Anda di halaman 1dari 50

PENGEMBANGAN MEDIA KARTU HURUF DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


MEMBACA PESERTA DIDIK KELAS I SEKOLAH DASAR

Proposal Penelitian

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penelitian


Pendidikan

Disusun Oleh :

EKA PUTRA NOVRIANTO KATU

KELAS C

SEMESTER IV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Penelitian Pengembangan

PENGEMBANGAN MEDIA KARTU HURUF DALAM PEMBELAJARAN


BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMBACA PESERTA DIDIK KELAS I SEKOLAH DASAR

Diusulkan Oleh :

EKA PUTRA NOVRIANTO KATU


2001140028

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk dapat membuat
Karya Tulis Ilmiah sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Penelitian Pendidikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Hiwa Wonda, M.Pd,
selaku Dosen Mata Kuliah Penelitin Pendidikan, yang telah memberikan tugas ini,
sehingga penulis bisa menambah pengetahuannya dalam penyusunan proposal
penelitian pengembangan.

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis telah memilih judul “ Pengembangan
Media Kartu Huruf Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca Peserta Didik Kelas I Sekolah Dasar”

Dalam Penyususnan Karya Tulis ini mungkin masih jauh dari kata sempurna,
Oleh karena itu, segala kritik daln saran sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan karya tulis ini. semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

Kupang, … Maret, 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………


Lembar Pengesahan ……………………………………………………………..ii

Kata Pengantar ……………………………………………………………iii

Daftar Isi …………………………………………………………….iv

BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………..1


A. Latar Belakang ……………………………………………………..1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………..4
C. Rumusan Masalah ……………………………………………………..4
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………..4
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………………..4
F. Spesifikasi Produk ……………………………………………………..5
G. Definisi Operasional ……………………………………………………..6

BAB II Landasan Teori ……………………………………………………..7


A. Kajian Pustaka ……………………………………………………..7
1. Hakikat Media Pembelajaran ……………………………………..7
2. Media Kartu Huruf ……………………………………12
3. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia …………………………………..16
4. Tinjauan Kemampuan Membaca ……………………………………21
B. Kerangka Berpikir ……………………………………………………36

BAB III Metode Penelitian ……………………………………………………38


A. Jenis Penelitian ……………………………………………………38
B. Subjek Penelitian ……………………………………………………40
C. Prosedur Penelitian ……………………………………………………40
D. Pengumpulan Data ……………………………………………………42
E. Tekni Analisis Data ……………………………………………………44
Daftar Pustaka ……………………………………………………………46

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kemajuan suatu bangsa.
Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikannya sangat berkualitas.
Kualitas pendidikan berhubungan erat dengan potensi yang dimiliki oleh setiap
individu.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, mengatakan bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.
Pendidikan di Sekolah Dasar dapat didefinisikan sebagai proses
pengembangan kemampuan yang paling mendasar setiap siswa, dimana tiap
siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri dan adanya
suasana yang memberikan kemudahan (kondusif) bagi perkembangan dirinya
secara optimal. Pendidikan Sekolah Dasar juga mempunyai tujuan sebagai
bahan acuan yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar mencakup
pembentukan dasar kepribadian siswa sebagai manusia seutuhnya sesuai
dengan tingkat perkembangan dirinya. Sebagai salah satu lembaga pendidikan,
sekolah memegang peranan penting dalam menyiapkan generasi penerus.
Peran guru sangat besar dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran. Tugas guru
bukan pembelajaran, tetapi guru harus bisa menanamkan konsep-konsep yang
benar dari materi pembelajaran, sehingga ilmu yang dipelajari siswa dapat
bermanfaat dalam kehidupan siswa, sekarang dan waktu yang akan datang.
Proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar pada siswa
sekolah dasar adalah berbahasa merupakan tujuan pertama baik-tidaknya
kemampuan-kemampuan lain, Semua kemampuan ini sangat berguna dan
dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran bahasa di
1
sekolah dasar yang paling mendasar adalah membaca, membaca itu merupakan
proses bahasa. Anak yang sedang belajar membaca harus paham akan
hubungan antara membaca dan bahasannya, pengajaran membaca harus
membuat anak paham bahwa membaca harus menghasilkan pengertian.
Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional dan Bahasa resmi di
Indonesia, bahasa memiliki peran penting sentral dalam perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik, dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran Bahasa
diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya
orang lain, Bahasa juga dipergunakan sebagai ungkapan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat dan lain sebagainya.
Kemampuan membaca dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
merupakan salah satu kemampuan dasar berbahasa yang diajarkan disekolah.
Pengajaran membaca haruslah berisi usaha-usaha yang dapat membawa
serangkaian kemampuan. Baik kemampuan dalam menulis, membaca, dan
berhitung. Membaca merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk
mendapatkan sebuah informasi, memperoleh ilmu pengetahuan serta
pengalaman-pengalaman baru. Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari
dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk.
Membaca sebagai proses pengacuan pada konsekuensi dari aktivitas yang
dilakukan pada saat membaca. Kegiatan membaca merupakan aktivitas yang
unik dan rumit, sehingga seorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa
mempelajarinya, terutama anak usia sekolah dasar yang baru mengenal huruf
atau kata-kata. Problem umum yang dihadapai anak dalam membaca adalah
pada pelaksanaan pengajaran membaca, guru sering kali menghadapi anak
yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan huruf, suku
kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidak mampuan anak memahami isi
bacaan. Oleh karena itu, penggunaan media kartu huruf merupakan solusi
yang tepat dalam mengenalkan huruf, suku kata, kata dan kalimat kepada
peserta didik.
Kartu huruf merupakan abjad-abjad yang dituliskan pada potongan-
potongan suatu media, baik karton, kertas maupun papan tulis (tripleks).

2
Potongan-potongan huruf tersebut dapat dipindahkan sesuai keinginan pembuat
suku kata, kata maupun kalimat. Azhar Arsyad (2005: 119) dalam Trisniwati
(2014) mengungkapkan bahwa kartu huruf adalah kartu abjad yang berisi
gambar, huruf, tanda simbol, yang meningkatkan atau menuntun anak yang
berhubungan dengan simbol-simbol tersebut. Penggunaan kartu huruf ini
sangat menarik perhatian siswa dan sangat mudah dilakukan dalam
pembelajaran membaca. Selain itu, kartu huruf juga melatih kreatifitas siswa.
Pendapat Ratnawati (dalam Suyanto, 2012:108) mengungkapkan bahwa,
melalui media kartu huruf yang di implementasikan melalui permainan, dapat
merangsang untuk lebih cepat mengenal simbol-simbol huruf, membuat minat
anak semakin kuat untuk bereksplorasi dalam menemukan kosakata baru,
dengan cara merangkaikan simbol- simbol huruf tersebut.
Media mempunyai peranan penting dalam tercapainya tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Gagne (dalam Arizqa Yasirli Salik, 2019)
mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sedangkan menurut Guslinda
dan Rita Kurnia, (2018) menyimpulkan bahwa media pembelajaran yaitu suatu
bentuk peralatan, metode, atau teknik yang digunakan dalam menyalurkan
pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingga dapat
membangkitkan minat dan motivasi murid atau anak didik dalam mengikuti
proses belajar mengajar. Arif S. Sadiman (dalam Sheila Septiana
Rahayuningsih dkk, 2019) menyebutkan bahwa media merupakan segala
sesuatu yang bisa dipakai atau digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat menyampaikan fikiran, perasaan,
perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik sehingga terjadilah suatu
proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa perlu untuk mengadakan
penelitian tentang “ PENGEMBANGAN MEDIA KARTU HURUF DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA PESERTA DIDIK KELAS I SEKOLAH
DASAR “. Alasan penulis menulis judul tersebut karena mengenal huruf
merupakan dasar bagi anak untuk membaca, menulis, dan berkomunikasi.

3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di indentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kemampuan membaca peserta didik Kelas I Sekolah Dasar.
2. Kurangnya media pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana Pengembangan Media Kartu Huruf Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Peserta didik Kelas I Sekolah Dasar ?
2. Bagaimana kualitas media kartu huruf dalam pembelajaran bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik kelas 1
sekolah dasar ?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan
penelitian pengembangan ini, yaitu :
1. Menghasilkan media pembelajaran yang berorientasi pada Media
Pembelajaran Kartu Huruf dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan membaca peserta didik kelas I Sekolah dasar.
2. Untuk mengetahui kualitas media kartu huruf dalam pembelajaran bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik kelas 1
sekolah dasar.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian dilakukan dengan memperhatikan kepentingan beberapa pihak
yang dijadikan sebagai acuan terhadap pengembangan yang dilakukan.
Pentingnya pengembangan dalam penelitian ini lebih jelasnya diuraikan
sebagai berikut ;

4
1. Bagi peneliti, sebagai penambah pengetahuan dan wawasan serta bekal
untuk digunakan dalam pembelajaran jika kelak menjadi seorang guru.
2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dan sebagai
pertimbangan yang digunakan saat mengajar peserta didik kelas I.
3. Bagi peserta didik, sebagai tambahan informasi yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran di SD sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran
khususnya bagi peserta didik kelas I.

F. Spesifikasi produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah media karty huruf.
Media ini memiliki tujuan yaitu untuk memperkaya kosakata dan bahasa anak
serta dapat dimanfaatkan sebagai penunjang dalam proses belajar siswa kelas 1
sekolah dasar.
Produk yang dikembangkan ini memiliki kualifikasi sebagai berikut ;
1. Kartu huruf
Kartu huruf dibuat menggunakan Microsoft word dengan jenis huruf
Times New Roman dan dicetak menggunakan kertas HVS dan ditempel pada
kertas karton. Kartu huruf ini memiliki fungsi sebagai pengenalan huruf
kepada siswa kelas 1 sekaligus untuk melatihnya dalam menyusun kata
demi kata demi kata serta meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas
1. Kartu huruf ini berisi huruf mulai dari huruf A-Z guna untuk menyusun
kata atau nama benda. Penerapan media kartu huruf ini dilakukan dalam
sebuah permainan.prosedur dalam perminan kartu huruf ini yaitu guru
memperlihatkan sebuah gambar kepada siswa, kemudian siswa menebak
nama gambar tersebut dan menyusun nama gambar menggunakan kartu
huruf yang sudah disediakan.
Gambar kartu huruf yang dibuat :

5
2. Papan permainan kartu huruf
Papan permainan ini berfungsi untuk menempatkan kartu huruf. Papan
tersebut terbuat dari triplex dan kayu berbentuk persegi dengan ukuran
panjang 50 cm dan lebar 40 cm, papan akan diberi warna perpaduan merah,
putih, kuning serta didempul. Fungsi dari dempul untuk meretakan
permukaan media agar tampak halus dan rata bertujuan agar tidak
membahayakan siswa.
Gambar Papan permainan kartu huruf :

G. Definisi Operasional
Defenisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Media
Media merupakan suatu perantara dalam menyampaikan materi yang
diajarkan meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran, antara lain buku, tape recorder, kaset, video, camera,
flim, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.
2. Kartu Huruf
Kartu huruf merupakan abjad-abjad yang dituliskan pada potongan-
potongan suatu media, baik karton, kertas maupun papan tulis (tripleks).
Potongan-potongan huruf tersebut dapat dipindahkan sesuai keinginan
pembuat suku kata, kata maupun kalimat.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Hakitat Media Pembelajaran
a) Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara
harfiah berarti „tengah‟ perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan (Azhar, 2010: 3). Gerlach & Ely (dalam Azhar,
2010: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian untuk membangun kondisi yang
membantu siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
sikap.
Nunuk dkk. (2018: 4) memperjelas bahwa media pembelajaran
merupakan proses komunikasi dan interaksi sebagai bentuk usaha
pendidikan dengan mengondisikan terjadinya proses belajar dalam diri
peserta didik. Sanaky (2013: 3) mengatakan bahwa media pembelajaran
adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Bentuk komunikasi tidak akan
berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.
Gagne dan Biggs (dalam Azhar, 1997:4) secara implisit mengatakan
bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, antara lain buku, tape
recorder, kaset, video, camera, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi,
dan komputer. Di lain pihak, National Education Association
memberikan defenisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audio-visual dan peralatannya; dengan demikian, media
dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca.
Media pembelajaran merupakan alat yang secara fisik dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran, antara lain buku,
tape recorder, kaset, video, camera, film, slide, foto, gambar, grafik,
televisi, dan komputer. Media pembelajaran sebagai perantara terjadinya

7
proses komunikasi dan interaksi dalam pendidikan yang membantu siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

b) Ciri-Ciri Media Pembelajaran


Gerlach dan Ely (dalam Kustandi dan Sutjipto, 2011: 13),
mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa
media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang
mungkin guru tidak mampu melakukannya.
1) Ciri fiksatif (fixative property) merupakan ciri yang menggambarkan
kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan
merekonstruksi, suatu peristiwa pada penggunaan media seperti
fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, compact disk dan
film.
2) Ciri manipulatif (manipulative property) merupakan suatu transformasi
atau perubahan suatu objek karena media memiliki ciri manipulatif
tersendiri.
3) Ciri distributif (distirbutive property) merupakan ciri yang
memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui
ruang, dan secara bersamaan dengan kejadian tersebut.

c) Fungsi Media Pembelajaran


Hamalik (dalam Kustandi dkk., 2011: 22) mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Kedudukan media dalam
sistem pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Alat bantu
2) Alat penyalur pesan
3) Alat penguatan (reinforcemen)
4) Wakil guru dalam menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas
dan menarik.

8
Media pembelajaran sangat berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran antara pendidik dan peserta didik, yakni untuk
menyampaikan pesan dari inti pembelajaran. Dengan adanya media
pembelajaran yang menarik, siswa lebih mudah memahami dan mengerti
materi yang disampaikan oleh guru.
Pendapat lain dari Levie dan Lentz (dalam Karsidi, 2018: 9),
memperjelas empat fungsi media pembelajaran terutama pada media
visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi
kompensatoris. Keempat fungsi tersebut secara terperinci dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1) Fungsi atensi
Media visual berfungsi mengarahkan dan menarik perhatian
siswa untuk berkonsentrasi pada materi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau yang menyertai teks
materi pelajaran.
2) Fungsi afektif
Media visual menggugah emosi dan sikap siswa melalui gambar
atau lambang visual, fungsi ini dapat dilihat dari tingkat kenyamanan
siswa ketika membaca teks bergambar.
3) Fungsi kognitif
Media visual berfungsi memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mendengar informasi atau pesan yang terkandung
dalam gambar atau lambang visual.
4) Fungsi kompensatoris
Media visual berfungsi membantu siswa yang lemah dalam
membaca atau memahami teks dengan cara memberikan konteks
sehingga lebih mudah dalam mengorganisasikan dan mengingat
kembali informasi dalam teks.

Berdasarkan uraian di atas, beberapa fungsi media pembelajaran


antara lain dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan

9
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu,
fungsi media pembelajaran terutama pada media visual, yaitu fungsi
atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.

d) Manfaat Media Pembelajaran


Sadiman (dalam Yani dkk. 2013: 35) mengemukakan bahwa secara
umum media pembelajaran mempunyai manfaat sebagai berikut :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti
misalnya:
a) Obyek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realitas gambar,
film bingkai, film dan model.
b) Obyek yang kecil, dinbantu dengan proyektor, film bingkai, film
menggambar.
3) Media pembelajaran dapat menimbulkan kegairahan belajar peserta
didik, dan memberikan interaksi yang lebih langsung terjadi antara
peserta didik dengan lingkungan sekitar, memungkinkan peserta didik
belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya sesuai
dengan rasa ingin tahunya dan tahap perkembangan kognitifnya.
4) Dalam interaksi guru dengan siswa, guru akan banyak mengalami
kesulitan bila mana latar belakang guru dan siswa berbeda. Masalah
ini dapat diatasi dengan media pembelajaran.

Selain itu, Encyclopedia of Education Research (dalam Hamalik


1994. 15) mengemukakan manfaat media pembelajaran sebagai berikut :
1) Memberikan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir dan mengurangi
verbalisme.
2) Media pembelajaran dapat menarik perhatian peserta didik.
3) Media pembelajaran dapat menarik perhatian peserta didik.
4) Memberikan dasar-dasar yang penting pada proses perkembangan
belajar peserta didik.

10
5) Memberikan pengalaman nyata dan menumbuhkan kegiatan mandiri
pada siswa.
6) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkelanjutan, terutama
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
7) Membantu perkembangan berbahasa.
8) Menambah variasi dalam kegiatan pembelajaran.

Dari uraian di atas, manfaat media pembelajaran antara lain:


1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Menimbulkan kegairahan belajar peserta didik.
4) Memberikan pengalaman nyata dan menumbuhkan kegiatan mandiri
pada siswa.
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkelanjutan.
6) Membantu perkembangan berbahasa.
7) Menambah variasi dalam kegiatan pembelajaran

e) Jenis-Jenis Media Pembelajaran


Cara siswa memperoleh pengalaman di dalam belajar memberikan
petunjuk kepada kita sebagai seorang guru bahwa di dalamnya terdapat
beragam media. Suryaman (2012 : 135), menjelaskan macam-macam
media pembelajaran dari segi sifatnya, dari segi jangkauannya, dan dari
segi pemakaian adalah sebagai berikut.
1) Media dilihat dari segi sifatnya
Media dapat digolongkan ke dalam media audio, visual, dan
audiovisual. Penggunaan media audio digunakan jika pembelajaran
bahasa hanya memerlukan perantara berupa suara. Kehadiaran media
audio berupa rekaman sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran. kompetensi lain seperti membaca, tabel, garafik, atau
bagan, memerlukan media berupa film, slide, foto, atau
transparasi. Kompetensi menulis slogan/poster diperlukan media
gambar yang lebih nyata dan atraktif.

11
2) Media dilihat dari segi jangkauannya
Dalam berbahasa dan bersastra, siswa memerlukan berita- berita
yang aktual, baik secara audio maupun audiovisual. Media yang
dimungkinkan untuk digunakan adalah radio atau televisi,kedua jenis
media ini menjangkauan yang lebih luas.
3) Media dilihat dari segi pemakaian
Semua jenis media pembelajaran berbahasa dan bersastra harus
dipahami oleh guru serta guru dapat mengoperasikannya. Media-
media seperti televisi, radio, tape recorde, video, gambar, grafik,
bagan, foto, dan lukisan, mudah untuk dioperasikan oleh guru.

2. Media Kartu Huruf


a. Pengertian Kartu Huruf
Kartu huruf adalah media yang termasuk pada jenis media grafis
atau media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang
dan lebar.
Menurut Arsyad, (2011) kartu huruf adalah kartu kecil yang
berisi gambar-gambar, teks, atau simbol yang mengingatkan atau
menuntun anak kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu,
dapat digunakan untuk melatih anak dalam mengeja dan memperkaya
kosa kata. Didalam pembelajaran diterapkan metode pembelajaran yang
dapat menyenangkan bagi anak, sehingga anak dapat aktif dan antusias
mengikuti kegiatan belajar pramembaca untuk sebuah alternatif.
penyelesaikan masalah, yaitu dengan menerapkan metode kartu huruf.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, kartu huruf merupakan
kartu kecil yang berisi teks, atau simbol yang mengingatkan atau
menuntun untuk melatih mengeja dan memperkaya kosa kata.
Menurut Hasan, (2009) mengungkapkan bahwa, kartu huruf adalah
penggunaan sejumlah kartu sebagai alat bantu untuk belajar membaca
dengan cara melihat dan mengingat bentuk huruf dan gambar yang
disertai tulisan dari makna gambar pada kartu. Namun kata huruf yan
dimaksud disini adalah kartu huruf yang dibuat sendiri dengan bentuk

12
persegi panjang tersebut dari kertas putih. Satu sisi terdapat tempelan
potongan huruf dan satu sisinya lagi terdapat tempelan gambar benda
yang disertai tulisan dari makna gambar tersebut.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, kartu huruf
adalah suatu kegiatan dengan menggunakan alat berupa kartu huruf yang
terdapat simbol huruf dan gambar yang disertai tulisan dari makna
gambarnya, dengan tujuan meningkatkan kemampuan mengetahui atau
mengenal dan memahami huruf abjad.
Dari penjelasan dua teori di atas tentang kartu huruf dapat
disimpulkan bahwa, pengertian kartu huruf adalah merupakan kartu
kecil yang berisi teks, atau simbol yang mengigatkan atau menuntun
untuk melatih mengeja dan memperkaya kosa kata, selain itu kartu huruf
juga merupakan gambar yang disertai tulisan dari makna gambarnya,
dengan tujuan meningkatkan kemampuan mengetahui atau mengenal
dan memahami huruf abjad.

b. Pengertian Madia Kartu Huruf


Kustiawan (2016, 29) berpendapat bahwa kartu adalah potongan
kertas tebal yang berisi tulisan, gambar, angka. Sedangkan gambar
merupakan bahasa bentuk/rupa yang melukiskan obyek tertentu yang
dapat dimengerti secara visual, atau sebuah ilustrasi dalam media
pembelajaran yang merupakan obyek nyata. Sedangkan Arsyad (dalam
Jurnal Konvergensi 2017, 31), mengungkapkan bahwa media kartu huruf
adalah abjad yang berisi gambar, huruf, tanda simbol, yang
mengingatkan atau menuntun anak untuk mengenal bentuk huruf. Hasan
(dalam jurnal Konvergensi 2017, 31) menjelaskan media kartu huruf
adalah alat bantu untuk belajar membaca dengan cara melihat dan
mengingat bentuk huruf dan gambar yang disertai tulisan pada kartu.

c. Kelebihan dan kekuarangan Media Kartu huruf


Menurut Sadiman, dkk (2012) kelebihan dan kelemahan media kartu
huruf mencakup :

13
1) Kelebihan
a) Sifatnya konkret, lebih realistis, menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
b) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, tidak semua
benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa kekelas, dan tidak
selalu dapat siswa dibawa ke objek atau peristiwa tersebut.
c) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
d) Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan
untuk tingkat usia berapa saja sehingga dapat mencegah
kesalah pahaman.
e) Harganya murah, mudah diperoleh dan digunakan tanpa
memerlukan peralatan khusus.
2) Kelemahan :
a) Hanya menekankan persepsi indera mata.
b) Benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan
pembelajaran.
c) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar

Dari penjelasan di atas tentang kelebihan dan kekurangan media


kartu huruf dapat disimpulkan bahwa, kelebihan dan kekurangan media
kartu huruf merupakan peralatan, media atau teknik yang digunakan
penyaluran pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan perhatian dan minat siswa dalam
proses belajar. Sehingga dalam hal ini penerima pesan adalah siswa.
Sehingga sebaiknya dalam pembelajaran membaca permulaan tidak lepas
dari penggunaan media.

d. Langkah-Langkah Menggunakan Kartu Huruf


Menurut Sabri, (2010) langkah-langkah dalam menggunakan kartu
huruf adalah sebagai berikut :
1) Ciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan santai.
2) Gunakan 4 (empat) kartu pertama yaitu “a”. “ba”, “ca” dan “da” serta

14
simpan kartu lainya agar menjadi kejutan bagi peserta didik,
perlihatkan satu persatu kartu anda dan ucapkan dengan jelas bunyi
suku katanya beserta gambarnya, misalnya “a“ itu “apel“ kemudian
guru melanjutkan cerita seputar apel secara singkat sehingga akan
menarik semangat peserta didik.
3) Setelah keempat kartu huruf selesai guru sampaikan, jajarkan didepan
mereka dan mulailah berdendang, misalnya mana huruf “ca” mana
“ca, ca, ca, ca, cabe “ biarkan peserta didik mencari dan menunjuk
kartu yang dimaksud.
4) Jajarkan kartu secara berderet di sebuah ruang kelas, ambil start
bersama-sama peserta didik kira-kira 1 meter dari jarak tersebut.
Ajaklah siswa anda berlomba mengambil kartu-kartu tersebut sesuai
instruksi, misalnya sekarang kita ambil kartu “ba” sebagai guru
berpura-puralah tidak tahu sehingga peserta didik anda dengan bangga
memberitahu jawaban yang benar kepada anda dan peserta didik yang
lainnya.
5) Setelah itu guru menulis kata tersebut di papan tulis misalnya “ba”
”baju“ kemudian peserta didik disuruh untuk menyalinnya di buku
tulis masing-masing.
6) Lakukan secara continue (terus-menerus) minimal 15 menit per hari.
Berdasarkan uraian langkah-langkah penggunaan media kartu huruf di
atas peserta didik akan merasa nyaman dan senang dengan suasana
belajar sambil bermainnya sehingga peserta didik akan dengan mudah
memahami konsep membaca dan menulis awal/permulaan sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

e. Manfaat Media Kartu Huruf


Menurut Mahmuda, (2010) manfaat katu huruf yaitu :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis.
2) Menumbuhkan kegairahan dan semangat belajar peserta didik.
3) Memungkinkan interaksi langsung antara siswa dengan
lingkungan dan kehidupan sehari-hari peserta didik .

15
4) Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, manfaat


kartu huruf adalah menumbuhkan kegairahan dan semangat peserta
didik. Memungkinkan interaksi lagsung antara siswa dengan
lingkungan dan kehidupan sehari-hari peserta didik, dan juga
memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan
minatnya.

3. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


a. Hakikat Bahasa
Bahasa adalah suatu system lambang bunyi, berifat arbiter, digunakan
oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri.
Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang
memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain dimuka bumi ini.
Ada tiga komponen bahasa yaitu :
1) Isi
2) Bentuk
3) Pengumpulan bahasa
Perkembangan bahasa terjadi secara berkesinambungan dari sejak
berusia satu tahun hingga mampu mengintegrasikan ketiga komponen
tersebut.
Sesuai dengan kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan bahasa Negara maka bahasa mempunyai fungsi:
1) Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa.
2) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa
Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya.
3) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa
Indonesia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.

16
4) Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk
berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah.
5) Sarana pengembangan penalaran.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan


kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia.
Sebagai sebuah contoh sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu
aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata
bentuk, kata, maupun tata kalimat, bila aturan, kaidah, atau pola ini di
langgar, maka komunikasi dapat terganggu. Lambang yang digunakan
dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang digunakan berupa bunyi,
maka yang dianggap primer didalam bahasa adalah bahasa yang
diucapkan, atau yang sering disebut bahasa lisan.
Karena itu pula. Bahasa tulisan yang walaupun dalam dunia modern
sangat penting, hanyalah bersifat sekunder. Bahasa tulisan sesungguhnya
tidak lain adalah rekaman visual dalam bentuk huruf-huruf dan
tandatanda baca dari bahasa lisan. Dalam dunia modern, penguasaan
terhadap bahasa lisan dan bahasa tulisan sama pentingnya. Jadi, kedua
macam bentuk bahasa itu harus pula dipelajari dengan sungguh-sungguh.
Belajar bahasa yaitu melatih siswa membaca, menulis, berbicara,
mendengarkan, dan mengapresiasikan sastra yang sesungguhnya.

b. Pembelajaran Bahasa Di Sekolah


Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menjembatani, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas
belajar pada diri peserta didik.
Menurut pasal 1 butir 20 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
yaitu “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

17
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
dapat mengakibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru
sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah
terjadinya proses belajar (learning).
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006
tentang Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini
diharapkan :
1) Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual
bangsa sendiri.
2) Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan
berbahasa dan sumber belajar.
3) Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah
dan kemampuan peserta didiknya.
4) Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam
pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah.
5) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar
yang tersedia.
6) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik


memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara.

18
3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan.
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa.
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Pembelajaran bahasa, secara umum akan menjadi sarana pendidikan
moral. Kesadaran moral dikembangkan dengan memanfaatkan berbagai
sumber. Selain berdialog dengan orang-orang yang teruji
kebijaksanaannya, sumber-sumber tertulis seperti biografi, etika, dan
karya sastra dapat menjadi bahan pemikiran dan perenungan tentang
moral. Karya sastra yang bernilai tinggi di dalamnya terkandung pesan-
pesan moral yang tinggi. Karya ini merekam semangat zaman pada suatu
tempat dan waktu tertentu yang disajikan dengan gagasan yang berisi
renungan falsafi.
Di samping itu, pembelajaran bahasa harus menekankan bahwa
melalui pengajaran bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu
menangkap ide yang diungkapkan dalam bahasa Indonesia, baik secara
lisan maupun tulis, serta mampu mengungkapkan gagasan dalam bahasa
Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. Penilaian hanya sebagai
sarana pembelajaran bahasa, bukan sebagai tujuan. Sedangkan prinsip
yang lain adalah mengharapkan agar di kelas bahasa tercipta masyarakat
pemakai bahasa Indonesia yang produktif. Agar pembelajaran bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar dan menengah, produktif, strategi yang
dikembangkan harus menunjang pencapaian tujuan. Strategi
pembelajaran yang ideal semestinya mengarahkan siswa pada kegiatan
menemukan sendiri. Dengan kata lain, keterampilan berbahasa yang
diperoleh harus berasal dari pengalaman membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara dalam bahasa Indonesia.

19
c. Keterampilan Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar
Keterampilan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi
aspek- aspek sebagai berikut :
1) Mendengarkan
Keterampilan mendengarkan adalah kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan memegenang berbagai kegiatan.
2) Berbicara
Keterampilan bicara adalah kemampuan untuk menggunakan
bahasa itu dalam berbicara atau mengarang. Kemampuan memahami
tuturan orang lain disebut penguasaan reseptif.
3) Membaca
Keterampilan membaca adalah kecepatan dan pemahaman isi.
Faktor-faktor penentu kemampuan membaca ada 6 macam, yaitu :
a) Kompetensi berbahasa.
b) Kemampuan mata.
c) Penentuan informasi fokus.
d) Teknik-teknik dan metode-metode membaca.
e) Fleksibilitas membaca.
f) Kebiasaan membaca.
4) Menulis.
Keterampilan menulis adalah kemampuan menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambar grafik tersebut.
Kemampuan berbahasa seseorang belum tentu mencakup
keempat kemampuan tersebut. Seandainya kemampuan berbahasa
seseorang mencakup keempat kemampuan tersebut, tingkat
kemampuan tiap-tiap aspek tidak sama. Seseorang mungkin mampu
mendengarkan atau membaca, tetapi tidak mampu berbicara dan
menulis. Kemampuan reseptif seseorang pada umumnya lebih tinggi
dari pada kemampuan produktif.

20
4. Tinjauan Kemampuan Membaca
a. Pengertian membaca
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis
yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca
seseorang akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, Dan
pengalaman-pengalaman baru.
Menurut Sumadayo, (2011) membaca adalah suatu proses kegiatan
interaktif untuk memahami arti atau makna yang terkandung di dalam
bahan tulis, serta memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahan tulis. Membaca juga
merupakan suatu strategi, membaca yang efektif menggunakan berbagai
strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka
mengonstruksi makna ketika membaca. Keterlibatan membaca dengan
teks tergantung pada konteks. orang yang senang membaca akan
menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya. Dari pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa, membaca adalah suatu proses kegiatan
interaktif untuk memahami arti atau makna yang terkandung di dalam
bahan tulis, serta memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahan tulis. Dengan membaca kita
akan dapat memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-
pengalaman baru.
Menurut Selamet, (2007) membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis. Kegiatan membaca tidak timbul secara
alami tetapi ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi yaitu faktor
dalam (intern) pembaca dan faktor luar (ekstern) pembaca. Membaca
juga merupakan tuntunan dan kebutuhan, adanya rasa persaingan, antara
sarana yang diperlukan pembaca. Membaca juga merupakan dorongan
dari luar (guru misalnya), pembelajaran membaca merupakan dasar atau
landasan yang sangat kuat bagi siswa atau juga oleh guru.

21
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu
proses interaksi memahami lambang bahasa melalui berbagai strategi
untuk memahami makna dari yang tertulis, melibatkan aktivitas visual,
berpikir, psikologistik, dan metakognitif, sehingga memperoleh pesan
yang hendak disampaikan oleh penulis. Dari penjelasan teori diatas dapat
disimpulkan bahwa, membaca adalah suatu proses kegiatan untuk
memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman
baru. Membaca juga dapat membuat seseorang menjadi tahu segala
informasi yang ada, dengan membaca maka seseorang akan lebih banyak
mendapatkan pengetahuan.
Selanjutnya proses membaca juga tidak selamanya identik dengan
proses mengingat. Membaca bukan harus hafal kata demi kata atau
kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bacaan. Yang lebih penting
ialah menangkap pesan atau ide pokok bacaan dengan baik.
1) Membaca sebagai suatu proses psikologis
Yang dimaksud dengan membaca sebagai proses psikologis
yakni bahwasannya kesiapan dan kemampuan membaca seseorang itu
dipengaruhi serta berkaitan erat dengan faktor-faktor yang bersifat
psikis seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi, serta
oleh tingkat perkembangan dirinya, seperti intelegensi dan usia mental
(mental age).
2) Membaca sebagai proses sensoris
Membaca itu pada awalnya merupakan proses sensoris, yakni
dimulai dari melihat (bagi mereka yang matanya normal) atau meraba
(bagi mereka yang tuna netra). Stimulus masuk lewat indera
penglihatan, mata. Pada tingkat awal anak-anak menunjukkan
kemampuan yang secara umum sekali disebut membaca. Pada saat
permulaan itu anak mulai sadar bahwa tanda lambang-lambang
tersebut itu dirangkai-rangkaikan maka akan tersusunlah suatu
pembicaraan.

22
3) Membaca sebagai proses perceptual
Proses perceptual dalam membaca mempunyai kaitan yang erat
dengan proses sensoris. Oleh karena itu, perlu ada kewaspadaan
untuk tidak mempertukarkannya. Seperti halnya dalam proses
sensoris, secara umum persepsi dimulai dari melihat, mendengar,
mencium, mengecap, dan meraba. Namun demikian dalam proses
membaca cukup hanya memperhatikan kedua hal yang pertama, yakni
melihat dan mendengar.

Vernon (1962) memberikan penjelasan bahwa proses perseptual


dalam membaca itu terdiri atas empat bagian:
a) Kesadaran akan rangsangan visual.
b) Kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi
umum kata-kata.
c) Klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada di
dalam kelas yang umum.
d) Identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan
menyebutkannya.
4) Membaca Sebagai Proses Perkembangan
Membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses
perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu
kapan perkembangannya itu mulai dan kapan akan berakhir. Meskipun
membaca itu merupakan proses perkembangan gerakannya tidaklah
berada dalam jarak-jarak yang beraturan dan tidak tentu waktunya.
Seorang anak bisa berdiri pada usia tujuh bulan, berjalan pada usia
delapan bulan dan lari pada usia sembilan bulan. Kemampuan yang
demikian teratur jaraknya itu tidak dapat kita harapkan terjadi pada
setiap anak. Demikian juga untuk perkembangan kemampuan
membaca, guru harus mempunyai kejelian dalam memperhatikan
kemajuan setiap anak didiknya.
Kemajuan kemampuan membaca pada umumnya memang
bergerak terataur, namun keistimewaan-keistimewaan tertentu bisa

23
terjadi pada setiap anak. Masalah yang dihadapi setiap anak ada yang
bersifat problematik dan ada pula yang bersifat alami. Anak yang
tidak dapat membaca karena belum cukup matang akan meminta
kesabaran guru untuk menuntun dia sampai pada tingkat
kematangannya. Kesiapan anak didik itu harus dikembangkan pada
setiap taraf perkembangan kemampuannya. Dan setiap perkembangan
baru itu sesungguhnya merupakan kelanjutan dari perkembangan
sebelumnya. Oleh karena itu, untuk menjamin adanya kesiapan anak
pada tingkat perkembangan yang berikutnya guru harus betul-betul
menyiapkan kesiapan anak tersebut pada taraf sebelumnya.
Dalam upaya mencamkan membaca sebagai proses
perkembangan ada dua hal yang harus mendapat perhatian guru.
Pertama, guru harus selalu sadar bahwa membaca merupakan sesuatu
yang diajarkan dan bukan sesuatu yang terjadi secara insidental. Tidak
ada seorang anak yang dapat membaca dengan jalan melihat orang
lain membaca misalnya. Membaca juga bukanlah merupakan proses
instinktif artinya membaca merupakan proses yang dipelajari yang
pemerolehannya akan sangat bergantung dari upaya yang dilakukan
dan prosedur yang dijalani. Hal kedua yang patut diperhitungkan oleh
para guru ialah keyakinan bahwa membaca bukanlah suatu objek
melainkan suatu proses. Guru tidak boleh memiliki pandangan mata
pelajaran yang dikelolanya itu sebagai sebuah tujuan akhir, melainkan
sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu mata
pelajarannya harus menarik dan layak. Dengan demikian membaca
harus dipandang sebagai suatu alat dan bukan sebagai suatu tugas.
Anak yang dapat menguasai berbagai tingkatan proses membaca akan
merasakan membaca sebagai sumber pertolongan terpenting dalam
menghadapi segala persoalan dalam kehidupan kesehariannya.
5) Membaca Sebagai Proses Perkembangan Keterampilan Berbahasa
Membaca merupakan salah satu dari empat komponen
keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara dan menulis
(Tarigan, 1980). Sebagai suatu keterampilan sebagaimana

24
keterampilan-keterampilan lainnya, keterampilan membaca hanya
akan dapat dicapai dengan baik jika disertai dengan upaya latihan
yang sungguh-sungguh. Bentuk-bentuk latihan dapat dilakukan per
aspek atau per komponen keterampilan tertentu atau dapat pula secara
sekaligus langsung mempraktikannya.

Sifat proses perkembangan keterampilan dapat dijelaskan sebagai


berikut:
a) Keterampilan tersebut bersifat objektif
Salah satu hal yang mula-mula kita sadari meneliti proses
perkembangan keterampilan membaca itu ialah bahwa
perkembangan keterampilan membaca itu bersifat objektif. Hal
tersebut dipandang objektif karena dalam perkembangannya tidak
tergantung pada materi, metode, ataupun tingkatan-tingkatan
akademis.
b) Keterampilan itu mempunyai sifat berlanjut
Meskipun keterampilan itu terikat pada tingkatan kelas anak,
namun kaitannya tetap tampak. Ini tidak berarti bahwa guru harus
mengajarkan konsonan awal sebelum mengajarkan konsonan akhir,
tanda titik sebelum tanda tanya, atau membaca fakta sebelum
membaca untuk mencari ide utama. Anak akan mampu mencari
materi sumber secara mandiri setelah mereka menguasai
keterampilan-keterampilan prasyarat.
c) Keterampilan itu dapat digeneralisasikan
Di samping objektif dan bertahap, keterampilan itu bersifat
tergeneralisasikan. Keterampilan dasar dalam membaca dapat
digeneralisasikan sehingga anak yang telah dapat menguasai
keterampilan tersebut dituntut untuk dapat menerapkannya kapan
saja dan di mana saja jika situasi dan kondisi menghendaki
penggeneralisasian itu. Jika anak telah dapat menguasai cara
memahami kata secara mandiri, maka baginya tidak akan
merupakan masalah dalam memahami kata tersebut di mana pun

25
kata tersebut diposisikan dalam sebuah tataran kalimat, baik dalam
konteks ilmu matematika, fisika, kimia biologi, dan seterusnya.

b. Pengertian Kemampuan Membaca


Kemampuan membaca yang dimiliki seseorang bukanlah
merupakan kemampuan yang turun-temurun, melainkan hasil proses
belajar mengajar yang dilakukan dengan tekun dan terlatih. Semakin
terampil seseorang memahami suatu bacaan, semakin jelas dan terang
pula jalan pikirannya.
Kemampuan membaca adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu untuk mencapai suatu yang lebih baik. Kemampuan awal siswa
dapat menjadi titik tolak untuk membekali seseorang agar dapat
mengembangkan kemampuan baru.
Menurut As-Shiba`i, (2013) yang menyatakan seseorang dapat
dikatakan mampu membaca dengan baik dan tepat apabila telah memiliki
tiga syarat yaitu :
1) Kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis.
2) Menguasai kosa kata untuk memberikan arti.
3) Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.

Kemampuan membaca merupakan kecakapan atau potensi


menguasai suatu keahlian yang merupakan hasil latihan dan praktek yang
dapat digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan.
Disamping itu kemampuan juga merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, kemampuan
membaca adalah apabila dia telah mengenal simbol-simbol yang akan
dibacanya. Simbol-simbol tersebut dapat berupa huruf maupun angka.
Huruf-huruf yang akan dibaca seseorang anak dilakukan melalui proses
yang terstruktur dan tersistematis dimana kemampuan membaca
dilakukan dengan terlebih dulu anak mengenal huruf, membaca suku
kata, kata, dan kalimat.

26
Menurut Safari, (2013) kemampuan membaca mengungkapkan
beberapa aspek yaitu :
1) Aspek kebahasaan yang terdiri dari ketepatan pengucapan/pelafalan.
2) Ketepatan penggunaan (nada, irama, pemilihan kata, ungkapan, istilah
variasi kata, tata bentukan, struktur kalimat, dan majas).
3) Aspek pengungkapan
4) Aspek penampilan yang diantaranya berbicara, keberanian, dan
semangat serta kenyaringan suara.

Kemampuan membaca juga sangat diperlukan oleh anak agar anak


mengenal huruf- huruf bacaan yang dibacanya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, membaca adalah
kemampuan seorang anak dalam mengenal simbol yang terdapat di
dalam tulisan untuk dibaca dengan menggunakan suara yang nyaring
dalam bentuk huruf, suku kata, kata, dan kalimat.
Dari penjelasan teori di atas tentang kemampuan membaca dapat
disimpulkan bahwa, kemampuan membaca adalah kesanggupan yang
dimiliki oleh siswa dalam melafalkan simbol-simbol (huruf dan angka)
dengan menggunakan bahasa yang nyaring dan dapat didengar. Oleh
karena itu, kopetensi membaca membutuhkan pencapaian kemampuan
seseorang anak dalam mengucapkan huruf, kata, dan kalimat secara baik
dan tepat.

c. Jenis-Jenis Membaca
Ditinjau dari segi suara atau tidaknya suara pembaca waktu
melakukan kegiatan membaca, maka proses membaca dapat dibedakan
menjadi :
1) Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan
menyuarakan ucapan yang dibacakannya dengan ucapan dan intonasi
yang tepat agar pendengar dan pembaca menangkap informasi yang
disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap,

27
ataupun pengalaman penulis.
Ketrampilan yang tepat dalam membaca nyaring adalah berbagai
kemampuan, diantaranya adalah :
a) Menggunakan ucapan yang tepat.
b) Menggunakan frase yang tepat.
c) Menggunakan intonasi suara yang wajar.
d) Dalam posisi sikap yang baik.
e) Menguasai tanda-tanda baca.
f) Membaca dengan terang dan jelas.
g) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif.
h) Membaca dengan tidak terbata-bata.
i) Memahami bahan bacaan yang dibacanya.
j) Kecepatan membaca pada bahan bacaan yang dibacanya.
k) Membaca dengan tanpa terus menerus melihat bahan bacaan.
l) Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.

2) Membaca Dalam Hati


Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan
dengan menyuarakan isi bacaan yang dibacanya. Ketrampilan yang
mudah dalam membaca dalam hati antara lain sebagai berikut :
a) Membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis
apapun.
b) Membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala.
c) Membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring.
d) Tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk.
e) Memahami bahan bacaan.
f) Kecepatan mata dalam membaca.
g) Membaca dengan pemahaman yang baik.
h) Dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang
terdapat dalam bacaan.

28
Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a) Membaca ekstensif
Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya
mencakup sebanyak mungkin teks dalam waktu yang
sesingkatsingkatnya. Membacaf ekstensi meliputi :
 Membaca Survai (Survey Reading)
Membaca survei adalah kegiatan membaca untuk
mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan
dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan
pendahuluan dalam membaca ekstensif.
 Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan
membaca dengan mengandalkan kecepatan gerak mata dalam
melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya
 Membaca Dangkal (Membaca Superficial)
Membaca dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk
memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran,
yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca jenis
ini biasanya dilakukan seseorang membaca demi kesenangan,
membaca bacaan yang menyenangkan, kegembiraan sebagai
pengisi waktu senggang.
b) Membaca Intensif
Membaca intensif adalah membaca dengan penuh
penghayatan untuk menyerap apa yang harus kita kuasai. Yang
termasuk dalam membaca intensif adalah :
 Membaca Telaah Isi
 Membaca Telaah Bahasa

d. Metode Membaca
Darmiyati dan budiasih, (2012) memberikan pendapat tentang metode-
metode membaca yaitu :

29
1) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik).
Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa
digunakan untuk proses pembelajaran membaca bagi siswa Sekolah
Dasar.
2) Metode Ejaan (Spelling Method)
Metode ejaan adalah belajar membaca yang di mulai dari
mengeja huruf demi huruf.
3) Metode Bunyi
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode ejaan.
Prinsip dasar dan proses pembelajarnya tidak jauh berbeda dengan
metode Eja/Abjad di atas. Demikian juga dengan kelemahannya.
Perbedaannya terletak hanya pada cara atau sistem pembacaan atau
perlafalan abjad (huruf-hurufnya).
4) Metode Suku Kata
Metode ini diawali dengan mengenalkan suku kata seperti ba,
bi, bu, be,bo, ca, ci, cu, ce, co, da, di, du, de, do dan seterusnya.
5) Metode Kata
Metode ini diawali dengan pengenalan kata yang bermakna,
fungsional, dan kontektual. Sebaiknya di kenalkan dengan kata yang
terdiri dari dua suku kata terlebih dahulu.
6) Metode Global / kalimat
Metode global adalah belajar membaca secara utuh. Caranya guru
mengajarkan membaca dengan menampilkan kallimat dibawah
gambar.
Dengan metode tersebut di atas, diharapkan siswa dapat memahami
bahwa materi yang diajarkan bukanlah sesuatu yang asing bagi
kehidupan mereka. Sebaliknya, materi tersebut adalah suatu yang
berkaitan dengan kehidupan dan pengalaman nyata mereka dan
bermanfaat untuk kehidupannya. Dengan penerapan strategi ini berarti
berupaya untuk mengkontektualisasikan materi (menggunakan
pendekatan kontektual). Untuk lebih efektif dan memberikan kesan
kepada siswa, dapat merubah posisi duduk menjadi sebuah lingkaran,

30
sehingga terjadi komunikasi interaktif antar siswa dengan sesama siswa
lainnya.

e. Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi dari sumber tertulis. Informasi ini diperoleh melalui proses
pemaknaan terhadap bentuk-bentuk yang ditampilkan. Secara lebih
khusus membaca sebagai suatu keterampilan bertujuan untuk mengenali
aksara dan tanda-tanda baca, mengenali hubungan antara aksara dan
tanda baca dengan unsur linguistik yang formal, serta mengenali
hubungan antara bentuk dengan makna atau meaning. Dengan demikian,
kegiatan membaca tidak hanya berhenti pada pengenalan bentuk,
melainkan harus sampai pada tahap pengenalan makna dari bentukbentuk
yang dibaca. Makna atau arti bacaan berhubungan erat dengan maksud,
tujuan atau keintensifan dalam membaca (Tarigan 1986:9).
Berdasarkan maksud dan tujuan atau keintensifan serta cara dalam
membaca maka Anderson dalam Tarigan (1986:9-10) mengemukakan
beberapa tujuan membaca antara lain :
1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta
(reading for details or facts). Membaca tersebut bertujuan untuk
menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan telah dilakukan
oleh sang tokoh, untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat
oleh sang tokoh.
2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
Membaca untuk mengetahui topik atau masalah dalam bacaan. Untuk
menemukan ide pokok bacaan dengan membaca halaman demi
halaman.
3) Membaca untuk mengetahui ukuran atau susunan, organisasi cerita
(reading for sequenceor organization). Membaca tersebut bertujuan
untuk mengetahui bagian-bagian cerita dan hubungan antar
bagianbagian cerita.

31
4) Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi (reading for
inference). Pembaca diharapkan dapat merasakan sesuatu yang
dirasakan penulis.
5) Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (reading
for classify). Membaca jenis ini bertujuan untuk menemukan hal-hal
yang tidak wajar mengenai sesuatu hal (Anderson dalam Tarigan
1979:10).
6) Membaca untuk menilai atau mengevaluasai (reading to evaluate).
Jenis membaca tersebut bertujuan menemukan suatu keberhasilan
berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Membaca jenis ini memerlukan
ketelitian dengan membandingkan dan mengujinya kembali.
7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading
to compare or contrast). Tujuan membaca tersebut adalah untuk
menemukan bagaimana cara, perbedaan atau persamaan dua hal atau
lebih.

f. Manfaat Membaca
Banyak manfaat yang diperoleh dari membaca. Dengan membaca
siswa dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, menambah
informasi bagi diri sendiri, meningkatkan pengetahuan serta menambah
ide. Jadi jelas pengaruh bacaan sangat besar terhadap peningkatan cara
berfikir seorang siswa. Menurut Gray & Rogers (dalam Zaif: 2011 )
menyebutkan beberapa manfaat membaca, antara lain :
1) Meningkatkan pengembangan diri siswa
Dengan membaca siswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan,
sehingga daya nalarnya berkembang dan berpandangan luas yang akan
bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
2) Memenuhi tuntutan intelektual
Dengan membaca buku maupun sumber-sumber bacaan lain
seperti surat kabar maupun berita dan artikel-artikel di internet,
pengetahuan bertambah dan perbendaharaan kata-kata meningkat,
melatih imajinasi dan daya pikir sehingga terpenuhi kepuasan

32
intelektual.
3) Memenuhi kepentingan hidup
Dengan membaca siswa akan memperoleh pengetahuan praktis
yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4) Meningkatkan minat siswa terhadap suatu bidang
5) Mengetahui hal-hal yang aktual
Dengan membaca siswa dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang
terjadi di lingkungan sekitar maupun di seluruh dunia yang mungkin
berhubungan dengan materi pelajaran, sehingga siswa dapat
menerapkan dalam kehidupan nyata.

g. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Peserta Didik Kelas


1 Sekolah Dasar.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi minat membaca adalah:
1) Lingkungan
Lingkungan merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan seseorang, dimana kepribadian dan pola fikir seseorang
akan terbentuk dari lingkungannya. Lingkungan yang baik
dipengaruhi oleh orang-orang yang akan memberikan dorongan positif
disetiap aspek kehidupannya.
2) Perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi sangat memberikan dampak positif bagi
berbagai kalangan, terutama kalangan akademisi dan pelajar.
Teknologi tentunya juga memberikan dampak negatif bagi sipengguna
teknologi tersebut, salah satunya adalah dengan adanya teknologi,
buku yang biasanya dibaca dengan jumlah eksemplar yang tebal tak
terlihat lagi, karena sudah dikemas dalam bentuk ebook dalam aplikasi
gadged, sehingga minat untuk membaca buku dalam bentuk eksemplar
sudah menurun dan pengguna teknologi lebih sering membuka gadged
dari pada membuka buku. Banyaknya fitur-fitur yang terdapat dalam
sebuah gadged secara otomatis tidak akan membuat sipembaca fokus.
Bagaimanapun tampilan dan keutamaan yang ditonjolkan oleh ebook,

33
membaca buku dengan eksemplar tidak akan pernah tergantikan.
3) Copy Paste
Salah satu budaya yang sering terjadi dikalangan pelajar adalah
copy paste. Copy paste sering terjadi apabila pelajar ataupun kalangan
pengguna teknologi lainnya menggunakan komputer ataupun internet
untuk mencari tugas, artikel, berita ataupun informasi yang
dibutuhkan.
Budaya copy paste sangat berpengaruh terhadap minat baca, karena
dengan copy paste para pengguna teknologi merasa mudah dan
diuntungkan, sehingga membaca tidak lagi dihiraukan.
4) Sarana kurang memadai
Sarana membaca sangat mendorong seseorang untuk membaca.
Diantara sarana membaca adalah buku bacaan, lokasi/tempat
membaca yang nyaman. Buku bacaan yang menarik serta tempat
membaca yang nyaman juga akan memberikan daya tarik tersendiri
kepada pembaca.
5) Kurangnya Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, ajakan dan ketertarikan seseorang
akan sesuatu. Motivasi membaca sangat dibutuhkan untuk
memdorong seseorang gemar dalam membaca. Jika seseorang sudah
mengetahui dan memahami manfaat dari membaca, maka seseorang
akan menyadari betapa pentingnya membaca dan ketertarikannya akan
semakin tinggi untuk membaca.

Faktor-faktor tersebut akan menjadi pengaruh besar seseorang


dalam membaca. Untuk meningkatkan minat baca seseorang maka
hendaknya kita bangun lingkungan yang positif dengan ajakan dan
dorongan baca yang tinggi, memanfaatkan teknologi dengan positif,
menghilangkan budaya copy paste, memberikan sarana yang memadai
bagi pembaca, dan memberikan motivasi kepada anak maupun
lingkungan kita agar melahirkan generasi yang gemar membaca.

34
h. Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik Kelas 1 Sekolah
Dasar Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Media Kartu
Huruf.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat melakukan
simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card).
Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar, kartu huruf,
kartu kata, maupun kartu kalimat. Dalam pembelajaran membaca guru
dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu
huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam
permainan menemukan kata. Siswa diajak bermain dengan menyusun
huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soalsoal
yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah
ketrampilan mengeja suatu kata.
Penggunaan media kartu huruf berupa abjad-abjad yang dituliskan
pada potongan-potongan suatu media, baik karton, kertas maupun papan
tulis (triplek).
Menurut Ratnawati, (2012) media kartu huruf yang
diimplemensikan melalui permainan, dapat merangsang untuk lebih cepat
anak mengenal simbol-simbol huruf, membuat minat anak semakin kuat
untuk bereksplorasi dalam menemukan kosakata baru, dengan cara
merangkaikan simbol-simbol huruf tersebut. Media kartu huruf memiliki
peran dalam membantu memudahkan anak dalam pembelajaran. Media
kartu huruf yang biasa dipergunakan dalam pembelajaran siswa, biasanya
berupa abjad-abjad yang ditulis pada potongan–potongan kertas baik
karton, kertas, ataupun papan tulis.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, media kartu huruf
merupakan media yang sangat membantu bagi anak dalam proses
pembelajaran membaca.
Menurut Arsyad, (2012) mengungkapkan media kartu huruf adalah
media pembelajaran yang digunakan berupa tulisan, potongan- potongan
huruf, simbol-simbol, dan gambar. Potongan-potongan huruf tersebut
dapat dipindahkan sesuai keinginan pembuat suku kata, kata, maupun

35
kalimat. Media juga merupakan perantara antau penghubung antara dua
pihak, yaitu antara sumber pesan dengan pemerima pesan atau informasi.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, media
pembelajaran kartu huruf adalah sarana atau alat untuk menyampaikan
informasi atau pesan antara pemberi kepada penerima pesan, yang bisa
berupa tulisan, potongan-potongan huruf,simbol-simbol, dan gambar.
Dari penjelasan kedua teori di atas tentang pembelajaran kartu
huruf dapat disimpulkan bahwa, media pembelajaran kartu huruf adalah
media berupa abjad-abjad yang dituliskan pada potongan-potongan suatu
media, baik karton, kertas maupun papan tulis (triplek). Media kartu
huruf dapat diimplemensikan melalui permainan, dapat merangsang
untuk lebih cepat anak mengenal simbol-simbol huruf, membuat minat
anak semakin kuat dalam belajar. Media juga merupakan sarana atau alat
untuk menyampaikan informasi atau pesan antara pemberi
kepadapenerima pesan.

B. Kerangka Berpikir
Kemampuan membaca siswa kelas 1 Sekolah dasar masih rendah, hal
ini disebabkan proses pembelajaran yang dilakukan guru belum
menggunakan media yang menarik perhatian siswa sehingga siwa pasif dan
hanya menerima apa yang diberikan guru.
Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan
membaca siswa kelas I Sekolah dasar adalah melalui penerapan media
kongkret berupa kartu huruf, karena media tersebut memiliki beberapa
keuntungan yaitu berperan sebagai perangsang belajar dan dapat
menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam
meraih tujuan-tujuan belajar.
Siswa sebagai objek yang akan diberi pelajaran bahasa Indonesia
dengan materi membaca, guru menggunakan kartu huruf sebagai media
untuk menjelaskan kepada siswa cara membaca yang efektif hingga
memiliki hasil yang sangat memuaskan karena dengan menggunakan kartu
huruf tersebut terdapat keunggulan yaitu lebih efisien, lebih efektif dan

36
mudah dimengerti. Guru melaksanakan tes pada setiap akhir siklus yang
diadakan.

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Borg and Gall
(dalam Sugiyono, 2010: 297) mengemukakan “metode penelitian dan
pengembangan atau Research and Development adalah metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu dengan menguji
keefektifan produk tersebut. Adapun 10 tahap yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3)
Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk,
(8) Revisi produk, (9) Ujicoba pemakaian, (10) Revisi produk final, (11)
Produk masal.

1. Potensi 2.pengumpulan 3. Desain


masalah data Produk

6. Uji coba 5. Revisi 4. Valisasi


produk Desain desain

7. Revisi 8. Uji coba 9. Revisi


produk pemakaian produk final

10. Produk
masal

Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Borg and


Gall

38
1. Potensi Masalah
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah potensi dan masalah.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah yang ditemukan oleh
peneliti. dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SD
Negeri Batuplat 2. Observasi dan wawancara bertujuan untuk
mengetahi kemampuan membaca siswa. Dari hasil observasi dan
wawancara, peneliti dapat mengumpulkan data-data yang kemudian
digunakan untuk menentukan pembuatan produk yang akan
dikembangkan yaitu, media kartu huruf.
2. Pengumpulan Data
Langkah kedua dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data.
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan browsing
digoogle dan referensi dari jurnal, artikel dan skripsi terdahulu. Dari
berbagai sumber tersebut, peneliti memiliki ide untuk mendesain
produk media kartu huruf.
3. Desain Produk
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap sebelumnya,
peneliti merancang desain produk yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Peneliti juga melakukan analisis isi yaitu materi yang disesuaikan
dengan produk yang akan dikembangkan. Hasil analisis digunakan
sebagai acuan untuk menentukan produk yang dibuat. Proses
pembuatan desain produk ini, meliputi warna kartu huruf, ukuran, jenis
dan warna tulisan.
4. Validasi Desain
Langkah keempat dalam penelitian ini yaitu validasi desain.
Validasi produk ini berupa kritik maupun saran dari ahli
media dan guru guna untuk menyempurnakan produk yang
dihasilkan.

a) Validasi Ahli media I (dosen)

Validasi materi dilakukan untuk mengetahui


kesesuaian materi dengan media pembelajaran yang
dihasilkan, menilai aspek berupa kelayakan isi dari kartu

39
huruf, dan untuk mengetahui kualitas materi dan
kesesuaian.

b) Validasi Ahli media ke II (guru)

Validasi ahli media menilai beberapa aspek di


antaranya desain cover, desain isi, ukuran kartu, font, dan
warna kartu.
5. Revisi Desain
Revisi desain dilakukan berdasarkan kritik dan saran dari ahli.
Masukan dari para ahli ini untuk meminimalisir kekurangan media
pembelajaran yang dikembangkan. Setelah mendapat kritik dan saran,
peneliti melakukan perbaikan terhadap kekurangan media dan
dilanjutkan dengan konsultasi akhir untuk menyempurnakan media
pembelajaran yang dikembangkan.

6. Uji Coba Produk

Uji coba produk ini merupakan tahap untuk mengetahui


kekurangan dari produk yang dibuat oleh peneliti.

B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 Sekolah Dasar.

C. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini langkah –
langkah R&D menurut Brog dan Gall (dalam Sugiyono, 2011: 298). Dari
sepuluh langkah yang ada, peneliti menggunakan enam langkah prosedur yang
digunakan dalam pengembangan media kartu huruf untuk siswa kelas 1
sekolah dasar. Enam langkah yang digunakan yaitu 1) potensi dan masalah, 2)
pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) perbaikan desain,
6) uji coba produk,. Peneliti hanya sampai pada langkah keenam dikarenakan
keterbatasan subjek peneliti dan biaya.

29
40
Langkah – langkah tersebut disajikan dalam bagan berikut :

1. Potensi dan 2. Pengumpulan 3. Desain


Masalah Data Produk

6. Uji Coba 5. Perbaikan 4. Validasi


Produk Desain Desain

a) Potensi Masalah

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah potensi dan


masalah. Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah yang
ditemukan oleh peneliti.dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan di SD Negeri Batuplat 2. Observasi dan wawancara
bertujuan untuk mengetahui anak yang mengalami kesulitan
membaca. Dari hasil observasi dan wawancara, peneliti dapat
mengumpulkan data-data yang kemudian digunakan untuk
menentukan pembuatan produk yang akan dikembangkan yaitu,
media kartu huruf bergambar.
b) Pengumpulan Data
Langkah kedua dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data.
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan browsing
digoogle dan referensi dari jurnal, maupun skripsi terdahulu. Dari
berbagai sumber tersebut, peneliti memiliki ide untuk mendesain
produk media kartu huruf.
c) Desain Produk
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap sebelumnya,
peneliti merancang desain produk yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Peneliti juga melakukan analisis isi yaitu materi yang
disesuaikan dengan produk yang akan dikembangkan. Hasil analisis
digunakan sebagai acuan untuk menentukan produk yang dibuat.
Proses pembuatan desain produk ini, meliputi warna kartu huruf,,
ukuran, jenis dan warna tulisan.

30
41
d) Validasi Desain
Langkah keempat dalam penelitian ini yaitu validasi desain.
Validasi produk ini berupa kritik maupun saran dari ahli media
dan guru guna untuk menyempurnakan produk yang dihasilkan.
a. Validasi Ahli media I (dosen)
Validasi materi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
materi dengan media pembelajaran yang dihasilkan, menilai
aspek berupa kelayakan isi dari kartu huruf dan untuk
mengetahui kualitas materi dan kesesuaian.

b. Validasi Ahli media ke II (guru)

Validasi ahli media menilai beberapa aspek di antaranya


desain cover, desain isi, ukuran kartu, font, dan warna kartu.
e) Revisi Desain
Revisi desain dilakukan berdasarkan kritik dan saran dari ahli.
Masukan dari para ahli ini untuk meminimalisir kekurangan
media pembelajaran yang dikembangkan. Setelah mendapat kritik
dan saran, peneliti melakukan perbaikan terhadap kekurangan media
dan dilanjutkan dengan konsultasi akhir untuk menyempurnakan
media pembelajaran yang dikembangkan.
f) Uji Coba Produk
Uji coba produk ini merupakan tahap untuk mengetahui
kekurangan dari produk yang dibuat oleh peneliti.

D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui observasi,


wawancara, angket.
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk
menemukan akar permasalahan dalam penelitian. Hadi (dalam Sugiyono
2011: 145), mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis
dan psikologis. Dua hal yang terpenting dalam prosesnya yakni

31
42
pengamatan dan ingatan seorang peneliti. Observasi meliputi, melakukan
pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek
yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian
yang sedang dilakukan.
Observasi ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Batuplat 2,
observasi berlangsung dengan mencatat permasalahan yang timbul di
dalam kelas seperti cara guru mengajar dan perilaku anak yang mengalami
kesulitan dalam membaca ketika mengikuti proses pembelajaran di dalam
kelas guna mendapatkan informasi untuk mendukukung penelitian.
2. Wawancara
Sugiyono (2011: 137) menjelaskan bahwa wawancara merupakan
teknik suatu pengumpulan data untuk menemukan suatu permasalahan
yang diteliti untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Wawancara berlangsung dengan mengajukan pertanyaan
kepada informan. Suparno (2014: 61) menjelaskan jenis wawancara yang
digunakan peneliti dalam melakukan wawancara adalah wawancara
bebas-bebas menanyakan apa saja informasi yang diperlukan oleh peneliti.

3. Kuesioner

Sugiyono (2011: 142) menjelaskan bahawa kuesioner (angket)


merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Penyusunan dan pelaksanaan angket merupakan pedoman bagi
peneliti, untuk mendapat kritik dan saran dari ahli media dan guru
terhadap media pembelajaran yang akan dibuat oleh peneliti.

Sekaran (dalam Sugiyono 2011: 142) mengemukakan prinsip dalam


penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu :
a) Isi dan tujuanpertanyaan
b) Bahasa yang digunakan
c) Tipe dan bentuk pertanyaan
d) Pertanyaan yang tidak mendua
e) Tidak menanyakan yang sudah lupa

4332
f) Pertanyaan tidak menggiring
g) Panjang pertanyaan
h) Urutan pertanyaan
i) Prinsip pengukuran
j) Penampilan fisik angket.

E. Teknik Analisis Data


Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan validasi produk yang
dianalisis secara statistik kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
merupakan penilaian berdasarkan mutu dan kualitas suatu produk yang
dikembangkan oleh peneliti. Sedangkan analisis kuantitatif merupakan
penilaian berdasarkan jumlah skor dari suatu produk yang diperoleh melalui
kuesioner/angket.
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang bebentuk angka atau bilangan.
Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis.
Kuantitatif merupakan penilaian berdasarkan jumlah skor dari suatu
produk yangdiperoleh melalui kuesioner. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
merupakan Penilaian yang berdasarkan hasil dari kuesioner. PAP adalah
pembanding nilai antara kuesioner dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Dalam penilaian ini, peneliti menggunakan skala likert dalam
memperoleh skor penilaian. Skor penilaian yang diguanakan yaitu 1-5.
Maka untuk membuat kriteria penilaian, berikut ini merupakan cara
mengubah skor aktual menjadi nilai dengan pendekatan PAP dalam
konversi skor menjadi nilai dengan skala.
Skor Rumus Rerata Kategori
Skor
5 x > Xi + 1,80 Sbi >4,2 Sangat Baik
4 Xi + 0,60 Sbi < x ≤ Xi + >3,4 – 4,2 Baik
1,80 Sbi
3 Xi – 0,60 < x ≤ Xi + >2,6 – 3,4 Cukup Baik
0,60 Sbi
2 Xi – 1,80 Sbi < x ≤ Xi – >1,8 – 2,6 Kurang Baik
0,60 Sbi
1 X ≤ Xi -1,80 Sbi ≤ 1,8 Sangat Kurang Baik

44
33
Keterangan:
Skor maksimal =5
Skor minimal =1
Skor minimal ideal = Jumlah indikator X tertinggi
Skor maksimal ideal = Jumlah indikator X terendah
X = Skor yang diperoleh
Rerata Ideal = (Skor Maks. Ideal + Skor
Min. Ideal)
Simpangan baku skor ideal = ( Skor Maks. Ideal + Skor
Min. Ideal)

2. Data kualitatif
Kualitatif merupakan penilaian berdasarkan mutu dan kualitas
suatu produk yang dikembangkan. Analisis dilakukan secara diskriptif
dengan memaparkan hal-hal yang relevan dengan topik yang dikaji,
membandingkan informasi yang diperoleh termasuk komentar dan saran
yang disampaikan secara tertulis oleh para ahli maupun praktisi (guru)
yang ada dalam kuesioner.

45
34
DAFTAR PUSTAKA

Freenam, Yvonne, David Freeman, dan Ruth Beall Heining. 1994.


Reading Process and Practice, Second Edition. Portsminth,
NH: Heinemann. Harjasujana, Ahmad S. dkk 1986. Buku
Materi Pokok Keterampilan Membaca.Jakarta: Karunika,
Universitas Terbuka. .

Mc Ginnis, Doroty J. 1982. Analyzing and Treating Reading


Problems. New York: Macmillan Publishing Company Inc.
Tampubolon, DP 1987. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca
Efektif dan Efisien.Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa.

Bandung : Angkasa

Clapham, C. 1996. The Development of IELTS: A study of effect of


background knowledge on reading comprehension. Cambridge:
Cambridge University Press.
Crawley, S.J. & Mountain, L. 995.Strategies for Guiding Content
Reading.

Boston: Allyn and Bacon.

Farida Rahim. 2007. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta:


Bumi Aksara
Kurniaman, Otang & Eddy Noviana, (2017). METODE
MEMBACA SAS(STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK)
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA
PERMULAAN DI
KELAS I SDN 79 PEKANBARU. Metode Membaca SAS,
Keterampilan Membaca Permulaan. Volume 5. Nomor 2. Hlm 157.

35
46

Anda mungkin juga menyukai