Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Pisangsambo II Kecamatan Tirtajaya
SILVI JUWITA
857161534
Berkaitan dengan pendapat tersebut, membaca di sekolah dasar terbagi menjadi dua
bagian, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut (pemahaman). Dalam membaca
permulaan dilakukan pada siswa kelas I, II, dan III, sedangkan membaca lanjut (pemahaman)
biasanya dilakukan pada kelas tinggi, antara kelas IV, V, dan VI.
Penelitian ini akan membahas mengenai membaca lanjut (pemahaman) pada siswa kelas
V (lima). Membaca pemahaman yang dimaksudkan adalah membaca yang bertujuan untuk
memahami isi teks atau bacaan. Membaca pemahaman di kelas tinggi merupakan suatu
keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa agar vii dalam penyampaian maksud atau isi teks
dapat dipahami secara jelas oleh siswa, sehingga siswa mampu mendeskripsikan isi dari teks atau
bacaan tersebut.
Resmini & Juanda (2006, hlm. 44) mengemukakan bahwa membaca pemahaman
merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang perlu
dipahami dan menerapkan informasi yang ada dalam bahan-bahan tertulis.
Berdasarkan Observasi yang dilakukan di SDN Pisangsambo II Kecamatan Tirtajaya
Kabupaten Karawang, kelas V yang dimulai pada tanggal 2 Agustus 2022, menemukan
kesulitan-kesulitan dalam membaca pemahaman pada siswa. Alasan yang paling sering
diungkapkan siswa adalah tidak dapat memfokuskan pikirannya terhadap bacaan, dan kejenuhan
dalam penyampaian materi yang diberikan oleh guru ketika proses pembelajaran membaca
pemahaman. Dampak negatifnya adalah siswa kurang memahami atau bahkan tidak bisa
memahami dari isi teks yang telah siswa baca, selain itu siswa tidak bisa menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru mengenai cerita yang sedang dipelajari atau dibaca.
Hal tersebut sangat terlihat saat penulis melakukan pengamatan, dari hasil pengamatan
tersebut ditemukan kesalahan dalam mengemukakan atau mendeskripsikan kembali dari isi teks
yang telah siswa baca. Kesalahan tersebut karena siswa tidak mampu memfokuskan pikirannya
terhadap teks atau wacana, ataupun kurang lancar dalam membaca, sehingga menyulitkan siswa
untuk memahami teks.
Terbatasnya keterampilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas, atau
pembelajaran yang monoton membuat siswa semakin sulit untuk memahami teks bacaan, banyak
siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah
ditentukan sebesar 65. Siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak lebih dari 60%
orang dalam kelas tersebut. Namun seiring berkembangnya zaman, banyak bermunculan strategi
dan model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Salah satunya
adalah strategi pembelajaran Directed Reading Thinking Activity (DRTA).
Stauffer (dalam Abidin, 2011, hlm. 136) mengemukakan bahwa DRTA merupakan
strategi pembelajaran yang memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa
harus membuat, memprediksi, dan membuktikannya ketika mereka membaca. Strategi ini
diarahkan untuk mencapai tujuan umum agar siswa mampu melibatkan proses berfikir
ketika membaca sebab pembaca haruslah melibatkan pengalamannya ketika akan
merekonstruksi ide-ide pengarang.
Penulis memilih strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) yang dianggap
dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca, khususnya membaca pemahaman. Strategi
Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dapat membantu siswa dalam kemampuan
membaca pemahaman, agar pesan dari isi teks atau bacaan tersebut dapat dimengerti atau
dipahami oleh siswa. Selain itu siswa akan memahami informasi yang dia dapat, membahas
bahan bacaan berdasarkan tujuan pembelajaran, dan membuat keputusan berdasarkan informasi
yang diperoleh dari kegiatan membaca.
Dalam pengimplementasiannya, strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)
dalam proses membaca pemahaman akan membuat suasana belajar lebih aktif, kreatif, dan
inovatif, sehingga siswa akan merasa senang dalam belajar, tidak mudah jenuh, dan akan
memperhatikan apa yang disampaikan dan diinstruksikan oleh guru.
Dari uraian di atas, penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)
dianggap dapat meningkatkan kemampuan siswa Sekolah Dasar dalam membaca pemahaman.
Oleh sebab itu, penulis akan mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Strategi Directed
Reading Thinking Activity Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas V SDN Pisangsambo II Kecamatan
Tirtajaya Kabupaten Karawang Tahun Ajaran 2022/2023)”.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum, manfaat dari hasil penelitian ini adalah memberikan sumbangan ide dalam
pembelajaran yang dapat digunakan dalam dunia pendidikan khususnya penerapan Strategi
Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dalam pembelajaran membaca pemahaman di
Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa SD, penelitian ini akan bermanfaat untuk membuat siswa SD mengetahui
pengaruh Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dalam kemampuan membaca
pemahaman. Karena dengan menggunakan strategi tersebut, siswa akan lebih tertarik
membaca sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam membaca khususnya
membaca pemahaman secara lebih kreatif dengan penggunaan strategi tersebut.
b. Bagi guru, manfaat penelitian ini merupakan suatu wawasan atau pengetahuan baru tentang
strategi pembelajaran yang dapat dilakukan di dalam kelas ketika proses pembelajaran
berlangsung, sehingga pembelajaran dapat disajikan dengan cara yang lebih bervariasi, tidak
monoton dan tidak membosankan untuk mewujudkan pembelajaran yang mampu
meningkatkan kemampuan anak khususnya kemampuan dalam membaca pemahaman agar
tujuan pembelajarannya pun dapat tersampaikan kepada siswa.
c. Bagi peneliti, manfaat yang dapat diambil bahwa dalam penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan tentang strategi pembelajaran yang efektif digunakan di dalam kelas,
khususnya untuk menguji adakah hubungan antara Strategi Directed Reading Thinking
Activity (DRTA) yang digunakan peneliti terhadap peningkatan kemampuan membaca
pemahaman siswa sekolah dasar.
d. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam rangka mengembangkan proses belajar mengajar yang
berlangsung di sekolah agar sekolah dapat melangkah lebih dekat pada tujuan pendidikan
yang diharapkan.
Lebih lanjut Resmini dan Junda (2007, hlm. 79) mengemukakan bahwa membaca di
Sekolah Dasar dibagi menjadi dua penggalan. Untuk kelas rendah (1, 2, dan 3) membaca
permulaan, dan untuk kelas tinggi (4, 5, dan 6) membaca lanjut. Membaca di kelas tinggi sekolah
dasar ialah membaca lanjut atau membaca pemahaman.
Resmini & Hartati (2006, hlm. 102) mengemukakan bahwa membaca permulaan adalah
salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diperuntukan siswa SD kelas permulaan.
Lebih lanjut Resmini, dkk. (2006, hlm. 27) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran
membaca permulaan adalah untuk membangkitkan, membina, dan memupuk minat anak untuk
membaca.
Tarigan (dalam Resmini, dkk, 2009, hlm. 191) mengemukakan Untuk siswa kelas I dan II
dengan pengajaran membaca permulaan, lebih memfokuskan pembelajaran kepada siswa
agar mampu memindai lambang-lambang bahasa tulis dengan pelafalan memindai dan
memaknai lambang-lambang bahasa tulis. Sedangkan untuk siswa kelas III, IV, V, VI
dengan jenis keterampilan membaca pemahaman (membaca isi tanpa bersuara),
diistilahkan dengan pengajaran membaca lanjut, yang dijadikan fokus pengembangan
dalam pembelajaran adalah siswa mampu memindai lambang-lambang bahasa tulis,
siswa mampu memaknai lambang-lambang bahasa tulis, dan siswa mampu
menghubungkan makna (isi bacaan) dengan konteks komunikasi.
Sedangkan menurut Tampubolon (2008, hlm. 5) bahwa membaca adalah satu dari empat
kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan,
dalam komunikasi tulisan, sebagaimana telah dikatakan, lambang-lambang bunyi bahasa diubah
menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf, dalam hal ini huruf-huruf menurut alfabet
Latin.
Resmini & Juanda (2007, hlm. 73) mengemukakan bahwa membaca adalah salah satu
proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Tanpa bisa
membaca, manusia dapat dikatakan tidak bisa hidup di zaman sekarang ini. Sebab hidup
manusia sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Mereka juga
mengemukakan bahwa membaca merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang
mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbahasa. Seperti halnya pada
pembelajaran di sekolah dari mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi, membaca
merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki setiap siswa disamping
keterampilan yang lain, karena keterampilan yang lain berkaitan satu sama lain.
Tarigan (1979, hlm. 7) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulisan.
Resmini & Hartati (2006, hlm. 101) mengemukakan membaca merupakan sebuah proses
memahami simbol-simbol verbal yang berupa tulisan yang bermakna. Membaca pada hakikatnya
merupakan sebuah interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis yang terwujud dalam bahasa
dengan kemampuan bahasa dan kemampuan tentang kemampuan membaca.
Cahyani & Hodijah (2007, hlm. 98) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan melalui media kata-kata/ bahasa tulis.
Carol (dalam Abidin, 2011, hlm. 6) mengemukakan bahwa membaca adalah sebuah
proses berfikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan arti, dan menerapkan ide-
ide dari lambang. Membaca adalah dua tingkat dua tingkat proses dari penerjemahan dan
pemahaman pengarang menulis pesan berupa kode (tulisan), dan pembaca mengartikan kode itu.
Cox (dalam Abidin, 2011, hlm. 6) mengemukakan bahwa membaca adalah proses
psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis. Membaca melibatkan penglihatan, gerak
mata, pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan mengenai kata yang dapat dipahami, dan
pengalaman pembacanya.
Menurut Anwari (2014) membaca merupakan aktivitas untuk memperoleh informasi dari
bahan tertulis melalui suatu interaksi antara pembaca dengan penulis yang diwakili dengan
tulisannya.
Resmini, dkk. (2006, hlm. 1) mengemukakan bahwa membaca secara umum merupakan
kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan kedalam cetakan (huruf-huruf),
sedangkan secara khusus pengertian membaca dibedakan menjadi dua fase, ialah : 1)
membaca adalah kegiatan decoding print into sound atau aktivitas menguraikan kode-
kode cetakan (tulisan) ke dalam bunyi, dengan kata lain membunyikan kode-kode
cetakan/ tulisan, 2) membaca merupakan decoding graphic representative of language
into meaning atau aktivitas menguraikan kode-kode grafis yang mewakili bahasa
kedalam arti tertentu.
Menurut Hernawan (2010) bahwa membaca merupakan sebuah proses yang melibatkan
kemampuan visual dan kemampuan kognisi, kedua kemampuan ini diperlukan untuk
mengartikan lambang-lambang huruf agar dapat dipahami dan menjadi bermakna bagi pembaca.
Purwanto & Alim (1997, hlm. 27) mengemukakan bahwa membaca adalah menangkap
pikiran dan perasaan orang lain dengan perantara tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan).
Sedangkan menurut Rahim (2009, hlm. 2) membaca pada hakikatnya adalah suatu yang
rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga
melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
Dari beberapa pengertian di atas jelas bahwa membaca adalah proses pengolahan bacaan
secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman bersifat menyeluruh
tentang bacaan itu serta mampu mengambil manfaat dari apa yang dibacanya secara tepat.
C. Tujuan Membaca
Secara garis besar Remini, dkk. (2006, hlm. 94) mengemukakan beberapa hal mengenai
tujuan membaca diantaranya. Dalam pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang
jelas. Tujuan yang dimaksud meliputi :
1. Menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan
2. Membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan
3. Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan
4. Menggali simpanan pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu topik
5. Menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa
6. Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan
maupun tertulis
7. Melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat oleh
siswa sebelum melakukan perbuatan membaca
8. Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti
sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan
9. Mempelajari struktur bacaan
10. Menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan leh guru atau sengaja diberikan
oleh penulis bacaan.
Pendapat lain yaitu menurut Anderson (dalam Cahyani & Hodijah 2007, hlm. 99)
mengemukakan mengenai tujuan membaca. Tujuan membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami bahan bacaan. Berikut kita kemukakan
beberapa yang penting.
1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah
dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat sang tokoh; apa yang telah
terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah khusus yang
dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh
perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang
dialami oleh sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh
untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk ide-ide
utama (reading main for ideas).
3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian
cerita, apa yang terjadi mula-mula, pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya setiap tahap
dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat
dramatisasi. Ini disebut untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita
(reading for sequence or organization).
4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti
cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para
pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh
yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk
menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar
mengenai seorang tokoh, apa yang benar. Ini disebut membaca untuk
mengelompokan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
6. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-
ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh,
atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca
menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
7. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana
hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai
persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupa pembaca. Ini disebut membaca untuk
memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
Sedangkan menurut Purwanto & Alim (1997, hlm. 27) tujuan membaca adalah
menangkap bahasa yang tertulis dengan tepat dan teratur.
Purwanto & Alim (1997, hlm. 29) mengemukakan bahwa tujuan membaca lanjut atau
pemahaman adalah untuk melatih anak-anak menangkap pikiran dan perasaan orang lain yang
dilahirkan dengan bahasa tulisan, dengan tepat dan teratur.
Dari beberapa pendapat di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa tujuan
membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi dari tulisan, dan informasi yang
diperolehnya itu untuk dipahami maknanya.
1. Pengertian Strategi
Rahim (2009, hlm. 36) mengemukakan bahwa strategi adalah ilmu dan kiat di dalam
memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Tarigan (1993, hlm. 4) bahwa strategi atau teknik merupakan
prosedur-prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu pendekatan
secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pemanfaatan sumber untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Dari pendapat di atas, bahwa tujuan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)
adalah agar siswa memiliki kemampuan membaca kritis. Membaca kritis yang dimaksud secara
garis besar diharapkan siswa memiliki kemampuan dalam membaca, mengutip, dan memahami
informasi dari kegitan membaca.
Tahap prabaca
1) Guru memperkenalkan bacaan, dengan jalan menyampaikan beberapa informasi
tentang isi bacaan.
2) Siswa membuat prediksi atas bacaan yang akan dibacanya. Jika siswa belum mampu
guru harus memancing siswa untuk membuat prediksi. Diusahakan dihasilkan banyak
prediksi sehingga akan timbul kelompok yang setuju dan kelompok yang tidak setuju.
Tahap membaca
3) Siswa membaca dalam hati wacana untuk mengecek prediksi yang telah dibuatnya.
4) Menguji prediksi, pada tahap ini siswa diharuskan mengecek prediksi yang telah
dibuatnya. Jika prediksi siswa salah maka siswa harus mampu menunjukan letak
kesalahannya dan mampu membuat gambaran yang sesuai dengan cerita tersebut.
Tahap pascabaca
5) Pelatihan keterampilan fundamental. Tahap ini dilakukan siswa untuk mengaktifkan
kemampuan berpikirnya. Beberapa kegiatan yang dilakukan siswa adalah menguji
kembali cerita, menceritakan kembali cerita, memuat gambar, diagram, ataupun peta
konsep bacaan, dan membuat peta perjalanan tokoh.
Dari beberapa pendapat di atas penulis mengambil langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut :
1.) Guru memperkenalkan bacaan kepada siswa dengan menuliskan judul cerita di papan
tulis untuk siswa amati.
2.) Guru memperlihatkan dan memberikan gambar berseri tanpa teks kepada siswa untuk
diamati.
3.) Guru menyampaikan beberapa informasi mengenai bacaan yang sesuai dengan
gambar.
4.) Siswa membuat prediksi mengenai isi cerita berdasarkan judul dan gambar yang telah
siswa amati.
5.) Guru memberikan bacaan lengkap atau bacaan yang sesuai dengan gambar kepada
siswa.
6.) Siswa membaca teks lengkap yang telah diberikan oleh guru.
7.) Siswa menyesuaikan hasil prediksi sebelumnya mengenai cerita tersebut berdasarkan
cerita yang telah dibacanya.
8.) Siswa menceritakan kembali cerita tersebut dengan menggunakan kalimat sendiri.
9.) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru berdasarkan nilai-nilai atau
amanat yang terkandung di dalam isi cerita atau teks bacaan.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam judul Penerapan Strategi Directed Reading
Thinking Activity (DRTA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Sekolah Dasar adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research
yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran (Mulyasa, 2009, hlm. 34).
Kusumah & Dwitagama (2012, hlm. 9) mengemukakan bahwa Penelitian tindakan kelas
(PTK) atau Classroom Action Research (CRA) adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3)
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Menurut Arikunto, dkk. (2010, hlm. 3) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
Sedangkan menurut Kunandar (2012, hlm. 46) bahwa penelitian tindakan kelas atau PTK
adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan
dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang
(1) praktik-praktik kependidikan mereka, (2) pemahaman mereka tentang praktik-praktik
tersebut, dan (3) situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.
Menurut Basrowi & Suwandi (2008, hlm. 25) bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan
untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Sedangkan menurut Hermawan, dkk. (2007, hlm. 79) bahwa PTK merupakan suatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih
profesional.
Penelitian ini meneliti dua variabel, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel
terikat (dependent). Variabel bebas yang diselidiki adalah penerapan strategi Directed Reading
Thinking Activity. Variabel terikatnya adalah kemampuan membaca pemahaman sekolah dasar.
Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dan deskripsi kuantitatif. Hal ini
dikarenakan pengumpulan data-data yang diperoleh tidak memakai prosedur statistik, tetapi
sifatnya deskriptif dan naratif yang memiliki cara-cara tersendiri dalam melakukan hitungan
untuk mengetahui nilai siswa. Meskipun data yang dikumpulkan dari penelitian ini
memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu penghitungan yang memakai simbol-simbol
angka.
C. Desain Penelitian
Kusumah dan Dwitagama (2012, hlm. 19) mengemukakan bahwa pada prinsipnya
penerapan PTK atau CAR (Classroom Action Research) dimaksudkan untuk mengatasi
permasalahan yang terdapat di dalam kelas. Sebagai salah satu penelitian yang
dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat di dalam kelas,
menyebabkan terdapatnya beberapa model atau design yang dapat diterapkan. Desain-
desain tersebut diantaranya: (a) model Kurt Lewwid, (b) model Kemmis & Mc Taggart,
(c) Model John Elliot, (d) model Hopkins, dan (e) model Mc Kernan.
Pada penelitian ini penulis sebagai peneliti menggunakan desain penelitian yang mengacu
kepada desain penelitian model Kemmis & Mc Taggart. Untuk lebih jelasnya siklus kegiatan ini
digambarkan pada gambar berikut ini.
Gambar 3.1 Desain PTK yang mengacu kepada Model Kemmis & Mc Taggart
Hermawan (2007, hlm. 127) mengemukakan bahwa model Kemmis dan Mc Taggart
merupakan perkembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya
saja komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu
kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan adanya kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri ketika antara implementasi acting dan observing sebenarnya dua
kegiatan tetapi tidak dapat dipisahkan dengan tegas. Artinya ketika seorang peneliti
melakukan tindakan, otomatis ia melakukan pengamatan pula karena kegiatan itu
dilakukan dalam satu kesatuan waktu secara bersamaan.
Kusumah (2012, hlm. 21) menjelaskan bahwa model yang dijelaskan oleh Kemmis &
MC Taggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu
perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Komponen tersebut dinamakan dengan istilah siklus. Namun dalam penelitian, jumlah siklus
akan tergantung pada permasalahan yang harus diselesaikan. Ketika masalah belum tuntas, maka
empat komponen siklus tersebut akan peneliti lakukan lagi hingga tujuan penelitian tercapai.
Berikut penjelasan tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan penelitian dengan
menggunakan model Kemmis & MC Taggart.
1. Tahap perencanaan tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan penulis menyusun langkah-langkah yang harus
dipersiapkan ketika proses pembelajaran. Langkah-langkah tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan strategi DRTA.
b. Menyiapkan dan menyusun lembar observasi siswa, guru, dan pelaksanaan pembelajaran
dengan menerapkan strategi DRTA.
c. Mempersiapkan tema cerita yang akan dibahas dan media gambar berseri beserta teks cerita
lengkap secara terpisah.
d. Membuat soal evaluasi beserta instrumen penilaian hasil belajar siswa dengan menerapkan
strategi DRTA.
2. Tahap pelaksanaan tindakan
Untuk lebih jelasnya pada tahap pelaksanaan tindakan akan dijelaskan pada langkah-
langkah dibawah ini.
a. Guru memberikan dan menuliskan tema di papan tulis untuk siswa prediksi judul ceritanya.
b. Guru menempelkan gambar di papan tulis dan membagikannya kepada siswa secara individu.
c. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai gambar yang siswa amati.
d. Siswa memprediksi judul dan isi cerita berdasarkan pengamatan gambar.
e. Guru membagikan teks cerita lengkap kepada siswa secara individu untuk siswa baca.
f. Siswa menceritakan kembali isi cerita dengan menggunakan kata-kata sendiri.
g. Siswa menjawab soal evaluasi yang diberikan oleh guru.
3. Tahap observasi
Guru sebagai peneliti mengobservasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
membaca pemahaman dengan menggunakan strategi DRTA sesuai dengan format observasi
yang sudah dipersiapkan. Wali kelas atau teman sejawat berperan untuk mengobservasi aktivitas
guru dan kegiatan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan strategi DRTA
sesuai dengan format observasi yang sudah dipersiapkan.
4. Tahap refleksi
Pada tahap refleksi guru menuliskan atau mengidentifikasi hal-hal yang membuat
penelitian pada siklus I merasa kurang. Selain itu guru juga membuat rencana perbaikan yang
akan dilakukan pada siklus berikutnya yang sesuai dengan acuan siklus I, agar penelitian pada
siklus berikutnya mendapatkan hasil yang meningkat.
D. Klarifikasi Konsep
Dalam bagian ini, akan dijelaskan mengenai definisi dari masing-masing variabel yang
dijadikan kata kunci dalam penelitian ini. Adapun kata kunci yang digunakan dalam penelitian
ini sebagai berikut :
1. Kemampuan membaca pemahaman
Kemampuan adalah kesanggupan melaksanakan sesuatu, dalam hal ini kesanggupan yang
dimaksudkan adalah untuk melaksanakan sesuatu dengan baik dan cermat. Membaca
pemahaman adalah proses berfikir, untuk mengembangkan daya nalar seseorang lewat tulisan
sehingga ia mampu berkomunikasi dengan orang lain yang pada akhirnya dapat menambah ilmu
pengetahuan. Kaitannya dengan kemampuan membaca pemahaman adalah suatu kesanggupan
yang dimiliki dan melekat pada diri seseorang, baik berupa pikiran dan perubahan yang timbul
dari kesadaran untuk memperoleh informasi atau pesan dari penulis atau penyampai pesan
kepada pembaca atau penerima pesan.
2. Strategi pembelajaran Directed Reading Thinking Activity (DRTA)
Strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Strategi
Directed Reading Thinking Activity (DRTA) adalah salah satu strategi yang dapat membantu
siswa dalam kemampuan membaca pemahaman, sehingga pesan dari isi teks atau bacaan
tersebut dapat dimengerti atau dipahami oleh siswa. Selain itu siswa akan memahami dan
mengasimilasikan informasi yang dia dapat, membahas bahan bacaan berdasarkan tujuan
pembelajaran, dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh dari kegiatan
membaca. Dalam pengimplementasiannya, strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)
dalam proses membaca pemahaman akan membuat suasana belajar lebih aktif, kreatif, dan
inovatif, sehingga siswa akan merasa senang dalam belajar, tidak mudah jenuh, dan akan
memperhatikan apa yang disampaikan dan diinstruksikan oleh guru.
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan instrumen
penelitian berupa format observasi selama pembelajaran berlangsung dan tes hasil belajar.
1. Observasi
Menurut Arifin (2010, hlm. 153) observasi adalah suatu proses pengamatan dan
pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Arikunto (2010, hlm. 127) observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan
data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
Sedangkan menurut Burn yang dikutip Basrowi dan Suwandi (2008, hlm. 127)
mengemukakan bahwa observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian
tindakan, dengan observasi peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis
terhadap kegiatan dan interaksi di dalam kelas.
Jenis observasi yang digunakan adalah observasi terhadap aktivitas siswa yang dilakukan
oleh guru sebagai peneliti dan aktivitas guru dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh
observer atau teman sejawat. Format observasi menggunakan pedoman observasi yang sudah
tersusun dalam bentuk checklist.
2. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perkembangan kemampuan
siswa dalam membaca ketika dalam proses penyampaian materinya menggunakan strategi
pembelajaran Directed Reading Thinking Activity (DRTA).
Rentang
No Indikator Keterangan
1 2 3 4
Jumlah
Tabel 3.2
Lembar Observasi Aktivitas Guru Terhadap Pembelajaran Membaca Pemahaman
Dengan Menerapkan Strategi Directed Reading Thinking Activity
Berilah tanda (√) pada kolom rentang nilai sesuai kriteria
Jumlah
Tabel 3.3
Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Pemahaman
Dengan Menerapkan Strategi Directed Reading Thinking Activity
Berilah tanda (√) pada kolom rentang nilai sesuai kriteria
Rentang
No Indikator Keterangan
1 2 3 4
Jumlah
G. Analisis Data
Pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa, aktivitas guru, dan
aktivitas kegiatan pelaksanaan pembelajaran, selain data non tes tersebut pengumpulan data
diperoleh juga dengan hasil tes.
1. Data kualitatif
Hasil observasi aktivitas siswa, guru, dan pelaksanaan pembelajaran dikelola dengan cara
berikut:
a. Penilaian aktivitas siswa
Skor yang Diperoleh
Nilai Akhir= ×100
Skor Ideal
b. Penilaian aktivitas guru
Skor yang Diperoleh
Nilai Akhir= ×100
Skor Ideal
c. Penilaian kegiatan pelaksanaan pembelajaran
Skor yang Diperoleh
Nilai Akhir= ×100
Skor Ideal
Nilai akhir yang telah diperoleh selanjutnya dihitung dengan rumus nilai rata-rata yang
sudah ditentukan. Hasil akhir setelah dihitung dengan nilai rata-rata selanjutnya kriteria penilaian
hasil observasi dinyatakan ketuntasannya menggunakan keterangan menurut Arikunto (2013,
hlm. 146) seperti dibawah ini.
Ket : 80% ≤ 𝑆𝐵 ≤100% = Sangat Baik
80% ≤ 𝑆𝐵 < 79% = Baik
66% ≤ 𝐵 < 65% = Cukup
40% ≤ 𝐾 <55% = Kurang
Atau : 40-55 = kurang
56-65 = cukup
66-80 = baik
81-100 = sangat baik
2. Data deskripsi kuantitatif
Tes hasil belajar dilaksanakan pada akhir pembelajaran dari setiap siklus. Dengan
memberikan soal kepada siswa untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman terhadap
materi atau isi teks dengan menggunakan strategi DRTA. Data berupa hasil tes kemampuan
membaca pemahaman siswa penilaiannya sesuai dengan pedoman penilaian yang telah
ditetapkan.
Tabel 3.4
Lembar penilaian hasil tes membaca pemahaman
dengan menerapkan Strategi Directed Reading Thinking Activity
Tuliskan hasil kemampuan siswa pada kolom yang dinilai sesuai dengan penilaian
10
11
12
13
14
15
Tabel 3.5
Lembar kriteria penilaian tes membaca pemahaman dengan menerapkan
Strategi Directed Reading Thinking Activity
5 Siswa menulis ejaan kata dengan tepat 1. Banyak ejaan yang salah lebih dari 10
dalam kalimat kata atau lebih
2. Banyak ejaan yang salah kurang dari
10 kata dan lebih dari 5 kata
3. Banyak ejaan yang salah kurang dari 5
kata
4. Tidak ada ejaan yang salah
Siswa menjawab soal evaluasi dengan 1. Siswa menjawab soal evaluasi salah
benar semua
2. Siswa menjawab soal evalusi benar 1
atau 2 soal
7
3. Siswa menjawab soal evaluasi benar 3
atau 4 soal
4. Siswa menjawab soal evaluasi benar
semua (5 soal)
Σx
x¿
n
Keterangan : x = rata-rata (mean)
∑𝑥 = jumlah seluruh skor siswa
n = banyaknya siswa
c. Ketuntasan belajar siswa
Ketuntasan belajar siswa dikelola dengan cara menurut Trianto (2013, hlm. 241)
T
KB= ×100
Tt
Tabel 3.6
Kriteria Ketuntasan Minimal
≥ 64 Tuntas