Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“MAHARAH QIRA’AH (READING SKILL)


JENJANG PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH DAN PERGURUAN TINGGI”

Di Susun Oleh :
HENIK AL HUSNAWATI
NIM : 504210004

Dosen Pengampu :
Dr. AGUS TRICAHYO, MA

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2021

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran bahasa Asing, untuk mengembangkan kemampuan
belajar itu menggunakan bahasa baik secara lisan maupun dengan tulisan.Sehingga
kemampuan berbahasa yang juga disebut Maharat al lughah merupakan kemampuan
dalam menggunakan bahasa dengan baik, yang mencakup 4 ketrampilan, yaitu :
menyimak ( Maharah Istima’), berbicara ( Maharah al Kalam ), membaca ( Maharah
al Qira’ah), menulis ( Maharah al kitabah ). Bisa di kategorikan bahwa ketrampilan
menyimak dan membaca termasuk ketrampilan reseptif, sedangkan ketrampilan
berbicara dan menulis termasuk kategori ketrampilan produktif yang merupakan hasil
dari menyimak dan membaca.1
Masing-masing ketrampilan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain,
karena untuk mampu terampil dalam berbahasa diperlukan step-step pembelajaran
tersebut secara teratur dan terarah, sehingga tujuan bisa berhasil dengan baik. Dimulai
ketika peserta didik masih kecil di usia Sekolah Dasar, kemudian pada Tingkat
Menegah dan hingga di Perguruan Tinggi, maka tahap demi tahap empat ketrampilan
istima’, kalam, Qira’ah dan kitabah saling berkesinambungan.2
Apa yang diucapkan seseorang melalui bahasa hal itu mencerminkan apa
yang ada dalam pikirannya, sehingga makin terbiasa dan terampil seseorang dalam
berbahasa, maka akan semakin terasah, dan cerah pikirannya serta akan semakin
berkembang pula ketrampilannya dalam berfikir. Dan hal itu akan bisa terwujud
dengan berbagai latihan-latihan dan praktek-praktek yang sering ia lakukan.3
Pada makalah ini akan di bahas mengenai maharah Qira’ah, yang mana telah
diketahui bahwa maharah Qira’ah adalah merupakan salah satu dari 4 ketrampilan
dalam berbahasa yang harus dikuasai oleh peserta didik, sehingga kemampuan bahasa
bisa tercapai dengan baik, sesuai dengan kaidah tata bahasa dan justified. Walaupun
tidak menutup kemungkinan, mungkin dalam perjalanannya tahab demi tahab
ketrampilan tersebut juga ditemui beberapa kendala dan hambatan. Namun dengan
usaha yang keras, semua itu tentu bisa terwujud sesuai dengan yang diharapkan.

1
Acep Hermawan, Metodologi PBA, (Bandung : 2011), 129.
2
Ibid
3
Ibid, 130.

2
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini, penulis mengangkat beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari Maharah Qira’ah ?
2. Bagaimanakah Teknik dan model pembelajaran Maharah Qira’ah ?
3. Apakah yang menjadi tolok ukur keberhasilan Maharah Qira’ah ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah Maharah Qira’ah ini adalah : agar bisa
menambah wawasan keilmuan baik penulis sendiri maupun para pembaca dalam
pembelajaran bahasa asing, khususnya pembelajaran bahasa Arab di dunia
pendidikan, baik para pengajar maupun peserta didik, di tingkat pendidikan
Dasar, Menengah, maupun di Perguruan Tinggi.

Selain itu, juga untuk memberikan kontribusi, serta wacana dalam


khazanah keilmuan dalam pembelajaran bahasa Arab, dengan memadukan
berbagai teori-teori dari para ahli untuk bisa di terapkan, dengan melihat
relevansinya pada tingkat pendidikan terkait, baik dari sisi peserta didiknya,
kebiasaan, lingkungan ataupun faktor-faktor penunjang lainnya yang
memungkinkan agar keberhasilan ketrampilan berbahasa bisa berhasil
diwujudkan dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAHARAH AL QIRA’AH


Kata Maharah berasal dari bahasa Arab, yang bermakna pandai,
terampil,cakap atau pintar. Kata Maharah adalah merupakan isim masdar dari
kata Mahara yang berarti kemahiran, atau bisa disebut juga kecakapan, atau
keterampilan.4

4
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: 2002). hlm.1363

3
Ditinjau dari sisi etimologi, kata maharah pada kamus Lisan al-‘Araby
berarti “AlMaahir: As-Saabih” kemudian disebutkan sebuah kalimat “maharta bi
hadza al-amri amhar bihi maharah: ay sharat bihi haadziqan”.5 Maka dari definisi
etimologi tersebut, dapat dipahami bahwa “maharah” secara bahasa berkaitan
dengan ketelitian, keterampilan, dan kecakapan terhadap sesuatu.

Maka hakikat dari pada membaca yaitu sebuah proses komunikasi


antara pembaca dengan penulis melalui teks yang ditulisnya, dengan demikian
secara langsung akan terjadi suatu hubungan kongnitif antara bahasa lisan
dengan bahasa tulis yang sangat erat kaitannya satu sama lain.

Makna membaca yang lebih luas yaitu membaca bukan hanya terpaku
pada aktifitas melafalkan dan memahami isi dan makna suatu bacaan dengan
baik, yang hanya melibatkan unsur kongnitif dan psikomotorik, namun lebih dari
itu, ada penjiwaan yang terkandung pada bacaan tersebut.6

Kegiatan membaca adalah merupakan keterampilan yang sangat


penting untuk dikuasai oleh setiap individu untuk mendapatkan pesan penting
yang bermanfaat. Tarigan memberikan definisi bahwa membaca adalah proses
yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.7

Seorang ahli bahasa, Hermawan berpendapat bahwa makna keterampilan


membaca (maharah al-qira’ah/ reading skill) yaitu suatu kemampuan untuk
mengenali dan memahami kandungan dari apa yang tertulis (lambang-lambang
tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati8

5
Ahmad Nurcholis, Syaikhu Ikhsan Hidayatullah, Muhammad Asngad Rudisunhaji, Karakteristik dan
Fungsi Qira’ah Dalam Era Literasi Digital (Jurnal El Tsaqafah : 2019), 133.
6
Mahdir Muhammad Pada Jurnal Bahasa dan PBA, Pembelajaran Maharah dan Qira’ah Menurut
Teori Konstruktivis Sosial, (Aceh : 2020), 66.
7
Tarigan, Henry Guntur, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung:
Angkasa, 2008.), 7.
8
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : 2011) 100.

4
Sementara itu Somadyo mengatakan bahwa membaca merupakan
kegiatan interaktif untuk memetik dan memahami makna yang terkandung dalam
bahan tertulis.9
Pendapat lain, Effendy juga mengatakan bahwa kemahiran membaca
mengandung dua aspek atau pengertian. Yaitu, yang pertama merupakan
perubahan lambang tulisan menjadi sebuah bunyi tertentu. Kemudian yang kedua
adalah menangkap arti dari situasi yang dilambangkan dengan tulisan. 10
Sehingga berdasarkan pendapat dari Effendy tersebut, dapat disimpulkan
bahwa point terpenting dari ketrampilan membaca terletak pada aspek yang ke-2.
Namun bukan berarti bahwa aspek pertama tidak penting, karena kemahiran
dalam aspek yang pertama adalah dasar dari kemahiran yang kedua.
Bagaimanapun juga, kedua aspek tersebut merupakan tujuan yang hendak
dicapai pembelajaran Bahasa11
Berdasarkan paparan diatas, , maka disini penulis lebih sependapat
dengan pendapat dari Tarigan, yang mengatakan bahwa membaca merupakan
suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan
yang disampaikan penulis melalui bahasa tulisan. Maka dengan kegiatan
membaca tersebut, seorang pembaca akan memperoleh banyak manfaat.
Diantaranya adalah manfaat untuk dapat memperluas wawasan dan
pengetahuannya serta menggali pesan-pesan tertulis yang ada di dalam bacaan
tersebut.

B. TEKNIK MAHARAH QIRA’AH (READING SKILL)


Dengan melihat dan memperhatikan tujuan yang telah di paparkan diatas
maka perlu disini kiranya penulis menyampaikan tentang teknik pengajaran yang
efektif dan dapat digunakan dalam pembelajaran maharah qira’ah. Kegiatan
pembelajaran yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
 Guru memberikan contoh cara membaca kalimat atau jumlah yang disertai
penjelasan maknanya (dengan mengunakan gambar, isyarah, gerakan,
peragaan, dll) kemudian jika peserta didik telah mampu memahami,

9
Somadyo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: 2011), 1.
10
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang : 2005), 127.
11
Ibid.

5
selanjutnya pengajar mengunakan kata, kalimat atau jumlah dalam
komunikasi praktis dan menarik.
 Pengajar membacakan kalimat dan jumlah, kemudian peserta didik diminta
agar mengulangi apa yang telah disampaikan oleh pengajar.
 Peserta didik mengulang membaca kalimat dan jumlah secara bersama-
sama, kemudian kelas di bagi menjadi dua atau tiga kelompok, masing-
masing kelompok diminta untuk mengulang-ulang, setelah itu guru memilih
salah satu dari peserta didik yang dianggap bisa menjadi contoh membaca
yang baik bagi teman-temannya.
 Selanjutnya peserta didik diminta untuk membaca berlatih sendiri-sendiri .
 Kemudian peserta didik diminta untuk maju kedepan, menyampaikan
kesimpulan materi yang telah dibacanya, dan pengajar mendengarkan
dengan seksama dan memberikan penilaian.12

Selain teknik diatas, ada juga beberapa strategi dan model


pembelajaran yang bisa dilakukan oleh pengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran bahasa Arab yang baik, efektif dan menyenangkan. Diantaranya
adalah :
 Model Pembelajran Jigsaw
 Model Pendekatan Saintifik
 Model Konstruktivis Sosial
Selanjutnya mari kita bahas masing-masing dari model pembelajaran tersebut :
A. MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
Sesuai dengan tugas dan peranan menjadi guru bahasa Arab, maka
kita dituntut untuk memiliki ide-eide kreatif dan inisiatif dalam
mengimplementasikan pembelajaran bahasa Arab yang dapat merangsang
semangat siswa dalam belajar bahasa Arab supaya hasil belajar siswa
meningkat lebih baik dibanding dengan yang sebelumnya. Strategi yang
dapat dilakukan untuk membuat siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran bahasa Arab, diantaranya adalah model pembelajaran Qiraah
Jigsaw.13

Mahdir Muhammad Pada Jurnal Bahasa dan PBA, Pembelajaran Maharah dan Qira’ah Menurut
12

Teori Konstruktivis Sosial, (Aceh : 2020), 67.


13
Dina Maslahah, Belajar Maharah Qira’ah Jadi Lebih Asyik Dengan Strategi Jigsaw, (FITK UIN-Malang :
2020), 253.

6
Pembelajaran dengan model Jigsaw ini telah dikembangkan dan
diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas.

Model pembelajaran Jigsaw adalah sebuah model belajar adalah


kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil.

Sebagaimana pendapat Lie bahwa “pembelajaran kooperatif


model Jigsaw ini adalah merupakan model pembelajaran yang kooperatif
dengan cara guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 6 orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri dengan baik”.

Pembelajaran model Jigsaw ini dapat diterapkan dalam berbagai


kegiatan pembelajaran seperti pada kegiatan membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara. Sehingga dapat disimpulkan,
model Qira’ah Jigsaw adalah merupakan kolaborasi antara metode qira’ah
(membaca) dengan strategi Jigsaw

Fungsi kelompok belajar pada Pembelajaran Qira’ah dengan


strategi Jigsaw adalah untuk mengembangkan keahlian atau keterampilan
siswa dalam memahami suatu bacaan atau teks, dan disertai dengan diskusi
untuk melatih siswa dalam berkomunikasi dan berkolaborasi kooperatif
dengan teman-temannya dengan rasa tanggung jawab.
Dalam metode pembelajaran Qira’ah dengan strategi Jigsaw ini
terdapat beberapa langkah, yaitu :

 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang masing-


masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa (kelompok acak)
 Lalu guru membagikan teks qira’ah yang terdiri dari 4-5 paragraf
kepada masing-masing siswa dalam kelompok tersebut.
 Selanjutnya dalam kelompok acak itu, mereka akan dibentuk lagi
menjadi kelompok ahli dengan cara berhitung satu sampai lima sesuai
dengan jumlah paragraf yang ada dalam teks.
 Kemudian siswa yang dipilih masuk pada kelompok ahli tersebut
berdiskusi dengan kelompok ahli yang sesuai dengan keahliannya

7
masing-masing yaitu sesuai dengan paragraf yang telah mereka terima
dari guru.
 Setelah itu, siswa tersebut kembali ke kelompoknya untuk
mempresentasikan atau memberikan hasil diskusi kepada kelompok
acak.
 Langkah selanjutnya guru menguji hasil dari masing-masing siswa.
 Lalu guru memantabkan pemahaman qira’ah siswa dalam memahami
teks yang diberikan, dan diakhiri dengan penutup.

Dalam praktik pembelajaran metode Qiraah dengan


strategi menggunakan metode Jigsaw ini tentunya juga memiliki kelebihan
dan kekurangan.

Salah satu kelebihannya adalah mampu menciptakan suasana


belajar yang aktif dan menyenangkan karena siswa lebih kooperatif dalam
mengikuti pembelajaran yang menarik, serta dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi siswa.

Sedangkan kekurangan metode jigsaw adalah pembelajaran ini


membutuhkan lebih banyak waktu, ditambah lagi dengan adanya siswa
yang belum bisa membaca Al Qur’an sehingga mereka juga tidak bisa
membaca teks Arab, maka hal itu menuntut  siswa untuk bisa bekerja sama
dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dalam pembelajaran14
Demikian uraian singkat tentang model pembelajaran Qira’ah
dengan model jigsaw, yang dapat diterapkan pada pembelajaran Maharah
Qira’ah baik pada jenjang Pendidikan Dasar, Menengah maupun Perguruan
Tinggi.
B. METODE PENDEKATAN SAINTIFIK
Secara umum pengertian dari pendekatan saintifik adalah
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran secara ilmiah.
Menurut M. Hosnan (2014: 34) berpendapat bahwa pendekatan
saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang mana khusus dirancang
supaya peserta didik dapat dengan aktif mengkonstruksikan konsep, hukum,
atau prinsip melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah,

14
Ibid.

8
mengajukan pendapat dan gagasan atau merumuskan hipotesis, kemudian
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan mengkomunikasikan data tersebut.15
Pendapat lain menurut Daryanto (2014: 51), pendekatan saintifik
adalah suatu proses pembelajaran yang telah dirancang sedemikian rupa
dengan harapan peserta didik mampu secara aktif mengkonstruksi konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, menentukan rumus
masalah, lalu merumuskan hipotesisnya, kemudian mengumpulkan data
dengan teknik-teknik yang sesuai, selanjutnya menganalisis data, kemudian
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep tersebut, serta hukum
atau prinsip yang telah mereka temukan. 16
Berdasarkan pengertian di atas dapat difahami dan disimpulkan
bahwa pendekatan santifik adalah salah satu pembelajaran yang berpusat
pada siswa yaitu dengan menitikberatkan pada partisipasi aktif siswa.
Sehingga diharapkan nantinya dari partisipasi dan keaktivan tersebut maka
siswa dapat mengenali dan memahami konsep melalui proses mengambil
kesimpulan. 17
Implementasi Pembelajaran Maharah Qira’ah dengan Pendekatan
Saintifik
Merujuk pada uraian diatas, maka pendekatan saintifik dalam
pembelajaran bahasa Arab maharah qira’ah dilaksanakan dengan tahapan
langkah-langkah pemebelajaran berikut ini:
1. Mengamati

Tahap mengamati ini adalah langkah awal dalam pembelajaran


dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pada tahapan ini siswa diminta
melakukan pengamatan terhadap obyek tertentu yang ada kaitannya dengan
materi yang dipelajari. Pembelajaran maharah qira’ah pada tahap ini dapat
dilakukan dengan:
a. Pengajar membacakan teks, dan meminta siswa untuk menyimak teks
yang dibacakan tersebut.

15
Ahmad Rathomi, Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’ah Melalui Pendekatan Saintifik, (Jurnal
Pendidikan islam : 2019), 559.
16
Ibid, 560.
17
Ibid.

9
b. Pengajar membacakan teks qira’ah dengan Intonasi dan suara yang jelas
serta sesuai makhrajnya.
Tujuan dari pada kegiatan ini adalah untuk memberikan contoh
bacaan yang benar. Kemudian sebaiknya Pengajar tidak terlalu cepat
ataupun terlalu lambat saat membacakan teks dan juga bisa memberikan
penekanan terhadap panjang pendek bacaan serta waqaf (tempat
berhenti).
Pada tahap mengamati ini, peserta didik diminta untuk
menyimak bacaan pengajar saja, tanpa mengikuti bacaan pengajar.

2. Menanya
Pada tahap menanya ini siswa dipersilahkan untuk mengajukan
beberapa pertanyaan atau mengemukakan pernyataan terkait dengan cara
membaca, apa makna kosakata tersebut atau sturktur bahasa yang
dipelajari.
Pengajar seyogyanya bisa menerapkan teknik dan trik tertentu
dalam memberikan stimulus kepada peserta didik agar berani dan percaya
diri untuk bertanya atau mengungkapkan apa yang mereka fikirkan.
Selain siswa, Pengajar juga bisa mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada peserta didik terkait dengan arti kata dan struktur
bahasa. Adapun kegiatan pembelajaran yang bisa dilakukan pada tahap
menanya ini adalah :
a. Pengajar memberikan pertanyaan kepada peserta didik tentang arti kata
pada teks yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
b. Pengajar mempersilahkan kepada peserta didik untuk menanyakan
kosakata yang tidak diketahui artinya.
c. Pengajar memberikan pertanyaan tentang struktur dan kaidah yang
tersirat dalam teks qira’ah tersebut.

3. Menalar

10
Pada tahap menalar ini Pengajar meminta siswa untuk
mengidentifikasikan struktur bahasa yang dipelajari, dan menterjemahkan
teks tersebut.
Dengan kegiatan menalar ini siswa dilatih dan dibiasakan untuk
berpikir. Adapun kegiatan pembelajarannya adalah:
a. Peserta didik diminta untuk membaca di dalam hati (qira’ah shamitah)
dan menerjemahkan teks.
b. Peserta didik ditugaskan untuk menemukan ide pokok yang ada dalam
pada teks tersebut.
c. Pengajar memeberikan penejelasan tentang struktur dan kaidah bahasa
yang terdapat pada tekstersebut.
d. Peserta didik diperintahkan untuk mencari struktur dan kaidah bahasa
pada materi yang dipelajari.

4. Mencoba

Tujuan dari pada tahap mencoba ini adalah untuk memberikan


pengalaman kepada peserta didik agar melakukan suatu kegiatan
sehingga nantinya dapat tercapai keterampilan yang diharapkan
Pada pembelajaran maharah qira’ah, peserta didik diminta
untuk membaca teks qira’ah yang sesuai dengan makhraj dan struktur
bahasa Arab. Kegiatan pada tahap ini adalah:
a. Pengajar meminta peserta didik untuk membaca teks qira’ah dengan
suara yang nyaring (qira’ah jahriyah), secara bersama-sama, atau
individu.
b. Pesert didik meminta peserta didik menterjemahkan beberapa kata dan
kalimat yang telah dibaca. 18
Demikian uraian tentang metode pembelajaran maharah
Qira’ah dengan pendekatan saintifik. Model pembelajaran tersebut
dapat di terapkan pada jenjang pendidikan Dasar, Menengah maupun
Perguruan Tinggi. Dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi.
C. METODE KONSTRUKTIVIS SOSIAL

18
Ibid, 564.

11
Pengertian pendekatan konstruktivis sosial dalam pembelajaran
merupakan implementasi pembelajaran dengan kooperatif. Teori konstruktivis
sosial ini adalah merupakan cabang dari teori konstruktivisme yang menitik
pentinberatkan pada budaya dan inetraksi social dalam mengembangkan
kemampuan siswa.19
Pengertian Secara umum, pendekatan konstruktivis menitikkanberatkan
pada konteks sosial dari pembelajaran dan juga asumsi bahwa suatu
pengetahuan itu dibangun dan dikonstruksikan bersama (mutual).
Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh teori Vygotsky tentang
perkembangan kognitif (1896-1934) yang mengatakan bahwa perkembangan
memori, nalar dan perhatian melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat
yang ada di dalam masyarakat itu seperti strategi memori, bahasa, dan sistem
matematika.
Teori menurut Vygotsky ini banyak menarik banyak perhatian karena
teorinya mengandung pandangan bahwa munculnya suatu pengetahuan itu
dipengaruhi atau dilatarbelakangi oleh situasi yang bersifat kolaboratif.
Sehingga disimpulkan bahwa, di samping person tersebut, kelompok di mana
seseorang itu berada, maka akan sangat menentukan proses pembentukan
pengetahuan dan pola berpokir pada diri sesorang. 20
Maharah Qiraah dalam sudut pandang kronstruktivis sosial
Qiraaah (membaca) adalah merupakan salah satu dari empat maharah
yang dipandang amat penting oleh para filosof dan psikolog dalam kurun
waktu yang lama. Adapun Sifat membaca/qiraah bisa dinilai sempurna
berdasarkan penelitian terdapat dua aspek penting yaitu aspek linguistik dan
psikologi.
Sedangkan menurut pendapat Shalih Nashiraat qiraah, Qira’ah adalah
proses interaksi antara pembaca dengan teks tulis. Dan tujuan dari membaca
adalah agar dapat memahami maksud dari penulis terhadap pesan-pesan yang
ditulisnya.21

Selain itu ada tujuh kompetensi pengetahuan yang wajib dimiliki


atau difahami oleh seorang pembaca yang baik yaitu;
1. Sintetis sintaksis (Struktur Nahwu)
Mahdir Muhammad Pada Jurnal Bahasa dan PBA, Pembelajaran Maharah dan Qira’ah Menurut
19

Teori Konstruktivis Sosial, (Aceh : 2020), 64.


20
Ibid, 70.
21
Ibid.

12
2. Shorof
3. Budaya pemilik bahasa
4. Pengalaman hidup
5. Sosial dan budaya secara umum
6. Uslub insya', baik dari segi ceritanya, syiir atau tulisan secara umum
7. Tema yang dibaca.
Maharah Qira’ah dari sudut pandang konstruktivis sosial yaitu pada
dasarnya belajar bisa terjadi adalah merupakan hasil dari suatu interaksi sosial,
maka dari itu, konstruktivis sosial terhadap maharah Qiraah dianggap merupakan
praktek sosial. Sehingga apapun yang dibaca oleh siswa, dimana ia membaca,
kapan membaca, kenapa dia membaca, dengan siap saja dia membaca, itu semua
adalah hasil dari interaksi yang telah dilakukannya sebelumnya antara dirinya
dengan orang lain ataupun dengan lingkungannya. 22
C. TOLOK UKUR KEBERHASILAN MAHARAH QIRA’AH
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, maka penulis
berpendapat, bahwa tolok ukur keberhasilan dari pembelajaran maharah qira’ah
adalah :
1. Pembaca atau peserta didik mampu membaca dengan baik teks qira’ah,
baik membaca dengan suara keras dan nyaring maupun membaca dengan
sir (di dalam hati).
2. Pembaca atau peserta didik dapat memahami makna serta struktur bahasa
dari teks yang dibacanya, dengan berdasarkan pada 7 kompetensi
pengetahuan pokok yang harus dimiliki oleh pembaca yang baik, yang
telah disebutkan di atas.
3. Pembaca atau peserta didik dapat memahami pesan yang terkandung dari
tulisan dan teks Qira’ah yang ditulis oleh penulis.
4. Pembaca atau peserta didik mampu membaca sesuai dengan kaidah
bahasa Arab, baik dari segi makhorijul hurufnya, panjang pendeknya,
ataupun kaidah tata bahasanya.
BAB III
PENUTUP

Mahdir Muhammad Pada Jurnal Bahasa dan PBA, Pembelajaran Maharah dan Qira’ah Menurut
22

Teori Konstruktivis Sosial, (Aceh : 2020), 70.

13
Demikianlah materi pada makalah Maharah Qira’ah’ yang dapat penulis
sampaikan. Dengan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengertian dari Maharah Qira’ah adalah merupakan suatu proses kegiatan
yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan
penulis melalui bahasa tulisan.
2. Teknik dan model Pembelajaran Maharah Qira’ah adalah :
 Teknik Pembelajaran Maharah Qira’ah :
 Guru memberikan contoh membaca teks qira’ah dan penjelasan
maknanya. Siswa mendengarkan dengan seksama.
 Siswa mengulangi bacaan secara bersama-sama seperti yang telah
dicontohkan oleh Guru.
 Guru memilih salah satu siswa yang sudah baik bacaannya, untuk
menjadi contoh bagi teman-temannya.
 Siswa berlatih sendiri-sendiri
 Siswa maju kedepan menyimpulkan materi yang telah dibacanya
dan guru menyimak dengan seksama dan memberikan penilaian.
 Model Pembelajaran Maharah Qira’ah :
 Model pembelajaran Jigsaw
 Model Pendekatan Saintifik
 Model Pendekatan Konstruktivis Sosial
3. Tolok ukur keberhasilan maharah qira’ah adalah :
a. Siswa mampu mampu membaca teks qira’ah dengan baik.
b. Siswa mampu memahami makna serta struktur bahasa dari teks
c. Siswa mampu memahami pesan yang terkandung dari tulisan dan teks
Qira’ah yang ditulis oleh penulis.
d. Siswa mampu membaca sesuai kaidah Bahasa Arab baik dari segi
makharijul huruf, panjang pendeknya, dan struktur tata bahasanya.

DAFTAR PUSTAKA

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (PT. Remaja


Rosdakarya Bandung : 2011)

14
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:
2002)
Ahmad Nurcholis, Syaikhu Ikhsan Hidayatullah, Muhammad Asngad Rudisunhaji,
Karakteristik dan Fungsi Qira’ah Dalam Era Literasi Digital ( El
Tsaqafah : 2019)
Mahdir Muhammad Pada Jurnal Bahasa dan PBA, Pembelajaran Maharah dan
Qira’ah Menurut Teori Konstruktivis Sosial, (Aceh : 2020)
Tarigan, Henry Guntur, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
(Bandung: Angkasa, 2008.)
Somadyo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: 2011)
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi PBA, (Malang : 2005)
Dina Maslahah, Belajar Maharah Qira’ah Jadi Lebih Asyik Dengan Strategi
Jigsaw, (FITK UIN-Malang : 2020)
Ahmad Rathomi, Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’ah Melalui
Pendekatan Saintifik, (Jurnal Pendidikan islam : 2019)

15

Anda mungkin juga menyukai