Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
(‫)المقدمة‬

A. Latar Belakang (‫) البحث خلفية‬

Bahasa Arab adalah Bahasa Al-Qur’an, mengingat pentingnya bahasa Arab

sebagai bahasa pemersatu umat sekaligus sebagai syiar penyebar Islam, sahabat

Ali bin Thalib dimasa ke Kholifahannya telah memberikan kontribusi yang luar

biasa khususnya dalam melestarikan dan mengembangkan bahasa Arab, sehingga

terbentuklah panitia (lajnah) khususnya yang di ketui oleh Abu al-Aswad ad-

Du'ali. Tidak sedikit diantara ilmu-ilmu bahasa Arab lahir dikarnakan peran Al-

Qur'an, ilmu yang bisa dirasakan sampai saat ini adalah: ilmu nahwu, ilmu sharf,

ilmu balaghah, ilmu 'arudl, ilmu dalalah, ilmu aswat dan masih banyak lagi.( Dr.

H. Abdurochman, M.Ed, 2017: 7-8 )

Periode bahasa Arab di zaman baru ditandai dengan adanya upaya-upaya

pengembangan dari kaum intelektual Mesir yang dapat dorongan penuh dari

golongan intelektual Eropa yang datang bersamaan dengan serbuan Napoleon.

Periode modern bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa pengantar disekolah dan

perguruan tinggi. Munculnya gerakan menghidupkan warisan budaya lama untuk

tetap dilestarikan sampai sekarang, seperti pengguna kosakata maupun ungkapan

asli yang berasal dari bahasa fusha. Bahasa Arab telah menjadi dunia internasional

sejak tahun 1973. Bahkan United Nation Educational, Scientific and Cultural

Oganizationa (UNESCO) PBB melalui ketetapannya No.3190,telah menetapkan

1
tanggal 18 desember setiap tahunya sebagai hari bahasa Arab International. ( Dr.

H. Abdurochman, M.Ed, 2017: 9-15 )

Dalam pelaksanaannya pemberian pembelajaran Bahasa Arab sekarang ini,

tidak hanya diajarkan di pondok-pondok pesantren saja tetapi sudah

dikembangkan dalam lembaga pendidikan formal. Namum meskipun Bahasa

Arab sudah masuk mata pelajaran tersendiri di sekolah-sekoalah tidaklah mudah

bagii siswa untuk menyerap, memehami, serta menguasai materi Bahasa Arab

yang telah diajarkan. Banyak siswa merasa kesulitan dalam menyerap dan

memahami, apalagi menguasai materi Bahasa Arab yang telah diajarkan gurunya.

Hal ini merupakan tantangan yang harus segera diupayakan pemecahannya.

Peranan guru sangatlah menetukan dalam pemebelajaran Bahasa Arab tersebut.

Dalam pembelajaran Bahasa Aarb hal yang harus diperhatikan, yaitu tujuan

pengajaran Bahasa Arab itu sendiri yaitu siswa mampu mempunyai empat

keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (‫)مه;;;ارة االس;;;تماع‬, keterampilan

berbicara (‫)مهارة الكالم‬, keterampilan membaca(‫ )مهارة القراءة‬, keterampilan menulis (

‫)مهارة الكتابة‬. Keempat keterampilan ini menuntut siswa untuk memilikinya (Syaiful

Mustofa, 2011:3)

Mendengar adalah dimana seseorang memfokuskan fikirannya untuk

memperhatikan lawan bicara, dengan memahami konten (isi) pembicaraannya,

disamping mengadakan analisis, dan bahkan bila perlu mengadakan kritikan.

(Mahmud Isma’il Shini, 1985:109).

Dan keterampilan berbicara adalah kemampuan seseorang untuk

mengucapkan artikulasi bunyi-bunyi atau kata-kata dengan aturan kebahasaan

2
tertentu untuk menyampaikan ide-ide dan perasaan (Aziz Fachrurrazi dan Erta

Mahyuddin, 2011:362).

Keterampilan berbicara ini merupakan hasil dari keterampilan menyimak

yang diulang-ulang dan ditirukan. Mula-mula proses menyimak dan mengulang,

kemudian menirukan orang lain berbicara. Selanjutnya diakhiri dengan

keterampilan berbicara. Oleh karena itu, seorang anak yang lahir di tengah-tengah

pengguna bahasa Arab, akan lancar berbicara dengan bahasa Arab. Walaupun

anak belum mengenal membaca dan menulis, karena dia menyimak orang-orang

di lingkungannya yang berkomunikasi dengan bahasa tersebut.

Keterampilan berbicara (‫ )مهارة الكالم‬siswi kelas VIII MTs Diniyyah Putri

Lampung yang akan diteliti bervariasi, ada yang sudah menguasai maharah kalam

ada pula yang belum menguasai. Karena mereka memiliki latar belakang yang

berbeda, sehingga memunculkan permasalahan pada saat pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan

mengkaji lebih dalam terhadap permasalah tersebut dan dituangkan dalam bentuk

proposal yang berjudul : “Penerapan Metode Index Card Match Untuk

Meningkatkan Keaktifan Berbicara Bahasa Arab Siswi Kelas VIII di MTs

Diniyyah Putri Lampung Tahun Ajaran 2020/2021”.

A. Identifikasi Masalah (‫)نوعية البحث‬

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan, maka peneliti

dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Siswi sulit memahami konsep materi yang disampaikan oleh guru.

3
2. Siswi kurang percaya diri dalam mengikuti ujian bahasa dikarenakan siswi

kesulitan menguasai salah satu komponen bahasa.

3. Siswi mengantuk ketika jam pelajaran Bahasa Arab berlangsung, sehingga

siswa tidak maksimal untuk memahami materi.

4. Minimnya minat belajar Bahasa Arab.

B. Batasan Masalah ( ‫)حدود البحث‬

Agar peneliti ini lebih efektif dan efisien, terarah dan dapat dikaji lebih

mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Fokus permasalahan penelitian

ini adalah :

1. Penerapan metode Index Card Match untuk meningkatkan keaktifan

Berbicara siswi kelas VIII MTs Diniyyah Putri Pesawaran Lampung.

2. Dikarenakan masih rendahnya kemampuan belajar siswa dalam

pelajaran bahasa Arab maka penelitian ini akan membahas pelajaran

tentang .

C. Rumusan Masalah ( ‫)خطة البحث‬

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan metode Index Card Match dapat meningkatkan

keaktifan berbicara bahasa Arab kelas VIII di Diniyyah Putri

Pesawaran Lampung tahun ajaran 2020/2021?

4
2. Bagaimanakah penerapan metode Index Card Match terhadap

keaktifan berbicara bahasa Arab kelas VIII di Diniyyah Putri

Pesawaran Lampung tahun ajaran 2021/2021 ?

D. Tujuan Penelitian (‫)البحثأهدف‬

Tujuan Penelitian

1. Adapun tujuan dari penelitian untuk mengetahui Pengaruh metode

Index Card Match terhadap keaktifan berbicara bahasa Aarab kelas VIII

Siswi di MTs Diniyyah Putri Pesawaran Lampung.

E. Manfaat Penelitian (‫)فوائد البحث‬

1. Secara teoritis yaitu untuk memberi bantuan pemikiran kepada pihak

sekolah MTs Diniyyah Putri tentang Penerapan metode Index Card Match

terhadap mata pelajaran bahasa Arab kelas VIII.

2. Secara praktis yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi guru bahasa Arab

dalam rangka meningkatkan kemahiran berbahasa siswi.

5
BAB II
KAJIAN TEORI

(‫النظرية‬ ‫)الدراسة‬

A. Kajian Teori ( (‫دراسة النظرية‬

1. Tinjauan Tentang Metode

a. Pengertian Metode

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode

instruksional berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi

contoh, dan memberi latihan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu,

tetapi tidak setiap metode instruksional sesuai digunakan untuk mencapai tujuan

instruksional tertentu. (Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd. 2013:8 ).

‫) المصطلح عام‬2009:19 ,‫االطريقة عند (ماهر اسماعيل صبري‬

, ‫يشير الي اجراءت; و الخطوات محدودة يتبعها الفرد عند انجاز مهمة‬

‫ و‬,‫ و طريقة التفكير‬,‫ كطرقة التدريس و طريقة التعليم‬,‫او عمل المحدود‬

‫ الخ‬... ‫طريقة التقويم‬

6
Metode menurut (Mahir Isma’il Shobri, 2009:19) istilah umum yang

mengacu pada tindakan dan langkah spesifik diikuti oleh individu untuk

menyelesaikan tujuan atau tugas tertentu. Sebagai metode pengajaran,dan metode

belajar, dan cara berpikir, serta metode penilaian dan lain-lain.

Metode pembelajaran merupakan cara guru melakukan atau


menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi
latihan isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai
tujuan tertentu. Metode cara guru menjelaskan konsep, fakta,
dan prinsip kepada peserta didik dengan cara pendekatan
pembelajaran berpusat kepada guru (teacher oriented) dan
pembelajaran berpusat kepada pada peserta didik (student
oriented). (Dr. H. Martinis Yamin,M.Pd. 2013:149)
Dalam penelitian perpustakaan metode adalah analisis catatan sejarah, teknik

diantaranya dengan cara merekam dan dengan mencatat, serta menganalisis

konten, merekam dan mendengarkan film, dan analisis.

2. Tinjauan Tentang Metode Index Card Match

Dalam penelitian ini menggunakan metode Index Card Math sebagai landasan

dalam penelitian. Berikut ini adalah penjelasan tentang kajian Index Card Match:

a. Latar Belakang Metode Index Card Match

Metode Index Card Match mula-mula muncul di Amerika Serikat (AS).

Kelahiran tidak terlepas dari konteks social politik Negara itu, yaitu terjadinya

pergolakan perang dunia II. Saat itu AS mengalami kekalahan dalam peperangan,

maka untuk kepentinganpenggalangan kekuatan baru ia sangat membutuhkan

personalia yang lancer berbahasa asing (yang nantinya dapat ditempatkan di

Negara-negara seperti Prancis, Belanda, Cina, dan Negara-negara jajahannya)

yang mampu bekerja sebagai penerjemah, asisten-asisten dalam badan penerjemah

7
dokumen-dokumen, dan pekerja0pekerja lainnya yang memerlukan komunikasi

langsung dengan penduduk setempat (Acep Hermawan, 2011:184).

Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan suatu program yang mampu

mengembangkan kemampuan berbahasa asing secara cepat.Sebagai tindak

lanjutnya pemerintah AS menugaskan beberapa universitas untuk merencankan

program pengajaran bahasa asing untuk para personalia militer yang mempunyai

kemampuan bahasa yang diperlukan.Maka didirikanlah badan yang dinamakan

Army Specialized Tranining Program(ASTP) pada tahun 1942.Tujuan program

ini adalah agar peserta memiliki keterampilan berbicara dalam berbahasa asing.

Oleh kerena itu tujuan ini bukan hal yang lazim di AS pada waktu itu, maka

diperlukan pendekatan dan metode yang lain”lain dari yang lain”, maka

muncullah metode yang dikenal dengan Army Method.Pada mulanya metode ini

ditunjukkan pada kalangan militer, tapi selanjutnya digunakan juga untuk umum.

Metode ini pada dasarnya mengintensifkan prinsip-prinsip pada direct methodatau

metode langsung yang dikembankan oleh Carles Berlitz di Jerman menjelang

abad ke 19. Metode ini mencoba menstimulasikan cara pelajar belajar bahasa

asing. Oleh karena itu penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua dielakkan sama

sekali. Maka pada tahun 1950-an muncullah metode audiolingual. Sejak itulah

Metode Audiolingual sangat populer digunakan dalam pengajaran bahasa asing

(Acep Hermawan, 2011:185).

b. Pengertian Metode Index Card Match

Secara etimologi istilah metodologi berasal dari bahasa Yunan, yakni dari kata

Metodos yang berarti cara atau jalan, dan Logos artinya ilmu. Sedangkan secara

semantik, metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-

8
cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang

efektif dan efisien. (Ahmad Izzan, 2009:72).

Al-Sam’iyyah Al-Syafawiyyah secara etimologis berasal dari Bahasa Arab

yaitu sami’a yasma’u sam’an yang memiliki arti mendengar.Adapun Syafawiyyah

berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti yang dibibir, dimulut, atau dengan

lisan (Mahmud Yunus, 2004:179).

Metode Al-Sam’iyyah Al-Syafawiyyah (audiolingual) merupakan suatu metode

pengajaran bahasa Arab yang lebih memprioritaskan menyiamak dan berbicara

sebelum membaca dan menulis (Henry Guntur, 1989:147).

Dalam istilah lain yaitu metode belajar bahasa Arab yang dilakukan dengan

mendengarkan bunyi kemudian mengucapkan sebagaimana mestinya. Jadi belajar

dengan metode ini seseorang mendengarkan kata Arab baik melalui kaset atau

suara guru kemudia menirukan secara berulang-ulang sehingga menguasai dan

mengucapkan secara lancar (Suja’i, 2008:38).

The audio lingual method. Like the direct method we have just examined, is

also an oral based approach. However, it is very different in that rather than

emphasizing vocabulary acquistion throught exposure to is use in situations, the

audio lingual method drill students in the usse of grammatical sentence patterns. It

also, unlike the direct method, has a strong theoretical base in linguistics and

psychology. (Diane Larsen dan Freeman, 2002:35)

Metode audiolingual atau metode Al-Sam’iyyah Al-Syafawiyyah seperti

metode direct ataunmetode langsung, yaitu dengan memakai sistem langsung

pengoresian. Dan juga metode menggunakan pendekatan lisan. Namun sangat

berbeda dalam menekankan kosakata yang digunakan dalam situasi. Metode

9
audiolingual yang mana dapat menekankan siswa dalam penggunaan pola kalimat

gramatikal, hal ini juga tidak seperti metode langsung yang hanya memiliki basic

teoritis yang kuat dalam linguistic dan psikologi.

Jadi metode Al-Sam’iyyah Al-Syafawiyyah adalah cara teratur yang digunakan

untuk melaksanakan pembelajaran Bahasa Arab agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki dengan cara mendengarkan dan berbicara. Dengan metode ini

praktek-praktek penggunaan Bahasa Arab lebih ditekankan dan lebih banyak

menggunakan kosakata-kosakata dan berbentuk muhawarah.

c. Karakteristik Index Card Match

Karakteristik metode Index Card Match diantaranya sebagai berikut:

1. Tujuan pembelajaran adalah penguasaan empat keterampilan

berbahasa secara seimbang.

2. Urutan penyajian adalah menyimak dan berbicara baru kemudian

membaca dan menulis.

3. Model kalimat bahasa asing diberikan dalam bentuk percapakan untuk

dihafalkan.

4. Penguasaan pola kalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola

(pattern-practice).

5. Kosakata dibatasi dengan ketat dan selalu dihubungkan dengan

konteks kalimat atau ungkapan, bukan sebagai kata-kata lepas yang

berdiri sendiri.

6. Pelajaran menulis merupakan reprensentasi dari pelajaran berbicara,

dalam arti pelajaran menulis terdiri dari pola kalimat dari kosakata

yang sudah dipelajari secara lisan.

10
7. Penerjemahan dihindari. Pemakaian bahasa ibu apabila sangat

diperlukan untuk penjelasan, diperboleh secara terbatas.

8. Gramatika (dalam arti ilmu) tidak diajarkan pada tahap permulaan.

Apabila diperlukan pengajaran gramatika pada tahap tertentu

hendaknya diajarkan secara induktif, dan secara bertahap dari yang

mudah ke yang sukar.

9. Pemilihan materi diterkankan pada unit dan pola yang menunjukkan

adanya perbedaan structural antara bahasa asing yang diajarkan dan

bahasa ibu pelajar. Demikian juga bentuk-bentuk keselahan siswa yang

sifatnya umum dan frekuensinya tinggi. Untuk ini diperlukan analisis

kontransitif dan analisis kesalahan.

10. Kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan siswa dalam

memberikan response harus sungguh-sungguh dihindari.

11. Guru menjadikan pusat dalam kegiatan kelas, siswa mengikuti

(merespon) apa yang diperintahkan (stimulus) oleh guru.

12. Penggunaa bahan rekaman, laboratorium bahasa, dan visualaids sangat

dipentingkan.(Ahmad Fuad Effeandy, 2009:59-60)

d. Langkah-langkah Metode Index Card Match

Sebagaimana metode ini, yaitu berbicara, maka dalam aplikasinya lebih

menekankan dua aspek ini sebelum dua aspek lainnya. Jika melihat konsep

dasarnya, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aplikasinya,

yaitu:

11
1) Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, lalu membaca, dan akhirnya

menulis.

2) Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pol-pola kalimat atau dialog-

dialog dengan topic situasi sehari-hari.

3) Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah kepada yang

sukar atau bertahap.(Acep Hermawan, 2011:188)

Langkah-langkah penyajian materi menurut metode Index Card Match adalah

sebagai berikut:

1) Penyajian dialog atau bacaan pendek, dengan cara guru membacanya

berulang-ulang dan pelajar menyimak tanpa melihat teks.

2) Peniruan dan penghafalan dialog atau bacaan pendek, dengan teknik

menirukan bacaan guru kalimat per kalimat secara klasikal, sambil

menghafalkan kalimat-kalimat tersebut.

3) Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atau bacaan

pendek, terutama yang dianggap sukar, karena terdapat struktur atau

ungkapan yang berbeda dengan struktur dalam bahasa ibu pelajar. Ini

dilakukan dengan teknik drill.

4) Dramantisasi dialog atau bacaan pendek yang sudah dilatihkan. Para

pelajar mendramatisasikan dialog yang sudah dihafalkan di depan kelas

secara bergentian.

5) Pembentukan kelimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat

yang sudah dipelajari.(Kamil Ramma Oensyar dan Ahmad Hifni,

2015:101-102)

12
Dapat disimpulkan bahwa aplikasi dari metode Index Card Match dalam

pembelajaran bahasa Arab adalah pertama murid menirukan penutur asli (native

speaker). Kedua bila tidak ada penutur asli bisa menggunakan mp3 player atau

menirukan guru yang menguasai bahasa Arab secara aktif. Kegiatan ini dilakukan

berulang kali baik secara klasikal, kelompok maupum individu hingga menghafal

kalimat yang banyak ddigunakan dalam waktu tersebut. Ketiga dari kalimat yang

dihafalkan tadi diambil pola-pola kalimat dan bunyi-bunyi tertentu untuk

dijadikan bahan latihan atau drill. Empat pemilihan pola kalimat atau kalimat

bunyi untuk latihan biasanya didasarkan atas analisa dan deskripsi bilingual yaitu

bahasa murid dan bahasa asing yang diajarkan. (Sri Utari Sabyakon dan Nababan,

1993:33)

3. Tinjauan Pengertian Kemahiran atau Keaktifan Berbicara (‫)مهارة الكالم‬

a) Pengertian Kemahiran Menyimak atau Mendengar (‫)مهارة االستماع‬

Istima’ adalah bentuk masdar dari kata istama’a-yastami’u-astima’an.

Istima’a sendiri adalah bentuk perubahan dari kata sami’a-yasma’u-sam’an yang

mendapat tambahan huruf alif, sin, dan ta.Sami’a berarti menangkap atau

mengetahui dengan indera telinga (Ma’luf, 1973:351).

Kata sami’a bisa diterjemahkan kedalam bahasa indonesia dengan kata

mendengar atau mendengarkan (to hear), sedangkan kata istama’a lebih dapat

diterjemahkan dengan kata menyimak (to listen).(Aziz Fahchrurrozi dan Erta

Mahyuddin, 2012:273).

Menurut istilah, al-istima’ (menyimak) adalah kegiatan mendengar lambang-

lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi

untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna

13
yang disampaikan melalui ujaran atau bahasa lisan. Jadi, maharah al-istima’

(keterampilan menyimak) merupakan kemampuan atau kecakapan seseorang

untuk mengidentifikasi lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap

isi atau pesan serta memahami makna yang disampaikan melalui ujaran atau

bahasa lisan. Dapat dijabarkan bahwa keterampilan menyimak dipengaruhi juga

oleh pengetahuan seseorang tentang aspek kebahasaan (lughawiyyah/linguistic)

dan aspek diluar kebahasaan (gair lughawiyyah/non- linguistic). Yang termasuk

dalam kemampuan kebahasaan antara lain kemampuan untuk mengidentifikasi

dan membedakan bunyi-bunyi ujaran yang terdengar, kemapuan untuk memahami

unsur bunyi , kemampuan memahami makna kesatuan bunyi-bunyi yang

terdengar sebagai satu kesatuan, bukan makna kata perkata, kemampuan untuk

mengenali susunan kalimat dan wacana untuk mengadakan interpretasi terhadap

makna bahan siamakn secara keseluruhan. Sedangkan aspek non-kebahasaan bisa

terkait dengan a) penyimak, b) situasi, dan c) sifat informasi yang didengar.

Faktor penyimak bisa menyangkut taraf perkembangan kemampuan menangkap

apa yang didengar, kemampuan mengingat kembali, daya konsentrasi pada waktu

mendengar, pengetahuan tentang tema yang didengar, dan melahirkan makna

yang khusus. Faktor situasi dan kondisi yang melingkupi proses menyimak bisa

berupa petunjuk-petunjuk gerak-gerik pembicara, mimik, gerak, atau siswa yang

mendengar kan teks dikelas. Adapun sifat informasi, meliputi apakah yang

didengar itu teks pelajaran atau warta berita atau jenis lainnya.(Aziz Fahchrurrozi

dan Erta Mahyuddin, 2012:273).

14
Keterampilan mendengar menurut Abdul Mu’in (2004:169) menyebutkan

tiga keterampilan yang perlu diperhatkan dan dikembangkan dalam menyimak,

yaitu; (1) kemampuan mengidentifikasi bunyi kata bahasa arab yang tepat, (2)

kemampuan menirukan apa yang telah didengar, dan (3) kemampuan memahami

apa yang didengar. Keterampilan yang dikatakan oleh Shalah Abdul Majid

(1982:74-69) bahwa tujuan dari pembelajaran istima’ yang hampir sama dengan

yang dikemukan oleh Yunus, yaitu menyimak untuk; (1) menirukan, (2)

menghafalkan, (3) merangkum pokok-pokok pikiran,dan (4) dan memahami

isinya.

b) Pengertian Kemahiran Berbicara (‫)مهارة الكالم‬

Keterampilan berbicara pada dasarnya adalah menyangkut kemampuan

berkomunikasi dua arah antara pembicara dengan pendengarnya. Kemampuan

berbicara tidak dapat dilepas dari kemampuan menyimak. Maka perkembangan

kemampuan membaca akan terkait dengan perkrmbangan kemampuan siswa

dalam mendengar dengan baik dan mengaitkan bunyi dengan kalimat-kalimat.

1981:113 ,‫))علي فتح علي يونس وغيره‬.

Menurut Shalah Abdul Majid (1982:149) membagi keterampilan berbicara

menjadi dua tingkatan, yaitu ‫( النطق‬ucapan) dan ‫( الحديث‬berbicara). “Ucapan”

merupakan keterampilan tidak banyak membutuhkan pemikiran dan penghayatan.

Bentuk-bentuk dari ucapan ini dapat berupa mengulang apa yang diucap pengajar,

membaca dengan keras, atau menghafalkan nash yang ditulis maupun didengar.

Sedangkan berbicara merupakan keterampilan yang melibatkan minimal dua

pihak, yaitu orang yang berbicara dan mendengar.

15
Maharah takallum sering juga disebut dengan istilah ta’bir. Meski demikian

keduanya memiliki perbedaan penekanaan, dimana takallum lebih menekankan

kepada kemampuan lisan, sedangkan ta’bir disamping secara lisan juga dapat

diwujudkan dalam bentuk tulisan. Meski demikian keduannya memiliki kesamaan

secara mendasar, yaitu bersifat aktif untuk menyatakan apa yang ada dalam

pikiran orang.(M. Khalilullah, 2011:230)

4. Kekurangan dan Kelebihan Metode Index Card Match

a. Kelebihan Metode Index Card Match antara lain:

1) Para pelajar mempunyai pelafalan yang bagus.

2) Para pelajar terampil membuat pola-pola kalimat yang sudah didrillkan

3) Pelajar dapat maelakukan komunikasi lisan dengan baik karena latihan

menyimak dan berbicara yang intraktif.

4) Suasana kelas hidup karena para pelajar tidak tinggal diam, harus terus

menerus merespon stimulus guru. (Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin,

2012:98)

b. Kekurangan Metode Index Card Match antara lain:

1) Respon pelajar cendrung mekanistis, sering tidak mengetahui atau tidak

memikirkan makna ujaran yang diucapkan. Kondisi ini biasanya berjalan

selama beberapa bulan, sehingga pelajar yang sudah dewasa banyak

mengalami kebosanan.

2) Pelajar dapat berkomunikasi dengan lancar hanya apabila kalimat yang

digunakan telah dilatihkan sebelumnya didalam kelas.

16
3) Makna kalimat yang diajarkan terlepas dari konteks, padahal suatu kalimat

atau ungkapkan bisa mempunyai beberapa makna konteksnya. (Kamil

Ramma Oensyar dan Ahmad Hifni, 2015:102)

B. Hasil Penelitian yang Relevan ( ‫) نتيجة البحث‬

Berikut penelitian terdahulu terkaitan penelitian ini :

1. Penelitian dengan judul “ Penerapan Metode Al-Sam’iyyah Al-

Syafawiyyah Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab Kelas VII Di SMP IT Al-

Farabbi Pesawaran Lampung .” Oleh Rhozali jurusan Pendidikan Bahasa

Arab Fakultas Tarbiyah dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Lampung,

tahun 2015. Penelitian tersebut dilaksanakan dalam tiga siklus dan terdiri

dari tiga kali pertemuan. Dari hasil penelitian tersebut dengan

menggunakan metode Al-Sam’iyyah Al-Syafawiyyah dapat meningkatkan

keaktifan peserta didik secara intraktif. Hasil belajar siswa pada tes awal

nilai rata-rata siswa 64,8 (sebelum diberi tindakan). Rata-rata tes akhir

siklus I yaitu 72,32 dan rata-rata tes siklus II yaitu 74,64.

2. Penelitian dengan judul “ Penerapan Metode Sam’iyyah Syafawiyyah

Untuk Meningkat Hasil Belajar Bahasa Arab Pada Peserta Didik Kelas IV

MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar.” Oleh Lailatu Nurfika

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah Fakultas Tarbiyah Ilmu

Keguruan dan Institut Agama Islam Negeri Tulung Agung tahun 2016.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan terdiri dari dua

pertemuan. Dari hasil penelitian tersebut dengan menggunakan metode

Sam’iyyah Syafawiyyah berhasil dengan kriteria keberhasilan tindakan

17
tergolong sangat baik. Hasil belajar siswa pada tes akhir siklus I yaitu

72,69 dan rata-rata tes siklus II yaitu 86,06.

Berdasarkan paparan penelitian diatas, metode Sam’iyyah Syafawiyyah yang

diterapkan berhasil meningkatkan variabel yang diinginkan, sehingga, sehingga

peneliti akan menerapkan Metode Al-Sam’iyyah Al-Syafawiyyah di MTs Diniyyah

Putri Lampung pasda mata pelajaran Bahasa Arab dengan harapan meningkatkan

kemampuan mendengar dan membaca siswa.

Table 2.1 Perbandingan Penelitian

No Nama Peneliti dan Persamaan Perbedaan

Judul Peneliti

1. Rhozali. 2015. a. Sama-sama a. Subjek dan lokasi

Penerapan Metode Al- menerapkan penelitian yang

Samiyyah Al- metode Sam’iyyah berbeda.

Syafawiyyah Pada Mata Syafawiyyah. b.Tujuan yang

Pelajaran Bahasa Arab b. Mata pelajaran dicapai berbeda

Pada SMP IT Al-Farabi yang diteliti sama. yaitu pada seluruh

Pesawaran Lampung, c. Menggunakan pelajaran Bahasa

Jurusan Tarbiyah. metode Penelitian Arab.

Progam Studi Pendidikan Tindakan Kelas

Bahasa Arab. STIT Darul ( PTK )

Fattah. Bandar Lampung.

2. Lailatu Nurfika. 2016. a.Sama-sama a. Subjek dan lokasi

Penerapan Metode menerapkan penelitian

Sam’iyyah Syafawiyyah metode

18
Untuk Meningkat Hasil Sam’iyyah berbeda.

Belajar Bahasa Arab Syafawiyyah b.Tujuan yang

Pada Peserta Didik pada b. Mata pelajaran yang dicapai berbeda

MI Darussalam diteliti sama. yaitu

Kolomayan Wonodadi c.Menggunakan meningkatkan

Blitar. Jurusan metode Penelitian hasil belajar.

Pendidikan Guru Tindakan Kelas

Madrasah Ibtidaiyyah ( PTK )

Fakultas Tarbiyah Ilmu

Keguruan dan Institut

Agama Islam Negeri

Tulung Agung.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Rhozali dan Lailatu Nurfika

yang menggunakan metode Sam’iyyah Syafawiyyah menunjukan adanya

peningkatan hasil belajar peserta didik, setelah diterapkan metode

Sam’iyyahSyafawiyyah.Untuk itu peneliti tertarik menggunakan metode

Sam’iyyahSyafawiyyah pada pembelajaran Bahasa Arab dalam penelitiannya, agar

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

C. Hipotesis dan Tindakan ( ‫)ظنية البحث‬

Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah, dia akan

ditolak jika salah dan diterima jika fakta yang membenarkannya serta bersifat

sangat sementara yang pengakuannya harus dibuktikan terlebih dahulu dengan

19
fakta-fakta yang diperoleh melalui penelitian secara objektif kemudian dianalisa

dan ditarik suatu kesimpulan.

Hipotesis ini haruslah didasarkan atas suatu teori. Adapun teori yang

melandasi bahwa mendapat pengaruh antara aplikasi metode Al-Sam’iyyah Al-

Syafawiyyah terhadap bahasa Arab adalah salah satu pendekatan komunikatif.

Metode ini didasarkan atas pendapat atau asumsi bahwa bahasa itu pertama-tama

adalah ujaran atau berbicara.

Teori diatas maka dapat diambil hipotesis yaitu bahwa, “metode Index Card

Macth yang diterapkan oleh guru bahasa Arab MTs Diniyyah Putri Pesawaran

Lampung berpengaruh terhadap hasil belajar bahasa Arab siswa.

BAB III
METODE PENELITIAN
(‫البحث‬ ‫)منهج‬

A. Jenis Penelitian (‫)نوع البحث‬

Penelitian yang akan penulis lakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Index Card Match

yaitu metode yang menuntut penguasaan terhadap keaktifan berbicara siswa.

Penelitian Tindakan Kelas adalah proses investigasi terkendali untuk menemukan

dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas, proses pemecahan masalah ini

dilakukan secara bersiklus dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan

kemampuan mendengar dan berbicara.

B. Setting Penelitian ‫) )صياغة البحث‬

20
Penelitian ini adalah penelitian Class Action Research ( PTK ) yang akan

dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021 di kelas VIII MTs

Diniyyah Putri Lampung.

C. Subjek Penelitian‫) )مدار البحث‬

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari

32 siswi semester genap MTs Diniyyah Putri Lampung tahun ajaran 2019/2020.

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan atau keaktifan

berbicara Bahasa Arab.

D. Prosedur Penelitian ( ‫) إجراءات البحث‬

Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi empat tahap yaitu tahap

perencanaan. Tahap pelaksanaan/tindakan, tahap evaluasi, dan tahap refleksi,

yang mana peneliti uraikan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto,2012:74)

21
SIKLUS I

Apabila permasalahan belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus selanjutnya

1. Proses Pelaksanaan Siklus 1

a. Perencanaan

Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang harus dilaksanakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, atau persiapan yang dilakukan

untuk melaksanakan PTK. (Kunandar,2011:129). Perencanaan merupakan salah

satu kegiatan pertimbangan yang harus dilakukan peneliti guna memilih upaya-

upaya yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah dalam penelitian.

Pertimbangan dan pemilihan tersebut selanjutnya dituangkan dalam perencanaan.

Berkaitan dengan hal ini maka perencanaa yang dilakukan adalah sebagai berikut:

22
1) Menyusun rencana pembelajaran dengan tindakan yanag akan

dilakukan.

2) Menyusun instrumen yang akan digunakan berupa pedoman

wawancara dan menyusun soal untuk menguji tindakan penguasaan

siswa tentang keaktifan berbicara Bahasa Arab.

3) Mempersiapkan alat dan bahan dalam mengajar seperti media

pendukung materi ajar, media potongan kertas, menyiapkan lembar

observasi guru dan siswa.

b. Tindakan

Tindakan merupakan sebuah pelaksanaan dari sebuah perencanaan yang sudah

dipersiapkan oleh peneliti. Dan proses tindakan dalam penelitian ini meliputi:

1) Guru memberikan materi.

2) Siswa diperintah untuk menyimak guru saat menjelaskannya.

3) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang sudah

diberikan.

4) Guru memberikan tes tulis yang harus diisi oleh siswa.

5) Guru merefleksikan hasil pembelajaran.

c. Pengamatan

Disini pengamatan dilakukan dalam proses belajar mengajar berlangsung dan

pengamatan ini dilakukan guna untuk mengetahui bagaimana respon dan motivasi

pada siswa disaat mengikuti kegiatan belajar mengajar, yaitu antara lain : (1)

kesungguhan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru, mengalami perubahan

lebih baik atau tidak. (2) Adanya motivasi dan dorongan siswa untuk menguasai

keaktifan berbicara Bahasa Arab dengan metode Index Card Match.

23
d. Refleksi

Refleksi sebuah upaya yang dilakukan guna mengkaji apa yang telah terjadi

dan apa yang telah dihasilkan dan belum dihasilkan dan dituntaskan dengan

tindakan yang telah dilakukan, hasil refleksi tersebut digunakan sebagai dalam

menentukan langkah-langkah yang lebih lanjut dalam mencapai tujuan Penelitian

Tindakan Kelas.

Berdasarkan pelaksanaan tindakan, maka hasil pengamatan atau observasi,

hasil wawancara, dan hasil tes kemudian analisis. Setelah itu penelitian

melakukan refleksi terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan pada siklus 1.

Tindakan dinilai kurang bermanfaat terhadap penelitian, diadakan perubahan yang

dilanjutkan pada siklus II sebagai perbaikan.

2. Proses Pelaksanaan Siklus II

Setelah siklus I dilaksanakan, kemudian langkah berikut yaitu memperbaiki

rencana dan tindakan. Pada langksh-langkah di siklus ke II yang dilakukan sama

seperti pada siklus I. Siklus ke II terdiri atas empat tahap yaitu revisi perencanaan,

tindakan, pengamatan atau observasi, dan evaluasi atau refleksi akhir.

a. Perencanaan

Pada siklus ke II merupakan lanjutan dari siklus ke I. Didalam tindakan siklus

ke II dilakukan dengan cara memperhatikan hasil refleksi siklus ke I, meliputi

kekurangan yang terjadi pada siklus ke I dan memerlukan perbaikan dalam proses

pembelajaran peningkatan kemampuan berbicara dengan metode Index Card

Match. Kendala atau kekurangan yang terjadi pada pembelajaran siklus ke I harus

diperbaiki, sehingga perencanaan lebih matang.

24
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

1) Menyusun perbaikan rencana pembelajaran.

2) Menyusun kembali perbaikan instrumen dan perbaikan soal untuk menguji

tingkat kemampuan siswa dalam berbicara.

b. Tindakan

Di siklus ke II ini tindakan-tindakan yang diambil berupa semua rencana yang

telah disempurnakan. Peneliti lebih menfokuskan pada hal pokok dan yang

kompleks.

Tindakan yang dilakukan dalam siklus ke II ini antara lain sebagai berikut :

1) Guru menjelaskan pada siswa tentang materi yang diberikan dengan baik.

2) Guru menyanyakan materi yang belum dipahami.

3) Guru memberi sesi tanya jawab kepada siswa.

4) Guru memberi tes tulisan yang harus diisi oleh siswa.

5) Guru membimbing dan mengarahkan siswa yang mengerjakan soal.

6) Guru merefleksikan hasil pembelajaran

c. Pengamatan

Dalam pengamatan peneliti menfokuskan pada kegiatan siswa didalam proses

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pengamatan ini dilakukan dari awal

sampai akhir proses pembelajaran. Aspek yang diamati antara lain : (a) Kehadiran

siswa pada saat proses pembelajaran, (b) Perhatian siswa terhadap materi

mengalami perubahan atau tidak, (c) Siswa lebih aktif atau tidak dalam mengikuti

proses pembelajaran, dan (d) Siswa lebih senang atau tidak dengan tugas yang

diberikan oleh peneliti.

d. Evaluasi atau Refleksi Akhir

25
Setelah selesai dengan materi peneliti menyiapkan tes yang telah di siapkan.

Tahap terakhir disiklus ke II ini, hasil observasi, dan hasil siklus II kemudian

dianalisis untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai salam dalam proses

pembelajaran. Apabila permasalahan belum terselesaikan maka dilanjutkan ke

siklus selanjutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data (‫)تقنييات جمع البيانات‬

Metode pengumpulan data yang akan dilakukan pada penelitian ini dengan cara

melakukan observasi dokumentasi, dan tes.

1) Observasi

Lembar observasi aktivitas untuk mengetahui minat siswa selama pembelajaran

berlangsung. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati siswa yaitu

meliputi :

a) Menyimak pelajaran (memperhatikan guru saat guru menjelaskan

pelajaran).

b) Mencatat pelajaran.

c) Berdiskusi membehas pelajaran.

d) Mengerjakan pekerjaan rumah.

e) Kehadiran mengikuti pelajaran.

f) Membawa buku pelajaran.

g) Tidak sering keluar saat pelajaran berlansung.

h) Mengikuti intruksi pengajar.

2) Dokumentasi

26
Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data dengan mencatat dengan

data-data yang tersedia. Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan adalah

silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan foto-foto kegiatan belajar

berlangsung.

3) Tes

Tes digunakan peneliti dengan lembar soal tes tertulis untuk mengetahui hasil

belajar siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya.

F. Teknik Analisis Data (‫)تقنييات تحليل البيانات‬

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran,

perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian tindakan kelas ini, digunakan

analisis data deskripitif kualitatif .

1. Analisis Kualitatif (‫)تحليل نوهي‬

Data kualitatif ini dari pengamatan guru pada saat pembelajaran sedang

berlangsung sesuai indikator observasi yang telah disusun kemudian

dipersentasikan peningkatan pada setiap pertemuan. Untuk menghitung persentase

hasil observasi digunakan rumus statistik :

Σ Skor Perolehan
P= x 100 %
Σ Skor Total

Keterangan :

P = tingkat keberhasilan

Σ = jumlah
(sumber : adaptasi dari aqip dkk 2009:41)

27
Sedangkan perhitungan nilai rata-rata hasil tes kemampuan berbicara

Bahasa Arab dirumuskan sebagai berikut :

∑ xi
X=
N

Keterangan :

X :nilai rata-rata kelas

∑xi : jumlah nilai-nilai tes seluruh siswa

N : jumlah siswa ( Arikunto, 2012:299)

2. Analisis Deskriptif(‫)تحليل الصفي‬

Data deskriptif ini diambil dari hasil pengamatan dan penelitian yang terjadi

dikelas, yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan tentang peningkatan atau

penurunan hasil belajar siswa.

G. Indikator Keberhasilan ( ‫) مؤشرات النجاح‬

Indikator dalam penelitian ini adalah jika adanya peningkatan hasil belajar

siswa pada setiap siklusnya serta adanya peningkatan berbicara bahasa arab siswa

pada setiap siklusnya yang telah memenuhi syarat ketentuan.

Adapun keterangan skala penilaian tingkat keberhasilan siswa adalah sebagai

berikut (Arikunto, 2012:281)

Tabel 3.1. Skala Penilaian tingkat keberhasilan soal tertulis

28
No Nilai Nilai huruf Kategori

1. 86-100 A Baik sekali

2. 72-85 B Baik

3. 56-71 C Cukup

4. 41-55 D Kurang

5. ≤40 E Sangat kurang

Berdasarkan pedoman penilaian penguasaan mendengar dan berbicara

diatas akan diketahui apakah keberhasilan siswa masuk dalam kategori baik

sekali, baik, cukup, kurang atau sangat kurang. Siswa yang dikategorikan baik

sekali adalah yang mendapat nilai 86-100, siswa yang dikategorikan baik adalah

yang mendapat nilai 72-85, siswa yang dikategorikan cukup adalah yang

mendapat nilai 56-71, siswa yang dikategorikan kurang adalah yang

mendapatkan nilai 41-55, dan siswa yang dikategorikan dengan sangat kurang

adalah yang mendapatkan nilai ≤40.

Tabel 3.2. Skala Penilaian tingkat keberhasilan soal lisan

29
No Keterangan Ketentuan

1 20-30 Very Poor ‫ضعيف جدا‬ Siswa masuk ruangan, tidak dapat

menjawab soal sama sekali

2 40 Poor ‫ضعيف‬ Siswa dapat menjawab 20% soal

yang diberikan

3 50 Fair ‫ضعيف‬ Siswa dapat menjawab 40% soal

yang diberikan

4 60 Okay ‫مقبول‬ Siswa dapat menjawab 60% soal

yang diberikan

5 70 Good ‫جيّد‬ Siswa dapat menjawab 80% soal

yang diberikan

6 80-90 Very Good ‫جيد جدا‬ Siswa dapat menjawab 100% soal

yang diberikan

(Sumber MTs Diniyyah Putri Lampung, 2019)

DAFTAR PUSTAKA
‫) ) قائمة المراجع‬

30
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara

Fahrurozi, Aziz dan Erta Mahyuddin. 2012. Pembelajaran Bahasa Asing. Jakarta:
Bania Publising

Effendy, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang:


Misykat

Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Khailullah, M. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif. Jurnal Sosial


Budaya, Vol. 8 No. 2, Juli-Desember 2011

Kunandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Rajawali Pers

Larsen Diane dan Freeman. 2000. Tehnique and Principle Language Teaching,
Oxford University Press: E-Book.

Mu’in, Abdul. 2004. Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
(Telaah terhadap Fonetik dan Morfologi), Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru

Mustofa, Syaiful. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN


Maliki Press

Oensyar, Ramma Kamil dan Hifni Ahmad. 2015. Pengantar Metodologi


Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: Aswaja Pressindo

R.C.Khothari. 1990. Research Methodology. University Of Rajastan. Jaipur India

Rhozali. 2015. Penerapan Al-Sam’iyyah Al-Syafawiyyah Pada Mata Pelajaran


Bahasa Arab

Shini, Isma’il, Mahmud, et,al.1985. Mursyid fi Tadris al-Lughat al-Ajnabiyah


Arabiyyah Li Ghairi al- Nathiqina Bihan- Tathbiqat Amaliyah Li-Taqdim al-
Durus wa Ijrak al-Tadribat, Riyad: al-Maklamah al-Arabiyah al-Su’udiyah

Subyakto, Sri Utari dan Nababa. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama

Sudjana, Nana. 2005. Penelitian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Suja’i. 2008. Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab. Semarang: Wali Songo Press

31
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa

1982 ‫ مكتبة لبنانز‬:‫صالح عبد المجيد العربيو تعليم اللعات الحة و تعليمها بين النظرية و التطبيقو لبنان‬.

.‫در الثقافة للطبعة و النشر‬: ‫ القاهرة‬, ‫علي فتح علي يونس وغيرهو أساسيات تعليم العربي و التريسة الدينية‬
1981.

‫ مكتبة‬:‫ الرياض‬.‫ الموسوعة العربية لمصطلحات التربية و تكنولوجيا التعليم‬.2002 .‫ماهر اسماعل صبري‬
‫الرشيد‬

Yunus, Mahmud Kamus Bahasa Arab. Jakarta:PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah


Nurfika, Lailatul.2017. Penerapan Metode Sam’iyyah Syafawiyyah Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar. Diakses
dihttp://repo.iain-tulangagung.ac.id/id/eprint/3390 ( tanggal 1 Januari 2019 )

32

Anda mungkin juga menyukai