Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembelajaran akan berlangsung dengan baik manakala guru benar-
benar memahami kurikulum dan mampu mengembangkan bahan ajar dengan baik.
Pemahaman terhadap kurikulum dapat terjadi bila guru terbiasa melakukan penelaahan
terhadap kurikulum yang berlaku. Banyak orang yang menganggap kurikulum berkaitan
dengan bahan ajar atau buku-buku pelajaran yang harus dimiliki peserta didik, sehingga
perubahan kurikulum identik dengan perubahan buku pelajaran. Bahasa Indonesia
merupakan salah satu mata pelajaran yang penting di Sekolah Dasar. Kurikulum dan
bahan ajar yang digunakan harus tepat agar tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia bisa
tercapai.
Sebaik apapun kurikulum secara tertulis dirancang, namun apa bila dalam
pelaksanaanya tidak didukung oleh berbagai unsur maka kurikulum itu akan sulit
mencapai hasil yang diharapkan. Adapun tujuan pembelajaran umum mata kuliah ini di
harapkan calon guru dan guru mampu mengkaji kurikulum dan buku teks mata pelajaran
bahasa Indonesia di kelas tinggi. Jadi guru harus menguasai atau memahami kurikulum
yang sedang berlaku yang pada akhirnya bermuara untuk mencapai tingkat keberhasilan
peserta didik mengalami perubahan tingkah laku, baik bahasa sebagai mata pelajaran dan
bahasa sebagai alat komunikasi dan pengunggkapan rasa estetika dalam berbahasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kurikulum?
2. Apa landasan kurikulum pembelajaran Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana telaah kurikulum Bahasa Indonesia kelas tinggi?
4. Apa sajakah tujuan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar?
5. Bagaimanakah penggunaan materi Bahasa Indonesia pada kelas tinggi?
6. Bagaimanakah menyusun rancangan pembelajaran Bahasa Indonesia secara
terpadu pada kelas tinggi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari kurikulum.
2. Untuk mengetahui apa landasan kurikulum pembelajaran Bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana telaah kurikulum Bahasa Indonesia di sekolah kelas
tinggi.
4. Untuk mengetahui apa saja tujuan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar.
5. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan materi Bahasa Indonesia pada kelas
tinggi.
6. Untuk mengetahui bagaimana menyusun rancangan pembelajaran Bahasa
Indonesia secara terpadu pada kelas tinggi.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam bahasa Inggris ditulis
“curriculum” berasal dari bahasa Yunani yaitu “curir” yang berarti “pelari”, dan “curere”
yang berarti “tempat berpacu”. Jika dilihat dari arti harfiahnya, istilah kurikulum tersebut
pada awalnya digunakan dalam dunia Olah raga, seperti bisa diperhatikan dari arti “pelari
dan tempat berpacu”.
Berawal dari makna “curir” dan “curere” kurikulum berdasarkan istilah diartikan
sebagai “Jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish
untuk memperoleh medali atau penghargaan”.
Pengertian tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam dunia pendidikan dan
diartikan sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari
awal hingga akhir program demi memperoleh ijazah”.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat
strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka
dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari
kurikulum.
Kurikulum dapat diartikan seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk
menggunakan aktivitas belajar mengajar. Karena kurikulum dianggap sebagai pedoman
sekolah atau madrasah, maka kurikulum dalam implementasinya memerlukan beberapa
komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Adapun
komponen kurikulum meliputi : tujuan, pendidik, peserta didik, isi, prosedur atau strategi,
sarana dan prasarana pendidikan dan dukungan masyarakat.
Kurikulum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 di bagian Bab I Pasal 1
ayat 19 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum pada dasarnya acuan yang dipakai sekolah dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran praktis mengalami berbagai kendala, antara lain dalam analisis isi
materi terkadang mengalami masalah karena apa yang menjadi harapan sekolah dalam
mengembangkan pembelajaran terikat dengan standar yang ada, baik dari sisi waktu
maupun dari sisi aturan teknis, maka sekolah harus melakukan terobosa-terobosan
alternatif untuk menjembatani antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada, maka
muatan lokal akan menjadi bagian penting dalam memberikan keleluasaan sekolah dalam
memberikan materi-materi yang menjadi unggulan sekolah.
2. Landasan Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia
Di sekolah dasar, landasan pembelajaran bahasa Indonesia ditelusuri melalui
landasan formal berupa kurikulum, landasan filosofis-ideal berupa wawasan teoritik-
konseptual, dan landasan operasional berupa buku teks bahasa Indonesia.
a. Landasan Formal
Landasan formal dalam meningkatkan kemampuan baca-tulis di SD
adalah kurikulum bahasa Indonesia. Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di SD
secara umum mengacu pada kemampuan memahami bahasa Indonesia dari segi
bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk
bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan secara lisan ataupun tertulis
(Resmini, 1998).
Berdasarkan praktik pembelajaran bahasa di kelas, Bull (1989) memilah
rancangan kurikulum bahasa atas dasar proses dan isi. Orientasi isi didasarkan
pada sesuatu yang diajarkan, materi, atau butir-butir pembelajaran. Sedangkan
orientasi proses berkaitan dentgan deskripsi prosedural tentang bagaimanakah
butir-butir pembelajaran tersebut disajikan. Dalam implementasinya, kedua
orientasi ini memiliki tiga pola, yakti rancangan kurikulum yang berpola (1)
orientasi kaya proses, tetapi terbatas isi, (2) orientasi proses terbatas, tetapi isi
kaya/tinggi, dan (3) orientasi proses yang kaya/tinggi dengan isi yang kaya/tinggi
pula.
Pola pertama dirancang dalam praktik pembelajaran bahasa yang mengacu
pada proses, misalnya proses menulis. Dinyatakan demikian sebab dalam proses
menulis, fokus pembelajaran ditekankan pada pada bagaimana siswa berproses
menulis secara aktif dan interaktif sehingga menghasilkan sebuah tulisn. Proses
yang ditempuh dengan baik akan menghasilkan produk tulisan yang baik pula.
Dengan demikian, pembelajaran ditekankan pada proses atau cara memahami area
isi pembelajaran secara intra disiplin maupun lintas didiplin.
Dalam pola yang kedua, pembelajaran bahasa dilaksanakan denganm
bertolak dari membaca area isi pembelajaran. Dengan cara ini siswa
memanfaatkan kegiatan belajar bahasa untuk sekaligus mempelajari mata
pelajaran lain. Demikian juga dalam praktik pembelajaran bahasa lintas
kurikulum, melalui tema tertentu pembelajaran kiat berbahasa dijadikan sebagai
landas tumpu untuk mempelajari area isi dari mata pelajaran lain.
Praktik pembelajaran bahasa dengan pola ketiga mengacu pada
pelaksanaan pembelajaran bahasa yang mengacu atau memanfaatkan sastra anak
(literature based). Realisasi dari pola pembelajaran ini didasarkan pada
pemahaman siswa berkaitan dengan sastra anak yang dijadikan landasa tumpu
pembelajaran tersebut. Bull (1089) menegaskan bahwa rancangan kurikulum atas
dasar literature based berpotensi untuk terlaksananya pembelajaran yang kaya
proses dengan isi yang kaya pula. Atau sebaliknya proses terbatas dan isi terbatas
pula.
Berdasarkan paparan di atas, kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia
mestinya berorientasi pada proses dan isi secara proposional, yang dirancang
untuk untuk pola pembelajaran yang kaya proses dan isi. Untuk itu, pperan guru
sangatlah penting terutama dalam pemilihan metode pengajaran yang tepat dan
beragam sesuai tujuan. Berdasarkan rancangan kurikulum tersebut maka
pembelajaran bahasa Indonesia akan didasarkan pada pendekatan komunikatif
dengan pola penataan bahan tematis, proses pembelajaran yang dilaksanakan
secara integratif dengan mengaktifkan proses belajar siswa.
b. Landasan Teoritik Konseptual
Landasan teoritik-konseptual merupakan sejumlah pendekatan yang
melandasi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Pendekatan yang
dimaksud adalah pendekatan komunikatif yang dijiwai teori fungsionalisme,
pendekatan tematisintegratif, dan pendekatan proses. Dikemukakan dalam GBPP
Bahasa Indonesia SD bahwa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Oleh
karea itu, belajar bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi lisan maupun tulis dengan menggunakan baha yang
baik dan benar.
Pembentukan kompetensi komunikasi harus didukung oleh empat
kompetensi lain, yakni kompetensi gramatika, sosiolinguistik, kewacanaan, dan
srategi komunikasi. Dalam upaya pencapaian kompetensi komunikatif, bahan
pembelajaran ditata secara tematis dengan KBM yang bersifat integratif. Dengan
bahan yang berancangan tematis, titik tolak pembelajaran adalah tema. Tema ini
merupakan payung pemersatu pembelajaran dan bukanlah tujuan melainkan
sarana penersatu kegiatam berbahasa (Depdikbud, 1994:10).
Sebagai unsur pengikat, tema dan topik diarahkan untuk membentuk
keterampilan berbahasa secara terpadu. Keterpaduan itu menyangkut keterpaduan
antara materi bahasa Indonesia dalam pengajaran bahasa Indonesia, serta
keterpaduan antara pengajaran bahasa Indonesia dengan materimata pelajaran
yang lain. Mengacu pada keterpaduan yang sama, satu tema dapat digunakan
untuk mengembangkan dua keterampilan berbahasa atau lebih, sekaligus
memadukan sejumlah aspek kebahasaan, misalnya struktur dan kosakata.
Misalnya dalam pembelajaran proses menulis pemaduan keterampilan berbahasa
benar-benar dapat memperoleh tempat proporsional. Hal ini didasrkan pada ciri
pembelajaran proses menulis yang dinamis, interaktif, dan konstruktif sehingga
memberikan peluang besar untuk pemaduan tersebut (Eanes, 1997).
c. Landasan Operasional
Dalam praktik pembelajaran bahasa Indonesia peranan buku teks sebagai
salah satu sumber pembelajan sangat penting. Diantara sumber pembelajaran
lainnya buku teks terkesan lebih dominan. Di lapangan buku teks disikapi sebagai
satu-satunya informasi yang bersifat instan. Padahal seharusnya diseleksi,
dianalisis, dan di bandingkan dengan butor-butir pembelajaran serta hasil jabaran
pembelajaran yang ada dikurikulum sehingga ada keterkaitan dengan proses hasil
belajar.
Dengan demikian, seharusnya guru dalam melaksanakan prakti
pembelajarannya juga meninjau GPPP tidak hanya memanfaatkan buku teks saja
tanpa menyesuaikannya dengan GPPP. Dari segi proses pembelajaran, butir-butir
isi pembelajaran harus ditata secara utuh, runtut, dan berkesinambungan. Untuk
itu misalnya butir-butir pembelajaran menulis yang terdapat dalam buku teks
dipadukan dengan butir-butir pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum.
Pemaduan tersebut akan menghasilkan sekuensi tataan isi pembelajaran yang
menyiratkan proses/ prosedur pembelajarannya.
3. Telaah Kurikulum Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Standar kompotensi kelas 4
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui menjekaskan isi
petunjuk, mendengarkan pengalaman teman, dan mendengarkan pengumumman serta
pembacaan pantun

b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui
kemampuan bertanya atau menyapa, menceritakan kegiatan sehari-hari, melakukan
percakapan , menceritakan pengalaman, melaporkan, dan mendeskripsikan sesuatu serta
mendeklamasikan pantun, menceritakan kembali cerita, dan bermain peran.

c. Membaca
Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca
melalui membaca memindai, membaca sekilas, membaca intensif, dan membacakan teks
untuk orang lain serta membaca cerita rakyat dan pantun.

d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam
berbagai ragam tulisan melalui melengkapi percakapan, menulis deskripsi, mengisi
formulir sederhana, melanjutkan cerita narasi, menulis surat menyusun paragraf, dan
menulis pengumuman serta menulis cerita rekaan dan melanjutkan pantun.

3. Standar kompetensi kelas 5


a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan
pengumuman, mendengarkan penjelasan dan nara sumber, dan mendengarkan pesan
lewat tatap muka atau telefon serta mendengarkan cerita pendek dan cerita rakyat.

b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui
menanggapi persoalan atau peristiwa yang terjadi di sekitar, berwawancara dan
melaporkan hasil wawancara, mendeskripsikan benda atau alat, dan menyampaikan
dialog atau percakapan serta memerankan drama pendek.

c. Membaca
Mampu memahami ragam teks bacaan dengan berbagai cara membaca untuk
mendapatkan informasi tertentu melalui membacakan tata tertib atau pengumuman,
membaca cepat, membaca intensif dan ektensif, membaca sekilas, dan membaca
memindai teks-teks khusus serta membacakan puisi.

d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam
berbagai ragam tulisan melalui menyusun karangan, menuis surat pribadi, meringkas
buku bacaan, membuat foster, dan menulis catatan dalam buku harian serta menulis
prosa sederhana dan puisi.
4. Standar kompetensi kelas 6
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan dan
mendiskusikan isi undang-undang serta mendengarkan pembacaan sala satu pasal atau
ayat dalam suatu undang-undang dan cerita rakyat.

b. Berbicara
Mampu mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui
menceritakan hasil pengamatan, menyampaikan pesan atau informasi, membahas isi
buku, mengkritik sesuatu, memuji sesuatu, berpidato, dan berdiskusi serta memerankan
drama anak.

c. Membaca
Mampu memahami ragam atau teks bacaan denga berbagai cara atau tenik membaca
melalui membacakan teks untuk orang lain, membaca intensif berbagai teks serta
membaca novel anak, cerita rakyat, dan cerita lama yang masih populer.

d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan ke dalam
berbagai ragam tulisan melalui mengisi formulir sederhana, menyusun naskah sambutan
atau pidato, menulis iklan sederhana, menyusun rigkasan, menyusun rangkuman, dan
menulis surat resmi serta memparafasekan puisi dan menyusun percakapan.
4. Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh Akhadiah


dkk. (1991: 1) adalah agar siswa ”memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik
dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan
tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar”.

Dari penjelasan Akhadiah tersebut maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia


dapat dirumuskan menjadi empat bagian.

 Lulusan SD diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan


benar.
 Lulusan SD diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia.
 Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa.
 Pengajaran disesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa SD.

Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi pengajaran bahasa Indonesia di
SD adalah sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa itu, terutama sebagai alat komunikasi.
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa
yag diperlukan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah menengah maupun untuk
menyerap ilmu yang dipelajari lewat bahasa itu. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia
juga dapat membentuk sikap berbahasa yang positif serta memberikan dasar untuk
menikmati dan menghargai sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu
diperhatikan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan rasa
persatuan nasional.

Pemilihan bahan ajar serta metode yang digunakan bervariasi sesuai dengan minat
serta kemampuan yang dimiliki siswa. Misal untuk mengajarkan anak SD kelas VI
berbeda dengan metode mengajar anak kelas V walaupun materi pokok yang diajarkan
sama. Bagi siswa kelas VI belajar berpidato sudah dapat dilakukan tanpa teks, sedangkan
anak kelas V masih boleh menggunakan teks. Hal ini dilakukan agar setiap siswa
mempunyai kompetensi pembelajaran yang meningkat seiring dengan perkembangan
mental anak.

Rumusan lain tentang tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dikemukakan


Muchlisoh (2007) bahwa: "Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
adalah berkembangnya keterampilan berbahasa yakni keterampilan berbicara, menyimak,
membaca dan menulis." Guru menekankan pengembangan keterampilan menyimak.

Dalam kegiatannya guru juga mengembangkan keterampilan berbicara, membaca


dan menulis secara bersama-sama. Misalnya, di dalam kelas guru memutar cerita. Semua
siswa diminta untuk mendengarkan cerita tersebut karena guru ingin melatih
keterampilan siswa dalam menyimak, Setelah kegiatan selesai, tentunya guru ingin
mengetahui apakah siswa mampu menyimak dengan baik atau tidak, dengan menyuruh
siswa menceritakan kembali melalui tulisan (aspek menulis).

Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk menggali potensi siswa dalam


berbahasa. Hal ini senada dengan pendapat Santosa (2008) mengemukakan bahwa,
"Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah untuk menggali potensi
kebahasaan siswa dan pengalaman berbahasa siswa."

Dengan demikian pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bertujuan


memberikan berbagai kecakapan berbahasa, baik dalam mendengar, berbicara, membaca
dan menulis. Konsekuensinya, guru harus terampil mampu mengemas dan menyajikan
kegiatan dan materi Bahasa Indonesia, artinya suatu pembelajaran dapat memberikan
makna sehingga siswa Sekolah Dasar dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-
hari.

5. Penggunaan Materi Bahasa Indonesia pada Kelas Tinggi

Tujuan merupakan titik tolak atau dasar pemilihan sesuatu. Demikian pula halnya
dalam memilih dan menentukan bahan pelajaran bahasa indonesia, diusahakan agar
menjadikan tujuan khusus sebagai pedoman. Bahan atau metri pelajaran ersebar pada
butir-butir tujuan khusus aspek kebahasaan, antara lain; lafal, ejaan, tanda baca, kosakata,
struktur/kalimat dan wacana/sastra.

Kurikulum 1994 bahasa Indonesia menjelaskan bahwa materi pelajaran pada


rambu-rambu pembelajaran antara lain terdapat pada butir 15, 16, 17, 18, dan 19. Di
bawah ini adalah kutipan bunyi butir-butir tersebut :
1. 15. Bahan pelajaran kebahasaan mencakup lafal, ejaan dan tanda baca, kosakata,
struktur, paragraph, dan wacana.

2. 16. Bahan pelajaran pemahaman diambil dari bahan mendengarkan dan membaca,
yang meliputi pengembangan kemampuan untuk menyerap gagasan, pendapat,
pengalaman, pesan, dan perasaan yang dilisankan atau ditulis. Bahan pelajaran
pemahaman mencakup pula karya sastra Indonesia asli maupun terjemahan.

3. 17. Bahan pelajaran penggunaan diambil dari bahan berbicara dan menulis, yang
meliputi pengembangan kemampuan pengungkapan gagasan, pendapat pengalaman,
pesan, dan perasaan.

4. 18. Bahan pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat pula dipadukan atau dikaitkan
dengan mata pelajaran lain, seperti IPA, IPS, atau Matematika.

5. 19. Bahan pelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar
mencakup pula bahan pelajaran IPA dan IPS.

Jadi, rambu-rambu pembelajaran menjelaskan secara umum tentang bahan atau


materi pelajaran bahasa Indonesia yang mana yang harus dibinakan, dari mana diambil,
bagaimana cara menyampaikannya.

Dalam proses pembelajaran khususnya di kelas tinggi ada menyimak, membaca,


menulis, dan berbicara. beberapa hal yang mendasari sistem pengajaran tersebut yaitu :

1) Menyimak
Tahap-tahap Menyimak
Dalam kegiatan menyimak ada tahapan yang harus dilakukan oleh penyimak agar
penyimak benar-benar memahami informasi yang disimaknya. Tahapan itu
adalah:
a. Tahap Mendengar
Dalam tahap ini, kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan
oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Jadi kita masih
berada dalam tahap hearing.
b. Tahap Memahami
Setelah kita mendengar, keinginan bagi kita untuk mengerti atau
memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang
pembicara. Maka sampailah, kita dalam tahap pemahaman.
c. Tahap Menginterpretasi
Dalam tahap ini, penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas
kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara; dia
ingin menafsirkan atau rnenginterpretasikan isi, butir-butir pendapat
yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu. Dengan demikian, sang
penyimak telah tiba pada tahap interpreting.
d. Tahap Mengevaluasi
Setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi
pembicaraan, sang penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi
pendapat serta gagasan sang pembicara, di mana keunggulan dan
kelemahan, di mana kebaikan dan kekurangan sang pembicara; maka
dengan demikian sudah sampai pada tahap evaluating.
e. Tahap Menanggapi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak;
sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap serta menerima
gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran
atau pembicaraannya; sang penyimak pun sampailah pada tahap
menanggapi (responding). Tanggapan dapat berupa penolakan atau
pendapat.
2) Berbicara

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Kita berkomunikasi dengan


orang lain, mengekspresikan ide-ide kita, dan juga memahami ide-ide orang lain.
Maka dari itu, alat komunikasi akan berfungsi maksimal ketika faktor-faktor yang
menunjang keterampilan produktifnya dikuasai.
Keterampilan berbicara diperlukan untuk dapat mengungkapkan ide atau
gagasan yang ada pada diri kita. Ide atau gagasan itu tidak hanya disampaikan,
tetapi dapat dicerna dengan jelas oleh si penerima informasi. Bagaimana caranya
menyampaikan ide atau gagasan dengan baik? Kita dapat menggunakan struktur
kalimat yang sederhana, serta bersifat efektif dan efisien. Keterampilan berbahasa
ini dapat digunakan dalam bentuk lisan maupun tulisan.

3) Membaca

Membaca adalah keterampilan dalam memahami. Membaca dapat


membantu kita mengembangkan seluruh bagian-bagian berbahasa, seperti
kosakata, ejaan, struktur bahasa atau kalimat, dan penulisan.

Membaca mampu meningkatkan intuisi berbahasa dengan cara yang


sesuai. Saat kita membaca, otak berusaha mencerna informas-informasi dan
mengimitasinya, lalu informasi itu akan disimpan dan pada lain kesempatan,
informasi-informasi ini dapat kita gunakan untuk berbicara maupun menulis.

4) Menulis

Salah 1 dari 4 keterampilan berbahasa yang terakhir adalah menulis.


Menulis adalah kegiatan mendokumentasikan informasi ke dalam suatu sarana
tulis. Dengan berkembangnya media sosial, hampir semua orang menuliskan
kegiatannya sebagai bentuk ekspresi diri. Tak salah lagi, keterampilan menulis
kini tampak dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling perlu dikuasai.

Tulisan yang bagus adalah tulisan yang mudah dicerna melalui


penggunaan kalimat-kalimat yang sederhana, efektif, dan efisien. Ketika
seseorang dapat dengan mudah memahami pokok bahasan suatu tulisan, maka
tulisan itu dapat dianggap bagus karena ditulis dengan terampil. Keterampilan
menulis pun tidak dapat tumbuh sendiri tanpa adanya penguasaan keterampilan
berbahasa yang lain.

6. Penyusunan Rancangan Pembelajaran Bahasa Indonesia secara Terpadu pada


Kelas Tinggi
Menyusun rancangan pembelajaran merupakan salah satu upaya yang harus
dilakukan guru dalam rangka melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang terarah.
Perlu diperhatikan yaitu tujuan umum, tujuan khusus, tujuan kelas, rambu-rambu, serta
butir-butir pembelajaran karena pelajaran bahasa indonesia merupakan pelajaran yang
dissajikan secara terpadu. Sehingga diperlukan telaah dan mengklasifikasikan butir
pembelajaran yang dapat dipadukan. Setelah mengamati dan mengklasifikasikan materi
pelajaran maka langkah selanjutnya adalah menyusun RPP.

Dibawah ini adalah contoh model RPP kelas 4 caturwulan 1 berdasarkan hasil
klasifikasi materi yang telah di telaah.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

KURIKULUM 2013 (3 KOMPONEN) REVISI ....

(Sesuai Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019)

Satuan Pendidikan : SD/MI .....................

Kelas / Semester : IV (Empat) / 1

Tema 1 : Indahnya Kebersamaan

Sub Tema 1 : Keberagaman Budaya Bangsaku

Pembelajaran : 1

Alokasi Waktu : 1 Hari

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Setelah membaca teks tentang keragaman budaya, siswa mampu mengidentifikasi


gagasan pokok dan gagasan pendukung di setiap paragraf dari teks tersebut dengan
mandiri.
2. Setelah membaca teks tentang keragaman budaya, siswa mampu menyajikan gagasan
pokok dan gagasan pendukung di setiap paragraf dari teks tersebut dalam bentuk peta
pikiran dengan tepat.
3. Setelah wawancara sederhana, siswa mampu menyebutkan keragaman budaya, etnis,
dan agama dari teman-teman di kelas sebagai identitas bangsa Indonesia dengan
lengkap.
4. Setelah diskusi, siswa mampu mengomunikasikan keragaman budaya, etnis, dan
agama teman di kelas sebagai identitas bangsa Indonesia secara lisan dan tulisan
dengan sistematis.
5. Setelah eksplorasi, siswa mampu menjelaskan cara menghasilkan bunyi dari beragam
benda di sekitar dengan lengkap.
6. Setelah eksplorasi dan diskusi, siswa mampu menyajikan laporan hasil pengamatan
tentang cara menghasilkan bunyi dari beragam benda di sekitar dengan sistematis.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Pendahuluan  Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a 10 menit
menurut agama dan keyakinan masing-masing. Religius
 Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan
tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
 Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang
”Indahnya Kebersamaan”. Nasionalis
 Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan
mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan
dan menyimpulkan.
Inti  Sebelum memulai pembelajaran, guru menempelkan gambar 150
seorang anak Bali yang memakai baju tradisional. Di belakang menit
anak ada rumah tradisional Bali. (Mengamati)
 Siswa diajak berdiskusi tentang Keragaman Budaya Indonesia.
Guru mengajukan pertanyaan pembuka, Communication
- siapa di antara kalian yang berasal dari suku Sunda, Suku
Jawa, Suku Minang, dan seterusnya. (Menanya)
 Siswa secara berpasangan diminta untuk saling
menginformasikan tentang asal suku mereka kepada teman di
sebelahnya. (Mengkomunikasikan)
 Siswa kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 3-4 siswa dalam setiap kelompok. Siswa bisa
diminta untuk menghitung 1 sampai 4 secara berurutan. Setiap
siswa kemudian diminta untuk membentuk kelompok
berdasarkan nomor urut yang sama. (Mengekplorasi)
 Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka akan
mendapatkan beragam informasi tentang keragaman budaya
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Indonesia dari teks bacaan yang akan dipelajari. Siswa


kemudian diajak untuk mengamati gambar keragaman budaya
yang ada di buku dan membaca teksnya dalam hati.
(Mengamati)
 Siswa dalam kelompok diminta berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan tentang isi dari paragraf satu. (Menanya)
 Setelah semua kelompok selesai mengomunikasikan hasil
diskusi, guru memberikan penguatan tentang strategi dalam
menemukan isi cerita yang biasa dinamakan gagasan
pokok/gagasan utama/ide utama/ide pokok/ pokok pikiran, dari
suatu paragraf.
 Siswa diminta untuk menemukan gagasan utama dan gagasan
pendukung dari paragraf ketiga, keempat, dan kelima dari teks
yang ada di buku dan menuliskannya pada diagram yang
tersedia.
 Siswa mendapatkan penjelasan bagaimana mengisi diagram
dari guru.
Mengisi Diagram

1. Pastikan siswa memiliki diagram.

2. Minta siswa menuliskan ‘Gagasan Pokok’ di tengah


diagram.

3. Siswa diminta menemukan paling sedikut 5 gagasan


pendukung untuk setiap satu gagasan pokok.

4. Siswa menuliskan setiap satu gagasan

di satu kolom di sekitar gagasan utama.

5. Isi sisi bintang searah jarum jam.

 Guru memberikan penguatan tentang pentingnya sikap saling


menghargai dalam keragaman budaya, suku,dan agama, serta
menjadikan keragaman tersebut sebagai identitas bangsa
Indonesia. Nasionalis
 Siswa menjawab pertanyaan dan mengisi tabel tentang sikap
saling menghargai yang terdapat di buku secara mandiri.
Mandiri
 Siswa akan saling berbagi jawaban tentang pengalaman
melaksanakan sikap saling menghargai dan contoh sikap tidak
menghargai secara berpasangan bersama teman di sebelahnya.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Gotong Royong
 Siswa dapat mendiskusikan pengalaman yang menurut mereka
menarik. Collaboration
 Guru menampilkan satu alat musik tradisional dari daerah asal
sekolah.
 Guru mengajukan pertanyaan sebagai kegiatan pembuka:
- Bagaimana cara memainkan alat musik ini sehingga dapat
menghasilkan bunyi?
 Beberapa siswa diminta membunyikan alat musik tersebut di
depan kelas.Minta satu/beberapa siswa untuk menjelaskan
tentang cara alat musik tersebut dibunyikan. (dipukul, ditiup,
digoyang, dipetik, digesek, dsb.) Mandiri
 Siswa kemudian akan melakukan kegiatan eksplorasi
menggunakan benda-benda yang dapat menghasilkan bunyi
yang terdapat di kelas dan sekitarnya.
 Siswa kemudian menjawab pertanyaan yang terdapat di buku
berdasarkan hasil kerjasama mereka dalam menciptakan
ansambel bunyi yang enak didengar.
Penutup 1. Siswa mapu mengemukan hasil belajar hari ini 15 menit
2. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan
3. Siswa diberikan kesempatan berbicara /bertanya dan
menambahkan informasi dari siswa lainnya.
4. Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk menumbuhkan
nasionalisme, persatuan, dan toleransi.
5. Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa.

C. PENILAIAN (ASESMEN)
Penilaian terhadap materi ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari pengamatan
sikap, tes pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau hasil karya/projek dengan rubric
penilaian.

Mengetahui ........., Juli ....

Kepala Sekolah, Guru Kelas 4


.................. .................

NIP. .................... NIP. ....................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pengajaran bahasa indonesia, sebagai seorang guru sudah sepatutnya guru
memahami kurikulum yang berisi tentang tujuan pengajaran, ruang lingkup, dan rambu-
rambu pembelajaran agar dapat mengemas pelajaran dan menentukan tema sesuai dengan
kebutuhan siswa baik dari segi unsur-unsur kebahasaan yang harus dibinakan. Dalam
memilih, menentukan dan mengembangkan materi pelajaran, seorang guru harus
memahami pula butir-butir pembelajaran, menemukan materi pelajaran dalam setiap
butirnya, mengelompokkannya, dan menentukan temanya.

Dalam menyusun rencana pengajaran ada beberapa komponen yang harus


dikuasai dan dipahami oleh seorang guru, yaitu 1) Materi/bahan pelajaran dan 2)
Kurikulum. Pengajaran bahasa indonesia juga disajikan secara terpadu yang artinya
dalam satu tema dapat dibinakan lebih dari 1 kemampuan/keterampilan berbahasa dan
banyak materi/unsur bahasa yang dapat disajikan. Serta perlu diperhatikan metode
penyajian yang efektif dan efisien agar pembelajaran bahasa indonesia menjadi
menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Sumber :

Samsiyah, Nur, and S. Pd SD. Pembelajaran Bahasa Indonesia: Di Sekolah Dasar Kelas Tinggi.
CV. AE MEDIA GRAFIKA, 2016.
Khair, Ummul. "Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra (BASASTRA) di SD dan MI." AR-
RIAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar 2.1 (2018): 81.

Qoni'ah, Fajriatul. "EKOLOGI DALAM RANCANGAN PEMBELAJARAN BAHASA


INDONESIA SLB IDAYU PAKIS MALANG." Jurnal Penelitian, Pendidikan, dan
Pembelajaran 16.21 (2021).

Anda mungkin juga menyukai