Di Susun Oleh :
HENIK AL HUSNAWATI
NIM : 504210004
Dosen Pengampu :
Dr. AGUS TRICAHYO, MA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran bahasa Asing, untuk mengembangkan kemampuan
belajar itu menggunakan bahasa baik secara lisan maupun dengan tulisan.Sehingga
kemampuan berbahasa yang juga disebut Maharat al lughah merupakan kemampuan
dalam menggunakan bahasa dengan baik, yang mencakup 4 ketrampilan, yaitu :
menyimak ( Maharah Istima’), berbicara ( Maharah al Kalam ), membaca ( Maharah
al Qira’ah), menulis ( Maharah al kitabah ). Bisa di kategorikan bahwa ketrampilan
menyimak dan membaca termasuk ketrampilan reseptif, sedangkan ketrampilan
berbicara dan menulis termasuk kategori ketrampilan produktif yang merupakan hasil
dari menyimak dan membaca.1
Masing-masing ketrampilan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain,
karena untuk mampu terampil dalam berbahasa diperlukan step-step pembelajaran
tersebut secara teratur dan terarah, sehingga tujuan bisa berhasil dengan baik. Dimulai
ketika peserta didik masih kecil di usia Sekolah Dasar, kemudian pada Tingkat
Menegah dan hingga di Perguruan Tinggi, maka tahap demi tahap empat ketrampilan
istima’, kalam, Qira’ah dan kitabah saling berkesinambungan.2
Apa yang diucapkan seseorang melalui bahasa hal itu mencerminkan apa
yang ada dalam pikirannya, sehingga makin terbiasa dan terampil seseorang dalam
berbahasa, maka akan semakin terasah, dan cerah pikirannya serta akan semakin
berkembang pula ketrampilannya dalam berfikir. Dan hal itu akan bisa terwujud
dengan berbagai latihan-latihan dan praktek-praktek yang sering ia lakukan.3
Pada makalah ini akan di bahas mengenai maharah Qira’ah, yang mana telah
diketahui bahwa maharah Qira’ah adalah merupakan salah satu dari 4 ketrampilan
dalam berbahasa yang harus dikuasai oleh peserta didik, sehingga kemampuan bahasa
bisa tercapai dengan baik, sesuai dengan kaidah tata bahasa dan justified. Walaupun
tidak menutup kemungkinan, mungkin dalam perjalanannya tahab demi tahab
ketrampilan tersebut juga ditemui beberapa kendala dan hambatan. Namun dengan
usaha yang keras, semua itu tentu bisa terwujud sesuai dengan yang diharapkan.
1
Acep Hermawan, Metodologi PBA, (Bandung : 2011), 129.
2
Ibid
3
Ibid, 130.
2
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini, penulis mengangkat beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari Maharah Qira’ah ?
2. Bagaimanakah Teknik dan model pembelajaran Maharah Qira’ah ?
3. Apakah yang menjadi tolok ukur keberhasilan Maharah Qira’ah ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah Maharah Qira’ah ini adalah : agar bisa
menambah wawasan keilmuan baik penulis sendiri maupun para pembaca dalam
pembelajaran bahasa asing, khususnya pembelajaran bahasa Arab di dunia
pendidikan, baik para pengajar maupun peserta didik, di tingkat pendidikan
Dasar, Menengah, maupun di Perguruan Tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: 2002). hlm.1363
3
Ditinjau dari sisi etimologi, kata maharah pada kamus Lisan al-‘Araby
berarti “AlMaahir: As-Saabih” kemudian disebutkan sebuah kalimat “maharta bi
hadza al-amri amhar bihi maharah: ay sharat bihi haadziqan”.5 Maka dari definisi
etimologi tersebut, dapat dipahami bahwa “maharah” secara bahasa berkaitan
dengan ketelitian, keterampilan, dan kecakapan terhadap sesuatu.
Makna membaca yang lebih luas yaitu membaca bukan hanya terpaku
pada aktifitas melafalkan dan memahami isi dan makna suatu bacaan dengan
baik, yang hanya melibatkan unsur kongnitif dan psikomotorik, namun lebih dari
itu, ada penjiwaan yang terkandung pada bacaan tersebut.6
5
Ahmad Nurcholis, Syaikhu Ikhsan Hidayatullah, Muhammad Asngad Rudisunhaji, Karakteristik dan
Fungsi Qira’ah Dalam Era Literasi Digital (Jurnal El Tsaqafah : 2019), 133.
6
Mahdir Muhammad Pada Jurnal Bahasa dan PBA, Pembelajaran Maharah dan Qira’ah Menurut
Teori Konstruktivis Sosial, (Aceh : 2020), 66.
7
Tarigan, Henry Guntur, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung:
Angkasa, 2008.), 7.
8
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : 2011) 100.
4
Sementara itu Somadyo mengatakan bahwa membaca merupakan
kegiatan interaktif untuk memetik dan memahami makna yang terkandung dalam
bahan tertulis.9
Pendapat lain, Effendy juga mengatakan bahwa kemahiran membaca
mengandung dua aspek atau pengertian. Yaitu, yang pertama merupakan
perubahan lambang tulisan menjadi sebuah bunyi tertentu. Kemudian yang kedua
adalah menangkap arti dari situasi yang dilambangkan dengan tulisan. 10
Sehingga berdasarkan pendapat dari Effendy tersebut, dapat disimpulkan
bahwa point terpenting dari ketrampilan membaca terletak pada aspek yang ke-2.
Namun bukan berarti bahwa aspek pertama tidak penting, karena kemahiran
dalam aspek yang pertama adalah dasar dari kemahiran yang kedua.
Bagaimanapun juga, kedua aspek tersebut merupakan tujuan yang hendak
dicapai pembelajaran Bahasa11
Berdasarkan paparan diatas, , maka disini penulis lebih sependapat
dengan pendapat dari Tarigan, yang mengatakan bahwa membaca merupakan
suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan
yang disampaikan penulis melalui bahasa tulisan. Maka dengan kegiatan
membaca tersebut, seorang pembaca akan memperoleh banyak manfaat.
Diantaranya adalah manfaat untuk dapat memperluas wawasan dan
pengetahuannya serta menggali pesan-pesan tertulis yang ada di dalam bacaan
tersebut.
9
Somadyo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: 2011), 1.
10
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang : 2005), 127.
11
Ibid.
5
selanjutnya pengajar mengunakan kata, kalimat atau jumlah dalam
komunikasi praktis dan menarik.
Pengajar membacakan kalimat dan jumlah, kemudian peserta didik diminta
agar mengulangi apa yang telah disampaikan oleh pengajar.
Peserta didik mengulang membaca kalimat dan jumlah secara bersama-
sama, kemudian kelas di bagi menjadi dua atau tiga kelompok, masing-
masing kelompok diminta untuk mengulang-ulang, setelah itu guru memilih
salah satu dari peserta didik yang dianggap bisa menjadi contoh membaca
yang baik bagi teman-temannya.
Selanjutnya peserta didik diminta untuk membaca berlatih sendiri-sendiri .
Kemudian peserta didik diminta untuk maju kedepan, menyampaikan
kesimpulan materi yang telah dibacanya, dan pengajar mendengarkan
dengan seksama dan memberikan penilaian.12
Mahdir Muhammad Pada Jurnal Bahasa dan PBA, Pembelajaran Maharah dan Qira’ah Menurut
12
6
Pembelajaran dengan model Jigsaw ini telah dikembangkan dan
diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas.
7
masing-masing yaitu sesuai dengan paragraf yang telah mereka terima
dari guru.
Setelah itu, siswa tersebut kembali ke kelompoknya untuk
mempresentasikan atau memberikan hasil diskusi kepada kelompok
acak.
Langkah selanjutnya guru menguji hasil dari masing-masing siswa.
Lalu guru memantabkan pemahaman qira’ah siswa dalam memahami
teks yang diberikan, dan diakhiri dengan penutup.
14
Ibid.
8
mengajukan pendapat dan gagasan atau merumuskan hipotesis, kemudian
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan mengkomunikasikan data tersebut.15
Pendapat lain menurut Daryanto (2014: 51), pendekatan saintifik
adalah suatu proses pembelajaran yang telah dirancang sedemikian rupa
dengan harapan peserta didik mampu secara aktif mengkonstruksi konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, menentukan rumus
masalah, lalu merumuskan hipotesisnya, kemudian mengumpulkan data
dengan teknik-teknik yang sesuai, selanjutnya menganalisis data, kemudian
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep tersebut, serta hukum
atau prinsip yang telah mereka temukan. 16
Berdasarkan pengertian di atas dapat difahami dan disimpulkan
bahwa pendekatan santifik adalah salah satu pembelajaran yang berpusat
pada siswa yaitu dengan menitikberatkan pada partisipasi aktif siswa.
Sehingga diharapkan nantinya dari partisipasi dan keaktivan tersebut maka
siswa dapat mengenali dan memahami konsep melalui proses mengambil
kesimpulan. 17
Implementasi Pembelajaran Maharah Qira’ah dengan Pendekatan
Saintifik
Merujuk pada uraian diatas, maka pendekatan saintifik dalam
pembelajaran bahasa Arab maharah qira’ah dilaksanakan dengan tahapan
langkah-langkah pemebelajaran berikut ini:
1. Mengamati
15
Ahmad Rathomi, Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’ah Melalui Pendekatan Saintifik, (Jurnal
Pendidikan islam : 2019), 559.
16
Ibid, 560.
17
Ibid.
9
b. Pengajar membacakan teks qira’ah dengan Intonasi dan suara yang jelas
serta sesuai makhrajnya.
Tujuan dari pada kegiatan ini adalah untuk memberikan contoh
bacaan yang benar. Kemudian sebaiknya Pengajar tidak terlalu cepat
ataupun terlalu lambat saat membacakan teks dan juga bisa memberikan
penekanan terhadap panjang pendek bacaan serta waqaf (tempat
berhenti).
Pada tahap mengamati ini, peserta didik diminta untuk
menyimak bacaan pengajar saja, tanpa mengikuti bacaan pengajar.
2. Menanya
Pada tahap menanya ini siswa dipersilahkan untuk mengajukan
beberapa pertanyaan atau mengemukakan pernyataan terkait dengan cara
membaca, apa makna kosakata tersebut atau sturktur bahasa yang
dipelajari.
Pengajar seyogyanya bisa menerapkan teknik dan trik tertentu
dalam memberikan stimulus kepada peserta didik agar berani dan percaya
diri untuk bertanya atau mengungkapkan apa yang mereka fikirkan.
Selain siswa, Pengajar juga bisa mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada peserta didik terkait dengan arti kata dan struktur
bahasa. Adapun kegiatan pembelajaran yang bisa dilakukan pada tahap
menanya ini adalah :
a. Pengajar memberikan pertanyaan kepada peserta didik tentang arti kata
pada teks yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
b. Pengajar mempersilahkan kepada peserta didik untuk menanyakan
kosakata yang tidak diketahui artinya.
c. Pengajar memberikan pertanyaan tentang struktur dan kaidah yang
tersirat dalam teks qira’ah tersebut.
3. Menalar
10
Pada tahap menalar ini Pengajar meminta siswa untuk
mengidentifikasikan struktur bahasa yang dipelajari, dan menterjemahkan
teks tersebut.
Dengan kegiatan menalar ini siswa dilatih dan dibiasakan untuk
berpikir. Adapun kegiatan pembelajarannya adalah:
a. Peserta didik diminta untuk membaca di dalam hati (qira’ah shamitah)
dan menerjemahkan teks.
b. Peserta didik ditugaskan untuk menemukan ide pokok yang ada dalam
pada teks tersebut.
c. Pengajar memeberikan penejelasan tentang struktur dan kaidah bahasa
yang terdapat pada tekstersebut.
d. Peserta didik diperintahkan untuk mencari struktur dan kaidah bahasa
pada materi yang dipelajari.
4. Mencoba
18
Ibid, 564.
11
Pengertian pendekatan konstruktivis sosial dalam pembelajaran
merupakan implementasi pembelajaran dengan kooperatif. Teori konstruktivis
sosial ini adalah merupakan cabang dari teori konstruktivisme yang menitik
pentinberatkan pada budaya dan inetraksi social dalam mengembangkan
kemampuan siswa.19
Pengertian Secara umum, pendekatan konstruktivis menitikkanberatkan
pada konteks sosial dari pembelajaran dan juga asumsi bahwa suatu
pengetahuan itu dibangun dan dikonstruksikan bersama (mutual).
Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh teori Vygotsky tentang
perkembangan kognitif (1896-1934) yang mengatakan bahwa perkembangan
memori, nalar dan perhatian melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat
yang ada di dalam masyarakat itu seperti strategi memori, bahasa, dan sistem
matematika.
Teori menurut Vygotsky ini banyak menarik banyak perhatian karena
teorinya mengandung pandangan bahwa munculnya suatu pengetahuan itu
dipengaruhi atau dilatarbelakangi oleh situasi yang bersifat kolaboratif.
Sehingga disimpulkan bahwa, di samping person tersebut, kelompok di mana
seseorang itu berada, maka akan sangat menentukan proses pembentukan
pengetahuan dan pola berpokir pada diri sesorang. 20
Maharah Qiraah dalam sudut pandang kronstruktivis sosial
Qiraaah (membaca) adalah merupakan salah satu dari empat maharah
yang dipandang amat penting oleh para filosof dan psikolog dalam kurun
waktu yang lama. Adapun Sifat membaca/qiraah bisa dinilai sempurna
berdasarkan penelitian terdapat dua aspek penting yaitu aspek linguistik dan
psikologi.
Sedangkan menurut pendapat Shalih Nashiraat qiraah, Qira’ah adalah
proses interaksi antara pembaca dengan teks tulis. Dan tujuan dari membaca
adalah agar dapat memahami maksud dari penulis terhadap pesan-pesan yang
ditulisnya.21
12
2. Shorof
3. Budaya pemilik bahasa
4. Pengalaman hidup
5. Sosial dan budaya secara umum
6. Uslub insya', baik dari segi ceritanya, syiir atau tulisan secara umum
7. Tema yang dibaca.
Maharah Qira’ah dari sudut pandang konstruktivis sosial yaitu pada
dasarnya belajar bisa terjadi adalah merupakan hasil dari suatu interaksi sosial,
maka dari itu, konstruktivis sosial terhadap maharah Qiraah dianggap merupakan
praktek sosial. Sehingga apapun yang dibaca oleh siswa, dimana ia membaca,
kapan membaca, kenapa dia membaca, dengan siap saja dia membaca, itu semua
adalah hasil dari interaksi yang telah dilakukannya sebelumnya antara dirinya
dengan orang lain ataupun dengan lingkungannya. 22
C. TOLOK UKUR KEBERHASILAN MAHARAH QIRA’AH
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, maka penulis
berpendapat, bahwa tolok ukur keberhasilan dari pembelajaran maharah qira’ah
adalah :
1. Pembaca atau peserta didik mampu membaca dengan baik teks qira’ah,
baik membaca dengan suara keras dan nyaring maupun membaca dengan
sir (di dalam hati).
2. Pembaca atau peserta didik dapat memahami makna serta struktur bahasa
dari teks yang dibacanya, dengan berdasarkan pada 7 kompetensi
pengetahuan pokok yang harus dimiliki oleh pembaca yang baik, yang
telah disebutkan di atas.
3. Pembaca atau peserta didik dapat memahami pesan yang terkandung dari
tulisan dan teks Qira’ah yang ditulis oleh penulis.
4. Pembaca atau peserta didik mampu membaca sesuai dengan kaidah
bahasa Arab, baik dari segi makhorijul hurufnya, panjang pendeknya,
ataupun kaidah tata bahasanya.
BAB III
PENUTUP
Mahdir Muhammad Pada Jurnal Bahasa dan PBA, Pembelajaran Maharah dan Qira’ah Menurut
22
13
Demikianlah materi pada makalah Maharah Qira’ah’ yang dapat penulis
sampaikan. Dengan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengertian dari Maharah Qira’ah adalah merupakan suatu proses kegiatan
yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan
penulis melalui bahasa tulisan.
2. Teknik dan model Pembelajaran Maharah Qira’ah adalah :
Teknik Pembelajaran Maharah Qira’ah :
Guru memberikan contoh membaca teks qira’ah dan penjelasan
maknanya. Siswa mendengarkan dengan seksama.
Siswa mengulangi bacaan secara bersama-sama seperti yang telah
dicontohkan oleh Guru.
Guru memilih salah satu siswa yang sudah baik bacaannya, untuk
menjadi contoh bagi teman-temannya.
Siswa berlatih sendiri-sendiri
Siswa maju kedepan menyimpulkan materi yang telah dibacanya
dan guru menyimak dengan seksama dan memberikan penilaian.
Model Pembelajaran Maharah Qira’ah :
Model pembelajaran Jigsaw
Model Pendekatan Saintifik
Model Pendekatan Konstruktivis Sosial
3. Tolok ukur keberhasilan maharah qira’ah adalah :
a. Siswa mampu mampu membaca teks qira’ah dengan baik.
b. Siswa mampu memahami makna serta struktur bahasa dari teks
c. Siswa mampu memahami pesan yang terkandung dari tulisan dan teks
Qira’ah yang ditulis oleh penulis.
d. Siswa mampu membaca sesuai kaidah Bahasa Arab baik dari segi
makharijul huruf, panjang pendeknya, dan struktur tata bahasanya.
DAFTAR PUSTAKA
14
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:
2002)
Ahmad Nurcholis, Syaikhu Ikhsan Hidayatullah, Muhammad Asngad Rudisunhaji,
Karakteristik dan Fungsi Qira’ah Dalam Era Literasi Digital ( El
Tsaqafah : 2019)
Mahdir Muhammad Pada Jurnal Bahasa dan PBA, Pembelajaran Maharah dan
Qira’ah Menurut Teori Konstruktivis Sosial, (Aceh : 2020)
Tarigan, Henry Guntur, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
(Bandung: Angkasa, 2008.)
Somadyo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: 2011)
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi PBA, (Malang : 2005)
Dina Maslahah, Belajar Maharah Qira’ah Jadi Lebih Asyik Dengan Strategi
Jigsaw, (FITK UIN-Malang : 2020)
Ahmad Rathomi, Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’ah Melalui
Pendekatan Saintifik, (Jurnal Pendidikan islam : 2019)
15