Anda di halaman 1dari 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN MEDIA FLASHCARD


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN
(Penelitian Pada Siswa Kelas II SDIT Istiqomah Gandon Temanggung)
HALAMAN SAMPUL

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh:
Eko Prasetyo Nurbudi Wiranto
18.0305.0040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
KATA PENGANTAR

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 4
C. Batasan Masalah........................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 7
A. Kajian Teori ................................................................................................. 7
B. Penelitian Relevan ...................................................................................... 22
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 24
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 25
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 25
B. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................. 27
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................... 27
D. Subjek Penelitian ........................................................................................ 28
E. Setting Penelitian ....................................................................................... 28
F. Indikator Keberhasilan ............................................................................... 28
G. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 28
H. Instrumen Penelitian................................................................................... 29
I. Prosedur Penelitian .................................................................................... 31
J. Metode Analisi Data .................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan antara Model TGT dengan model TGT .................................. 21


Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara .............................................................. 29
Tabel 3 Kisi-kisi Pedoman Observasi ................................................................... 29
Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Unjuk Kerja ...................................................... 30

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 24


Gambar 2 Rancangan Penelitian Perencanaan Kemis dan Mc Taggart ................ 26

v
DAFTAR LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu


dikuasai manusia. Hal ini karena melalui membaca manusia dapat memahami
dan memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Suhartono menjelaskan
bahwa membaca adalah proses atau kegiatan untuk memahami bahasa.
Membaca sangat linguistik, dan mengenalkan kegiatan membaca sejak dini
tidak akan berdampak buruk bagi anak yang gemar membaca.(Oktaviani,
2019).
Terdapat 4 komponen keterampilan berbahasa yaitu: 1)keterampilan
membaca, 2)keterampilan menulis, 3)keterampilan berbicara, dan
4)keterampilan mendengarkan. Setiap keterampilan bekerjasama erat
menggunakan tiga keterampilan lainnya menggunakan cara yang beraneka
ragam(Aisyah et al., 2020). Membaca merupakan proses yang membutuhkan
latihan yang teratur dan terus menerus. Oleh karena itu, pemahaman membaca
awal harus dilatih di kelas satu(Irdawati et al., 2017). Secara kentara
menunjukkan manfaat membaca, seperti memperluas wawasan individu dan
memperluas pengetahuan individu. Membaca dapat meningkatkan kecerdasan,
mengekstrak informasi, dan memperdalam pengetahuan diri
sendiri(Handayani, 2021).
Membaca merupakan salah satu keterampilan terpenting yang harus
dikuasai oleh semua siswa. Hal ini dikarenakan semua mata pelajaran yang
diajarkan di setiap sekolah memerlukan pemahaman konsep dan teori yang
dapat dipahami melalui kegiatan membaca. Kemampuan membaca pemahaman
siswa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar, dan sebaliknya
pemahaman membaca yang rendah dapat menjadi penghambat pencapaian
prestasi akademik(Hasanah & Lena, 2021).

1
2

Membaca permulaan merupakan membaca tahap awal yang diberikan


kepada anak sebagai dasar untuk pembelajaran berikutnya. Membaca
permulaan diberikan kepada anak agar dapat membaca kata-kata dan kalimat
sederhana (Oktaviani, 2019). Dalam hal membaca, siswa harus mencapai
beberapa indikator seperti akurasi, kejelasan vokal, dan kelancaran. Ini harus
diperhatikan dalam pembelajaran. Namun, siswa sering kesulitan ketika
belajar membaca dan jarang mendapat perhatian dari gurunya. Senada dengan
itu, Sunaryo Kartadinata mencontohkan bahwa sebagian guru yang secara rutin
terlibat dalam proses pembelajaran cenderung keliru mengira bahwa siswanya
mengalami kesulitan belajar(Candra Dewi, 2017). Pembelajaran yang hanya
menekankan pada literasi tanpa ada unsur permainan membuat anak bosan, dan
aktivitas anak hanya menjalankan instruksi oleh guru berupa kegiatan-kegiatan
yang harus diselesaikan anak. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
masih monoton dan tidak bergantung pada media sehingga pembelajaran
menjadi tidak menarik dan membosankan. Masih ada anak-anak di sini yang
belum bisa mengucapkan bunyi huruf secara formal, menunjukkan lambang
huruf, dan menyusun huruf menjadi kata-kata. Anak hanya bisa mengikuti atau
meniru apa yang guru tulis di papan tulis, sehingga tidak bisa mencocokkan
gambar dengan huruf. Membaca dan menulis harus diajarkan sejak dini jika
tidak diajarkan sejak dini, agar siswa tidak merasa bosan saat belajar melainkan
merasa senang agar proses belajar dapat terus berjalan dengan baik maka dapat
menggunakan strategi yang menarik(Oktaviani, 2019).
Menurut pengamatan penulis tanggal 24 Juni 2022 di Kelas II SDIT
Istiqomah Gandon Temanggung, guru kelas II mata pelajaran bahasa Indonesia
tidak menggunakan media pembelajaran inovatif. Guru hanya menggunakan
sistem pembelajaran tradisional, sehingga guru tampil aktif saat belajar, tetapi
siswa pasif, sehingga siswa cepat bosan dengan proses pembelajaran.
Beberapa siswa SD di kelas II masih mengalami kesulitan membaca.
Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam proses pembelajaran secara optimal
untuk meningkatkan proses pembelajaran membaca awal pada siswa kelas
rendah khususnya kelas 1(Alfulaila, 2014). Menurut Darmadi langkah pertama
3

melatih kemampuan membaca ditekankan pada simbol-simbol atau tanda-tanda


yang berhubungan dengan huruf-huruf(Asmonah, 2019). Begitu juga Zuchdi
dan Budiasih dalam Erniati mengungkapkan bahwa pembelajaran membaca
permulaan menitik beratkan pada aspek-aspek yang bersifat teknis seperti
ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang wajar, kelancaran dan
kejelasan suara.
Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menghadapi berbagai
disiplin ilmu. Oleh karena itu, siswa harus belajar membaca untuk
belajar(Mayangsari, 2020). Kegiatan ini masih lebih ditekankan pada
pengenalan dan pengucapan lambang-lambang bunyi yang berupa huruf, kata,
dan kalimat yang berbentuk sederhana. Dengan demikian, ada beberapa alasan
mengapa kita perlu membudayakan membaca sejak dini pada anak. Pertama,
anak-anak yang suka membaca dengan baik, mereka akan menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk membaca. Kedua, anak-anak yang senang
membaca, akan memiliki rasa kebebasan yang lebih besar dalam melakukan
aktifitas tersebut. Mereka akan dapat berbicara, menulis, dan memahami ide-
ide kompleks dengan lebih baik(Asmonah, 2019).
Keberhasilan pembelajaran eksternal setidaknya harus didukung oleh
tiga faktor: kompetensi guru, ketersediaan fasilitas, dan kompetensi teknisi
pendukung. Pandangan kedua menunjukkan bahwa pendidik tidak dapat
mengabaikan tujuan pembelajaran yang dijadikan sebagai petunjuk yang ingin
dicapai. Proses kegiatan pembelajaran merupakan interaksi antara pendidik dan
peserta didik untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ada satu aspek dari proses
belajar mengajar yang menentukan keberhasilan tujuan tersebut.
Model pembelajaran adalah metode yang digunakan seorang pendidik
untuk melakukan proses berinteraksi dengan peserta didik di dalam kelas
selama suatu kegiatan pembelajaran. Menerapkan model yang tepat dalam
proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dikelas
dua(Sulistyo, 2016).
Tingkat perkembangan kognitif dan moral anak sekolah dasar, anak
belajar melalui permainan di lapangan dan melalui interaksi dengan teman
4

sebaya. Agar perkembangan kognitif anak dapat berjalan dengan lancar,


diperlukan suatu bentuk pembelajaran yang disebut dengan model
pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran
yang sistemnya belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil yang terdiri dari
4-6 orang untuk meningkatkan semangat belajar siswa.
Model pembelajaran kolaboratif adalah jenis model pembelajaran yang
mengutamakan kolaborasi, yaitu siswa dalam kelompok bekerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajarannya(Saragih & Wedyawati, 2019). Teams Games
Tournaments merupakan pembelajaran yang menggunakan tournament
akademik, menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana
para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang
kinerja akademiknya setara(Septiawan et al., 2018). Selain itu, siswa
berkompetisi dalam permainan dengan siswa lain yang memiliki kemampuan
akademik yang sama, sehingga mereka bersaing dalam suasana yang positif dan
konstruktif dan lebih bersemangat ketika belajar di kelas.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dilaksanakan penelitian penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan
Metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) berbantuan media
flashcard untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas
dua.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan,
maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kemampuan membaca permulaan anak kelas 2 masih rendah.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep huruf dan membaca
kata.
3. Kemampuan pendidik dalam mengembangkan media pembelajaran
membaca masih kurang.
4. Pemilihan media pembelajaran dan penggunaannya di kelas belum sesuai.
5. hasil belajar siswa dalam penilaian kemampuan membaca permulaan yang
masih rendah.
5

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dituliskan, maka penulis
memfokuskan pada beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kemampuan membaca permulaan anak kelas 2 masih rendah.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep huruf dan membaca
kata.
3. Masih kurangnya kemampuan pendidik dalam mengembangkan media
pembelajaran membaca permulaan.
4. Masih rendahnya hasil belajar siswa dalam penilaian kemampuan membaca
permulaan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu: ‘‘Apakah metode pembelajaran TGT
(Teams Games Tournaments) berbantuan media flashcard dapat meningkatkan
kemampuan membaca permulaan siswa di Sekolah Dasar?’’.

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
penerapan metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) berbantuan
media flashcard dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa
kelas 2 SD.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait dengan
penerapan model TGT (Teams Games Tournaments) berbantuan media
flashcard untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa
Sekolah Dasar.
6

2. Manfaat Praktis
a. Guru
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah dapat membuat kualitas
pembelajaran menjadi lebih menarik, dan dapat sepenuhnya memenuhi
tugasnya sebagai pendidik. Hal ini juga dapat menghasilkan inovasi
dalam kreativitas dan pembelajaran. Salah satunya adalah penggunaan
model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT).
b. Siswa
Manfaat penelitian ini yaitu dapat meningkatkan semangat belajar
siswa karena pembelajaran dikemas secara menarik dengan
menggunakan model pembelajaran yang inovatif maka diharapkan
dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan tidak
membuat siswa merasa bosan.
c. Sekolah
Dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan media disetiap pembelajarannya, yakni dengan
menyediakan berbagai macam media pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan membaca permulaan.
d. Akademik
Menjadi literatur bagi pembaca di dunia pendidikan khususnya pada
jenjang sekolah dasar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Kemampuan Membaca Permulaan
Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu usaha sebagai
hasil dari usaha dan latihan. Menurut KBBI kemampuan adalah
“kesanggupan atau kekuatan”. Berdasarkan pemaparan pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu usaha tindakan untuk
melakukan aktivitas(Zughoiriyah et al., 2015).
Membaca adalah suatu proses yang mencakup tidak hanya
melafalkan bahan tertulis, tetapi juga aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca adalah
proses menerjemahkan simbol tertulis (huruf) ke dalam bahasa lisan.
Selanjutnya membaca sebagai proses berpikir meliputi pengenalan kata,
membaca kritis, interpretasi, pemahaman literal dan pemahaman
kreatif(Rahim, 2011). Sejalan dengan pendapat Tampubolon
mengungkapkan bahwa membaca merupakan suatu tahapan untuk
menerjemahkan simbol tulis kedalam bunyi bahasa menjadi lambang
tulisan(Gustiawati et al., 2020). Proses pembelajaran membaca memiliki
berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa, misalnya kegiatan
memprediksi teks bacaan, menanggapi teks bacaan, menceritakan kembali
secara lisan maupun tulisan.
Membaca merupakan proses yang dilakukan pembaca untuk
menerima pesan, metode ini yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
diri mereka sendiri dan terkadang dengan orang lain. Artinya, digunakan
untuk menyampaikan makna yang terkandung atau tersirat dalam simbol-
simbol tertulis. Singkatnya, membaca adalah memilih dan memahami
makna yang terkandung dalam bahan tertulis(Tarigan, 1985). Membaca
juga dapat meningkatkan kecerdasan, untuk mengakses informasi dan juga
memperdalam pengetahuan individu. Oleh karena itu semakin sering siswa

7
8

membaca buku, maka semakin luas pengetahuan yang individu miliki.


Sebaliknya, apabila semakin jarang siswa membaca buku, maka
pengetahuan yang dimiliki semakin terbatas.
Menurut Hasanah (2021) menjelaskan bahwa Membaca sangat
penting dalam masyarakat pendidikan. Oleh karena itu, Membaca
merupakan awal dari aktivitas belajar seorang individu, dan proses
membaca buku sangat penting untuk kehidupan masa depan anak. Dari
pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa intinya membaca
memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan individu. Oleh
karena itu, perhatian khusus harus diberikan pada literasi membaca yang
diperoleh pada pendidikan awal.
Membaca merupakan aktivitas sehari-hari yang sering kita lakukan
baik secara sadar ataupun tidak sadar dengan menguraikan pesan-pesan di
sekitar kita dalam berbagai bentuk (Gustiawati et al., 2020). Membaca
merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa tulis yang bersifat
reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan
memperoleh informasi, pengetahuan bahkan pengalaman baru. Segala
sesuatu yang diperoleh dengan membacanya akan memampukan seseorang
untuk memperkuat daya pikir, meningkatkan penglihatan dan memperluas
wawasan. Oleh karena itu, pembelajaran membaca di sekolah memiliki
peran yang sangat penting(Irdawati et al., 2017).
Pemahaman membaca sangat penting dalam masyarakat yang
berpendidikan. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya
belajar membaca tidak termotivasi untuk belajar. Belajar membaca adalah
upaya yang terus menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai
membaca dalam aktivitas pribadi mereka belajar lebih positif daripada
mereka yang tidak melihat manfaat dari kegiatan membaca (Fauziah Utami,
2020). Mayangsari (2020) menuturkan, bahwa kemampuan membaca
adalah modal dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Oleh karena itu,
siswa harus belajar membaca agar dapat memahami dan menguasai mata
pelajaran yang lain.
9

Keterampilan membaca dicapai agar siswa tidak hanya dapat


membaca, akan tetapi juga dapat melakukan kegiatan memahami teks,
menanggapi teks bacaan, dan berkomunikasi secara lisan dan tertulis
(Aisyah et al., 2020). Menurut Carroll et al. dalam tulisannya bahwa
pemahaman membaca diartikan sebagai kemampuan mengenali huruf
(aksara), aksara fonetik atau rangkaian huruf-huruf (kata), serta memahami
arti atau makna dari kata dan bacaan (Sinaga et al., 2022).
Membaca permulaan adalah tahap awal dari belajar membaca,
dengan fokus pada pengenalan simbol-simbol yang berhubungan dengan
huruf (Fauziah Utami, 2020). Keterampilan membaca permulaan lebih
fokus pada keterampilan membaca dasar, khususnya keterampilan
pemahaman teks. Artinya anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-
lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang bermakna. Pada tahap ini,
sangat mungkin anak melafalkan lambang-lambang huruf yang dibaca tanpa
diikuti dengan pemahaman lambang bunyi(Drs. Solchan T.W. M.Si.; et al.,
2007).
Menurut Dhieni, dkk (2016) mengungkapkan bahwa, “membaca
permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terpadu, yang
menitikberatkan pada pengenalan huruf dan kata, dan menghubungkannya
dengan bunyi.” Membaca permulaan merupakan tahapan belajar membaca
bagi siswa SD di kelas awal. Seiring dengan memperoleh keterampilan
membaca permulaan, siswa akan belajar untuk memahami isi dari teks
bacaan dengan kuat. Pada tahap ini Membaca merupakan kegiatan belajar
mengenal bahasa tulis. Melalui kalimat-kalimat tersebut, siswa diharapkan
mampu melafalkan lambang-lambang fonetik bahasa tersebut. Terdapat tiga
syarat dalam memperoleh kemampuan membaca yaitu kemampuan
membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk
memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan pada
penguasaan dan pengenalan lambang-lambang fonem, serta merupakan
proses kognitif pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah
10

dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat(Fauziah Utami,


2020).
Kemampuan membaca permulaan anak adalah kemampuan anak
dalam menguasai tehnik membaca dan memahami isi bacaan dengan baik.
Untuk itu, agar dapat menstimulus penambahan kosakata anak diperlukan
pendekatan dalam pembelajaran kemampuan membaca. Kegiatan membaca
awal berfokus pada pengembangan keterampilan membaca dasar. Untuk itu,
anak-anak dilatih untuk mengucapkan huruf, suku kata, kata dan kalimat
tertulis dalam bahasa lisan(Rahmatika et al., 2019).
Berdasarkan teori diatas di atas dapat tarik kesimpulan bahwa
membaca permulaan merupakan tingkat awal pengajaran yang diberikan
kepada siswa kelas rendah dengan memperhatikan aspek sebagai berikut:
ketepatan dalam menyebutkan huruf, ketepatan menyuarakan gabungan
huruf, pelafalan, kejelasan suara, dan kelancaran (Yunita et al., 2021).
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan
membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Artinya anak-anak
dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-
bunyi bermakna. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar
mengenal bahasa tulis. Proses kompetensi terkait dengan pengenalan dan
perolehan simbol fonemik, dan proses kognitif terkait dengan pemahaman
makna kata atau frasa menggunakan simbol fonemik yang sudah dikenal.
a) Jenis-jenis membaca menurut Henry Guntur Tarigan sebagai berikut:
1) Membaca nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan
suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa
dengan suara yang cukup keras. Membaca nyaring atau membaca
bersuara keras merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan membaca dan menyimak.
2) Membaca dalam hati
Silent reading adalah untuk memperoleh informasi. Secara garis
besar membaca dalam hati dibagi menjadi dua yaitu:
11

a) Membaca secara luas (ekstensif)


Sisipkan teks sebanyak mungkin dalam waktu sesingkat
mungkin, diantaranya sebagai berikut:
(1) Membaca survei
(2) Membaca sekilas
Membaca yang membuat mata bergerak dengan cepat
melihat, memerhatikan bahan tertulis untuk mencari serta
mendapatkan informasi penerangan.
(3) Membaca dangkal
Membuat membaca dangkal menyenangkan. Misalnya,
bacaan ringan yang membawa kebahagiaan di waktu
senggang.
b) Membaca fokus (intensif)
Ini adalah proses membaca yang dilakukan dengan cermat,
diteliti, mendalam dan terperinci yang disampaikan di kelas
dengan tugas sebanyak 2-4 halaman. Membaca mendalam
berfokus pada memahami apa yang Anda baca. Adapun
membaca intensif dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:
(1) Membaca telaah isi terdiri dari:
(a) Membaca teliti
Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca
sekilas, maka sering kali seseorang perlu membaca
dengan teliti bahan bahan yang disukai.
(b) Membaca pemahaman
Membaca untuk pemahaman berfokus pada
pemahaman isi bacaan dan standar atau norma sastra
(literary standards), tinjauan kritis (critical review),
dan pola fiksi (patterns of fiction) yang termasuk dalam
bacaan.
12

(c) Membaca kritis


Membaca yang dilakukan secara arif, mendalam, dan
cermat dengan tujuan untuk menemukan makna pada
setiap baris, makna baris, dan makna di balik baris.
(d) Membaca ide
Membaca untuk mencari, menerima, dan menggunakan
ide-ide yang terkandung dalam bacaan.
(e) Membaca kreatif
Tidak hanya menangkap makna eksplisit atau interline,
tetapi juga secara kreatif menerapkan hasil membaca
dalam kehidupan sehari-hari.
(2) Membaca telaah bahasa terdiri dari:
(a) Membaca bahasa asing
Foreign language reading adalah memperbesar daya
kata (increasing word power) dan mengembangkan
kosakata (developing vocabulary).
(b) Membaca sastra (literary reading)
Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti
seluk-beluk bahasa dalam suatu karya sastra, maka
semakin mudah dia memahami isinya serta dapat
membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa
sastra(Sari, 2020).
b. Metode Membaca Permulaan antara lain adalah sebagai berikut:
1) Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode yang biasa di gunakan untuk proses pembelajaran menulis
dan membaca permulaan bagi siswa kelas rendah.
2) Metode Eja (Spelling Method)
Adalah metode belajar membaca yang di mulai dari mengeja huruf
demi huruf.
13

3) Metode Bunyi
Termasuk bagian dari metode sebelumnya yaitu metode eja. Prinsip
dasar dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan
metode eja/abjad sebelumnya. Satu-satunya perbedaannya adalah
cara pembacaan atau sistem pelafalan abjad (huruf).
4) Metode Suku Kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi, bu,
be, bo; ca, ci, cu, ce, co; da, di, du, de, do; fa, fi, fu, fe, fo; ga, gi, gu,
ge, go; dan seterusnya.
5) Metode Kata
Metode ini sebaiknya di kenalkan dengan kata yang terdiri dari dua
suku kata terlebih dahulu. Misalnya: ma-kan, pu-lang. Metode ini di
awali dengan pengenalan kata yang bermakna, fungsional, dan
kontekstual.
6) Metode Global/Kalimat
Metode ini didasarkan pada pendekatan kalimat dengan cara belajar
membaca kalimat secara utuh. Caranya ialah guru mengajarkan
membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah
gambar(Irdawati et al., 2017).
c. Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca di antaranya adalah
sebagai berikut:
1) Tingkat Intelejensia;
2) Kemampuan Berbahasa;
3) Sikap dan Minat;
4) Keadaan Bacaan;
5) Kebiasaan Membaca;
6) Pengetahuan Tentang Cara Membaca;
7) Latar Belakang Sosial, Ekonomi Dan Budaya;
8) Emosing mempengaruhi kemampuan membaca.
Model dan metode serta media pembelajaran diperlukan untuk
meningkatkan perkembangan bahasa siswa secara optimal, terutama pada
14

tahap membaca awal. Guru dapat memilihkan model pembelajaran yang


akan digunakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Model dan
media pembelajaran yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
karakteristik perkembangan siswa(Fauziah Utami, 2020).
2. Model Teams Games Tournament Berbantuan Media Flashcard
Pembelajaran kolaboratif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kolaborasi, kerjasama antar siswa dalam suatu kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kolaboratif tipe Teams
Games Tournament (TGT) tidak hanya mempertimbangkan upaya individu
anggota kelompok, tetapi juga memberikan penilaian terhadap upaya
kelompok(Saragih & Wedyawati, 2019). Karena pengembangan membaca
awal harus dilaksanakan melalui kegiatan belajar sambil bermain serta guru
didorong untuk menggunakan pendekatan informal untuk belajar, seperti
permainan kartu kata(Fauziah Utami, 2020).
Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius. Dalam bahasa
Arab, media memiliki arti perantara (wasail atau wasilah), atau pengantar
pesan dari pengirim pesan kepada penerima. Association of Education and
Communication Technology atau bahasa mudahnya adalah Asosiasi
Pendidikan dan Teknologi Komunikasi membatasi media, yaitu segala
bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi.
Singkatnya, media adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi atau
menyampaikan pesan pembelajaran (Arsyad, 2006). Media merupakan
teknologi atau alat untuk menyampaikan pesan yang dapat digunakan untuk
tujuan pembelajaran. Media akan mempermudah pekerjaan setiap orang
yang ingin melakukan pekerjaannya dengan baik dan mendapatkan hasil
yang memuaskan. Media pembelajaran tidak hanya memperkaya anak
dengan memperoleh pengetahuan menggunakan media pembelajaran yang
berbeda, akan tetapi juga mengenalkan anak pada lingkungan dan
membantu mereka mengenali kelebihan dan kekurangannya serta
meningkatkan motivasi anak untuk belajar(Fauziah Utami, 2020).
15

a. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament


Model pembelajaran Menurut Abdul Majid, adalah suatu
rencana atau pola yang digunakan dalam pembelajaran di kelas untuk
membantu siswa mencapai tujuan belajarnya(Safarina, 2018). menurut
Robert E. Slavin (2015) Teams Games Tournamen adalah metode
belajar pertama oleh Johns Hopkins. Dalam model pembelajaran ini,
siswa dibagi menjadi kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang
dengan tingkat dan jenis kelamin yang berbeda. Selanjutnya, guru
mentransfer materi yang akan diajarkan, kemudian siswa bekerja sama
dalam kelompoknya untuk memastikan bahwa semua anggota
kelompok memiliki pemahaman yang kuat terhadap materi tersebut.
Sebuah turnamen kemudian diadakan dimana siswa bermain permainan
akademik dengan anggota tim lain untuk menambah poin pada skor tim
mereka. Turnamen permainan tim menambah dimensi kesenangan
ekstra yang bisa didapat melalui penggunaan permainan. Rekan tim
akan saling membantu mempersiapkan permainan dengan mempelajari
papan aktivitas dan menjelaskan masalah satu sama lain, memastikan
bahwa akuntabilitas individu ditegakkan.
Teams Games Tournament adalah solusi pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin untuk membantu siswa
meninjau dan menguasai materi pelajaran. Model pembelajaran
kooperatif merupakan jenis model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif seperti Team Games
Tournament tidak hanya melihat usaha dari setiap anggota tim, tetapi
juga memberikan penilaian terhadap usaha kerja tim.(Saragih &
Wedyawati, 2019).
Menurut Slavin seperti dikutip oleh Endah (2017) Pembelajaran
kolaboratif adalah model pembelajaran yang sistemnya belajar dan
bekerja sama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang untuk
meningkatkan semangat belajar siswa. Karena siswa SD masih suka
16

bermain dan guru mengeluh bahwa pembelajaran berbasis ceramah itu


malas dan membosankan, penulis memilih model pembelajaran Teams
game turnamen yang didukung dengan media flashcard untuk
pembelajaran mereka.
1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif Teams Games
Tournament:
a) Tidak hanya membuat siswa yang cerdas lebih menonjol dalam
pembelajaran, akan tetapi siswa yang berkemampuan akademis
rendah juga dapat aktif dan mempunyai peranan penting dalam
kelompoknya
b) Metode ini memungkinkan siswa untuk berkolaborasi dan
berbagi ide serta mengembangkan rasa solidaritas dan saling
menghormati anggota kelompok lainnya, sehingga menjadikan
mereka peserta aktif dalam proses pembelajaran.
c) Siswa berkesempatan berlatih berani mengemukakan pendapat,
mendengarkan, dan menanti giliran secara tertib serta
menanggapi pendapat siswa lain secara kritis.
d) Membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran, karena guru menjanjikan sebuah penghargaan
kelompok; dan
e) membuat siswa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran
karena ada kegiatan permainan dan turnamen.
2) Kelemahannya model pembelajaran kooperatif Teams Games
Tournament:
a) Sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan
akademis yang beragam
b) Memerlukan waktu banyak.
c) Setiap guru tidak mempunyai semangat dan kemampuan
mengajar yang sama dengan metode ini
d) Isi silabus yang telah ditetapkan tidak dapat diselesaikan sesuai
jadwal.
17

e) Banyak siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi


kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa
lainnya.
3) langkah-langkah penggunaan model pembelajaran TGT yang perlu
diperhatikan antara lain yaitu:
a) Penyajian kelas
Digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi melalui
pelajaran atau diskusi langsung yang dipimpin oleh guru.
Presentasi kelas juga digunakan oleh guru untuk
mengkomunikasikan teknik pembelajaran yang digunakan agar
membantu siswa berhasil menyelesaikan setiap langkah kegiatan
TGT.
b) Kelompok (team)
Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, yang heterogen dalam hal
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan etnis. Fungsi utamanya
adalah untuk memungkinkan semua anggota tim dapat benar-
benar belajar.
c) Games
Permainan terdiri dari beberapa pertanyaan yang disusun untuk
menguji pengetahuan yang diperoleh siswa melalui kerja
kelompok dan presentasi kelas.
d) Turnamen
Adapun turnamen diadakan setelah rangkaian kegiatan
pembelajaran selesai. Siswa memainkan permainan akademik
untuk bersaing dengan anggota tim.
e) Rekognisi Tim
Tim dengan kinerja terbaik akan diberikan reward atau
penghargaan. Serupa dengan kompetisi, tim dengan poin/hasil
terbanyak akan dinyatakan sebagai pemenang umum, diikuti oleh
pemenang berikutnya dengan jumlah poin/hasil yang
diperoleh(Thalita et al., 2019).
18

b. Media Flashcard
Media adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar. Setiap
pendidik sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar
untuk dicerna dan dipahami oleh peserta didik, terutama bahan pelajaran
yang rumit dan kompleks. Menurut Suprijono, media merupakan
pembawa pesan yang dikirim dari sumber pesan (orang maupun benda)
kepada penerima pesan. Dalam proses pembelajaran, penerima pesan
adalah siswa(R. Siregar, 2017).
Menurut KBBI, kartu adalah selembar kertas persegi panjang
yang tebal. Sedangkan kata adalah elemen bahasa di mana kita berbicara
dan menulis, tetapi mereka adalah manifestasi dari penyatuan emosi dan
pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Sedangkan gambar
merupakan media yang paling banyak digunakan. Gambar adalah
bahasa umum yang dapat dipahami dan nikmati di mana saja. Sardiman
percaya bahwa gambar pada dasarnya penting bagi siswa untuk terlibat
di dalam kelas, menafsirkan dan menghafal konten bacaan, ekspresi
kreatif dalam keterampilan bahasa, kegiatan seni, mendongeng,
dramatisasi, membaca, menulis, melukis, menggambar, Serta
menafsirkan isi materi bacaan(R. Siregar, 2017).
Flashcard pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli bedah
otak bernama Philadelphia Gland Doman. Dhieni mengatakan flashcard
adalah potongan-potongan kartu kecil, biasanya berukuran kartu pos,
dengan kata-kata dan gambar di setiap kartunya, yang digunakan agar
membantu peserta didik dalam mengenali kata dan huruf. Media
tersebut sangat memudahkan pendidik untuk mengajarkan peserta didik
untuk berbicara bahasa (Januarini & Ida Suniasih, 2016). Menurut
Rasyad, flashcard bisa digunakan untuk melatih ejaan dan memperkuat
kosakata serta memberikan rangsangan bagi siswa untuk memberikan
tanggapan yang diinginkan melalui media pembelajaran.
Menurut Sito dalam Muyasaroh (2017) mengungkapkan bahwa
flashcard adalah kertas tebal yang berbentuk segi empat. Flashcard
19

adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau simbol yang
mengingatkan anak akan sesuatu yang berhubungan dengan gambar.
Flashcard biasanya berukuran 8cm x 12cm, tetapi dapat diubah
ukurannya agar sesuai dengan kelas yang akan akan diterapkan(Azhar
Arsyad, 2011).
Media flashcard merupakan alat visual yang tersedia dan
penting untuk menyampaikan pendapat konseptual secara
tertulis(Kirana, 2019). Pada buku dengan judul “Media Pembelajaran,
Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian” media flashcard
adalah lembaran-lembaran yang berisi konten pembelajaran berupa
kartu bergambar dengan menggunakan gambar. Ilustrasi flashcard
berisi serangkaian pesan, di mana muncul dalam gambar dengan
keterangan masing-masing. Media visual yang dimaksud adalah
gambar. Hanyalah sarana penyampaian pesan dan materi dalam kegiatan
pembelajaran, akan tetapi dapat sangat berguna dalam komunikasi yang
efektif(Rofi’ah et al., 2018).
Dari beberapa teori di atas, dapat penulis tarik sebuah
kesimpulan bahwa flashcard merupakan media atau alat peraga untuk
belajar membaca dan menulis huruf abjad yang ukurannya 8 cm x 12
cm, yang membantu menyampaikan informasi kepada siswa yang
berupa huruf vokal dan konsonan serta cara membaca yang baik dan
benar serta menstimulasi siswa dan menguatkan daya ingat dan
kemampuan berpikir siswa. Media flashcard memungkinkan anak-anak
tumbuh dewasa pengenalan gambar, kosakata, keterampilan bahasa
menggunakan huruf alfabet. Aktivitas dan kemampuan anak meningkat
dalam mengenal kosa kata dan lambang huruf-huruf abjad. Melalui
media flashcard, siswa menjadi lebih bersemangat dan antusias dalam
belajar bahasa. Oleh karena itu, penulis memilihkan media visual yang
menarik untuk anak-anak, sehingga memudahkan anak-anak dalam
memahami informasi yang diberikan oleh guru.
20

1) Kelebihan Media Flashcard yaitu:


a) Mudah dibawa kemana-mana. Karena ukurannya yang kecil
yang dapat menyimpan media kartu gambar, tidak memakan
tempat dan dapat digunakan dimanapun.
b) Nyaman untuk dibuat dan digunakan sehingga siswa dapat
secara konsisten belajar dengan baik dengan media tersebut;
Selain itu, produksi media ini sangat murah, karena barang bekas
seperti karton dapat digunakan sebagai kartu.
c) Kartu ini bergambar dan sangat menarik, sehingga mudah
diingat. Kartu ini membantu siswa mengingat dan mengingat
bentuk huruf.
d) Menyenangkan sebagai media pembelajaran dan dapat
digunakan dalam permainan. Misalnya, dalam sebuah
kompetisi, siswa harus menemukan kartu kata yang ditempatkan
secara acak dan memasangkannya dengan gambar yang sesuai
dengan kata tersebut. Cara ini juga dapat meningkatkan
kemampuan kognitif dan motorik kasar anak(Kirana, 2019).
2) Kelemahan Media Flashcard:
Anak hanya dapat mengetahui dan memahami kata dan
gambar yang ada pada media flashcard, dengan kata lain
pengetahuan anak terbatas pada flashcard yang disajikan(Kirana,
2019).
3) Langkah-langkah Penggunaan Media flashcard adalah sebagai
berikut:
a) Terlebih dahulu guru menyusun RPP sehingga bisa disesuai
antara media dengan kompetensi apa yang akan dicapai oleh
siswa;
b) Guru melaksanakan apersepsi dengan bernyanyi lagu
“alphabet”. Tujuannya adalah menggali kemampuan awal dari
peserta didiknya. Selanjutnya guru menjelaskan kepada siswa
21

mengenai media flashcard yang akan digunakan dalam


pembelajaran;
c) Guru mengeluarkan media flashcard satu persatu. Mengajarkan
setiap huruf yang ada pada flashcard dan menanyakan
gambar yang ada pada media flashcard;
d) Siswa menyebutkan huruf-huruf yang sudah ditunjukkan oleh
guru kemudian menirukan huruf yang sudah disebutkan oleh
guru;
e) Akhirnya siswa mulai menyebutkan sendiri satu persatu huruf
yang ditunjuk oleh guru dan membacanya(Pratiwi, 2020).

Tabel 1 Perbedaan Model TGT dengan model TGT berbantuan media flashcard

Model TGT
Model TGT
berbantuan Media Flashcard
menyampaikan tujuan Mempersiapkan siswa dan
pembelajaran melalui menyampaikan tujuan
pengajaran langsung. pembelajaran, serta
memperkenalkan media
Membagi siswa dalam pembelajaran yang akan digunakan.
beberapa kelompok terdiri
dari 4 – 5 orang. Membagi siswa dalam beberapa
kelompok terdiri dari 4 – 5 orang
dan menunjukkan cara
Memberikan soal untuk menggunakan media Flashcard.
menguji pengetahuan
siswa dari belajar tim. Memberikan pertanyaan-
pertanyaan disertai dengan media
Flashcard untuk menguji
pengetahuan siswa dari belajar
kelompok.
22

B. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan adalah sebuah hasil penelitian yang ditemukan
oleh seorang peneliti yang telah melakukan penelitian jauh sebelum penelitian
baru dilakukan. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya
untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Namun, beberapa
penelitian tersebut belum mencapai hasil yang optimal. Berikut adalah beberapa
penelitian yang pernah dilakukan.
Penelitian pertama oleh Eri Susanti pada tahun 2021 bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman membaca awal pada siswa kelas satu dengan metode
SAS menggunakan media flashcard. Selain itu, berdasarkan hasil ini, kita dapat
melihat bahwa signifikansi penggunaan uji-t 1 sampel menunjukkan bahwa
nilai sig adalah 0,001 < 0, 05. Metode Struktural Analitik Sintetik menggunakan
media flashcard juga memainkan peran yang sangat penting dalam pemahaman
bacaan awal. Dengan menggunakan metode dan media ini, siswa juga dapat
melihat dan menyisipkan karakter yang berbeda. Kemudian mencari dan
membaca huruf-huruf yang tersusun dalam kata-kata. Keuntungan dari
penelitian diatas bahwa ini adalah langkah untuk menyediakan siswa dengan
media flashcard yang dirancang untuk dilihat dan digunakan oleh semua siswa
didalam kelas. Metode SAS sangat efektif dan menarik dalam model
pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran(Susanti,
2021).
Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Kirana
Rahmalya pada tahun 2019 penelitian ini mencoba mengembangkan
kemampuan berbahasa anak melalui media flashcard. Adapun hasilnya yaitu
Beberapa anak pandai mengenali dan mengucapkan huruf dan kata, sementara
yang lain antusias belajar bahasa menggunakan flashcard(Kirana, 2019).
Penelitian ketiga adalah Kurniawan pada tahun 2019 penelitian ini
mencoba meningkatkan pemahaman membaca pada anak usia 5-6 tahun dengan
menggunakan media flashcard. Hasil penelitia ini adalah indikator kinerja
pengembangan membaca awal. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada
kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, membangun kalimat
23

sederhana dengan struktur yang sama, memiliki lebih banyak kata untuk
mengungkapkan pikiran orang lain, dan Melanjutkan sebagian cerita atau
dongeng yang telah dipendengarkan (Kurniawan, 2019).
Penelitian keempat dilakukan oleh Ali Musodah pada tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan media flashcard pada kelompok B2 Raudhatul
Athfal Ma`arif Nahdlatul Ulama’ Karang Tengah Kartanegara Purbalingga.
Hasil penelitian ini adalah bahwa keterampilan membaca awal meningkat
selama fase pra-perilaku, mencapai tingkat pencapaian rata-rata 42,59% pada
anak baru, dan tingkat pencapaian 68,34% dengan pemberian Siklus I. Kinerja
membaca awal siklus II meningkat sebesar 95,57%. Peningkatan dari
praperilaku ke siklus I adalah 25,75% dan peningkatan dari siklus I ke siklus II
adalah 27,23%.(Musodah, 2014).
Penelitian kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Eka Oktaviani
pada tahun 2019 penelitian ini mencoba menggunakan media Flashcard dalam
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak pada usia 5-6 tahun. Pada
sekolah Taman Kanak-kanak Tunas Bangsa Penanatian Ulubelu Tanggamus.
Adapun hasil penelitian ini adalah melalui media Flashcard dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan hasil perkembangan
sesuai harapan yaitu mencapai sekitar 80% dari jumlah 15 peserta didik. Hal ini
terlihat dari perkembangan membaca anak dalam mengeja kata yang tertera
didalam media tersebut(Oktaviani, 2019).
Dari beberapa penelitian di atas, terdapat banyak penelitian yang
mencoba meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Akan tetapi, masih
belum ada metode yang efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan tersebut. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) menggunakan media flashcard untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan di sekolah dasar.
24

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian
Dalam uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini
yaitu: “ Hipotesis tindakan yang diperoleh dari kajian teori serta kerangka
berpikir yang ada yaitu penggunaan model pembelajaran Teams Games
Tournament berbantuan media flashcard berpengaruh signifikan terhadap
meningkatnya kemampuan membaca permulaan siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Classroom Action Research merupakan penelitian yang memaparkan
terjadinya antara sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja
yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak
awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PTK adalah jenis penelitian yang
memaparkan baik proses maupun hasil untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
PTK merupakan rangkaian dari tiga buah kata yang membentuk
pengertian Classroom Action Research adalah sebagai berikut:
1. Penelitian, merupakan kegiatan mengamati objek dengan menerapkan
tahapan dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data dan
informasi yang berguna untuk meningkatkan kualitas sesuatu.
2. Tindakan, merupakan suatu gerakan kegiatan yang dilakukan secara sadar
dengan tujuan tertentu. Gerak kegiatan yang dimaksud adalah adanya siklus
yang terjadi secara berulang bagi siswa yang dikenai suatu tindakan.
3. Kelas, menurut pendidik pada abad ke-18 yaitu Johann Amos Comenius,
“Kelas” dalam pengertian pendidikan dan pengajaran adalah sekelompok
peserta didik secara bersamaan mempelajari hal yang sama pada waktu yang
sama dari pendidik yang sama pula(Arikunto et al., 2015).
Penulis menggunakan metode Classroom Action Research dan
mendemonstrasikan proses implementasi yang dikemukakan oleh Stephen
Kemmis dan Robyn McTaggart. Ini menerapkan sistem spiral dimana satu
siklus terdiri dari empat fase: 1)perencanaan, 2)pelaksanaan, 3)pengamatan, dan
4)refleksi. PTK biasanya dijalankan dalam beberapa siklus sampai masalah
pembelajaran benar-benar ditangani dengan baik. Sebuah rencana yang
menguraikan semua yang akan di lakukan dalam fase tindakan. Fase tersebut
berjalan bersamaan dengan observasi. Guru akan bertindak sambil mengamati

25
26

situasi. Data survei dikumpulkan setelah tindakan dan observasi dilakukan.


Data tersebut akan dianalisis supaya dapat menentukan apakah tujuan dan hasil
penelitian telah “sepenuhnya” tercapai. Kemudian analisis datanya disebut
refleksi. tujuan penelitian tidak sepenuhnya tercapai, peneliti mengulangi siklus
kedua atau siklus perencanaan ke diskusi untuk memvalidasi temuan penelitian.
Siklus atau putaran ini berlanjut sampai peneliti menilai masalah yang diteliti,
menyelesaikannya, dan meningkatkan proses atau tujuan pembelajaran yang
ditandai dengan adanya perubahan dan peningkatan kualitas
pembelajaran(Prihantoro & Hidayat, 2019).
Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun model dan
penjelasan untuk masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:

Gambar 2 Perencanaan Kemis dan Mc Taggart


Adapun rancangan penelitian dalam pelaksanaan dalam Siklus diatas
adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada fase ini adalah implementasi atau penerapan desain rancangan yang
diimplementasikan dikelas.
27

3. Pengamatan (Observating)
Kegiatan pengamatan oleh pengamat. Pengamatan dilakukan selama
pelaksanaan tindakan. Jadi keduanya dilakukan secara bersamaan.
4. Refleksi (Reflecting)
Ini adalah bagian di mana peneliti mengulangi apa yang telah dilakukan.
Kegiatan ini akan dilakukan ketika guru pelaksana menyelesaikan kegiatan
dan kemudian membahas pelaksanaan rencana tindakan selanjutnya dengan
peneliti.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Maka penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Pembelajaran kooperatif tipe


TGT (Teams Games Tournaments) berbantuan Media Flashcard.
2. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kemampuan
Membaca Permulaan.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Membaca permulaan merupakan tahap awal dalam belajar membaca yang
difokuskan kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda yang
berkaitan dengan huruf-huruf sehingga menjadi pondasi agar anak dapat
melanjutkan ketahap membaca permulaan.
2. Model pembelajaran tipe Teams Games Tournament berbantuan media
flashcard merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
dalam pembelajaran di kelas untuk mengarahkan peserta didik dalam
membantu mencapai tujuan pembelajaran. Dimana peserta didik di
kelompokkan dalam beberapa kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar. Serta dapat meningkatkan aktivitas belajar dan menambah
semangat siswa, dan mengajarkan siswa untuk bekerjasama sehingga
menarik perhatian siswa untuk memperhatikan pembelajaran dan juga
meningkatkan hasil belajarnya.
28

D. Subjek Penelitian
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah para siswa kelas II Sekolah
Dasar Islam Terpadu Istiqomah Gandon Temanggung berjumlah 21 siswa, dan
terdiri dari sepuluh perempuan dan Sebelas laki-laki.
E. Setting Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai lokasi penelitian disebut setting
penelitian. SDIT Istiqomah Gandon, Kecamatan Kranggan, Kabupaten
Temanggung dengan kemampuan membaca permulaan siswa yang belum
optimal merupakan tempat yang digunakan dalam penelitian ini.
F. Indikator Keberhasilan
Ukuran keberhasilan penelitian ini adalah peningkatan kemampuan
siswa dalam membaca permulaan berupa ketepatan, lafal, intonasi, kelancaran,
dan kejelasan suara. Dikatakan berhasil jika anak mengalami peningkatan
kemampuan membaca awal dengan bantuan media flashcard sebesar ≥80% atau
dengan kriteria baik. Kriteria baik untuk tiap indikator yakni apabila anak
mendapat skor 3. Kriteria yang benar untuk menyusun semua indikator
kemampuan membaca awal adalah jika anak mendapat nilai skor 9.
G. Metode Pengumpulan Data
Merupakan langkah yang paling strategis dalam penilitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatlan data(Sugiyono, 2010).
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan suatu subjek yang
difokuskan pada perilaku-perilaku tertentu(Daryanto, 2011). Observasi
dilakukan pada saat proses belajar mengajar dengan menggunakan
instrumen penelitian yang ditelah dibuat dengan tujuan untuk memperoleh
data tentang bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament berbantuan media flashcard dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas II SDIT Istiqomah Gandon Temanggung.
29

2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertatap
muka antara peneliti dan subjek penelitian. Untuk mempelajari lebih lanjut
tentang penggunaan kartu bergambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia
kelas dua.
3. Tes Unjuk Kerja
Merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati aktivitas
siswa dalam melakukan sesuatu(Kurniawan, 2019). Peneliti menggunakan
tes unjuk kerja karena aspek yang diukur adalah pemahaman membaca
awal. Unjuk kerja dilakukan untuk mengukur kemampuan membaca awal
siswa.

H. Instrumen Penelitian
Penelitian sangat erat kaitannya dengan pengukuran atau memiliki alat
pengukuran yang baik. Alat yang digunakan untuk menangkap, mengelola, dan
menafsirkan informasi yang diperoleh dari responden(S. Siregar, 2013). Berikut
ini merupakan kisi-kisi instrumen penelitian kemampuan membaca permulaan
pada anak Kelas II SDIT Istiqomah berikut ini:
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Unjuk Kerja
Siklus I Siklus II
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
No Indikator Kalimat soal Kalimat soal

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
1 Ketepatan Lafal
2 Intonasi
3 Kelancaran
4 Kejelasan Suara
Jumlah 2 2
30

Tabel 3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara


Nomor
Aspek Informan Indikator
Butir
Kelebihan Kesenangan siswa selama
1
dan masalah pembelajaran membaca permulaan
yang dialami Minat belajar siswa selama
ketika pembelajaran bahasa Indonesia
2
menggunaka Siswa dengan menggunakan model TGT
n model berbatuan media Flashcard
pembelajaran Kendala yang dihadapi siswa
kooperatif selama pembelajaran
tipe TGT menggunakan model pembelajaran 3
berbantuan kooperatif tipe TGT berbantuan
media media Flashcard
Flashcard Bantuan Guru kelas dalam
4, 5
untuk pembelajaran membaca permulaan
meningkatka Tanggapan guru kelas mengenai
n pembelajaran membaca permulaan
kemampuan dengan menggunakan model 6
membaca pembelajaran kooperatif tipe TGT
permulaan berbantuan media Falshcard
Pendapat guru mengenai
Guru kelas pembelajaran membaca dengan 7, 8
menggunakan media Falsh Card?
Kesesuaian model kooperatif
learning tipe TGT berbantuan 9
media Flashcard bagi siswa
Kendala guru dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif
10
tipe TGT berbantuan Media
Flashcard dalam pembelajaran
Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen Observasi

Nomor Jumlah
No Indikator
Butir Butir
1. Perhatian peserta didik 1, 2, 3, 4 4
2. Keaktifan peserta didik 5, 6, 7 3
3. Keaktifan peserta didik ketika menggunakan
8, 9 2
media flashcard
4. Aktifiktas kemampuan membaca permulaan
10, 11,
(ketepatan lafal, intonasi, kelancaran, dan 3
12
kejelasan suara)
Jumlah 12
31

I. Prosedur Penelitian
Menurut rekomendasi desain PTK dalam Pedoman Penulisan Skripsi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, prosedur PTK dikaitkan dengan desain studi
secara bertahap. Menentukan tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, analisis dan refleksi. Jumlah siklus tergantung kelas yang
diujikan dan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) sekolah. Adapun
siklus berbeda dengan Tindakan (pertemuan), setiap Siklusnya terdiri dari
setidaknya dua pertemuan (tindakan) dan setiap PTK terdiri dari setidaknya 2
Siklus. Berikut penjelasannya:
1. Menyusun Rancangan Tindakan
Penulis mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama tindakan
akan dilakukan diantaranya menyusun desain rencana pembelajaran atau
RPP pada tema 2 bermain dilingkunganku subtema 1 bermain di lingkungan
rumah sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas.
Kemudian menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa,
menyiapkan lembar catatan lapangan untuk mencatat kejadian atau
peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran, dan menyiapkan media
dalam praktikum nanti. Menyusun soal tes (uji kompetensi) sebanyak 20
soal.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti berperan sebagai guru dan dibantu
oleh observer sekaligus kolaborator yaitu Rivaldo Yudha Pratama
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
3. Observasi
Dalam hal ini, observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, dan
objek pengamatan adalah aktivitas seluruh siswa dalam proses
pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok dalam bentuk
transformasi pribadi, dan lembar observasi menilai guru pada saat
melakukan pembelajaran.
32

4. Refleksi atau Analisis


Hasil yang diperoleh baik itu dari hasil tes, pengamatan aktivitas siswa, dan
catatan lapangan selama proses pembelajaran akan digunakan sebagai dasar
untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi selanjutnya akan digunakan
sebagai penyusun tindakan selanjutnya.
SIKLUS 1
1. Rencana tindakan 1
Tindakan penelitian ini direncanakan untuk meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. Adapun tindakan
yang dilaksanakan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Menyusun desain pembelajaran (skenario dan rencana
pembelajaran) tema 2 bermain di lingkunganku subtema 1 bermain
di lingkungan rumah.
b. Menyiapkan bahan ajar pembelajaran dan lembar kerja siswa.
c. Menyiapkan media yang diperlukan pada siklus 1.
d. Membuat format keterlaksanaan pembelajaran untuk mengamati
aktivitas guru dan siswa menurut acuan RPP.
e. Membuat rubrik observasi untuk pengamatan aktivitas belajar siswa.
f. Menyusun soal tes (uji kompetensi siklus 1).
2. Pelaksanaan Tindakan 1
Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana
yang telah disusun. Artinya peneliti menggunakan model TGT, peneliti
berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia sekaligus
pelaksana penelitian, serta materi penelitian yang digunakan terfokus
pada tema 2 bermain dilungkunganku subtema 1 bermain di lingkungan
rumah.
3. Pelaksanaaan Observasi 1
Observer melakukan observasi 1 selama kegiatan pembelajaran siklus 1
berlangsung dengan menggunakan pedoman lembar observasi
kemampuan membaca siswa, serta lembar catatan lapangan. Observer
juga dapat memberitahukan kelemahan atau kesalahan yang terjadi
33

selama proses pengajaran yang telah di praktekkan demi perbaikan


model pembellajaran selanjutnya.
4. Refleksi 1
Refleksi berfungsi untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus 1 telah sesuai dengan hasil yang ingin dicapai
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe TGT.
Pemberian refleksi dilaksanakan di akhir penerapan model
pembelajaran siklus 1, yakni melalui hasil analis keseluruhan instrumen
yang telah digunakan dan kemudian disimpulkan secara general. Tahap
refleksi meliputi memahami, menjelaskan, dan menyimpulkan data.
Peneliti merenungkan hasil siklus 1 sebagai bahan pertimbangan apakah
siklus sudah mencapai kriteria atau belum. Jika kriteria sudah tercapai
maka peneliti bersiap menuju siklus II dengan cara merevisi kelemahan-
kelemahanyang terdapat pada siklus 1. Sebaliknya jika kriteria belum
tercapai maka penelitimengulang tindakan dan memperbaiki segala
kelemahan yang ada.
SIKLUS 2
Pelaksanaaan tindakan pada siklus 2 memiliki beberapa tahapan yang
samaseperti halnya pada tahapan tindakan siklus 1, yaitu:
1. Merencanakan tindakan planning)
2. Melaksanakan tindakan action)
3. Mengobservasi tindakan observasion)
4. Merefleksikan tindakan (refleksion)
Semua tahapan yang ada pada siklus 2 dilakukansetelah siklus 1 selesai
dilakukan. Tindakan rencanasiklus 2 yanga akan dibuat harus berdasarkan pada
hasil analisis pada siklus 1, sehingga pencapaian hasil dari siklus 1 dapat
dilanjutkan pada siklus 2 dan hasil yang didapat lebih baik sesuai dengan yang
diharapkan. Peneliti merenungkan hasil siklus 2 sebagai bahan pertimbangan
apakah siklus sudah mencapai kriteria aktivitas belajar dan prestasi belajar yang
meningkat dan tuntas. Jika kriteria sudah terpenuhi maka penelitian selesai.
34

Sebaliknya jika kriteria belum tercapai maka peneliti mengulang tindakan 2 dan
memperbaiki segala kelemahan yang ada.

J. Metode Analisi Data


Merupakan lanjutan dari tahap pengumpulan data, dimana data yang
diperoleh peneliti, diolah dari pengamatan pertama sampai Siklus kedua dan
dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan rumus dibawah ini:

1. Daya Serap Individu (DSI) = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑠𝑘𝑜𝑟


𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑥 100
𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑠𝑜𝑎𝑙

Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika presentase daya serap
individu > 70% (KKM SDIT Istiqomah Gandon Temanggung)
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
2. Daya Serap Klasikal (DSK) = 𝑥 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑠𝑜𝑎𝑙

Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar secara klasikal jika > 80% siswa yang
telah tuntas (Maulana Yusuf, 2018)
35

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S., Yarmi, G., Sumantri, M. S., & Iasha, V. (2020). Kemampuan Membaca
Permulaan Melalui Pendekatan Whole Language di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 4(3), 637–643. https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i3.393
Alfulaila, N. (2014). Pengaruh Pendekatan Whole Language Terhadap Hasil
Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD. Jurnal
Dikdas, 2(1), 66–75.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE/article/view/2813
Arikunto, S., Supardi, & Suhardjono. (2015). Penelitian Tindakan Kelas (Suryani
(ed.)). PT Bumi Aksara.
Arsyad, A. (2006). Media Pembelajaran. PT. Raja Gafindo Persada.
Asmonah, S. (2019). Meningkatkan kemampuan membaca permulaan
menggunakan model direct instruction berbantuan media kartu kata
bergambar. Jurnal Pendidikan Anak, 8(1), 29–37.
https://doi.org/10.21831/jpa.v8i1.26682
Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Rajawali Press.
Candra Dewi, M. B. D. (2017). ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA
MENTAL RETARDATION DI SDN KEDUNGPUTRI 2 (Studi Kasus di
SDN Kedungputri 2, Paron Kabupaten Ngawi). Muaddib : Studi Kependidikan
Dan Keislaman, 7(2), 132. https://doi.org/10.24269/muaddib.v7i2.796
Daryanto. (2011). Penelitian TIndakan Kelas dan Penelitian TIndakan Sekolah (p.
80). Gava Media.
Dewi, M. M. (2021). Pengaruh Pembelajaran TGT Berbantuan Media SULTAN
(Susunan Puzzle Tangram) Terhadap Kemampuan Menghitung Luas Bangun
Datar.
Drs. Solchan T.W. M.Si.;, Dra. Yetty Mulyati, M.Pd.; Drs. M. Syarif, M. P. ., &
Mohamad Yunus, S.S, M. . (2007). PDGK4204 : PENDIDIKAN BAHASA
INDONESIA DI SD (E. R. Palupi (ed.); Palupi, En). Universitas Terbuka.
www.ut.ac.id
Endah, N. (2017). Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 5 Sd Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt Berbantuan Media Gambar. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar, 3(2), 96. https://doi.org/10.30870/jpsd.v3i2.2131
Fauziah Utami, A. (2020). PENGEMBANGAN MEDIA KARTU HURUF
BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN (R&D Pada Kelas 1 SDN 1 Cipeundeuy). 2020.
http://repository.uinbanten.ac.id/6657/
Gustiawati, R., Arief, D., & Zikri, A. (2020). Pengembangan Bahan Ajar Membaca
36

Permulaan dengan Menggunakan Cerita Fabel pada Siswa Sekolah Dasar.


Jurnal Basicedu, 4(2), 355–360. https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i2.339
Handayani, eka selvi. (2021). Jurnal basicedu. Jurnal Basicedu 2020, 5(1), 151–
164.
Hasanah, A., & Lena, M. S. (2021). Analisis kemampuan membaca permulaan dan
kesulitan yang dihadapi siswa sekolah dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(5), 3296–3307.
Irdawati, I., Yunidar, Y., & Darmawan, D. (2017). Meningkatkan Kemampuan
Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media Gambar Kelas 1 di Min
Buol. Jurnal Kreatif Online, 5(4), 1–14.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/12210
Januarini, H., & Ida Suniasih, N. W. B. S. M. (2016). PERILAKU BERMASALAH
OPPOSITIONAL DEFIANT Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Abstrak e-Journal Pendidikan
Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/paud.v4i1.7360
Kirana, R. (2019). PENERAPAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR UNTUK
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK DI TAMAN
KANAK-KANAK AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG Skripsi.
Kurniawan. (2019). MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DENGAN MEDIA FLASH
CARD, DI TK HARAPAN MUDA RAJABASA JAYA.
Maulana Yusuf, I. (2018). Implementasi Modifikasi Permainan Bola Basket
Terhadap hasil Belajar Siswa. In repository.upi.edu (pp. 29–38).
Mayangsari, D. (2020). Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Kelas 1 Sd
Mardi Putera Surabaya Dengan Menggunakan Pakem (Pembelajaran Yang
Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan). BASICEDU, 4(2), 62–69.
Musodah, A. (2014). PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK
B2 RA MA’ARIF NU KARANG TENGAH KERTANEGARA PURBALINGGA.
4.
MUYASAROH, S. (2017). Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Media
Kartu Kata Bergambar Pada Anak Usia 3-4 Tahun Kb Sps Nur Amin Ridwan
Gadingmangu Jombang. PAUD Teratai, 7(1), 73–74.
Oktaviani, E. (2019). PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK USIA 5-
6 TAHUN DI TK TUNAS BANGSA PENANTIAN ULUBELU TANGGAMUS.
Pratiwi, H. (2020). Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Pada
37

Anak Usia Dini Melalui Media Kartu Kata Bergambar. Journal of Islamic
Early Chilhood Education, 1(1), 51–61.
http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/abna/article/view/3443
Prihantoro, A., & Hidayat, F. (2019). Melakukan Penelitian Tindakan Kelas.
Ulumuddin : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 9(1), 49–60.
https://doi.org/10.47200/ulumuddin.v9i1.283
Rahim, F. (2011). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Bumi Aksara.
Rahmatika, P., Hartati, S., & Yetti, E. (2019). Metode Pembelajaran Mind Map dan
Bercerita dengan Gaya Kognitif, Pengaruhnya terhadap Kemampuan
Membaca Permulaan. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
3(2), 548. https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i2.260
Rofi’ah, S., Setyowati, A., & Idhayanti, R. I. (2018). Media Gambar Flash Card
Dalam Menstimulasi Perkembangan Bahasa Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun.
Jendela Inovasi Daerah, I(2), 78–92.
http://jurnal.magelangkota.go.id/index.php/cendelainovasi/article/view/19
Safarina, E. I. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tgt Terhadap
Hasil Belajar Ipa Ditinjau Dari Kemampuan Kerjasama. Natural: Jurnal
Ilmiah Pendidikan IPA, 5(1), 32. https://doi.org/10.30738/natural.v5i1.2558
Saragih, E., & Wedyawati, N. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Tgt Untuk
Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar the Application of the Tgt Learning Model in
Improving Learning Outcomes of Roman Numerals. Research of Mathematics
and Mathematics Education, 1(1), 14–24.
Sari, M. Y. (2020). Permasalahan keterampilan membaca siswa kelas iv sekolah
dasar.
Septiawan, A. E., I Made Rati, N. W., & Murda, I. N. (2018). Pengaruh Model
Pembelajaran Time Token Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil
Belajar IPS. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 2(3), 271.
https://doi.org/10.23887/jppp.v2i3.16285
Sinaga, E. S., Nurbiana, D., & Sumadi, T. (2022). Pengaruh Lingkungan Literasi di
Kelas terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Anak. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 279–287.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i1.1225
Siregar, R. (2017). PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK
MENINGKATKAN. 3(4), 715–722.
Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik untuk penelitian kuantitatif : dilengkapi
dengan perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17/ Siregar. Jakarta :
Bumi Aksara, 2013.
Sudimahayasa, N. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Tgt Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar, Partisipasi, Dan Sikap Siswa. Jurnal Pendidikan
38

Dan Pengajaran, 48(1–3), 45–53.


https://doi.org/10.23887/jppundiksha.v48i1-3.6917
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sulistyo, I. (2016). Peningkatan Motivasi Belajar dengan Menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif TGT pada Pelajaran PKN. Jurnal Studi Sosial, 4(1),
14–19.
Susanti, E. (2021). PENGARUH METODE SAS DENGAN MEDIA FLASH CARD
TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN (Penelitian pada
Siswa Kelas 1 Desa ….
http://eprintslib.ummgl.ac.id/id/eprint/3287%0Ahttp://eprintslib.ummgl.ac.id
/3287/1/16.0305.0081_BAB I_BAB II_BAB III_BAB V_DAFTAR
PUSTAKA - Eri Susanti.pdf
Tarigan. (1985). Pengajaran Gaya Bahasa. Angkasa.
Thalita, A. R., Fitriyani, A. D., & Nuryani, P. (2019). Penerapan Model
Pembelajaran TGT Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV.
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 4(2), 147–156.
Yunita, C., Ulfa, M., Guru, P., Dasar, S., & Inggris, P. B. (2021). Peningkatan
Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Metode Kata Lembaga
dengan Bantuan Media Flashcard. Asmonah 2019, 192–199.
Zughoiriyah, B., Sulastri, N. M., & Tirtayani, L. A. (2015). Penerapan Team games
Tournamen Berbantuan Media Kartu Domino Untuk meningkatkan
Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan. E-Journal PG Paud Universitas
Pendidikan Ganesha, 3(1).

Anda mungkin juga menyukai