Anda di halaman 1dari 18

EFEKTIVITAS APLIKASI (FUN EASY LEARNING) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA


DI MTs NEGERI 1 PANDEGLANG

(Penelitian Eksperimen Pada Siswa Kelas VII)

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Skripsi

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

ALDI FACHRUL PRAYOGO

NIM: 181220045

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN


1443 H/ 2022 M

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat kehadirat, Rahmat dan
Karunia Nya kepada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian dengan judul, “Efektivitas Aplikasi Fun Easy Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berbicara di MTs Negeri 1 Pandeglang”
Proposal ini telah disusun sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan oleh
Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten.
Peneliti menyadari jika dalam penyusunan proposal penelitian ini tidak
terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dina Indriana selaku ketua jurusan pendidikan bahasa arab
2. Bapak Ubaidillah
3. Ibu Yuyun selaku Dosen Pembimbing.
4. Bapak Rosadi
5. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril maupun
materiil dalam proses menyusun proposal ini
Harapan peneliti, proposal ini selain untuk pemenuhan tugas mata kuliah
Skripsi juga dapat menjadikan sumber wawasan, khususnya untuk diri sendiri dan
pembaca. Peneliti menyadari proposal yang telah disusun mungkin terdapat
beberapa kekurangan di mana datang dari keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman yang dimiliki. Hingga peneliti berharap, saran serta kritik
membangun dari pembaca sangat dibutuhkan demi kesempurnaan proposal ini.

Serang, Februari 2022


Peneliti

BAB I
A. Latar Belakang Penelitian
Belajar merupakan upaya yang dilakukan setiap orang untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,
kemampuan, baik berupa sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari
berbagai materi yang telah ia pelajari. Ada beberapa macam jenis
pembelajaran, satu diantaranya adalah kegiatan belajar pembelajaran bahasa
Arab. Dalam proses pembelajaran bahasa Arab, baik siswa maupun guru
memiliki masalah masing-masing mengenai proses pembelajaran yang efektif
dan kondusif, banyak proses pembelajaran yang telah mengikuti tuntunan
metode yang baik dan benar, namun proses pembelajaran tetap berjalan
membosankan. Trianto mengatakan bahwa pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.1
Keterampilan berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan yang
harus dicapai untuk menguasai bahasa Arab. Proses belajar berbicara bahasa
asing akan mudah jika pembicara secara aktif terlibat dalam upaya
berkomunikasi. 2 Adapun kemampuan berbicara harus dikuasai oleh siswa yang
mempelajari bahasa arab, salah satunya yaitu siswa kelas VII Sekolah

Menengah Pertama, sebagaimana telah diatur oleh Kementrian Agama melalui

Keputusan Menteri Agama (KMA) nomor 183 tahun 2019 standar kompetensi
dasar bagi siswa kelas VII pada semester genap salah satunya yaitu pada KD
nomor 4.7 siswa mampu mendemonstrasikan tindak tutur memberi dan
meminta informasi terkait dengan tempat tinggal (lokasi dan nomor rumah)
dengan menggunakan kata tanya (‫كم‬-‫ )م@@ا‬baik secara lisan maupun tulisan.
Kemudian pada KD 4.8 menyajikan hasil analisis gagasan dari teks sederhana

1
Norma Dewi Shalikhah, Ardhin Primadewi & Muis Sad Iman, “media pembelajaran interaktif
lectora inspire sebagai inovasi pembelajaran”, jurnal warta lpm, Vol. 20, No. 1, (Maret 2017), 10
2
Rizqi Ilyasa Aghni, “fungsi dan jenis media pembelajaran dalam pembelajaran akuntansi”, Jurnal
Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, No. 1, (2018), 99.
yang berkaitan dengan tema ‫ العنوان‬dengan memperhatikan bentuk, makna dan
fungsi dari susunan gramatikal 100-1 ‫األرقام‬3
Menurut Association of education communication technology (AECT),
media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk proses
penyampaian pesan. Media dalam proses pembelajaran merupakan perantara
atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan, merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan sehingga terlibat dalam pembelajaran. 4

Pembelajaran berbasis teknologi disebut Technology enhanced learning (TEL)


adalah terminologi yang digunakan untuk merujuk pada manfaat pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran dan pengajaran. TEL
adalah pembelajaran berbasis teknologi dan sistem instruksional di mana siswa
memperoleh keterampilan dan pengetahuan.5
Aplikasi fun easy learning adalah salah satu aplikasi yang merupakan
media elektronik yang di dalamnya terdapat fitur-fitur permainan kata yang
dapat merangsang motivasi dan pemahaman dalam mempelajari bahasa Arab.
Dibandingkan dengan aplikasi yang lain, fun easy learn didesain dalam bentuk
game edukasi yang menarik dan di dalamnya terdapat banyak permainan
seperti mencocokan kata, melengkapi kata dan lain-lain yang dapat membuat
semua alat indra pembelajar bergerak, sehingga membantu pembelajar belajar
bahasa secara mudah dan nyaman guna mempermudah pembelajar dalam
meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Arab.
Menurut studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di MTs Negeri
1 Pandeglang melalui proses wawancara kepada salah satu guru mata pelajaran
bahasa arab yang mengajar di kelas VII, terdapat beberapa permasalahan dalam
proses pembelajaran bahasa arab, di antaranya nilai bahasa arab siswa kelas
VII yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, guru juga
menyampaikan permasalahannya yaitu sulitnya siswa menyerap materi yang
disampaikan guru. Peneliti merasa tertarik mengangkat judul Efektivitas
3
Faruq Bahrudin, Bahasa arab kelas VII Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Kemenag, 2020), 79.
4
Shalikhah, Primadewi & Iman, “media pembelajaran interaktif ” 11.
5
Indra Septian Suprayogi, Andreas Handjoko Permana & Siswoyo, “Pengembangan E-Modul
Berbasis Android untuk Siswa SMA Materi Induksi Elektromagnetik dengan Pendekatan Saintifik”,
Prosiding Seminar Nasional Fisika 6.0, 2020, 137.
Aplikasi Fun Easy Leraning untuk meningkatkan kemampuan berbicara
Bahasa Arab. Peneliti berharap media ini mampu berperan besar dan
mendukung penuh proses dan hasil pembelajaran bahasa arab hingga
memberikan efek positif yang signifikan.
B. Pembatasan masalah
Dari beberapa masalah yang telah teridentifikasi dari latar belakang,
maka peneliti membuat batasan masalah untuk lebih memfokuskan masalah
yang akan diteliti di lapangan. Pembatasan masalahnya adalah:
1. Peneliti memfokuskan penelitian terhadap efektivitas penggunaan aplikasi
Fun Easy Learning
2. Peneliti memfokuskan penelitian di kelas VII MTsN 1 Pandeglang
3. Peneliti akan membatasi penelitian pada kemampuan berbicara bahasa
arab
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah aplikasi Fun Easy
Learning efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara kelas VII MTs
Negeri 1 Pandeglang?
D. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas aplikasi Fun
Easy Learning dalam meningkatkan kemampuan berbicara di kelas VII MTs
Negeri 1 Pandeglang.
E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Untuk peserta didik
Untuk mempermudah siswa dalam menguasai banyak kosakata bahasa
Arab yang menjadi faktor pendukung dalam berbicara bahasa Arab
2. Untuk guru
Memberikan informasi tentang aplikasi yang bisa digunakan sebagai
media pendukung pembelajaran bahasa Arab dengan tujuan agar proses
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
3. Untuk sekolah
Sebagai media tambahan pendukung kegiatan pembelajaran untuk
mendukung tercapainya visi misi sekolah yaitu mencerdaskan anak bangsa
4. Untuk Peneliti
Untuk mengetahui efektivitas aplikasi Fun Easy Learning sebagai media
pendukung pembelajaran bahasa Arab, khususnya dengan tujuan
meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Arab siswa
F. Landasan berfikir
1. Kemampuan Berbicara
Dalam pembelajaran bahasa Arab dikenal empat keterampilan
berbahasa yang harus dimiliki siswa yaitu: keterampilan mendengar
(maharah al-istima’), keterampilan berbicara (maharah al-kalam),
keterampilan membaca (maharah al-qira`ah), keterampilan menulis
(maharah al-kitabah). Menurut Abdul Mu’in bahasa Arab dipelajari karena
dua alasan. Pertama, karena ia bahasa komunikasi yang harus dipelajari
bila kita ingin bergaul dengan pemakai bahasa tersebut. Kedua, karena ia
bahasa agama yang mengharuskan para pemeluknya mempelajarinya
minimal untuk kesempurnaan amal ibadahnya, sebab kitab sucinya
berbahasa Arab.6
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan
memproduksi arus sistem bunyi artikulasi yang bertujuan untuk
menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan dan keinginan pada orang
lain. Pengertian keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan
menyampaikan pesan secara lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa
secara lisan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara praktis bisa
disimak pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata dan kalimat,
sistematika pembicaraan, isi pembicaraan, cara memulai dan mengakhiri
pembicaraan serta penampilan.7
Berbicara adalah dialog bebas yang berlangsung secara spontan
antara pihak tertentu mengenai topik tertentu. Keterampilan berbicara
6
Muspika hendri, “pembelajaran keterampilan berbicara bahasa arab melalui pendekatan
komunikatif”, jurnal kependidikan islam, Vol. 3, No. 2 (Juli-Desember, 2017), 197.
7
Hendri, pembelajaran keterampilan berbicara, 201.
merupakan salah satu keterampilan dalam pembelajaran bahasa Arab yang
harus dicapai dalam sebuah pengajaran. Berbicara merupakan sarana untuk
membina saling pengertian. Kegiatan berbicara dalam pembelajaran dapat
menjadi menarik ataupun sebaliknya, kegiatan berbicara agar menjadi
menarik tergantung kepada guru pengajar
karena apabila pengajar dapat membangun situasi menjadi hidup dan
menggunakan metode yang sesuai maka permasalahan dapat
terselesaikan.8
Dalam setiap bahasa terdapat unsur-unsur yang dapat dilihat secara
terpisah-pisah, meskipun satu sama lain saling berhubungan dengan
erat bahkan menyatu sehingga terbentuk sebuah fenomena yang
bernama bahasa. Performansi dan kemampuan berbahasa juga
bermacam-macam. Ada yang berbentuk lisan dan ada yang berbentuk

tulisan. Ada yang bersifat reseptif (menyimak dan membaca) dan


ada yang bersifat produktif (berbicara dan menulis). Dan telah dijelaskan
pula bahwa pengajaran bahasa di dalamnya terdapat unsur-unsur seperti

tata bunyi, keterampilan berbahasa yang terdiri atas: membaca (al-

Qira:’ah), menulis (al-kita’bah), berbicara (al-Kalam), dan menyimak

(al-Istima:’) untuk melatih dan mengajarkan masing-masing unsur


dan keterampilan tersebut, telah dikembangkan berbagai cara atau teknik.9
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh pengajar dalam
pembelajaran keterampilan berbicara antara lain10
a. Dalam melatih percakapan pengajar harus memberi contoh terlebih
dahulu dengan intonasi dan ekspresi yang benar-benar
menggambarkan pengertian secara tepat.

8
Riza Khumairoh, “analisis hubungan latar belakang pendidikan dengan kemampuan berbicara
bahasa arab siswa kelas x man 2 kota malang”, Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1, 2020, 43-
44.
9
Darwati Nalole, “Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Maharah al-kalam) Melalui Metode
Muhadtsah dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, Al-Minhaj: JurnalPendidikan Islam, Vol.1, No.1,
(2018), 134
10
Hendri, pembelajaran keterampilan berbicara, 203.
b. Dalam percakapan bebas hendaknya pengajar memberikan perhatian
khusus kepada siswa yang pemalu, berikan dorongan kepada siswa
untuk tampil berbicara.
c. Dalam mengikuti percakapan atau pembicaraan siswa, sebaiknya
pengajar bersabar untuk tidak terburu-buru memberikan pembetulan
setiap kali siswa berbuat kesalahan.
d. Susunan kelas hendaknya dirubah sedemikian rupa sehingga
memungkinkan partisipasi seluruh anggota kelas dalam kegiatan
pembelajaran.
e. Asas pembelajaran keefektifan berbicara mencakup unsur-unsur
kebahasaan dan non kebahasaan yang secara rinci dicantmkan dalam
penilaian.

Ahmad Fuad Effendi menjabarkan model latihan-latihan berbicara11,


antara lain:
a. Latihan Asosiasi dan Identifikasi
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih spontanitas santri dan
kecepatannya dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran
yang didengarnya. Bentuk latihannya yaitu:
1) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang ada
hubungannya dengan kata tersebut.
2) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang tidak ada
hubungannya dengan kata tersebut.
3) Guru menyebut satu kata benda, siswa menyebut kata sifat yang
sesuai.
4) Guru menyebut suatu kata kerja, siswa menyebut pelaku.
5) Guru menyebut satu kata kerja, siswa 1 menyebutkannya yang
cocok, 2 siswa melengkapinya dengan sebuah frasa dan 3 siswa
mengucapkan kalimat yang disusun bersama.

11
Syarifuddin Hasyim, “keefektifan pembelajaran mufradat untuk meningkatkan kemahiran
berbicara bahasa arab santri dayah di kota banda aceh”, lisanuna: jurnal ilmu bahasa arab dan
pembelajarannya, vol. 5, N0. 1 (2016), 150-153.
6) Guru menulis di papan tulis beberapa kategori/jenis benda, siswa
diminta mengingatnya. Beberapa saat kemudian tulisan dihapus.
Kemudian guru menyebut satu kata benda dan siswa menyebut
sejenis benda tersebut.
7) Guru atau salah satu seorang siswa menulis satu kata (secara
rahasia). Kemudian siswa satu persatu mengajukan pertanyaan
untuk dapat menebak kata yang ditulis.
b. Latihan Pola Kalimat
Pembahasan menyangkut dengan teknik pengajaran
qawaid/struktur telah diuraikan berbagai macam model latihan, yang
secara garis besar dapat dibagikan dalam tiga jenis:
1) Latihan manipulative
2) Latihan bermakna
3) Latihan komunikatif
c. Latihan Percakapan
Latihan percakapan diawali dengan mengambil topik tentang
kehidupan sehari-hari atau kegiatan yang dekat dengan kehidupan
siswa. Dalam latihan ini tidak hanya aspek-aspek kebahasaan saja
yang diperhatikan, tetapi juga aspek-aspek sosial budaya, seperti
sopan santun, gerak gerik serta perilaku dalam bercakap-cakap.
Diantara model-model latihan percakapan yaitu:
1) Tanya jawab
2) Menghafal dialog
3) Percakapan terpimpin
4) Percakapan bebas
d. Bercerita
Bercerita mungkin salah satu kegiatan yang menyenangkan.
Tapi yang mendapat tugas cerita, kadang kala merupakan siksaan
karena barangkali siswa tidak tidak memiliki gambaran apa yang akan
diceritakan. Oleh karena itu guru hendaknya membantu siswa dalam
menemukan topik cerita. Guru juga harus membekali sejumlah
mufradat yang dibutuhkan.
e. Diskusi
Ada beberapa model diskusi yang dapat dipakai dalam latihan
berbicara, antara lain:
1) Diskusi kelas dua kelompok berhadapan
2) Diskusi kelas bebas
3) Diskusi kelompok
4) Diskusi panel Semua diskusi ini harus dibekali terlebih dahulu
dengan kosa kata yang memadai, di samping itu guru harus
menambahkan atau mengembangkan mufradat ketika diskusi
berjalan.
f. Wawancara
1) Persiapan wawancara
Sebelum kegiatan dilaksanakan, pihak-pihak yang akan
diwawancarai sudah mempersiapkan pokok masalah yang akan
dibicarakan. Pewawancara dalam hal ini harus mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada sasaran informasi
yang sudah direncanakan. Dalam hal ini guru berkewajiban
membimbing ke arah pemakaian kalimat singkat dan tepat, di
samping unsur-unsur keefektifan lainnya.
2) Bentuk wawancara
Kegiatan wawancara ini dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu:
a) Wawancara dengan tamu Dalam hal ini guru sengaja menghadirkan
seseorang ke dalam kelas untuk diwawancarai oleh para siswa.
b) Wawancara dengan teman kelas Dalam kegiatan ini, sebagian
siswa mewawancarai yang lain. Untuk pembelajaran wawancara,
selain mempersiapkan topik yang diwawancarai guru juga harus
membekali siswa dengan mufradat yang memadai.
g. Drama
Drama merupakan kegiatan yang mengandung unsur-unsur rekreasi karena
seni ini menyenangkan. Persiapan-persiapan yang harus dilakukan
sebelum kegiatan dilaksanakan adalah:
a) Memilih naskah, dengan cara mencuplik bagian atau fragmen
sandiwara yang sudah tertulis, yang dialognya dianggap baik
sebagai alat untuk mengajarkan kemampuan berbicara.
b) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan beberapa hari
sebelum penampilan. Pemilihan naskah drama harus disesuaikan
dengan kemampuan siswa dalam penguasaan mufaradat dan
kesulitan memahami teks.
h. Pidato
Kegiatan ini hendaknya dilakukan setelah siswa mempunyai
cukup pengalaman dalam berbagai kegiatan berbicara yang lain
seperti percakapan, bercerita, wawancara, diskusi, dan lain-lain. Hal
ini perlu karena kegiatan berpidato ini sifatnya selalu resmi dan
membutuhkan gaya bahasa yang lebih banyak. Oleh karena itu perlu
waktu persiapan yang cukup. Guru penting membekali siswa dalam
berpidato dengan hal-hal yang menyangkut untuk ketertarikan
pendengar berupa mimik, gaya bahasa, kosa kata dan kalimat yang
dipilih.
2. Media pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti “tengah, perantara atau pengantar”. Dalam bahasa Arab, media
adalah () atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.12
Gerlach & Ely13 memberikan penjelasan tentang media secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan,
atau sikap. Wina sanjaya14 menambahkan terkait definisi media sebagai
12
Muhandis Azzuhri, “Metode dan Media Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Internet di Era
Teknologi Informasi”, Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, Vol. 14, No.3, (September
2009), 8.
13
Aghni, fungsi dan jenis media pembelajaran, 99.
14
Aghni, fungsi dan media pembelajaran, 100.
perantara dari sumber informasi ke penerima informasi. Dari beberapa
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah perantara baik
berupa manusia, materi atau kejadian yang membantu membangun kondisi
yang dapat membantu membuat peserta didik mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Sutirman15 menyatakan bahwa media pembelajaran dikatakan
sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis, yang dapat digunakan
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal. Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
minat siswa, sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada
diri siswa.
Media terbagi menjadi tiga dilihat dari sifatnya, antara lain media
auditive, media visual, dan media audiovisual. Dalam penelitian ini,
penulis akan menyampaikan penjelasan sebatas media visual. Media visual
adalah media yang hanya bisa dilihat dan tidak ada elemen suara di
dalamnya. Dalam proses pembelajaran bahasa Arab, ada berbagai media
yang dapat digunakan, seperti komputer, hasil rekaman dalam Compact
Disk (CD), media gambar dan lain sebagainya. Setiap media yang
digunakan tentunya memiliki karakteristiknya tersendiri dan dapat
memengaruhi proses pembelajaran siswa khususnya pada materi bahasa
Arab.16
Sedangkan Azhar Arsyad17 berpendapat bahwa media
pembelajaran terbagi menjadi empat macam, yaitu media cetak, media
hasil teknologi audio visual, media hasil teknologi komputer, dan media
hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Levie & Lents18
sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad mengemukakan empat fungsi

15
Shalikhah, Primadewi & Iman, media pembelajaran interaktif, 11.
16
Thufeyl Vandayo & Danial Hilmi, “Implementasi Pemanfaatan Media Visual Untuk Keterampilan
Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Arab”, Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah, Vol. 5, No. 2 ,
(Desember 2020), 221.
17
Shalikhah, Primadewi & Iman, media pembelajaran interaktif, 11.
18
Aghni, fungsi dan jenis pembelajaran, 100-101.
media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi
afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi yaitu
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan visual yang ditampilkan atau bisa berupa
teks materi pelajaran.
Media terbagi menjadi tiga dilihat dari sifatnya, antara lain media
auditive, media visual, dan media audiovisual. Dalam penelitian ini,
penulis akan menyampaikan penjelasan sebatas media visual. Media visual
adalah media yang hanya bisa dilihat dan tidak ada elemen suara di
dalamnya. Dalam proses pembelajaran bahasa Arab, ada berbagai media
yang dapat digunakan, seperti komputer, hasil rekaman dalam Compact
Disk (CD), media gambar dan lain sebagainya. Setiap media yang
digunakan tentunya memiliki karakteristiknya tersendiri dan dapat
memengaruhi proses pembelajaran siswa khususnya pada materi bahasa
Arab.19
3. Aplikasi Fun Easy Learning
Aplikasi Fun Easy Learn adalah permainan kata yang dapat
merangsang motivasi dan pemahaman dalam mempelajari bahasa Arab.
Dibandingkan dengan aplikasi yang lain, fun easy learn didesain dalam
bentuk game edukasi yang menarik dan di dalamnya terdapat banyak
permainan seperti mencocokan kata, melengkapi kata dan lain-lain yang
dapat membuat semua alat indra pembelajar bergerak, sehingga membantu
pembelajar belajar bahasa secara mudah dan nyaman guna mempermudah
pembelajar dalam meningkatkan penguasaan kosa kata bahasa Arab.
Seperti yang dikemukakan Arsyad agar proses pembelajaran berjalan
dengan baik, “pembelajar sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua
alat indranya20

19

20
Irfan Fauzul Haq, skripsi: Efektivitas penggunaan aplikasi fun easy learn bahasa arab berbasis
mobile learning untuk penguasaan kosakata (mufradat) di UKM easa IAIN Purwokerto.
(Purwokerto: belum diterbitkan, 2021), 6.
Penggunaan aplikasi Fun Easy Learning dilakukan secara tatap
muka di kelas menggunakan proyektor. Media gambar atau animasi yang
ditampilkan melalui LCD dapat memfokuskan perhatian mereka kepada
pelajaran yang akan mereka terima. Fungsi afektif yaitu dapat terlihat dari
keterlibatan emosi dan sikap siswa pada saat menyimak tayangan materi
pelajaran yang disertai dengan visualisasi.
Melalui aplikasi Fun Easy Learning, siswa diharapkan aktif dalam
berbicara bahasa Arab ketika proses pembelajaran. Media ini sebagai
media perantara yang mampu mendorong siswa untuk lebih
memperhatikan dan melibatkan diri secara aktif, karena suasana belajar
yang berbeda dari sebelumnya. Media ini bisa menjadi faktor pendorong
bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Arab siswa.
G. Hipotesis penelitian
1. Hipotesis alternatif (Ha)
Adapun hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah aplikasi fun easy
learning efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa MTs
Negeri 1 pandeglang
2. Hipotesis nol (H0)
Adapun hipotesis Nol dalam penelitian ini adalah aplikasi fun easy
learning tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa
MTs Negeri 1 Pandeglang
H. Metode penelitian
Metode merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan, sedangkan penelitian merupakan sarana untuk mencari kebenaran.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, metode penelitian
eksperimental. Tujuan eksperimen adalah menemukan pengaruh antar variabel
dengan menerapkan treatment dan pengendalian yang ketat dalam suatu
kondisi.21 Desain penelitian yang digunakan adalah design pre-eksperiment
one group pre-test-posttest, yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu
21
Delis Nurmilasari, Evi Afiati & Putri Dian Dia Conia, “Teknik Permainan Kelompok untuk
Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosinal Anak”, Journal of Education Counseling, Vol.1,
No.2, (Juni, 2021), 81.
kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Desain ini melibatkan satu
kelompok yang diberi pre-test (O), diberi treatment (X) dan diberi post-test .
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTsN 1
Pandeglang dan jumlah sampel dalam penelitian akan ditentukan sesudah
dilakukan pre-test Karena teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling.

I. Teknik pengumpulan data


1. Kuesioner
Metode kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang
disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.
Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan kepada peneliti.
22
Adapun skala pengukuran yang digunakan dalam kuesioner ini adalah
skala dikotomis
2. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut dapat diamati
oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui
pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indera. Adapun skala
pengukuran yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala dikotomis23
3. Dokumentasi
Adapun peneliti menggunakan dokumentasi berbentuk foto, video dan
rekaman suara yang akan dilampirkan
4. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar
pewawancara dengan responden atau dengan narasumber dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara. Adapun wawancara akan

22
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2013),
23
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2013),
dilakukan kepada salah satu guru mata pelajaran bahasa arab mengenai
efektivitas pembelajaran bahasa arab 24
J. Tempat dan waktu
1. Tempat
Adapun penelitian ini akan dilaksanaan di madrasah tsanawiyah negeri 1
pandeglang jalan raya labuan KM 5.7, Kadulisung, Ds. sukasari, Kec.
Kaduhejo, Kabupaten pandeglang, provinsi banten 42252.
2. Waktu
Adapun waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan pada semester
delapan dan akan dikomunikasikan kembali bersama dengan dosen
pembimbing.
K. Sistematika penelitian

BAB I : pendahuluan yang berisi tentang kata pengantar, latar belakang masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
landasan berfikir, hipotesis, metode penelitian. Sistematika penulisan

BAB II : Analisis Teori tentang efektivitas aplikasi fun easy learning untuk
meningkatkan kemampuan berbicara

BAB III : Metode Penelitian yang berisi tentang letak geografis sekolah, sejarah
berdirinya, waktu penelitian, metode penelitian dan metode pengumpulan data

BAB IV : Pembahasan dan analisa yang meliputi pengaruh penguasaan mufrodat


terhadap kemampuan siswa dalam berbicara bahasa arab

BAB V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

24
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2013),
DAFTAR PUSTAKA

Aghni, R. I. “Fungsi dan Jenis Media Pembelajaran dalam Pembelajaran


Akuntansi”. Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. XVI, Numb. 1 (2018): 98-
107.

Azzuhri, M. “Metode dan Media Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Internet di


Era Teknologi Informasi”. Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan,
Vol. 14, Numb. 3, (2009): 1-13

Bahrudin, F. Bahasa Arab Kelas VII Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Kemenag,


2020.

Hasyim, S. “Keefektifan Pembelajaran Mufradat untuk Meningkatkan Kemahiran


Berbicara Bahasa Arab Santri Dayah di Kota Banda Aceh”. Lisanuna:
Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Pembelajarannya, Vol. 5, Numb. 1 (2016):
144-155

Hendri, M. “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab melalui


Pendekatan Komunikatif”. Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3, Numb. 2
(2017): 196-210

Khumairoh, R. “analisis hubungan latar belakang pendidikan dengan kemampuan


berbicara bahasa arab siswa kelas x man 2 kota malang”.

Nalole, F. “Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Maharah al-kalam)Melalui


Metode Muhadtsah dalam Pembelajaran Bahasa Arab”. Al-Minhaj:
JurnalPendidikan Islam, Vol. 1, Numb. 1 (2018) 129-145.

Nurmilasari, D., Evi, A. & Putri, D. D. C. “Teknik Permainan Kelompok untuk


Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak” Journal of
Education Counseling, Vol. 2, Numb. 1 (2021): 80-89.

Shalikhah, N. D, Ardhin Primadhewi & Muis Sad Iman. “Media Pembelajaran


Interaktif Lectora Inspire sebagai Inovasi pembelajaran”. Jurnal Warta
LPM, Vol. 20, Numb. 1 (2017): 9-16
Suprayogi, I. S., Andreas, H. P & Siswoyo. “Pengembangan E-Modul Berbasis
Android untuk Siswa SMA Materi Induksi Elektromagnetik”

Vandayo, T. & Danial Hilmi, “Implementasi Pemanfaatan Media Visual Untuk


Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Arab”, Tarbiyatuna:
Jurnal Pendidikan Ilmiah, Vol. 5, Numb. 2 , (2020): 217-236.

Anda mungkin juga menyukai