Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MIND

MAPPING BERBANTUAN AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL


BELAJAR IPS DI KELAS VI SDN 16 BUNGKU

TESIS

OLEH:

WAHYUDIN S. AMIN
STAMBUK : 322 22 019

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER PENDIDIKAN IPS
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
DAFTAR ISI

Judul..........................................................................................................................i
Halaman Pengesahan...............................................................................................ii
Daftar isi....................................................................................................................iii

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................5
1.4 Kegunaan dan Manfaat Penelitian...............................................................6
Bab II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.1 Penelitian Terdahulu...................................................................................8


2.2 Kajian Pustaka............................................................................................12
2.3 Kerangka Pemikiran...................................................................................23
Bab III. Metode Penelitian

3.1 Tipe Penelitian............................................................................................26


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................27
3.3 Jenis data dan Sumber Data........................................................................27
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................28
3.5 Metode Analisis..........................................................................................29
3.6 Defenisi Operasional Variabel....................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Desain Penelitian..........................................................................................27


Tabel 2. Kriteria penilaian..........................................................................................31
BAB I.
PENDALUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Yahya dalam (Pramita Arif, 2018, p. 12) Kemajuan kehidupan

berbangsa dan bernegara dapat dilihat dari perkembangan pendidikan. Pendidikan

tak lain sebagai lembaga dan usaha pembangunan bangsa dan watak bangsa. Pada

hakekatnya pendidikan adalah pengaruh, bimbingan, arahan agar menjadi

dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang.

Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

pendidikan menengah. Adapun tujuan pendidikan di sekolah dasar adalah untuk

memperoleh pendidikan dari guru yang memberi pelajaran, meningkatkan potensi

belajar serta mengetahu sejauh mana tingkat disiplin belajar peserta didik di

sekolah.

Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat peserta didik

belajar, yaitu terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang belajar,

dimana perubahan itu dengan didapatnya kemampuan baru yang berlaku dalam

waktu yang relatif lama. Dalam proses pembelajaran guru mengajarkan beberapa

mata pelajaran kepada peserta didik. Mata pelajaran adalah pelajaran yang harus

diajarkan (dipelajari) untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan. Salah satu mata

pelajaran itu adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). di sekolah dasar merupakan salah satu

1
program pengajaran yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar

sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan yang selalu

berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional,

kritis, cermat, jujur dan efektif dan juga mempersiapkan peserta didik agar

menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari

dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

(Mahendra, 2019) menyatakan bahwa communication (komunikasi)

merupakan keahlian yang tidak dapat dihindari dan harus dimiliki oleh manusia

sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan untuk tetap berkomunikasi

sebagai bentuk interaksi dengan sesamanya. Interaksi dengan menggunakan

komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun non lisan (tulisan, bahasa tubuh,

dan sebagainya). Bentuk komunikasi utama yang dilakukan adalah komunikasi

lisan yang merupakan bentuk implementasi dari keterampilan berbicara yang

berdasarkan pada tingkat kemampuan seseorang untuk berbicara secara jelas, baik

dan benar. Sehingga pesan yang dibicarakan atau dikomunikasikan mampu

diterima dengan baik oleh pendengar. Maka dari itu, diharapkan siswa memiliki

keterampilan berbicara yang baik agar mampu berinteraksi di lingkungan

keluarga maupun sekolah dan masyarakat.

Salah satu hal terpenting dalam mencapai hasil belajar siswa adalah

melalui model pembelajaran. Demikian halnya di SDN 16 Bungku Kabupaten

Morowali,secara keseluruhan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

merupakan hasil belajar siswa sebagian masih kurang sesuai dengan harapan

2
yaitu memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) yang telah ditentukan. Hal

tersebut diperoleh dari observasi peneliti saat pada 13 Maret hingga 27 Maret

2023. Berdasarkan hasil observasi, kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara

tata muka. Dalam pembelajaran secara tatap muka, guru menggunakan model

konvensional dan ceramah sehingga pembelajaran kurang efektif , siswa merasa

kurang optimal dalam menguasai pembelajaran, dan mengakibatkan pada hasil

belajar siswa yang rendah. Hasil belajar siswa yang rendah dibuktikan dengan

rekapitulasi nilai harian siswa kelas VI di SDN 16 Bungku yakni memperoleh

nilai rata-Rata afektif, psikomotor dan kognitif yaitu 70, 60,60 dari nilai KKM 70

Namun adanya kesenjangan antara harapan penerapan Kurikulum 2013

dengan fakta di lapangan yang ditunjukkan dengan hasil wawancara pada 13

Maret hingga 27 Maret 2023 dengan masing-masing guru yang mengajar di

kelas IV dan V , diperoleh informasi keterampilan berbicara Bahasa Indonesia

siswa masih rendah. Bukti lain dari rendahnya kemampuan berbicara juga terlihat

dari proses pembelajaran, masih sangat sedikit siswa yang mampu menyampaikan

pendapatnya dengan baik ketika selesai diberikan tugas atau ketika ditanyakan

mengenai penyelesaian sebuah masalah oleh guru. Siswa masih banyak yang

cenderung menunggu guru untuk menjelaskan.

Hasil wawancara tersebut didukung oleh hasil observasi penulis pada

tanggal 04 April 2023 hingga tanggal 24 April 2023, terlihat bahwa metode

mengajar dengan metode ceramah masih banyak digunakan oleh para guru saat

mengajar di kelas. Hal tersebut menunjukkan masih kurangnya kegiatan diskusi

3
antar siswa dan guru. Selain itu, dalam pembelajaran hanya memanfaatkan buku

tema serta papan tulis saja untuk membantu proses pembelajaran. Guru hanya

terpusat pada pemberian materi dengan cara menjelaskan langsung seluruh materi

pembelajaran kepada siswa kemudian dilanjutkan dengan penugasan secara

individu. Kemudian, ketika siswa mendapat kesempatan bertanya tentang materi

yang telah dibahas sebelumnya pada akhir proses belajar, tidak banyak siswa

yang mau bertanya. Hal lain juga cukup memprihatinkan adalah terdapat satu

kelas VI yang siswa-siswinya tidak mampu untuk menyampaikan gagasannya

atau bertanya kepada guru ketika diberikan kesempatan untuk bertanya atau

berbicara.

Model pembelajaran kooperatif Mind Mapping berbantuan dengan audio

visual merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-

kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Setiap anggota saling

bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran dalam

menyelesaikan tugas kelompok (Silviriyanti, 2019). Hal ini sejalan dengan

Isjoni(dalam Silviriyanti,2019),tujuan utama dalam penerapan model belajar

mengajar kooperatif adalah agar siswa dapat belajar secara berkelompok bersama

teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan

menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Berangkat dari latar belakang di atas, maka penulis hendak melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Mind

4
Mipping Berbantuan Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPS Di Kelas VI SDN

16 Bungku”

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas,

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif Mind Mipping berbantuan

Audio Visual terhadap hasil belajar IPS di Kelas VI SDN 16 Bungku

Kabupaten Morowali?

2. Apakah ada peningkatan hasil belajar IPS dengan model pembelajaran

kooperatif Mind Mipping berbantuan Audio Visual terhadap hasil belajar IPS di

Kelas VI SDN 16 Bungku?

3. Bagaimana respon peserta didik terhadap proses pembelajaran kooperatif tipe

Mind Mipping berbantuan Audio Visual terhadap hasil belajar IPS di Kelas VI

SDN 16 Bungku?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh hasil belajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Mind Mipping berbantuan Audio Visual terhadap

hasil belajar IPS di Kelas VI SDN 16 Bungku.

5
2. Untuk mengetahui pengaruh minat belajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Mind Mipping berbantuan Audio Visual terhadap

hasil belajar IPS di Kelas VI SDN 16 Bungku.

3. Untuk mengetahui Respon Peserta didik terhadap proses pembelajaran

kooperatif tipe Mind Mipping berbantuan Audio Visual terhadap hasil belajar

IPS di Kelas VI SDN 16 Bungku

1.4 Kegunaan dan Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diproleh dari penelitian:

a. Manfaat Teoretis

Dapat memberikan masukan berupa konsep-konsep, sebagai upaya

meningkatkan dan mengembangkan ilmu dalam bidang pendidikan dan Dapat

menjadi bahan pembelajaran untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat praktis

a. Bagi Murid

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar

IPS murid secara aktif dalam pembelajaran.

b. Bagi Guru

Menjadikan bahan acuan sekaligus menambah salah satu metode belajar

untuk diterapkan di kelas

6
c. Bagi Sekolah

Penelitian tersebut dimanfaatkan sebagai pengembangan bagi pihak

sekolah untuk lebih memperhatikan kinerja mengajar guru dalam upaya

peningkatan motivasi belaar dan hasil belajar IPS murid.

7
BAB II
TINJAUN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam Penelitian ini, peneliti berusaha mendapatkan informasi dari

penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya sebagai bahan perbandingan,

baik perbedaan maupun persamaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Anjas Rivaldi, Suhardi Marl dan Siti

Halidjah, Dengan judul penelitian Pengaruh Model Kooperatif Berbantuan

Audio Visual Pembelajaran IPS Terhadap Hasil Belajar Di Sekolah Dasar.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan model

kooperatif berbantuan media audio visual dalam pembelajaran IPS terhadap hasil

belajar siswa kelas V SDN 27 Pontianak Tenggara. Metode yang digunakan

adalah eksperimen dengan Desain Pra-Eksperimen dan desain kelompok kontrol

yang tidak setara. Populasi dari seluruh siswa dari dua kelas 54 orang. sampel

penelitian ini adalah mahasiswa VB kelas yang berjumlah 26 orang sebagai

kelas eksperimen dan kelas VA peserta didik sebagai kelas kontrol yang

berjumlah 28 orang.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengukuran dan

alat pengumpulan data adalah tes tertulis pilihan ganda. Berdasarkan analisis

data diperoleh hasil rata-rata post-test kelas eksperimen kelas adalah 80,04 dan

rata-rata post-test kontrol 74,07. Hasil uji hipotesis menggunakan uji-t (Polled

8
Variance) diperoleh t hitung = 2,993 sedangkan untuk degree of freedom

(28+26-2=52) dengan taraf signifikan α = 5% diperoleh t tabel = 1,676 yang

berarti t hitung > t tabel, Hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh penerapan

model kooperatif pada media audio visual dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan

perhitungan effect size (ES) diperoleh ES =0,57 yang termasuk kriteria sedang.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Lisana. (2022) yang berjudul

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping Terhadap

Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas Ix Di Smp Negeri 17 Kerinci.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui hasil belajar

siswa yang dibelajarkan dengan metode mind mapping cooperative model

pembelajaran lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran

konvensional di kelas VIII SMP Negeri 17 Kerinci. Penelitian ini menggunakan

desain kelompok statis.

Berdasarkan analisis data terkait, maka peneliti menemukan bahwa ada

pengaruh dimana hasil belajar matematika yang diajarkan dengan menerapkan

Model pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping lebih baik dari pada hasil

belajar matematika yang diajarkan dengan model pembelajaran langsung di

kelas IX SMP Negeri 17 Kerinci

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sifaul Janah dan Ela Suryani (2022)

yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solvingberbantuan

Mind Mapping Terhadap Pemahaman Konsepsiswa Kelas IV. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran mind mapping

9
berbantuan problem solving terhadap pemahaman konsep energi siswa kelas IV

SDN 02 Sukorejo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode

eksperimen dengan Non-Equivalent Control Group Design.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat rata-rata perbedaan

kemampuan pemahaman konsep siswa antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen, yang dilihat dari t hitung > t tabel = 2,440 > 2,009 dengan nilai sig.

(2-tailed) adalah 0,018 dimana nilai ini < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha

diterima.

Terdapat pengaruh model pembelajaran pemecahan masalah berbantuan

mind mapping terhadap pemahaman konsep siswa, dilihat dari Fhitung=6,099

dengan taraf signifikansi 0,021 < 0,05, hasil uji regresi nilai R2 = 0,212 =

21,2%, maka model regresi ini dapat mempengaruhi variabel partisipasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara model

pembelajaran problem solving berbantuan mind mapping terhadap pemahaman

konsep siswa kelas IV.

Penelitian selanjutnya dilakukan Daryati dan Sunarti yang berjudul

Peningkatan Kreativitas Dan Hasil Belajar IPS Di Kelas VI SD Melalui

Model Pembelajaran Mind Mapping. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas VI sekolah

dasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

dilakukan dalam tiga siklus, setiap siklus tiga kali pertemuan melalui tahapan

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah

10
siswa kelas VI SD Negeri Nglaris Bener Purworejo yang berjumlah 11 siswa

yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan tes tertulis. Teknik analisis

data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif

terhadap hasil observasi dan teknik analisis kuantitatif terhadap hasil belajar

siswa.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan model

pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan kreativitas pembelajaran IPS

yaitu pada pra siklus 9,09%, siklus I 9,09%, siklus II 36,36%, dan siklus kedua.

siklus III 90,91%. Penerapan model pembelajaran mind mapping dapat

meningkatkan hasil belajar IPS yaitu pada pra siklus 9,09%, siklus I 54,55%,

siklus II 72,73%, dan siklus III 81,82%.

Penelitian selanjutnya dilakukan Khaty Dian Situmorang, Reflina Sinaga,

Sumarlin Mangandar Marianus dan Darinda Sofia Tanjung yang berjudul

Pengaruh Model Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar

Siswa Pada Tema Lingkungan Sahabat Kita Kelas V Sdn 173417 Pollung

Dan Sdn 173420 Pollung. Artikel ini membahas pengaruh penggunaan model

pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa pada tema lingkungan

sahabat kita kelas V SDN kecamatan Pollung tahun pembelajaran 2020/2021.

Penelitian pada artikel ini menggunakan metode deskriptif analitik.

Populasi melibatkan siswa kelas V SDN kecamatan Pollung yang terdiri

dari 2 sekolah yaitu SD Negeri 173417 dan SD Negeri 173420. Hasil penelitian

11
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model Mind

Mapping termasuk kategori sangat baik dengan rata-rata 84,72. Hasil penelitian

juga menunjukkan bahwa hasil pengujian kolerasi dapat dilihat pada nilai

koefisien kolerasi sebesar 0,620 artinya rhitung (0,620) ≥ rtabel (0,217),

sehingga Ha diterima.

Maka, terdapat pengaruh yang kuat antara model pembelajaran Mind

Mapping terhadap hasil belajar siswa dengan tema lingkungan sahabat kita di

kelas V SDN Kecamatan Pollung. Dapat juga dilihat dari hasil pengujian uji-t

dimana thitung ≥ ttabel yaitu 6,984 ≥ 1,664 sehingga menyatakan bahwa Ha

diterima. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan dari

penggunaan model pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa

dengan tema lingkungan sahabat kita di kelas V SDN kecamatan Pollung tahun

pembelajaran 2021/2022

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Model Pembelajaran Mind Mapping

a. Model Pembelajaran Mind Mapping

Salah satu hal yang berperan dalam pengingatan adalah asosiasi yang

kuat antar informasi dengan interpretasi dari informasi tersebut. Kondisi ini,

hanya bisa terjadi ketika informasi tersebut memiliki representasi mental di

pikiran. Contohnya, jika seseorang ingin mengingat “mobil”, maka

sebelumnya ia perlu merepresentasikan mobil dalam pikirannya, mungkin

12
berupa gambar, merek, harga atau kecepatan. Hubungan tersebut perlu

dipahami secara personal, sehingga setelahnya tercipta representasi mental

yang lebih mudah diingat.

Menurut Buzan (2009;12) Mind Mapping adalah sistem penyimpanan,

penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang

sebenarnya ada dalam otak manusia yang 10 menakjubkan. Mind mapping

adalah cara termudah untuk menempatkan informasi dalam otak dan

mengambil informasi keluar otak-Mind Mapping adalah cara mencatat yang

kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.

Adapun menurut Deporter dan Hernacki (2011 : 152) model Mind

Mapping adalah catatan yang murid buat membentuk sebuah pola gagasan

yang saling berkaitan, dengan topik utama ditengah dan sub topik dan

perincian menjadi cabang-cabangnya, teknik ini dikenal juga dengan nama

Radiant Thinking. Dengan membuat sendiri peta pikiran murid “melihat”

bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih

bermakna. Para murid cenderung lebih mudah belajar dengan catatannya

sendiri yang menggunakan bentuk huruf yang mereka miliki dan ditambah

dengan pemberian warna yang berbeda disetiap catatan mereka.

Dibandingkan dengan membaca buku teks mereka merasa kesulitan ketika

persiapan akan menghadapi ujian.

13
b. Pengertian Mind Mapping

Buzan (Martha Ines Gomez Betancur dan King, 2014: 72) menyatakan: :

“Mind mapping as one example of radiant thinking in which branches of

ideasradiate from a central image or concep. During the radiant thinking

process, the individual takes an imageas a central point, and from that image

it is possible to obt in sub- centers of association in order to build various

branches that include more concepts related to the common center”.

Artinya, pemetaan pikiran sebagai salah satu contoh berpikir secara

radiant atau bercabang di mana cabang ide memancar dari gambar pusat atau

konsep. Selama proses berpikir secara radiant atau bercabang, individu dapat

mengambil suatu gambar sebagai titik pusat, dan dari gambar titik pusat

tersebut mungkin untuk menghasilkan cabang dari titik pusat yang saling

berhubungan dan membentuk berbagai cabang yang mencakup konsep-

konsep yang berkaitan dengan titik pusat.

Menurut King (Martha Ines Gomez Betancur dan Gideon King, 2014: 71)

menyatakan :

“Mind Maps represent a task or ide minimum of words. This means 12 that

the brain is used to relate imageswith concepts and specific vocabulary

words and sentence constructs”.

Artinya, Peta pikiran merupakan tugas atau ide dalam bentuk

bergambar dengan tulisan/kata yang sedikit. Ini berarti otak digunakan untuk

menghubungkan gambar dengan konsep dan kosa kata yang spesifik (kata

14
kunci) dan kalimat penghubung.

Mind mapping merupakan ekspresi alamiah dari cara kerja otak bayi, dan

bahkan semua otak manusia. Secara harfiah, mind map adalah sebuah “Peta

Pikiran” yang-unsur menggunakan utama dari memori, unsasosiasi, lokasi, dan

keistimewaan (Buzan, Tony, 2005: 71). Lebih lanjut,Buzan, Tony (2007: 4)

mengemukakan beberapa pengertian mind mapping, diantaranya adalah sebagai

berikut.

a) Mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari

luar otakmu.

b) Mind mapping adalah cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan

ampuh.

c) Mind mapping adalah cara membuat catatan yang tidak membosankan.

d) Mind mapping adalah cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan

merencanakan proyek.

e) Mind mapping adalah sistem belajar dan berpikir yang menggunakan kedua

belah otak (Windura, 2013: 12).

c. Mind mapping membantu peserta didik dalam meringkas suatu materi

pelajaran sehingga memudahkan dalam menghafal maupun memahami

materi. Mind mapping itu menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dan

direnungkan, karena mind mapping berbentuk peta bergambar yang berwarna

dan berisi kata kunci. Kata kunci adalah kata yang mewakili suatu kalimat

atau beberapa kalimat yang memberi kita pengertian untuk mencapai suatu

15
kesimpulan yang jelas (Sugiarto, 2004: 83). Kata kunci dapat berupa kata

benda, kata kerja, dan kata sifat. Kata benda dapat berarti nama orang, nama

tempat, atau sesuatu yang penting. Kata kerja merupakan kata yang

menunjukkan aktivitas atau keadaan. Kata sifat adalah kata yang

berhubungan dengan suatu benda

c. Karakteristik Mind Mapping

Mind mapping merupakan suatu formula ajaib yang dapat membantu

peserta didik untuk mendapatkan ide, mudah memecahkan masalah, dan

mudah memecahkan segala sesuatu. Pada dasarnya mind mapping merupakan

suatu teknik meringkas dengan menyeimbangkan fungsi kedua belah otak.

Mind mapping membantumu tetap fokus kepada ide utama dan semua

ide tambahan lainnya (Buzan, 2007: 6). Mind mapping juga membantumu

untuk menggunakan kedua belah otak sehingga ingin terusterusan belajar.

Mind mapping membantu menggali semua ide maupun gagasan yang

adadalam pikiran peserta didik. Mind mapping dibuat menggunakan kata-

kata, garis, warna, simbol, angka dan gambar. Meringkas menggunakan mind

mapping hasilnya akan terlihat lebih indah dan berwarna karena dalam

pembuatan mind mapping harus menggunakan gambar dan warna untuk

memberikan penjelasan suatu materi.

Mind mapping membantu menggali semua ide maupun gagasan yang

adadalam pikiran peserta didik. Mind mapping dibuat menggunakan kata-

kata, garis, warna, simbol, angka dan gambar. Meringkas menggunakan mind

16
mapping hasilnya akan terlihat lebih indah dan berwarna karena dalam

pembuatan mind mapping harus menggunakan gambar dan warna untuk

memberikan penjelasan suatu materi.

Gambar, garis, kata, simbol dan warna dalam mind mapping juga

berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak kiri dan otak kanan peserta

didik sehingga hasil yang dicapai bisa lebih baik dan maksimal. Dengan

demikian, mind mapping dapat mempermudah dalam hal mengingat atau

mengulang materi yang telah dipelajari karena peserta didik menjadi lebih

tertarik untuk melihat dan membacanya.

Buzan, Tony (2005: 76) mengemukakan mind mapping sangat efektif

bagi anak-anak kecil karena mind mapping memberikan gambaran-

gambaran yang telah mereka kenal (sebuah gambar bernilai ribuan kata) serta

asosisasi dan berbagai hubungan yang mereka buat tanpa dibatasi oleh aturan

tata bahasa dan semantik. Mind mapping seketika memberikan gambaran

menyeluruh kepada anak, sekaligus memberikan kesempatan baginya untuk

menghimpun benda-benda yang terkait lebih erat satu sama lain.

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Mind Mapping

Adapun Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Mind

Mapping dalam Aqib, Zainal (2013;23) ialah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2) Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang akan ditanggapi

oleh murid dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternative

17
jawaban.

3) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.

4) Tiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif jawaban hasil

diskusi.

5) Tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan

dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.

6) Dari data-data di papan, siswa diminta membuat kesimpulan atau guru

membuat perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

e. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Mind Mapping

Model Pembelajaran kooperatif yang beragam memiliki kelebihan dan

kekurangan, di bawah ini adalah kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran kooperatif Mind Mappingsebagai berikut:

1) Kelebihan Mind Mapping adalah sebagai berikut :

 Dapat mengemukakan pendapat secara bebas.


 Dapat bekerjasama dengan teman lainnya.
 Catatan lebih padat dan jelas. 18
 Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan.
 Catatan lebih terfokus pada inti materi.
 Mudah melihat gambaran keseluruhan.
 Membantu otak untuk : mengatur, mengingat, membandingkan dan
membuat hubungan.
 Memudahkan penambahan informasi baru.

18
2) Kekurangan Mind Mapping adalah sebagai berikut :

 Hanya murid aktif yang terlibat.


 Tidak sepenuhnya murid yang belajar.
 Mind Mapping murid bervariasi sehingga guru akan kewalahan
memeriksa mind map murid.

2.2.2 Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata, yaitu

“hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu

perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang

mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk

mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar.

Menurut Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa: Hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan keterampilan. Sedangkan menurut Gagne & Briggs dalam

Suprihatiningrum (2013: 37) Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan

yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar yang dapat diamati

melalui penampilan siswa (learning performance).

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan

dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa

19
kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa

dan budaya Indonesia, keyakinan serta keragaman tingkat intelektual dan

emosional.

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian

yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan

siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat

penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan.Dengan

demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup 20 segala hal yang

dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan

keterampilan.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Wasliman 2007 (dalam Ahmad Susanto, 2013;12) Hasil belajar yang

dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

yang mempengaruhi, baik faktor internal dan eksternal.

 Faktor Internal (dari dalam individu)

Faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi

kemampuan belajarnya.faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat

dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta

kondisi fisik dan kesehatan.

 Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar)

Faktor yang berasal berasal dari luar diri peserta didik yang

20
mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial SD

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu mata pelajaran hasil

penggabungan dari ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, bahkan politik.

Namun, pembelajaran IPS di SD dibatasi pada gejala dan masalah sosial yang

dapat dijangkau pada geografi dan sejarah, yaitu lingkungan yang ada di

sekitar peserta didik

d. Pembelajaran IPS dengan Mind Mapping

Materi Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan materi yang luas dan perlu

dihafalkan untuk memahaminya. Pembelajaran IPS mau tidak mau peserta

didik harus mencatat atau meringkas materi. Peserta didik harus meringkas

suatu materi yang banyak menjadi materi yang lebih sedikit. Selain meringkas

peserta didik juga harus mencatat suatu materi pembelajaran. Sugiarto (2004:

73) mencatat merupakan salah satu keterampilan dasar yang sangat penting

dimiliki bagi setiap orang yang ingin meningkatkan keterampilan belajar atau

bekerjanya.

Mencatat merupakan kegiatan berpikir secara linier, yaitu cara berpikir

satu arah. Mencatat secara biasa menggunakan fungsi otak sebelah kiri karena

berpikir secara linier. Untuk itu dibutuhkan suatu formula yang ampuh untuk

dapat menyeimbangkan fungsi kedua belah otak yaitu mencatat dengan mind

mapping. DePorter, Bobbi (2007: 175) peta konsep atau mind mapping

adalah metode pencatatan yang baik harus membantu peserta didik mengingat

21
perkataan atau bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu

mengorganisasikan materi, dan memberikan wawasan baru. Peta konsep atau

yang bisa disebut juga dengan peta pikiran memungkinkan terjadinya semua

hal itu.

Penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran IPS diawali

dengan guru memberi penjelasan langkah-langkah pembuatan mind mapping,

kemudian peserta didik membaca materi pembelajaran IPS yang sedang

dipelajari. Dengan membaca peserta didik dapat menemukan kata kunci

dalam membuat mind mapping. Guru bertugas mengawasi peserta didikdalam

menentukan kata kunci dari materi yang telah dibaca oleh peserta didik.

Peserta didik menyiapkan kertas putih yang tidak bergaris dan

spidol/pensil warna setelah menentukan kata kunci, kemudian membuat pusat

mind mapping. Pusat mind mapping berada di tengah kertas berupa gambar

yang berwarna dan dapat ditambahkan tulisan untuk lebih memperjelas.

Gambar inti tersebut merupakan pusat dari ide atau gagasan yang telah

ditentukan sebelumnya. Peserta didik dapat membuat gambar inti semenarik

mungkin sehingga membangkitkan minat untuk membaca. Selanjutnya,

peserta didik membuat cabang-cabang utama yang merupakan sub bab materi

atau cabang inti materi. Cabang ini dapat berupa garis yang diikuti dengan

kata kunci dari sub bab tersebut. Peserta didik dapat berkreasi dengan

menambahkan warna yang berbeda pada setiap garis cabang utama dengan

menggunakan spidol/pensil warna yang sudah disiapkan. Cabang utama

22
selain dalam bentuk kata kunci juga bisa dalam bentuk gambar untuk lebih

memperjelas materi.

Langkah selanjutnya adalah peserta didik mengembangkan mind

mapping sesuai dengan kreativitasnya. Cabang utama dikembangkan

menjadicabang-cabang tingkat berikutnya dengan kata penghubung,

kemudian memasukkan informasi yang berupa kata dan gambar sesuai

dengan materi yang telah dibaca. Penggunaan gambar harus sesuai dan

mendukung kejelasan materi. Peserta didik memeriksa kembali kesesuaian

kata kunci dan gambar dengan materi yang dipelajari. Peserta didik juga

harus memahami informasi materi pelajaran yang dibuatnya dalam bentuk

mind mapping. Dengan demikian, peserta didik dapat mengingat suatu

materidengan mudah karena menggunakan mind mapping lebih berwarna dan

menarik untuk dibaca.

2.3 Kerangka Berfikir

Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang

memiliki sifat terpadu (integrated) yang bertujuan untuk mengembangkan

peserta didik sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan keterampilan yang

dimiliki. Pembelajaran IPS materinya cukup luas, hal tersebut dikarenakan IPS

merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu sosial, seperti ekonomi,

geografi, sejarah, sosiologi, maupun politik.

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar umumnya masih menggunakan

kegiatan mencatat di dalam pembelajarannya. Kegiatan mencatat bertujuan

23
untuk membantu peserta didik dalam mengingat dan memahami materi.

Kegiatan mencatat yang dilakukan peserta didik merupakan kegiatan mencatat

secara linier atau secara biasa. Kegiatan mencatat yang demikian membutuhkan

waktu yang lama untuk memahami materi karena semua catatan berbentuk

tulisan dan terkesan monoton. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu cara mencatat

yang efektif dan efisien, menyenangkan, tidak membosankan, dan dapat

meningkatkan hasil belajar.

Untuk dapat meningkatkan hasil belajar, guru dapat menggunakan

model pembelajaran yang membantu peserta didik untuk memahami materi dan

memudahkan peserta didik dalam hal mencatat. Model pembelajaran yang

dimaksud adalah model pembelajaran Mind Mapping. Mind mapping

merupakan suatu cara mencatat dengan berbantuan audio Visual. Mind mapping

tidak hanya digunakan oleh guru, melainkan juga dapat digunakan untuk peserta

didik. Mencatat dengan mind mapping dapat menumbuhkan kreativitas peserta

didik karena peserta didik bebas dalam mengekspresikan catatan sesuai dengan

imajinasi mereka. Catatan dengan mind mapping akan terlihat lebih berwarna,

indah, dan rapi, sehingga menimbulkan minat peserta didik untuk membaca.

Maka dari itu, pembelajaran IPS dengan model pembelajaran mind mapping

diharapkan berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pikir dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

24
PELAJARAN IPS

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pre Test Pre Test

Model Pembelajaran
Tanpa Model Mind Mapping

Post Test
Post Test

Analisis

HASIL PELAJARAN IPS

Gambar 1. Kerangka Berfikir

25
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Pada dasarnya metode penelitian ialah langkah untuk memperoleh data

atau informasi dengan tujuan dan manfaat tertentu. Peneliti menggunakan jenis

penelitian yaitu penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen terdapat

perlakuan (treatment), penelitian ini dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan. Metode penelitian eksperimen digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) terhadap yang lain dalam kondisi

yang terkendalikan.

Jenis eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy

Exsperimental Design, yakni desain yang memiliki kelompok kontrol, namun

tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang

memengaruhi pelaksanaan eksperimen. Sedangkan desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Pretest-Postest Control Group Design. Desain ini tidak

membedakan antara kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, kedua

kelompok ini dikenakan pretes dan posttest. Jadi untuk kelompok eksperimen

dan kontrol sama-sama mendapatkan perlakuan (treatment). Namun untuk

kelompok kontrol tidak menggunakan model pembelajaran Kooperatif Mind

Mapping Berbantuan Audio visual.

26
Berikut rancangan Pretest-Posttest Control Group Design dapat

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1. Desain Penelitian


Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O1
Kontrol O3 X2 O4

Keterangan :
X1: Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperim
X2: Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol
O1 : Pretest
O2 : Posttest
O3 : Pretest
O4 : Posttest
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 16 Bungku Kabupaten Morowali.

Waktu penelitian mulai Bulan Agustus 2023 sampai dengan Bulan Oktober 2023.

3.3 Jenis data dan Sumber Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu.

1. Tes

Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus

ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes

digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang peserta didik telah

menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan

27
dan keterampilan. Secara umum tes diartika sebagai alat yang dipergunkan

untuk mengukur pengetahua atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat

materi tertetu. Peneliti menggunakan pretest dan postest berupa soal pilihan

ganda sebanyak 40 butir soal, Dalam mengukur kemampuan hasil belajar

biasanya menggunakan tes sebagai alat untuk mengukurnya. Untuk

mengetahui keberhasilan peserta didik dapat diukur dengan teknis tes yaitu tes

tulisan berupa pilihan ganda. Tes diberikan pada awal dan akhir dari

pemberian perlakuan. Tes akhir. Tes akhir digunakan untuk mengetahui hasil

belajar yang dicapai oleh peserta didik.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mencari

dan mengumpulkan data berupa dokumen-dokumen yang diteliti. Pada

penelitian ini, dokumen-dokumen meliputi daftar nilai, profil sekolah, foto

kegiatan penelitian dan data lain yang peneliti lakukan.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik terentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh murid

kelas VI, dimana sekolah yang dimaksud yaitu murid di SDN 16 Bungku,

dimana jumlah siswanya sebanyak 21 orang yang terdiri dari 9 0rang laki-laki

28
dan 12 orang perempuan dengan total keseluruhan 21 orang jumlah populasi

yang digunakan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah Pusposive Sampling. Purposive sampling adalah pemilihan

sampel yang berdasarkan pada suatu karakteristik tertentu dalam suatu populasi

yang memiliki hubungan dominan sehingga dapat digunakan untuk mencapai

tujuan penelitian. Kelas VI SDN 16 Bungku terpilih sebagai, Kelas eksperimen

diberikan perlakuan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Mind mapping

berbantuan Audio Visual. Sampel tersebut digunakan karena kelas VI masih

memiliki pemahaman yang masih rendah terhadap pengetahuan mengenai

pembelajaran IPS.

3.5 Metode Analisis

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu penelitian yang

digunakan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Mind

Mapping Berbantuan Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPS Di Kelas VI SDN

16 Bungku . Analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel

dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variable dari seluruh

responden, menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan

untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. ( Sugiyono, 2015: 169 ). Analisis

29
data dilakukan setelah pengumpulan data-data penelitian yang diperlukan. Data

yang diperoleh melalui intrumen dianalisis untuk menjawab pertanyaan

penelitian atau menguji hipotesis.

Variabel yang digunakan yaitu variabel independen (bebas) dan variabel

dependen (terikat). Variabel bebas yang ditentukan adalah yaitu model

pembelajaran kooperatif mind mapping berbantuan Audio Visual terhadap hasil

belajar IPS di Kelas VI SDN 16 Bungku yang diterapkan pada kelompok

eksperimen, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan berbicara siswa.

Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai

berdasarkan defenisi variabel, maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini

adalah Model pembelajaran kooperatif mind mapping berbantuan audio visual

sebagai variabel bebas atau independen(X) dan yang menjadi variabel terikat

atau independen adalah hasil belajar (Y1).

Teknik unjuk kerja merupakan salah satu teknik dari metode pengumpulan

data non tes. Peneliti memilih metode dan teknik tersebut sebagai cara untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini. Untuk mengumpulkan data nilai

keterampilan berbicara siswa, digunakan teknik unjuk kerja menggunakan

instrumen penilaian jenis skala penilaian (rating scale) dengan menentukan

indikator yang mencerminkan keterampilan berbicara. Indikator yang

mencerminkan keterampilan berbicara adalah pelafalan, intonasi, struktur

kalimat, dan kelancaran berbicara siswa.

30
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.

Penelitian ini dilakukan dengan pemberian perlakuan kepada kelas eksperimen

dan kelas kontrol, kemudian apakah ada perubahan atau peningkatan hasil

belajar IPS setelah menggunakan mind mapping.

a. Analisis Deskriptif

Penelitian ini dilakukan pada sampel. maka menggunakan analisis

deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data 40

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2015: 207). Kriteria penilaian

digunakan untuk menentukan kriteria hasil belajar IPS yang diperoleh peserta

didik. Hasil belajar peserta didik baik sebelum diberikan perlakuan maupun

setelah diberikan perlakuan dimasukkan dalam kriteria sangat baik, baik, cukup,

kurang, dan sangat kurang.

Kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sebagai

berikut

Tabel 2. Kriteria penilaian


Huruf Angka Predikat

A 85-100 Sangat Baik


B 70-84 Baik
C 55-69 Cukup
D 40-54 Kurang
E 0-39 Sangat Kurang

31
(Sumber: Hamalik,1989: 122)

b. Analisis Statistik Inferensial ( T Test)

Hasil analisis inferensial dimaksudkan untuk menjawab hipotesis

penelitian yang telah dirumuskan. Analisis ini diuji menggunakan program

SPSS. Hipotesis dirumuskan :

H0 = Tidak terdapat perbedaan signifikan model pembeljaran Mind Mapping

terhadap hasil belajar IPS dibandingkan penerapan model pembelajaran Mind

Mapping pada murid.

Ha = Terdapat perbedaan signifikan model pembeljaran Mind Mapping terhadap

hasil belajar IPS dibandingkan penerapan model pembelajaran Mind Mapping

pada murid.

Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Ho diterima. Sedangkan jika nilai Sig. (2-

tailed) > 0,05 maka Ha diterima.

3.6 Defenisi Operasional Variabel

a. Model Pembelajaran Kooperatif mind mapping berbantuan Audio Visual

terhadap hasil belajar IPS di Kelas VI SDN 16 Bungku merupakan salah satu

model pembelajaran struktural dalam pembelajaran kooperatif. Pada mind

mapping, murid dikelompokkan secara berpasangan yang bertujuan untuk

mengefektifkan pembelajaran kelompok. Ini adalah resiko relatif rendah dan

struktur pembelajaran kooperatif pendek, dan sangat ideal bagi instruktur dan

murid yang baru belajar kolaboratif murid Kelas Kelas VI SDN 16 Bungku

Kabupaten Morowali.

32
b. Motivasi belajar IPS merupakan dasarnya. seseorang untuk melakukan

sesuatu. Ada tidaknya motivasi mempengaruhi besar kecilnya seseorang

dalam berusaha memahami suatu pembelajaran IPS murid Kelas VI SDN 16

Bungku Kabupaten Morowali.

c. Hasil Belajar IPS adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki

murid yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor yang diperoleh murid

setelah melalui proses pembelajaran IPS murid Kelas VI SDN 16 Bungku

Kabupaten Morowali.

33
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Jamal. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share Berbantuan Mind Map Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Ips Murid
Kelas V Se-Gugus Vi Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar.”
Universitas Muhammadiyah Makassar, 2022.
Ardiansyah, Muh. “Pengaruh Model Pembelajaran Mind Mapping Terhadap hasil
Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Murid Kelas V SD Inpres Cambaya
Kabupaten Gowa.” Universitas Muhammadiyah Makasar, 2017

Daryati, Daryati, dan Sunarti Sunarti. “Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar IPS
di Kelas VI SD melalui Model Pembelajaran Mind Mapping.” Proceedings
Series on Social Sciences & Humanities 3 (2022): 462–470.

Aqib, Zainal. 2013. Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovati).
Bandung: Yrama Widya.

Buzan, Tony. (2005). Brain Child : Cara Pintar Membuat Anak Jadi Pintar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Buzan (2007). Buku Pintar Mind Map Untuk Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

DePorter, Bobbi, dkk. (2007). Quantum Teaching: Mempraktikan QuantumLearning


di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Mizan Pustaka

Martha Ines Gomez Betancur dan Gideon King. (2014). Using mind mapping as
amethod to help ESL/EFL students connect vocabulary and concepts in
different contexts. TRILOGÍA. Ciencia, Tecnología y Sociedad, 10, 69-

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D.


Bandung: Alfabeta.

Mulyani, Riska, dan Syahrul R.,. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Talk Write (Ttw) Berbantuan Media Audiovisual Terhadap Keterampilan
Menulis Teks Persuasi Siswa Kelas Viii Smp Negeri 8 Padang.” Pendidikan
Bahasa Indonesia 8, no. 3 (2019): 374–382.
Rivaldi, Anjas, Suhardi Marli, dan Siti Halidjah. “Pengaruh Model Kooperatif
Berbantuan Audio Visual Pembelajaran Ips Terhadap Hasil Belajar Di Sekolah
Dasar.” Pendidikan dan Pembelajaran (n.d.): 1–8.
Romianto, Romianto, Rita Rahmaniati, dan A’am Rifaldi Khunaifi. “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt Berbantuan Media Audio Visual Di
Sdn-4 Pahandut.” Jurnal Hadratul Madaniyah 8, no. 1 (2021): 64–72.
itumorang, Khaty Dian, Reflina Sinaga, Sumarlin Mangandar Marianus, dan Darinda
Sofia Tanjung. “Pengaruh Model Pembelajaran Mind Mapping Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Tema Lingkungan Sahabat Kita Kelas V Sdn
173417 Pollung Dan Sdn 173420 Pollung.” Primary: Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar 11, no. 5 (2022): 1335–1347.

Iwan Sugiarto. (2004). Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan BerpikirHolistik


dan Kreatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sutanto Windura. (2013). 1st Mind Map Untuk Siswa, Guru, dan Orang Tua. Jakarta:
Gramedia.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori&AplikasiPaikem. Yogyakarta:


Pustakapelajar.

Sutanto Windura. (2013). 1st Mind Map Untuk Siswa, Guru, dan Orang Tua. Jakarta:
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai