Anda di halaman 1dari 21

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MENGGUNAKAN MEDIA

GAMBAR METODE SAS SISWA KELAS 2 SEKOLAH DASAR NEGRI 5


KARANGROWO

Disusun oleh :
Muhammad Rijal Aufa (201933346)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2022/2023
Contents
BAB 1.................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..............................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................................3
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA dan PENGAJUAN HIPOTESIS....................................................5
2.1 Kajian Pustaka...........................................................................................................................5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan
yang mengajar peserta didik. Siswa atau peserta didik meningkatkan pendidikannya di tiga
lingkungan, yaitu Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah, dan Lingkungan Masyarakat.
Oleh karena itu, penanggung jawab pendidikan adalah orang tua, guru, pemimpin dalam
program pembelajaran, pelatihan dan masyarakat.
Namun, selama ini masih ditemukan permasalahan sesuatu dalam proses
pembelajaran yang dilakukan. Untuk meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan
media gambar SAS (Struktur Analitik Sintetik). Peneliti melakukan penelitian tindakan
kelas, data yang dikumpulkan yakni melalui Observasi dan tes setiap akhir siklus. Metode
yang digunakan pada peneliti kali ini yakni metode deskripsi, komunikatif dan kualitatif.
Rumusan hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah ; apabila penyampaian atau
pengelolaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media gambar SAS, maka
kemampuan membaca dan menulis permulaan pada murid kelas 2 SD 5 Karangrowo dapat
ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian tindakan kelas
menunjukkan bahwa melalui media gambar SAS kemampuan membaca dan menulis
permulaan siswa kelas dua dapat ditingkatkan.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana kesulitan belajar membaca permulaan pada siswa kelas 2 SD Negri 5
Karangrowo, Undaan Kudus?
2. Bagaimana kesulitan belajar menulis permulaan pada siswa kelas 2 SD Negri 5
Karangrowo Undaan Kudus?
3. Bagaimana solusi yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar
membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas 2 SD Negri 5 Karangrowo, Undaan
Kudus?

1.3 Tujuan
Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
1. Untuk mengetahui kesulitan belajar membaca permulaan pada siswa kelas 2 SD Negri
5 Karangrowo, Undaan Kudus.
2. Untuk mengetahui kesulitan belajar menulis permulaan pada siswa kelas 2 SD Negri 5
Karangrowo, Undaan Kudus.
3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar
membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas 2 SD Negri 5 Karangrowo, Undaan
Kudus.
D. Manfaat
1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam pengembangan konsep
teoretik pada permasalahan yang terkait dengan belajar membaca dan menulis permulaan
pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
2. Secara teoretis, hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan bermanfaat dalam
mengembangkan prinsip-prinsip mengenai solusi yang tepat dalam mengatasi kesulitan
belajar membaca dan menulis permulaan pada siswa
3. Secara praktis, penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para guru maupun sekolah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.

E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
memandang perlu untuk memberikan definisi-definisi sebagai berikut.
1. Kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan anak dalam mengucapkan
lambang-lambang huruf yang tersusun dalam bentuk kata maupun kalimat sederhana dan
bisa dimaknai sebagai suatu konsep tentang suatu benda, maka secara operasional membaca
permulaan berkenaan dengan aspek (a) menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, (b)
melafalkan suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitar, (c) menyebutkan
kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama, dan (d) mengungkapkan
hubungan antara bunyi dan bentuk huruf.
2. Metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) merupakan salah satu jenis metode
yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi
siswa pemula. Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) dengan metode ini
mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh.
Mula mula anak diperkenalkan sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni
struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep kebermaknaan
pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan
pembelajaran MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengamalan
berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum KBM MMP yang sesungguhnya
dimulai guru dapat memanfaatkan rangsang gambar, benda nyata, dan tanya jawab informal
untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap
cocok untuk materi MMP, barulah KBM MPP yang sesungguhnya dimulai. Pembelajaran
MMP dimulai dengan pengenalan struktur kalimat.
F. Ruang lingkup
Strategi layanan berdasarkan ruang lingkup permasalahannya dan
pengorganisasiannya
1) Strategi bimbingan melalui kegiatan kelas. Setiap guru adalah petugas bimbingan
merupakan slogan dari strategi ini serta menjiwai seluruh pemikiran dan praktik layanan,
sehingga bimbingan dapat dianggap terjadi dari menit ke menit, jam ke jam dan hari ke hari
di setiap kelas dari tiap sekolah. Bimbingan berlangsung secara bersinambung sebagai suatu
pengaruh yang memberikan pengarahan yang menyenangkan bagi pembinaan perilaku
social, keefektifan pribadi dalam hidup sehari-hari. Dalam praktiknya strategi bimbingan
melalui kegiatan kelas ini sangat bergantung pada minat dan kemampuan pribadi guru kelas
yang bersangkutan.
2) Strategi bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat supplementer. Bimbingan
dilakukan oleh petugas khusus dan ditujukan guna mengatasi masalah pokok secara terpilih.
Bimbingan yang lebih bersifat bantuan diberikan kepada siswa sebagai individu dalam
mengambil keputusan, mengadakan pilihan, atau menemukan pengarahan dalam situasi-
situai khusus tertentu seperti perencanaan dan persiapan pendidikan.
3) Strategi bimbingan sebagai suatu proses yang komprehensif melalui kegiatan
keseluruhan kurikulum dan masyarakat. Strategi ini melibatkan semua komponen personalia
sekolah, siswa, orang tua, dan wakil-wakil masyarakat untuk lebih menigkatkan
kemanfaatan kedua strategi layanan yang disebut terdahulu.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA dan PENGAJUAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka


Kemampuan Membaca Pemahaman
Membaca adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kemampuan yang lebih kompleks.
Membaca bukan sekedar kegiatan melihat lambang yang tertulis semata namun lambang itu
dapat menjadi lebih bermakana untuk segera dipahami oleh pembaca. Para ahli berpendapat
bahwa membaca merupakan suatu yang kompleks dan melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekadar melibatkan aktivitas visual, tetapi juga proses psikolinguistik, berpikir dan meta
kognitif. Proses visual membaca sebagai proses menerjemahkan simbol tulis (huruf)
kedalam kata-kata lisan. Sebagai proses berpikir, membaca melibatkan
aktivitas mengenal kata, memahami literal dan pemahaman kreatif. Dalam pernyataan
lain dijelaskan bahwa “Reading is such a complicated process thatresearchers have
found it impossible to identify its overall features” (Tarigan, 2014:2).
Menurut Slamet (2014:25), kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat,
antara lain:
1. Memperoleh banyak pengalaman hidup.
2. Memperoleh pengetahuan umum dan informasi tertentu yang bermanfaat.
3. Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu
bangsa.
4. Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir
didunia.
5. Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan pikir,
meningkatkan taraf hidup dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa.
6. Dapat memecahkan berbagi masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang
menjadi cerdik pandai.
7. Dapat memperkaya perbendaharaan kata, ungkapan, istilah, dan lain-lain yang
sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis.
8. Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantab setiap eksistensi
dan lain-lain.

B. Penelitian yang Relevan


Dalam e-jurnal skripsi yang berjudul“Pengaruh Metode SAS Terhadap Hasil Belajar
Membaca Permulaan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”(Penelitian Eksperimen Semu pada
SDN 2 Sinabun dan SDN 3 Sinabun Kelas I Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Pada
rentang waktu semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014), yang hasilnya menunjukkan
bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen tergolong sangat tinggi
dengan rata-rata (M) 13,26. Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelompok kontrol
tergolong sedang dengan rata-rata (M) 7,6. Ini menunjukkan variable tersebut dapat menjadi
prediktor yang baik bagi kemampuan membaca permulaan siswa. Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan yaitu, pada penelitian Kadek Linda Purnama Sari (2014) jumlah
populasinya cukup besar dibandingkan penelitian ini. Selain itu, perbedaan juga terdapat
pada lokasi penelitian. Muhammad Rijal Aufa (2022) dalam e-jurnal skripsi yang berjudul
“Meningkatkan Kemampuan Membaca Menggunakan Media Gambar Sas (Struktural
Analitik Sintetik) Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar Negri 5 Karangrowo” (penelitian
eksperimen pada SD Negeri di Desa Undaan siswa kelas II Tahun Pelajaran 2021/2022.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan membaca dan
menulis permulaan yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) dengan kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode abjad. Hal ini menunjukkan ada pengaruh positif dari metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) terhadap keterampilan siswa menulis dan membaca
permulaan dibandingkan dengan metode abjad. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
adalah terletak pada media dan variabel yang akan diteliti, yaitu pada penelitian Muhammad
Rijal Aufa menggunakan media gambar dan salah satu variabel terikatnya yaitu aspek
menulis sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan satu variabel yaitu aspek
membaca
C. Kerangka Berpikir
Keterampilan berbahasa indonesia terdiri dari empat aspek, yakni keterampilan
mendengarkan, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis.
Dari keempat keterampilan tersebut, keterampilan membaca sangat berpengaruh terhadap
keterampilan berbahasa lainnya. Apabila seorang anak tidak dapat membaca dengan baik,
maka anak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti berbagai macam disiplin ilmu
lainnya. Anak akan kesulitan dalam menulis apa yang ingin ditulisnya, anak akan kesulitan
dalam berbicara dengan orang lain karena keterbatasan informasi yang dimilikinya, dan
anak akan kesulitan dalam menyimak karena keterbatasan kosakata yang dimilikinya karena
tidak tau membaca. Selain itu, apabila anak tidak diajarkan membaca diusia dini yakni pada
anak kelas I dan II Sekolah Dasar, maka anak akan mengalami kesulitan pada kelas-kelas
tinggi nantinya. Tentunya hal ini yang harus dihindari oleh setiap guru. Guru yang
profesional tentunya tidak akan pernah mencoba satu metode atau strategi pemebelajaran
saja. Guru yang profesional akan selalu mencoba berbagai metode atau strategi
pembelajaran guna membuat peserta didiknya memahami dan mengerti apa yang sedang
dan telah dipelajarinya. Salah satu metode yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses
pembelajaran adalah metode Struktural Analitik Sintetik (SAS). Metode SAS adalah salah
satu metode membaca dan menulis permulaan yang dapat diterapkan pada kelaskelas awal
sekolah dasar yaitu kelas I dan kelas II. Dalam proses operasionalnya, metode SAS
mempunyai langkah-langkah dengan urutan Struktural yakni menampilkan kalimat secara
keseluruhan. Analitik yakni melakukan proses penguraian, dan Sintetik yakni melakukan
pernggabungan kembali pada bentuk struktural semula. Dalam penelitian ini, siswa
dikelompokkan atas dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang diberi tindakan/treatment
metode SAS sedangkan kelas yang kedua yaitu kelas kontrol yang tidak
menggunakan/menerapkan metode SAS. Secara sederhana kerangka penilitian ini dapat
digambarkan dalam bagan berikut:

Keterampilan
membaca

Menyimak Membaca Menulis Berbicara

Membaca
Permulaan

Kegiatan
pembelajaran

Menerapkan metode SAS


dalam pembelajaran

Analisis

Temuan

Tidak ada
Ada pengaruh
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaranya masih
harus di uji secara empiris. Jadi suatu hipotesis masih merupakan jawaban sementara
terhadap suatu permasalahan yang kebenarannya masih perlu adanya pembuktian lebih
lanjut. Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka pernyataan hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Hasil belajar membaca permulaan murid kelas 2 Negri Karangrowo
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus setelah perlakuan metode Struktural Analitik Sintetik
(SAS) diterapkan lebih baik dari pada hasil belajar membaca permulaan sebelum perlakuan
diterapkan. Jika lebih baik maka menunjukkan ada pengaruh penerapan metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) terhadap kemampuan membaca permulaan siswa kelas II Sd Negri 5
Karangrrowo Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Untuk keperluan pengujian, maka
secara statistik hipotesis dirumuskan sebagai berikut : H0: µ B = 0 melawan H1: µ B> 0
H0 : Tidak ada pengaruh penerapan metode Struktural Analitik Sintetik(SAS)terhadap
kemampuan membaca permulaan siswa kelas kelas II Sd Negri 5 Karangrrowo Kecamatan
Undaan Kabupaten Kudus.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian


1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Sd 5 Karangrowo Undaan Kudus

2. Waktu penelitian

Untuk waktu penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

No. Nama kegiatan April Mei


1. Penyusunan Proposal V V
2. Penyusunan instrumen V V
3. Pengumpulan data V
4. Analisis data V
5. Pembahasan dan V
laporan hasil penelitian

3.2 . Karakteristik subjek penelitian


Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa dan guru kelas II Sd 5 Karangrowo Kudus. Siswa yang
dijadikan objek penelitian ini berjumlah 16 orang yang terdiri dari 8 laki-laki dan 8 perempuan

3.3 Variable Penelitian


1. Variable bebas : Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variable bebas dalam penelitian ini
adalah :

Penerapan metode pembelajaran SAS (Struktur Analitik Sintetik) berbantuan media gambar

2. Variable terikat : Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dari penelitian ini adalah kemampuan
membaca permulaan siswa.

3.4 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap –tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Sesuai dengan permasalahan yang
telah dirumuskan dalam judul penelitian ini, maka data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah mengenai membaca dengan metode SAS. Dengan berpedoman
pada refleksi awal dan identifikasi masalah, maka rancangan pelaksanaan penelitian
melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus terdiri
empat langkah yaitu : tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (acting),
tahap observasi (observing), dan tahap refleksi (refleksing).

Secara rinci tahapan pada setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
a) Mengumpulkan data yang diperlukan
b) Menyiapkan rencana pembelajaran
c) Mempersiapkan media pembelajaran membaca yang diperlukan
d) Mengembangkan format evaluasi
e) Mengembangkan format observasi
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap semua siswa kelas II
dalam pembelajaran membaca dengan metode SAS mengacu skenario
pembelajaran, yaitu :
a) Guru menunjukkan media / gambar dan siswa mengamatinya.
b) Guru memberikan tulisan di bawah gambar, siswa disuruh membacanya
dengan menunjukkan media kartu kalimat agar siswa menjadi lebih jelas.
c) Guru menjelaskan dan memberi contoh cara membaca yang benar, guru
dan siswa membaca secara bersama-sama dan berulang-ulang.
d) Guru menunjuk salah satu siswa yang sudah bisa membaca untuk
membaca di depan kelas, siswa yang lain menirukan. Hal ini dilakukan
bergantian dan berulang-ulang sampai beberapa kata yang disediakan
sudah terbaca.
e) Guru memberikan motivasi dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam membaca.
f) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah lancar membaca,
guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam
membaca pada setiap pertemuan.
3. Tahap Observasi
Guru memonitor dan melakukan observasi pada saat pembelajaran sedang
berlangsung dengan memakai format observasi.
4. Tahap Refleksi dan Evaluasi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, dan 3 apabila hasil refleksi
pada evaluasi pada siklus I belum memperlihatkan peningkatan kemampuan
membaca maka perlu dibuat siklus II dengan memperhatikan refleksi dan evalusi
siklus I. Sampai kemampuan membaca meningkat secara signifikan.
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan dengan
diagram sebagai berikut :

Perencanaan Tindakan Perencanaan Tindakan

Observasi
Observasi

Refleksi Refleksi

Skema 1. Model Penelitian Tindakan Kelas


3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah utama dalam
melakukan penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah untuk mendapatkan informasi
berupa data (Sugiyono, 2013: 308). Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu:

a. Tes

Tes merupakan suatu alat ukur yang berupa rangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja
dalam suatu situasi yang dimaksudkan guna mengukur kemampuan serta hasil belajar individu atau
suatu kelompok (Suharsimi Arikunto, 2010: 39). Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
lisan. Tes lisan digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa Sd 5
Karangrowo melalui metode SAS.

b. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung,
secara teliti terhadap suatu gejala dalam suatu situasi di suatu tempat (Suharsimi Arikunto, 2010: 38).
Observasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap subjek penelitian dengan menggunakan metode
observasi partisipatif. Data yang akan diamati yaitu partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS, serta kinerja guru dalam mengerjakan dan
menerapkan metode SAS dalam pembelajaran membaca permulaan. Observasi dilakukan dengan
menggunakan chek list yang telah dibuat oleh peneliti pada lembar observasi. Kemudian memberikan
tanda centang (√) pada rentang skor yang telah ditentukan untuk lembar observasi guru maupun siswa.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh informasi
terkait identitas, catatan siswa, hasil tes sebelum dan sesudah tindakan, dokumen pelaksanaan kegiatan
tindakan, dan catatan kegiatan tindakan.

2. Instrumen pengumpulan data

Menurut pendapat Wina Sanjaya (2011: 84), instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Terdapat 3 instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Tes kemampuan membaca permulaan Instrumen tes kemampuan membaca permulaan


menggunakan metode SAS diberikan kepada siswa karangrowo yang memiliki permasalahan dalam
kemampuan membaca permulaan. Tes ini dilakukan untuk mengukur kemampuan membaca siswa
ringan sebelum tindakan dan sesudah tindakan diberikan. Penilaian kemampuan membaca berpedoman
pada pendapat Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996: 20) yakni pada fase 1 aktivitas membaca,
mencakup : mengenal huruf, mengenal suku kata dan mengenal kata.

b. Observasi mengenai pembelajaran membaca permulaan melalui metode SAS ini dilakukan oleh guru
kelas yang bertugas sebagai pengamat. Observasi dilakukan secara partisipasi dengan tujuan untuk
memperoleh data. Pengamat melakukan pengamatan saat pembelajaran melalui metode SAS,
pengamatan ini mencakup sikap dan partisipasi siswa karangrowo dalam pembelajaran membaca
permulaan. Hal ini serupa dengan pendapat Nana Sudjana (2016:22) bahwa didalam sistem pendidikan
nasional pada rumusan tujuan pendidikan, baik dalam tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
klasifikasi yang digunakan dalam hasil belajar adalah dari teori Benyamin Bloom yang membagi menjadi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Dalam pembelajaran membaca, juga dikaitkan dengan ketiga
aspek tersebut. Aspek kognitif dalam pembelajaran membaca yaitu berupa membaca dan memahami
bacaan secara tepat, atau berupa kemampuan membaca. Aspek afektif berkaitan dengan sikap dan
kemauan siswa untuk membaca. Sedangkan aspek psikomotoris atau keterampilan berupa aktivitas fisik
siswa pada saat kegiatan membaca. kriteria penilaian yang ditetapkan berkaitan dengan pengamatan
partisipasi siswa dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut: 1) Menentukan rentang skor (skor
maksimal – skor minimal), 2) Menentukan jumlah kelas kategori, 3) Menghitung interval skor sesuai
rumus (Menurut Sudjana, 2005: 47). Yaitu. P = Hitungan dari penelitian ini yaitu skor maksimal sebesar
42, skor minimal sebesar 14, dan jumlah kategori sebanyak 3. Sehingga, P = = 7 Berikut ini merupakan
patokan kriteria yang digunakan dalam pengamatan partisipasi siswa pada penelitian ini. 42 Skor
Ketuntasan Kategori 36-42 Sangat Baik 29-35 Baik 22-28 Cukup ≤ 21 Kurang Adapun kisi-kisi instrumen
pengamatan kinerja guru dalam pembelajaran membaca permulaan sesuai dengan tahapan
pembelajaran adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Pengamatan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan
Variabel Komponen Indikator No. Item Pembelajaran membaca permulaan Kegiatan pendahuluan
Menanyakan kepada siswa tentang kegiatan sehari-hari.

1. Menghubungkan pengalaman siswa dengan materi yang akan disampaikan. 2.Kegiatan inti
Membimbing siswa untuk memilih kartu gambar 3. Meminta siswa untuk menjelaskan kartu gambar 4.
Membimbing siswa untuk melakukan proses struktural 5. Membimbing siswa untuk melakukan proses
analitik 6. Membimbing siswa untuk melakukan proses sintetik 7. Kegiatan penutup Mengulang kembali
materi yang telah dipelajari 8. Jumlah 8 Kriteria penskoran atau penilaian lembar pengamatan kinerja
guru dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS bagi siswa
tunagrahita ringan, sebagai berikut. Skor (3) = guru melaksanakan kegiatan dengan tepat sesuai dengan
lembar observasi 43 Skor (2) = guru melaksanakan kegiatan kurang sesuai dengan lembar observasi Skor
(1) = guru tidak mampu melaksanakan kegiatan sesuai dengan lembar observasi Berdasarkan skor
diatas, kriteria penilaian yang ditetapkan berkaitan dengan pengamatan kinerja guru dilaksanakan
dengan langkah sebagai berikut:

1) Menentukan rentang skor (skor maksimal – skor minimal), 2) Menentukan jumlah kelas kategori, 3)
Menghitung interval skor sesuai rumus (Menurut Sudjana, 2005: 47). Yaitu. P = Hitungan dari penelitian
ini yaitu skor maksimal sebesar 24, skor minimal sebesar 8, dan jumlah kategori sebanyak 3, sehingga. P
= = 4 Berikut ini merupakan patokan kriteria yang digunakan dalam pengamatan partisipasi siswa pada
penelitian ini. Skor Ketuntasan Kategori 21-24 Sangat Baik 17-20 Baik 13-16 Cukup ≤ 12 Kurang

3.6 Validitas dan Reliabilitas


Validitas : berhubungan dengan kemampuan untuk mengukur secara tepat suatu yang ingin diukur
(Purwanto, 2007: 123). Intrumen yang valid merupakan instrumen yang mengukur dengan tepat
keadaan yang ingin diukur. Sedangkan instrumen dikatakan tidak valid jika digunakan untuk mengukur
suatu keadaan yang tidak tepat diukur dengan instrument tersebut. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes kemampuan belajar membaca permulaan, observasi, dan wawancara. Uji
validitas yang dilakukan untuk instrumen tersebut menggunakan validitas isi dan validitas logis. Validitas
isi digunakan untuk intrumen tes kemampuan membaca permulaan, sedangkan validitas logis digunakan
untuk instrumen observasi dan instrumen wawancara. Validitas isi menurut Suharsimi Arikunto (2006:
66) merupakan instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Sedangkan
validitas logis menurut Suharsimi Arikunto (2006: 65) merupakan sebuah instrumen evaluasi merujuk
pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.
Pengujian validitas isi untuk instrumen tes kemampuan membaca permulaan dalam penelitian ini
dilakukan dengan meminta penilaian dari guru kelas IV dan guru pendamping khusus di SD 5
Karangrowo Pemilihan guru kelas berdasarkan pertimbangan bahwa guru kelas mengajar semua
matapelajaran kecuali agama dan olahraga, selain itu guru kelas juga memahami standar kompetensi
dan kompetensi dasar khususnya membaca. Sedangkan pemilihan guru pendamping khusus
berdasarkan pertimbangan bahwa guru pendamping khusus memahami karakteristik dan kemampuan
membaca permulaan yang dimiliki siswa. Sedangkan untuk pengujian validitas logis untuk instrumen
observasi dan wawancara, dilakukan dengan meminta penilaian dari ahli yakni dosen pendidikan luar
biasa. Aspek yang dinilai yaitu isi dan kejelasan instrumen sesuai atau tidak dengan tujuan penelitian

Reabilitas : Uji reliabilitas a. Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) Uji reliabilitas merupakan cara
untuk mengukur konsistensi sebuah instrumen penelitian. Instrumen dikatakan reliabel jika alat ukur
yang digunakan tersebut menunjukan hasil yang konsisten. Instrumen yang reliabel apabila didapatkan
nilai Alpha Cronbach lebih dari konstanta (>0,6). Hasil ujian reliabilitas menunjukan angka 0,8 sehingga
kuesioner dikatakan reliabel (Nursalam, 2013).

3.7 Teknik analisis data


Setelah proses pengumpulan data selesai tahapan selanjutnya adalah tahap pengolahan data dengan
menggunakan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Patton (1980) dalam Lexy J. Moleong (2002), menjelaskan
bahwa analisis data kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola, kategori dan satuan uraian. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan
lapangann, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Dalam penelitian kualitatif,
terdapat beberapa model analisis yang dapat digunakan dan untuk menganalisis penelitian ini penulis
menggunakan model analisis data yang dikembangkan oleh Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono
(2004), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kulaitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sampai data yang diperoleh sudah jenuh atau tidak
ditemukan data baru. Model interaktif kegiatan analisi data tersebut yaitu mulai dari mereduksi data,
menyajikan data hingga verifikasi dan penyimpulan data.

a. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data berarti proses memilih, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksi, dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan. Data yang
diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.
Seperti telah dikemukakan, makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data makin banyak, kompleks
dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencari bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti computer
mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

b. Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bias dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam
penyajian data penelitian kualitatif ini bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan bahwa yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah secara naratif dalam bentuk
teks.51 Setelah peneliti memperoleh data dari penggunaan metode SAS dalam pembelajaran membaca
permulaan di kelas II Sd 5 Karangrowo, langkah selanjutnya peneliti menyajikannya dalam bentuk uraian
singkat dalam teks yang bersifat naratif.

c. Conclusion Drawing/Verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan diawal bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Sesuai uraian diatas maka analisis data dalam
penelitian dilakukan dengan analisis data sebelum dilapangan berupa data-data sementara yang penulis
dapatkan ketika melakukan studi pendahuluan dan analisis data mengacu pada model Miles dan
Huberman, yaitu mengumpilkan data, reduksi data, menyakjikan data. Dari kedua jenis analisis data
tersebut barulah dapat ditarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan berfungsi untuk menjawab rumusan
masalah dan memperoleh gambaran tentang pencapaian tujuan penelitian.

3.8 Indikator keberhasilan


Indikator keberhasilan dalam Pembelajaran dengan menggunakan metode struktural analitik sintetik
(SAS) pada penelitian ini di nyatakan berhasil jika terdapat peningkatan dalam keterampilan membaca
pada peserta didik kelas SD 5 Karagrowo Dalam Tahun Pelajaran 2019-2020 minimal 80% dari jumlah
peserta didik mencapai nilai belajar tuntas (KKM = 65)53 pada siklus terakhir

Instrumen
Instrument penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data (Nurul Zurian,
2007: 168). Terdapat 3 instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Tes kemampuan belajar membaca permulaan

Instrument tes kemampuan belajar membaca permulaan mengenai pembelajaran membaca


menggunakan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) diberikan kepada anak berkesulitan belajar
membaca permulaan. Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan membaca anak berkesulitan
membaca sebelum tindakan (pre test) dan sesudah tindakan (post test) diberikan. Penilaian kemampuan
membaca berpedoman pada pendapat Darmiyati dan Budiasih (1996/1997:205) yang memperhatikan
unsur-unsur dalam praktek membaca di kelas I SD mencakup: ketetapan menyuarakan kalimat,
kelancaran dalam membaca kalmat, kewajaran intonasi, kejalasan lafal, kenyaringan suara, dan
keberanian. Adapun kisi-kisi instrument tes kemampuan.

belajar mebaca permulaan bagi siswa berkesulitan membaca permulaan yaitu sebagai berikut :

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Belajar Membaca Permulaan

Variable Indikator
Kemampuan membaca permulaan 1. Ketepatan menyuarakan kata dan kalimat
2. Kejelasan membaca huruf
3. Intonasi membaca kalimat
4. Kelancaran membaca kalimat

Instrumen tes tersebut diberikan saat sebelum tindakan dan pada setiap akhir siklus. Guru menampilkan
beberapa kartu gambar beserta kartu kalimat, pola kalimat yang diberikan disesuiakan dengan materi
pada saat tindakan. Rubik penskoran yang digunakan untuk penilaian yaitu sebagai berikut:

a. Indikator ketepatan menyuarakan kata maupun kalimat

Nilai (3) = anak sangat tepat dalam menyuarakan kata maupun kalimat

Nilai (2) = anak tepat dalam menyuarakan kata maupun kalimat

Nilai (1) = anak kurang tepat dalam menyuarakan kata maupun kalimat

Nilai (0) = anak sangat tidak tepat dalam menyuarakan kata maupun kalimat.

b. Indikator kejelasan membaca huruf

Nilai (3) = anak sangat jelas dalam membaca huruf

Nilai (2) = anak jelas dalam membaca huruf

Nilai (1) = anak kuarang jelas dalam membaca huruf

Nilai (0) = anak sangat kurang jelas dalam membaca

huruf. c. Indikator intonasi membaca kalimat

Nilai (3) = anak sangat jelas dalam intonasi membaca kalimat

Nilai (2) = anak jelas dalam intonasi membaca kalimat

Nilai (1) = anak kurang jelas dalam intonasi membaca kalimat Nilai

(0) = anak sangat kurang jelas dalam intonasi membaca kalimat

d. Indikator kelancaran membaca kalimat


Nilai (3) = anak sangat lancar dalam membaca kalimat maupun kata

Nilai (2) = anak lancar dalam membaca kalimat maupun kata

Nilai (1) = anak kurang lancar dalam membaca kalimat maupun kata

Nilai (0) = anak sangat tidak lancar dalam membaca kalimat maupun kata

Adapun ketentuan sekor maksimal dalam tes kemampuan membaca permulaan yaitu: Indikator I 3 x 5 =
15 Indikator II 4 x 5 = 15 Inidikator III 4 x 5 = 15 Indikator IV 4 x 5 = 15 Total maksimal = 60

Penilaian yang digunakan yakni dengan menggunakan persen. Besarnya nilai yang diperoleh anak
merupakan presentase dari skor maksimum ideal yang seharusnya dicapai jika tes teersebut dikerjakan
dengan hasil 100% betul (Ngalim Purwanto, 2012: 102). Adapun rumus penilaian sebagai berikut:

NP = R x 100 SM

Keterangan: NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM =
skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap

Siswa mendapatkan nilai 100, jika siswa dapat membaca semua bacaan dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Adapun pengkategorian ketercapaian penilaian (Ngalim Purwanto, 2012: 103) kemampuan
anak berkesulitan membaca permulaan sebagai berikut:

Tingkat penugasan Nilai huruf Predikat


86 – 100 % A Sangat baik
76 – 85 % B Baik
60 – 75 % C Cukup
55 – 59 % D Kurang
≤ 54 % TL Kurang sekali

Tabel 3. Kategori ketercapaian penilaian kemampuan siswa berkesulitan membaca permulaan diadopsi
dari Ngalim Purwanto (2012: 103)

2. Pedoman observasi mengenai pembelajaran membaca permulaan melalui metode SAS (Struktur
Analitik Sintetik) Observasi dilakukan secara partisipasi dengan tujuan untuk memperoleh data. Peneliti
melakukan pengamatan saat pembelajaran melalui metode SAS (Struktur Analitik Sintetik), pengamatan
ini mencakup sikap dan partisipasi anak berkesulitan belajar dalam pembelajaran membaca. Adapun
kisi-kisi instrumen observasi sebagai berikut:

Tabel 4. kisi-kisi instrument observasi pada siswa berkesulitan belajar membaca permulaan :

Variabel Indikator Sub Indikator No


item
Kemampua Kognitif Menyebutkan kartu gambar yang dilihatnya. 1
n membaca Membaca kartu gambar 2
permulaan Membaca kartu kalimat yang telah disusunnya. 3
Membaca kartu kata yang telah disusunnya. 4
Membaca suku kata yang telah disusunnya 5
Menyebutkan huruf yang telah diidentifikasi 6
Membaca kata atau kalimat yang telah 7
dilengkapi
Afektif Sikap siswa saat menerima informasi dari guru 8
9
Sikap siswa saat memberikan tanggapan terkait 10
infomasi yang diberikan 11
Keterampilan(skill) Mencocokkan kartu gambar dengan kartu kata 12
atau kartu kalimat
Mengidentifikasi kartu kalimat menjadi kata 13
Mengidentifikasi kartu kata menjadi suku kata 14
Mengidentifikasi suku kata menjadi huruf 15
Menyusun kartu huruf menjadi suku kata 16
Menyusun suku kata menjadi kata 17
Menyusun kartu kata menjadi kalimat 18
Mencocokkan kartu kalimat dengan gambar 1 19
Melengkapi kata atau kalimat 20

Kriteria penskoran atau penilaian diatas berdasarkan aspek kognitif, afektif (Sikap), dan keterampilan
(skill) dimulai dari angka 0-3 sesuai dengan kemampuan anak berkesulitan belajar membaca, adapun
kriteria penskoran sebagai berikut:

a. Skor 3 = siswa mampu melakukan kegiatan sesuai pada lembar observasi dengan mandiri

b. Skor 2 = siswa mampu melakukan kegiatan sesuai pada lembar observasi dengan bantuan verbal

c. Skor 1 = siswa mampu melakukan kegiatan sesuai pada lembar observasi dengan bantuan fisik.

Terdapat empat langkah dalam mengolah data hasil tes (Zainal Arifin dalam Zainal Arifin, 2012: 221)
yaitu memberi skor pada hasil tes yang dapat dicapi oleh peserta didik, mengubah skor mentah menjadi
skor standar sesuai dengan norma tertentu, mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa
huruf maupun angka. Adapun langkah-langkah dalam menentukan skor observasi menurut Suharsimi
Arikunto (2010a: 193) yaitu:

(a) Menjumlahkan banyaknya centang untuk masing-masing kolom pilihan,

(b) Mengelikan banyaknya centang dengan nilai kolom,

(c) Menjumlahkan hasil skor semua kolom,

(d) menyimpulkan dengan menentukan kategori skor butir tersebut. Adapun kategori penilaian yang
dirancang sebafai berikut:

a. Menentukkan rentang skor (skor minimal-skor maksimal) Perhitungan skor pengamatan siswa dengan
menggunakan metode SAS: skor maksimal→ 60 ( 3 x 20 ), skor minimal → 20 (1 x 20).

b. Menentukan jumlah kelas (lima kategori yakni amat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang).
c. Menghitung interval skor sesuai rumus (Sudjana, 2005: 47),

yaitu: P = Rentang : Jumlah Kelas

P = 60 − 20 : 5 =

40-5 = 8

Tabel 5. Kategori Penyekoran Partisipasi Siswa

Skor yang diperoleh Presentase (%) Kategori Partisipasi


52-60 86,67-100 Amat baik
43-51 71,67-85 Baik
34-42 56,67-70 Cukup
25-33 41,67-55 Kurang
16-24 26,67-40 Sangat Kurang

3. Instrument Observasi Kinerja Guru Lembar observasi kinerja guru digunakan sebagai panduan untuk
melakukan pengamatan, tujuannya agar memperoleh data tentang kinerja guru saat proses
pembelajaran membaca permulaan pada siswa berkesulitan membaca permulaan dengan menggunakan
metode SAS (Struktur Analitik Sintetik). Penilaian terhadap kinerja guru meliputi tiga tahap pembelajran,
yaitu tahap pendahuluan atau membuka pembelajaran, tahap inti pembelajaran atau kegiatan
pembelajaran, dan tahap penutupan pembelajaran. Berikut kisi-kisi untuk instrumen lembar observasi
kinerja guru pada pelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS bagi siswa
berkesulitan belajar membaca.

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Kinerja Guru

Variabel Komponen Indikator No. butir


Pembelelajaran Kegiatan Menanyakan kepada anak tentang 1
membaca permulaan pendahuluan kegiatan sehari-hari.
Menghubungkan pengalaman anak 2
dengan materi yang akan
disampaikan.
Kegiatan inti Menghubungkan pengalaman anak 3
dengan materi yang akan
disampaikan.
Meminta anak untuk memilih kartu 4
(kartu gambar dan kartu kalimat atau
kata)
Membimbing anak untuk 5
menjelaskan atau menceritakan
kartu gambar disertai kartu kalimat.
Membimbing anak untuk membaca 6
kartu gambar disertai kartu kalimat
atau kata
Membimbing anak untuk 7,9,11
mengidentifikasi kartu kalimat hingga
huruf.
Membimbing anak untuk menyusun 13,14,16
kartu huruf menjadi kata hingga
kalimat
Membimbing anak untuk 18
mencocokkan kartu gambar dengan
kartu kata atau kalimat
Membimbing anak untuk membaca 8,10,12,15,17
setiap kata, kalimat, maupun huruf
yang telah disusun dan diidentifikasi.
Kegiatan penutup Meninta anak untuk membaca kartu 19
kata atau kalimat tanpa bantuan
kartu gambar
Memberikan lembar kerja kepada 20
anak
jumlah 20

Kriteria penskoran atau penilaian lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran membaca
permulaan dengan menggunakan metode SAS bagi siswa berkesulitan belajar membaca, yaitu sebagai
berikut:

a. Skor 4 = guru melakukan kegiatan sesuai pada lembar observasi

b. Skor 3 = guru melakukan kegiatan sesuai pada lembar observasi namun dengan bantuan

c. Skor 2 = guru tidak melakukan kegiatan sesuai pada lembar observasi namun memiliki makna yang
sama

d. Skor 1 = guru melakukan kegiatan diluar konteks yang direncanakan Hasil penskoran di atas kemudian
ditentukan kategorinya sesuai dengan kriteria penilaian. Kriteria penilaian tersebut sebagai berikut:

Tabel 7. Kriteria Penilaian Kinerja Guru

Skor yang diperoleh Presentase Kategori partisipasi


72-80 90-100 Amat baik
63-71 78, 75-88, 75 Baik
54-62 67,5-77,5 Cukup
45-53 56,25-66,25 Kurang
36-44 45-55 Sangat kurang

4. Panduan Wawancara Wawancara diberikan kepada anak berkesulitan belajar membaca dan guru.
Wawancara bagi siswa untuk mengetahui pendapat siswa dan bagi guru terkait pembelajaran dengan
menggunakan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik). Data hasil wawancara digunakan peniliti sebagai
pendukung untuk melakukan analisis pembelajaran. Berikut kisi-kisi intrumen wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 8. Kisi-kisi Instrumen Wawancara :


Aspek Informan Indikator No butir
Kelebihan dan kendala Siswa 1
yang diperoleh selama 2
menggunakan metode 3
SAS (Struktur Analitik Guru kelas dan guru 4-5
Sintetik) pendamping khusus 6
7-8
9
10

Anda mungkin juga menyukai