PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah Dasar sebagai penggalan pertama pendidikan dasar yang
sangat berfungsi sebagai fundamental untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa peserta didik. Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 4
Ayat 5 menegaskan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan
mengembangkan budaya Membaca, Menulis, dan Berhitung bagi segenap
masyarakat. Amanat undang-undang ini merupakan landasan yuridis
perlunya penguatan keterampilan Membaca, Menulis, dan Berhitung dalam
pembelajaran di SD. Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013 (lampiran IV)
merupakan landasan yuridis bagi penyusunan “Panduan Teknis
Pembelajaran Membaca, Menulis, dan Berhitug di Sekolah Dasar dalam
Konteks Kurikulum 2013”.
Pentingnya pembelajaran membaca juga terdapat dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pada Bab III pasal 4 ayat
4 tentang Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan bahwa
pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Secara garis besar
ayat tersebut menjelaskan bahwa membaca bagi warga masyarakat sangat
penting. Untuk itu pembelajaran membaca juga harus dilaksanakan sesuai
dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan.
Membaca permulaan merupakan tahap proses belajar membaca bagi
siswa sekolah dasar kelas awal, siswa belajar untuk memperoleh
pengetahuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi
bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran
membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca
sebagai suatu yang menyenangkan, suasana belajar harus diciptakan melalui
kegiatan permainan Bahasa dalam pembelajaran pelajaran bahasa indonesia
adalah program untuk mengembangkan pengetahuan keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa indonesia, dan juga
kemampuan berbahasa indonesia yang menjadi pedoman dalam
pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar.membaca. Hal ini sesuai
dengan karakteristik anak masih senang bermain.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan.
Kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar adalah sesuai dengan
konteks waktu, tujuan dan suasana saat komunikasi dilangsungkan. Standar
kompetensi Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan peserta
didik yang mengggambarkan penguasaan pengetahaun keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Standar kompetensi
yang dimaksud yaitu, peserta didik dapat mengembangkan potensinya
sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya serta dapat
menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan.
Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa
tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu
berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran Bahasa
Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting.
Pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar
membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya
kemahirwacanaan. Khususnya keterampilan membaca harus segera
dikuasai oleh para siswa di SD karena keterampilan ini secara langsung
berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar
siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat
ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka.
Proses belajar mengajar dilaksanakan melalui komunikasi timbal
balik dan tidak semata-mata merupakan pemberian informasi searah tanpa
mengembangkan gagasan, kreatifitas dan nilai serta keterampilan baik
secara mandiri maupun dalam suasana kebersamaan. Siswa diaktifkan
dalam belajar agar mampu mengembangkan, baik berupa pengetahuan
sikap dan nilai maupun keterampilan serta mampu menerapkan proses
belajar mengajar yang menganut cara belajar siswa aktif, berorientasi
kepada siswa itu sendiri. Hal ini memungkinkan siswa itu berfikir, bersikap
dan bertindak kreatif sehingga dikemudian hari mereka dapat menghadapi
perubahan – perubahan masyarakat dan memberikan sumbangan bagi
pembangunan bangsa. Dalam proses belajar mengajar yang menjadi
masukan utama adalah materi pelajaran, metode, tujuan, sarana belajar
mengajar dan penilaian. Dengan demikian sarana yang meliputi buku, alat
pelajaran, media (video, radio dan lain-lain), perabot sekolah dengan
bangunan sekolah ruang belajar, merupakan satu unsur dalam kegiatan
belajar mengajar.Ini bertujuan memberi pedoman bagaimana merencanakan
penggunaan sarana kegiatan belajar mengajar atau tujuan instruksional
dapat tercapai secara optimal.
“Tujuan membaca permulaan di kelas rendah adalah agar siswa
dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat”
(N. D. D. Lestari et al., 2021) Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada
tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan
kreativitas guru yang mengajar di kelas rendah. Dengan kata lain, guru
memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan keterampilan
membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai
fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses
pembelajaran. Guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup
menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa dan mengembangkan
pribadi manusia Indonesia seutuhnya. Menurut (Fadilah, 2018)
“Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ialah guru terlalu
banyak menyuapi, tetapi kurang menyuruh siswa aktif membaca,
menyimak, menulis dan berbicara”.
Dari uraian di atas siswa dalam membaca dan menulis permulaan
sangat membutuhkan alat peraga agar mereka memahami, akan tetapi dalam
kenyataannya guru kurang kreatif dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar membaca menulis permulaan di kelas II.
Kebanyakan guru kelas II kurang sekali memanfaatkan alat peraga
ketika proses pembelajaran, yang sering di temukan adalah ketika
melaksanakan kegiatan belajar mengajar membaca dan menulis di kelas II
guru hanya memberi contoh membaca dan menulis dan siswa menirukan.
Sehingga yang terjadi, pada empat bulan pertama masuk sekolah, yang
seharusnya siswa secara bertahap harus menguasai 22 huruf dalam
membaca dan menulis permulaan sesuai dengan target kurikulum, siswa
banyak yang hanya hafal apa yang diucapkan guru dan mengutip apa yang
ditulis oleh guru tanpa bisa membaca atau menulis permulaan dalam arti
yang sebenarnya.
Informasi ini disampaikan oleh guru-guru di sekolah bahwa
keterampilan membaca siswa itu masih kurang sehingga peneliti mencari
alat peraga yang dapat membantu siswa di dalam belajar. Berdasarkan
Pengalaman PLP I yang dilakukan oleh peneliti di SDN 23 Jeppe’e
Kabupaten Bone pada Tahun 2022 menunjukkan bahwa masih banyak guru
yang belum menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran sehingga
proses pembelajaran belum efektif khususya pada kelas II SDN 23 Jeppe’e
Kabupaten Bone. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas tentu saja harus
diupayakan peningkatan-peningkatan dan motivasi pada guru untuk
menggunakan alat peraga dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
sehingga apa yang kita harapkan sesuai dengan tujuan pada kurikulum dapat
terwujud. Oleh karena itu, peneliti tertarik memilih judul Pengaruh
Penggunaan Media KINTAR Terhadap Keterampilan Membaca Permulaan
Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SD.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah
sebagai berikut;
1. Bagaimana Pengaruh signifikan Penggunaan Media KINTAR Terhadap
Keterampilan Membaca Permulaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas II
SD?
2. Bagaimana penggunaan media KINTAR dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa Kelas II SD dalam pelajaran bahasa Indonesia?
3. Bagaimana dampak dari Penggunaan Media KINTAR Terhadap
Keterampilan Membaca Permulaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas II
SD?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Pengaruh signifikan Penggunaan Media KINTAR
Terhadap Keterampilan Membaca Permulaan Bahasa Indonesia Siswa
Kelas II SD?
2. Mengetahui penggunaan media KINTAR dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa Kelas II SD dalam pelajaran bahasa Indonesia?
3. Mengetahui dampak dari Penggunaan Media KINTAR Terhadap
Keterampilan Membaca Permulaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas II
SD?
D. Manfaat Penelitian
Tindakan penelitian ini memiliki manfaat:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan tentang
penggunaan alat peraga KINTAR (Kincir Pintar) dalam keterampilan
membaca di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi guru
a. Sebagai masukan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam
melaksanakan pembelajaran membaca permulaan
b. Mengetahui media baru yang dapat membantu dalam melatih
kemampuan membaca siswa.
c. Guru dapat menggunakan strategi ini sebagai alternatif
pembelajaran membaca permulaan.
2) Bagi Siswa
a. Meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian dalam proses
pembelajaran membaca permulaan.
b. Memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam hal
pengembangan potensi minat dan bakat melalui pembelajaran
yang menyenangkan.
c. Sebagai wahana dan fasilitas untuk meningkatkan
kemampuan membaca siswa.
3) Bagi Sekolah
a. Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran yang bermutu.
b. Diperolehnya masukan baru dalam memperbaiki sistem
pengajaran di sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas
sekolah.
4) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber
acuan membuat penelitian lanjutan yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Keterampilan Membaca Permulaan
a. Pengertian keterampilan membaca
Menurut (Yasa et al., 2020) Keterampilan yaitu kemampuan untuk
menggunakan akal, pikiran, ide dan kratifitas dalam mengerjakan, atau
mengubah apapun membuat suatu lebih bermakna sehingga
menghasilkan nilai dari hasil pekerjaan tersebut.
(Erdiana, n.d.) juga berpendapat bahwa keterampilan adalah sebuah
kemampuan dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan
tepat. Sedangkan (Syahputra & Tanjung, 2020) keterampilan berarti
mengembangkan pengetahuan yang dapat melalui training dan
pengelaman dalam melaksanakan beberapa tugas serta keterampilan
harus dilakukan dengan praktek sebagai pengembangan aktivitas
Dari tiga pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
keterampilan setiap orang harus diasah melalui program training atau
bimbingan lain.
(A. R. Lestari, 2021) Menyatakan bahwa membaca adalah menyerap
huruf atau symbol grafis yang kemudian diubah menjadi ucapan atau
proses pengertian dalam otak. Membaca bukan hanya persepsi visual
tetapi kemampuan menyerap makna symbol grafis dan kemampuan
merefleksi symbol tersebut, sementara itu, (Kusumawati, 2020)
menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses psikolingustik dimana
membaca menggunakan kemampuan untuk menyimpulkan arti yang
dimaksudkan oleh penulis. Keterampilan membaca itu sendiri berasal
dari kata terampil dan baca. Terampil berarti cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan (Latifah, 2021)
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpukan bahwa
keterampilan membaca adalah suatu kerampilan dalam mengenal dan
memahami tulisan dalam bentuk huruf, kata dan kalimat dalam bacaan
guna memperoleh informasi yang terdapat dalam bacaan. Dengan
membaca kita dapat mengetahi isi dunia dan pola piker kita menjadi
berkembang.
Pembelajaran membaca di SD dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu
membaca permulaan dan membaca lanjut. “Di kelas I dan II pokok
bahasan membaca berupa membaca permulaan, sedangkan sejak kelas
III – VI mengembangkan pokok bahasan membaca pemahaman
berbagai macam wacana, seperti narasi, deskripsi, eksposisi, dan
argumentasi” (Mustika, 2019) Selain membaca teknis, dalam membaca
lanjutan juga ada membaca dalam hati, membaca cepat, membaca
bahasa, membaca indah, dan membaca pustaka. Membaca permulaan
merupakan tahapan membaca paling awal. “Siswa dituntut untuk
mampu menerjemahkan bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan. Dalam
hal ini, tercakup pula aspek kelancaran membaca. Siswa harus dapat
membaca wacana dengan lancar, bukan hanya membaca kata-kata
ataupun mengenali huruf-huruf yang tertulis” (Supriyatin, 2020)
(Yawu et al., 2017) menjelaskan bahwa kemampuan membaca yang
diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap
kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari
kemampuan berikutnya, maka kemampuan membaca permulaan benar-
benar memerlukan perhatian guru; sebab jika dasar itu tidak kuat, pada
tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat
memiliki kemampuan membaca yang memadai. Lebih lanjut,
Membaca dini atau membaca permulaan menurut (Maulinawati et
al., 2020) adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada
anak prasekolah. Fokus dari program ini yakni perkataan-perkataan
utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang
diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai
perantara pembelajaran.
(Kemba, 2019) menyebutkan ada beberapa aspek - aspek membaca,
diantaranya : penggunaan bentuk huruf, pengenalan unsur - unsur
linguistik (fonim, kata, frase, kalimat, dan lain- lain), pengenalan
hubungan pada ejaan dan bunyi, dan kecepatan membaca bertaraf
lambat melihat begitu banyak ragam membaca, maka yang penulis teliti
adalah membaca permulaan. Membaca permulaan dibagi dua macam,
yaitu: Membaca permulaan tanpa buku, dan membaca permulaan
dengan buku.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka pengertian
keterampilan membaca permulaan dalam penelitian ini yakni suatu
usaha yang dilakukan anak untuk melafalkan simbol (huruf). Membaca
permulaan yaitu kegiatan membaca yang biasa dilakukan dikelas 1 dan
2 pada tataran membaca permulaan yang dipentingkan adalah
kelancaran.
(Supriyatin, 2020) menjelaskan guru kelas I dan kelas II haruslah
berusaha sungguh-sungguh agar ia dapat memberikan dasar
kemampuan membaca yang memadai kepada anak didik. Hal itu akan
dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran yang baik. Guru
memerlukan perencanaan, baik mengenai materi, metode, maupun
pengembangannya.
Dari pengertian tersebut mengandung makna bahwa membaca
permulaan adalah pengenalan dan pemahaman huruf dan lambang
tulisan. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
membaca permulaan yaitu pengenalan dan pemahaman tulisan berupa
kata maupun kalimat kemudian diucapkan atau dilisankan supaya
tulisan tersebut mempunyai makna tertentu dan si pembaca dapat
menangkap makna tersebut.
b. Tujuan Membaca Permulaan
Menurut (Rahma & Dafit, 2021) tujuan membaca permulaan yaitu
(1) Dapat melafalkan huruf-huruf dengan baik, (2) Dapat melafalkan
huruf-huruf dalam kata ulangan dengan baik, (3) Dapat menyebutkan
makna kata dalam kalimat yang dibacanya.
Pada tahun - tahun pertama, pengajaran SD adalah saat pertama
kalinya Bahasa secara resmi diajarkan. Kebanyakan anak memiliki
keragaman latar belakang sebelum memasuki Sekolah Dasar.
Diantaranya latar bahasa ibu atau lingkungan. Karena adanya
keanekaragaman latar belakang seperti itulah guru hendaknya dapat
menggunakan alat pelajaran dan mode secara efektif agar keterampilan
membaca dapat dicapai. Guru jangan hanya terpaku pada satu atau dua
metode saja, tetapi beberapa metode yang dilaksanakan secara
bervariasi sehingga dapat menarik perhatian siswa.
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang sebenarnya masih di uji secara empiris.Hipotesis
merupakan rangkuman dari penelaan - penelaan kesimpulan teoritis dari
perpustakaan.
Adapun hipotesis yang peneliti ajukan sebagai berikut, adanya
Pengaruh Penggunaan Media KINTAR Terhadap Keterampilan Membaca
Permulaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SD.
DAFTAR PUSTAKA