Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI PEMBELAJARAN FIQIH DI MADRASAH IBTIDAIYAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pembelajaran Fiqih MI

Dosen Pengampu
Nanik Setyawati,M.Pd.

Disusun Oleh:
Fitri Rahmawati ( 21.26.0454)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI PONOROGO
2023
DAFTAR ISI

Lembar Judul.................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................ii
Kata Pengantar.............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
A. Pengertian Strategi Pembelajaran Fiqih di MI...................................2
B. Macam-macam Strategi Pembelajaran Fiqih di MI............................2

BAB III PENUTUP........................................................................................8


A. Simpulan..............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................9

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb.

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi dalam Pembelajaran
Fiqih di MI” ini disusun berdasarkan Rencana Perkuliahan Satuan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu proses
penyelesain makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan ini.

Demikianlah sekelumit kata yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat
barmanfaat untuk dunia pendidikan, baik digunakan oleh siswa dan atau digunakan sebagai
tambahan bahan ajar oleh mahasiswa.

Wassalamualaikum Wr, Wb

Ponorogo,24 Oktober 2023

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Keberhasilan pendidikan agama tidak lepas dari proses belajar
mengajar di kelas, peran guru sangat penting dalam keberhasilan proses
belajar mengajar tersebut.
Strategi pembelajaran menjadi salah satu pendukung keberhasilan
proses belajar mengajar di kelas, oleh karena itu guru dituntut dapat
menggunakan bermacam-macam strategi pembelajaran agar peserta didik
lebih semangat belajar dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan
sungguh-sungguh. Strategi pembelajaran juga harus disesuaikan dengan
materi yang akan diajarkan kepada peserta didik, selain itu juga harus
mempertimbangkan karakteristik peserta didik, agar potensi peserta didik
dapat dimaksimalkan
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian strategi pembelajaran fiqih di MI?
2. Apa macam-macam strategi pembelajaran fiqih di MI?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran fiqih di MI.
2. Untuk mengetahui macam-macam strategi pembelajaran fiqih di MI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian strategi pembelajaran fiqih di MI
Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan
manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari. Keterampilan ini dapat
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu keterampilan fisik dan keterampilan
intelektual.
Keterampilan dalam berbahasa mencakup empat keterampilan, yaitu
keterampilan mendengar (maharah al-istima’), berbicara (maharah al-
kalam),membaca (maharah al-qira’ah) dan menulis (maharah al-kitabah). Keempat
aspek ini menjadi aspek penting dalam belajar bahasa Arab, karena keempat
keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan dan kedudukan keempat keterampilan
ini sangat menunjang dalam pencapaian keterampilan berbahasa. Dalam penguasaan
keempat keterampilan berbahasa tersebut, sebagian ahli bahasa berasumsi bahwa
kemampuan kebahasaan seseorang hanya ditentukan oleh tingkat penguasaan
terhadap kosakata. Hal ini tentu relevan dengan keterampilan berbahasa sebagai alat
komunikasi harus terlebih dahulu menguasai kosakata (mufradat).1

B. Macam-macam strategi pembelajaran fiqih di MI


Istimᾱ’ adalah proses menerima sekumpulan fitur bunyi yang terkandung
dalam kosa kata, kalimat yang berkaitan dengan kata sebelumnya, dalam sebuah
topik. Meskipun beberapa dikalangan tertentu hanya memahami sebatas “dengar”
hearing), namun akan lebih tepat istimᾱ’ lebih kearah “menyimak” (auding) dengan
tetap konteks.
Mendengar (menyimak) merupakan suatu keterampilan berbahasa pertama
yang dilakukan oleh seseorang yang belajar bahasa tertentu, baik seorang bayi yang
mulai belajar bicara atau bahkan orang dewasa yang ingin belajar bahasa lain. Dengan
menyimak, seseorang dapat mengukur tingkat kesulitannya dalam belajar suatu
bahasa karena dari sana dapat dipahami dialeknya, struktur bahasannya, pola
pengucapannya dan lainnya.
David Nunan bahkan mengatakan dalam buku yang ditulisnya language
Teaching Methodology, bahwa bahasa bertujuan untuk memenuhi dalam hal
komunikatif dan fungsional. Tujuan tersebut tercermin dalam bahasa itu sendiri.
Dengan demikian, jika hubungan mengenai bahasa yang digunakan itu diletakkan
dengan tujuan bahasa maka akan memainkan peranan penting dalam pembentukkan
bahasa itu sendiri2
Menyimak serta memahami merupakan dua hal yang sangat berhubungan,
karena keduanya sangat esensi dalam pembelajaran bahasa arab bagi pemula, hanya
saja yang harus diperhatikan adalah bahwa pengertiaan al-Istimᾱ’ dalam pembelajaran
1
. Sudarto, “Keterampilan Dan Nilai Sebagai Materi Pendidikan Dalam Perspektif Islam,” Jurnal Al-lubab volume
1, no. 1 (2016): h. 108 – 109
2
Muh. Haris Zubaidillah, Pengantar Konsep Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyyah (Amuntai:
Hemat, 2018), h. 48.

2
bahasa arab bukanlah sekedar mendengar (hearing), tetapi proses menyimak suatu
hal.
Adapun tujuan pembelajaran menyimak dalam bahasa arab antara lain:
1. Dapat mengetahui dan dapat membedakan bunyi dalam bahasa arab.
2. Dapat membedakan harakat, baik yang dibaca panjang maupun pendek.
3. Mampu membedakan kesamaan dua bunyi yang hampir sama.
4. Memahami hubungan tanda baca dan tulisan.
5. Mengetahui kata-kata yang ditasydid dan ditanwinkan.
6. Mendengarkan dan memahami suatu kata ketika sedang berbicara.
7. Memahami arti kata karena proses perggantian dan penyamaan dalam kata
bahasa arab.
8. Memahami penggunaan bentuk kata dalam bahasa arab.
9. Memahami pola penggunaan kata-kata dalam bahasa arab baik yang
digunakan untuk kata ganti laki-laki, perempuan, hitungan, waktu, dan lain-
lain.
Pembelajaran dalam istima’, dapat dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Pendahuluan, meliputi motivasi untuk menyimak, penyampaian pentingnya
istimᾱ’ atau penjelasan sedikit pentingnya materi dan tujuannya.
2. Penyampaian materi, meliputi apa dan bagaimana materi dapat disampaikan
dengan baik sesuai harapan, karena itu perlu difikirkan perihal metode,
strategi, dan model dalam pembelajaran.
3. Memperbanyak peserta didik dengan pajanan liguistik yang dapat dilihat agar
membantu proses memahami istimᾱ’ . panjanan tersebut diliputi berupa
gambar,tulisan guru tersebut, tentang daftar kata-kata baru yang masih sulit.
Hal tersebut bertujuan jikalau peserta didik waktu ditengah-tengah pelajaran
mengalami kesulitan, maka ia dapat melihat kembali tulisan atau pajanan
tersebut.
4. Memberikan waktu untuk diskusi.
5. Memberi tugas untuk menyimpulkan.
6. Evaluasi atau menilai performasi (al-ada) bahasa peserta didik dengan
memberikan pertanyaan terkait dengan tujuan atau isi pokok materi.3

C. Keterampilan Berbicara (Maharat al-Kalam)


Keterampilan berbicara adalah kelanjutan dari keterampilan mendengar.
Kedua keterampilan ini saling terkait, karena orang yang pendengarannya baik
dimungkinkan untuk dapat berbicara dengan baik pula dan sebaliknya. Oleh karena
itu, pengajar bahasa bisa melaksanakan pembelajaran keterampilan berbicara seraya
mengiringi keterampilan mendengar yang telah dimiliki siswa. Pemahaman siswa
tentang topik bahasan yang diperolehnya melalui proses mendengar dapat
dimanfaatkan sebagai langkah awal pengajaran berbicara. Pada dasarnya keterampilan

3
Zubaidillah, Pengantar Konsep Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyyah, h. 49-50

3
berbicara merupakan pengungkapan (ta’bir) dan isi pemikiran yang telah terekam di
dalam pemahaman siswa.4
Keterampilan berbicara dianggap sebagai keterampilan yang sangat penting
dalam pembelajaran bahasa asing, karena berbicara merupakan sesuatu yang aplikatif
dalam bahasa dan merupakan tujuan awal seseorang belajar suatu bahasa. Agar
pebelajaran berbicara memperoleh hasil yang maksimal maka perlu diperhatikan dua
faktor, yaitu kemampuan guru dan metode yang digunakan. Waktu yang paling tepat
untuk mengajarkan berbicara adalah pada pertama kalinya seseorang belajar suatu
bahasa, sehingga seorang guru harus mampu mengajarkan siswanya bagaimana
berbicara yang baik dan benar karena jika seorang siswa salah dalam mengungkapkan
bahasa, maka akan berbiasa pada masa-masa selanjutnya.
Keterampilan berbicara meliputi pembelajaran berbicara (al-muhadatsah) dan
mengungkapkan langsung (al-Ta’bir al-Shafahi).
Tujuan pembelajaran berbicara, di antarnya:
1. Dapat mengungkapkan ungkapan-ungkapan berbahasa Arab.
2. Dapat mengungkap ungkapan-ungkapan yang berbeda atau yang
menyerupainya.
3. Dapat membedakan ungkapan yang dibaca panjang dan yang dibaca pendek.
4. Dapat mengungkapkan keinginan hatinya dengan menggunakan susunan
kalimat yang sesuai dengan nahw (tata bahasa)
5. Dapat mengungkapkan apa yang terlintas dalam pikirannya dengan
menggunakan aturan yang benar dalam penyusunan kalimat dalam bahasa
Arab.
6. Dapat menggunakan bagian-bagian dari tata bahasa Arab dalam ungkapannya,
seperti tanda mudzakkar, mu’annats, dan fi’il yang sesuai dengan waktu.
7. Dapat menggunakan ungkapan kebahasaan yang sesuai dengan umur,
tingkatan kedewasaan dan kedudukan.
8. Dapat menelusuri dan menggali manuskrip-manuskrip dan literatur-literatur
berbahasa Arab.
9. Dapat mengungkapkan ungkapan yang jelas dan dimengerti tentang dirinya
sendiri.
10. Mampu berpikir tentang bahasa Arab dan mengungkapkannya secara tepat
dalam situasi dan kondisi apapun.5
Adapun beberapa faktor-faktor pendukung dalam pembelajaran berbicara guna memperoleh
hasil yang maksimal, antara lain:
1. Faktor Ucapan (al-Nuthq)
Kemampuan seseorang mengungkapkan suatu bahasa dengan ungkapan fasih,
baik, dan benar merupakan tolak ukur awal kemampuan seseorang dalam berbahasa,
karena yang pertama kali terdengar dan dapat dideteksi secara langsung oleh orang
lain dalam berbahasa adalah bahasa lisan (ucapan). Oleh karena itu, dalam
pembelajaran berbicara seseorang, perlu dibimbing motivasi agar ia berani
mengungkapkan bahasa tanpa harus memberikan koreksi-koreksi yang bersifat ketat
4
Mohammad Thoha, “Pembelajaran bahasa arab dengan pendekatan manajemen berbasis sekolah,” OKARA 1
(2012): h. 85, Http:// ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/okara/article/ down load/420/406.
5
Zubaidillah, Pengantar Konsep Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyyah, h. 51-52.

4
dan kaku terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. Namun bukan berarti
mendidik pembelajaran untuk melakukan kesalahan-kesalahan dan membiarkannya
mengungkapkan dengan salah, tetapi merupakan latihan secara bertahap agar tumbuh
keberanian dalam dirinya untuk mengungkapkan suatu bahasa, karena tidak sedikit
orang yang memiliki kemampuan tentang ilmu kebahasaan akan tetapi ia tidak
mampu mengungkapkan bahasa tersebut dengan baik.

2. Faktor Kosa Kata (al-Mufradat)


Perkembangan kebahasaan seseorang sebenarnya dapat dideteksi sedini
mungkin melalui penguasaannya dalam mengungkapkan hal-hal yang tersirat dalam
benaknya secara spontanitas, karena ungkapan spontanitas seseorang dengan
menggunakan bahasa asing merupakan bukti bahwa dia memiliki
segudang mufradat (kosa kata).

3. Faktor Tata Bahasa


Diantara para pemerhati bahasa banyak yang menafikan pentingnya fungsi tata
bahasa dalam mempelajari bahasa asing, tidak memiliki urgenitas tinggi, dan tidak di
butuhkan dalam pembelajaran berbicara, karena tata bahasa (qawa’id) dianggap akan
memasung kreatfitas pembelajar untuk berbicara. Pendapat ini bukan berarti benar
untuk selamanya, tetapi sangat reatif karena kebenaranpendapat tersebut akan valid
jika pembelajaran yang dimaksud untuk pemula dan baru mengenal bahasa Arab. Jka
pemula ini diajarkan langsung tata bahasa, maka ia akan merasa kesulitan, tetapi jika
materi itu diberikan kepada mereka yang sudah agak mahir dengan seperangkat kosa
kata yang mencukupi, maka pembelajaran tata bahasa itu sendiri akan menjadi sebuah
kebutuhan guna mengoreksi dan mengarahkan bahasanya agar baik dan benar.

D. Keterampilan Membaca (Mahârah al-Qirâah)


Untuk memiliki keterampilan membaca (Mahârah al-Qirâah) yang baik
dibutuhkan kecermatan tersendiri. Hal ini dikarenakan membaca merupakan kegiatan
memahami isi pemikiran penulis yang tentu saja tidak sedang berada dihadapan
pembaca. Kegiatan menarik pemahaman tersebut lebih sulit dibandingkan dengan
pengambilan pemahaman melalui proses pembicaraan atau dialog yang melibatkan
langsung antara pembicara (mutakallim) dan pendengar (sâmi'), di mana proses dialog
tersebut dapat melibatkan bahasa tubuh yang dapat membantu terjadinya
kesepahaman yang baik antara kedua belah pihak6
Dengan memperhatikan tingkat kesulitan yang ada pada kegiatan membaca,
maka dalam pelaksanaan pembelajaran dengan materi keterampilan
membaca (Mahârah al-Qirâah), seorang pengajar dapat juga menggunakan
pendekatan pemilihan materi bacaan (al-Mâddah al-Maqrûah) secara berjenjang dari
materi yang mudah menuju materi yang semakin sulit, dari materi yang sangat dekat
dengan dunia siswa menuju materi yang semakin abstrak bagi pemahaman mereka.
Pengajaran keterampilan membaca (Mahârah al-Qirâah) di lingkungan
pendidikan agama dapat dilaksanakan dengan menarik korelasi pelajaran bahasa Arab
dengan pelajaran lainnya. Sebagaimana dimaklumi bahwa kurikulum pendidikan di
lingkungan pendidikan agama memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan
6
Thoha, “Pembelajaran bahasa arab dengan pendekatan manajemen berbasis sekolah,” h. 86.

5
kurikulum pendidikan umum. Kelebihan tersebut dapat dicontohkan dalam
komposisinya yang sebagian besar terdiri dari materi-materi agama Islam yang
sebagian besar pula referensi dan acuannya ditulis dengan bahasa Arab. Keadaan
seperti ini dapat dijadikan peluang oleh pengajar untuk menarik korelasi antara
pelajaran bahasa Arab dengan pelajaran agama lainnya. Korelasi tersebut bisa berupa
penyediaan bahan bacaan untuk melatih keterampilan membaca (Mahârahal-
Qirâah) sekaligus sebagai media pendalaman materi pelajaran yang lain.
Langkah seperti ini akan melahirkan beberapa keuntungan bagi siswa, tenaga
pengajar dan lembaga itu sendiri. Keuntungan tersebut antara lain adalah efisiensi
materi, kesinambungan materi-materi pelajaran dan timbulnya minat belajar siswa
yang tinggi yang disebabkan siswa merasa senang dengan apa yang mereka pelajari.7
Berikut beberapa prinsip dan langkah-langkah dalam pembelajaran qira’ah,
diantaranya :
1. Cara Juz’iyyah
Guru mengajarkan terlebih dulu huruf-huruf secara terpisah, lalu dapat
mengajarkannya secara urut abjad, menuliskan huruf-huruf yang mirip,
sampai menuliskannya dalam kata atau kalimat dalam naskah. Cara ini
kurang dapat membangkitkan perhatian siswa, karena cenderung
membutuhkan waktu lama sehinggga menjadi membosankan. Jadi, metode
ini berangkat dari huruf perhuruf, kata, baru kemudian penulisan dalam
bentuk kalimat.
2. Cara Kulliyyah
Guru mengawali pelajaran menulis dengan kalimat pendek. Hal
tersebut untuk mendorong peserta didik lebih mencurahkan perhatiannya
agar lebih terkonsentrasi. Pembahasan huruf secara rinci melalui
pemberian contoh-contoh dilakukan setelah analisis tulisan dalam bacaan
atau kalimat yang ada. Jadi, metode ini bermula pada penguasaan simbol
kalimat dalam bacaan, lalu dilakukan pemusatan pembahasan dan analisis
kata perkata yang di dalamnya terdapat huruf baru. Huruf baru yang ada
dapat dipercontohkan penulisannya secara berulang-ulang.
Dalam Pembelajaran keterampilan ini, kita melihat langkah
Pembelajarannya sangat bergantung pada perbedaan metode penggunaan
bahasa asing yang berkembang. Seperti pada metode Al-Qawa’id wa al-
Tarjamah tidak ada persoalan yang berarti menyangkut bagaimana cara
penyajiannya. Sejak pertemuan pertama, materi ini dapat diberikan. Guru
dapat memulai membaca teks-teks Arab sebagai bahasa asing, lalu
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Lalu, guru menjelaskan sambil
mengulang-ulangi bacaan bersama siswa.8

E. Keterampilan Menulis (Maharat al-Kitabah)


Berbeda dengan keterampilan berbicara, keterampilan menulis relatif lebih
sulit untuk dipelajari dan dikembangkan. Meskipun sulit dipelajari, keterampilan
menulis tetap merupakan bagian yang penting, yang bermanfaat, yang menyenangkan.

7
Zubaidillah, Pengantar Konsep Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyyah, h. 56-57
8
Zubaidillah, h. 58-59.

6
Keterampilan menulis dapat menggunakan beberapa tehnik, yaitu: menyalin,
menjodohkan dan lain-lain9
Keterampilan menulis (Mahᾱrat al-Kitᾱbah)) merupakan keterampilan
terakhir dalam beberapa keterampilan bahasa”. Untuk menguasai keterampilan ini
secara baik dibutuhkan penguasaan keterampilan bahasa sebelumnya dengan baik
pula. Hal ini dikarenakan menulis merupakan kegiatan menuangkan isi pikiran dalam
bentuk tulisan yang tujuannya untuk dapat dipahami oleh pembaca yang tentu saja
tidak sedang berhadapan atau bahkan tidak satu masa dengan penulis. Seluruh aspek
bahasa yang meliputi penguasaan struktur (qawa'id), kosa kata (mufradat),
sastra (balaghah), dan pilihan diksi yang baik (ikhtiyar alkalimah) sangat dibutuhkan
dalam kegiatan menulis.10
Pembelajaran Kitabah Menulis merupakan salah satu keterampilan penting
dalam pembelajaran bahasa Arab. Jika berbicara merupakan sarana untuk
berkomunikasi aktif dengan orang lain sehingga ia dapat mengungkapkan perasaan
dan pemikirannya dan membaca merupakan alat yang digunakan orang untuk
mengetahui sesuatu yang terjadi pada masa-masa sebelumnya, maka menulis
merupakan suatu aktifitas untuk mengaktualisasikan kemampuan dirinya dan
spesialisasi keilmuannya kepada publik, karena dari hasil tulisannya baik berupa buku
maupun sekedar naskah opini dan makalah singkat, pembaca dapat mengetahui
kwalitas keilmuan yang ia miliki dari spesialisasi keilmuannya. Ada empat hal pokok
dalam pelaksanaan pembelajaran menulis :
1. Menulis huruf Arab
2. Menulis kata-kata dengan huruf-huruf yang benar
3. Menyusun susunan kalimat berbahasa Arab yang dapat dipahami
4. Menggunakan susunan kalimat dalam bahasa Arab tersebut dalam
beberapa alinea sehingga mampu mengungkapkan inti pesan dari penulis.
Untuk memperoleh hasil yang efektif dari pelaksanaan pembelajaran menulis, maka perlu di
ketahui bahwa aktivitas menulis yang dimaksud terbagi menjadi tiga hal, yaitu :
1. Dikte (Al-Imla’) meliputi :
a. Imla’ Hijai Dalam pembelajaran ini, seorang siswa disuruh untuk menulis
huruf-huruf hijaiyyah yang tersusun dalam suatu kosa kata yang terdapat pada
buku pelajarannya atau tertulis di papan tulis, dan akan lebih baik jika ketika
di tulis di papan tulis dengan menggunakan kapur tulis/pena warna warni agar
lebih memudahkan siswa meniru tulisan tersebut.
b. Imla’ Manqul Untuk tahap awal, pembelajaran menulis yang diberikan kepada
siswa adalah memberikan latihan meniru tulisan kalimat pendek yang ada di
buku atau papan tulis.
c. Imla’ Manzur Dalam tahap ini, pelajaran menulis yang diberikan melalui tugas
membaca beberapa alinea dalam teks kemudian diperintahkan kepada siswa
untuk menulis ulang hasil bacaannya dan mengarahkan tata cara penulisannya
yang baik.
d. Imla’ Ikhtibary Dalam tahap ke tiga ini, dibutuhkan kemampuan pendengaran
yang optimal, kemampuan menghafal serta kemampuan menulis yang ia
dengar dengan baik, karena dalam pembelajaran ini, seorang guru
9
Aziz Fakhrurrozi, Pembelajaran Bahasa Arab (Jakarta Pusat: Kementerian Agama RI, 2012), h. 369.
10
Thoha, “Pembelajaran bahasa arab dengan pendekatan manajemen berbasis sekolah,” h. 88.

7
membecakan beberapa teks Arab kemudian disuruh tulis kepada siswa tanpa
harus melihat teks yang ada.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan akal pikiran dan ide kreatif
dalam melakukan sesuatu menjadi lebih berguna, sehingga menghasilkan suatu
nilai dari hasil tersebut. Dalam pembelajaran bahasa arab MI terdapat tahapan-
tahapan keterampilan, diantaranya keterampilan mendegarkan (Mahᾱrat al-
Istimᾱ’), berbicara (Mahᾱrat al-Kalᾱm), membaca (Mahᾱrat al- Qirᾱah), dan
menulis ( Mahᾱrat al-Kitᾱbah).
2. Keterampilan Mendengar (menyimak) merupakan suatu keterampilan berbahasa
pertama yang dilakukan oleh seseorang yang belajar bahasa tertentu, baik seorang
bayi yang mulai belajar bicara atau bahkan orang dewasa yang ingin belajar
bahasa lain. Dengan menyimak, seseorang dapat mengukur tingkat kesulitannya
dalam belajar suatu bahasa karena dari sana dapat dipahami dialeknya, struktur
bahasannya, pola pengucapannya dan lainnya.
3. Keterampilan berbicara adalah kelanjutan dari keterampilan mendengar. Kedua
keterampilan ini saling terkait, karena orang yang pendengarannya baik
dimungkinkan dapat berbicara dengan baik pula dan sebaliknya. keterampilan
berbicara merupakan pengungkapan (ta’bir) dan isi pemikiran yang telah terekam
di dalam pemahaman siswa.
4. Membaca merupakan kegiatan memahami isi pemikiran penulis yang tentu saja
tidak sedang berada dihadapan pembaca. Sedangkan, keterampilan menulis
merupakan kegiatan yang relatif lebih sulit untuk dipelajari dan dikembangkan.
5. Keterampilan menulis dapat menggunakan beberapa tehnik, yaitu: menyalin,
menjodohkan dan lain-lain

8
DAFTAR PUSTAKA

Fakhrurrozi, Aziz. Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta Pusat: Kementerian Agama RI, 2012.

Thoha, Mohammad. “Pembelajaran bahasa arab dengan pendekatan manajemen


berbasis sekolah.”OKARA 1 (2012).

Zubaidillah, Muh. Haris. Pengantar Konsep Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah


Ibtidaiyyah. Amuntai: Hemat, 2018.

Sudarto. “.Keterampilan Dan Nilai Sebagai Materi Pendidikan Dalam Perspektif


Islam” Jurnal Al-lubab volume 1, no. 1 (2016).

Anda mungkin juga menyukai