Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA MI


“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA DI MI/SD”

DOSEN PENGAMPU :

Linda Ayu Pertiwi M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8:

1. Aliah : NIM.PM.02.221.1181
2. Een : NIM.PM.02.221.1022
3. Elvi Novaria : NIM.PM.02.221.1052

YAYASAN NURUL ISLAM ( YASNI )


INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAI )
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN ( FTIK )
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI )
MUARA BUNGO
3A2/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu


Wa Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat
rahmat dan kasih sayang-Nya makalah yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar
Bahasa dan Sastra Indonesia di MI/SD“ terselesaikan. Dan terimakasih penulis
sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Indonesia MI, Ibu Linda Ayu Pertiwi M.Pd yang telah mengarahkan dan
membimbing pembuatan makalah yang baik dan benar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik
bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin.

Muara Bungo, 26 Desember 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. Bahan Ajar 4
B. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia MI/SD...............4
BAB III PENUTUP.............................................................................................14
A. Kesimpulan .................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Pada dasarnya seorang guru harus memiliki banyak kemampuan dalam
mengajar, yang utama adalah guru SD. Karena guru SD akan mengahadapi
peserta didik yang akan memahami materi dengan benda yang konkret, penjelasan
sederhana namun luas, dan bahan ajar yang menyenangkan untuk dipelajari. Guru
SD harus kreatif dalam mengajar di dalam kelas, seperti dalam pemilihan metode
belajar, media pembelajaran, serta juga bahan ajar yang akan digunakan. Bukan
hanya itu, guru juga harus mampu mengembangkan bahan ajar. Pengembangan
bahan ajar mampu membuat pembelajaran lebih menyenangkan, efektif, efisien,
dan tidak melenceng dari tujuan pembelajaran.
Kompetensi mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai guru secara
baik, namun pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menguasainya,
sehingga dalam melakukan proses pembelajaran masih banyak yang bersifat
konvensional. Dampak dari pembelajaran konvensional ini antara lain aktivitas
guru lebih dominan dan sebaliknya siswa kurang aktif karena lebih cenderung
menjadi pendengar. Disamping itu pembelajaran yang dilakukannya juga kurang
menarik karena pembelajaran kurang variatif. Melalui tulisan singkat ini akan
dipaparkan tentang bagaimana mengembangkan bahan ajar modul dan
pemanfaatannya dalam proses pembelajaran.
Menurut Widodo dan Jasmadi dalam buku menyatakan bahwa bahan ajar
adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain
secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan,
yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.
Disini menyatakan bahwa dalam pembuatan bahan ajar memang sangat banyak
membutuhkan buku – buku sebagai acuan yang dilihat dan di perluas lagi dengan
gaya tersendiri yang lebih menarik tetapi tetap belihat tujuan yang diharapkan.

1
2

B. Rumusan masalah.
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ketahui bahwa rumusan
masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu bahan ajar?
2. Apa saja pengembangan bahan ajar Bahasa dan Sastra Indonesia MI/SD?

C. Tujuan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Agar kita dapat mengetahui apa itu bahan ajar.
2. Agar kita dapat mengetahui apa saja pengembangan bahan ajar Bahasa
dan Sastra Indonesia di MI/SD.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahan Ajar.
Bahan ajar dapat diartikan sebagai suatu bahan atau materi pelajaran yang
disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Bahan ajar memiliki sifat yang sangat unik. Unik di sini bermaksud
bahwa, bahan ajar hanya dapat digunakan untuk kalangan tertentu dalam
pembelajaran tertentu (kembali pada hakikat bahan ajar yang disusun secara
sistematis). Jika buku, video, atau materi lain yang beredar di pasaran berisi
materi pelajaran, namun tidak disusun secara sistematis, maka buku, video, atau
materi lain tersebut tidak dapat dikatakan sebagai bahan ajar.
Selain itu, bahan ajar juga memiliki sifat spesifik. Hal ini berarti, bahan ajar
disusun atau dirancang hanya untuk mencapai tujuan akhir dari pembelajaran.
Agar dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, bahasa dalam bahan ajar
harus disesuaikan dengan karakteristik pembaca atau pengguna bahan ajar. Hal ini
dimaksudkan, agar pembaca atau pengguna mudah memahami isi materi dalam
bahan ajar tersebut. Jadi, dengan kata lain materi, buku, video, dan yang lainnya
dapat dikatakan bahan ajar haruslah sengaja dirancang dan disusun secara
sistematis untuk keperluan yakni mencapai tujuan dari suatu proses kegiatan
pembelajaran.1
1. Karakteristik Bahan Ajar.
Sesuai dengan pedoman penulisan modul yang di keluarkan oleh Direktorat
Guruan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Dapertemen Pendidikan Nasional Tahun 2003, bahan ajar memiliki beberapa
karakteristik, yaitu self intructional, self contained, stand alone, adaptive, dan
user friendly.
Pertama, self instructional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa maupun
membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang di kembangkan. Untuk

1
Asri Musandi Waraulia, Bahan Ajar, Madiun, UNIPMA Press: eprint.unipma.ac.id 2020, hlm 5.

3
4

memenuhi karakter self instuctional, maka di dalam bahan ajar harus terdapat
tujuan yang di rumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir maupun tujuan antara.
Selain itu, dengan bahan ajar akan memudahkan siswa belajar secara tuntas
dengan memberiakan materi pembelajaran yang di kemas ke dalam unit-unit atau
kegiatan yang lebih spesifik.
Kedua, self cintained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit kompetensi
atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh.
Ketiga, stand alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang di kembangkan
tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama
dengan bahan ajar lain.
Keempat, adaptive yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang
tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
Kelima, user friendly yaitu setiap instruksi dan paparan informasi yang
tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakaian dalam merespons dan mengakses sesuai dengan keinginan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang
mampu membuat siswa untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam
proses pembelajaran sebagai berikut:2
a. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka
mendukung pemaparan materi pembelajaran.
b. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik
atau mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan
memberikan soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya.
c. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau
konteks tugas dan lingkungan siswa.
d. Bahan yang digunakan cukup sederhana karena siswa hanya berhadapan
dengan bahan ajar ketika belajar secara mandiri.

2
Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam Pendidikan, Bandar
Lampung, Anugrah Utama Raharja (AURA): repository.radenintan.ac.id 2014, hlm 188.
5

2. Peran Bahan Ajar.


Peran bahan ajar bagi pendidik adalah menghemat waktu pendidik dalam
mengajar. Dengan adanya bahan ajar dalam berbagai jenis dan bentuknya, waktu
mengajar pendidik dapat dipersingkat. Artinya, pendidik dapat menugaskan
peserta didik untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan serta
meminta mereka untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang ada di bagian
terakhir setiap pokok bahasan. Sehingga, setibanya di kelas, pendidik tidak perlu
lagi menjelaskan semua materi pelajaran yang akan dibahas, tetapi hanya
membahas materi- materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan demikian,
waktu untuk mengajar bisa lebih dihemat dan waktu yang tersisa dapat
dimanfaatkan untuk diskusi, tanya jawab atau kegiatan pembelajaran lainnya.3
Mengubah peran pendidik atau guru/dosen dari seorang pengajar menjadi
seorang fasilitator. Dengan adanya bahan ajar, proses pembelajaran dapat berjalan
lebih efektif karena pendidik tidak hanya berfungsi sebagai pengajar tetapi lebih
berfungsi sebagai fasilitator yang mampu membimbing peserta didiknya dalam
memahami suatu materi pembelajaran dan Meningkatkan poses pembelajaran
menjadi lebih efektif dan interaktif. Dengan adanya bahan ajar, guru akan
mempunyai waktu yang lebih leluasa untuk mengelola proses pembelajarannya
sehingga dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.
Peran bahan ajar bagi peserta didik adalah keberadaan bahan ajar yang
banyak dan berkualitas saat sekarang ini, peserta didik dapat belajar tanpa harus
ada pendidik atau teman sebaya lainnya. Artinya, dengan adanya bahan ajar yang
dirancang dan ditulis dengan urutan yang baik dan logis serta sejalan dengan
jadwal pelajaran yang ada dalam satu semester, misalnya maka peserta didik dapat
mempelajari bahan ajar tersebut secara mandiri kapan dan di mana saja.
Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri. Artinya,
peserta didik dapat menentukan cara dan kecepatannya sendiri dalam belajar.
Sebagaimana kita ketahui kecepatan seseorang dalam mempelajari sesuatu sangat
beragam, ada peserta didik yang belajarnya cepat ada yang sedang dan ada juga

3
Supardi, Landasan Pengembangan Bahan Ajar Menunju Kemandirian Pendidik Mendesain
Bahan Ajar Berbasis Kontekstual, Mataram, Sanabil: repository.uinmataram.ac.id 2020, hlm 25.
6

yang belajarnya lambat, bahkan sangat lambat. Melalui bahan ajar


keberagaman kecepatan belajar dapat diakomodasi, dan diatasi.4
Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri. Pada
umumnya bahan ajar berisi keseluruhan materi pelajaran yang akan diajarkan
dalam satu semester dan pendidik pada umumnya telah menyusun bahan ajar
tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar
secara berurutan dan bertahap. Apabila bahan ajar tersebut dimilikinya maka
peserta didik dapat menentukan sendiri pola belajarnya, apakah belajar sesuai
dengan urutan yang ada ataukah memilih materi pelajaran sesuai dengan
minatnya.
Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar mandiri. Artinya,
dengan bahan ajar yang dapat dipelajarinya sendiri, kapan dan di mana pun
peserta didik berada maka sedikit demi sedikit peserta didik akan terbiasa untuk
mengarahkan dirinya sendiri dalam belajar. Hal ini memotivasi dirinya untuk
sadar akan kewajibannya sebagai peserta didik, yaitu pandai mengelola waktu
sehingga semua materi pelajaran dapat dikuasai sepenuhnya dalam waktu yang
telah ditentukan.

B. Pengembangan Bahan Ajar Sastra dan Bahasa Indonesia di MI/SD.


Penyiapan bahan ajar merupakan hal pokok yang dilakukan sebelum
berlangsungnya proses belajar-mengajar. Tindakan utama pembelajaran dapat
diaplikasikan dalam proses pengembangan bahan ajar. Selanjutnya Jolly dan
Bolitho memaparkan tahap-tahap pengembangan bahan ajar, yakni:
1. Identifikasi kebutuhan guru dan siswa
2. Penentuan kegiatan eksplorasi kebutuhan materi
3. Realisasi kontektual dengan mengajukan gagasan yang sesuai dengan
pemilihan teks dan konteks bahan ajar
4. Realisasi pedagogis melalui tugas dan latihan
5. Produksi bahan ajar
6. Penggunaan bahan ajar oleh siswa, dan

4
Ibid, hlm 26.
7

7. Evaluasi bahan ajar.


Kemudian, Richards mengajukan rancangan pengembangan bahan
ajar, meliputi:
1. Pengembangan tujuan
2. Pengembangan silabus
3. Pengorganisasian bahan ajar ke dalam unit-unit pembelajaran
4. Pengembangan struktur per unit, dan
5. Pengurutan unit.
Menurut Tomlinson pemgembangan bahan ajar adalah apa yang
dilakukan penulis, guru, siswa untuk memberikan sumber masukan
berbagai pengalaman yang dirancang untuk meningkatkan belajar bahasa.
Pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berdasarkan indikator
pencapaian kompetensi dasar dengan memperhatikan potensi peserta
didik, bermanfaat bagi peserta didik, aktualitas, kedalaman, dan keluasan
materi pelajaran, relevansi kebutuhan peserta didik, sesuai dengan tuntutan
lingkungan dan alokasi waktu yang tersedia.
Pengembangan bahan ajar bahasa dan sastra Indonesia adalah
kegiatan yang diawali dari penelitian untuk mendapatkan gambaran
tentang identifikasi kebutuhan dokumen bahan ajar bahasa dan
pembelajarannya yang sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah dan
daerah. Kemudian dilanjutkan kegiatan pengembangan bahan ajar melalui
beberapa kali uji coba sehingga berterima dan objektif sesuai dengan
keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia (mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis). Pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini,
menggabungkan rancangan tahap-tahap yang telah dipaparkan oleh Jolly
& Bolitho, Richards serta Depdiknas, yakni:
(1) identifikasi kebutuhan,
(2) pengembangan silabus,
(3) penyusunan bahan ajar, dan (evaluasi bahan ajar).
Dalam pengembangan bahan ajar tidak bisa begitu saja langusng di
aplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Banyak yang harus
7

didiskusikan oleh beberapa guru. Mempediksi apakah bahan ajar tersebut


juga layak untuk digunakan.
8

Memprediksi apakah siswa SD akan lebih tertarik belajar dengan


bahan ajar yang sudah dibuat.
Biasanya perbaikan yang diberikan oleh para pengguna mengenai
kelayakan isi materi diantaranya:5
1. Terdapat materi yang kurang mendetail dalam penyajiaannya;
2. Terdapat beberapa kesalahan dalam pengetikan sehingga perlu adanya
perbaikan;
3. Terdapat beberapa bagian layout gambar dan redaksi terlalu berhimpitan
sehingga mengganggu penglihatan dan menyulitkan dalam membaca;
4. Terdapat beberapa bagian yang kosong dalam satu halaman, lebih baik
diatur kembali layout gambar atau bisa diisi dengan kata-kata motivasi;
5. Gunakan bahasa yang lebih mudah dipahami;
6. Penggunaan kata ejaan agar disesuaikan dengan EYD;
7. Mohon beri penjelasan atau terjemahan dari bahasa asing yang digunakan
dalam materi;
8. Mohon diperbaiki tingkat kecerahan dan ketajaman warna yang
digunakan untuk sebagaian konten pada bagian buku;
9. Mohon ada perbaikan kertas jilid yang digunakan dikhawatirkan akan
mudah sobek.
10. Lebih dipertebal lagi kertas yang diganakan dalam isi bahan ajar, supaya
tidak transparan dan tidak mudah sobek.
Jika sudah masuk tahap pengaplikasian, guru meminta pendapat
tentang bahan ajar baru yang di berikan. Pertanyaan diberikan pada siswa
kelas tinggi karena sudah lebih berani dalam menyampaikan isi pikrannya:
1. Penjelasan terhadap materi yang kurang mendetail dalam penyajiaannya;
2. Memperbaiki kesalahan dalam pengetikan;
3. Perbaikan pada layout gambar dan redaksi terlalu berhimpitan
4. Mengisi bagian yang kosong dalam satu halaman;
5. Menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami;

5
Ina Magdalena, Analisis Pengembangan Bahan Ajar, Tangerang: core.ac.uk 2020, hlm 182.
9

6. Perbaikan pada penggunaan kata ejaan dan disesuaikan dengan EYD;


7. Pemberian penjelasan atau terjemahan terhadap bahasa asing yang
digunakan dalam materi;
8. Perbaikan tingkat kecerahan dan ketajaman warna yang digunakan untuk
sebagaian konten pada bagian buku;
9. Perbaikan kertas jilid yang digunakan.
Pendapat Ruseffendi ada beberapa fungsi penggunaan alat peraga
dalam pengajaran, yaitu:6
1. Dengan adanya alat peraga, siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran
dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari semakin besar.
Siswa senang, terangsang, kemudian tertarik dan bersikap positif
terhadap pembelajaran.
2. Dengan disajikan konsep abstrak dalam bentuk konkret, maka siswa pada
tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan
mengerti.
3. Siswa akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan
benda-benda yang ada disekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar
dan masyarakat.
4. Konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkret, yaitu
dalam bentuk model dapat dijadikan obyek penelitian dan dapat pula
dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.
Terlihat bahwa memang alat peraga berpengaruh cukup besar bagi
pemahaman dan ketertarikan siswa terhadap materi yang di ajarkan. Alat
peraga juga sangat mempengaruhi kemampuan guru dalam
mengembangkan bahan ajar, membuat guru lebih kreatif dan inovatif
dalam pengembangan bahan ajar. melaksanakan pembelajaran terpadu
tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan tingkat
kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar.

6
Ibid, hlm 179.
10

Semakin lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas


wawasan dan pemahaman guru terhadap materi tersebut maka
berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan.
Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokkan, dan
disusun dalam Indikator dari Kompetensi Dasar. Setelah bahan-bahan yang
diperlukan dan terkumpul secara memadai seorang guru selanjutnya perlu
mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang terkait
dengan langkah kegiatan berikutnya.
Guru harus mampu lebih kreatif dan inovatif dalam pengembangan bahan
ajar, karena guru harus mengikuti perkembangan peserta didiknya yang semakin
hari semakin modern. Ditambah lagi sikap keingin tahuan siswa SD saat ini
menurut guru lebih besar di bandingkan yang dahulu. Banyak pertanyaan yang
sebelumnya belum pernah ditanyakan oleh siswa SD sebelumnya. Maka guru
harus benar – benar mengerti bagaimana perkembangan peserta didik yang
dihadapi.
Kegiatan pengembangan bahan ajar adalah kegiatan akademik yang bisa
dilakukan sendiri tetapi tetap harus dilakukan berdasarkan suatu proses yang
sistematik agar kefasihan bahan ajar dapat dijamin. Pengembanga bahan ajar yang
sistematik dimulai dari proses perancangan dan pengembangannya dapat berupa
aktivitas mengembangkan sendiri atau menggunakan bahan ajar yang udah ada,
sampai dengan uji coba bahan ajar.
Ada tiga prinsip yang diperlukan dalam penyusunan bahan ajar. Ketiga
prinsip itu adalah relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Relevansi artinya
keterkaitan atau berhubungan erat. Konsistensi maksudnya ketaatasasan atau
keajegan – tetap. Kecukupan maksudnya secara kuantitatif materi tersebut
memadai untuk dipelajari.
Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat, maksudnya adalah
materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan oleh guru adalah
menghafalkan fakta, maka materi yang harus disajikan adalah berupa fakta-fakta.
Sebaliknya, jika kompetensi dasar menuntut kemampuan dalam melakukan
10

sesuatu, maka materi pelajarannya adalah prosedur atau cara melakukan sesuatu.
Begitulah seterusnya.
11

Prinsip konsistensi adalah ketaatasasan dalam penyusunan bahan ajar.


Misalnya, kompetensi dasar meminta kemampuan siswa untuk menguasai tiga
macam konsep, materi yang disajikan juga tiga macam. Umpamanya kemampuan
yang diharapkan dikuasai siswa adalah menyusun paragraf deduktif, materinya
sekurangkurangnya pengertian paragraf deduktif, cara menyusun paragraf
deduktif, dan cara merevisi paragraf deduktif. Artinya, apa yang diminta itulah
yang diberikan.
Prinsip kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup memadai
untuk mencapai kompetensi dasar. Materi tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu
banyak. Jika materi terlalu sedikit, kemungkinan siswa tidak akan dapat mencapai
kompetensi dasar dengan memanfaatkan materi itu. Kalau materi terlalu banyak
akan banyak menyita waktu untuk mempelajarinya. Bahan ajar memiliki posisi
yang sangat penting dalam pembelajaran, yaitu sebagai representasi (wakil) dari
penjelasan guru di depan kelas. Di sisi lain, bahan ajar berkedudukan sebagai alat
atau sarana untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Oleh
karena itu, penyusunan bahan ajar hendaklah berpedoman pada standar
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensi lulusan (SKL).
Bahan ajar yang disusun tanpa berpedoman pada SK, KD, dan SKL, tentu tidak
akan memberikan banyak manfaat kepada peserta didik.
Bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap
peserta didik. Pelayanan individual dapat terjadi dengan bahan ajar. Peserta didik
berhadapan dengan bahan yang terdokumentasi. Ia berurusan dengan informasi
yang konsisten (taat asas). Peserta yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan
kemampuannya dengan mempelajari bahan ajar. Peserta didik yang lambat
belajar, akan dapat mempelajari bahan ajarnya berulang-ulang. Dengan demikian,
optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat terjadi dengan bahan
ajar.
Jadi, keberadaan bahan ajar sekurang-kurangnya menempati tiga posisi
penting. Ketiga posisi itu adalah sebagai representasi sajian guru, sebagai sarana
pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, standar kompetensi lulusan,
dan sebagai pengoptimalan pelayanan terhadap peserta didik. Dengan memahami
12

beberapa langkah pokok dalam pembuatan bahan ajar yang telah di tulis
sebelumnya, kemudian ditambah pula materi berbagai strukur bahan ajar, maka
pembuatan bahan ajar kini menjadi suatu pekerjaan yang tidak melelahkan atau
membingungkan, bahkan bisa jadi merupakan suatu pekerjaan yang sangat
meneynangkan dan membuat ketagihan untuk membuat bahan ajar. Mungkin kita
tidak pernah membayangkan sebelumnya jika membuat bahan ajar tidak sesulit
yang kita bayangkan. Asalkan kita mau berusaha untuk belajar membuat, pasti
akan ada jalan.
Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan
siswa. Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan
ajar, seperti yang disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
sebagai berikut.
1. Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang
dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum
2. Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat
disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik
tersebut meliputi lingkungan sosial, budaya, geografis maupun tahapan
perkembangan siswa
3. Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan
masalah atau kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu
memperhatikan karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu
menuntut adanya partisipasi dan aktivasi siswa lebih banyak dalam pembelajaran.
Pengembangan lembar kegiatan siswa menjadi salah satu alternatif bahan ajar
yang akan bermanfaat bagi siswa menguasai kompetensi tertentu, karena lembar
kegiatan siswa dapat membantu siswa menambah informasi tentang materi yang
dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan adalah :
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan bahan
ajar sangat membantu dan mempengaruhi banyak hal dimulai dari siswa yang
lebih aktif dalam beljar, mempermudah siswa dalam mengerti akan materi yang di
ajarkan, dan siswa menikmati pelajaran tanpa ada rasa bosan. Kemudian pengaruh
pengembangan bahan ajar bagi guru, guru menjadi lebih kreatif dalam
pengembangan bahan ajar. Karena pengembangan bahan ajar bukan hanya
sekedar mengambangkan saja tetapi guru juga dituntut menjadi guru yang
mengikuti perkembangan siswanya serta aktif dan kreatif dalam mecari sesuatu
yang bisa digunakan dalam mengajar. Bahan ajar juga dikatakan berkualitas jika
dapat menarik siswa dan tentu saja relevan dengan pembelajaran dan tepat guna,
tepat waktu, tepat sasaran, bahan ajar bias kita ciptakan dengan mencari bahan-
bahan bekas yang kita modifikasi sebagai bahan ajar bisa juga dengan mencari di
perpustakaan dan sumber lainnya.

B. Saran.
Saran yang dapat pemakalah sampaikan adalah dengan membaca kesimpulan
di atas maka disarankan untuk para guru mengaplikasikan materi dengan
menggunakan media pembelajaran, agar siswa menjadi lebih tertarik dengan
pembelajaran.
Demikianlah makalah ini dibuat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan di dalam penulisan maupun pengambilan referensi, oleh sebab itu
selaku penyusun makalah ini menerima kritik dan saran agar untuk pembuatan
makalah kami ke depan menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Supardi, 2020, Landasan Pengembangan Bahan Ajar Menunju Kemandirian


Pendidik Mendesain Bahan Ajar Berbasis Kontekstual, Mataram, Sanabil:
repository.uinmataram.ac.id
Waraulia, Asri Musandi, 2020, Bahan Ajar, Madiun, UNIPMA Press:
eprint.unipma.ac.id
Yuberti, 2014, Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam
Pendidikan, Bandar Lampung, Anugrah Utama Raharja (AURA):
repository.radenintan.ac.id
Magdalena Ina, 2020, Analisis Pengembangan Bahan Ajar, Tangerang:
core.ac.uk

14

Anda mungkin juga menyukai