Anda di halaman 1dari 29

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA


SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
KELAS II
MADRASAH IBTIDAIYAH SAKURU
TAHUN PELAJARAN
2022/2023

Oleh
SYARI’AH, S.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
SI PGMI
PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI
KELAS II
MADRASAH IBTIDAIYAH SAKURU
TAHUN PELAJARAN
2022/2023

Oleh
SYARI’AH, S.Pd.I
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses terus menerus

manusia untuk menanggulangi masalah-masalah yang di hadapi sepanjang hayat

karena itu siswa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berpikir secara mandiri.

Bahasa Indonesia merupakan pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar

baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu

pengetahuan lain. Dengan pendidikan bahasa Indonesia di sekolah dapat

mempersiapkan anak didik agar menggunakan bahasa Indonesia secara fungsional

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain pendidikan mempunyai tujuan

umum dan khusus yang mengarah pada pengembangan warga negara yang baik

dan pengembangan aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.2

Berhasil atau tidaknya proses pendidikan atau PBM (proses Belajar mengajar

(PBM) banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kemampuan guru

dalam memberikan pelajaran termasuk didalamnya penggunaan alat bantu, pilihan

metode yang tepat didalam proses pembelajaran.

Penddikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,


kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pembelajaran penggunaan metode bermain peran sangat penting

dilakukan, sebab metode bermain peran merupakan salah satu metode yang tepat

dalam melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran untuk mencapai

sasaran, terutama dalam melatih keterampilan berbicara siswa.

Pada dasarnya penggunaan metode bermain peran ini berangkat dari

model-model khas pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu pembelajaran terpadu.

Pembelajaran terpadu sendiri adalah pembelajaran yang menghubungkan aktifitas

anak berintraksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya. Dengan

menggunakan metode bermain peran ini seorang guru dapat memadukan

keterampilan berbicara dan menyimak, sehingga keterampilan berbicara siswa

menjadi lebih baik dan lebih terarah.

Pembelajaran pada hakikatnya menitik beratkan pada pembentukan dan

pengembangan kepribadian. Latihan menitikberatkan pada pembentukan

keterampilan, sedangkan pengajaran merupakan proses pengajaran yang terarah

pada tujuan yang direncaakan. Teknologi pendidikan menitikberatkan pada

aplikasi kreatif ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. Pengajaran

merupakan suatu yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,


fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Berdasarkan teori belajar, ada 5 pengertian pengajaran, yaitu:

1. Pengajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta

didik/siswa di sekolah;

2. Pengajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui

lenbaga pendidikan sekolah;

3. Pebelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan

kondisi belajar bagi peserta didik;

4. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi

warga masyarakat yang baik;

5. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan

masyarakat sehari-hari;

Sistim pembelajaran memiliki tiga ciri utama, yaitu memiliki rencana

khusus, kesalingketergantungan antara unsur-unsurnya, dan tujuan yang hendak

dicapai. Unsur menimal dalam sistim pembelajaran adalah siswa, tujuan, dan

prosedur, sedangkan pungsi guru dapat dialihkan kepada media pengganti. Unsur

dinamis pembelajaran pada diri guru terdiri dari motivasi membelajarkan siswa

dan kondisi guru siap membelajarkan siswa.Unsurpembelajaran konkruen dengan


unsur belajar yang meliputi motivasi belajar, sumber bahan belajar, alat bantu

belajar, dan subjek yang belajar.5

Dalam pembelajaran bahasa bahasa Indonesia, terdapat empat

keterampilan dasar berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Seperti yang kita ketahui, melalui pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah,

anak-anak meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesianya dengan berlatih

membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Bahasa Indonesia diajarkan

sejak taman sekolah dasar sampai perguran tinggi. Dengan kata lain kemampuan

berbahasa Indonesia mendapat penekanan dalam pencapaian kompetensi dasar,

pemilihan materi, dan distribusinya di sekolah dasar dan menengah di Indonesia.

Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diharapkan memiliki

keterampilan-keterampilan praktis berbahasa, seperti:

1. Mengingat/menyimpan unsur bahasa yang di dengar ;

2. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas;

3. Mengenal sistim tulisan yang digunakan;

4. Mnggunakan antografi dengan benar, termasuk penggunaan ejaan;6

Melalui harapan di atas, pembelajaran bahasa Indonesia dikelola agar

siswa memiliki keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Indonesia, khususnya

keterampilan berbicara. Berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi

berbicara, yaitu: interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi


berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka, di telepon yang

memungkinkan pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan

memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan, atau kita dapat meminta

lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya

dalam berpidato dihadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens

memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara

dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka.

Masalahnya, mengapa keluhan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia

masih sangat terasa? Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sejauh ini, belum

banyak yang dicapai oleh pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Fokus

pembelajaran bahasa Indonesia hanya pada tata bahasa dan bukannya terfokus

pada keterampilan-keterampilan dasar berbahasa khusunya keterampilan

berbicara, yang relevansinya dengan kebutuhan berbahasa kurang. Siswa hanya

menghafal jenis kata, pengertian kalimat, dan pungsi-pungsi awalan. Lalu

manakah kemampuan berbicara yang seharusnya dikuasai siswa melaluai

pembelajaran bahasa Indonesia.

Perkembngan pendidikan sekarang ini menuntut sebuah pemahaman

tentang bagaimana menciptakan peserta didik yang mampu berkompetensi di era

globalisasi dan kemajun teknologi. Metode pembelajaran merupakan cara

penyampaian materi oleh pendidik di mana cara penyampaian masalah yang


menjadi kendala bagi pendidik dan peserta didik. Karena karakter yang dimiliki

oleh masinh-masing individu yang berbeda.

Selanjutnya hasil observasi awal yang dilakukan peniliti pada Madrasah

ibtidaiyah sakuru, pembelajaran mata pelajaran bahasa di Kelas II guru bahasanya

menerapkan metode bervariasi diantaranya ceramah dan tanya jawab. Dari metode

yang diterapkan guru bahasa Indonesia tersebut nampak jelas bahwa keterampilan

berbahasa siswa khususnya keterampilan berbicara masih tergolong sangat rendah.

Berdasarkan pengalaman menjadi guru bahasa Indonesia di Madrasah

ibtidaiyah sakuru, siswa memiliki minat belajar bahasa Indonesia yang tinggi jika

memiliki buku penunjang serta pemilihan metode yang tepat dalam proses

pembelajaran. Disinilah peran guru sangat menentukan keberhasilan suatu proses

pembelajaran. Ketelitian guru dalam memilih suatu metode yang tepat akan

mempengaruhi kreatifitas dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran.

Dengan mengoptimalkan penerapan metode bermain peran pada pokok

bahasan drama. Peneliti berharap dapat meningkatkan keterampilan berbicara

siswa.

Berdasar latar belakang diatas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti:

Penerapan Metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Siswa Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Drama di Kelas II

madrasah ibtidaiyah sakuru Tahun Pelajaran 2022/2023.


B. Rumusan Masalah

. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan

keterampilan berbicara siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan

drama di Kelas II Madrasah ibtidaiyah sakuru

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang telah ditetapkan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan langkah-langkah pembelajaran

dengan menerapkan metode bermain peran pada pembelajaran bahasa Indonesia

pokok bahasan drama untk meningkatkan keterampilan berbicara siswa di

Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Sakuru Tahun Pelajaran 2022/2023.

D. Manfaat dan Hasil Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan, peneliti berhrap supaya

hasil dari penelitian ini selanjutnya dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun

praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil dari penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat:

a. Menambah pengetahuan penulis tentang penerapan metode bermain peran

dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada pembelajaran

bahasa Indonesia pokok bahasan drama.


b. Menjadi informasi bagi peneliti dan para guru dalam penerapan metode

bermain peran dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa terutama

dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

c. Menjadi acuan bagi peneliti dan bagi peneliti-peneliti berikutnya dengan

penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan keterampialan

berbicara siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian yang akan dilaksanakan nanti diharapkan dapat

bermanfaat:

a. Bagi siswa

Bagi siswa supaya dapat menjadi suatu masukan, sehingga siswa yang

dimaksud dapat mengetahui kelemahan atau kekurangan dalam memahami

suatu materi pembelajaran yang diajarkan.

b. Bagi guru

memberiakan informasi tentang penerapan metode bermain peran dalam

meningktkan keterampilan berbicara siswa.


c. Bagi sekolah

Dengan adanya hasil dari penelitian yang dilaksanakan diharapkan supaya

sekolah mengupayakan penerapan metode bermaian peran untuk

meningkatkan kerterampilan berbicara siswa.

Hasil yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan pedoman untuk memotivasi peserta didik dalam dengan


pembelajaran
penggunaan

metode bermain peran sebagai upaya keterampilan berbicara siswa.


meningkatkan

E. Definisi Operasional

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa

melalui penggunaan metode bermain peran pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia di madrasah ibtidaiyah sakuru. Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas dengan menggunakan desain penelitian Kemmis dan McTaggart.

Penelitian tindakan kelas ini diimplementasikan pada siswa kelas II Madrasah

ibtidaiyah sakuru, pada semester I tahun ajaran 2022/2023. Penelitian ini

dilakukan secara kolaboratif dalam dua siklus, dengan masing-masing siklus

terdiri dari tiga tindakan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, implementasi

dan observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan instrumen tes

unjuk kerja, dan pedoman observasi, kemudian dianalisis secara  kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bermain peran dapat

meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada skor

rata-rata siswa 78, 61 pada  siklus 1 dengan klasifikasi baik, dan skor rata-rata

siswa siklus 2 menjadi 81,04 dengan klasifikasi sangat baik Aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran dari rata-rata 81,00 pada siklus 1 menjadi 92,00 pada
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penegasan Pengertian Istilah

Sehubungan dengan penelitian ini yang berjudul “Penerapan Metode

Bermain Peran Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Pada

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas II Madrasah ibtidaiyah sakuruTahun

Pelajaran 2022/2023. Beberapa istilah yang perlu didefinisikan guna menghindari

kesalahpahaman terhadap rancangan peneliti ini. Adapun istilah yang perlu

didefinisikan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang mempengaruhi

untuk mencapai tujuan pembelajaran.8Sedangkan tujuan dari pembelajaran

adalah membantu orang belajar dan memanipulasi (merekayasa) lingkungan

sehingga memberi kemudahan bagi orang yng belajar. Pembelajaran sebagai

suatu rangkaian event (kejadian, peristiwa, kondisi dsb) yang secara sengaja

dirancang untuk mempengaruhi siswa (pembelajar), sehingga proses belajarnya

dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada

kejadian yang dilakukan guru saja, melainkan mencakup semua kejadian

maupun kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses


belajar, sedangkan Ummi Chulsum dkk menjelaskan bahwa pembelajaran

diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar.

2. Metode

Menurut Ummi Kalsum, metode adalah cara sistimatis yang terpikir

secara baik untuk mencapai tujuan, prinsip dan praktek-praktek

pengajaran.10Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru

guna kepentingan pembelajaran, karena karakteristik metode yang memiliki

kelebihan dan kelemahan menuntut untuk menggunakan metode yang tepat

dengan situasi dan kondisi lingkungan peserta didik. Dengan kata lain metode

mencakup pemilihan, penetuan, dan penyusunan secara sistimatis bahan yang

akan diajarkan, serta kemungkinnan pengadaan remidi dan bagaimana

pengembangannya. Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahar ajar tersebut

mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan pada

pendekatan yang dianut. Melihat hal itu, jelas bahwa suatu metode ditentukan

berdasarkan pendekatan yang dianut, pendekatan merupakan dasar penentu

metode yang digunakan.

3. Bermain Peran
Metode bermain peran merupakan kegiatan yang menfasilitasi

berperan dalam melakukan perbuatan atau prilaku orang yang

dipersepsikan orang lain itu berbicara dan melakukan sesuai dengan

peran dan situasinya. Esensi bermain peran adalah orang yang memiliki

keyakinan dan bagaimana mereka menjawab. Oeh karena itu, bermain

peran merupakan cara yang sangat bermanfaat untuk meneksplorasi

prilaku untuk membantu siswa memahami pentingnya individu dalam

dalam proses pembelajaran.12Jadi, bermain peran merupakan suatu model

pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan jati diri di

dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya

dengan bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran,

menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku

dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat

memberikan contoh kehidupan prilaku manusia yang berguna sebagai

sarana bagi siswa untuk:

a. menggali perasaan

b. memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap,

nilai, dan persepsinya.

c. mengembangkan keterampilan sikap dan sikap dalam memecahkan

masalah.
d. mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan

mendapatkan diri dalam situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti

dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerja dan lain-lain yang tidak bisa

terlepas dari keterampialn siswa dalam menggunakan bahasa.

4. Bahasa Indonesia

Bahasa adalah suatu sistim dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerjasama,

dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa

tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara

lambang bunyi dengan bendanya.

Anderson mengemukakan, bahwa hakekat bahasa mengandung delapan

prinsip dasar, yaitu:

a. bahasa adalah suatu sistim, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

komponen yang berpola secara tetap dan dikaidahkan.

b. bahasa adalah lambang bunyi, artinya lambang-lambang itu berbentuk

bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap bahasa

melambangkan suatu makna.

c. bahasa tersusun dari makna-makna suka (arbitrer), artinya hubungan

lambang dengan makna tidak bersifat wajib, dapat berubah, dan tak dapat

dijelaskan mengapa lambang tersebut memiliki makna tertentu.


d. bahasa dibentuk berdasarkan konvensional, artinya setiap penutur bahasa

akan mematuhi aturan antara hubungan lambang dengan makna.

e. bahasa itu bersifat produktif, artinya dengan sejumlah unsur yang terbatas,

namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang tidak terbatas.

f. bahasa bersifat dinamis, artinya bahasa itu tidak terlepas dari berbagai

kemungkian perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Pada setiap

waktu mungkin saja ada kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada

kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi,

g. bahasa itu beragam, artinya meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola

tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang

hiterogen dalam latar belakang kehidupan sosial dan kebiasaan yang

berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam.

h. Bahasa itu bersifat manusiawi, artinya bahasa seperti alat komunikasi

verbal hanya dimiliki manusia. Hewan tidak memiliki bahasa. Yang

dipunyai hewan adalah alat komunikasi yang berupa bunyi, gerak, isyarat,

tidak produktif dan tidak dinamis yang dimiliki secara naluriah atau

ingstingtif.
5. Drama

Drama termasuk karya sastra. Naskah drama lebih banyak berupa

dialog antar tokoh karena ditujukan untuk pementasan.

Menurut Ummi Chulsum drama adalah sebuah kisah yang terutama

memiliki konflik yang disusun untuk suatu pertunjukan teater, kejadian yang

menyedihkan. Ummi Chulsum juga menjelaskan macam-macam drama

diantaranya:

a. drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar

konversi alur, penokohan, tematik;

b. drama baca, yaitu naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan

untuk dipentaskan;

c. drama borjuis, yaitu drama yang bertema tentang kehidupan kaum

bangsawan;

d. drama domestik, yaitu drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa;

e. drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan atau berakhir

dengan mala petaka;

f. drama heroik, yaitu drama yang menceritakan kepahlawanan;

g. drama mini kata, yaitu drama yang dialognya pendek-pendek;

h. drama misteri, yaitu drama keagamaan yang berisi cerita-cerita al-kitab.


i. drama moralis, yaitu drama yang berisi pertentangan antara kebaikan dan

keburukan;

j. drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan

festival-festival rakyat yang ada;

k. drama realis, yaitu drama yang ditulis sesuai dengan konsep-konsep aliran

realisme dalam teater;

l. drama sattire, yaitu drama yang berisi sendiran, umumnya bersifat komedi;

m. drama tari, yaitu drama yang lakonkan dengan tari-tarian; dan

n. drama tendns, yaitu drama yang berisi masalah sosial;15

6. Keterampialn Berbicara

Berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu:

interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif,

misalnya percakapan secara tatap muka, di telepon yang memungkinkan

pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan memungkinkan kita

meminta klarifikasi, pengulangan, atau kita dapat meminta lawan bicara.

Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya dalam

berpidato dihadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens

memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun


pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa

tubuh mereka.

Berikut beberapa keteramplan mikro yang harus dimiliki dalam

berbicara, di antaranya:

a. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar

dapat membedakannya;

b. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan tepat sehingga

pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;

c. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;

d. Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi

komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan

pendengar;

e. Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar;

f. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan

ide-ide utama; dan

g. Berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah

mengikuti pembicaraan;16

Dalam berkomunikasi kita menggunakan keterampila berbicara yang telah

kiti miliki, seberapapun tingkat kualitas atau keterampialan itu. Ada orang yang

memiliki keterampialn berbicara secara optimal sehingga tujuan komunikasinya

mudah tercapai dalam setiap peristiwa komunikasi, dan ada pula orang yang
sangat lemah tingkat keterampilannya, sehingga bukan tujuan komunikasinya yang

tercapai, tapi malah terjadi salah pengertian yang berakibat suasana

komunikasinya menjadi buruk.


BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan

yang dilaksanakan guru didalam kelas.

A. Lokasi dan waktu penelitian

Adapun lokasi dan waktu penelitian bertempat di Madrasah ibtidaiyah sakuru

kecematan monta, kabupaten bima,dengan waktu penelitian 1 bulan yang di

mulai pada tanggal 21 November 2022 sampai dengan 20 Desember 2022 di

kelas II madrasah ibtidaiyah sakuru

B. Setting Penelitian

Adapun yang dijadikan subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas II

Madrasah Ibtidaiyah Sakuru Tahun Pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 20

orang yang terdiri dari 7 siswa dan 13 siswi.

C. Desain/rancangan tindakan penelitian

1. Perencanaan

Pada penelitian ini, sasaran ditujukan untuk mendapatkan langkah-

langkah pembelajaran dengan penerapan metode bermain peran pada

pembelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan drama untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa di Kelas II Madrasah

Ibtidaiyah Sakuru Tahun Pelajaran 2022/2023. Penerapan metode

bermain peran ini bertujuan supaya siswa lebih terampil dalam


berbicara walaupun dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang

dimiliki Madarasah
2. Implementasi Tindakan

Dalam tahapan ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang

mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan

melakukan antisipasi lebih dari yang diharapkan pelaksanaan PTK

dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis tindakan yang

telah ditentukan.

3. Observasi dan interprestasi

Observasi terhadap kinerja guru

Observasi terhadap kinerja guru/peneliti dilakukan oleh guru

pamong atau peneliti itu sendiri dan juga bisa dilakukan oleh

peserta didik setelah proses pembelajaran. Observasi dilakukan

dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

Observasi terhadap kinerja peserta didik Observasi terhadap

kinerja peserta didik dilakukan oleh guru beserta obserfer

secara terus menerus, baik sebelum proses pembelajaran


maupun selama proses pembelajaran. Observasi ini juga

dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang telah

disediakan.

4. Analisis dan refleksi

Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam

suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam dan

terpercaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga

dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya.

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan antara lain

 melakukn evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan

meliputi evaluasi kualitas pembelajaran dengan

penerapan metode bermain peran.

 melakukan analisis tindakan hasil dari evaluasi RPP dan naskah


drama.

 memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan

hasil dari evaluasi, sebagai acuan pada siklus

berikutnya.

 mengadakan evaluasi tindakan I

Berikutnya tindakan mengulangi tahapan I pada siklus selajutnya.

5. Siklus tindakan

Melaksanakan bermain peran dengan pengamatan yang dilakukan refleksi kembali

D. Indikator Capaian

Adapun indikator-indikator aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

 Kegiatan awal: Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa

Indonesian dengan penerapan metode bermain peran.


 Kegiatan inti: Aktifitas siswa dalam pembelajaran

 Penutup

E. Instrumen Yang Digunakan


Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. metode observasi, yaitu cara pengumpulan data yang dilksanakan dengan

indra manusia disertai dengan melakukan pencatatan secara sistimatis.


b. metode dokumentasi, yaitu penelitian untuk memperoleh keterangan-

keterangan untuk memproleh informasi dari tata usaha atau catatan-catatan

tentang gejala-gejala atau peristiwa masa lalu.

c. metode test, berasal dari kata testum yang mempunyai arti sebagai alat

pengukur.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tehnik pengumpulan data ini dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan
menggunakan tehnik studi dokument

G. Tehnik Analisis Data

Adapun teknik analisis data pada penelitian tindakan kelas ini yaitu dengan memfoto,

mencatat, dan mengumpulkan data dari bermain peran


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hufad. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Dirjen Pendidikan


Islam Depag RI, 2009.
Basuki Wibawa. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah,2004.
Isah Cahyani. Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta: Direktorat
Setia Yuwana Sudikan. Penuntun Penyusunan Karya Ilmiah, Semarang:
CV Aneka Ilmu,2002.
Suyatno. Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta: CV Pratama
Mitra Aksara, 2008.
. Sistim Pendidikan Indonesia nomor. 20 Thn 2003, Bandung:
Fokus Media, 2003.
. Pedoman Penulisan Skripsi, Mataram: 2009.
Ummi Chulsum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya:
Kashiko, 2006.
Zaenal Aqib. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan
Cendikia, 2002.

Anda mungkin juga menyukai