Anda di halaman 1dari 62

`EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU AL

MUYASSAR FI ‘ILMIN NAHWI TERHADAP


PEMAHAMAN KAIDAH NAHWU MAHASISWA
SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN AMUNTAI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari tugas-tugas dan syarat-syarat guna mencapai gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Hayatul Fitri

19.11.20.01.01.683

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN (STIQ)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

AMUNTAI UTARA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN .............................................................................................. 3

A. Latar Belakang .......................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 10

D. Signifikansi Penelitian ............................................................................ 11

E. Definisi Operasional ................................................................................ 12

F. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 15


G. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 22

H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 23

BAB II .............................................................................................................. 24

LANDASAN TEORI ....................................................................................... 24

A. Teori Efektivitas ................................................................................ 24

B. Kajian tentang Buku Al-Muyassar Fi ‗Ilmin Nahwi .......................... 28

C. Kajian tentang Pemahaman Kaidah Nahwu ....................................... 29

BAB III ............................................................................................................. 42

METODE PENELITIAN ................................................................................. 42

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................................... 42

B. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 44

C. Lokasi Penelitian................................................................................. 45

D. Waktu penelitian ................................................................................. 46

E. Data dan Sumber Data ........................................................................ 46

G. Instrumen Penelitian ........................................................................... 50

H. Tekhnik Analisis Data ........................................................................ 51

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan

bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan

rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai

kedewasaannya serta mencapai tujuan agar peserta didik mampu

melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.1 Pendidkan merupakan suatu

hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bangsa

dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa akan ditentukan oleh maju

mundurnya pendidikan dari suatu bangsa tersebut.

Pendidikan erat kaitannya dengan belajar, pendidikan dapat diperoleh

dengan belajar, baik secara formal ataupun tidak. Belajar adalah kegiatan jiwa

raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut

kognitif, afektif, dan psikomotorik.2 Diantara yang dipelajari dalam proses

belajar mengajar adalah pembelajaran bahasa. Bahasa mempunyai peranan

yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Bahasa digunakan alat

komunikasi menjadikan hal penting bagi kehidupan manusia, yaitu digunakan

untuk alat mengungkapkan perasaan, gagasan, dan fikiran dengan manusia


1
Moses Malmambessy, “Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Kerja
Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua” (Jakarta
Barat: Trisakti, 2012), h. 22.
2
Syaiful Bahri Djamarah, Psikomologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 13.

3
lainnya. Percakapan yang dilakukan setiap hari tentu membuktikan bahwa

bahasa tak akan pernah lepas dari manusia. Bahkan,, bahasa disampaikan

bukan hanya pada bentuk lisan namun juga bentuk tulisan.3

Dalam sistem pendidikan dan pengajaran di Indonesia telah

dirumuskan bahwa mata pelajaran bahasa merupakan mata pelajaran yang

harus diajarkan di lembaga formal atau sekolah. Diantara bahasa yang

digunakan diajarkan adalah bahasa Arab yang merupakan bahasa asing. Hal

ini terbukti, misalnya dalam peraturan Menteri Agama bahwa bahasa Arab,

mulai dari tujuannya, materi sampai kepada metode merupakan bahasa asing.

Dengan demikian jika ada kalangan tertentu di Indonesia yang menganggap

bahwa bahasa Arab bukan bahasa asing, maka itu tidak resmi karena diluar

patokan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.4 Belajar bahasa asing

berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar

pembelajarannya pun sangat mungkin berbeda, baik dalam hal metode, materi,

maupun proses pembelajarannya. Bahasa adalah sistem, yaitu terdiri dari

beberapa unsur dan aspek yang mempunyai objek kajian yang berbeda tetapi

masih saling terkait, oleh karena itu pembelajaran bahasa harus menyangkut

berbagai aspek atau bidang kajian, tetapi harus selalu dikaitkan satu dengan

yang lainnya.

Bahasa bukan kemampuan bawaan tetapi merupakan prestasi dari

kegiatan yang sungguh-sungguh, dan memerlukan proses dari pembelajaran

yang kondusif serta memerlukan fasiilitas dan lingkungan yang mendukung.

3
Alburrahim, Pengantar Bahasa Indonesia untuk Akademik (Bojonegoro: CV. Madza Media,
2019), h. 7.
4
Acep Hermawan, Metode Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
h. 57.

4
Belajar bahasa pada dasarnya adalah proses transformasi danm transmisi

keterampilan atau kemampuan tertentu. Adapun aspek keterampilan bahasa

pada umumnya dibagi dalam empat kategori yaitu keterampilan

mendengarkan/menyimak, bercakap, membaca, dan menulis. Setiap anak pada

dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa. Namun

demikian, belajar bahasa ibu relatif lebih berhasil, sementara belajar bahasa

asing cenderung lebih sulit. Hal tersebut, setidaknya disebabkan oleh empat

faktor penting, yaitu: pertama, perbedaan tujuan, kedua, perbedaan

kemampuan dasar yang dimiliki, ketiga, lingkungan pembelajaran, dan

keempat, fasilitas yang digunakan dalam proses pembelajaran.5 Kendala yang

relatif berat dihadapi pembelajar bahasa Arab lainnya adalah dari sisi bahwa

bahasa Arab hanya memiliki huruf konsonan saja, sedang huruf vokal tidak

berupa huruf tetapi berupa syakl. Untuk dapat membaca teks-teks berbahasa

Arab harus menentukan syakl (fathah, kasroh, dhommah atau sukun). Hal ini

membutuhkan kemampuan dalam bidang nahwu dan kemampuan untuk

menentukan bentuk kata tersebut juga harus dibantu dengan pemahaman

terhadap teks yang dibaca (fahm al-maqru‟) dan ia tidak dapat diperoleh tanpa

penguasaan mufrodat. Dengan demikian, untuk dapat membaca dan

memahami literatur bahasa Arab setidaknya harus menguasai ilmu-ilmu yang

mendukung yaitu ilmu nahwu dan sharaf, dan juga mengusai mufrodat

sehingga ada sedikit gambaran tentang isi teks yang dibacanya. Hal ini

agaknya selaras dengan ungkapan orang barat yang mengatakan bahwa

5
Munir, Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa Arab (Jakarta: Kencana, 2016), h. 6-7.

5
―Orang Eropa, dengan membaca dapat memahami teks tetapi orang Arab

harus paham dulu baru dapat membaca teks dengan benar‖. (Taufiq Burj: 129)

Sebagai bahasa Agama Islam, bahasa Arab sangat penting dipelajari,

khususnya oleh Umat Islam. Sebagai salah satu ilmu pokok dalam bahasa

Arab, ilmu nahwu tidak dapat diabaikan karena tanpa ilmu nahwu, bahasa

Arab akan menjadi kacau-balau dan susunan kata serta kalimatnya akan tidak

teratur. Karena itu dalam mempelajari bahasa Arab, ilmu nahwu penting untuk

diketahui. Ada kesan bahwa ilmu nahwu merupakan ilmu yang susah

dimengerti, padahal metode pengajaran ilmu ini cukup banyak dipraktekkan

para guru nahwu, tetapi peserta didik tetap saja menghadapi kesulitan dalam

mempelajarinya. Oleh karena itu, perlu digunakan metode yang cocok dan

langkah-langkah yang sesuai serta materi pokok yang harus diprioritaskan

terlebih dahulu untuk diajarkan pada para pelajar, sehingga dapat

memudahkan mereka dalam mempelajari ilmu nahwu.6

Dalam observasi yang penulis lakukan sejak tahun 2019-2022 pada

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an Amuntai terhadap program

remedial bahasa Arab, penulis menemukan bahwa terdapat beberapa

mahasiswa yang telah mengikuti program ini namun masih kesulitan dalam

memahami ilmu nahwu. Faktor yang menjadi pemicunya adalah karena

kurangnya pemahaman yang mereka dapatkan dari pengajar ataupun dari buku

yang mereka gunakan. Penulis juga menemukan fakta bahwa buku yang

digunakan dalam program remedial bahasa Arab di Sekolah Tinggi Ilmu Al-

Qur‘an sering berganti. Program remedial bahasa Arab di Sekolah Tinggi Ilmu
6
A. Muallif, “Metodologi Pembelajaran Ilmu Nahwu dalam Pendidikan Bahasa Arab” (Riau, Islam
Kuantan Singingi Fakultas Tarbiyah, 2019), h. 27.

6
Al-Qur‘an telah diberlakukan pada mahasiswa yang belum memenuhi kriteria

standar kompetensi Bahasa Arab sejak tahun 2017. Program ini didirikan oleh

Prodi Bahasa Arab dengan tujuan agar dapat membantu mahasiswa yang

diluluskan secara bersyarat atau tidak memenuhi standar kelulusan dan juga

membantu para dosen yang mengajar di kampus ini agar dapat meningkatkan

pemahaman Bahasa Arab mahasiswa sebagai modal untuk meningkatkan

kompetensi Bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang akan dipegangnya

ketika berhasil lulus sebagai seorang sarjana pendidikan.7 Dari beberapa

pegantian buku yang terjadi adalah buku Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-

Ajurumiyyah dan ‗Imrithy yang telah digunakan sejak tahun 2017 dan diganti

pada tahun 2019, kemudian diganti dengan Buku Al-„Arabiyyah Lilhayah

yang disusun oleh Universitas Maulana Malik Ibrahim Hukum Islam Malang

pada tahun 2020. Dalam wawancara yang penulis lakukan dengan salah

seorang pengajar remedial bahasa Arab, yaitu Shopia, S.Pd., alasan yang

melatarbelakangi digantinya Buku Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-

Ajurumiyyah dan Imrithy yang sudah digunakan sejak 2017-2019 ini adalah

karena buku ini dianggap tidak cocok digunakan bagi mahasiswa Sekolah

Tinggi Ilmu Al-Qur‘an dalam bidang bahasa Arab terutama bagi mahasiswa

yang berlatar belakang lulusan sekolah umum. (wawncara shopia spd) lihat di

zotero akhir) Hal ini sejalan dengan wawancara penulis dengan salah satu

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran yang menganggap buku ini sulit

untuk dia pahami karena pembahasannya dianggap terlalu luas terutama di

bagian „imrithy sehingga hal ini kemudian dirasa memberatkan untuk dalam

7
Wawancara dengan Zam-Zam Rasyidi, Sejarah Singkat Program Remedial Bahasa Arab, 14
Desember 2022 pukul 18.20.

7
memahami isi pembahasan yang dimaksud. (wawncara dengan Siti Rabiatul

Adawiyah, 2022 )Kemudian buku ini diganti lagi dengan buku yang berjudul

Al-Muyassar Fii „Ilmin Nahwi yang dikarang oleh Ustadz Aceng Zakaria bin

Ahmad Al-Kurkhi pada tahun 2021. Menurut salah satu mahasiswa yang

penulis wawacarai, buku Al-Muyassar Fii Ilmin Nahwi ini lebih memberikan

pemahaman dalam memahami ilmu nahwu karena buku ini ditulis dengan

gaya bahasa yang ringkas dan mudah dimengerti dan juga disertai dengan

penggunaan tabel. Meskipun buku ini menggunakan bahasa Arab namun

karena sistem belajarnya menggunakan guru sebagai translator maka

menurutnya hal itu tidak menjadi masalah dan masih memudahkan

pemahamannya dalam memahami ilmu nahwu. (wawncara dengan Siti

Rabiatul Adawiyah, 2022) Hal ini sejalan dengan wawancara yang penulis

lakukan dengan salah satu pengajar remedial bahasa Arab sebelumnya yaitu

Shopia, S.Pd., dan juga salah satu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Al-qur‘an

Amuntai yaitu Zam-Zam Rasyidi, M.Pd., yang sama-sama mengemukakan

pendapat bahwa buku ini memudahkan mahasiswa dalam memahami ilmu

nahwu. Meskipun buku ini sudah dirasa baik dalam meningkatkan

pemahaman nahwu mahasiswa, buku ini diganti lagi dengan buku lain yang

berjudul Libàbbin Nahwi Intisari Kaidah Bahasa Arab pada tahun 2022.

Melihat pergantian buku dalam 4 tahun berturut-turut ini, muncullah

pertanyaan dalam benak penulis tentang kenapa seringnya terjadi pergantian

buku yang digunakan di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an Amuntai ini? apakah

karena ketidaktercapaian kompetensi yang diinginkan sehingga membuat

pergantian buku terus terjadi? Atau karena ada alasan lainnya? Namun dari

8
sekian banyak pertanyaan yang timbul dalam benak penulis, penulis hanya

memfokuskan penelitian pada seberapa efektif penggunaan Buku Al-

Muyassar Fiii „Ilmin Nahwi dalam memberikan pemahaman terhadap kaidah

nahwu bagi mahasiswa saja. Hal ini karena dalam wawancara yang peneliti

lakukan kepada salah satu Dosen yaitu Zam-Zam Rasyidi, M.Pd., beliau

mengatakan bahwa Buku Libàbin Nahwi sebenarnya ditulis pihak kampus

karena keinginan pimpinan Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an Amuntai

khususnya dalam Prodi Bahasa Arab yang menginginkan kampus memiliki

buku buatan sendiri unntuk diajarkan kepada mahasiswanya sehingga

dibuatlah Buku Libàbin Nahwi namun kebanyakan materi yang diambil

dalam buku ini adalah merujuk pada buku Al-Muyassar Fii „Ilmin Nahwi

sehingga kata beliau jika menggunakan buku Al-Muyassar Fii Ilmu Nahwi

sebagai bahan penelitian maka tidaklah apa-apa. (wawncara dengan Zam-Zam

Rasyidi 27 Nov 2022) Oleh karena itu penulis merasa bahwa penelitian ini

sangatlah diperlukan untuk memberikan gambaran dan ukuran sejauh mana

penggunaan Buku Al-Muyassar Fi Ilmin Nahwi ini memberikan peningkatan

terhadap pemahaman kaidah nahwu Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-

Qur‘an Amuntai sehingga akan terjawab apakah buku ini memang efektif

dalam meningkatkan pemahaman nahwu mahasiswa ataukah tidak. Jika buku

ini efektif maka buku ini bisa dikatakan layak untuk dipertahankan khususnya

dalam pembelajaran remedial bahasa Arab, namun jika tidak efektif maka

penulis berharap hasil penelitian ini juga akan menjadi pertimbangan bagi

pihak kampus khususnya para pengajar remedial bahasa Arab untuk mencari

buku atau alternatif lain sebagai solusi yang tepat guna memudahkan semua

9
pihak sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan. Untuk itu dalam

penelitian ini Penulis sangat merasa tertarik mengangkat judul permasalahan

tentang:“Efektivitas Penggunaan Kitab Al Muyassar Fi ‘Ilmin Nahwi

Terhadap Pemahaman Kaidah Nahwu Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-

Qur’an Amuntai.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas,

maka topik dari permasalahan ini akan dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana evektivitas penggunaan Kitab Al Muyassar Fi Ilmin Nahwi

dalam meningkatkan pemahaman kaidah Nahwu Mahasiswa Sekolah

Tinggi Ilmu Al Quran Amuntai?

2. Apakah terdapat peningkatan pemahaman kaidah Nahwu bagi Mahasiswa

Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an setelah belajar menggunakan Buku Al-

Muyassar Fi ‗Ilmin Nahwi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan Kitab Al Muyassar Fii ‗Ilmin

Nahwi dalam meningkatkan pemahaman kaidah Nahwu Mahasiswa

Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran Amuntai?

2. Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan terhadap pemahaman

kaidah Nahwu Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran Amuntai

setelah menggunakan buku Al-Muyassar Fii ‗Ilmin Nahwi?

10
D. Signifikansi Penelitian

Adapun signifikansi atau manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Untuk kepentingan teoritis, dengan adanya penelitian ini diharapkan

dapat menambah kekayaan pemikiran sebagai pengembangan penelitian

ilmiah dan perhatian lebih lanjut untuk menambah khazanah intelektua

dan akademis, serta sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut dan

mendetail tentang topik yang sama.

2. Secara Praktis

a. Bagi Mahasiswa, sebagai informasi dan khazanah ilmu yang bisa

dipraktikkan sehingga memudahkan dalam belajar Bahasa Arab dan

tentunya lebih berkualitas.

b. Bagi Dosen, sebagai sumber informasi dan referensi dalam penelitian

dan usaha untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Arab

c. Bagi Kampus, sebagai bahan masukan untuk memperbaiki praktik-

praktik pembelajaran dosen agar menjadi lebih efektif dan efisien

sehingga hasil belajar Bahasa Arab meningkat

d. Bagi Penulis, penelitian ini dapat memperoleh pengalaman meneliti

secara langsung mengenai seberapa efektif penggunan Kitab Al

Muyassar Fi Ilmin Nahwi dalam meningkatkan kemampuan Nahwu

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an Amuntai sehingga

diharapakan rasa ingin tahu peneliti dapat terpuaskan.

11
E. Definisi Operasional

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam memahami persoalan

yang akan dibahas serta menghindari salah interpretasi terhadap judul

penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu ditegaskan atau diberi

pengertian secara tertulis sesuai dengan apaa yang dimaksud penulis.

1. Efektivitas

Efektivitas adalah tercapainya sasaran atau tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target

telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.8 Adapun

efektivitas yang dimaksud Peneliti adalah seberapa efektif peran

penggunaan Kitab Al Muyasssar Fi Ilmin Nahwi dalam meningkatkan

kemampuan Nahwu Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an Amuntai.

2. Kitab Al Muyasssar Fi ‘Ilmin Nahwi

Kitab Al Muyassar Fi Ilmin Nahwi adalah kitab yang ditulis oleh

K. H. Aceng Zakaria bin Ahmad Al Kurkhi pada I44I H. Kitab ini

membahas kaidah Ilmu Nahwu dengan sangat ringkas dan padat. Sesuai

dengan nama kitab tersebut yakin ―Muyassar‖ yang artinya mudah, penulis

kitab tersebut memaparkan kaidah-kaidah nahwu yang paling dasar dan

penting dengan penjelasan yang ringkas namun padat makna. Kitab Al-

Muyassar Fi Ilmin Nahwi terbagi menjadi 3 jilid, namun hanya jilid 1

yang digunakan dalam pembelajaran Program Remedial Bahasa Arab di

Sekolah Tinggi Ilmu Al Quraan Amuntai dari tahun ajaran 2021-2022.

Sehingga jelaslah bahwa Kitab Al-Muyassar Fi Ilmin Nahwi yang

8
Lysa Anggraini dan Dan Dra, Efektivitas Rehabilitas Pecandu Narkotika serta Pengaruhnya
terhadap Tingkat Kejahatan di Indonesia (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018).

12
dimaksud oleh penulis dalam penelitian ini adalah Kitab Al-Muyassar Fi

Ilmin Nahwi jilid 1.

3. Pemahaman

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah

proses, cara memahami dan memahamkan.9 Sedangkan pemahaman secara

terminologi adalah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang

informasi dalam bahasa sendiri.10

Selain itu pemahaman memasuki ranah kognitif karena berkaitan

dengan perilaku yang menekankan kecerdasan dan kemampuan berpikir.11

Pemahaman dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

a. Menerjemahkan

Dalam konteks ini, menerjemahkan berarti lebih dari sekedar

mengartikan dari satu bahasa ke bahasa lain. Mengubah konsep abstrak

menjadi model, yaitu model simbolik agar memudahkan orang untuk

belajar. Konsep penggunaan kalimat untuk membentuk gambar grafis

termasuk dalam kategori terjemahan.

b. Menginterpretasikan (Menafsirkan)

Interpretasi memiliki arti yang lebih luas daripada menerjemahkan.

Interpretasi adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami

komunikasi. Kata kerja operasional adalah menjelaskan,

mendeskripsikan, menyusun kembali, mengurutkan, membedakan,

menunjukkan, dan mencipta.

9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003).
10
Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011).
11
Rosiana, Menulis PTK (Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019).

13
c. Mengekstrapolasikan (Menghitung)

Kemampuan mengekstrapolasikan lebih tinggi sifatnya

dibandingkan dengan penerjemahan dan interpretasi. Serta

memerlukan kecerdasan yang lebih tinggi. Kata kerja operasionalnya

adalah menghitung, memberi pendapat, merangkum, memprediksi,

membedakan, menentukan, dan mengisi.12

Adapun pemahaman yang dimaksud penulis disini adalah

pemahaman Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an dalam

memahami Ilmu Nahwu.

4. Kaidah

Kata ―kaidah‖ oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

dengan ―Rumusan asas-asas yang menjadi hukum; aturan tertentu;

patokan; dalil (dalam matematika).‖ Kaidah (tata Bahasa Arab) dapat

diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah dalam

pembelajaran Bahasa Arab. Tata Bahasa Arab sering disebut gramatika

Arab.

Qawaid merupakan jama‘ dari kata ‫ قاعد‬yang berarti aturan atau


undang-undang.13 Sehingga dapat disimpulkan bahwa kaidah atau tata

bahasa Arab adalah cabang ilmu bahasa Arab yang membahas tentang

pembentukan kata maupun pembentukan kalimat serta kaida-kaidah yang

berkaitan dengan pembentukan keduanya.

12
Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik (Jakarta: Grasindo, 1991).
13
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif,
2022).

14
5. Nahwu

Menurut bahasa, Nahwu memiliki arti menyengaja. Secara istilah,

nahwu memiliki arti ilmu yang membahas mengenai kaidah yang dapat

mengidentifikasi kedudukan kata dalam sebuah kalimat, harakat akhir

kata, dan kaidah dalam I‟rabi suatu kalimat.14 Nahwu juga disebut

sebagai ilmu ushul untuk mengetahui berubahnya akhir kalimat baik pada

waktu mu‘rob atau mabni.15

Ilmu Nahwu memiliki fokus pada struktur kalimat dan peraturan

yang terkait dengannya seperti vokal, penempatan kata, dan bentuk kata

yang benar untuk memudahkan memahami kalimat. Misalnya, jalasa

zaidun yang artinya Zaid telah duduk. Kata ―zaid‖ memiliki harakat

dammatain.16

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan adalah untuk menjelaskan posisi (State

of Art) perbedaan atau memperkuat hasil penelitian tersebut dengan penelitian

yang telah ada. Pengkajian terhadap hasil penelitian orang lain yang relevan,

lebih berfungsi sebagai pembanding dari kesimpulan berpikir peneliti.17

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, penulis belum menemukan topik

penelitian yang sama dengan topik penelitian yang ingin penulis lakukan.,

namun ada bebrapa penelitian yang memiliki kemiripan, yaitu:

14
Ilmi, Bahasa Arab Dasar (Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020).
15
Abdullah bin Ahmad Al-Fakihi, Al-Fawaqih al-Janiyah Syarah Mutammimah al-AJurumiyyah
(Surabaya: Darun Nashr, 1681).
16
Abu Razin, Ilmu Sharaf untuk Pemula (Dilengkapi dengan Rumus Sakti untuk Memahami
Perubahan Kata (Morfologi) Bahasa Arab (Jakarta: Maktabah Bisa, 2017).
17
Zuhairi dan dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah STAI Jurai Siwo Metro (Jakarta: Rajawali
Press, 2015).

15
1. Syahdianor Sapatra (2019)

Penelitian Syahdianor Sapatra dengan judul ―Efektivitas Metode

WAFA Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran (Hukum

Bacaan Nun Sukun) Siswa MIN 1 Balangan”.

Tujuan dari skripsi Syahdianor Sapatra adalah untuk mengetahui

keefektifan metode wafa dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur‘an (hukum bacaan nun sukun) siswa MIN 1 Balangan, sekaligus

untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kemampuan membaca Al-

Qur‘an (hukum bacaan nun sukun) setelah menggunakan metode Wafa di

MIN 1 Balangan pada tahun 2019.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif design

eksperimen. Populasi dalam penelititan ini yaitu seluruh siswa kelas V

MIN 1 Balangan tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 354 orang.

Pengambilan sampel menggunakan teknik non random sampling

(pengambilan sampel secara acak ). Subjek penelitian yaitu perwakilan

kelas V A dan V B sebanyak 40 orang, yang terdiri dari kelas kontrol dan

kelas eksperimen. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan meliputi

wawancara, observasi,, dokumenter dan tes kemampuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode wafa

sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‘an

(hukum bacaan nun sukun) siswa antara penggunaan metode Wafa dengan

metode Tilawati. Pada hasil uji-t menggunakan independen sample t-test

dengan membedakan hasil kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh

nilai berdasarkan hasil pre-test dan post-test antara kelas kelas eksperimen

16
dan kelas kontrol. Kelas kontrol (metode Tilawati) nilai pre-test pada

nominal 3,15, sedangkan post-test berada pada nominal angka 4,80 dan

kelas eksperimen nilai pre-test berada pada nominal 3,25, sedangkan nilai

post-testpada nominal 10.10. Maka dapat disimpulkan bahwa metode

Wafa memiliki efektivitas dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur‘an (hukum bacaan nun sukun) di MIN 1 Balangan pada tahun 2019.18

2. Komarudin & Kelly Munajar (2017)

Penelitian Komarudin & Kelly dengan judul ―Pengaruh Metode

Hatulistiwa (Hafal Tulis Teliti Warnai) dalam Meningkatkan Pemahaman

Nahwu dan Shorof (di SMK Daarut Tauhiid Bandung)”. (footnote:

(lengkapi!) Program studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan

penggunaan metode hatulistiwa dibandingkan dengan menggunakan

metode konvensional dalam pembelajaran Bahasa Arab.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif . Dengan jenis

penelitian experiment research, yaitu suatu riset yang bermaksud untuk

mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap variabel yang

sedang diteliti yang terdiri dari kelompok kontrol dan ekpserimen.

Metode penelitian ini menggunakan quasi eksperiment yang digunakan

adalah quasi eksperiment design dengan bentuk nonequivalent control

group design yaitu membagi subjek penelitian ke dalam dua kelompok

kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


18
Sapatra Syahdianor, “Efektivitas Metode WAFA Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Al-Quran (Hukum Bacaan Nun Sukun) Siswa MIN 1 Balangan)” (Balangan, Sekolah Tinggi Ilmu Al-
Qur’an, 2019).

17
Kemudian dilakukan treatment terhadap kelas eksperimen dan kelas

kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional. Setelah

dilakukan treatment terhadap subjek yang telah ditentukan kemudian

diberikan pre-test (pengukuran tingkat pemahaman siswa sebelum

diberikan perlakuan) dan dilakukan post-test (pengukuran tingkat

pemahaman siswa sesudah diberikan perlakuan) untuk mengukur

pengaruh perlakuan pada kelompok tersebut. Instrument yang diberikan

mengandung bobot soal yang sama. Perbedaan antara hasil pre-test dengan

post-test tersebutmenunjukkan hasil dari perlakuan yang telah diberikan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Darut Taudid

Bandung tahun ajaran 2017-2018. Sampel yang diambil adalah 2 kelas

yaitu kelas XI-C dengan jumlah sampel 18 siswa sebagai kelas kontrol dan

kelas XI-D dengan jumlah sampel 22 siswa sebagai kelas eksperimen,

dengan tekhnik pengambilan sampel menggunakan tekhnik sampling

purposive.sumber data dalam penelitian ini diantaranya 1) sumber utama:

sumber yang ditemukan dan diambil langsung oleh peneliti dari sekolah

yang diteliti dan diuji coba untuk mendapatkan hasil data sebelum dan

setelah penggunaan metode hatulistiwa 2) Sumber tambahan: sumber

dalam penelitian ini diambil dari buku-buku atau dokumen lain yang

berkaitan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan nilai

rata-rata hasil belajar pre-test kelas kontrol sebesar 27,6 dan nilai rata-rata

post-test sebesar 31,5. Sedangkan pada kelas eksperimen nilai rata-rata

18
pre-test sebesar 27,7 dan nilai rata-rata post-test sebesar 35,8. Peningkatan

nilai pada kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan sebesar 8,04 dan

peningkatan nilai pada kelas kontrol hanya sebesar 3,9. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa nilai siswa dalam pembelajaran Bahasa Arab dengan

menggunakan metode hatulistiwa lebih besar dibandingkan nilai siswa

dalam pembelajaran Bahasa Arab menggunakan metode konvensional.

Selain itu pemahaman siswa terhadap nahwu dan shorof juga meningkat

dengan menggunkaan metode hatulistiwa.19

3. Chafidz Choirul Huda (2011)

Penelitian Chafidz Choirul Huda dengan judul “Efektivitas Metode

Suggestopedia Dalam Meningkatkan Pemahaman Vocabulary Bahasa

Inggris Kelas V-A SDN Bulak Rukem II Surabaya”. (Institut Agama Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah Jurusan PGMI 2011).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode

suggestopedia dan cara penerapannya dalam pembelajaran Bahasa Inggris

di Kelas V-A SDN Bulak Rukem II Surabaya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas.

Subjek dalam penelitian ini adalah adalah siswa V-A yang berjumlah 41

orang, yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 26 orang siswa

perempuan. Penelitian yang dilakukan di SDN Bulak Rukem II Kelas V-A

ini menitikberatkan pada pemahaman Vocabulay. Pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan tekhnik observasi, pengukuran tes hasil

belajar, dan dokumentasi.


19
Komaruddin dan Kelly Munajar, “Pengaruh Metode Hatulistiwa (Hafal Tulis Teliti Warnai)
dalam Meningkatkan Pemahaman Nahwu dan Shorof (di SMK Daarut Tauhiid Bandung)”
(Bandung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara, 2017).

19
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penerapan

metode suggestopedia dalam meningkatkan pemahaman vocabullary di

Kelas V-A SDN Bulak Rukem II Surabaya adalah efektif. (2) Penerapan

metode suggestopedia di SDN Bulak Rukem II sangat baik walaupun ada

kendala yang dialami selama proses pembelajaran, seperti; kualitas suara

dari media audio yang digunakan guru sangat rendah, sehingga beberapa

siswa siswa tidak mengikuti pembelajaran dengan baik. Tetapi di sisi lain,

siswa sangat antusias ketika diterapkan metode suggestopedia, dimana

keefektifan siswa mulai meningkat selama proses pembelajaran baik

dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan, mengerjakan tugas dan

memerankan dialog yang mereka buat. Hal ini terbukti dari hasil observasi

aktivitas siswa dimana pada siklus I cukup baik dan meningkat pada siklus

II yaitu sangat baik.20

4. Maliani (2018/2019)

Penelitian Maliani dengan judul ―Pengaruh Program Remedial

Terhadap Kemampuan Tata Bahasa Arab Mahasiswa STIQ Amuntai”.

(Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‟an (STIQ) Amuntai Program Studi

Pendidikan Bahasa Arab Tahun Akademik 2018/2019)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana program

remedial Bahasa Arab sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an Amuntai dan

bagaimana pengaruh program remedial ini terhadap kemampuan tata

Bahasa Arab Mahasiswa Sekolah Tinggi Al-Qur‘an Amuntai.

20
Chafidz Choirul Huda 3., “Efektivitas Metode Suggestopedia Dalam Meningkatkan Pemahaman
Vocabulary Bahasa Inggris Kelas V-A SDN Bulak Rukem II Surabaya” (Surabaya, Institut Agama
Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Tarbiyah Jurusan PGMI, 2011).

20
Penelitian ini menggunakan metode campuran (Mixed Method),

desains yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan deskriptif dan eksperimen Pre-test dan Post-test Group.

Subjek penelitian ini adalah pengajar remedial Bahasa Arab dan seluruh

mahasiswa yang mengikuti program remedial. Objek dalam penelitian ini

adalah seluruh mahasiswa yang mengikuti program remedial Bahasa Arab

yang terdiri dari; kelompok A 12 orang, kelompok B 14 orang, kelompok

C 13 orang, kelompok D 13 orang, kelompok E 13 orang,kelompok F 13

orang, dan kelompok G 9 orang. Tekhnik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan observasi partisipan, wawancara, dan

dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa program remedial Bahasa

Arab memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan tata

Bahasa Arab Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an Amuntai. hal ini

dibuktikan dengan hasil analisis pengaruh hasil tes sebelum dan sesudah

program remedial Bahasa Arab Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-

Qur‘an Amuntai menggunakan uji tanda yang diperoleh nilai signifikasi

(P-Value) sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapt pengaruh

program remedial terhadap tata Bahasa Arab Mahasiswa Sekolah Tinggi

Ilmu Al-Qur‘an Amuntai.

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa

kesamaan dan perbedaan terhadap apa yang Peneliti teliti sekarang. Di

antara kesamaannya yaitu sama-sama membahas terkait efektivitas.

21
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

terletak pada materi, lokasi penelitian, termasuk subjek dan objek yang

menjadi sasaran penelitian. Dengan demikian, jelaslah penelitian yang

berjudul efektivitas penggunaan Buku Al-Muyassar Fi Ilmin Nahwi dalam

Meningkatkan Pemahaman Kaidah Nahwu Mahasiswa Sekolah Tinggi

Ilmu Al-Qur‟an Amuntai tidak memiliki kesamaan dengan penelitian di

atas.21

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Ada dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja (Ha) dan

hipotesis Nol (Ho). Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan

hipotesis nol dinyatakan dalam kalimat negatif. Berpijak dari konsep di atas,

dalam penulisan skripsi ini. Maka peneliti mengemukakan hipotesisnya

sebagai berikut:

1. Hipotesis Kerja (Ha)

Adanya efektivitas dalam penggunaan Buku Al Muyassar Fi ‗Ilmin

Nahwi dalam meningkatkan kemampuan nahwu Mahasiswa Sekolah

Tinggi Ilmu Al Quran Amuntai.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak terdapat efektivitas dalam penggunaan Buku Al Muyassar Fi ‗Ilmin

Nahwi dalam meningkatkan kemampuan nahwu Mahasiswa Sekolah

Tinggi Ilmu Al Quran Amuntai.

21
Maliani, “Pengaruh Program Remedial Terhadap Kemampuan Tata Bahasa Arab Mahasiswa
STIQ Amuntai” (Amuntai, Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an, 2018).

22
H. Sistematika Penulisan

Sebagai suatu karya ilmiah malka skripsi ini disusunn dalam


sistematika sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

operasional, hipotesis penelitian, penelitian terdahulu dan

sistematika penulisan.

BAB II: Landasan teori.

BAB III: Merupakan metodologi penelitian yang terdiri dari pendekatan

dan jenis penelitian, populasi dan sampel, lokasi penelitian,

waktu penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan

data, instrumen penelitian dan teknik analisis data.

BAB IV: Laporan hasil penelitian yang berisikan gambaran umum lokasi

penelitian, penyajian data, analisis data dan pembahasan.

BAB V: Penutup yang berisikan simpulan data dan saran-saran.

23
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi, karena

keduanya memiliki arti yang berbeda walaupun dalam berbagi

pengunaan kata efisiensi lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi

mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil,

sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan

pencapaian tujuan.22 Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan

bahwa efektivitas berarti keefektifan. Keefektifan berasal dari kata

efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya kesannya),

manjur atau mujarab, dapat membawa hasil; berhasil guna. Sehingga

keefektifan berarti keadaan berpengaruh; berkesan, kemanjuran;

kemujaraban, keberhasilan.23

Menurut Schermerhon, dalam Kiwang et al., (2015) efektivitas

adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara

membandingkan output anggaran atau seharusnya dengan output

realisasi atau sesungguhnya, dikatakan juga bahwa efektif jika output

seharusnya lebih besar daripada output sesungguhnya. Sementara itu,

Hidayat (1986) mengatakan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran

22
Raditya Arindya, Efektivitas organisasi tata kelola minyak dan gas bumi (Surabaya: Media
Sahabat Cendekia, 2019).
23
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “kamus besar bahasa Indonesia” (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), h. .

24
untuk melihat seberapa jauh target; kuantitas, kualitas, dan waktu yang

telah tercapai.

Pendapat lain menyebutkan bahwa efektivitas diartikan sebagai

suatu kemampuan untuk memilih tujuan dengan memanfaatkan sarana

dan prasarana yang ada guna mencapai tujuan dengan tepat dan cepat,

dengan pencapaian berhasil ataupun dinyatakan gagal. (Lestanata &

Pribadi, 2016). Melansir situs dosenpendidikan.co.id (2022) efektivitas

diartikan sebagai suatu tingkat keberhasilan yang telah dihasilkan oleh

seseorang ataupun organisasi dengan cara tertentu sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai, dengan kata lain, semakin banyak rencana

yang berhasil dicapai maka suatu kegiatan dianggap akan semakin

efektif. Efektivitas dapat dikatakan pula sebagai suatu unsur yang

penting dalam penerapan program guna mencapai tujuan maupun

sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi (Sari, 2021).

Secara umum efektivitas menunjukkan seberapa jauh pencapaian

tujuan yang telah terlebih dahulu ditentukan sebelumnya, dimana

semakin besar target yang telah dicapai, maka akan semakin tinggi

efektivitasnya. Menurut Syabrina (2017), efektivitas dapat diartikan

juga sebagai suatu ukuran yang mengatakan seberapa jauh target

[kuantitas, kualitas, dan waktu] yang sudah dicapai oleh managemen,

dimana target yang dimaksudkan telah ditetapkan sebelumnya.24

Efektivitas dapat dilakukan dengan memperhatikan kepuasan,

pencapaian visi organisasi, pemenuhan aspirasi, pengembangan

24
Ilham dan Dian Indri Yunita, Efektivitas Kebijakan “Belajar Daring” Masa Pandemi Covid-19 di
Papua (Banyumas: Wawasan Ilmu, 2022) hlm. 7-8.

25
sumber daya, dan aspirasi yang dimiliki, serta memberikan dampak

positif bagi masyarakat. Mengacu pada teori Gibson (1987: 25)

mengenai keefektifan, dikatakan bahwa keefektifan adalah penilaian

yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan

organisasi.25

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator efektivitas

dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya merupakan pengukuran atau suatu keadaan yang

menunjukkan keberhasilan, manfaat dan kepuasan dalam mencapai

suatu tujuan tertentu dengan menggunakan sumber-sumber yang ada

dengan ukuran yang telah direncanakan sebelumnya.

2. Ukuran Efektivitas

Menurut James L. Gibson dalam buku Organisasi Perilaku,

Struktur, dan Proses yang dikutip oleh Handriana (2011) bahwa

terdapat 7 (tujuh) kriteria untuk mengukur efektivitas, yaitu:

a. Kejelasan tujuan yang akan dicapai .

b. Kejelasan strategi dalam pencapaian tujuan.

c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap.

d. Adanya perencanaan yang matang.

e. Penyusunan program yang tepat, serta;

f. Adanya saran dan prasarana dan sistem pengawasan dan

pengendalian yang bersifat mendidik.26

25
Ade Risna Sari, Efektivitas Peran Kelurahan dalam Pelayanan Administrasi Kependudukan (Jawa
Tengah: Penerbit NEM, 2021) hlm. 3.
26
Ilham dan Dian Indri Yunita, Efektivitas Kebijakan “Belajar Daring” Masa Pandemi Covid-19 di
Papua (Banyumas: Wawasan Ilmu, 2022) hlm.8-9.

26
Martani & Lubis (1987: 55) menambahkan ada tiga pendekatan

yang diperlukan dalam mengukur efektivitas, yaitu:

a. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur

efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya

keberhasilan organisasi untuk mempperoleh sumber daya, baik

fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

b. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh

mana efektivits pelaksanaan program dari semmua kegiatan proses

internal atau mekanisme organisasi.

c. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada

output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil

(output) yang sesuai dengan rencana. Unsur penting dalam konsep

efektivitas sesungguhnya adalah pencapaian tujuan sesuai dengan

apa yang telah disepakati secara maksimal, tujuan merupakan

harapan yang dicita-citakan atau suatu kondisi tertentu yang ingin

dicapai oleh serangkaian proses.27

Mengukur efektivitas suatu organisasi tidaklah mudah, artinya

dapat dipelajari dari sudut yang berbeda tergantung pada orang yang

mengevaluasi dan menafsirkannya. Sebagai contoh dilihat dari sudut

produktivitas, manager produksi dapat memahami bahwa efisiensi

berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa.

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan

antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah

27
Ade Risna Sari, Efektivitas Peran Kelurahan dalam Pelayanan Administrasi Kependudukan
(Jawa Tengah: Penerbit NEM, 2021) hlm. 3-4.

27
diwujudkan. Jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang

dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak

B. Kajian tentang Buku Al-Muyassar Fi ‘Ilmin Nahwi

Buku Al-Muyassar Fi ‗Ilmin Nahwi adalah sebuah buku yang

dikarang oleh Al-Ustadz Aceng Zakaria bin Ahmad Al-Kurkhi, beliau

menyusun buku ini sejak tahun 70-an. Ia menguji cobakannya terlebih

dahulu di berbagai tempat, baik kepada santrinya maupun kepada jamaah

pengajiannya yang meminta diajarkan Ilmu Nahwu. Setelah diiuji coba

selama sepuluh tahun lebih, barulah buku ini terbit pada tahun 1408/1987

M hingga sekarang. Buku tersebut telah mengalami 25 kali cetak ulang

dan hasilnya sangat memuaskan.28

Buku ini dikarang oleh beliau untuk memenuhi kekebutuhan Kaum

Muslimin terhadap pengetahuan kaidah-kaidah Bahasa Arab. Sebagaimana

dalam pembukaan dalam bukunya beliau mengungkapkan ―Maka

sesungguhnya kebutuhan Kaum Muslim kepada mengetahui kaidah-kaidah

Bahasa Arab sangat diperlukan sekali yang bisa menjadi sebab seseorang

mampu untuk memahami Al-Qur‘an dan As-Sunnah.‖29

Buku Al-Muyassar Fi ‗Ilmin Nahwi adalah merupakan rangkuman

Ilmu Nahwu yang mengadaptasi metode praktis sehingga mudah dipahami

para pemula, namun tidak juga terlalu enteng untuk pelajar tingkat lanjut.

Buku ini disusun oleh KH. Ustadz Aeng Zakaria bin Ahmad Al-Kurkhi,

28
Neng Ulfah Nur Zakiyah, “Metode Pembelajaran Nahwu dengan Kitab Al-Muyassar Fii ‘Ilmin
An-Nahwi Kelas X A Pesantren Persis 109 Kujang Ciamis Tahun ajaran 2015/2016” (Yogyakarta,
Islam Negeri Sunan Kalijaga Jurusan Ilmu Tarbiyah, 2016) hlm. i.
29
Al-Kurkhi Ustadz Aceng Zakaria bin Ahmad, Al-Muyassar Fii ’Ilmin Nahwi (Garut: Ibn Azka Press,
2021) hlm. i.

28
Buku ini terdiri dari tiga jilid dan ditulis menggunanakan Bahasa Arab,

namun buku Al-Muyassar Fi ‗Ilmin Nahwi yang peneliti teliti dalam

penelitian ini hanyalah buku Al-Muyassar Fi ‗Ilmin Nahwi jilid satu saja,

dikarenakan hanya buku jilid satu ini yang digunakan dalam pembelajaran

remedial Bahasa Arab di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an Amuntai.

Gambar 1.0
Kitab Al-Muyassar Fi ‗Ilmin Nahwi Jilid 1

C. Kajian tentang Pemahaman Kaidah Nahwu

1. Pemahaman

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, pemahaman adalah

sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.

Pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seseorang

mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan,

memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberi contoh,

menuliskan kembali, dan memperkirakan.

Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar, dikatakan

demikian karena untuk menuju ke sebuah pemahaman perlu diikuti

dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan,

29
dan cara memahami. Pemahaman adalah tingkat kemampuan

seseorang yang mampu menangkap makna, arti dari suatu konsep,

situasi serta fakta yang diketahuinya. Kemampuan seseorang dalam

upaya memahami, menalar, memecahkan suatu masalah serta

mengolah informasi merupakan hal pokok dalam kemampuan kognitif.

Kemampuan kognitif sendiri merupakan mengandung arti kegiatan

mental yang terkait dengan proses memperoleh, memahami,

menyimpan, memunculkan kembali dan memanfaatkan informasi

tersebut sebagai dasar dalam menjawab suatu permasalahan.

Selanjutnya, pemahaman seseorang terhadap suatu subjek pengetahuan

mendukung penalaran, pemecahan masalah dan pengambilan

keputusan secara efektif.

Krech Crutchfield, and Ballachey mengemukakan bahwa

pemahaman adalah pengetahuan yang diorganisasikan secara efektif

dari sejumlah fakta, informasi serta prinsip-prinsip yang dimiliki yang

diperoleh dari hasil proses belajar dan pengalaman. Ada tiga tipe

pemahaman, yaitu (1) pemahaman mengenal adanya sesuatu, (2)

pemahaman teknis, yang meliputi informasi yang diperlukan mengenai

cara menggunakannya, serta (3) pemahaman prinsip, berkenaan

dengan prinsip-prinsip dan berfungsinya objek-objek yang dimaksud.

(narasi dan literasi dalam pemahaman gerakan radikalisme konsep

dan.... hlm. 42) Sedangkan menurut Yusuf Anas, yang dimaksud

dengan pemahaman adalah kemampuan untuk menggunakan

30
pengetahuan yang telah diingat lebih kurang sama dengan yang sudah

diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya.30

Richard Skemp (1976) menyatakan dalam artikel ―Relational and

Instrumental Understanding‖ menjelaskan pengkategorian pemahaman

menjadi dua macam yaitu pemahaman relasional dan pemahaman

instrumental. Pemahaman relasional didefinisikan sebagai ―knowing

what to do and why‖ dan pemahaman instrumentaldidefinisikan

sebagai ―rules without reason‖. Selanjutnya Skemp merevisi

pengkategorian dan definisi tersebut dengan menambah pemahaman

formal, di samping pemahaman relasional dan pemahaman

instrumental. Skemp mendefinisikan ―Instrumental understanding is

the ability to apply an apropriate remembered rule to the solution of

problem without knowing why the rule works. Relational

understanding is the ability to deduce specific rules or prosedures

from more general mathematical relationships. Formal understanding

is the ability to connect mathematical symbolism and notation with

relevant mathematical ideas and to combine these ideas into chain of

logical reasoning‖.

Skemp juga menyatakan ―to understand something means to

assimilate it into and apropriate schema‖. Jadi, disini dibedakan antara

pemahaman dan memahami sesuatu. Pemahaman dikaitkan dengan

kemampuan (ability)dan memahami sesuatu dikaitkan dengan

30
Ambar Lestari, Narasi dan Literasi dalam Pemahaman Gerakan Radikalisme Konsep dan
Analisis (Raja Grafindo Persada, 2021) hlm. 43-44.

31
―asimilasi‖ dan suatu skema yang cocok ―an appropriate schema‖.

Skema diartikan sebagai kelompok konsep yang saling terhubung.

Pemahaman merupakan suatu fase dalam kegiatan belajar, seperti

yang dinyatakan oleh Hudoyo (1988: 24). Pada fase ini peserta didik

pertama kali menerima stimulus. Stimulus ini masuk ke dalam

peristiwa belajar dan akhirnya informasi (stimulus) itu disimpan dalam

memorinya. Peserta didik harus memperhatikan bagian-bagian dan

keseluruhan stimulus-stimulus yang relevan dengan tujuan belajarnya.

Proses perhatian itu berlangsung di dalam bagian internal yang disebut

sekumpulan kegiatan mental (mental set). Sekumpulan kegiatan mental

itu berfungsi sebagai suatu proses pengaturan, seperti dalam teori

pemrosesan informasi. Berkaitan dengan pemrosesan informasi ini,

maka pemahaman merupakan bagian penting dalam fase belajar.

Pemahaman merupakan salah satu dari enam kategori

pengelompokkan (taksonomi) tujuan pendidikan pada aspek kognitif.

Taksonomi yang dikenal adalah taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom

mengelompokkan tujuan kognitif ke dalam enam kategori yang

mencakup pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

evaluasi. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menjelaskan

pengetahuan/informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.

Dalam hal ini seseorang diharapkan untuk menerjemahkan atau

menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.31

Dari uraian pemahaman di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman

31
Susanto dan Herry Agus, Pemahaman Pemecah Masalah Berdasar Gaya Kognitif (Yogyakarta:
CV Budi Utama, 2015) hlm. 26-27.

32
adalah suatu proses atau perbuatan yang menghasilkan sebuah

kemampuan untuk mengingat atau menjelaskan kembali apa yang

sudah dipelajari melalui stimulus yang telah disimpan dalam otak.

2. Kajian tentang Kaidah Nahwu

Sebelum menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan

kaidah nahwu, terlebih dahulu perlu dicamkan apa yang dimaksud

dengan ―kaidah‖ dan ―nahwu‖.

Kata ―kaidah‖ oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia

diartikan dengan ―Rumusan asas-asas yang menjadi hukum; aturan

tertentu; patokan; dalil (dalam matematika).‖ Dalam bahasa Arab

kata kaidah (‫ قاعدة‬atau qà‟idah) diartikan ―asas‖ atau ―fondasi‖

jika ia dikaitkan dengan bangunan, dan bermakna ―tiang‖ jika

dikaitkan dengan ―lemah‖.32 Pengertian ini sejalan dengan Al-

Ashfihani yang mengatakan bahwa qa‟idah secara kebahasaan

berarti fondasi atau dasar (al-Asfihani, 1961: 409).33

Dalam pengertian istilah, ditemukan beberapa penjelasan.

Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjani (1339-1413) dalam bukunya,

at-Tà‟rifat, menulis, kaidah adalah ‫فضيّت كلّيت هنطبقت على‬

‫ جويع جزئيّتها‬atau ―rumusan bersifat kullity (menyeluruh) yang


mencakup semua bagian-bagiannya‖.

32
M Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tanggerang: Lentera Hati, 2013).
33
Duski Ibrahim, Al-Qawa’id al-Fiqhiyyah (Kaidah-Kaidah Fiqih) (Palembang: Noer Fikri, 2018)
hlm.13.

33
Ada juga yang merumuskannya sebagai ّ ّ‫حكن كل‬
‫ي يتعرف‬

‫ بها على أحكام جزئيّت‬atau ―ketentuan umum yang dengannya


diketahui ketentuan-ketentuan yang menyangkut perincian‖.

Kedua definisi di atas menggarisbawahi bahwa kaidah

mencakup semua bagian-bagiannya. Namun, dalam kenyataan

tidak jarang ditemukan bagian yang menyimpang dari kaidah

umum. Menanggapi kenyataan di atas, ada ulama yang

menegaskan bahwa memang demikianlah sifat kaidah, lebih-lebih

dalam hal-hal yang bersifat teoritis. Kalaupun rumusan

menyangkut pengertian karena mengandung makna bahwa ia

mencakup segala rinciannya, namun secara substansial dan faktual

sejak semula para perumus tidak memaksudkan dari kata kulliy

(menyeluruh) sebagai mencakup segala sesuatu tanpa terkecuali.

Apa yang tidak tercakup itu dinamai syàdz (‫ )شاذ‬oleh pakar-pakar

bahasa yang diartikan ―menyimpang‖ atau ―tidak dicakup‖ oleh

kaidah, baik yang menyimpang itu wujudnya banyak maupun

sedikit.

Dalam hal semacam ini kita tidak dapat berkata bahwa

yang menyimpang atau yang tidak tercakup itu salah. Ia hanya

tidak dicakup oleh kaidah karena kelemahan perumus dalam

merumuskan atau karena jarangnya kasus itu dan bisa juga karena

adanya pertimbangan-pertimbangan makna yang mendorong

dipilihnya sesuatu yang dinilai menyimpang.

34
Para pakar memeras keringat untuk mencari jawabaan atas

setiap hal yang dinilai ―menyimpang‖, lebih-lebih bila berkaitan

dengan ayat-ayat Al-Qur‘an. Salah satu jawaban yang terbaik

dalam kasus ayat QS. al-Ñraf di atas adalah pertimbangan makna,

yakni jika ayat di atas menggunakan kata qarìbatun (qarìbah),

maka yang dekat kepadaa al- muḩsinìn (orang-orang yang mantaap

kebaikannya) hanyalah rahmat Allah. Padahal ayat ini agaknya

bermaksud menjelaskan bahwa Allah, dengan segala anugerah-

Nya, dekat kepada al- muḩsinìn, bukan hanya rahmat-Nya. Hal

semacam ini banyak ditemukan, baik dalam Al-Qur‘an maupun

syair dan ungkapan-ungkapan bahasa Arab.

Melihat dan menyadari kenyataan tentang adanya rincian

yang tidak dicakup oleh rumusan kaidah sebagaimana dicontohkan

di atas maka sementara ulama mendefinisikan ―kaidah‖ sebagai

‫ي ينطبق على هعظن أجزائه‬


ّ ‫ حكن أغلب‬atau ―ketetapan yang
dapat diterapkan pada kebanyakan bagian-bagiannya‖.34

Kaidah (tata Bahasa Arab) dapat diartikan juga sebagai

ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah dalam pembelajaran Bahasa

Arab. Tata Bahasa Arab sering disebut gramatika Arab. (ibid, hlm.

207-208)

Tata Bahasa Arab adalah cabang ilmu Bahasa Arab yang

membahas tentang pembentukan kata maupun pembentukan

kalimat serta kaida-kaidah yang berkaitan dengan pembentukan

34
M Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tanggerang: Lentera Hati, 2013) hlm. 6-8.

35
keduanya. Tata bahasa Arab hanyalah salah satu komponen dari

keseluruhan ilmu-ilmu Bahasa Arab yang ada, sehingga seorang

yang ingin menguasai bahasa Arab harus mempelajarinya dan juga

mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab yang lain.35

Tidak hanya bahasa Arab saja, untuk dapat berbahasa lain

pun kita harus memahami tata bahasa tersebut. Tata bahasa

merupakan kumpulan dari ketetapan umum berdasarkan struktur

bahasa. Tata bahasa adalah cabang ilmu pengetahuan yang

mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa

(Junidiarta, 2017:7). Tata bahasa dikatakan mendasari semua

tingkah laku manusia karena tata bahasa adaalah struktur bahasa

dan prosedur untuk mengungkapkan dan memahami bahasa. Tata

bahasa menurut Djiwandono (2011:130) merupakan sebagaia

bagian dari paparan tentang bahasaa yang berkaitan dengan kata

pada tataran morfologi, dan tentang kalimat pada tataran sintaksis.

Tata bahasa merupakan sistem dari aturan-aturan yang

mempelajari susunan dan hubungan kata-kata dari suatu kalimat.

Mempelajari tata bahasa berarti mengetahui cara bagaimana kata-

kata tersebut terbentuk dan kata-kata tersebut akan mengubah arti

sesuai dengan bentuk yang dipakai. Tata bahasa juga merupakan

suatu himpunan dari patokan-patokan dari struktur bahasa. Struktur

bahasa itu meliputi tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat

35
Imanuddin Sukamto dan Ahmad Munawari, Tata Bahasa Sistematis Pendekatan Baru
Mempelajari Tata Bahasa Arab (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007), h. vii.

36
dan tata makna, dengan kata lain, tata bahasa meliputi bidang-

bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis.36

Adapun ilmu nahwu merupakan salah satu cabang

pengetahuan tradisional Islam terpenting, khususnya terkait dengan

masalah kebahasaan. Nahwu sebagai suatu dissiplin keilmuan

muncul pertama kali pada abad ke-1 H di Bashrah atas prakarsa

Abu Aswad ad-Dualiy. Nahwu merupakan ilmu yang lebih dahulu

muncul dibanding dengan ilmu Bahasa Arab lainnya.

Dalam al-Muqaddimah-nya, Ibnu Khaldun memandang

―Ilmu Nahwu‖ sebagai bagian integral dari seluruh pilar linguistik

Arab (Ulùm al-Lisan al-Arab) yang terdiri dari empat cabang ilmu,

yakni: Ilmu Bahasa („Ilm al-Lughah), Ilmu Nahwu (Ilm al-Nahwu),

Ilmu Bayan (Ilm al-Bayàn), dan Ilmu Sastra („Ilm al-Adab).37

Kata Nahwu adalah bentuk mashdar dari kata ‫نحا – بنحو‬

‫ – نحوا‬yang artinya menuju, arah, sisi, seperti, ukuran, bagian,


kurang lebih, dan tujuan. Sedangkan jika ditinjau dari segi istilah,

ada dua pendapat mengenai Ilmu Nahwu, yaitu pendapat pertama

menurut ulama Mutaqaddimin dan kedua Muta‘akhirin.

Ilmu Nahwu ini selalu membicarakan mengenai penentuan

harakat akhir dan kedudukan setiap kata dalam kalimat bahasa

Arab. Dengan mempelajari ilmu Nahwu, seseorang akan menjadi

lebih mudah membaca dan menentukan dengan benar harakat akhir


36
Muhammad Asip dan dkk., Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD, vol. II (Bandung:
CV Media Sains Indonesia, 2022) hlm.136.
37
Khairi, Modul Pembelajaran Nahwu Tingkat Pemula (Guepedia, 2020) hlm.7.

37
setiap kata dan mampu memahami kedudukan kata dalam kalimat,

baik sebagai fa‟il, maf‟ul, taukid, tamyiz, hal maupun kedudukan

yang lainnya.

Nahwu adalah suatu disiplin ilmu yang hingga kini masih

memiliki daya tarik bagi para pemerhati bahasa Arab.

Kepopuleraan Nahwu sebanding dengan kepopuleran „ilmu al-usul

(kalam), Nahwu merupakan salah satu pengetahuan ilmu bahasa

Arab yang telah dikodifikasi, dengan kata lain telah mencapai

derajat ―nadaj wa ikhtaraqa‖ yang berarti ―pengetahuan yang telah

matang (pengetahuan telah menjadi ilmu)‖, artinya pengetahuan

yang telah terformulasi secara sempurna, memiliki epistemologi

yang jelas dan dapat dikaji secara ilmiah. Dengan klasifikasi

pengetahuan Arab klasik, terutama pada masa abad pertengahan,

pengetahuan dibagi ke dalam tiga kategori; „ilmu al-Nadaj wa

ikhtaraqa, yaitu „ilmu al-usul (kalam) dan al-Nahwu, „ilmu al-

Nadaja qa la ikhtaraqa, yaitu „ilmu al-Fiqh dan al-Hadis.

Kehadiran ilmu Nahwu dalam studi keislaman begitu

memberikan pengaruh yang besar dan sangat membantu dalam

kajian ilmu bahasa Arab, sehingga menjadi pelengkap yang

senantiasa menambah khazanah keilmuan bahasa Arab. Ilmu

Nahwu ini hadir karena terdapat baanyakl kesalahan dalam

membaca harakat namun masih relatif kecil, dan untuk

menyelamatkan bahasa Arab agar tetap terjaga dari kesalahan

38
penggunaan bahasaa Arab, sejak itu pada abad ke-1 H Abu Aswad

ad-Dua‘ali merintis lahirnya ilmu Nahwu.

Kelompok Mutaqaddimin (ulama terdahulu) yang diwakili

oleh Ibnu Jiniy w. 302 H, menurutnya penegrtian ilmu Nahwu

adalah pedoman dalam memakai bahasa Arab berupa perubahan

i‟rab seperti tatsniah, jamak taksir, idhafah, nashab, tarkib, dan

lain sebagainya agar non-Arab dapat berbicara fasih dengan bahasa

Arab seperti halnya orang Arab asli. Sedangkan menurut ahli

Nahwu Muta‟akhirin yang diwakili oleh Ibnu Malik w. 672 H.

Ibnu Malik mendefinisikan bahwa Nahwu adalah ilmu yang

digunakan untuk mengetahui keadaan akhir suaru lafadz, baik itu

yang mu‟rab ataupun yang mabni. Menurut definisi Nahwu yang

lain, Nahwu yaitu kaidah-kaidah bahasa Arab untuk mengetahui

bentuk kata serta keadaan-keadaan kata tersebut ketika dalam

keadaan mufrad atau ketika sudah murakkab. Termasuk di

dalamnyaa sedikit terdapat pembahasan Sharaf, karena ilmu Sharaf

juga merupakan bagian dari ilmu Nahwu, yang ditekankan kepada

pembahasan bentuk kata dari keadaannya ketika mufrad-nya.

Nahwu juga didefinisikan oleh ahli Nahwu lainnya secara

beragam atau berbeda-bedaa sesuai dengan perspektif yang

digunakan. Para nuhat mendefinisikan bahwa Nahwu sebagai ilmu

yang mempelajari keadaan akhir kata, baik ketika i‟rab (terjadi

perubahan bunyi akhir suatu kata) maupun bina‟ (tidak terjadi

perubahan, statis). Senada dengan definisi tersebut, Nahwu adalah

39
ilmu yang mempelajari perubahan akhir kata sesuai dengan

„awamil (penyebab perubahan) yang ada. Kedua definisi tersebut

cenderungt membatasi bahasan dan penelitian Nahwu pada aspek

bunyi akhir kata (i‟rab)dan ketergantungan perubahan itu pada

„amil.

Secara garis besar, dalam pembahasan ilmu Nahwu

mencakup pembahasan tentang bentuk kata serta keadaan tarkib-

nya ketika belum tersusun, contohnya sigat isim fa‟il mengikuti

wazan ‫فاعل‬, isim tafdhil mengikuti wazan ‫أفعل‬, berikut keadaan-

keadaannya semisal cara membuat kalimah menjadi tasniah,

jamak, tashgir, dan lain-lain. Terdapat juga pembahasan suatu

keadaan kata ketika menjadi fa‟il, atau menjadikan suatu kalimah

itu mu‟anats jika sebelumnya kalimah itu menunjukkan keadaan

mu‟anats.

Secara terminologi, Nahwu banyak didefinisikan oleh para

ulama dan ahli bahasa dengan kalimat yang berbeda. Mayoritas

ulama Nahwu, khususnya ulama terdahu;u (al-Mutaqaddimun),

ilmu Nahwu diartikan sebagai kalimat bahasa Arab yang mengkaji

i‟rab dan bina. Adapun ulama-ulama kontemporer (al-

Muta‟akhiriun), mendefinisikan Nahwu dengan ―al-lafzh al-

maudu‟ bi i‟tibaari haiah at-tarkibiyyah wa ta‟diyatiha

lima‟aaniha al-asliyyah‖ (lafazh atau teori ysng dibuat untuk

mengungkapkan keadaan susunan sebuah kalimat yang dapat

menunjukkan makna asli, yang bertujuan untuk menjaga dari

40
kesalahan dalam penulisan, serta untuk memahami dan

memahamkannya kepada orang lain.38 (Ringkasan Nahwwu Sharaf

Kaarakteristik Kitab Alfiyyah Ibnu Malik, al-‗Imrithiy dan Nazham

al-Maqshud, Adi Holilullah, dkk, Trussmedia Grafika: Bantul:

2019, h. 2-5)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kaidah Nahwu

adalah ilmu yang mempelajari gramatiakal atau kaidah-kaidah

untuk mengetahui jabatan, keadaankata dan bentuk serta harakat

(baris) terakhir dari suatu kalimat. Sehingga dengan demikian,

dapat ditarik kesimpulan bahwa Kaidah Nahwu adalah tata bahasa

Arab yang digunakan dalam pembentukan kata maupun

pembentukan kalimat serta aturan-aturan yang berkaitan dengan

pembentukan keduanya untuk digunakan secara benar dalam

penggunaan berbahasa Arab.

38
Adi Holilullah dan dkk., Ringkasan Nahwu Sharaf Karakteristik Kitab Alfiyyah Ibnu Malik, al-
‘Imrithiy dan Nazham al-Maqshud (Bantul: Trussmedia Grafika, 2019) hlm.2-5.

41
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian

kuantitatif yang sangat kuat mengukur hubungan sebab akibat. 39 (metode

penelitian kuantitatif teori dan aplikasi bambang prasetyo lina miftahul

jannah, hlm. 158). Metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian

yang berorientasi pada data empiris berupa angka atau suatu fakta yang

bisa dihitung. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis dan bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang ditetapkan.40 (Sugiyono, Metode Penelitian

Kuntitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung Alfabeta, 2011), h.2 )

Pada penelitian ini menggunakan penelitin eksperimen. Penelitian

eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan. ((metode penelitian pendidikan sugiyono, hlm.

107) Bentuk desain penelitian ini menggunakan pre-eksperimental design

(nondesigns). Dikatakan pre-eksperimental design, karena desain ini

belum merupakan eksperimental sungguh-sungguh. Karena masih terdapat

variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel

39
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi
(Jakarta: Rajawali Press, 2016) hlm.185.
40
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)
(Bandung: Alfabeta, 2018), h. 2.

42
dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu

bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat

terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih

secara random.41 (metode penelitian, hlm. 123) Bentuk pre-eksperimental

design dalam penelitian ini yaitu menggunakan one group pretest-postest

design. Dengan adanya nilai pretest, sebelum diberi perlakuan, peneliti

menginginkan hasil perlakuan dapat diketahui secara lebih akurat, karena

dapat membandingkan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2

Keterangan:

O1 = nilai pretest (sebelum menggunakan Buku Al Muyassar Fii ‗Ilmin

Nahwi)

X = Treatment (Buku Al Muyassar Fii ‗Ilmin Nahwi)

O2 = nilai posttest (setelah menggunakan Buku Al Muyassar Fi ‗Ilmin

Nahwi)

Dengan menggunakan desain itu diharapkan penelitian ini dapat

menunjukkan seberapa berpengaruh penggunaan Buku Al Muyassar Fii

41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)
(Bandung: Alfabeta, 2018 hlm.123).

43
‗Ilmin Nahwi terhadap pemahaman Kaidah Nahwu Mahasiswa

Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an Amuntai = (o1 – o2).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-

benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada

pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.42 (Metode

Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

Hsugiyono, Alfabeta, Bandung, 2018, h.117) Misalnya akan

melakukan penelitian di sekolah X maka sekolah X ini merupakan

populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subjek dan obyek

yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas.

(Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, cetakan ke-25,

Maret 2017), h 80. ) berdasarkan pendapat di atas maka dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

42
Sugiyono. hlm. 80

44
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an yang mengikuti program

remedial bahasa Arab pada tahun 2021 yaitu sebanyak 83 orang yang

terbagi menjadi

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh poplasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diambil dari

populasi harus betul-betul representatif (mewakili).43 . (Metode

Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

Hsugiyono, Alfabeta, Bandung, 2018, h.118) Adapun sampel dalam

penelitian ini adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an

Amuntai pada yang mengikuti remedial Bahasa Arab pada tahun 2021

sebanyak 15 orang. orang.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Ilmu Al-

Qur‘an Amuntai yang terletak di Jl. Rakha Pakapuran, Kecamatan

Amuntai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan

Selatan.

43
Sugiyono. hlm. 118

45
D. Waktu penelitian

Penelitian ini diperkirakan kurang lebih 6 bulan, dimulai sejak

disetujuinya pergantian judul penelitian baru dari ―Efektivitas Penggunaan

Buku Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al Ajurumiyyah dan ‗Imrithy

terhadap kemampuan Nahwu Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran

Amuntai‖, menjadi ―Efektivitas Penggunaan Buku Al-Muyassar Fii ‗Ilmin

Nahwi terhadap pemahaman Kaidah Nahwu Mahasiswa Sekolah Tinggi

Ilmu Al-Qur‘an Amuntai‖ dan meliputi pengumpulan data (studi literatur)

dan analisis data. Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 8 Desember

2022 hingga kurang lebih tanggal 30 Juni 2023.

E. Data dan Sumber Data

1. Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun

angka. Berdasarkan SK Menteri P&K No. 0259/1977, data

didefinisikan sebagai segala fakta dan angka yang dapat dijadikan

bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah

hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.44

(pengantar metode penelitian kuantitatif, hlm. 70)

Data dalam penelitian kuantitatif adalah data yang dapat diinput ke

dalam skala pengukuran statistik. Fakta dan fenomena dalam data ini

tidak dinyatakan dalam bahasa alami, melainkan dalam numerik.45

44
Basuki, Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Media Sains Indonesia, 2021)
hlm.70.
45
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi,
hlm. 197.

46
(metode penelitian kuantitatif, hlm. 197) Dalam penelitian ini data

yang digunakan adalah data nilai post-test dan pre-test mahasiswa

dalam menggunakan Buku Al-Muyassar Fii ‗Ilmin Nahwi pada

program remedial bahasa Arab di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an

Amuntai pada tahun 2021.

2. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek dari

mana data dapat diperoleh.46 (Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian

Pendekatan Praktis, h.172). Dalam penelitian ini, sumber atau tempat

memperoleh data diambil melalui sumber berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber

data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.47 (metode

penelitian kuantitatif, hlm. 71) Data primer dikumpulkan sendiri

oleh peneliti secara langsung dari sumber pertama atau tempat

objek penelitian dilakukan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua

atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan. (metode

penelitian kuantitatif, hlm. 71) Data sekunder ini merupakan data

yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-

buku, literatur dan bacaan yang berkaitan dengan keperluan

penelitian yang peneliti butuhkan.


46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2011)
hlm. 172.
47
Basuki, Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif, hlm. 71.

47
Sumber data dalam penelitian ini meliputi manusia yang

didapatkan dari informan yang mengetahui permasalahan dalam

fokus penelitian meliputi dosen mata pelajaran Nahwu, pengajar

remedial Bahasa Arab, Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an

Amuntai, dan lain-lain. Sedangkan sumber data non manusia

didapatkan dari catatan, dokumen, dan hasil-hasil observasi lainnya

guna menjadi pelengkap penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah tekhnik atau cara-cara yang

dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.48 (metode

penelitian kuantitatif, hlm.186) Teknik pengumpulan data dalam penlitian

kuantitatif dapat dimaknai sebagai kegiatan peneliti dalam upaya

mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menguji

hipotesis dalam penelitian yang dilakukan.49 (metode penelitian

kuantitatif, hlm, 188)

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

wawancara, dan metode dokumentasi.

1. Teknik Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui

pengajuan sejumlah pertanyaan secara lisan kepada subjek yang

diwawancarai. Teknik wawancara dapat pula diartikan sebagai cara

yang dipergunakan untuk mendapatkan data dengan bertanya langsung


48
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi,
hlm. 186.
49
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, hlm. 188.

48
secara bertatap muka dengan responden atau informan yang menjadi

subjek penelitian.50 (pengantar metodologi penelitian, hlm. 75) Dalam

hal ini, peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur. Peneliti

mengajukan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, tetapi

daftar pertanyaan tidak mengikat jalannya wawancara. Artinya

pedoman pertanyaan pokok sudah disusun, akan tetapi berjalannya

fleksibel. Karena wawancara di sini adalah wawancara mendalan untuk

mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya.

Wawancara dilakukan dengan mewawancarai pengajar

remedial Bahasa Arab yaitu Shofia, S.Pd, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu

Al-Qur‘an yaitu Zam-Zam Rasyidi, M.Pd, dan mahasiswa Sekolah

Tinggi Ilmu Al-Qur‘an yang mengikuti program remedial Bahasa Arab

pada tahun 2021.

Adapun langkah-langkah peneliti dalam melakukan kegiatan

wawancara, meliputi: 1) memutuskan obyek atau pelaku yang akan di

wawancara, 2) melakukan persiapan terhadap bahan atau materi yang

akan menjadi bahasan dalam topik wawancara, 3) mengawali alur

pembicaraan dalam wawancara, 4) melaksanakan kegiatan wawancara,

5) mengkonfirmasi atau memastikan hasil jawaban wawancara, 6)

menuliskan hasil wawancara untuk diadakannya tindak lanjut dalam

penelitian.

2. Teknik Dokumenter

50
Basuki, Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif, hlm. 75.

49
Teknik dokumenter atau disebut juga teknik dokumentasi

merupakan tekhnik pengumpulan data penelitian melalui sejumlah

dokumen (informasi yang didokumentasikan) berupa dokumen tertulis

maupun dokumen terekam. Metode dokumentasi ini bertujuan untuk

mendapatkan data tentang lokasi dan kondisi Sekolah Tinggi Ilmu Al-

Qur‘an Amuntai, keadaan pengajar, mahasiswa, serta pengambilan

beberapa data yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun data primer

yang diperlukan meliputi dokumen pembelajaran remdial Bahasa

Arab dengan menggunakan Buku Al-Muyassar Fi ‗Ilmin Nahwi dan

data sekunder, yang meliputi catatan, atau arsip, serta dokumen lain

yang mendukung penelitian.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data pada kegiatan penelitian, gunanya untuk untuk

mempermudah jalannya kegiatan tersebut dan menjadi lebih sistematis.51

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan soal essay 5 butir soal untuk

mengukur hasil belajar mahasiswa sebelum dan sesudah menggunakan

Buku Al-Muyassar Fii ‗Ilmin Nahwi dalam program remedial bahasa Arab

di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an Amuntai . Adapun pedoman penskoran

seperti pada tabel berikut ini.

TABEL 1.2 PEDOMAN PENSKORAN INSTRUMEN TES

51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), 2018,
hlm. 76.

50
Jenis Soal Bobot Soal Jumlah Soal Skor Maksimal

Uraian

Essay 1 20 6 100

2 20

3 15

4 15

5 15

6 15

Skor Total Maksimal 100

Skor perolehan

Nilai akhir= x100

Skor maksimal

Skor yang diperoleh mahasiswa kemudian diinterpretasi menjadi

nilai akhir menggunakan kriteria yang dimodifikasi oleh Daryanto.52

Tabel 1.3 Pedoman Interpretasi Tes

Nilai Kualifikasi

0-70 Tidak Tuntas

70-100 Tuntas

H. Tekhnik Analisis Data

52
Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rieneka Cipta, 2010) hlm. 221.

51
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang

lain.53 Analisis data dalam penelitian ini adalah menampilkan data

mengenai penggunaan Buku Al-Muyassar Fi ‗Ilmin Nahwi terhadap

pemahaman kaidah nahwu mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur‘an

Amuntai, terhadap kelas eksperimen dengan membandingkan hasil pretest

dan postest.

Setelah pengumpulan data kemudian dianalisis untuk

menguji hipotesis yang telah digunakan sebelum melakukan penarikan

hipotesis dilakukan uji normalitas dengan meenggunakan SPSS versi 22

untuk mengetahui bahwa data berdistribusikan normal sehingga bisa

mewakili suatu populasi. Setelah data dinyatakan berdistribusikan normal

maka langkah selanjutnya dilakukan Uji T yaitu Uji T Paired Samples T

Test. Data dinyatakan berbeda apabila sig>0,05 maka Ho diterima.

Apabila sig <0,05 maka Ho ditolak.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimakssudkan untuk memperlihatkan bahwa

data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji

normalitas ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Dasar

53
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), 2018,
hlm. 335.

52
pengambilan keputusan dalam uji normalitas ini yaitu jika signifikan

yang diperoleh > 0,05 maka data sampel dari populasi tersebut

berdistribusi normal, sebaliknya jika signifikan yang diperroleh < 0,05

maka data sampel dari populasi tersebut tidak berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua

variabel atau lebih yang diuji meempunyai hubungan yang linear atau

tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai persyarat

dalam analisis korelasi atau regresi linear. Dasar pengambilan

keputusan dalam uji linearitas adalah:

a. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka hubungan antara variabel (X)

dengan (Y) adalah linear.

3. Jika nilai probablitas < 0,05 maka hubungan antara variabel (X)

dengan variabel (Y) adalah tidak linear.

4. Uji Paired Sample T Test

Uji paired sample t-test digunakan apabila data

berdistribusi normal. Paired sample t-test merupakan salah satu

metode pengujian yang digunakan untuk mengkaji keefektifan

perlakuan, ditandi adanya perbedaan rata-rata sebelum dan rata-rata

sesudah diberikan perlakuan. Dasar pengambilan keputusan untuk

menerima atau menolak Ho pada uji paired sample t-test adalah

sebagai berikut:

a. Jika probabilitas (Asymp.Sig) <0,05 maka Ho diterima.

53
b. Jika probabilitas (Asymp.Sig) >0,05 maka Ho diterima dan Ha

ditolak.

54
DAFTAR PUSTAKA

Anggraina, L., Drai, D., & Yuslianti. (2018). Efektivitas

Rehabilitas Pecandu Narkotika serta Pengaruhnya

Terhadap Tingkat Kejahatan di Indonesia. Ponorogo:

Uwais Musporaji, hal.14.

D.F, E. (1992). Knowledge and Power in Morocco: The Education

of a Twentieh-Century Notable. princeton: Princeton

University Press, p. 56. morocco: Princeton.

Fadhillah, H. (2020). Efektivitas Metode Amtsilati dalam

Meningkatkan Kemampuan Santri Membaca Kitab Kuning

di Pondok Pesantren PPAI Annahdliyah Karangploso

Malang (Nilai Pendidikan Agama setelah

Pengaplikasiannya). Tanggerang: Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim.

Rahmawati, E. (2019). Efektivitas Penggunaan Aplikasi I-Waris

Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Waris Peserta

Didik Kelas XI di MAN 1 Bandar Lampung. Skripsi:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Razin, A., & Razin, U. (2014). Ilmu Nahwu untuk Pemula. Jakarta

Barat: Pustaka BISA.

55
Wahyu Dwi Aryani, Y. (2009). Efektivitas Penggunaan Media

Pembelajaran Terhadap Peningkatan Hasil Belajar

Geografi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Semarang.

Semarang: Skripsi.

Huda. Chafidz Choirul . Efektivitas Metode Suggestopedia Dalam

Meningkatkan Pemahaman Vocabulary Bahasa Inggris

Kelas V-A SDN Bulak Rukem II Surabaya. Institut Agama

Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Tarbiyah Jurusan

PGMI, 2011.

Razin, Abu. Ilmu Sharaf untuk Pemula (Dilengkapi dengan Rumus

Sakti untuk Memahami Perubahan Kata (Morfologi)

Bahasa Arab. Jakarta: Maktabah Bisa, 2017.

Holilullah, Adi & dkk. Ringkasan Nahwu Sharaf Karakteristik

Kitab Alfiyyah Ibnu Malik, al-„Imrithiy dan Nazham al-

Maqshud. Bantul: Trussmedia Grafika, 2019.

Alburrahim. Pengantar Bahasa Indonesia untuk Akademik.

Bojonegoro: CV. Madza Media, 2019.

56
Al-Fakihi, Abdullah bin Ahmad. Al-Fawaqih al-Janiyah Syarah

Mutammimah al-AJurumiyyah. Surabaya: Darun Nashr,

1681.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Arindya, Raditya. Efektivitas organisasi tata kelola minyak dan

gas bumi. Surabaya: Media Sahabat Cendekia, 2019.

Prasetyo, Bambang & Jannah., Lina Miftahul. Metode Penelitian

Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press,

2016.

Basuki. Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Media

Sains Indonesia, 2021.

Daryanto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta, 2010.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ―Kamus Besar Bahasa

Indonesia,‖ 811. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

———. ―kamus besar bahasa Indonesia,‖ 374. Jakarta: Balai

Pustaka, 2003.

Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikomologi Belajar. Jakarta: Rineka

Cipta, 2002.

57
Hermawan, Acep. Metode Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Ibrahim, Duski. Al-Qawa‟id al-Fiqhiyyah (Kaidah-Kaidah Fiqih).

Palembang: Noer Fikri, 2018.

Ilham & Yunita, Dian Indri. Efektivitas Kebijakan “Belajar

Daring” Masa Pandemi Covid-19 di Papua. Banyumas:

Wawasan Ilmu, 2022.

———. Efektivitas Kebijakan “Belajar Daring” Masa Pandemi

Covid-19 di Papua. Banyumas: Wawasan Ilmu, 2022.

Ilmi. Bahasa Arab Dasar. Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020.

Imanuddin Sukamto dan Ahmad Munawari. Tata Bahasa

Sistematis Pendekatan Baru Mempelajari Tata Bahasa

Arab. Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007.

Khairi. Modul Pembelajaran Nahwu Tingkat Pemula. Guepedia,

2020.

Komaruddin dan Kelly Munajar. ―Pengaruh Metode Hatulistiwa

(Hafal Tulis Teliti Warnai) dalam Meningkatkan

Pemahaman Nahwu dan Shorof (di SMK Daarut Tauhiid

Bandung).‖ Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Nusantara, 2017.

58
Lestari, Ambar. Narasi dan Literasi dalam Pemahaman Gerakan

Radikalisme Konsep dan Analisis. Raja Grafindo Persada,

2021.

Lysa Anggraini dan Dan Dra. Efektivitas Rehabilitas Pecandu

Narkotika serta Pengaruhnya terhadap Tingkat Kejahatan

di Indonesia. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018.

Maliani. ―Pengaruh Program Remedial Terhadap Kemampuan Tata

Bahasa Arab Mahasiswa STIQ Amuntai.‖ Sekolah Tinggi

Ilmu Al-Qur‘an, 2018.

Malmambessy, Moses. ―Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan,

dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja

Pegawai Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua.‖

Trisakti, 2012.

Muallif, A. ―Metodologi Pembelajaran Ilmu Nahwu dalam

Pendidikan Bahasa Arab.‖ Islam Kuantan Singingi Fakultas

Tarbiyah, 2019.

Muhammad Asip, dan dkk. Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di SD. Vol. II. Bandung: CV Media Sains

Indonesia, 2022.

Munir. Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa Arab. Jakarta: Kencana, 2016.

Malmambessy, Moses. Analisis Pengaruh Pendidikan Terhadap Produktivitas Kerja

Pegawai Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua. Universitas Trisakti, 2012.

59
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikomologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Alburrahim. Pengantar Bahasa Indonesia untuk Akademik. Bojonegoro: CV. Madza

Media, 2019.

Hermawan, Acep. Metode Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011.

Munir. Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa Arab. Jakarta: Kencana, 2016.

Muallif, A. Metodologi Pembelajaran Ilmu Nahwu dalam Pendidikan

Bahasa Arab. Universitas Islam Kuantan Singingi, 2019.

Quraish Shihab, M. Kaidah Tafsir. Tanggerang: Lentera Hati,

2013.

———. Kaidah Tafsir. Tanggerang: Lentera Hati, 2013.

Rasyidi, Zam-Zam. Sejarah Singkat Program Remedial Bahasa

Arab, 14 Desember 2022.

Rosiana. Menulis PTK. Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019.

Sari, Ade Risna. Efektivitas Peran Kelurahan dalam Pelayanan

Administrasi Kependudukan. Jawa Tengah: Penerbit NEM,

2021.

Silverius, Suke. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta:

Grasindo, 1991.

60
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta, 2018.

———. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta, 2018.

Susanto dan Herry Agus. Pemahaman Pemecah Masalah Berdasar

Gaya Kognitif. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015.

Syahdianor, Sapatra. ―Efektivitas Metode WAFA Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran (Hukum

Bacaan Nun Sukun) Siswa MIN 1 Balangan).‖ Sekolah

Tinggi Ilmu Al-Qur‘an, 2019.

Neng, Ulfah Nur Zakiyah . Metode Pembelajaran Nahwu dengan

Kitab Al-Muyassar Fii „Ilmin An-Nahwi Kelas X A

Pesantren Persis 109 Kujang Ciamis Tahun ajaran

2015/2016. Islam Negeri Sunan Kalijaga Jurusan Ilmu

Tarbiyah, 2016.

Al-Kurkhi, Ustadz Aceng Zakaria bin Ahmad Al-Muyassar Fii

‟Ilmin Nahwi. Garut: Ibn Azka Press, 2021.

Warson Munawir, Ahmad. Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia.

Surabaya: Pustaka Progresif, 2022.

Zuhairi & dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah STAI Jurai Siwo

Metro. Jakarta: Rajawali Press, 2015.

61
62

Anda mungkin juga menyukai