Anda di halaman 1dari 16

Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam

Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab Kelas X di MA NU TBS Kudus


Tahun Pelajaran 2021/2022

Maulana Ainul Anwar, Diva Fakih Asshkiy Thalib


Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Corresponding author: maulanaainul0987@gmail.com

Abstract
The scientific approach in learning Arabic istima' aims to make students critical
in thinking so that they are active in applying the concepts of knowledge and listening
skills in Arabic subjects. So, this research refers to the description of what problems
are faced by Arabic language teachers in class X MA NU TBS Kudus in special
learning and what their opinions are in order to anticipate them. For the data
collection method, this research uses a qualitative descriptive research method, which
utilizes qualitative data and is described to analyze what social conditions are like. The
problems faced by teachers are first, the lack of active application of special learning
methods in learning Arabic and second, the lack of teacher innovation in learning so
that students remain interested in following subjects. The problems experienced by
students are the lack of trying to get used to listening to Arabic vocabulary in
communicating with their friends and their lack of motivation in learning istima' in
Arabic subjects.
Keywords: Arabic Learning; Special Learning Problems; Scientific Approach;
Language Learning Environment.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran istima’ Bahasa Arab bertujuan agar


siswa kritis dalam berpikir sehingga aktif dalam menerapkan konsep pengetahuan dan
keterampilan menyimak di dalam mata pelajaran Bahasa Arab. Maka, pada penilitian

1 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


ini merujuk pada gambaran apa saja permasalahan yang dihadapi guru Bahasa Arab
kelas X MA NU TBS Kudus dalam pembelajaran istima’ serta bagaimana pendapat
mereka agar dapat mengantisipasinya. Untuk metode pengambilan data penelitian ini
adalah menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yang mana memanfaatkan
data kualitatif dan dijabarkan untuk menganalisis keadaan sosialnya seperti apa.
Adapun permasalahan yang dihadapi guru adalah pertama, kurangnya penerapan
metode pembelajaran istima’ secara aktif dalam pembelajaran Bahasa Arab dan kedua,
kurangnya inovasi guru dalam pembelajaran agar siswa tetap tertarik mengikuti mata
pelajaran. Adapun permasalahan yang dialami siswa adalah kurangnya mencoba
membiasakan untuk mendengarkan kosakata-kosakata berbahasa Arab dalam
berkomunikasi dengan temannya dan motivasi mereka yang kurang dalam
pembelajaran istima’ di mata pelajaran Bahasa Arab.
Kata Kunci: Pembelajaran Bahasa Arab; Permasalahan Pembelajaran Istima’;
Pendekatan Saintifik; Lingkungan Belajar Bahasa.

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sesuatu yang berbentuk kalimat atau kata yang digunakan
seseorang untuk menumpahkan isi hati dan pikirannya terhadap lawan bicaranya.
Maka, alat utama bagi manusia dalam melakukan interaksi dengan orang lain
dinamakan bahasa. Begitu pentingnya bahasa. Menurut Gulayaini (1994), Bahasa
Arab merupakan kalimat atau kata yang digunakan oleh bangsa Arab dalam
menyampaikan gagasan, ide dan fikiran kepada orang lain.
Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku subjek
belajar, ternyata banyak faktor yang memengaruhinya. Dari sekian banyak faktor
yang mempengaruhi itu, secara garis besar dapat dibagi dalam dua faktor yaitu
faktor intern (dari dalam) diri subjek belajar dan faktor eksternal (dari luar diri)
subjek belajar. Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

2 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


belajar meliputi: jasmaniah, psikologi dan kelelahan. Adapun faktor ekstern adalah
faktor yang ada diluar individu meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat.
Maka, yang dinamakan pembelajaran adalah salah satu kegiatan berinteraksi
yang terencana dengan melibatkan komponen-komponen untuk merealisasikan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kebutuhan siswa terhadap bahasa Arab tidaklah kalah pentingnya dari
memelajari bahasa asing lainnya. Banyak hal yang dapat diungkap dan dikaji setelah
belajar Bahasa Arab, bukan hanya sekedar mampu berbicara berbahasa Arab yang
diharapkan siswa. Kemampuan lain akan mengikuti seiring terbiasanya dalam
bergelut dengan bahasa Arab. Dengan semakin terbiasa berlatih mengucapkan

bahasa Arab misalnya, kita akan mudah memelajarinya. Ingat pepatah: ‫األول صعب‬

.‫بل األخري سهل‬


Di Indonesia, pengajaran bahasa Arab sudah berjalan cukup lama sekali
bahkan disinyalir sudah mulai semenjak masuknya Islam ke Indonesia abad ke tujuh
Masehi sekalipun belum bersifat formal seperti sekarang. Pengajaran bahasa ini
dimaksudkan untuk mencapai target mahir pada empat aspek, yaitu mahir dalam
mendengar, mahir dalam berbicara, mahir membaca dan mahir menulis. Keempat
kemahiran ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat untuk mendalami ajaran
Islam dari sumbernya yang asli yaitu Al-Quran dan Hadis sebagaimana juga yang
dijelaskan Mahmud Yunus dalam bukunya.(Putri, 2013) Sistem pendidikan
diharapkan dapat mengeluarkan individu yang boleh berkomunikasi bahasa Arab
dan juga memahami budaya kaumnya.(Wekke, 2014)
Dari kemahiran berbahasa Arab ini akan menunjang siswa dalam
menerapkannya di keseharian, utamanya pada pembelajaran Bahasa Arab. Karena
bisa jadi di masyarakat kelak, siswa yang memelajari Bahasa Arab akan dibutuhkan.
Nah, bagaimana cara meningkatkan semangat aktif siswa atau minatnya dalam
memelajari empat kemahiran tadi? Salah satunya pembelajaran yang diterapkan

3 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


adalah terlihat menarik. Agar terlihat menarik, salah satunya adalah dibuat
sekumpulan berbahasa atau lingkungan bahasa.
Mengapa lingkungan bahasa? Apa sih kegunaannya? Dengan lingkungan
bahasa ini akan membentuk karakter khusus pada siswa dalam memahami bahasa.
Hal ini karena siswa terbentuk oleh pembiasaan step by step. Selain itu, siswa akan
lebih mudah memahami bahasa dan memraktekkannya karena berkumpulnya
dengan teman-teman yang dapat menambah antusias. Seseorang yang minat
sesuatu, akan mudah menggapainya. Nah, dari sini kita dapat ketahui bahwa
pentingnya minat itu.
Adapun fungsi lingkungan belajar secara pedagogis disesuaikan dengan
kategori lingkungan, lingkungan sosial berfungsi:
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak;
2. Menjamin kehidupan emosional anak;
3. Menanamkan dasar pendidikan moral.(Makinuddin, 2021)
Diantara beberapa kesulitan yang dialami siswa dalam penguasaan
kemampuan berbicara disebabkan oleh rendahnya minat belajar dan fasilitas yang
tidak mendukung yang menjadikan pembelajaran menjadi tidak menarik dan
terkesan monoton.(Sholihah et al., 2020)
Dalam belajar mata pelajaran Bahasa Arab, siswa yang bersekolah di
madrasah sayogyanya dapat memberikan dampak yang bagus pada hasil belajar di
mata pelajaran tersebut dibandingkan siswa sekolah umum. Namun, ada beberapa
dari siswa madrasah tidak terlihat jauh mumpuni dibandingkan yang sekolahnya
lebih berprioritas pada palajaran umum. Kita lihat saja, siswa yang bersekolah di
madrasah pada mata pelajaran agama khususnya yang memiliki kebahasa-Araban
di dalamnya masih kurang hasil belajarnya daripada pelajaran umum. Terlebih lagi
pada waktu Covid-19 seperti sekarang. Pembelajaran yang terkendala bisa
dilakukan secara daring atau non-tatap muka.
Pembelajaran daring juga dapat mendorong peserta didik tertantang dengan
hal-hal baru yang mereka peroleh selama proses belajar.(Gilang K, 2020) Sebuah

4 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


pertanyaan yang penting justru berada di awal ketika belajar bahasa, “apa yang akan
dicapai di akhir pembelajaran?” Maka, menetapkan tujuan pembelajaran menjadi
sebuah keperluan.(Wekke, 2018)
Para siswa MA NU TBS Kudus, khususnya di kelas X, diketahui kurang
gemar dalam pembelajaran istima’ di mata pelajaran Bahasa Arab. Nah, dibalik hal
tersebut, ada permasalahan yang bisa dikaji. Meski begitu, hasil belajar mata
pelajaran Bahasa Arab mereka tetap bagus. Maka, pada penelitian ini dibahas
mengenai “Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Istima’ Bahasa Arab Kelas X di MA NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2021/2022.”

B. Metode
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah MA NU TBS Kudus di
Kajeksan, Kota Kudus, Kudus dan rumah guru mata pelajaran Bahasa Arab Kelas
X MA NU TBS Kudus, Nafi’an Mustika Dawud, Lc di Mejobo, Mejobo, Kudus.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini diklasifikasikan dalam penelitian kualitatif deskriptif, yang
mana memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan untuk menganalisis keadaan
sosialnya seperti apa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Interviu (wawancara) adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Metode wawancara ini digunakan untuk menggali data yang
berhubungan dengan hal-hal yang ingin diketahui dalam tujuan penelitian.

C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, kami memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah
sebagai berikut.

5 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


1. Mengetahui permasalahan yang dialami guru mata pelajaran Bahasa Arab kelas
X MA NU TBS Kudus dalam pembelajaran istima’.
2. Mengetahui apakah ada metode khusus dalam pendekatan saintifik yang
diterapkan mata pelajaran Bahasa Arab kelas X MA NU TBS Kudus dalam
pembelajaran istima’.
3. Mengetahui seberapa penting pendekatan saintifik dalam pembelajaran istima’
Bahasa Arab Kelas X di MA NU TBS Kudus.

Pembahasan
A. Pembelajaran Bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki empat kemahiran berbahasa (maharatul lughah), yaitu
kemahiran menyimak (maharatul istima’), kemahiran berbicara (maharatul kalam),
kemahiran membaca (maharatul qira’ah), dan kemahiran menulis (maharatul
kitabah). Kemahiran tersebut terbagi menjadi reseftif dan produktif, kemahiran reseftif
yaitu kemahiran untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan
(kemahiran mendengar dan membaca), sedangkan kemahiran produktif yaitu
kemahiran menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi lisan maupun tulisan
(kemahiran berbicara dan menulis).1
Dalam memaksimalkan kemahiran berbahasa, khususnya Bahasa Arab, kita akan
terbiasa dengan cara melatih diri agar mudah dalam mendapatkannya. Karena
kosakata-kosakata berbahasa Arab akan mudah dihafal dan diperoleh jika terbiasa
menggunakannya. Terlebih-lebih tidak hanya kosakata yang berbeda, terkadang
dijumpai struktur gramatikapun yang berbeda-beda.
Bahasa Arab bukanlah bahasa merupakan bahasa ibu, namun bahasa asing bagi
orang Indonesia. Ketika pembelajarannya pasti berbeda dengan bahasa indonesia

1
Muhamad Fathoni, “Pembelajaran Maharah Istima’”, Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,
Vol. 1 No. 1 (Juni, 2018), hlm. 200.

6 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


sebagai bahasa ibu. Maka, dalam memelajari suatu bahasa asing, yang terlihat
mencolok adalah struktur kalimat dan kata dalam menerapkannya.

B. Permasalahan Pembelajaran Istima’


Pembelajaran istima’ adalah suatu kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran
Bahasa Arab yang melibatkan indera pendengaran. Dikarenakan syarat akan menerima
respon berupa pesan suara yang akan disimpan oleh neuron sensorik yang kemudian
bisa saja mengeluarkan timbal balik berupa jawaban jika dalam suatu percakapan.
Maka, dalam belajar istima’, dalam hal ini peserta didik diharapkan berkonsentrasi
mendengarkan suatu pesan agar pesan berupa suara tersebut dapat diterima dan
dimengerti dengan baik.
Penelitian mengenai problematika atau permasalahan pembelajaran istima’
antara lain kesulitan mendengar kosakata-kosaka dan mengucapkan kosakat-kosakata
dan mengenali kosakata-kosakata yang dialami oleh beberapa siswa. Pengucapan yang
terkadang tidak terdengar biasanya karena pelafalan huruf yang kurang tepat yaitu

makharijul huruf-nya. Seperti pada huruf ‫ظ‬ dan ‫ ض‬ketika dilafalkan atau ketika

berharakat. Contoh lain ‫ث‬ dan ‫س‬ ketika berharakat. Cara untuk mengatasinya,

biasanya guru khususnya guru Bahasa Arab MA NU TBS Kudus memberikan materi
untuk dipelajari sesering mungkin. Mungkin dengan membaca (maharah qira’ah)
dapat meningkatkan pemahaman atau tahu atas kosakata-kosakata berbahasa Arab.2
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melatih pendengaran di antaranya:
a. Istima’ al-Ma’lumat au al-Khabar; peserta didik melatih pendengaran lewat
kebiasaan mendengar berbagai berita dan informasi yang disajikan media
elektronik. Dari sajian latihan pendengaran model ini, peserta didik terbiasa
memahami gaya bahasa yang digunakan dan model komunikasi yang dilakukan oleh

Hasil wawancara dengan Bapak Nafi’an, selaku guru mata pelajaran Bahasa Arab Kelas X MA
2

NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2020/2021 pada Ahad, 21 November 2021, pukul 10.00-11.00 WIB.

7 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


native speaker.
b. Talkhis Magza; yakni melatih pendengaran peserta didik dengan cara menyajikan
suatu bacaan dengan tema tertentu. Kemudian, meminta peserta didik untuk
menganalisis dengan menggunakan kata-kata tanya.3
Bahkan terkadang dalam pembelajaran ada siswa yang salah mendengarkan
kosakata-kosakata dalam suatu audio yang diberikan. Maka, tentunya
penerjemahannya-pun menjadi berbeda pula. Kesulitan seperti ini biasanya terlihat
ketika siswa memahami dan menerjemahkan suara yang ditangkapnya. Siswa menjadi
linglung hendak mengurutkan kosakata dari mana karena terkadang ada satu atau
beberapa kosakata yang tidak dipahaminya.
Di saat daring, terkadang audio secara langsung seperti lewat aplikasi google
meet sulit terdengar karena kendala teknis sinyal. Karena dalam pembelajaran istima’
dibutuhkan konsentrasi yang mumpuni. Meski sekonsentrasi sekalipun kalau sinyal
buruk, akan menyulitkan siswa juga kalau pembelajaran istima’ dilakukan di google
meet misalnya. Maka, guru harus bisa mengantisipasi kendala yang bisa saja terjadi.
Kesulitan-kesulitan yang telah dipaparkan diatas adalah hal yang perlu dijadikan
pencegahan, bilamana sering dilatih agar pengucapan yang dibahasakan tersebut
menjadi terdengar dan pendengarpun mengerti atau paham apa yang didengarkannya.
Maka, dibutuhkan suatu langkah atau teknik yang bisa memudahkan siswa bilamana
sering melakukan percobaan dengan membiasakan mendengar suatu bahasa. Bahasa
akan tertangkap sebaik mungkin apabila didapat dengan penuh konsentrasi.
Adapun beberapa langkah yang dilakukan guru pada mata pelajaran Bahasa Arab
Kelas X MA NU TBS Kudus di pembelajaran istima’, antara lain:
1. Dosen menyiapkan audio berbahasa Arab, kemudian memutar audio tersebut.
2. Para siswa mendengarkan secara seksama.

3
Radliyah Zaenuddin, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Cirebon:
Pustaka Rihlah Group, 2005), hlm. 55-57.

8 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


3. Satu siswa menuliskan kosakata yang terdengar di dalam audio yang telah diputar.4

C. Pendekatan Saintifik
Dalam model pembelajaran bidang istima’ ini bisa dilakukan dengan salah
satunya adalah melalui pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik atau scientific
approach adalah suatu model pembelajaran yang menggunakaan metode ilmiah dalam
pembelajarannya. Nah, metode ilmiah berarti berdasarkan keilmuan. Pendekatan ini
selain bertujuan untuk meningkatkan keterampilan beripikir yang tinggi, namun tetap
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan meningkatkan kemampuan berpikir
yang sistematis, yang nantinya siswa akan terlatih dan aktif dalam pembelejaran.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat didefinisikan sebagai
pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif
dalam mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi dan menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
ditemukan.5
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam suatu pembelajaran meliputi
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan menyajikan (ATCNS).
1. Mengamati (amati)
Mengamati adalah kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu dengan
alat inderanya secara teliti. Mengamati dapat melatih kesungguhan.6
2. Menanya (tanyakan)

4
Hasil wawancara dengan Bapak Nafi’an, selaku guru mata pelajaran Bahasa Arab Kelas X MA
NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2020/2021 pada Ahad, 21 November 2021, pukul 10.00-11.00 WIB.
5
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Gava Media,
2014), hlm. 51.
6
Nur Kholifah. (2019). Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kurikulum 2013: Studi Analisis Berdasarkan Paradigma
Positivistik. Cendekia: Jurnal Studi Keislaman, 5(1), 1-22.

9 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


Kegiatan menanya ini dalam suatu pembelajaran berarti dilaksanakan dengan
mengajukan pertanyaan mengenai informasi yang tidak dimengerti setelah dari apa
yang diamati, ataupun pertanyaan guna mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang telah diamati.
3. Mencoba (coba)
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang
sesuai. Mencoba ini sama artinya dengan menarik informasi.
4. Menalar (nalar)
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah.
5. Menyajikan (sajikan)
Kemahiran mengkaji data yang telah dihasilkan.
Berkaitan dengan pendekatan ilmiah dengan sistem ATCNS diatas, diketahui
bahwa guru mata pelajaran Bahasa Arab MA NU TBS Kudus sudah melakukan
pendekatan tersebut dengan baik. Namun, terkadang terkendala dengan waktu atau
semacamnya. Dalam proses mengamati, para siswa Kelas X terkadang mengalami
ketidaksungguhan, karena permasalahan lain. Namun, mereka terlihat bersungguh-
sungguh dalam proses pembelajaran istima’. Proses menanya juga terlihat mereka
terkadang memberi pertanyaan ketika apa yang mereka tidak terdengar dalam
pembelajaran, pada hal ini istima’. Mereka akan sigap bilamana yang dirasa tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Mereka juga mencoba dalam mendapatkan
pembelajaran yang maksimal. Namun, ketika di tahap menalar dan menyajikan ini
terkadang sulit diterapkan dalam pembelajaran istima’.7
Pembelajaran yang baik akan tercapai bilamana mengikuti salah satu pendekatan
yang diambil, salah satunya dengan pendekatan saintifik. Nah, dalam pendekatan ini
bagaimana cara agar salah satu fokus yang dikaji juga bisa terukur, dalam hal ini

Hasil wawancara dengan Bapak Nafi’an, selaku guru mata pelajaran Bahasa Arab Kelas X MA
7

NU TBS Kudus Tahun Pelajaran 2020/2021 pada Ahad, 21 November 2021, pukul 10.00-11.00 WIB.

10 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


pembelajaran istima’. Maka cara yang paling utama adalah mengukur dengan
terlibatnya empat ranah kompetensi.
Pendekatan saintifik yang baik adalah yang melibatkan empat ranah, yaitu KI 1,
KI 2, KI 3, dan KI 4. Di dalam kelas maupun di luar kelas pada jam pembelajaran akan
menunjukkan perbaikan bilamana pendekatan tersebut dipakai secara optimal. Ketika
kami berbicara dengan Nafi’an Mustika Dawud, Lc, kami menanyakan beberapa hal
mengenai pendekatan saintifik yang diterapkan dalam pembelajaran istima’ di kelas X
MA NU TBS Kudus terdapat permasalahan atau problematika.
MA NU TBS Kudus dikenal dengan madrasah berbasis salaf, yang
kesehariannya berbasis pada mengaji kitab kuning, baik dengan metode sorogan atau
bandongan. Sering kali ditemui siswa yang sudah terlatih dalam membaca kitab
kuning. Meski berbasis salaf, namun madrasah ini juga memunculkan siswa-siswa
yang pandai di bidang keilmuan.
Dalam pengkajian penelitian ini mengenai problematika yang dihadapi guru
berkaitan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran istima’ Bahasa Arab Kelas
X di MA NU TBS Kudus. Dalam menerapkan pembelajaran istima’ di mata pelajaran
Bahasa Arab, banyak siswa yang kurang begitu tertarik dalam mengenakan metode
tersebut, terlebih-lebih di kelas X sebelumnya ada pemberlakuan fase daring
(pertemuan non-tatap muka). Cara yang dapat dilakukan guru dalam
mengantisipasinya, terkadang Bapak Nafi’an Mustika Dawud yang sering dikenal
dengan Yi Nafi’an itu membuat kelas senyaman mungkin terlebih dahulu. Beliau
menggunakan PAIKEM, seperti interaksi beliau dengan siswanya agar lebih akrab.
Dalam pendekatan saintifik, melibatkan 4 ranah seperti KI 1, KI 2, KI 3, dan KI
4 ini tetap dan akan diberlakukan dalam mata pelajaran Bahasa Arab, khususnya
istima’. Dengan memadukan ranah ini, akan tercipta siswa yang selain berkarakter,
juga mahir dalam menerapkan pembelajaran.

D. Lingkungan Belajar Bahasa

11 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


Sebuah teori menjelaskan bahwa lingkungan memunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap pemerolehan bahasa. Dan terdapat perbedaan yang nyata kemampuan
berbahasa antara orang yang berada pada lingkungan bahasa kedua dibanding dengan
yang tidak sekalipun ia ahli pada tatabahasa bahasa tersebut. Jika dilihat faktanya
terbukti bahwa lingkungan memberikan dampak terhadap perkembangan bahasa
seseorang termasuk bahasa asing.8
Untuk mengatasi kebosanan yang terkadang dialami siswa-siswa namun tetap
terlatih, guru Bahasa Arab MA NU TBS Kudus tidak menginstruksikan untuk
membentuk suatu bi’ah lughawiyyah yang digunakan untuk berkumpulnya belajar
bersama mengenai bahasa, namun ada beberapa siswa yang memiliki inisiatif
membentuk pola perkumpulan tersebut di luar jam pembelajaran mata pelajaran
Bahasa Arab, juga di dalamnya ada saling bertukar bahasa termasuk nantinya akan
melatih tidak hanya maharah istima’ saja, namun juga maharah kalam, qira’ah, dan
maharah kitabah. Guru tidak memberi instruksi tersebut dikarenakan terbatasnya waktu
yang dipakai di dalam jam pelajaran.
Kendala terbesar yang dilampaui seorang guru umumnya adalah keterbatasan
waktu di dalam jam pelajaran untuk menerapkan segala aspek untuk memadukan
ranah-ranah yang ada. Begitu juga dalam pengimplikasian pendekatan saintifik, yang
diharapakan siswa dapat berpikir jeli dan kritis. Yang menarik pada akhirnya, beliau
mengatakan bahwa kemahiran ini memang nampak belum berarti bagi mereka (para
siswa), namun bisa jadi kelak mereka akan sangat membutuhkannya. Maka,
pembiasaan itu penting.

Penutup
Dari hasil penelitian ini dan setelah ditulis, dapat ditarik kesimpulan, bahwa:
a. Bahasa Arab memiliki empat kemahiran berbahasa (maharatul lughah), yaitu
kemahiran menyimak (maharatul istima’), kemahiran berbicara (maharatul kalam),

8
Neli Putri. (2013). Bi’ah ‘Arabiyah. Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1(5), hlm. 409.

12 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


kemahiran membaca (maharatul qira’ah), dan kemahiran menulis (maharatul
kitabah). Kemahiran tersebut terbagi menjadi reseftif dan produktif.
b. Penelitian mengenai problematika atau permasalahan pembelajaran istima’ antara
lain kesulitan mendengar kosakata-kosaka dan mengucapkan kosakat-kosakata dan
mengenali kosakata-kosakata yang dialami oleh beberapa siswa. Pengucapan yang
terkadang tidak terdengar biasanya karena pelafalan huruf yang kurang tepat yaitu

makharijul huruf-nya. Seperti pada huruf ‫ ظ‬dan ‫ ض‬ketika dilafalkan atau ketika

berharakat. Contoh lain ‫ ث‬dan ‫ س‬ketika berharakat. Cara untuk mengatasinya,


biasanya guru khususnya guru Bahasa Arab MA NU TBS Kudus memberikan
materi untuk dipelajari sesering mungkin. Mungkin dengan membaca (maharah
qira’ah) dapat meningkatkan pemahaman atau tahu atas kosakata-kosakata
berbahasa Arab.
c. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam suatu pembelajaran meliputi
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan menyajikan (ATCNS). Diketahui
bahwa guru mata pelajaran Bahasa Arab MA NU TBS Kudus sudah melakukan
pendekatan tersebut dengan baik. Namun, terkadang terkendala dengan waktu atau
semacamnya. Dalam proses mengamati, para siswa Kelas X terkadang mengalami
ketidaksungguhan, karena permasalahan lain. Namun, mereka terlihat bersungguh-
sungguh dalam proses pembelajaran istima’. Proses menanya juga terlihat mereka
terkadang memberi pertanyaan ketika apa yang mereka tidak terdengar dalam
pembelajaran, pada hal ini istima’. Mereka akan sigap bilamana yang dirasa tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Mereka juga mencoba dalam mendapatkan
pembelajaran yang maksimal. Namun, ketika di tahap menalar dan menyajikan ini
terkadang sulit diterapkan dalam pembelajaran istima’.
d. Sebuah teori menjelaskan bahwa lingkungan memunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap pemerolehan bahasa. Dan terdapat perbedaan yang nyata kemampuan
berbahasa antara orang yang berada pada lingkungan bahasa kedua dibanding

13 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


dengan yang tidak sekalipun ia ahli pada tatabahasa bahasa tersebut. Jika dilihat
faktanya terbukti bahwa lingkungan memberikan dampak terhadap perkembangan
bahasa seseorang termasuk bahasa asing.

14 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava Media.
Fathoni, Muhamad. (2018). Pembelajaran Maharah Istima’. Jurnal Komunikasi dan
Pendidikan Islam. 1(1).
Gilang K, R. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran Daring di Era Covid-19 - Google
Books. Jawa Tengah: Penerbit Luthfi Gilang.
Kholifah, Nur. (2019). Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kurikulum 2013: Studi Analisis
Berdasarkan Paradigma Positivistik. Cendekia: Jurnal Studi Keislaman. 5(1). 1-
22.
Makinuddin, M. (2021). Strategi Pembentukan Lingkungan Bahasa (Maftuh (ed.); 1st
ed.). Academia Publication.
Putri, N. (2013). Bi’ah ’Arabiyah (p. 7). Jurnal al-Ta’lim.
Sholihah, F., Akla, A., & Walfajri, W. (2020). PENGAJARAN BAHASA ARAB
(Studi Minat Belajar Dan Kemampuan Berbicara Siswa). Arabia, 12(2), 139.
https://doi.org/10.21043/arabia.v12i2.8118.
Wekke, I. S. (2014). Model Pembelajaran Bahasa Arab (1st ed.). Deepublish.
https://books.google.co.id/books/about/Model_Pembelajaran_Bahasa_Arab.htm
l?id=ManiCQAAQBAJ&redir_esc=y.
Wekke, I. S. (2018). Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah (1st ed.). Deepublish.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=
rja&uact=8&ved=2ahUKEwj9xOr-
ueHzAhVq8XMBHZzCCTQQFnoECA4QAQ&url=https%3A%2F%2Fbooks.g
oogle.com%2Fbooks%2Fabout%2FPembelajaran_Bahasa_Arab_di_Madrasah.
html%3Fid%3DxQArDAAAQBAJ&usg=AOvVaw16pWT1CeFJ5bC99FMa5i
a2.
Zaenuddin, Radliyah. 2005. Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa

15 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab


Arab. Cirebon: Pustaka Rihlah Group.

16 | Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Istima’ Bahasa Arab

Anda mungkin juga menyukai