PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
Eko Prasetyo Nurbudi Wiranto
18.0305.0040
i
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dituliskan, maka penulis
memfokuskan pada beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kemampuan membaca permulaan anak kelas 2 masih rendah.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep huruf dan membaca
kata.
3. Masih kurangnya kemampuan pendidik dalam mengembangkan media
pembelajaran membaca permulaan.
4. Masih rendahnya hasil belajar siswa dalam penilaian kemampuan membaca
permulaan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu: ‘‘Apakah metode pembelajaran TGT
(Teams Games Tournaments) berbantuan media flashcard dapat meningkatkan
kemampuan membaca permulaan siswa di Sekolah Dasar?’’.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
penerapan metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) berbantuan
media flashcard dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa
kelas 2 SD.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait dengan
penerapan model TGT (Teams Games Tournaments) berbantuan media
flashcard untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa
Sekolah Dasar.
6
2. Manfaat Praktis
a. Guru
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah dapat membuat kualitas
pembelajaran menjadi lebih menarik, dan dapat sepenuhnya memenuhi
tugasnya sebagai pendidik. Hal ini juga dapat menghasilkan inovasi
dalam kreativitas dan pembelajaran. Salah satunya adalah penggunaan
model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT).
b. Siswa
Manfaat penelitian ini yaitu dapat meningkatkan semangat belajar
siswa karena pembelajaran dikemas secara menarik dengan
menggunakan model pembelajaran yang inovatif maka diharapkan
dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan tidak
membuat siswa merasa bosan.
c. Sekolah
Dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan media disetiap pembelajarannya, yakni dengan
menyediakan berbagai macam media pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan membaca permulaan.
d. Akademik
Menjadi literatur bagi pembaca di dunia pendidikan khususnya pada
jenjang sekolah dasar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Membaca Permulaan
Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu usaha sebagai
hasil dari usaha dan latihan. Menurut KBBI kemampuan adalah
“kesanggupan atau kekuatan”. Berdasarkan pemaparan pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu usaha tindakan untuk
melakukan aktivitas(Zughoiriyah et al., 2015).
Membaca adalah suatu proses yang mencakup tidak hanya
melafalkan bahan tertulis, tetapi juga aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca adalah
proses menerjemahkan simbol tertulis (huruf) ke dalam bahasa lisan.
Selanjutnya membaca sebagai proses berpikir meliputi pengenalan kata,
membaca kritis, interpretasi, pemahaman literal dan pemahaman
kreatif(Rahim, 2011). Sejalan dengan pendapat Tampubolon
mengungkapkan bahwa membaca merupakan suatu tahapan untuk
menerjemahkan simbol tulis kedalam bunyi bahasa menjadi lambang
tulisan(Gustiawati et al., 2020). Proses pembelajaran membaca memiliki
berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa, misalnya kegiatan
memprediksi teks bacaan, menanggapi teks bacaan, menceritakan kembali
secara lisan maupun tulisan.
Membaca merupakan proses yang dilakukan pembaca untuk
menerima pesan, metode ini yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
diri mereka sendiri dan terkadang dengan orang lain. Artinya, digunakan
untuk menyampaikan makna yang terkandung atau tersirat dalam simbol-
simbol tertulis. Singkatnya, membaca adalah memilih dan memahami
makna yang terkandung dalam bahan tertulis(Tarigan, 1985). Membaca
juga dapat meningkatkan kecerdasan, untuk mengakses informasi dan juga
memperdalam pengetahuan individu. Oleh karena itu semakin sering siswa
7
8
3) Metode Bunyi
Termasuk bagian dari metode sebelumnya yaitu metode eja. Prinsip
dasar dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan
metode eja/abjad sebelumnya. Satu-satunya perbedaannya adalah
cara pembacaan atau sistem pelafalan abjad (huruf).
4) Metode Suku Kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi, bu,
be, bo; ca, ci, cu, ce, co; da, di, du, de, do; fa, fi, fu, fe, fo; ga, gi, gu,
ge, go; dan seterusnya.
5) Metode Kata
Metode ini sebaiknya di kenalkan dengan kata yang terdiri dari dua
suku kata terlebih dahulu. Misalnya: ma-kan, pu-lang. Metode ini di
awali dengan pengenalan kata yang bermakna, fungsional, dan
kontekstual.
6) Metode Global/Kalimat
Metode ini didasarkan pada pendekatan kalimat dengan cara belajar
membaca kalimat secara utuh. Caranya ialah guru mengajarkan
membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah
gambar(Irdawati et al., 2017).
c. Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca di antaranya adalah
sebagai berikut:
1) Tingkat Intelejensia;
2) Kemampuan Berbahasa;
3) Sikap dan Minat;
4) Keadaan Bacaan;
5) Kebiasaan Membaca;
6) Pengetahuan Tentang Cara Membaca;
7) Latar Belakang Sosial, Ekonomi Dan Budaya;
8) Emosing mempengaruhi kemampuan membaca.
Model dan metode serta media pembelajaran diperlukan untuk
meningkatkan perkembangan bahasa siswa secara optimal, terutama pada
14
b. Media Flashcard
Media adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar. Setiap
pendidik sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar
untuk dicerna dan dipahami oleh peserta didik, terutama bahan pelajaran
yang rumit dan kompleks. Menurut Suprijono, media merupakan
pembawa pesan yang dikirim dari sumber pesan (orang maupun benda)
kepada penerima pesan. Dalam proses pembelajaran, penerima pesan
adalah siswa(R. Siregar, 2017).
Menurut KBBI, kartu adalah selembar kertas persegi panjang
yang tebal. Sedangkan kata adalah elemen bahasa di mana kita berbicara
dan menulis, tetapi mereka adalah manifestasi dari penyatuan emosi dan
pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Sedangkan gambar
merupakan media yang paling banyak digunakan. Gambar adalah
bahasa umum yang dapat dipahami dan nikmati di mana saja. Sardiman
percaya bahwa gambar pada dasarnya penting bagi siswa untuk terlibat
di dalam kelas, menafsirkan dan menghafal konten bacaan, ekspresi
kreatif dalam keterampilan bahasa, kegiatan seni, mendongeng,
dramatisasi, membaca, menulis, melukis, menggambar, Serta
menafsirkan isi materi bacaan(R. Siregar, 2017).
Flashcard pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli bedah
otak bernama Philadelphia Gland Doman. Dhieni mengatakan flashcard
adalah potongan-potongan kartu kecil, biasanya berukuran kartu pos,
dengan kata-kata dan gambar di setiap kartunya, yang digunakan agar
membantu peserta didik dalam mengenali kata dan huruf. Media
tersebut sangat memudahkan pendidik untuk mengajarkan peserta didik
untuk berbicara bahasa (Januarini & Ida Suniasih, 2016). Menurut
Rasyad, flashcard bisa digunakan untuk melatih ejaan dan memperkuat
kosakata serta memberikan rangsangan bagi siswa untuk memberikan
tanggapan yang diinginkan melalui media pembelajaran.
Menurut Sito dalam Muyasaroh (2017) mengungkapkan bahwa
flashcard adalah kertas tebal yang berbentuk segi empat. Flashcard
19
adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau simbol yang
mengingatkan anak akan sesuatu yang berhubungan dengan gambar.
Flashcard biasanya berukuran 8cm x 12cm, tetapi dapat diubah
ukurannya agar sesuai dengan kelas yang akan akan diterapkan(Azhar
Arsyad, 2011).
Media flashcard merupakan alat visual yang tersedia dan
penting untuk menyampaikan pendapat konseptual secara
tertulis(Kirana, 2019). Pada buku dengan judul “Media Pembelajaran,
Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian” media flashcard
adalah lembaran-lembaran yang berisi konten pembelajaran berupa
kartu bergambar dengan menggunakan gambar. Ilustrasi flashcard
berisi serangkaian pesan, di mana muncul dalam gambar dengan
keterangan masing-masing. Media visual yang dimaksud adalah
gambar. Hanyalah sarana penyampaian pesan dan materi dalam kegiatan
pembelajaran, akan tetapi dapat sangat berguna dalam komunikasi yang
efektif(Rofi’ah et al., 2018).
Dari beberapa teori di atas, dapat penulis tarik sebuah
kesimpulan bahwa flashcard merupakan media atau alat peraga untuk
belajar membaca dan menulis huruf abjad yang ukurannya 8 cm x 12
cm, yang membantu menyampaikan informasi kepada siswa yang
berupa huruf vokal dan konsonan serta cara membaca yang baik dan
benar serta menstimulasi siswa dan menguatkan daya ingat dan
kemampuan berpikir siswa. Media flashcard memungkinkan anak-anak
tumbuh dewasa pengenalan gambar, kosakata, keterampilan bahasa
menggunakan huruf alfabet. Aktivitas dan kemampuan anak meningkat
dalam mengenal kosa kata dan lambang huruf-huruf abjad. Melalui
media flashcard, siswa menjadi lebih bersemangat dan antusias dalam
belajar bahasa. Oleh karena itu, penulis memilihkan media visual yang
menarik untuk anak-anak, sehingga memudahkan anak-anak dalam
memahami informasi yang diberikan oleh guru.
20
Tabel 1 Perbedaan Model TGT dengan model TGT berbantuan media flashcard
Model TGT
Model TGT
berbantuan Media Flashcard
menyampaikan tujuan Mempersiapkan siswa dan
pembelajaran melalui menyampaikan tujuan
pengajaran langsung. pembelajaran, serta
memperkenalkan media
Membagi siswa dalam pembelajaran yang akan digunakan.
beberapa kelompok terdiri
dari 4 – 5 orang. Membagi siswa dalam beberapa
kelompok terdiri dari 4 – 5 orang
dan menunjukkan cara
Memberikan soal untuk menggunakan media Flashcard.
menguji pengetahuan
siswa dari belajar tim. Memberikan pertanyaan-
pertanyaan disertai dengan media
Flashcard untuk menguji
pengetahuan siswa dari belajar
kelompok.
22
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan adalah sebuah hasil penelitian yang ditemukan
oleh seorang peneliti yang telah melakukan penelitian jauh sebelum penelitian
baru dilakukan. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya
untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Namun, beberapa
penelitian tersebut belum mencapai hasil yang optimal. Berikut adalah beberapa
penelitian yang pernah dilakukan.
Penelitian pertama oleh Eri Susanti pada tahun 2021 bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman membaca awal pada siswa kelas satu dengan metode
SAS menggunakan media flashcard. Selain itu, berdasarkan hasil ini, kita dapat
melihat bahwa signifikansi penggunaan uji-t 1 sampel menunjukkan bahwa
nilai sig adalah 0,001 < 0, 05. Metode Struktural Analitik Sintetik menggunakan
media flashcard juga memainkan peran yang sangat penting dalam pemahaman
bacaan awal. Dengan menggunakan metode dan media ini, siswa juga dapat
melihat dan menyisipkan karakter yang berbeda. Kemudian mencari dan
membaca huruf-huruf yang tersusun dalam kata-kata. Keuntungan dari
penelitian diatas bahwa ini adalah langkah untuk menyediakan siswa dengan
media flashcard yang dirancang untuk dilihat dan digunakan oleh semua siswa
didalam kelas. Metode SAS sangat efektif dan menarik dalam model
pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran(Susanti,
2021).
Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Kirana
Rahmalya pada tahun 2019 penelitian ini mencoba mengembangkan
kemampuan berbahasa anak melalui media flashcard. Adapun hasilnya yaitu
Beberapa anak pandai mengenali dan mengucapkan huruf dan kata, sementara
yang lain antusias belajar bahasa menggunakan flashcard(Kirana, 2019).
Penelitian ketiga adalah Kurniawan pada tahun 2019 penelitian ini
mencoba meningkatkan pemahaman membaca pada anak usia 5-6 tahun dengan
menggunakan media flashcard. Hasil penelitia ini adalah indikator kinerja
pengembangan membaca awal. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada
kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, membangun kalimat
23
sederhana dengan struktur yang sama, memiliki lebih banyak kata untuk
mengungkapkan pikiran orang lain, dan Melanjutkan sebagian cerita atau
dongeng yang telah dipendengarkan (Kurniawan, 2019).
Penelitian keempat dilakukan oleh Ali Musodah pada tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan media flashcard pada kelompok B2 Raudhatul
Athfal Ma`arif Nahdlatul Ulama’ Karang Tengah Kartanegara Purbalingga.
Hasil penelitian ini adalah bahwa keterampilan membaca awal meningkat
selama fase pra-perilaku, mencapai tingkat pencapaian rata-rata 42,59% pada
anak baru, dan tingkat pencapaian 68,34% dengan pemberian Siklus I. Kinerja
membaca awal siklus II meningkat sebesar 95,57%. Peningkatan dari
praperilaku ke siklus I adalah 25,75% dan peningkatan dari siklus I ke siklus II
adalah 27,23%.(Musodah, 2014).
Penelitian kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Eka Oktaviani
pada tahun 2019 penelitian ini mencoba menggunakan media Flashcard dalam
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak pada usia 5-6 tahun. Pada
sekolah Taman Kanak-kanak Tunas Bangsa Penanatian Ulubelu Tanggamus.
Adapun hasil penelitian ini adalah melalui media Flashcard dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan hasil perkembangan
sesuai harapan yaitu mencapai sekitar 80% dari jumlah 15 peserta didik. Hal ini
terlihat dari perkembangan membaca anak dalam mengeja kata yang tertera
didalam media tersebut(Oktaviani, 2019).
Dari beberapa penelitian di atas, terdapat banyak penelitian yang
mencoba meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Akan tetapi, masih
belum ada metode yang efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan tersebut. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) menggunakan media flashcard untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan di sekolah dasar.
24
C. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Dalam uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini
yaitu: “ Hipotesis tindakan yang diperoleh dari kajian teori serta kerangka
berpikir yang ada yaitu penggunaan model pembelajaran Teams Games
Tournament berbantuan media flashcard berpengaruh signifikan terhadap
meningkatnya kemampuan membaca permulaan siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Classroom Action Research merupakan penelitian yang memaparkan
terjadinya antara sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja
yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak
awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PTK adalah jenis penelitian yang
memaparkan baik proses maupun hasil untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
PTK merupakan rangkaian dari tiga buah kata yang membentuk
pengertian Classroom Action Research adalah sebagai berikut:
1. Penelitian, merupakan kegiatan mengamati objek dengan menerapkan
tahapan dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data dan
informasi yang berguna untuk meningkatkan kualitas sesuatu.
2. Tindakan, merupakan suatu gerakan kegiatan yang dilakukan secara sadar
dengan tujuan tertentu. Gerak kegiatan yang dimaksud adalah adanya siklus
yang terjadi secara berulang bagi siswa yang dikenai suatu tindakan.
3. Kelas, menurut pendidik pada abad ke-18 yaitu Johann Amos Comenius,
“Kelas” dalam pengertian pendidikan dan pengajaran adalah sekelompok
peserta didik secara bersamaan mempelajari hal yang sama pada waktu yang
sama dari pendidik yang sama pula(Arikunto et al., 2015).
Penulis menggunakan metode Classroom Action Research dan
mendemonstrasikan proses implementasi yang dikemukakan oleh Stephen
Kemmis dan Robyn McTaggart. Ini menerapkan sistem spiral dimana satu
siklus terdiri dari empat fase: 1)perencanaan, 2)pelaksanaan, 3)pengamatan, dan
4)refleksi. PTK biasanya dijalankan dalam beberapa siklus sampai masalah
pembelajaran benar-benar ditangani dengan baik. Sebuah rencana yang
menguraikan semua yang akan di lakukan dalam fase tindakan. Fase tersebut
berjalan bersamaan dengan observasi. Guru akan bertindak sambil mengamati
25
26
3. Pengamatan (Observating)
Kegiatan pengamatan oleh pengamat. Pengamatan dilakukan selama
pelaksanaan tindakan. Jadi keduanya dilakukan secara bersamaan.
4. Refleksi (Reflecting)
Ini adalah bagian di mana peneliti mengulangi apa yang telah dilakukan.
Kegiatan ini akan dilakukan ketika guru pelaksana menyelesaikan kegiatan
dan kemudian membahas pelaksanaan rencana tindakan selanjutnya dengan
peneliti.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Maka penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:
D. Subjek Penelitian
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah para siswa kelas II Sekolah
Dasar Islam Terpadu Istiqomah Gandon Temanggung berjumlah 21 siswa, dan
terdiri dari sepuluh perempuan dan Sebelas laki-laki.
E. Setting Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai lokasi penelitian disebut setting
penelitian. SDIT Istiqomah Gandon, Kecamatan Kranggan, Kabupaten
Temanggung dengan kemampuan membaca permulaan siswa yang belum
optimal merupakan tempat yang digunakan dalam penelitian ini.
F. Indikator Keberhasilan
Ukuran keberhasilan penelitian ini adalah peningkatan kemampuan
siswa dalam membaca permulaan berupa ketepatan, lafal, intonasi, kelancaran,
dan kejelasan suara. Dikatakan berhasil jika anak mengalami peningkatan
kemampuan membaca awal dengan bantuan media flashcard sebesar ≥80% atau
dengan kriteria baik. Kriteria baik untuk tiap indikator yakni apabila anak
mendapat skor 3. Kriteria yang benar untuk menyusun semua indikator
kemampuan membaca awal adalah jika anak mendapat nilai skor 9.
G. Metode Pengumpulan Data
Merupakan langkah yang paling strategis dalam penilitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatlan data(Sugiyono, 2010).
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan suatu subjek yang
difokuskan pada perilaku-perilaku tertentu(Daryanto, 2011). Observasi
dilakukan pada saat proses belajar mengajar dengan menggunakan
instrumen penelitian yang ditelah dibuat dengan tujuan untuk memperoleh
data tentang bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament berbantuan media flashcard dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas II SDIT Istiqomah Gandon Temanggung.
29
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertatap
muka antara peneliti dan subjek penelitian. Untuk mempelajari lebih lanjut
tentang penggunaan kartu bergambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia
kelas dua.
3. Tes Unjuk Kerja
Merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati aktivitas
siswa dalam melakukan sesuatu(Kurniawan, 2019). Peneliti menggunakan
tes unjuk kerja karena aspek yang diukur adalah pemahaman membaca
awal. Unjuk kerja dilakukan untuk mengukur kemampuan membaca awal
siswa.
H. Instrumen Penelitian
Penelitian sangat erat kaitannya dengan pengukuran atau memiliki alat
pengukuran yang baik. Alat yang digunakan untuk menangkap, mengelola, dan
menafsirkan informasi yang diperoleh dari responden(S. Siregar, 2013). Berikut
ini merupakan kisi-kisi instrumen penelitian kemampuan membaca permulaan
pada anak Kelas II SDIT Istiqomah berikut ini:
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Unjuk Kerja
Siklus I Siklus II
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
No Indikator Kalimat soal Kalimat soal
P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
1 Ketepatan Lafal
2 Intonasi
3 Kelancaran
4 Kejelasan Suara
Jumlah 2 2
30
Nomor Jumlah
No Indikator
Butir Butir
1. Perhatian peserta didik 1, 2, 3, 4 4
2. Keaktifan peserta didik 5, 6, 7 3
3. Keaktifan peserta didik ketika menggunakan
8, 9 2
media flashcard
4. Aktifiktas kemampuan membaca permulaan
10, 11,
(ketepatan lafal, intonasi, kelancaran, dan 3
12
kejelasan suara)
Jumlah 12
31
I. Prosedur Penelitian
Menurut rekomendasi desain PTK dalam Pedoman Penulisan Skripsi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, prosedur PTK dikaitkan dengan desain studi
secara bertahap. Menentukan tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, analisis dan refleksi. Jumlah siklus tergantung kelas yang
diujikan dan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) sekolah. Adapun
siklus berbeda dengan Tindakan (pertemuan), setiap Siklusnya terdiri dari
setidaknya dua pertemuan (tindakan) dan setiap PTK terdiri dari setidaknya 2
Siklus. Berikut penjelasannya:
1. Menyusun Rancangan Tindakan
Penulis mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama tindakan
akan dilakukan diantaranya menyusun desain rencana pembelajaran atau
RPP pada tema 2 bermain dilingkunganku subtema 1 bermain di lingkungan
rumah sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas.
Kemudian menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa,
menyiapkan lembar catatan lapangan untuk mencatat kejadian atau
peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran, dan menyiapkan media
dalam praktikum nanti. Menyusun soal tes (uji kompetensi) sebanyak 20
soal.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti berperan sebagai guru dan dibantu
oleh observer sekaligus kolaborator yaitu Rivaldo Yudha Pratama
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
3. Observasi
Dalam hal ini, observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, dan
objek pengamatan adalah aktivitas seluruh siswa dalam proses
pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok dalam bentuk
transformasi pribadi, dan lembar observasi menilai guru pada saat
melakukan pembelajaran.
32
Sebaliknya jika kriteria belum tercapai maka peneliti mengulang tindakan 2 dan
memperbaiki segala kelemahan yang ada.
Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika presentase daya serap
individu > 70% (KKM SDIT Istiqomah Gandon Temanggung)
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
2. Daya Serap Klasikal (DSK) = 𝑥 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑠𝑜𝑎𝑙
Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar secara klasikal jika > 80% siswa yang
telah tuntas (Maulana Yusuf, 2018)
35
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S., Yarmi, G., Sumantri, M. S., & Iasha, V. (2020). Kemampuan Membaca
Permulaan Melalui Pendekatan Whole Language di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 4(3), 637–643. https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i3.393
Alfulaila, N. (2014). Pengaruh Pendekatan Whole Language Terhadap Hasil
Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD. Jurnal
Dikdas, 2(1), 66–75.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE/article/view/2813
Arikunto, S., Supardi, & Suhardjono. (2015). Penelitian Tindakan Kelas (Suryani
(ed.)). PT Bumi Aksara.
Arsyad, A. (2006). Media Pembelajaran. PT. Raja Gafindo Persada.
Asmonah, S. (2019). Meningkatkan kemampuan membaca permulaan
menggunakan model direct instruction berbantuan media kartu kata
bergambar. Jurnal Pendidikan Anak, 8(1), 29–37.
https://doi.org/10.21831/jpa.v8i1.26682
Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Rajawali Press.
Candra Dewi, M. B. D. (2017). ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA
MENTAL RETARDATION DI SDN KEDUNGPUTRI 2 (Studi Kasus di
SDN Kedungputri 2, Paron Kabupaten Ngawi). Muaddib : Studi Kependidikan
Dan Keislaman, 7(2), 132. https://doi.org/10.24269/muaddib.v7i2.796
Daryanto. (2011). Penelitian TIndakan Kelas dan Penelitian TIndakan Sekolah (p.
80). Gava Media.
Dewi, M. M. (2021). Pengaruh Pembelajaran TGT Berbantuan Media SULTAN
(Susunan Puzzle Tangram) Terhadap Kemampuan Menghitung Luas Bangun
Datar.
Drs. Solchan T.W. M.Si.;, Dra. Yetty Mulyati, M.Pd.; Drs. M. Syarif, M. P. ., &
Mohamad Yunus, S.S, M. . (2007). PDGK4204 : PENDIDIKAN BAHASA
INDONESIA DI SD (E. R. Palupi (ed.); Palupi, En). Universitas Terbuka.
www.ut.ac.id
Endah, N. (2017). Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 5 Sd Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt Berbantuan Media Gambar. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar, 3(2), 96. https://doi.org/10.30870/jpsd.v3i2.2131
Fauziah Utami, A. (2020). PENGEMBANGAN MEDIA KARTU HURUF
BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN (R&D Pada Kelas 1 SDN 1 Cipeundeuy). 2020.
http://repository.uinbanten.ac.id/6657/
Gustiawati, R., Arief, D., & Zikri, A. (2020). Pengembangan Bahan Ajar Membaca
36
Anak Usia Dini Melalui Media Kartu Kata Bergambar. Journal of Islamic
Early Chilhood Education, 1(1), 51–61.
http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/abna/article/view/3443
Prihantoro, A., & Hidayat, F. (2019). Melakukan Penelitian Tindakan Kelas.
Ulumuddin : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 9(1), 49–60.
https://doi.org/10.47200/ulumuddin.v9i1.283
Rahim, F. (2011). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Bumi Aksara.
Rahmatika, P., Hartati, S., & Yetti, E. (2019). Metode Pembelajaran Mind Map dan
Bercerita dengan Gaya Kognitif, Pengaruhnya terhadap Kemampuan
Membaca Permulaan. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
3(2), 548. https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i2.260
Rofi’ah, S., Setyowati, A., & Idhayanti, R. I. (2018). Media Gambar Flash Card
Dalam Menstimulasi Perkembangan Bahasa Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun.
Jendela Inovasi Daerah, I(2), 78–92.
http://jurnal.magelangkota.go.id/index.php/cendelainovasi/article/view/19
Safarina, E. I. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tgt Terhadap
Hasil Belajar Ipa Ditinjau Dari Kemampuan Kerjasama. Natural: Jurnal
Ilmiah Pendidikan IPA, 5(1), 32. https://doi.org/10.30738/natural.v5i1.2558
Saragih, E., & Wedyawati, N. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Tgt Untuk
Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar the Application of the Tgt Learning Model in
Improving Learning Outcomes of Roman Numerals. Research of Mathematics
and Mathematics Education, 1(1), 14–24.
Sari, M. Y. (2020). Permasalahan keterampilan membaca siswa kelas iv sekolah
dasar.
Septiawan, A. E., I Made Rati, N. W., & Murda, I. N. (2018). Pengaruh Model
Pembelajaran Time Token Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil
Belajar IPS. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 2(3), 271.
https://doi.org/10.23887/jppp.v2i3.16285
Sinaga, E. S., Nurbiana, D., & Sumadi, T. (2022). Pengaruh Lingkungan Literasi di
Kelas terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Anak. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 279–287.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i1.1225
Siregar, R. (2017). PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK
MENINGKATKAN. 3(4), 715–722.
Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik untuk penelitian kuantitatif : dilengkapi
dengan perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17/ Siregar. Jakarta :
Bumi Aksara, 2013.
Sudimahayasa, N. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Tgt Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar, Partisipasi, Dan Sikap Siswa. Jurnal Pendidikan
38