Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah Dasar sebagai penggalan pertama pendidikan dasar yang
sangat berfungsi sebagai fundamental untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa peserta didik. Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 4
Ayat 5 menegaskan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan
mengembangkan budaya Membaca, Menulis, dan Berhitung bagi segenap
masyarakat. Amanat undang-undang ini merupakan landasan yuridis
perlunya penguatan keterampilan Membaca, Menulis, dan Berhitung dalam
pembelajaran di SD. Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013 (lampiran IV)
merupakan landasan yuridis bagi penyusunan “Panduan Teknis
Pembelajaran Membaca, Menulis, dan Berhitug di Sekolah Dasar dalam
Konteks Kurikulum 2013”.
Pentingnya pembelajaran membaca juga terdapat dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pada Bab III pasal 4 ayat
4 tentang Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan bahwa
pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Secara garis besar
ayat tersebut menjelaskan bahwa membaca bagi warga masyarakat sangat
penting. Untuk itu pembelajaran membaca juga harus dilaksanakan sesuai
dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan.
Membaca permulaan merupakan tahap proses belajar membaca bagi
siswa sekolah dasar kelas awal, siswa belajar untuk memperoleh
pengetahuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi
bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran
membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca
sebagai suatu yang menyenangkan, suasana belajar harus diciptakan melalui
kegiatan permainan Bahasa dalam pembelajaran pelajaran bahasa indonesia
adalah program untuk mengembangkan pengetahuan keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa indonesia, dan juga
kemampuan berbahasa indonesia yang menjadi pedoman dalam
pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar.membaca. Hal ini sesuai
dengan karakteristik anak masih senang bermain.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan.
Kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar adalah sesuai dengan
konteks waktu, tujuan dan suasana saat komunikasi dilangsungkan. Standar
kompetensi Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan peserta
didik yang mengggambarkan penguasaan pengetahaun keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Standar kompetensi
yang dimaksud yaitu, peserta didik dapat mengembangkan potensinya
sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya serta dapat
menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan.
Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa
tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu
berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran Bahasa
Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting.
Pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar
membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya
kemahirwacanaan. Khususnya keterampilan membaca harus segera
dikuasai oleh para siswa di SD karena keterampilan ini secara langsung
berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar
siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat
ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka.
Proses belajar mengajar dilaksanakan melalui komunikasi timbal
balik dan tidak semata-mata merupakan pemberian informasi searah tanpa
mengembangkan gagasan, kreatifitas dan nilai serta keterampilan baik
secara mandiri maupun dalam suasana kebersamaan. Siswa diaktifkan
dalam belajar agar mampu mengembangkan, baik berupa pengetahuan
sikap dan nilai maupun keterampilan serta mampu menerapkan proses
belajar mengajar yang menganut cara belajar siswa aktif, berorientasi
kepada siswa itu sendiri. Hal ini memungkinkan siswa itu berfikir, bersikap
dan bertindak kreatif sehingga dikemudian hari mereka dapat menghadapi
perubahan – perubahan masyarakat dan memberikan sumbangan bagi
pembangunan bangsa. Dalam proses belajar mengajar yang menjadi
masukan utama adalah materi pelajaran, metode, tujuan, sarana belajar
mengajar dan penilaian. Dengan demikian sarana yang meliputi buku, alat
pelajaran, media (video, radio dan lain-lain), perabot sekolah dengan
bangunan sekolah ruang belajar, merupakan satu unsur dalam kegiatan
belajar mengajar.Ini bertujuan memberi pedoman bagaimana merencanakan
penggunaan sarana kegiatan belajar mengajar atau tujuan instruksional
dapat tercapai secara optimal.
“Tujuan membaca permulaan di kelas rendah adalah agar siswa
dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat”
(N. D. D. Lestari et al., 2021) Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada
tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan
kreativitas guru yang mengajar di kelas rendah. Dengan kata lain, guru
memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan keterampilan
membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai
fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses
pembelajaran. Guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup
menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa dan mengembangkan
pribadi manusia Indonesia seutuhnya. Menurut (Fadilah, 2018)
“Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ialah guru terlalu
banyak menyuapi, tetapi kurang menyuruh siswa aktif membaca,
menyimak, menulis dan berbicara”.
Dari uraian di atas siswa dalam membaca dan menulis permulaan
sangat membutuhkan alat peraga agar mereka memahami, akan tetapi dalam
kenyataannya guru kurang kreatif dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar membaca menulis permulaan di kelas II.
Kebanyakan guru kelas II kurang sekali memanfaatkan alat peraga
ketika proses pembelajaran, yang sering di temukan adalah ketika
melaksanakan kegiatan belajar mengajar membaca dan menulis di kelas II
guru hanya memberi contoh membaca dan menulis dan siswa menirukan.
Sehingga yang terjadi, pada empat bulan pertama masuk sekolah, yang
seharusnya siswa secara bertahap harus menguasai 22 huruf dalam
membaca dan menulis permulaan sesuai dengan target kurikulum, siswa
banyak yang hanya hafal apa yang diucapkan guru dan mengutip apa yang
ditulis oleh guru tanpa bisa membaca atau menulis permulaan dalam arti
yang sebenarnya.
Informasi ini disampaikan oleh guru-guru di sekolah bahwa
keterampilan membaca siswa itu masih kurang sehingga peneliti mencari
alat peraga yang dapat membantu siswa di dalam belajar. Berdasarkan
Pengalaman PLP I yang dilakukan oleh peneliti di SDN 23 Jeppe’e
Kabupaten Bone pada Tahun 2022 menunjukkan bahwa masih banyak guru
yang belum menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran sehingga
proses pembelajaran belum efektif khususya pada kelas II SDN 23 Jeppe’e
Kabupaten Bone. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas tentu saja harus
diupayakan peningkatan-peningkatan dan motivasi pada guru untuk
menggunakan alat peraga dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
sehingga apa yang kita harapkan sesuai dengan tujuan pada kurikulum dapat
terwujud. Oleh karena itu, peneliti tertarik memilih judul Pengaruh
Penggunaan Media KINTAR Terhadap Keterampilan Membaca Permulaan
Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SD.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah
sebagai berikut;
1. Bagaimana Pengaruh signifikan Penggunaan Media KINTAR Terhadap
Keterampilan Membaca Permulaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas II
SD?
2. Bagaimana penggunaan media KINTAR dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa Kelas II SD dalam pelajaran bahasa Indonesia?
3. Bagaimana dampak dari Penggunaan Media KINTAR Terhadap
Keterampilan Membaca Permulaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas II
SD?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Pengaruh signifikan Penggunaan Media KINTAR
Terhadap Keterampilan Membaca Permulaan Bahasa Indonesia Siswa
Kelas II SD?
2. Mengetahui penggunaan media KINTAR dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa Kelas II SD dalam pelajaran bahasa Indonesia?
3. Mengetahui dampak dari Penggunaan Media KINTAR Terhadap
Keterampilan Membaca Permulaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas II
SD?

D. Manfaat Penelitian
Tindakan penelitian ini memiliki manfaat:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan tentang
penggunaan alat peraga KINTAR (Kincir Pintar) dalam keterampilan
membaca di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi guru
a. Sebagai masukan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam
melaksanakan pembelajaran membaca permulaan
b. Mengetahui media baru yang dapat membantu dalam melatih
kemampuan membaca siswa.
c. Guru dapat menggunakan strategi ini sebagai alternatif
pembelajaran membaca permulaan.
2) Bagi Siswa
a. Meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian dalam proses
pembelajaran membaca permulaan.
b. Memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam hal
pengembangan potensi minat dan bakat melalui pembelajaran
yang menyenangkan.
c. Sebagai wahana dan fasilitas untuk meningkatkan
kemampuan membaca siswa.

3) Bagi Sekolah
a. Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran yang bermutu.
b. Diperolehnya masukan baru dalam memperbaiki sistem
pengajaran di sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas
sekolah.

4) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber
acuan membuat penelitian lanjutan yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Keterampilan Membaca Permulaan
a. Pengertian keterampilan membaca
Menurut (Yasa et al., 2020) Keterampilan yaitu kemampuan untuk
menggunakan akal, pikiran, ide dan kratifitas dalam mengerjakan, atau
mengubah apapun membuat suatu lebih bermakna sehingga
menghasilkan nilai dari hasil pekerjaan tersebut.
(Erdiana, n.d.) juga berpendapat bahwa keterampilan adalah sebuah
kemampuan dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan
tepat. Sedangkan (Syahputra & Tanjung, 2020) keterampilan berarti
mengembangkan pengetahuan yang dapat melalui training dan
pengelaman dalam melaksanakan beberapa tugas serta keterampilan
harus dilakukan dengan praktek sebagai pengembangan aktivitas
Dari tiga pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
keterampilan setiap orang harus diasah melalui program training atau
bimbingan lain.
(A. R. Lestari, 2021) Menyatakan bahwa membaca adalah menyerap
huruf atau symbol grafis yang kemudian diubah menjadi ucapan atau
proses pengertian dalam otak. Membaca bukan hanya persepsi visual
tetapi kemampuan menyerap makna symbol grafis dan kemampuan
merefleksi symbol tersebut, sementara itu, (Kusumawati, 2020)
menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses psikolingustik dimana
membaca menggunakan kemampuan untuk menyimpulkan arti yang
dimaksudkan oleh penulis. Keterampilan membaca itu sendiri berasal
dari kata terampil dan baca. Terampil berarti cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan (Latifah, 2021)
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpukan bahwa
keterampilan membaca adalah suatu kerampilan dalam mengenal dan
memahami tulisan dalam bentuk huruf, kata dan kalimat dalam bacaan
guna memperoleh informasi yang terdapat dalam bacaan. Dengan
membaca kita dapat mengetahi isi dunia dan pola piker kita menjadi
berkembang.
Pembelajaran membaca di SD dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu
membaca permulaan dan membaca lanjut. “Di kelas I dan II pokok
bahasan membaca berupa membaca permulaan, sedangkan sejak kelas
III – VI mengembangkan pokok bahasan membaca pemahaman
berbagai macam wacana, seperti narasi, deskripsi, eksposisi, dan
argumentasi” (Mustika, 2019) Selain membaca teknis, dalam membaca
lanjutan juga ada membaca dalam hati, membaca cepat, membaca
bahasa, membaca indah, dan membaca pustaka. Membaca permulaan
merupakan tahapan membaca paling awal. “Siswa dituntut untuk
mampu menerjemahkan bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan. Dalam
hal ini, tercakup pula aspek kelancaran membaca. Siswa harus dapat
membaca wacana dengan lancar, bukan hanya membaca kata-kata
ataupun mengenali huruf-huruf yang tertulis” (Supriyatin, 2020)
(Yawu et al., 2017) menjelaskan bahwa kemampuan membaca yang
diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap
kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari
kemampuan berikutnya, maka kemampuan membaca permulaan benar-
benar memerlukan perhatian guru; sebab jika dasar itu tidak kuat, pada
tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat
memiliki kemampuan membaca yang memadai. Lebih lanjut,
Membaca dini atau membaca permulaan menurut (Maulinawati et
al., 2020) adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada
anak prasekolah. Fokus dari program ini yakni perkataan-perkataan
utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang
diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai
perantara pembelajaran.
(Kemba, 2019) menyebutkan ada beberapa aspek - aspek membaca,
diantaranya : penggunaan bentuk huruf, pengenalan unsur - unsur
linguistik (fonim, kata, frase, kalimat, dan lain- lain), pengenalan
hubungan pada ejaan dan bunyi, dan kecepatan membaca bertaraf
lambat melihat begitu banyak ragam membaca, maka yang penulis teliti
adalah membaca permulaan. Membaca permulaan dibagi dua macam,
yaitu: Membaca permulaan tanpa buku, dan membaca permulaan
dengan buku.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka pengertian
keterampilan membaca permulaan dalam penelitian ini yakni suatu
usaha yang dilakukan anak untuk melafalkan simbol (huruf). Membaca
permulaan yaitu kegiatan membaca yang biasa dilakukan dikelas 1 dan
2 pada tataran membaca permulaan yang dipentingkan adalah
kelancaran.
(Supriyatin, 2020) menjelaskan guru kelas I dan kelas II haruslah
berusaha sungguh-sungguh agar ia dapat memberikan dasar
kemampuan membaca yang memadai kepada anak didik. Hal itu akan
dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran yang baik. Guru
memerlukan perencanaan, baik mengenai materi, metode, maupun
pengembangannya.
Dari pengertian tersebut mengandung makna bahwa membaca
permulaan adalah pengenalan dan pemahaman huruf dan lambang
tulisan. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
membaca permulaan yaitu pengenalan dan pemahaman tulisan berupa
kata maupun kalimat kemudian diucapkan atau dilisankan supaya
tulisan tersebut mempunyai makna tertentu dan si pembaca dapat
menangkap makna tersebut.
b. Tujuan Membaca Permulaan
Menurut (Rahma & Dafit, 2021) tujuan membaca permulaan yaitu
(1) Dapat melafalkan huruf-huruf dengan baik, (2) Dapat melafalkan
huruf-huruf dalam kata ulangan dengan baik, (3) Dapat menyebutkan
makna kata dalam kalimat yang dibacanya.
Pada tahun - tahun pertama, pengajaran SD adalah saat pertama
kalinya Bahasa secara resmi diajarkan. Kebanyakan anak memiliki
keragaman latar belakang sebelum memasuki Sekolah Dasar.
Diantaranya latar bahasa ibu atau lingkungan. Karena adanya
keanekaragaman latar belakang seperti itulah guru hendaknya dapat
menggunakan alat pelajaran dan mode secara efektif agar keterampilan
membaca dapat dicapai. Guru jangan hanya terpaku pada satu atau dua
metode saja, tetapi beberapa metode yang dilaksanakan secara
bervariasi sehingga dapat menarik perhatian siswa.

c. Tahap kemampuan membaca permulaan


Tahapan kemampuan membaca permulaan menurut (Asmonah,
2019) terbagi atas tiga kegiatan yakni:
a) Kegiatan Prabaca
Kegiatan prabaca adalah kegiatan yang dilakukan siswa
sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Pada tahap ini untuk
anak usia dini adalah kegiatan mengenal simbol huruf. Jadi
keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki dalam rangka
mempersiapkan anak untuk belajar dan membangun keberhasilan di
sekolah salah satunya yakni mengetahui abjad.
b) Kegiatan Saat Membaca
Kegiatan saat membaca atau during reading yang merupakan
kegiatan inti membaca. Anak dalam hal ini akan melakukan
kegiatan membaca simbol- simbol huruf, merangkai simbol-simbol
tersebut menjadi suatu kata untuk dibaca dan artinya, sehingga anak
akan melibatkan banyak indera serta kognisinya.
c) Kegiatan Pascabaca
Kegiatan pascabaca merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya
ke dalam konsep yang telah dimilikinya agar memperoleh
pemahaman yang lebih daripada sebelumnya. Dalam hal ini anak
akan belajar memahami/memaknai secara lebih dalam suatu
rangkaian kata yang telah dibacanya. Selanjutnya melakukan
diskusi atau Tanya jawab untuk menggali pemahamannya.

d. Kemampuan dasar untuk membaca permulaan


Kemampuan dasar untuk membaca permulaan adalah kemampuan
yang penting dimiliki anak pada saat ini sebagai bekal untuk dapat
membaca pada tahap lanjut. I. G. A. K. (Yuniantika, 2022) menyatakan
bahwa untuk dapat membaca permulaan, seorang anak dituntut agar
mampu: a) Membedakan bentuk huruf; b) Mengucapkan bunyi huruf
dan kata dengan benar; c) Menggerakkan mata dengan cepat dari kiri ke
kanan sesuai dengan urutan tulisan yang dibaca; d) Menyuarakan tulisan
yang sedang dibaca dengan benar; e) Mengenal arti tandatanda baca;
serta f) Mengatur tinggi rendah suara sesuai dengan bunyi, makna kata
yang diucapkan, serta tanda baca.
(Hadian et al., 2018) menyatakan bahwa materi yang diajarkan
dalam membaca permulaan adalah:
a) Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana.
b) Huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat
sederhana yang sudah dikenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan
secara bertahap sampai dengan 14 huruf).
c) Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang
sudah dikenal), misalnya: toko, ubi, boneka, mata, tamu.
d) Lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal dan kata baru (huruf
yang diperkenalkan 10 sampai 20 huruf).
Proses membaca anak dimulai dari penenaman kesanggupan
mengidentifikasi huruf (lambang bunyi dengan bunyinya). Hal ini
kemudian dilanjutkan menuju ke penanaman kesanggupan
mengidentifikasi struktur kata dengan struktur bunyinya Tim
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Yunus, 2017)
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka kemampuan dasar
untuk membaca permulaan merupakan kemampuan yang penting
dimiliki anak sebagai bekal untuk dapat membaca pada tahap lanjut
dengan tuntutan anak dapat menyuarakan huruf, suku kata, kata dan
kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan.
Adapaun dalam penelitian ini anak diharapkan mampu melafalkan
huruf, membaca huruf, menggabungkan huruf menjadi suku kata, dan
menggabungkan suku kata menjadi kata.

e. Metode Membaca Permulaan


(Yuliana, 2017) menyatakan ada beberapa metode yang dapat
digunakan dalam membaca permulaan yakni: Metode abjad, metode
bunyi, Metode kupas rangkai suku kata;
a) Metode abjad
Metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad (“a”, “be”,
“ce”, “de”, dan seterusnya). Langkah-langkah dalam membaca
permulaan ini yakni:
 Mengenalkan/membaca beberapa huruf, misalnya: b, o, l, a
 Merangkai huruf menjadi suku kata, misalnya: b.o – bo, l.a – la
 Menggabungkan suku kata yang sudah di hafal, misalnya: i –
ni, bo – la
 Merangkai kata menjadi kalimat, misalnya ini bola.
b) Metode bunyi
Pada metode bunyi, huruf diucapkan sesuai dengan
bunyinya. Huruf b dilafalkan “eb” atau “beh”, huruf d dilafalkan
“ed” atau “deh” dan seterusnya. Adapun langkah-langkah
pengajarannya, sama dengan metode abjad. Menurut (Yuliana,
2017) metode abjad dan metode bunyi merupakan metode-metode
yang sering menggunakan kata-kata lepas. Beda antara metode
abjad dengan metode bunyi terletak pada pengucapan huruf.
c) Metode suku
Kata Metode suku kata dalam pengajaran membaca
permulaan menyajikan kata-kata yang sudah dikupas menjadi suku
kata. Kemudian suku-suku kata tersebut dirangkai menjadi kata.
Kata yang telah terbentuk dirangkai menjadi suatu kalimat,
misalnya: i – tu dibaca itu bu – di dibaca budi. Kata-kata tersebut
dirangkai menjadi kalimat: itu budi.

2. Konsep Media Pembelajaran


a. Media Pembelajaran
Seorang pendidik pada saat mengajar harus bisa memilih fasilitas
yang sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan" dalam hal ini
pemilihan fasilitas ini termasuk di dalamnya adalah pemilihan dan
penggunaan media dalam menunjang prestasi belajar.
Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa,Depdikbud. (2015: 21) bahwa media adalah,
"Alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan
mudah dimengerti oleh anak didik sedangkan menurut (Rahman, 2021)
media pendidikan diartikan, "dapat diamati melalui Panca Indra.
Kedua pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa alat peraga
adalah suatu yang dapat membantu alat indra untuk mempermudah
penyampaian materi pendidikan oleh guru kepada anak didiknya.
Mengenai media penbelajaran apabila mengacu (Yunus, 2017)
berpendapat bahwa media pembelajaran sangat menunjang proses
belajar mengajar karena prosesnya lebih terarah. (Hairuddin, 2019)
menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik
yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar
proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat
berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
Dari kedua uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
penyediaan fasilitas penunjang seperti media akan lebih memungkinkan
timbulnya suatu rangsangan kepada siswa untuk mengetahui lebih
banyak tentang materi yang disajikan oleh seorang guru, sehingga
dengan demikian timbul gairah belajar lebih giat lagi. Agar proses
penyampaian pesan atau materi pendidikan dapat berlangsung dengan
baik, Hasibuan dan Mujiono (1986: 66) berpendapat,
1) Setiap guru menetapkan, memutuskan tujuan pengajaran akan
dicapainya dari saat ke saat.
2) Setiap guru mernilih dan melaksanakan metode mengajar dengan
metode yang lain.
3) Setiap guru memiliki keterampilan menghasilkan dan
mempergunakan alat - alat Bantu pengajaran untuk mencapai
tujuan sebaik – baiknya.
Pendapat- pendapat di atas jelaslah kiranya bahwa seorang
guru dituntut agar bisa menciptakan keseimbangan antara penyiapan
materi yang hendak disajikan. Pemilihan metode lain atau tehnik-
tehnik tertentu yang digunakan untuk memperlancar jalannya proses
belajar rnengajar, sehingga siswa lebih terangsang dalam mengikuti
pelajaran. Jadi dengan adanya penyediaan fasilitas yang berupa
macam-macam alat peraga serta digunakan secara tepat dan bisa
memperjelas materi yang disajikan.

b. Manfaat Media Pembelajaran


(Nurrita, 2018) Penggunaan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh- pengaruh psikologis terhadap siswa.
Adapun Manfaat Media Pembelajaran menurut (Hadian et al., 2018)
yakni (1) Meningkat rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas (2)
Menunjukan hubungan antara mata peajaran dan kebutuhan dan minat
siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) Membawa
kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa, (4) Membawa
hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa, (5)
Memberi umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa
menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari.

c. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran


Tidak cukup bila guru hanya mengetahui nilai, kegunaan dan
landasan penggunaan alat peraga. Mereka baru tahu bagaimana cara
untuk menggunakannya secara terperinci, melainkan hanya diumumkan
prinsip-prinsip yang berlaku untuk berbagai Media pembelajaran.
Menurut Sikhabuden (1984 :11) dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Media Pendidikan, menjelaskan beberapa prinsip alat peraga,
diantaranya: (1) Tidak ada suatu metode dan alat peraga yang harus
dipakai dengan meniadakan yang lain. Jadi misalnya tidak harus dipakai
kertas atau pensil untuk belajar menulis dengan meniadakan batu tulis
dan anakbatu tulis. (2) Media tentu cenderung untuk lebih cepat dipakai
dalam menyajikan suatu unit pelajaran dari pada unit yang lain. Oleh
karena itu kita harus mengenal masing-masing kemampuan sebelum
memilih danmenetapkan suatu media pembelajaran. (3) Tidak ada suatu.
mediapun yang cocok untuk segala macam kegiatanbelajar seperti tidak
semua penyakit dapat diobati oleh satu obat. (4) Penggunaan media yang
terlalu. banyak secara sekaligus dapat membingungkan dan tidak
memperjelas pelajaran. (5) Hendaknya senantiasa dilakukan persiapan
yang cukup untukpenggunaan alat peraga. Kesalahan yang sering terjadi
ialah timbulnya anggapan bahwa dengan menggunakan alat peraga tidak
perlu membuat persiapan mengajar terlebih dahulu. (6) Alat peraga
merupakan alat integral dari pelajaran bukan merupakan khiasan
sehingga kalau kita ingin mengisi dinding kelas tidak bisa di ambil
gambar yang menarik begitu. saja yang tidak ada hubungannya dengan
pelajaran. (7) Harus ikut bertanggungjawab apa yang terjadi selama
pelajaran. (8) Anak-anak harus disiapkan dan diperlukan sebagai peserta
aktif. (9) Secara umum diusahakan penampilan yang positif dari pada
yang negatif. (10) Hendaknya tidak menggunakan alat peraga hanya
sebagai selingan atau hiburan, pengisian waktu, kecuali memang tujuan
pengajaran. (11) Pergunakan kesempatan memakai alat peraga yang
dapat ditanggapi untuk melatih perkembangan bahasa, baik lisan
maupun tertulis.

d. Media Kintar (Kincir Pintar)


Menurut (Gita Purwaningsih et al., n.d.) Media KINTAR (Kincir
Pintar) dikembangkan berdasarkan langkah-langkah pengembangan
(research and development). Model pengembangan ini adalah model
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
kelayakan produk. Prosedur pengembangan media KINTAR (Kincir
Pintar) menggunakan ADDIE yaitu Anaysis, Design, Development,
Implementation, Evaluation. Media KINTAR (Kincir Pintar) ini
menghasilkan produk berupa media pembelajaran. Dalam media
KINTAR (Kincir Pintar) dikembangkan indikator pencapaian
kompetensi berdasarkan masing-masing kompetensi dari mata
pelajaran. Hal ini ditujukan agar produk media pembelajaran mampu
mencakup indikator pada masing-masing Kompetensi Dasar.
Berdasarkanpengembangannya, media perlu divalidasi oleh ahli
sebelum diujicobakan untuk mengetahui kelayakannya. Validator terdiri
dari ahli media pembelajaran, ahli materi pembelajaran, serta respon
oleh guru dan respon oleh siswa.
Berdasarkan hal ini penulis berpendapat bahwa media Kintar
dilakukan perbaikan pada model media yang dikembangkan. Dengan
dikembangkan sebuah media KINTAR siswa akan merasa antusias,
aktif dan dapat termotivasi dalam pembelajaran sehingga media tersebut
dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Produk yang
dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan berupa media
pembelajaran KINTAR (Kincir Pintar) yang diharapkan layak
digunakan dalam proses pembelajaran.

3. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar


a. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi,
saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk
meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan
salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Standar
kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu program
yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa peserta didik, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Menurut (Ali, 2020) tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah dasar yaitu (1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai
dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. (2)
Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara. (3) Memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. (4)
Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. (5) Menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluasa wawasan, memperhalus
budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa. (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai
khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
b. Rambu - rambu Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pengorganisasian pendekatan dan penyajian Garis - garis Besar
Program Pengajaran Kurikulum K-13 perlu dikembangkan dengan
memperhatikan ramburambu sebagai dasar pemikiran dan pembelajaran
Bahasa Indonesia yaitu pengorganisasian materi, pendekatan, dan
menempatpusatkan siswa.
a) Pengorganisasian Materi
Pengorganisasian materi tidak melalui pokok bahasan akan
tetapi secara tematis. Tema dimaksudkan agar mampu
menciptakan suasana berbahasa yang wajar. Tema ini berfungsi
sebagai pemersatu kegiatan berbahasa. Seperti mendengar,
berbicara, membaca dan menulis serta butir- butir
kebahasaan.Yang jelas tema pengajaran Bahasa Indonesia
menganut asas sederhana, bermakna, wajar, luwes, terpadu, dan
kesinambungan.
b) Pendekatan
Pendekatan lebih ditekankan pada pendekatan komunikatif,
yaitu ketrampilan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar untuk keperluan dalam berbagai situasi menyangkut
bermacam - macam pendengar atau pembaca.Pengajaran Bahasa
Indonesia bertujuan mencapai keterampilan berbahasa untuk
kegiatan diluar konteks yang bisa digunakan untuk
berkomunikasi.
c) Menempat pusatkan Siswa
Menempatpusatkan siswa sebagai pusat kegiatan berarti
sudut kegiatan pembelajaran diambil dari segi siswa dan bukan
dari segi guru.Selama ini guru senantiasa menjadi pusat perhatian
dan pusat informasi pembelajaran.Pada kurikulum 1994, dalam
sudut kegiatan pembelajaran siswa ditempatkan sebagai pusat
kegiatan.
B. Kerangka Pikir
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan tujuan untuk
memberikan gambaran tentang pengaruh penggunaan Media KINTAR
(Kincir Pintar) terhadap keterampilan membaca permulaan siswa kelas II
SD. Penggunaan Media KINTAR (Kincir Pintar) akan mendorong kadar
keaktifan belajar siswa didalam kelas, sehingga penggunaan Media
KINTAR (Kincir Pintar) bisa membangkitkan minat siswa dalam pelajaran
membaca permulaan dikelas.
Guru harus mampu merangsang dan memberi semangat belajar
kepada murid agar bisa berpartisifasi aktif secara langsung dalam proses
pembelajaran dan terwujud suasana yang interaktif antara guru dengan
siswa. Peran guru dalam pembelajaran sangat penting agar siswa mampu
mengaplikasikan media KINTAR (Kincir Pintar) pada keterampilan
membaca permulaan pada pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu, kerangka dasarnya bertitik tolak pada penggunaan
media KINTAR (Kincir Pintar) dalam pengajaran membaca meliputi,
pengenalan huruf, suku kata, kata, serta nilai belajar murid sebagai hasil dari
aplikasi penggunaan media yang pelaksanaanya melalui tahap tahap pretest,
dan posttest Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka pikir seperti
berikut:
Pembelajaran Bahasa Indonesia

Keterampilan Membaca Media KINTAR (Kincir Pintar)


Permulaan

Pre Test Post Test

Terdapat Pengaruh Pre Test dan Post


Test Pada Keterampilan Membaca
Permulaan Siswa

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang sebenarnya masih di uji secara empiris.Hipotesis
merupakan rangkuman dari penelaan - penelaan kesimpulan teoritis dari
perpustakaan.
Adapun hipotesis yang peneliti ajukan sebagai berikut, adanya
Pengaruh Penggunaan Media KINTAR Terhadap Keterampilan Membaca
Permulaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SD.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2020). Pembelajaran Bahasa Indonesia Dan Sastra (Basastra) Di Sekolah


Dasar. PERNIK: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 35–44.
Asmonah, S. (2019). Meningkatkan kemampuan membaca permulaan
menggunakan model direct instruction berbantuan media kartu kata
bergambar. Jurnal Pendidikan Anak, 8(1), 29–37.
Erdiana, E. (n.d.). PENINGKATAN KETERAMPILAN BOGA DASAR
MELALUI METODA DEMONSTRASI. JS (JURNAL SEKOLAH), 3(4),
240–245.
Fadilah, N. (2018). Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa melalui Tekhnik
Permainan Bahasa Melengkapi Cerita. Bidayatuna: Jurnal Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, 1(1), 47–60.
Gita Purwaningsih, D., Agustini, F., & Reffiane, F. (n.d.). PENGEMBANGAN
MEDIA KINTAR (KINCIR PINTAR) PADA MATERI PESAWAT
SEDERHANA UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR 1).
Hadian, L. H., Hadad, S. M., & Marlina, I. (2018). Penggunaan Media Big Book
Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Kalimat Sederhana. Didaktik:
Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 4(2), 212–242.
Hairuddin, H. (2019). Peningkatan kompetensi guru dalam penggunaan media
pembelajaran melalui supervisi akademik pada SDN 4 Masbagik Utara. Edisi,
1(2), 287–309.
Kemba, A. (2019). Peningkatan Prestasi Belajar Membaca dan Menulis Melalui
Penggunaan Alat Peraga pada Siswa Kelas 1 SDI Wolowona 1. Ekspektasi:
Jurnal Pendidikan Ekonomi, 4(1), 44–49.
Kusumawati, E. (2020). UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA
PEMAHAMAN SISWA PADA MUATAN PELAJARAN BAHASA
INDONESIA MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DI
KELAS IV A SD NEGERI SUKATANI KECAMATAN KALIANDA
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2020-2021.
PROSIDING SEMINAR DAN DISKUSI PENDIDIKAN DASAR.
Latifah, L. N. (2021). PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA
PERMULAAN PADA SISWA SD KELAS 1 DENGAN MENGGUNAKAN
METODE EJA. COLLASE (Creative of Learning Students Elementary
Education), 4(1), 60–64.
Lestari, A. R. (2021). MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
DONGENG DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
AKTIF TEKS ACAK DI KELAS VII. C SMP NEGERI 1 TAMANSARI
KABUPATEN BOGOR TAHUN PELAJARAN 2019/2020. JURNAL
KAJIAN PENDIDIKAN DAN INOVASI, 4(1), 97–101.
Lestari, N. D. D., Ibrahim, M., Amin, S. M., & Kasiyun, S. (2021). Analisis Faktor-
Faktor yang Menghambat Belajar Membaca Permulaan Pada Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 2611–2616.
Maulinawati, M., Amelia, L., & Rismawati, R. (2020). ANALISIS KEMAMPUAN
MEMBACA PERMULAAN ANAK DI KELOMPOK B TK TUT WURI
HANDAYANI SAMAHANI ACEH BESAR. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan, 1(1).
Mustika, I. K. (2019). Pemanfaatan Teks Bacaan Satua Bali dalam Menumbuhkan
Budaya Literasi dan Pembentukan Karakter pada Siswa Sekolah Dasar. Adi
Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 2(2), 72–81.
Nurrita, T. (2018). Pengembangan media pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. MISYKAT: Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah Dan
Tarbiyah, 3(1), 171.
Rahma, M., & Dafit, F. (2021). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Siswa
Kelas 1 Sekolah Dasar. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama,
13(2), 397–410.
Rahman, R. H. (2021). Penerapan Media Audio Visual Dalam Meningkatkan
Akhlak Anak Sekolah Dasar Di Masa Pandemi. Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman, 21(01), 46–54.
Supriyatin, S. (2020). PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN SISWA KELAS I SDN PASEBAN 03 MELALUI BUKU
CARA CEPAT BELAJAR MEMBACA. Bina Manfaat Ilmu: Jurnal
Pendidikan, 3(4), 15–26.
Syahputra, M. D., & Tanjung, H. (2020). Pengaruh Kompetensi, Pelatihan Dan
Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Karyawan. Maneggio: Jurnal Ilmiah
Magister Manajemen, 3(2), 283–295.
Yasa, G. S., Arsa, P. S., & Adiarta, A. (2020). Penerapan Model Group
Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keterampilan Kelistrikan
SMPN 6 Singaraja. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro Undiksha, 8(1), 31–39.
Yawu, S., Efendi, E., & Barasandji, S. (2017). Peningkatan Kemempuan Siswa
Membaca Permulaan Melalui Metode Permainan Bahasa di Kelas I SDN Mire.
Jurnal Kreatif Online, 5(2).
Yuliana, R. (2017). Pembelajaran membaca permulaan dalam tinjauan teori
artikulasi penyerta. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP, 1(2).
YUNIANTIKA, W. I. (2022). PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN MELALUI MEDIA ABJAD MAGNETIK PADA MURID
TUNAGRAHITA RINGAN KELAS DASAR I DI SLBN TANAH GROGOT
KABUPATEN PASER PROPINSI KALIMANTAN TIMUR.
Yunus, M. U. D. (2017). Pengaruh Media Kartu Huruf Terhadap Keterampilan
Membaca Permulaan Siswa Kelas I Sd Inpres Sambung Jawa 3 Kecamatan
Mamajang Kota Makassar. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai