalui pelaksanaan evaluasi


belajar atau asesmen, yang mana tingkat relevansinya sangat tinggi untuk menentukan
seberapa jauh keberhasilan pembelajaran maharah al istima’ yang telah dipraktekkan
pengajar kepada peserta didik. Selain itu evaluasi ini sangat penting sekali selain
sebagai tolok ukur penguasaan maharah al istima’ juga merupakan acuan untuk
pengembangan progress pembelajaran selanjutnya.18

Kemampuan untuk memahami suatu makna kata dan kalimat, bahasa


yang disampaikan merupakan faktor utama dalam mencapai ketrampilan
mendengar (istima’) secara lisan. Kemudian kemampuan memahami tersebut
diungkapkan kembali dengan bahasa lisan, yang mana hal itulah yang merupakan
target tujuan dari evaluasi atau asesmen ini.

Maka dari itu, kefahaman dan penguasaan yang baik dalam menyimak
atau mendengar meliputi bentuk dan ungkapan lisan seperti ; bunyi bahasa, frasa
perkataan-perkataan yang lepas, fonem, kalimat, suku kata, dan wacana lainnya,
namun demikian tidak semua bentuk dan ungkapan lisan tersebut mempunyai
keterkaitan dengan makna, baik yang sifatnya, gramatikal, kontekstual ataupun
makna secara harfiah. Sehingga bisa disimpulkan bahwa makna yang serupa itu
berkaitan dengan kalimat, frasa. Wacana yang lebih luas dan perkataan-perkataan
yang lepas.

Muhbib Abdul Wahab, Pengembangan Teknik dan Model Evaluasi Pembelajaran


18

Bahasa Arab, (Jakarta : 2004).

9
1. EVALUASI MAHARAH ISTIMA’ (ASESMEN ISTIMA’)
Para ahli bahasa Duncan dan Dunn berpendapat, bahwasanya asesmen adalah
merupakan proses pengumpulan informasi kegiatan belajar oleh guru terhadap peserta
didiknya tentang pengajarannya.19

Tolok ukur dalam ketrampilan menyimak (maharah istima) adalah


kemampuan komprehensi pengucapan/lisan atau (identifikasi bunyi) dan
kemampuan komprehensi pendengaran (fahmul masmu’) yakni kemampuan
untuk memahami apa yang di dengar, sebagai evaluasi ketrampilan
menyimak.20
A. IDENTIFIKASI BUNYI
Contoh identifikasi bunyi untuk mengukur kemampuan menyimak
(maharah istima’) adalah:
1. Peserta didik disuruh untuk melafalkan ulang kata yang telah
diperdengarkan.
2. Peserta didik diperdengarkan kata untuk mengidentifikasi Bunyi Syiddah
3. Peserta didik diperdengarkan kata untuk mengidentifikasi bunyi yang
mirip, Misal : Anak-anak silahkan didengarkan kata-kata berikut ini, lalu
tulislah jawabanmu dengan: A untuk kata yang mengandung bunyi (‫)ك‬, dan
B untuk kata yang mengandung bunyi (‫)ق‬, kemudian guru mengucapkan
kata atau kalimah tersebut.
Tujuan dari soal ini adalah untuk menguji pemahaman siswa dalam segi
membedakan huruf hijaiyah
4. Peserta didik diperintahkan untuk mengindentifikasikan maknanya.
 Peserta didik disuruh memilih jumlah yang sesuai maknanya dengan yang
diucapkan oleh guru.
5. Peserta didik diperintahkan untuk mengidentifikasi suara harakatnya
berdasarkan kaidah nahwu
Anak-anak dengarkanlah Jumlah yang akan bu guru perdengarkan berikut
ini, kemudian identifikasikanlah kalimat (‫ )معلم‬tersebut,  apakah tergolong

Kutipan oleh M. Ainin, M. Tohir, Imam Asrori, Evaluasi dalam


19

Pembelajaran Bahasa Arab (Malang : 2006), hal. 3

Afifanuraziza,blogspot.com, Evaluasi Pembelajaran Beserta Butir-Butir Soal Maharah Istima’,


20

(Maret : 2017), 1.

10
mufrod atau jamak. Jawablah 1 jika termasuk mufrod dan 2 jika termasuk
jamak.
6. Peserta didik diminta untuk membedakan antara jenis mudzakkar dan
Mu'annats
Perhatikan bunyi yang saya perdengarkan, lalu bedakanlah dari jumlah
berikut ini, manakah yang termasuk mudzakkar dan manakah yang
termasuk mu'annats. Jawablah 1 apabila mudzakkar dan 2 jika termasuk
muannats.21

B. FAHM AL-MASMU’
Sebagaimana telah diketahui bahwa maharah (ketrampilan)
menyimak mempunyai keterkaitan yang cukup kuat dengan maharah kalam
(berbicara), dan sulit dipisahkan antara keduanya dalam implementasinya
pada kehidupan sehari-hari di dunia pendidikan.

Contoh kegiatan untuk mengetahui kemampuan pemahaman dalam


menyimak (Fahm al-Masmu’) adalah :
1. Peserta didik diminta merespon ucapan melalui gerak, yang mana hal ini
berguna untuk menguji kepekaan siswa terhadap stimulus yang telah
diberikan guru.
2. Peserta didik diminta untuk mencerna dan memahami teks tertentu, dan
menentukan fakta dan informasi dibalik teks tersebut
3. Peserta didik diminta mendengarkan ujaran guru kemudian menuliskan
urutan angkanya dengan tepat.
4. Guru memberikan materi imla’ (dikte) kepada peserta didik, yang
fungsinya untuk menguji seberapa jauh konsentrasi peserta didik dalam
mendengarkan ujaran yang disampaikan guru.22

Selain itu, juga bisa melakukan evaluasi untuk maharah istima’ dengan
kegiatan seperti berikut ini :
a) Peserta didik diminta untuk merespon secara lisan maupun dengan
tulisan

21
Ibid.
22
Ibid.

11
b) Peserta didik di tuntut untuk membuat Portofolio karyanya secara
sistematis sebagai hasil dari mendengarkan bahasa.
c) Peserta didik melakukan penilaian diri sendiri, ataupun dengan teman
sebaya dikelasnya.23

d) Menyelenggarakan listening bahasa Arab di laboratorium bahasa, kemudian


peserta didik diminta memberikan respon menjawab pertanyaan-pertanyaan
dari guru yang berkaitan dengan materi yang didengar pada audio tersebut

Pengertian evaluasi adalah merupakan salah satu proses untuk


mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar yang menjadi acuan oleh
seorang guru untuk dalam pembelajaran.

Pengertian evaluasi menurut Davies adalah bahwasanya evaluasi


merupakan kegiatan, unjuk rasa, keputusan, proses, objek maupun orang untuk
memberikan atau menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan pembelajaran.

Sedangkan menurut Wand dan Brown, bahwa evaluasi merupakan


proses yang harus di lalui untuk dapat memberikan nilai dari sesuatu objek
ataupun orang.

Sehingga dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa


pengertian evaluasi adalah menentukan atau memberikan nilai atau tujuan
tertentu dengan melalui proses. sedangkan definisi evaluasi pembelajaran
merupakan penilaian dalam pembelajaran.

Sebagai bentuk tanggung-jawab seorang guru dalam melaksanakan


pembelajaran maka untuk mengetahui kemampuan belajar peserta didik yang
dilakukan secara bertahap pada kurun waktu tertentu baik berupa ujian tes tulis
maupun lisan .

23
Erryk Kosbandhono, Asesmen Dan Evaluasi Untuk Maharah Istima, (Arabia Vol. 5 No. 1 Januari -
Juni 2013), 2.

12
Kriteria penilaian terhadap peserta didik meliputi penilaian dari sisi
ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan).

Maka guru dapat dikatakan berhasil dalam pembelajaran jika terjadi


perubahan perilaku peserta didik dan wawasan pengetahuan peserta didik ke arah
yang lebih baik, yang diharapkan dari hal tersebut nantinya bisa memberi manfaat
dan kontribusi pada lingkungannya atau masyarakat pada umumnya.

Maka dari itulah, seorang guru mempunyai andil yang cukup besar
dalam keberhasilan peseta didiknya. Sehingga, teramat penting bagi seorang
pendidik untuk melakukan evaluasi terhadap peserta didiknya dengan baik dan
seobjektif mungkin. 24

BAB III
24
Ibid, 4.

13
PENUTUP

Demikianlah materi pada makalah Maharah al Istima’ yang dapat penulis


sampaikan. Dengan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengertian dari Maharah al Istima’ adalah suatu keterampilan mendengarkan,
mencerna dan memahami bunyi suara, makna, fonem, kata dan kalimat
dengan baik, atau dalam istilah lain disebut juga “ Ketrampilan menyimak”
2. Strategi Pembelajaran Maharah al Istima’ adalah :
 Pembukaan Materi
 Penyampaian Materi
 Pemahaman Materi
 Diskusi materi
 Ringkasan Materi
 Evaluasi
3. Kompetensi Maharah al Istima’ Pada berbagai jenjang pendidikan; Dasar,
Menengah, perguruan Tinggi :
 Pendidikan Dasar (Mubtadi’) :
Peserta didik mampu menyimak kata atau kalimat dalam bahasa Arab,
memahami suatu pembicaraan yang masih sederhana, serta memberikan
tanggapan secara lisan maupun perbuatan
 Pendidikan Menengah (Mutawassith) :
Peserta didik diharapkan mampu menyimak kalimat-kalimat pendek
bahasa Arab, menjawab pertanyaan-pertanyaan tema tertentu yang
terdapat dalam sebuah percakapan
 Perguruan Tinggi(Mutaqaddim) :
Mahasiswa mampu menyimak bunyi, rekaman audio, maupun film
dalam video youtube yang berupa teks Arab tentang materi, tema tertentu
dengan baik dan mahir.
4. Tolok Ukur Keberhasilan Maharah al Istima’ adalah kemampuan
komprehensi pengucapan/lisan atau (identifikasi bunyi) dan kemampuan
komprehensi pendengaran (fahmul masmu’) yakni kemampuan untuk
memahami apa yang di dengar, sebagai evaluasi ketrampilan menyimak.
DAFTAR PUSTAKA

14
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (PT. Remaja
Rosdakarya Bandung : 2011)
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:
2002)
Ali Ahmad Madkur, Tadris Funun al-Lughoh al-‘Arabiyah, (Kairo: 2006)
Alim Ibrohim, „Abdul. Muwajjihul Fan, (Kairo: Darul Ma‟arif, 1968)
Wa Muna, Metodologi PBA, (Yogyakarta : 2011)
Akademi Al Madinah, Kumpulan Percakapan Dasar Al Jadid (Indonesia : 2016)
Jurnal Ilmiah Prodi PBA IAIN, (Palangka Raya : 2020)
Muhbib Abdul Wahab, Pengembangan dan Teknik dan Model Evaluasi
pembelajaran bahasa Arab, (Jakarta : 2004)
Kutipan oleh M.ainin, M. Thohir, Imam Asrori, Evaluasi dalam Pembelajaran
Bahasa Arab (Malang : 2006)
Afifanuraziza, blogspot.com, Evaluasi pembelajaran Beserta Butir-butir soal
Maharah Istima’, (Maret : 20017).
Erryk Kosbandhono, Asesmen Dan Evaluasi Untuk Maharah Istima’, (Arabia:
2013)

15

Anda mungkin juga menyukai