Disusun oleh :
Muhammad Rijal Aufa (201933346)
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
1. Untuk mengetahui kesulitan belajar membaca permulaan pada siswa kelas 2 SD Negri
5 Karangrowo, Undaan Kudus.
2. Untuk mengetahui kesulitan belajar menulis permulaan pada siswa kelas 2 SD Negri 5
Karangrowo, Undaan Kudus.
3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar
membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas 2 SD Negri 5 Karangrowo, Undaan
Kudus.
D. Manfaat
1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam pengembangan konsep
teoretik pada permasalahan yang terkait dengan belajar membaca dan menulis permulaan
pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
2. Secara teoretis, hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan bermanfaat dalam
mengembangkan prinsip-prinsip mengenai solusi yang tepat dalam mengatasi kesulitan
belajar membaca dan menulis permulaan pada siswa
3. Secara praktis, penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para guru maupun sekolah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
memandang perlu untuk memberikan definisi-definisi sebagai berikut.
1. Kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan anak dalam mengucapkan
lambang-lambang huruf yang tersusun dalam bentuk kata maupun kalimat sederhana dan
bisa dimaknai sebagai suatu konsep tentang suatu benda, maka secara operasional membaca
permulaan berkenaan dengan aspek (a) menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, (b)
melafalkan suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitar, (c) menyebutkan
kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama, dan (d) mengungkapkan
hubungan antara bunyi dan bentuk huruf.
2. Metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) merupakan salah satu jenis metode
yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi
siswa pemula. Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) dengan metode ini
mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh.
Mula mula anak diperkenalkan sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni
struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep kebermaknaan
pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan
pembelajaran MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengamalan
berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum KBM MMP yang sesungguhnya
dimulai guru dapat memanfaatkan rangsang gambar, benda nyata, dan tanya jawab informal
untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap
cocok untuk materi MMP, barulah KBM MPP yang sesungguhnya dimulai. Pembelajaran
MMP dimulai dengan pengenalan struktur kalimat.
F. Ruang lingkup
Strategi layanan berdasarkan ruang lingkup permasalahannya dan
pengorganisasiannya
1) Strategi bimbingan melalui kegiatan kelas. Setiap guru adalah petugas bimbingan
merupakan slogan dari strategi ini serta menjiwai seluruh pemikiran dan praktik layanan,
sehingga bimbingan dapat dianggap terjadi dari menit ke menit, jam ke jam dan hari ke hari
di setiap kelas dari tiap sekolah. Bimbingan berlangsung secara bersinambung sebagai suatu
pengaruh yang memberikan pengarahan yang menyenangkan bagi pembinaan perilaku
social, keefektifan pribadi dalam hidup sehari-hari. Dalam praktiknya strategi bimbingan
melalui kegiatan kelas ini sangat bergantung pada minat dan kemampuan pribadi guru kelas
yang bersangkutan.
2) Strategi bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat supplementer. Bimbingan
dilakukan oleh petugas khusus dan ditujukan guna mengatasi masalah pokok secara terpilih.
Bimbingan yang lebih bersifat bantuan diberikan kepada siswa sebagai individu dalam
mengambil keputusan, mengadakan pilihan, atau menemukan pengarahan dalam situasi-
situai khusus tertentu seperti perencanaan dan persiapan pendidikan.
3) Strategi bimbingan sebagai suatu proses yang komprehensif melalui kegiatan
keseluruhan kurikulum dan masyarakat. Strategi ini melibatkan semua komponen personalia
sekolah, siswa, orang tua, dan wakil-wakil masyarakat untuk lebih menigkatkan
kemanfaatan kedua strategi layanan yang disebut terdahulu.
BAB II
Keterampilan
membaca
Membaca
Permulaan
Kegiatan
pembelajaran
Analisis
Temuan
Tidak ada
Ada pengaruh
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaranya masih
harus di uji secara empiris. Jadi suatu hipotesis masih merupakan jawaban sementara
terhadap suatu permasalahan yang kebenarannya masih perlu adanya pembuktian lebih
lanjut. Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka pernyataan hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Hasil belajar membaca permulaan murid kelas 2 Negri Karangrowo
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus setelah perlakuan metode Struktural Analitik Sintetik
(SAS) diterapkan lebih baik dari pada hasil belajar membaca permulaan sebelum perlakuan
diterapkan. Jika lebih baik maka menunjukkan ada pengaruh penerapan metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) terhadap kemampuan membaca permulaan siswa kelas II Sd Negri 5
Karangrrowo Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Untuk keperluan pengujian, maka
secara statistik hipotesis dirumuskan sebagai berikut : H0: µ B = 0 melawan H1: µ B> 0
H0 : Tidak ada pengaruh penerapan metode Struktural Analitik Sintetik(SAS)terhadap
kemampuan membaca permulaan siswa kelas kelas II Sd Negri 5 Karangrrowo Kecamatan
Undaan Kabupaten Kudus.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Waktu penelitian
Penerapan metode pembelajaran SAS (Struktur Analitik Sintetik) berbantuan media gambar
2. Variable terikat : Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dari penelitian ini adalah kemampuan
membaca permulaan siswa.
Secara rinci tahapan pada setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
a) Mengumpulkan data yang diperlukan
b) Menyiapkan rencana pembelajaran
c) Mempersiapkan media pembelajaran membaca yang diperlukan
d) Mengembangkan format evaluasi
e) Mengembangkan format observasi
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap semua siswa kelas II
dalam pembelajaran membaca dengan metode SAS mengacu skenario
pembelajaran, yaitu :
a) Guru menunjukkan media / gambar dan siswa mengamatinya.
b) Guru memberikan tulisan di bawah gambar, siswa disuruh membacanya
dengan menunjukkan media kartu kalimat agar siswa menjadi lebih jelas.
c) Guru menjelaskan dan memberi contoh cara membaca yang benar, guru
dan siswa membaca secara bersama-sama dan berulang-ulang.
d) Guru menunjuk salah satu siswa yang sudah bisa membaca untuk
membaca di depan kelas, siswa yang lain menirukan. Hal ini dilakukan
bergantian dan berulang-ulang sampai beberapa kata yang disediakan
sudah terbaca.
e) Guru memberikan motivasi dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam membaca.
f) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah lancar membaca,
guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam
membaca pada setiap pertemuan.
3. Tahap Observasi
Guru memonitor dan melakukan observasi pada saat pembelajaran sedang
berlangsung dengan memakai format observasi.
4. Tahap Refleksi dan Evaluasi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, dan 3 apabila hasil refleksi
pada evaluasi pada siklus I belum memperlihatkan peningkatan kemampuan
membaca maka perlu dibuat siklus II dengan memperhatikan refleksi dan evalusi
siklus I. Sampai kemampuan membaca meningkat secara signifikan.
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan dengan
diagram sebagai berikut :
Observasi
Observasi
Refleksi Refleksi
a. Tes
Tes merupakan suatu alat ukur yang berupa rangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja
dalam suatu situasi yang dimaksudkan guna mengukur kemampuan serta hasil belajar individu atau
suatu kelompok (Suharsimi Arikunto, 2010: 39). Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
lisan. Tes lisan digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa Sd 5
Karangrowo melalui metode SAS.
b. Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung,
secara teliti terhadap suatu gejala dalam suatu situasi di suatu tempat (Suharsimi Arikunto, 2010: 38).
Observasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap subjek penelitian dengan menggunakan metode
observasi partisipatif. Data yang akan diamati yaitu partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS, serta kinerja guru dalam mengerjakan dan
menerapkan metode SAS dalam pembelajaran membaca permulaan. Observasi dilakukan dengan
menggunakan chek list yang telah dibuat oleh peneliti pada lembar observasi. Kemudian memberikan
tanda centang (√) pada rentang skor yang telah ditentukan untuk lembar observasi guru maupun siswa.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh informasi
terkait identitas, catatan siswa, hasil tes sebelum dan sesudah tindakan, dokumen pelaksanaan kegiatan
tindakan, dan catatan kegiatan tindakan.
Menurut pendapat Wina Sanjaya (2011: 84), instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Terdapat 3 instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
b. Observasi mengenai pembelajaran membaca permulaan melalui metode SAS ini dilakukan oleh guru
kelas yang bertugas sebagai pengamat. Observasi dilakukan secara partisipasi dengan tujuan untuk
memperoleh data. Pengamat melakukan pengamatan saat pembelajaran melalui metode SAS,
pengamatan ini mencakup sikap dan partisipasi siswa karangrowo dalam pembelajaran membaca
permulaan. Hal ini serupa dengan pendapat Nana Sudjana (2016:22) bahwa didalam sistem pendidikan
nasional pada rumusan tujuan pendidikan, baik dalam tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
klasifikasi yang digunakan dalam hasil belajar adalah dari teori Benyamin Bloom yang membagi menjadi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Dalam pembelajaran membaca, juga dikaitkan dengan ketiga
aspek tersebut. Aspek kognitif dalam pembelajaran membaca yaitu berupa membaca dan memahami
bacaan secara tepat, atau berupa kemampuan membaca. Aspek afektif berkaitan dengan sikap dan
kemauan siswa untuk membaca. Sedangkan aspek psikomotoris atau keterampilan berupa aktivitas fisik
siswa pada saat kegiatan membaca. kriteria penilaian yang ditetapkan berkaitan dengan pengamatan
partisipasi siswa dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut: 1) Menentukan rentang skor (skor
maksimal – skor minimal), 2) Menentukan jumlah kelas kategori, 3) Menghitung interval skor sesuai
rumus (Menurut Sudjana, 2005: 47). Yaitu. P = Hitungan dari penelitian ini yaitu skor maksimal sebesar
42, skor minimal sebesar 14, dan jumlah kategori sebanyak 3. Sehingga, P = = 7 Berikut ini merupakan
patokan kriteria yang digunakan dalam pengamatan partisipasi siswa pada penelitian ini. 42 Skor
Ketuntasan Kategori 36-42 Sangat Baik 29-35 Baik 22-28 Cukup ≤ 21 Kurang Adapun kisi-kisi instrumen
pengamatan kinerja guru dalam pembelajaran membaca permulaan sesuai dengan tahapan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Pengamatan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan
Variabel Komponen Indikator No. Item Pembelajaran membaca permulaan Kegiatan pendahuluan
Menanyakan kepada siswa tentang kegiatan sehari-hari.
1. Menghubungkan pengalaman siswa dengan materi yang akan disampaikan. 2.Kegiatan inti
Membimbing siswa untuk memilih kartu gambar 3. Meminta siswa untuk menjelaskan kartu gambar 4.
Membimbing siswa untuk melakukan proses struktural 5. Membimbing siswa untuk melakukan proses
analitik 6. Membimbing siswa untuk melakukan proses sintetik 7. Kegiatan penutup Mengulang kembali
materi yang telah dipelajari 8. Jumlah 8 Kriteria penskoran atau penilaian lembar pengamatan kinerja
guru dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS bagi siswa
tunagrahita ringan, sebagai berikut. Skor (3) = guru melaksanakan kegiatan dengan tepat sesuai dengan
lembar observasi 43 Skor (2) = guru melaksanakan kegiatan kurang sesuai dengan lembar observasi Skor
(1) = guru tidak mampu melaksanakan kegiatan sesuai dengan lembar observasi Berdasarkan skor
diatas, kriteria penilaian yang ditetapkan berkaitan dengan pengamatan kinerja guru dilaksanakan
dengan langkah sebagai berikut:
1) Menentukan rentang skor (skor maksimal – skor minimal), 2) Menentukan jumlah kelas kategori, 3)
Menghitung interval skor sesuai rumus (Menurut Sudjana, 2005: 47). Yaitu. P = Hitungan dari penelitian
ini yaitu skor maksimal sebesar 24, skor minimal sebesar 8, dan jumlah kategori sebanyak 3, sehingga. P
= = 4 Berikut ini merupakan patokan kriteria yang digunakan dalam pengamatan partisipasi siswa pada
penelitian ini. Skor Ketuntasan Kategori 21-24 Sangat Baik 17-20 Baik 13-16 Cukup ≤ 12 Kurang
Reabilitas : Uji reliabilitas a. Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) Uji reliabilitas merupakan cara
untuk mengukur konsistensi sebuah instrumen penelitian. Instrumen dikatakan reliabel jika alat ukur
yang digunakan tersebut menunjukan hasil yang konsisten. Instrumen yang reliabel apabila didapatkan
nilai Alpha Cronbach lebih dari konstanta (>0,6). Hasil ujian reliabilitas menunjukan angka 0,8 sehingga
kuesioner dikatakan reliabel (Nursalam, 2013).
a. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data berarti proses memilih, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksi, dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan. Data yang
diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.
Seperti telah dikemukakan, makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data makin banyak, kompleks
dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencari bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti computer
mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.
b. Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bias dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam
penyajian data penelitian kualitatif ini bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan bahwa yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah secara naratif dalam bentuk
teks.51 Setelah peneliti memperoleh data dari penggunaan metode SAS dalam pembelajaran membaca
permulaan di kelas II Sd 5 Karangrowo, langkah selanjutnya peneliti menyajikannya dalam bentuk uraian
singkat dalam teks yang bersifat naratif.
c. Conclusion Drawing/Verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan diawal bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Sesuai uraian diatas maka analisis data dalam
penelitian dilakukan dengan analisis data sebelum dilapangan berupa data-data sementara yang penulis
dapatkan ketika melakukan studi pendahuluan dan analisis data mengacu pada model Miles dan
Huberman, yaitu mengumpilkan data, reduksi data, menyakjikan data. Dari kedua jenis analisis data
tersebut barulah dapat ditarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan berfungsi untuk menjawab rumusan
masalah dan memperoleh gambaran tentang pencapaian tujuan penelitian.
Instrumen
Instrument penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data (Nurul Zurian,
2007: 168). Terdapat 3 instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
belajar mebaca permulaan bagi siswa berkesulitan membaca permulaan yaitu sebagai berikut :
Variable Indikator
Kemampuan membaca permulaan 1. Ketepatan menyuarakan kata dan kalimat
2. Kejelasan membaca huruf
3. Intonasi membaca kalimat
4. Kelancaran membaca kalimat
Instrumen tes tersebut diberikan saat sebelum tindakan dan pada setiap akhir siklus. Guru menampilkan
beberapa kartu gambar beserta kartu kalimat, pola kalimat yang diberikan disesuiakan dengan materi
pada saat tindakan. Rubik penskoran yang digunakan untuk penilaian yaitu sebagai berikut:
Nilai (3) = anak sangat tepat dalam menyuarakan kata maupun kalimat
Nilai (1) = anak kurang tepat dalam menyuarakan kata maupun kalimat
Nilai (0) = anak sangat tidak tepat dalam menyuarakan kata maupun kalimat.
Nilai (1) = anak kurang jelas dalam intonasi membaca kalimat Nilai
Nilai (1) = anak kurang lancar dalam membaca kalimat maupun kata
Nilai (0) = anak sangat tidak lancar dalam membaca kalimat maupun kata
Adapun ketentuan sekor maksimal dalam tes kemampuan membaca permulaan yaitu: Indikator I 3 x 5 =
15 Indikator II 4 x 5 = 15 Inidikator III 4 x 5 = 15 Indikator IV 4 x 5 = 15 Total maksimal = 60
Penilaian yang digunakan yakni dengan menggunakan persen. Besarnya nilai yang diperoleh anak
merupakan presentase dari skor maksimum ideal yang seharusnya dicapai jika tes teersebut dikerjakan
dengan hasil 100% betul (Ngalim Purwanto, 2012: 102). Adapun rumus penilaian sebagai berikut:
NP = R x 100 SM
Keterangan: NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM =
skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap
Siswa mendapatkan nilai 100, jika siswa dapat membaca semua bacaan dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Adapun pengkategorian ketercapaian penilaian (Ngalim Purwanto, 2012: 103) kemampuan
anak berkesulitan membaca permulaan sebagai berikut:
Tabel 3. Kategori ketercapaian penilaian kemampuan siswa berkesulitan membaca permulaan diadopsi
dari Ngalim Purwanto (2012: 103)
2. Pedoman observasi mengenai pembelajaran membaca permulaan melalui metode SAS (Struktur
Analitik Sintetik) Observasi dilakukan secara partisipasi dengan tujuan untuk memperoleh data. Peneliti
melakukan pengamatan saat pembelajaran melalui metode SAS (Struktur Analitik Sintetik), pengamatan
ini mencakup sikap dan partisipasi anak berkesulitan belajar dalam pembelajaran membaca. Adapun
kisi-kisi instrumen observasi sebagai berikut:
Tabel 4. kisi-kisi instrument observasi pada siswa berkesulitan belajar membaca permulaan :
Kriteria penskoran atau penilaian diatas berdasarkan aspek kognitif, afektif (Sikap), dan keterampilan
(skill) dimulai dari angka 0-3 sesuai dengan kemampuan anak berkesulitan belajar membaca, adapun
kriteria penskoran sebagai berikut:
a. Skor 3 = siswa mampu melakukan kegiatan sesuai pada lembar observasi dengan mandiri
b. Skor 2 = siswa mampu melakukan kegiatan sesuai pada lembar observasi dengan bantuan verbal
c. Skor 1 = siswa mampu melakukan kegiatan sesuai pada lembar observasi dengan bantuan fisik.
Terdapat empat langkah dalam mengolah data hasil tes (Zainal Arifin dalam Zainal Arifin, 2012: 221)
yaitu memberi skor pada hasil tes yang dapat dicapi oleh peserta didik, mengubah skor mentah menjadi
skor standar sesuai dengan norma tertentu, mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa
huruf maupun angka. Adapun langkah-langkah dalam menentukan skor observasi menurut Suharsimi
Arikunto (2010a: 193) yaitu:
(d) menyimpulkan dengan menentukan kategori skor butir tersebut. Adapun kategori penilaian yang
dirancang sebafai berikut:
a. Menentukkan rentang skor (skor minimal-skor maksimal) Perhitungan skor pengamatan siswa dengan
menggunakan metode SAS: skor maksimal→ 60 ( 3 x 20 ), skor minimal → 20 (1 x 20).
b. Menentukan jumlah kelas (lima kategori yakni amat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang).
c. Menghitung interval skor sesuai rumus (Sudjana, 2005: 47),
P = 60 − 20 : 5 =
40-5 = 8
3. Instrument Observasi Kinerja Guru Lembar observasi kinerja guru digunakan sebagai panduan untuk
melakukan pengamatan, tujuannya agar memperoleh data tentang kinerja guru saat proses
pembelajaran membaca permulaan pada siswa berkesulitan membaca permulaan dengan menggunakan
metode SAS (Struktur Analitik Sintetik). Penilaian terhadap kinerja guru meliputi tiga tahap pembelajran,
yaitu tahap pendahuluan atau membuka pembelajaran, tahap inti pembelajaran atau kegiatan
pembelajaran, dan tahap penutupan pembelajaran. Berikut kisi-kisi untuk instrumen lembar observasi
kinerja guru pada pelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS bagi siswa
berkesulitan belajar membaca.
Kriteria penskoran atau penilaian lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran membaca
permulaan dengan menggunakan metode SAS bagi siswa berkesulitan belajar membaca, yaitu sebagai
berikut:
b. Skor 3 = guru melakukan kegiatan sesuai pada lembar observasi namun dengan bantuan
c. Skor 2 = guru tidak melakukan kegiatan sesuai pada lembar observasi namun memiliki makna yang
sama
d. Skor 1 = guru melakukan kegiatan diluar konteks yang direncanakan Hasil penskoran di atas kemudian
ditentukan kategorinya sesuai dengan kriteria penilaian. Kriteria penilaian tersebut sebagai berikut:
4. Panduan Wawancara Wawancara diberikan kepada anak berkesulitan belajar membaca dan guru.
Wawancara bagi siswa untuk mengetahui pendapat siswa dan bagi guru terkait pembelajaran dengan
menggunakan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik). Data hasil wawancara digunakan peniliti sebagai
pendukung untuk melakukan analisis pembelajaran. Berikut kisi-kisi intrumen wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini: