Anda di halaman 1dari 20

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEN DAN

PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS


Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Semester 2
Mata Kuliah Kajian Pengajaran Bahasa dan Sastra

Dosen Pengampu:
Dr. Sri Harini Ekowati, M.Pd
Dr. Siti Gomo Attas, M.Hum

Disusun oleh:
Novia Chyntia Dewi (9916821017)
Siti Syamsiah Renny Tounbama (9916821007)

MAGISTER LINGUISTIK TERAPAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3
A. Latar Belakang............................................................................. 3
B. Rumusan Masalah....................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 5
A. Pembelajaran Berbasis Konten........................................................ 5
B. Pembelajaran Berbasis Tugas.......................................................... 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 19
A. Simpulan...................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran dapat menjadi sangat efektif jika disesuaikan dengan minat serta
kebutuhan siswa. Begitu banyak metode dan pendekatan yang dapat dipilih guru
untuk menunjang proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran bahasa, khususnya
bahasa asing, tidak hanya kemampuan bahasa yang dipelajari siswa, namun juga
kemampuan berkomunikasi dan mengembangkan bahasa itu untuk digunakan dalam
konteks situasi tertentu.
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa
asing, yaitu Pembelajaran berbasis konten atau Content-based Learning dan
Pembelajaran berbasis tugas atau Task-based Learning. Kedua pendekatan ini dapat
digunakan secara bersamaan maupun dipisahkan. Pembelajaran berbasis konten
menitikberatkan pada topik atau materi pelajaran, sementara pembelajaran berbasis
tugas menitikberatkan pada pemberian tugas dalam kegiatan pembelajaran. Meskipun
pada hakikatnya berbeda, namun kedua pendekatan ini sama-sama berfokus pada
pengembangan komunikasi pembelajar bahasa asing. Artinya bahwa pembelajaran
bahasa tidak difokuskan pada bentuknya saja, melainkan pada makna dan
penggunaan bahasa yang komunikatif dan dapat diterapkan di kehidupan nyata.
Untuk lebih memahami kedua pendekatan pembelajaran di atas, maka dalam
makalah ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai hakikat dari pembelajaran
berbasis konten dan pembelajaran berbasis tugas.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana hakikat pembelajaran berbasis konten?
2. Bagaimana hakikat pembelajaran berbasis tugas?

3
C. Tujuan Penulisan
Adapun berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disusun tujuan
penulisan makalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan hakikat pembelajaran berbasis konten
2. Untuk mendeskripsikan hakikat pembelajaran berbasis tugas
3.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEN


Pembelajaran berbasis konten adalah pembelajaran yang hanya berpusat pada
konten pembelajaran atau materi pelajaran. Dalam pembelajaran berbasis konten,
fokus guru adalah agar siswa dapat memiliki pengetahuan seputar tema atau materi
yang diajarkan. Pembelajaran berbasis konten merupakan suatu proses belajar yang
dilakukan guru kepada siswa-siswanya agar mahir dalam pelajaran yang bersifat
konten atau mengutamakan kognitif siswa (kemampuan otak). Kegiatan pembelajaran
disesuaikan untuk menstimulasi atau mendorong siswa untuk berpikir, belajar, dan
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang dipelajari. Dalam pembelajaran
bahasa, metode pembelajaran berbasis konten ini biasanya mengintegrasikan
pembelajaran dengan keempat kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis). Produk yang dihasilkan dari pembelajaran berbasis konten
ialah siswa mampu menjadi penghafal yang handal jika ditanyakan tentang pelajaran
yang diterima (Oktifa, 2021).

1. Fokus dan Tujuan Pembelajaran Berbasis Konten


Fokus pembelajaran berbasis konten adalah pada topik atau materi pelajaran.
Selama proses belajar siswa difokuskan pada topik atau tema tertentu, misalnya topik
yang menarik minat siswa, ataupun topik yang serius. Siswa akan belajar tentang
topik ini menggunakan bahasa yang mereka pelajari (B2) sebagai alat untuk
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan linguistik dalam bahasa target
(Peachey, 2003). Pembelajaran berbasis konten bukan berarti tidak ada penekanan
pada bahasa itu sendiri; sebaliknya, pembelajaran berbasis konten mengintegrasikan
fokus pada bahasa dalam konteks instruksi konten. Pendekatan ini berperan ganda
yakni untuk tujuan pembelajaran bahasa dan konten (Carla, 2019).
Konten-konten yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis konten
menurut beberapa ahli antara lain:

5
a. Genesee (1994)
Konten tidak harus bersifat akademik, konten tersebut dapat berupa topik atau
tema yang menarik bagi siswa.
b. Met (1991)
Konten yang digunakan merupakan materi yang sesuai dan dibutuhkan oleh
siswa, serta mencakup pembelajaran tentang budaya dan bahasa target.
c. Eskey (1997)
Materi yang diajarkan dalam pembelajaran berbasis konten bukan hanya konten
itu sendiri, namun siswa juga diminta untuk menganalisa, menulis, dan berbicara
tentang konten-konten tersebut (Carla, 2019).
Pembelajaran berbasis konten bertujuan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan komunikasinya. Artinya, siswa diharapkan mampu
menggunakan bahasa secara efektif dan tepat pada berbagai bidang seperti sosial,
akademik, dan profesional. Tujuan lain dari pembelajaran berbasis konten yaitu untuk
memperkenalkan konsep dan istilah-istilah yang relevan dengan bidang yang siswa
tuju, memberi informasi tentang konten yang dipelajari, dan untuk mengajarkan
strategi-strategi tertentu dalam mempelajari writing (menulis), reading (membaca),
atau pelajaran-pelajaran lainnya dengan menggunakan materi yang menarik (Peachey,
2003).
Untuk memaksimalkan pembelajaran bahasa, silabus harus disesuaikan
dengan di mana siswa akan mengaplikasikan bahasa tersebut. Dengan kata lain, fokus
pembelajaran bahasa yaitu pada konteks di mana bahasa tersebut akan digunakan.
Meskipun para siswa tidak selalu memiliki kebutuhan dan minat yang sama, namun
penggunaan konten yang relevan akan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar sehingga permbelajaran bahasa tersebut akan lebih efektif. Pembelajaran
berbasis konten sangat berguna untuk semua tingkatan, namun jenis kontennya harus
disesuaikan dengan tingkat kecakapan siswa (Peachey, 2003).

6
2. Manfaat Pembelajaran Berbasis Konten
Pembelajaran berbasis konten memberikan cukup banyak manfaat bagi siswa,
khususnya di dalam pembelajaran bahasa, seperti:
a. Pembelajaran berbasis konten dapat membuat pelajaran bahasa menjadi lebih
menarik dan memotivasi siswa. Siswa dapat menggunakan bahasa untuk tujuan
tertentu sehingga mereka lebih mandiri dan percaya diri. Dengan adanya umpan
balik dari pembelajaran berbasis konten ini, siswa dapat menambah
pengetahuannya terkait bahasa yang dipelajari.
b. Pembelajaran berbasis konten membantu siswa mengembangkan kemampuan
belajarnya seperti dalam membuat catatan kecil, meringkas, atau mengambil kata
kunci dari teks yang dipelajari.
c. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber. Dengan mengevaluasi
dan mengolah kembali informasi itu, siswa bisa mengembangkan kemampuan
berpikirnya.
d. Siswa dapat mengembangkan kemampuan bekerja sama (kolaboratif) yang dapat
memberikan nilai sosial besar dalam kehidupannya (Peachey, 2003).

3. Masalah yang Mungkin Dihapadi dalam Penerapan Pembelajaran


Berbasis Konten
Ketika menerapkan pembelajaran berbasis konten dalam proses pembelajaran
guru mungkin mengalami beberapa masalah, seperti:
a. Beberapa siswa mungkin merasa bingung karena pembelajaran berbasis konten
tidak secara jelas terpusat pada pembelajaran bahasa. Dalam menghadapi
masalah seperti ini, guru harus memperjelas fokus pembelajaran bahasa
(language focus) yang disertai dengan beberapa latihan.
b. Beberapa siswa mungkin hanya menyalin atau meniru teks yang mereka
gunakan. Untuk menghindari hal ini, guru bisa meminta siswa untuk
mengevaluasi informasi yang diperoleh atau menarik kesimpulan dari apa yang
telah mereka baca (Peachey, 2003).

7
4. Kekurangan Pembelajaran Berbasis Konten
Di samping manfaat-manfaat yang diberikan, pembelajaran berbasis konten
dapat dikatakan memiliki beberapa kekurangan, di antaranya adalah:
a. Pembelajaran berbasis konten berpusat pada materi pembelajaran yang harus
dikuasai saja, akan lebih baik jika juga memperhatikan kebutuhan siswa dan
lingkungannya.
b. Pembelajaran berbasis konten mengutamakan pemahaman materi, dan kurang
mencakup pemahaman terhadap konsep dan keterampilan siswa.
c. Pembelajaran berbasis konten fokus pada serangkaian pertanyaan tes berdasarkan
topik dan kurang mengukur kinerja dengan menerapkan konsep.
d. Pembelajaran berbasis konten berorientasi pada nilai akhir, bukan pada pada
proses dan penguasaan kompetensi (Oktifa, 2021).

B. PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS


1. Definisi Task-based Approach
Nunan (2004) dalam Sholeh (2020) mendeskripsikan task sebagai aktivitas
yang dapat berdiri sendiri sebagai unit fundamental dan melibatkan pemahaman
bahasa yang nyata, manipulasi, atau interaksi sambil menekankan makna daripada
bentuk. Task atau tugas memberikan paparan yang diperlukan dan peluang
penggunaan bahasa yang dibutuhkan untuk memperoleh bahasa target karena tugas
biasanya dilakukan berpasangan atau kelompok. Paparan terjadi ketika peserta didik
mendengarkan instruksi guru, berbicara dengan teman-temannya, dan ketika mereka
harus membaca catatan untuk menyelesaikan tugas. Ketika pembelajar
berkomunikasi, mereka akan memperoleh bahasa lebih cepat dan lebih efisien
(Willis, 1996).
Sementara itu, Harmer (1998) mengatakan Pembelajaran Berbasis Tugas
menempatkan fokus pembelajaran pada pengembangan tugas-tugas tertentu.
Pembelajaran Berbasis Tugas adalah pendekatan yang bertujuan mendorong siswa
untuk bertindak sesuai kemampuan mereka dan untuk memproses serta menyusun
kembali kemampuan berbahasa mereka dalam tingkatan dan bidang minat mereka.

8
Richards dan Rodgers (2001) mengidentifikasi Pembelajaran Berbasis Tugas
sebagai pendekatan yang berfokus pada penggunaan tugas sebagai pusat unit
perencanaan dan pengajaran bahasa. TBL adalah kerangka kerja untuk pengajaran
bahasa yang berkonsentrasi pada tugas yang ditujukan untuk peserta didik. Lebih
lanjut lagi, mereka mengatakan bahwa aktivitas pada penerapan tugas di dalam
pembelajaran ditujukan untuk penggunaan bahasa target di dalam proses
pembelajaran.
Selain itu, Willis (1996) dalam Kusumayati & Sitoresmi (2015) mengatakan
bahwa TBL merupakan salah satu strategi untuk berlatih dan mempraktekkan bahasa.
Metode ini mendukung pengajaran dengan menitikberatkan tugas sebagai fokusnya.
Senada dengan pendapat Willis, Menurut Brown (2001) dalam Kusumayati &
Sitoresmi (2015), TBL merupakan salah satu metode pembelajaran yang memusatkan
pada tugas di dalam proses pembelajarannya. Tujuan dari penggunaan tugas tersebut
untuk membuat siswa lebih mengenal penggunaan bahasa target dengan konteks yang
alami.
Berdasarkan pemaparan para ahli mengenai definisi Pembelajaran Berbasis
Tugas atau Task-Based Learning (TBL), maka dapat disimpulkan bahwa TBL
merupakan metode pembelajaran bahasa yang difokuskan pada pengerjaan tugas oleh
peserta didik dengan menggunakan bahasa yang dipelajari atau bahasa target untuk
berkomunikasi.

2. Karakteristik Task-Based Approach


Swan (2005) mengemukakan beberapa karakteristik Pembelajaran Berbasis
Tugas, diantaranya penggunaan bahasa dalam kehidupan nyata, berpusat pada
pembelajar, berfokus pada makna, dan penyelesaian tugas.
a. Real-World Language (penggunaan bahasa dalam kehidupan nyata).
Pembelajaran Berbasis Tugas (TBL) adalah pendekatan pengajaran yang pada
dasarnya menangani bahasa sebagai alat komunikasi, bukan studi atau mata
pelajaran. TBL bergantung pada penggunaan bahasa di kehidupan nyata, yaitu
implementasinya pada aktivitas dunia nyata. Ini berarti bahwa TBL

9
berkonsentrasi pada komunikasi dan interaksi antara peserta didik yang
melakukan tugas pada waktu yang tepat dengan menggunakan bahasa yang
sesuai. Pembelajaran berbasis tugas juga menawarkan kesempatan kepada
siswa untuk berbicara dalam bahasa target dan juga kesempatan untuk melatih
bahasa tersebut sebelum menggunakannya di luar kelas dalam keadaan nyata.
b. Learner-Centered (berpusat pada pembelajar). TBL memungkinkan siklus
belajar-mengajar menjadi lebih berpusat pada peserta didik. Guru membuka
kemungkinan bagi peserta didik untuk mempersiapkan dan menelusuri
pembelajaran mereka sendiri dengan memanfaatkan tugas sebagai bagian
pembelajaran yang diperlukan. Guru bebas untuk membuat dan memberikan
berbagai tugas yang memungkinkan peserta didik dalam berlatih bahasa asing
secara alami, mandiri, dan asli.
c. Focus on meaning (berfokus pada makna). Pembelajaran berbasis tugas
merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada makna daripada bentuk.
Artinya, alih-alih melakukan latihan yang berfokus pada bentuk, peserta didik
melakukan sekelompok tugas komunikasi. Siswa didorong untuk
menyampaikan pemikirannya mengenai tema pelajaran, baik secara lisan
maupun tulisan. Ide-ide tersebut harus menjadi dasar analisis makna dari
sebuah operasi komunikasi.
d. Completion of task (penyelesaian tugas). Pembelajaran berbasis tugas
memungkinkan siswa untuk menyelesaikan tugas. Kegiatan kelas ditekankan
pada tugas. Bahasa adalah alat yang digunakan peserta didik untuk
menyelesaikan tugas. Tugas adalah kegiatan yang menggunakan bahasa untuk
mendapatkan hasil tertentu.

3. Jenis Task
Menurut Willis (2010) dalam Kusnawati (2014) terdapat enam jenis tugas yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran berbasis tugas. Jenis-jenis tugas tersebut antara
lain:

10
a. Listing (Pembuatan Daftar)
Membuat daftar mungkin tampak tidak imajinatif, tetapi dalam praktiknya,
kegiatan ini berguna untuk menghasilkan banyak diskusi saat peserta didik
mencari dan menjelaskan ide-ide mereka. Prosesnya melibatkan brainstorming
dan pencarian fakta. Brainstorming yaitu kegiatan di mana peserta didik membagi
pengetahuan dan pengalaman mereka pada teman-teman di kelas atau pada
kelompoknya. Pencarian fakta yaitu di mana peserta didik mencari tahu sesuatu
dengan bertanya dan merujuk pada buku. Hasil kegiatan ini berupa draft peta
pemikiran (ide).
b. Ordering and Sorting (Pengaturan dan Penyortiran)
Tugas ini terdiri atas empat proses utama, yaitu:
1) Mengurutkan (sequencing items); merupakan perbuatan atau peristiwa
yang berurutan secara logis atau kronologis;
2) Merangking (ranking items); berhubungan dengan nilai-nilai individu
atau kriteria yang spesifik,
3) Mengkategorikan (categorizing items); mengelompokkan sesuai
kategorinya, dan
4) Mengklasifikasikan (classifying items in different ways); dilakukan saat
pengkategorian tidak diberlakukan.
c. Comparing (Perbadingan)
Tugas ini melibatkan membandingkan informasi yang serupa tetapi dari
sumber yang berbeda untuk mengidentifikasi poin umum atau perbedaan. Tugas
ini meliputi:
1) Menjodohkan (matching); dilakukan untuk mengidentifikasi hal-hal yang
spesifik dan untuk menghubungkannya satu dengan lainnya,
2) Mencari persamaan (finding similarities); dan
3) Mencari perbedaan (finding differences).
d. Problem Solving (Pemecahan Masalah)

11
Tugas-tugas pemecahan masalah menuntut pengetahuan intelektualitas
manusia dan kemampuan berpikir. Tugas-tugas tersebut menarik dan
menyenangkan untuk dipecahkan. Proses-proses pengerjaan dan waktu yang
diberikan sangat bervariasi tergantung pada jenis dan kompleksitas masalah.
Masalah-masalah yang dapat diaplikasikan dalam tugas ini berasal dari kehidupan
sehari-hari. Masalah-masalah tersebut berupa hipotesis, pendeskripsian
pengalaman, membandingkan alternatif pemecahan masalah. Kelengkapan tugas
sering berdasarkan pada ekstrak/intisari pemecahan masalah atau penyatuan
kunci-kunci pemecahan masalah. Pengklasifikasian diakhiri dengan studi khusus
yang lebih kompleks, dan memerlukan pengamatan yang mendalam berdasarkan
atas berbagai kriteria-kriteria tertentu, dan sering meliputi pencarian fakta
tambahan dan investigasi.
e. Sharing Personal Experiences (Saling Berbagi Pengalaman Pribadi)
Tugas-tugas ini mendorong peserta didik untuk berbicara lebih bebas tentang
diri mereka sendiri dan berbagi pengalaman mereka. Hasil interaksi tersebut
berhubungan dengan percakapan mengenai kehidupan sosial. Tugas ini berbeda
dengan tugas-tugas lainnya yang secara langsung berorientasi pada tujuan
sehingga tugas tipe ini sulit dilakukan dalam kelas.
f. Creative Tasks (Tugas Kreatif)
Tugas-tugas ini sering disebut projects dan melibatkan kelompok-kelompok
peserta didik pada berbagai jenis tugas kreatif yang lebih bebas. Tugas-tugas
tersebut juga memiliki lebih banyak tingkat kesulitan dibanding tugas-tugas
lainnya dan dapat dilakukan pengkombinasian beberapa jenis tugas; misalnya
listing, ordering and sorting, comparing dan problem solving. Kemampuan
organisasi dan kerja kelompok penting dilakukan demi terlaksananya tugas. Hasil
belajar yang dilakukan sangat dihargai dan disukai baik oleh audiens maupun oleh
peserta didik yang terlibat secara langsung.

4. Tahapan Pembelajaran Berbasis Tugas

12
Willis (1996) dalam (Marlena, 2021) mengemukakan beberapa tahapan yang
dilakukan dalam pembelajaran berbasis tugas, antara lain:
a. Pre-task: introduction to topic and task (Pengenalan topik dan tugas).
1) Guru memberi tahu siswa mengenai metode pembelajaran Berbasis Tugas
2) Guru memaparkan topik ke kelas.
3) Guru menggarisbawahi kata-kata dan frasa yang berguna.
4) Guru membantu siswa memahami instruksi tugas.
5) Peserta didik mendengar guru atau membaca bagian dari teks deskriptif
sebagai petunjuk ke dalam tugas.
Guru memulai topik dan memberikan panduan rinci kepada siswa tentang
tugas apa yang harus dilakukan, dan dapat mendukung siswa mengingat
beberapa kosakata yang mungkin berguna untuk melakukan tugas. Tahap pra-
tugas dapat meliputi pemutaran video mengenai tugas yang akan dikerjakan.
Video tersebut memuat gambaran besar mengenai indikator tugas. Peserta
didik harus membuat catatan dan rencana pengerjaan tugas. Metode pre-task
bertujuan untuk melatih peserta didik untuk memenuhi tugas meningkatkan
pembelajaran.
b. Task cycle: Task, Planning, Report and reading
1) Task. Peserta didik mengerjakan tugas secara berpasangan atau kelompok,
sedangkan guru memantau dari kejauhan dan memberikan bimbingan
bukan mengoreksi. Hal ini agar peserta didik merasa bebas untuk
berekperimen dan tidak peduli dengan kesalahan. Langkah kedua
mencakup pengajaran yang komunikatif, secara alamiah, dan menawarkan
kesempatan bagi siswa untuk berani.
2) Planning. Peserta didik membuat laporan lisan atau tertulis mengenai tugas
yang dikerjakan. Laporan berupa apa yang dikerjakan dalam tugas, apa
yang diputuskan atau ditemukan. Selanjutnya di kelas, peserta didik
mempraktikkan apa yang akan dikatakan.
3) Report and reading. Setelah itu, peserta didik mempresentasikan secara
lisan atau membaca laporan yang sudah ditulis sebelumnya di depan kelas.

13
Guru memilih urutan kapan peserta didik harus menyajikan laporan mereka
dan memberikan beberapa umpan balik langsung mengenai materi
pembelajaran kepada peserta didik. Guru juga dapat memutar kembali
video yang memuat pengerjaan tugas yang sama untuk membandingkannya
dengan peserta didik. Proses ini memiliki beberapa tujuan pedagogis,
seperti memberikan hasil tugas yang konsisten, merefleksi tentang
bagaimana tugas itu dilakukan, dan menemukan kesulitan pelajar dalam
mengerjakan tugas.
c. Language focus: Analysis and practice
1) Analysis. Guru menunjukkan komponen penting dari teks rekaman untuk
ditinjau oleh peserta didik. Peserta didik memeriksa dan kemudian
mendiskusikan fitur-fitur tertentu dari teks. Peserta didik diminta untuk
mencatat karakteristik menarik dalam teks tersebut. Mereka dapat
memasukkan kata, frasa, dan pola baru dalam buku kosakata. Guru juga
dapat mengilustrasikan kosakata yang digunakan untuk interpretasi siswa
selama proses belajar.
2) Practice. Guru mempraktikan kata, frasa, dan pola baru yang muncul
dalam data. Baik selama atau setelah analisis. Pada akhirnya, guru
memilih bidang bahasa untuk dipelajari tergantung pada kebutuhan
peserta didik dan apa yang dihasilkan dari fase pembelajaran. Peserta
didik kemudian melakukan kegiatan untuk meningkatkan kepercayaan
diri dan menghasilkan catatan bahasa yang berguna.

5. Peran Guru dan Murid dalam Task-based Learning


Richard & Rogers (2001) dalam Sholeh (2020) mengemukakan peran guru dan
peserta didik dalam pembelajaran berbasis tugas pada pembelajaran bahasa asing.
Adapun guru memiliki tiga peran utama, yaitu:
a. Selector and sequences of tasks: guru memiliki fungsi penting dalam memilih,
mengubah, dan membuat tugas dan kemudian membentuknya sesuai dengan
kebutuhan, minat, dan kemampuan bahasa siswa.

14
b. Getting ready students for tasks: guru melakukan beberapa persiapan pre-task
penting bagi peserta didik. Kegiatan persiapan tersebut dapat mencakup
memperkenalkan mata pelajaran, menjelaskan arah tugas, membantu siswa
belajar atau mengingat kata-kata dan frase yang berguna untuk membantu peserta
didik agar mampu menyelesaikan tugasnya dengan muda, dan mempresentasikan
proses pengerjaan tugas.
c. Awareness-raising (meningkatkan kesadaran): guru menggunakan kombinasi
strategi yang menggabungkan praktik pre-task, mereview teks yang disediakan,
akses terkontrol pada tugas-tugas yang sama, dan pemanfaatan materi yang
ditampilkan.
Sementara itu, peserta didik dalam pembelajaran bahasa asing menggunakan
metode pembelajaran berbasis tugas memainkan tiga peran kunci, yakni:
a. Participant group: peserta didik melaksanakan beberapa tugas secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bagi peserta didik yang terbiasa
melakukan aktifitas full-class atau bekerja secara individu, akan memerlukan
penyesuaian dalam bekerja berpasangan atau berkelompok.
b. Monitor: Tugas yang digunakan dalam Pembelajaran Berbasis Tugas adalah
untuk meningkatkan pembelajaran. Kegiatan kelas akan membantu peserta didik
belajar bagaimana menggunakan bahasa yang komunikatif. Peserta didik harus
"menghadirkan" pesan dalam kalimat yang diujarkan.
c. Risk-takers and innovators: beberapa tugas menuntut peserta didik untuk
menghasilkan dan menafsirkan pesan dari kalimat atau teks yang belum lengkap
dan pengalaman sebelumnya. Tujuan tugas ini yakni agar peserta didik
memperoleh kemampuan untuk menebak dari petunjuk linguistik dan
konteksnya, meminta kejelasan, dan berkomunikasi dengan peserta didik lain.

6. Kekuatan dan kelemahan Task –Based Approach


a. Kekuatan atau kelebihan pembelajaran berbasis tugas antara lain:
1) Membantu pembelajar dalam berinteraksi secara spontan.

15
Pembelajar bebas menggunakan kosakata dan tata bahasa apa pun yang
mereka ketahui. Misalnya role play menuntut pembelajar untuk menggunakan
bahasa secara bebas. Ini memberi pembelajar kesempatan untuk mencoba
bahasa apa pun yang sudah mereka ketahui dan juga memberi pembelajar
kesempatan untuk memperhatikan dan mengambil manfaat dari ekspresi orang
lain dan dengan demikian membangun tingkat kepercayaan diri mereka secara
bertahap. Kompetensi kognitif serta kompetensi komunikatif pembelajar
dikembangkan saat mereka melakukan tugas. Perhatian pembelajar diarahkan
pada pemecahan masalah daripada berfokus pada struktur bahasa yang terisolasi.
Ini mendorong pembelajar untuk lebih ambisius
2) Pembelajaran berbasis tugas memberi kesempatan kepada pembelajar bahasa
untuk mempelajari kosa kata:
Biasanya guru menjelaskan kosakata dalam pre-task dan peserta didik tidak
terlibat, kata-kata yang diajarkan seperti itu mudah dilupakan sehingga
bermanfaat bagi peserta didik jika guru memikirkan cara-cara kreatif untuk
melibatkan peserta didik dalam pre-task.
3) Menyediakan kondisi yang diperlukan dalam pembelajaran bahasa.
Pembelajaran bahasa tidak terjadi tanpa adanya motivasi, dan kesempatan
untuk menggunakan bahasa. Pembelajaran bahasa berbasis tugas mendorong
pembelajar untuk menggunakan bahasa dengan tujuan dan kerjasama. Peserta
didik mendapat kesempatan untuk bernegosiasi giliran untuk berbicara dan juga
mencoba berbagai strategi komunikasi.
4) Memaksimalkan ruang lingkup berkomunikasi.
Pembelajaran berbasis tugas menyediakan kondisi yang memungkinkan
peserta didik untuk menyerap apa yang mereka perhatikan dan pahami saat
mengerjakan tugas. Dengan berpartisipasi dalam tugas, pembelajar tidak hanya
memperoleh item bahasa baru, tetapi juga menggunakan bahasa yang telah
mereka peroleh sebelumnya.
5) Pembelajaran berdasarkan pengalaman.

16
Pembelajaran berdasarkan pengalaman dikatakan membentuk dasar
konseptual yang penting untuk pengajaran bahasa berbasis tugas. Pengalaman
pribadi langsung pembelajar diambil sebagai titik awal dalam pendekatan ini.
Dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual terjadi ketika peserta didik
mengambil bagian dan merefleksikan urutan tugas.

b. Kelemahan atau kekurangan pembelajaran berbasis tugas, yaitu:


a) Kesulitan Tugas:
Meskipun kesulitan tugas dapat diperkirakan dari kinerja peserta didik,
faktor-faktor yang sebenarnya berkontribusi terhadap kesulitan tugas yakni
dikaji agar berguna untuk mengintegrasikan dan mengurutkan tugas-tugas dalam
silabus pengajaran bahasa.
b) Ketidaksesuaian antara persepsi peserta didik dan guru:
Studi menunjukkan bahwa peristiwa kelas yang sama sering ditafsirkan
berbeda oleh guru dan peserta didik.
c) Keaslian tugas:
Ketika kita melihat definisi tugas, beberapa di antaranya menyarankan
bahwa tugas harus berupa aktivitas dunia nyata. Tetapi ada tugas-tugas seperti
mendeskripsikan sebuah gambar kepada orang lain sehingga mereka dapat
menggambarnya, mengidentifikasi perbedaan antara dua gambar, menceritakan
sebuah cerita berdasarkan gambar, dll. yang tidak mungkin terjadi dalam situasi
kehidupan nyata.
d) Kekurangan linguistik:
Pembelajar pemula tanpa sumber linguistik merasa sangat sulit untuk ikut
serta dalam suatu tugas. Terutama dalam tugas-tugas berbicara seperti bermain
peran atau menggambarkan perbedaan, pembelajar mungkin merasa sangat
menantang dan berat untuk melanjutkan percakapan. Mereka mungkin tidak
mengerti apa yang dituntut oleh tugas tersebut dan mereka mungkin merasa sulit
untuk membuat diri mereka dipahami saat ikut serta dalam tugas tersebut.
e) Persepsi peserta didik:

17
Tujuan pembelajar dikatakan didistribusikan pada kesatuan antara orientasi
pencapaian dan orientasi kelangsungan hidup. Jika pembelajar merasa bahwa
tugas berkaitan erat dengan kebutuhannya, mereka cenderung mengadopsi
orientasi prestasi.
f) Hasil:
Salah satu ciri khas dari suatu tugas adalah bahwa hal itu menghasilkan hasil
yang jelas. Tujuan tertentu adalah bagian penting dari suatu tugas. Tetapi sering
kali terdapat kemungkinan untuk mencapai hasil yang berhasil dari suatu tugas
tanpa benar-benar mencapai tujuan tugas. Misalnya dalam tugas-tugas seperti
melihat perbedaan antara gambar, pembelajar dapat menyelesaikan tugas tanpa
menggunakan bahasa apapun.
C.

18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembelajaran berbasis konten merupakan pembelajaran yang hanya berpusat
pada konten pembelajaran atau materi pelajaran. Dalam pembelajaran berbasis
konten, fokus guru adalah agar siswa dapat memiliki pengetahuan seputar tema atau
materi yang diajarkan. Pembelajaran berbasis konten bertujuan untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan komunikasinya. Artinya, siswa diharapkan
mampu menggunakan bahasa secara efektif dan tepat pada berbagai bidang seperti
sosial, akademik, dan profesional. Pembelajaran berbasis konten bukan berarti tidak
ada penekanan pada bahasa itu sendiri; sebaliknya, pembelajaran berbasis konten
mengintegrasikan fokus pada bahasa dalam konteks instruksi konten. Pendekatan ini
berperan ganda yakni untuk tujuan pembelajaran bahasa dan konten. Pembelajaran
berbasis konten sangat berguna untuk semua tingkatan, namun jenis kontennya harus
disesuaikan dengan tingkat kecakapan siswa.
Pembelajaran berbasis tugas merupakan pembelajaran yang menitikberatkan
pada pemberian tugas. Aktivitas pada penerapan tugas di dalam pembelajaran
ditujukan untuk penggunaan bahasa target di dalam proses pembelajaran. Tujuan dari
penggunaan tugas tersebut untuk membuat siswa lebih mengenal penggunaan bahasa
target dengan konteks yang alami. Pembelajaran berbasis tugas berfokus pada makna
daripada bentuk. Hal ini dikarenakan tujuan dari metode ini agar peserta didik mampu
berkomunikasi menggunakan bahasa target selain untuk menyelesaikan tugas juga
untuk kebutuhan dalam kehidupan nyata. Metode ini berpusat pada pembelajar, di
mana pembelajar lebih aktif dalam mengeksplorasi kemampuan berbahasanya baik
secara lisan maupun tulis. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan supervisor.

19
DAFTAR PUSTAKA

Carla. (2019). Content-Based Second Language Instruction: What is it?


https://carla.umn.edu/cobaltt/CBI.html

Kusnawati, T. (2014). PENGGUNAAN METODE TASK-BASED LEARNING


UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS MAHASISWA.
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 14(1), 93–108.
https://doi.org/10.17509/BS_JPBSP.V14I1.713

Kusumayati, L. D., & Sitoresmi, U. (2015). PERAN TASK BASED LEARNING


(TBL) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Widya Wacana,
10(1), 51–61.

Marlena. (2021). The Effectiveness of Using Task Based Learning Method on


Student’s Reading Comprehension on Descriptive Text at The Eleventh Grade of
SMAN 1 Tanjung Raja in The Academic Year of 2020/2021 [Universitas Islam
Negeri Raden Intan]. http://repository.radenintan.ac.id/15667/1/PUSAT BAB 1
DAN 2.pdf

Oktifa, N. (2021). Cara Mengajar Berbasis Konten atau Kompetensi, Guru Pintar
Pilih Mana? https://akupintar.id

Peachey, N. (2003). Content-Based Instruction.


http://www.teachingenglish.org.uk/article/content-based-instruction

Sholeh, M. B. (2020). Implementation of Task-based Learning in Teaching English


in Indonesia: Benefits and Problems. Language Circle: Journal of Language
and Literature, 15(1), 1–9. https://doi.org/10.15294/LC.V15I1.26004

20

Anda mungkin juga menyukai