Anda di halaman 1dari 16

Pengajaran Maharah Al-Istima’

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Pembelajaran Bahasa Arab MI”
Dosen Pengampu:
Machrup Eko Cahyono, M.Pd.I.

Oleh:
Kelompok 6 PGMI 5-D

1. Rike Devy Nur Safitri (12205193029)


2. Annisa Armadani (12205193055)
3. Lilik Nur Indah S (12205193220)
4. Tina Novatur Rahma (12205193227)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah


melimpahkan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Pembelajaran Bahasa Arab MI yang berjudul
“ Makna dan Urgensi Pengajaran Maharah Al-Istima”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.
yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang
ini.
Pembuatan makalah ini juga tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan.
3. Dr. Nurul Huda, M.Pd. Selaku kajur Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
4. Machrup Eko Cahyono, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
Pembelajaran Bahasa Arab MI.
5. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 5 Oktober 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Makna Pengajaran Maharah Al-Istima’....................................................3
B. Prinsip-Prinsip dalam Pengajaran Maharah Al-Istima’............................3
C. Tujuan Pengajaran Maharah Al-Istima’......................................................
D. Kelebihan dan Kelemahan Pengajaran Maharah Al-Istima’....................7
E. Tahapan dalam Pengajaran Maharah Al-Istima’.........................................
F. Urgensi Pengajaran Maharah Al-Istima’.....................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................12
A. Simpulan.................................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................13
Daftar Pustaka.................................................................................................14

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPS adalah salah satu bahan kajian yang terpadu yang merupakan
penyederhanaan, adaptasi, seleks, dan modifikasi yang diorganisasikan dari
konsep-konsep sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Karena
banyaknya lingkup di dalamnya, maka hendaknya guru mempunyai keterampilan
atau kompetensi yang mumpuni dalam merancang pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa, lingkungan sekolah, dan masyarakat. Namun pada
kenyataan di lapangan, tidak sedikit kita ketahui bahwa penguasaan dan
pengembangan karakteristik khususnya pembelajaran IPS di SD/MI ini masih
kurang. Kebanyakan guru dalam menyampaikan materinya masih menggunakan
metode yang kurang menarik perhatian siswa sehingga guru pun tidak bisa
menggiring siswa ke arah berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam memandang
dan menyikapi kehidupan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, dalam makalah ini
kami akan memaparkan lebih dalam mengenai karakteristik pembelajaran IPS di
SD/MI.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah.
1. Apa makna dari pengajaran maharah al-istima’?
2. Apa saja prinsip-prinsip dalam pengajaran maharah al-istima’?
3. Apa tujuan pengajaran maharah al-istima’?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan pengajaran maharah al-istima’?
5. Bagaimana tahapan dalam pengajaran maharah al-istima’?
6. Bagaimana urgensi pengajaran maharah al-istima’?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan.
1. Untuk mengetahui makna dari pengajaran maharah al-istima’.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam pengajaran maharah al-istima’.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pengajaran maharah al-
istima’.
4. Untuk mengetahui tahapan dalam pengajaran maharah al-istima’.
5. Untuk mengetahui urgensi pengajaran maharah al-istima’.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Maharah al Istima’


Istima’ secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang berarti
mendengarkan atau menyimak. Istima’ secara istilah adalah sarana yang
digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesama manusia dalam
tahapan-tahapan tetentu, melalui menyimak kita mengenal mufrodat, bentuk-
bentuk jumlah dan tarakib.
Menyimak (istima’) merupakan langkah awal yang harus ditempuh
oleh seseorang dalam pembelajaran bahasa, baik bahasa asing atau bahasa ibu.
Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu makna dari apa yang telah didengarkan tersebut.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan simbol-simbol lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta penafsiran untuk
memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi
yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui bahasa lisan. Sehingga
keterampilam menyimak dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa
reseptif.1
Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti saat
mendengar seseorang sudah dikatakan sedang menyimak. Sesungguhnya
proses menyimak tidak sekadar mendengar, tetapi lebih dari itu, yaitu
mendengar dengan memusatkan perhatian kepada objek yang disimak. Proses
menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja dalam rangka
mencapai maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud tersebut misalnya, untuk
tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya, mendapatkan informasi khusus,
memecahkan masalah, atau untuk memahami aspek-aspek sebuah bahasa.2
Menyimak menjadi keterampilan yang hingga sekarang agak diabaikan
dan belum mendapat tempat yang sewajarnya dalam pengajaran bahasa. Masih
kurang sekali materi berupa buku teks dan sarana lain, seperti rekaman yang

1 Ulin Nuha, Ragam Metodologi & Media Pembelajaran Bahasa Arab, ( Yogyakarta:
DIVA Press, 2016), hlm 74.
2 Gulo, W, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Grasindo. 2002), hlm. 94

3
digunakan untuk menunjang tugas guru dalam pengajaran menyimak untuk
digunakan di Indonesia. Sebagai salah satu keterampilan reseptif, keterampilan
menyimak menjadi unsur yang harus lebih dahulu dikuasai oleh pelajar.
Memang secara alamiah pertama kali manusia memahami bahasa orang lain
lewat pendengaran, maka dalam pandangan konsep tersebut, keterampilan
bahasa asing yang harus didahulukan adalah menyimak. Sedangkan membaca
adalah kemampuan memahami yang berkembang pada tahap selanjutnya.3
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak (maharah al-
istima’) adalah kemampuan seseorang dalam mencerna atau memahami kata
atau kalimat yang diujarkan oleh mitra bicara atau media tertentu. Kemampuan
ini sebenarnya dapat dicapai dengan latihan yang terus-menerus untuk
mendengarkan perbedaan-perbedaan bunyi unsur-unsur kata dengan unsur-
unsur lainnya menurut makraj huruf yang betul, baik langsung dari penutur
aslinya maupun melalui rekaman.
B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Maharah al Istima’
Dalam hubungannya dengan latihan mendengarkan untuk pemahaman ini perlu
diperhatikan hal-hal berikut:4
1. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian bunyi bahasa dengan
susunan nada dan tekanan penempatan persendian (juncture). Perubahan
susunan unsur bunyi dapat mengubah hubungan antar bagian kalimat atau
arti kalimat secara keseluruhan. Kita sering menjumpai kalimat tanya yang
bentuk dan susuman katanya sama dengan kalimat berita, namun berbeda
karena lagu kalimat yang dipakai dalam pelajaran menyimak hendaknya
dipupuk kemampuan siswa untuk menafsirkan makna kalimat melalui
unsur-unsur bunyi.
2. Dalam tutur pembicaraan atau dalam teks yang dilisankan, biasanya
terdapat gagasan pokok dan gagasan penunjang. Siswa hendaknya dilatih
untuk dapat membedakan gagasan pokok dari gagasan sampingan, contoh
dan ilustrasi.

3 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2011), hlm. 130
4 Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN Maliki Press,
2011), hlm. 126-127

4
3. Dalam memilih teks lisan hendaknya guru memperhatikan usia dan minat
siswa, kosakata yang dimiliki siswa, dan tingkat kematangan dan kecepatan
siswa dalam mengikuti teks lisan. Prinsip pengajaran yang perlu diterapkan
yaitu dari yang mudah ke yang sulit, dari yang pendek ke yang panjang,
dari yang kongkrit ke yang abstrak, sebaiknya dipakai dalam hubungan ini.
4. Kecepatan yang wajar tentu merupakan tujuan akhir pelajaran menyimak
ini, tetapi untuk tahap-tahap permulaan tidak ada salahnya kalau ucapan
diperlambat sedikit. Yang diperlambat bukan ucapan kata-katanya, tapi
jedahnya yang diperpanjang. Penyajian teks lisan untuk tingkat-tingkat
permulaan perlu diulang, kalau perlu sampai tiga kali.
5. Penggunaan alat peraga banyak sekali manfatnya dan dapat membantu
mempercepat pengertian. Tapi ada kalanya alat peraga ini dengan sengaja
tidak dipakai agar siswa tidak terlalu banyak menggantungkan diri pada
isyarat yang diperolehnya dari alat peraga ini. Dengan kata lain, para siswa
diharapkan memahami teks-teks lisan hanya dari isyarat yang diterimanya
melalui gerbang telinga saja.
6. Untuk tingkat lanjut, situasi perlu dibuat mendekati situasi sehari-hari.
Gangguan-gangguan seperti background musik atau suara orang lain yang
sedang bercakap-cakap, perlu dengan sengaja dimasukkan dalam rekaman.
Hal ini tentu memersulit usaha meinahami teks lisan yatig sedang
disajikan, tapi itulah realitas dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru sebaiknya menuliskan kata-kata kunci sebelum pelajaran dimulai
dan menjelaskan maknanya. Tentu saja tidak semua kata baru dapat
dikatakan sebagai kata kunci dan dijelaskan kepada siswa, karena
kesempatan untuk menerka arti kata dari hubungan kalimat perlu juga
diberikan kepada mereka.
8. Guru hendaknya menyampaikan kepada siswa dengan jelas apa yang
harus mereka kerjakan. Petunjuk yang jelas akan merangsang para siswa
dan menambah semangat mereka untuk berusaha memahami teks lisan
yang disajikan guru.
9. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap apa yang
didengarkannya, maka setiap materi yang disajikan hendaknya dilengkapi

5
dengan pertanyaan-pertanyaan. Sistematika pertanyaan untuk pelajaran
menyimak ini akan diuraikan kemudian.
10. Respon atau jawaban para siswa bisa bervariasi. Untuk tingkat-tingkat
permulaan, jawaban bisa berupa: gambar-gambar, jawaban lisan dengan
bahasa Indonesia. Untuk siswa tingkat menengah atau lanjutan, jawaban
dalam bentuk lisan atau tulisan dengan bahasa Arab. Tapi perlu
digarisbawahi bahwa tujuan utama bukan hakekat jawaban itu sendiri,
tetapi pengertian yang ditunjukkan siswa terhadap teks lisan yang
disajikan.
C. Tujuan Pembelajaran Maharah al Istima’
Kegiatan menyimak dalam pembelajaran mempunyai tujuan-tujuan
tertentu. Pertama, persepsi yakni ciri kognitif dari proses menyimakkan yang
berdasarkan pada pemahaman pengetahuan tentang kaidah-kaidah
kebahasaan. Kedua, persepsi yakni pemahaman pesan atau penafsiran pesan
yang dikehendaki oleh pembicara.5
Tujuan utama kemahiran menyimak adalah agar pelajar mampu
memahami isi pembicaraan, menangkapnya secara kritis, dan menyimpulkan
pokok-pokoknya.6 Gambaran umum pencapaian tujuan pengajaran maharah
al-istima’ adalah sebagai berikut:7
1. Mampu mengenali bunyi-bunyi bahasa Arab.
2. Dapat membedakan bunyi unsur kata (fonem).
3. Memahami isi dari yang didengar.
4. Menguasai tanda-tanda bahasa yang diucapkan, yang menjadi petunjuk
dalam menyimak.
5. Cekatan dalam menangkap pokok-pokok pikiran pembicaraan.
6. Dapat mengenal pikiran tambahan dari yang didengar.
7. Dapat membedakan gagasan dari contoh.
8. Mampu menangkap keterangan dan menirukan secara utuh.
9. Mampu menyimak secara kritis.
5 Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja
Rosda Karya,  2008),  hlm. 227.
6 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2011), hlm.
34.
7 Muhammad Ali Kamil & Muhammad Sholahuddin, Al-Qaid: li Ta’lim Maharah al-
Istima’, (Malang: UIN Maliki Press, 2013) hlm. 34.

6
10. Dapat melatih dan mengembangkan kemahiran menyimak secara utuh.
Pembelajaran menyimak ada dua macam, Pertama, menyimak untuk
keperluan pengulangan (drill), dengan ini siswa terbiasa dalam keadaan atau
dalam situasi berbahasa. Kedua, menyimak untuk memahami teks, hal ini
bertujuan agar siswa dapat memahami sebuah teks dengan baik, dapat
membedakan ide pokok dan tambahan, memahami alur cerita, dan lain
sebagainya.8
D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Maharah Al-Istima’
Pembelajaran Maharah Al-Istima’ memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Melatih kecermatan dalam mendengarkan atau memperhatikan
Keterampilan menyimak dapat melatih sejauh mana siswa dapat mencermati
atau mendengarkan apa-apa yang diperdengarkan kepada mereka. Meliputi
suara (Ashwat), kalimat-kalimat, dan isinya.
2. Lebih kuat diingat
Menyimak dalam hal ini berkaitan dengan mendenfar adalah keterampilan
yang menggunakan panca indera pendengaran atau telinga. Sudah kita
ketahui bahwasanya hal yang paling dulu difahami oleh manusia dari bahasa
adalah melalui mendengar. Hal ini menjadi salah satu faktor utama dalam
mengingat ujaran bahasa yang telah ia dengar dengan kuat.
3. Cepat mengerti
Melalui keterampilan enyimak ini, siswa akan lebih dapat dimengerti atau
memahami isi/kandungan apa-apa yang diperdengarkan kepadanya. Karena
mendengar adalah kegiatan yang sangat praktis, berbeda dengan misalnya
yang cenderung lebih menguras kejelian indera penglihatan (mata) dan
pikiran (otak) yang berfungsi dalam memahami kata demi kata atau paragraf
demi paragraf suatu bacaan.

Pembelajaran Maharah Al-Istima’ memiliki kekurangan sebagai berikut :


1. Para pelajar cenderung untuk memberi respon secara serentak dan secara
mekanistis, mereka sering tidak mengetahui atau tidak memikirkan makna
ujaran yang diucapkan penutur bahasa tersebut.
8 Radliyah Zaenuddin dkk. Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab,
(Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005), hlm. 53.

7
2. Makna kalimat yang diajarkan biasanya terlepas dari unsur konteks, sehingga
pelajar hanya memahami satu makna, padahal suatu kalimat atau ungkapan
bisa mempunyai beberapa makna tergantung konteksnya.
3. Sebetulnya para pelajar juga tidak berperan di kelas (keaktifan semu), karena
mereka hanya memberi respon pada rangsangan guru.
4. Latihan-latihan pola bersikap manipulatif, tidak kontekstual dan tidak
realistis. Pelajar mengalami kesulitan ketika menerapkannya dalam konteks
komunikatif yang sebenarnya.9
E. Tahapan Dalam Pengajaran Maharah Al Istima’
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, terdapat capaian keterampilan yang
bersifat prinsipiil sebagai tujuan utama dan inti. Keterampilan ini merupakan
esensi atau pokok dari seluruh metode pembelajaran bahasa, yaitu mendengar
(Istima’), berbicara (Kalam), membaca (Qira’ah), dan menulis (Kitobah).
Keempat keterampilan tersebut salah satu menjadi metode, namun disisi lain
menjadi tujuan dari metode yang diterapkan. Maka letak puncak pembelajaran
bahasa Arab juga sama, ada pada keterampilan tersebut.10
Dibawah ini merupakan tahapan dalam pengajaran Maharah al Istima’:
1. Tahapan pengenalan (identifikasi)
Kemahiram menyimak (istima’) pada tahap pertama bertujuan agar
siswa dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa Arab banyak berbeda
dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang dikenal oleh siswa. Satu
keuntungan bagi guru bahasa Arab bahwa umumnya siswa Indonesia
khususnya yang muslim telah mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab sejak
masa kanak-kanak dengan adanya pelajaran membaca Al-qur’an dan
sholat. Penyajian pelajaran menyimak bisa langsung ole guru secara usan,
akan tetapi baik kalau guru bisa memakai pita rekaman dengan tape record
atau di laboratorium bahasa. Rekaman tersebut penting karena siswa dapat
mendengarkan model-model ucapan yang benar-benar akurat, langsung
dari penutur asli bahasa Arab. Dengan adanya pita rekaman ini guru dapat
erhindar dari kelelahan dan juga dari kemungkinan kesalahan atau
9 Ahmad Ridani, dkk, “Pengertian dan Cara Pembelajaran Maharah Istima”, (Sekolah
Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Amuntai, Amuntai, 2019), hlm. 10-11.
10 Nurul Hanani, “Pembelajaran Bahasa Arab Kontemporer”, (Bandung: Cendekia Press,
2020), hlm.86

8
kekurangtepatan dalam ucapan. Tahap identifikasi ini dapat berupa latihan
mendengarkan untuk membedakan teknik mengontraskan pasangan-
pasangan ucapan yang hampir sama. Misalnya : guru mengucapkan atau
memutarkan sebuah rekaman, siswa diminta menebak, apakah yang
didengarnya tersebut berbunyi jawaban A atau B.
A: aliim
B: a’liim
2. Tahapan mendengarkan dan menirukan
Dalam tahap permulaan siswa dilatih untuk mendengarkan dan
menirukan. Kegiatan ini dilakukan oleh guru, ketika memperkenalkan kata-
kata atau pola kalimat yang baru, atau digunakan untuk khususnya waktu
latihan menyimak. Tahapan menirukan ini difokuskan pada bunyi-bunyi
bahasa yang asing bagi siswa, juga perlu pengucapan vocal panjang dan
pendek, bertasydid atau tidak bertasydid, yang tidak dikenal dalam bahasa
Indonesia. Beberapa contoh:
a. Latihan pengucapan bunyi (Qaf) guru mengucapkan murid menirukan
Qomarun Qomarun
Qolamun Qolamun
b. Latihan pengucapan beberapa bunyi yang berdekatan.
Jabarun – Jabarun
Khobarun - Khobarun
c. Latihan pengucapan vocal panjang pendek.
Baarodun - Baarodun
d. Latihan pengucapan vocal bertasydid.
Kasrun – kasrun
Dalam tahapan mendengarkan dan menirukan ini akan lebih efisien dan
efektif kalau dilakukan di laboratorium bahasa, sebab berbagai teknik bisa
dipraktekkan. Disamping itu latihan bisa dilakukan secara individual dalam
waktu bersamaan, dan siswa dapat membandingkan ucapan sendiri dengan
model ucapan yang ditirunya. Pembetulan ucapan bisa dilakukan oleh
siswa dengan cara mengkoreksi.
3. Tahapan Mendengarkan dan Memahami

9
Tahap selanjutnya, setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa dan
dapat mengucapkannya latihan menyimak bertujuan agar siswa mampu
memahami bentuk dan makna dari apa yang didengarnya itu. Latihan
mendengar untuk pemahaman ini dapat dilakukan dengan berbagai macam
teknik.
a. Latihan melihat dan mendengar
Guru memperdengarkan materi yang sudah direkam, dan pada waktu
yang sama memperlihatkan rangkaian gambar-gambartersebut bisa
berupa film, slide, gambar dinding dll.
b. Latihan membaca dan mendengar
Guru memperdengarkan materi bacaan yang sudah direkam dan siswa
membaca teks (dalam hati) mengikuti materi yang diperdengarkan.
Pada tingkat permulaan, perbendaraan kata-kata yang dimiliki siswa
masih terbatas. Oleh karena itu, harus dipilihkan bahan yang pendek-
pendek, mungkin berupa percakapan sehari-hari atau ungkapan
sederhana yang tidak terlalu kompleks.
c. Latihan mendengarkan dan memeragakan
Dalam latihan ini, siswa diminta melakukan gerakan atau tindakan
non verbal sebagai jawaban terhadap stimulus yang diperdengarkan
oleh guru. Kegiatan ini tidak terbatas pada ungkapan sehari-hari
digunakan oleh guru di dalam kelas.
d. Latihan mendengarkan dan memahami
Pada tahap ini, pada siswa diperdengarkan teks lisan (dibacakan
langsung oleh guru atau melalui pita rekaman). Siswa diminta
menyimak, memahami, dan kemudian menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang telah disiaokan sebelumnya untuk menguji
pemahaman mereka maupun tulisan.11

F. Urgensi Pembelajaran Maharah Al-Istima’


Bahwa Istima' adalah salah satu dari empat seni bahasa Arab yang
mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Sebagaimana yang dilakukan
oleh anak kecil adalah istima. Ada cerita bahwa seorang anak kecil berinteraksi

11 https://kholid1993.wordpress.com/2015/07/13/tahap-tahap-latihan-istima/

10
dengan sesuatu di sekelilingnya melalui perantara istima' atau mendengar. 12
Oleh karena itu seni yang pertama kali diajarkan sebelum lainnya pada
kemudian hari istimewa juga merupakan seni yang dipakai pada era Era
terdahulu. Yang sebelumnya menggunakan ucapan atau kata dan dengan dari
lisan tulisan sampai muncul percetakan dan era penulisan bertahun-tahun
setelah itu.
Sebuah penelitian menetapkan tentang pentingnya istima' atas perhitungan
yang tersebar bersama komunikasi manusia berdasarkan seni bahasa yang 4
sebagai berikut: mendengar dari orang lain 5%, persiapan awal atau bekal
80% dan 15% ketika disekolah. Dari data tersebut dipahami bahwa sebagian
pembelajaran bahasa arab sangat bersandar pada istima' sebagaimana ilmu itu
didengar melalui istima'. Pemerolehan kecakapan mendengar tersebut diperoleh
dengan berbagai sumber yang formal maupun non formal.13

12 Rusydi Ahmad Thu’aimah dan Muhammad as-Sayyid Manna’, Tadris al-Arabiyah fi at-
Ta’lim al-Aam Nadhoriyat wa Tajarub, (Kairo: Dar al-Fikr al-Araby, 2000), hlm. 80-81
13 Fadhil Futuhy Muhammad Wali. Tadris al-Lughoh al-Arabiyah fi al-Marhalah al-
Ibtidaiyyah, (Dar al-Andalus al-Hadlro, 1900), hlm. 144-146.

11
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Menyimak (istima’) adalah suatu proses kegiatan mendengarkan simbol-
simbol lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta penafsiran
untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna
komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui bahasa
lisan.
2. Prinsip dalam pembelajar diantaranya, pendengar dapat menerima informasi
yang disampaikan, siswa dapat membedakan ide pokok dan gagasan,
pemilihan teks yang sesuai, kecepatan speaker harus diperhatikan, alat peraga
hendaknya disiapkan sebagai penunjang media pembelajaran, menyesuaikan
dengan keadaan sekitar, guru sebaiknya menuliskan kata-kata kunci sebelum
pelajaran dan menuliskan maknanya, guru menyampaikan tentang tugas yang
diberikan, materi yang disampaikan sebaiknya terdapat feed back, respon
terhadap jawaban siswa.
3. Tujuan utama dalam pembelajaran menyimak adalah agar siswa mampu
memahami isi pembicaraan, menangkapnya secara kritis, dan menyimpulkan
pokok-pokoknya.
4. Ada tiga tahapan dalam pelaksanaan pengajaran Maharah al Istima, yaitu:
a. Tahapan pengenalan (identifikasi)
b. Tahapan mendengarkan dan menirukan
c. Tahapan Mendengarkan dan Memahami
5. Sebuah penelitian menetapkan tentang pentingnya istima', dari penelitian
tersebut dapat dipahami bahwa sebagian pembelajaran bahasa arab sangat
bersandar pada istima' sebagaimana ilmu itu didengar melalui istima'.
Pemerolehan kecakapan mendengar tersebut diperoleh dengan berbagai
sumber yang formal maupun non formal.

B. Saran

12
Dalam makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu, kami
mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang
dengan itu semua kami harapkan makalah ini akan menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo.


Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Izzan, Ahmad. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
Humaniora.
Kamil, Muhammad Ali dan Muhammad Sholahuddin. 2013. Al-Qaid: li Ta’lim
Maharah al-Istima’. Malang: UIN Maliki Press.
Mustofa, Syaiful. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Malang:
UIN Maliki Press.
Nuha, Ulin. 2016. Ragam Metodologi & Media Pembelajaran Bahasa Arab.
Yogyakarta: DIVA Press.
Wassid, Iskandar dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Zaenuddin, Radliyah. dkk. 2005. Metodologi dan Strategi Alternatif
Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group.

13

Anda mungkin juga menyukai