Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL 3

Disusun oleh:

Nama :FANNY TRIANA


NIM : 856246559
Mata Kuliah : Pendidikan Bahasa Indonesia di SD
Nama Tutor : Ayu Gustia Ningsih, M.Pd

UPBJJ 14/PADANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
PDGK4204

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/22.2 (2022.2)

Fakultas : FKIP/Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Kode/Nama MK : PDGK4204/Pend. Bahasa Indonesia di SD
Tugas :3

No. Soal
1. Pada masa sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang semakin pesat.
Dalam dunia pendidikan hal tersebut dapat membantu kegiatan pembelajaran salah satunya menulis.
Salah satu tujuan pembelajaran menulis ini yaitu menjadikan siswa mampu membuat tulisan di mana
dari tulisan tersebut nantinya mampu diterbitkan pada buku, media cetak maupun media elektronik.
Menurut pendapat saudara, bagaimana cara melatih siswa untuk percaya diri terhadap tulisan (jurnal
pribadi) yang mereka kerjakan?

2. Tarigan mengemukakan bahwa jenis-jenis menyimak ada 2 yaitu menyimak intensif dan menyimak
eksteksif. Menyimak eksteksif ada beberapa jenis, salah satunya yaitu menyimak sosial. Bagaimana
cara menilai hasil siswa dalam kegiatan menyimak sosial?

3. Kegiatan menyimak dapat dilakukan di dalam kelas oleh guru dengan melibatkan siswa. Hasil dari
kegiatan menyimak setiap siswa dapat berbeda satu sama lain meskipun bahan disimak itu sama.
Mengapa terjadi demikian? Jelaskan!

4. Berbicara merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa. Terdapat beberapa jenis
berbicara, salah satunya yaitu berbicara dengan metode penyampaian berbicara. Menurut pendapat
saudara, metode apa yang dapat diterapkan untuk menjadikan kemampuan berbicara siswa terlatih dan
meningkat baik di depan kelompoknya ataupun di depan teman satu kelasnya khususnya pada kelas
tinggi?

5. Jelaskan yang saudara ketahui tentang sastra anak dan sertakan pendapat dari beberapa pakar tentang
sastra anak!
JAWABAN
1. Menurut pendapat saya, pemilihan model pembelajran yang tepat dan cocok diterapkan pada
kegiatan pembelajaran menulis adalah merupakan salah satu upaya untuk melatih kemampuan menulis
siswa. Model yang digunakan juga harus cocok dengan siswa agar dapat berpikir kritis, logis dan dapat
memecahkan masalah dengan sikap terbuka, kreatif, dan inovatif. Salah satu model pembelajaran yang
penulis gunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis jurnal pribadi siswa model pembelajaran
inovatif Think Talk Write (TTW).
Dalam jurnal Kuswari (2018) TTW merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh
Huinker dan Laughlin. Model pembelajaran TTW didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah
sebuah perilaku sosial. Dalam model pembelajaran ini, siswa didorong untuk berpikir, berbicara, dan
kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Langkah pembelajaran Think Talk Write (TTW)
mulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses
membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Model
pembelajaran berbasis TTW dapat membantu siswa dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri
sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik. Siswa dapat mengomunikasikan atau bertukar
pikiran dengan temannya sehingga mudah memahami materi yang diajarkan.
Dapat disimpulkan bahwa, model pembelajran yang cocok dapat membangun rasa percaya diri
siswa untuk menulis, karena telah terbiasa berbagi ide dan menulis pada kegiatan pembelajaran.
Kemudian hal yang paling penting dari model pembelajaran ini yakni, agar proses dan hasil belajar siwa
bermanfaat dan menimbulkan kepercayaan diri siswa dalam menulis jurnal pribadinya.

2. Berdasarkan Buku Modul Pokok (BMP) Pendidikan Bahasa Indonesia di SD pada Modul 10 KB 1
“Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak” pada halaman 10.10, dapat saya simpulkan
bahwa kegiatan menyimak sosial merupakan menyimak yang berlangsung dalam situasi-situasi sosial
seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor, dan sebagainya. Kegiatan menyimak sosial fokus pada faktor
ststus sosial, sopan santun, dan tingkatan dalam masyarakat. Contohnya, siswa menyimak dan
menerapkan nasehat baik yang disampaikan oleh orang yang lebih tua, dari kegiatan menyimak sosial ini
siswa akan lebih sopan santun baik dari perkataan atau perbuatan kepada orang yang lebih tua. Jadi dari
kegiatan menyimak sosial ini yang dihasilkan adalah perubahan tingkah laku siswa disebut dengan
kemampuan afektif siswa. Untuk menilai kemampuan afektif siswa dapat menggunakan Lembar
Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data tentang aspek afektif yang terjadi pada diri siswa,
partisipasi siswa dalam pembelajaran, dan sikap khusus siswa. Dengan mengamati lima indikator berikut
ini, pelaksanaan dan sikap, menghormati, menghargai, konsentrasi atau kesungguhan menyimak, dan
kritis.

3. Menurut pendapat saya, hasil yang berbeda pada kegiatan menyimak siswa dapat dihubungkan
dengan faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak menurut Askarman (2020) sebagai berikut;
Pertama, faktor Fisik siswa menentukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam menyimak.
Misalnya, ada siswa yang sulit untuk mendengar, dalam keadaan yang serupa, dia mungkin saja
terganggu serta dibingungkan oleh upaya yang dilakukannya untuk mendengar, atau dia mungkin
kehilangan ide-ide pokok seluruhnya. Di sekolah sang guru hendaklah dengan cermat dan teliti
nenciptakan suatu lingkungan kelas yang tidak mendatangkan gangguan menyimak.
Kedua, faktor psikologis yang positif akan memberi pengaruh yang baik untuk siswa, seperti
pengalaman masa lalu yang menyenangkan sehingga dapat menentukan minat dan pilihan, serta
kepandaian yang beraneka ragam. Kemudian faktor psikologis yang negatif akan memberi pengaruh yang
buruk terhadap kegiatan menyimak siswa, seperti berfikiran kurang simpati, keegosentrisan, dan keasikan
terhadap minat pribadi, pandangan yang kurang luas, kebosanan dan kejenuhan, serta sikap yang tidak
layak dilakukan terhadap pembicara.
Ketiga, faktor Pengalaman kurangnya minat dalam menyimak merupakan akibat dari
kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan disimak tersebut.Sikap-sikap yang menentang dan
bermusuhan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Contohnya, siswa tidak akan
“mendengar” ide-ide yang berada di luar jangkuan pengertian serta pemahaman mereka.
Keempat, faktor sikap siswa akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau
pokok-pokok pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan yang kurang atau tidak
disetujuinya.
Kelima, faktor motivasi “Motivasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa”. Jika
mempunyai motivasi yangkuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan akan berhasil
mencapai tujuan. Untuk mencapai maksud dan tujuan, guru sebaiknya memberikan bimbingan kepada
para siswa untuk menanamkan serta meningkatkan motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun.
Keenam, faktor jenis kelamin dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa antara siswa laki-laki
dan perempuan, pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda dan cara mereka memusatkan
perhatian pada sesuatu pun berbeda pula.
Ketujuh, faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar para siswa. Faktor
lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik berkaitan dengan
pengaturan dan penataan ruang kelas serta sarana dalam pembelajaran menyimak. Lingkungan sosial
mencakup suasana yang mendorong anak-anak untuk mengekspresikan ide-ide mereka, dan juga
mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai.
Kedelapan, faktor peranan dalam masyarakat. Kemampuan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh
peranan dalam masyarakat. Peranan dalam masyarakat menjadi faktor penting bagi peningkatan
keterampilan menyimak. Jika siswa banyak menyimak maka akan banyak menyerap pengetahuan pula.

4. Menurut pandangan saya, berbicara merupakan proses penyampaian informasi dari pembicara
kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pendengar
sebagai akibat dari informasi yang diterimanya. Sehingga, kemampuan berbicara adalah hal yang sangat
penting dimiliki oleh semua siswa. Pada kegiatan pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan,
kreativitas, dan inovatif dalam menyampaikan materi yang kepada siswa sehingga dapat dipahami oleh
semua siswa. Sementara siswa diharapkan mempunyai kemampuan berbicara dengan baik pada saat
pembelajaran berlangsung, baik berupa pertanyaan ataupun pernyataan. Akan tetapi pada kenyataanya,
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tinggi masih mengalami hambatan.
Contohnya, materi untuk kelas 6 yaitu berpidato, tujuan pembelajaran adalah siswa mampu
menyampaikan pidato dengan baik. Untuk itu perlu model pembelajaran yang mampu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mampu menyampaikan pidato. Siswa dapat berlatih untuk dapat
menunjukkan kemampuan berbicaranya dalam kegiatan pembelajaran. Menurut pendapat saya, guru
dapat menerapkan model pembelajaran Model Talking Stick untuk melatih siswa memiliki kemampuan
berpidato.
Metode talking stick adalah suatu metode yang dapat membuat siswa aktif didalam proses
pembelajaran. Menurut Supriyono (dalam Rumiyati 2021) dengan Metode Talking Stick dapat
mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Dimana, tongkat digunakan sebagai penunjuk
atau penentu giliran siswa untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pelajaran. Dengan menggunakan tongkat secara bergiliran ini, diharapkan untuk
memberi dorongan kepada siswa untuk bertindak cepat dan tepat sekaligus untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam memahami materi dan menyampaikan pendapat.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode talking stick sebagai berikut;
 Guru menjelaskan tentang materi pokok yang akan dipelajari.
 Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi, guru memberikan waktu yang cukup
untuk kegiatan ini.
 Guru selanjutnya meminta kepada siswa untuk menutup bukunya, kemudian guru mengambil
tongkat yang telah disiapkan sebelumnya.
 Stick tongkat tersebut diberikan kepada salah satu siswa. Siswa yang menerima tongkat diwajibkan
untuk menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari siswa ke
siswa lainnya hendaknya diiringi nyanyian.
 Langkah akhir dari metode talking stick adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa
melakukan refleksi terhadap materi yang akan dipelajari. Guru memberi ulasan terhadap seluruh
jawaban yang akan diberikan siswa.

5. Menurut Santoso (dalam Solchan 2021) sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan unsur
estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa, baik lisan ataupun tertulis yang secara khusus dapat
dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak. Sedangkan menurut
Ampera (dalam Rian 2018) sastra anak adalah karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta
dikerjakan oleh orang tua. Menurut Kurniawan (dalam Rina 2017) sastra anak mengacu pada kegidupan
cerita yang berkolerasi dengan dunia anak-anak (dunia yang dipahami anak) dan bahasa yang digunakan
sesuai dengan perkembangan intelektual dan emosional anak (bahasa yang mudah dipahami anak-anak).
Dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya sastra yang sengaja ditulis sebagai bacaan anak yang
menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat penceritaan, isi dan bahasa sesuai dengan minat dan
pengalaman anak serta tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak.
Ciri yang membedakan antara sastra anak dengan sastra orang dewasa sebagai berikut; pertama,
unsur pantangan yaitu unsur yang secara khusus berhubungan dengan tema dan amanat. Kedua, penyajian
dengan gaya secara langsung, dimana setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai satu sifat utama
(baik atau jahat/buruk). Ketiga, fungsi terapan merupakan sajian cerita harus bersifat menambah
pengetahuan yang bermanfaat. Contoh karya sastra anak bentuk puisi, prosa, dan drama.

Daftar Pustaka;
Damariswara,Rian.2018.Konsep Dasar Kesusastraan.Banyuwangi:LPPM Institut Agama Islam Ibrahimy
Genteng Banyuwangi
Devianty,Rina.Membangun Karakter Anak Melalui Sastra.RAUDHAH: vol.V, no.1.2017:3
Laia,Askarman.2020.Menyimak Efektif.Jawa Tengah:LUTFI GILANG
Rumiyati.2021.Model Talking Stick sebagai Upaya Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar.Jawa
Tengah:PT Nasya Expanding Mangement
Solchan,dkk.2021.Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.Tangerang Selatan:Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai