Disusun Oleh :
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
diambil dari permainan papan. Lainnya lagi dibuat hanya sebagai pengetesan atau
godaan otak.
Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir dan
bertindak imajinatif serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan
perkembangan kreatifitas anak. Proses kemerdekaan anak akan memberi
kemampuan lebih pada anak untuk mengembangkan fikirannya mendapatkan
kesenangan dan kemenangan dari bentuk permainan tersebut. Ambisi untuk
memenangkan permainan tersebut akan memberikan nilai optimalisasi gerak dan
usaha anak, sehingga akan terjadi kompetisi yang fair dan beragam dari anak.
Pelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan menulis dan mengarang
adalah membuat surat undangan, dimana materi ini sangat bagus dalam melatih
bahasa anak dan tulisannya.
Namun hal tersebut tersebut tidak dapat dilihat di sekolah SD Swasta Dwikora
banyak siswa yang kurang terampil dalam menuliskan surat undangan dapat
dilihat dari kenyataannya bahwasannya dikelas V SDS Dwikora hanya 3 anak saja
(15%) dari 20 siswa yang memahami materi itu yang mampu mengenal bagian
dari surat undangan baik surat undangan resmi maupun surat undangan pribadi.
Hal ini disebabkan karena guru kurang terampil dan kurang inovasi dalam
menyampaikan materi surat undangan. Guru masih memakai gaya konvensional
dan tidak menggunakan media dalam pembelajaran. Sehingga banyak anak yang
merasa kurang antusias dan minat terhadap materi tersebut.
Oleh karena itu guru sangat dituntut untuk menggunakan media dalam
menyampaikan materi Surat Undangan dengan menggunakan salah satu media
yaitu media puzzle. Berdasarkan latar belakang masalah diatas , Penulis
melakukan penelitian di SD Swasta Dwikora dengan judul “ Meningkatkan Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Melalui Media Puzzle Pada Materi Surat Undangan Di
Kelas V SD Swasta Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan T.P
2019/2020”.
1. Identifikasi Masalah
3
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang terjadi
adalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran hanya terjadi satu arah saja karena siswa tidak memberikan
umpan balik kepada guru.
b. Guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran
c. Guru hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga tidak menarik
perhatian siswa sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran.
d. Rendahnya hasil belajar siswa sehingga siswa tidak mencapai nilai KKM (70)
yang diinginkan.
2. Analisis Masalah
Setelah mengidentifikasi masalahnya, penulis kemudian mengalisis
permasalahan yang terjadi. Permasalahan ini disebabkan oleh beberapa faktor
yang membuat pembelajaran tidak berjalan lancar yaitu :
a. Guru kurang berinovasi dalam menggunakan metode pembelajaran
b. Guru tidak menggunakan media yang tepat untuk memberikan materi Surat
Undangan.
c. Guru tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran
d. Guru membuat suasana yang membosankan
B. RUMUSAN MASALAH
4
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah : “Apakah media Puzzle dapat digunakan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia pada materi Surat Undangan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V SD Swasta Dwikora Kecamatan Medan Helvetia ?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah media Puzzle dapat meningkat hasil belajar siswa
pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi Surat Undangan.
2. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan berbagai media
khsusunya media puzlle dalam pemberian materi pembelajaran.
5
Kemampuan Profesional (PKP) jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) di Universitas Terbuka Binjai.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
bahwa siswa sedang dalam proses belajar adalah keadaan otak berpikir aktif untuk
mencerna pengetahuan yang diberikan oleh pengajar.
Selanjutnya, bertolak dari tiga pengertian rangkaian kata di atas, bisa
diketahui bahwa pengertian "Penelitian Tindakan Kelas" merupakan kegiatan
pencermatan berupa sebuah tindakan terhadap kegiatan belajar siswa yang sengaja
dilakukan di dalam kelas secara bersamaan.
7
melakukan kolaborasi. Menurut Usman (dalam Daryanto,2011:2) guru dengan
kompetensi tinggi merupakan seorang yang memiliki kemampuan dan keahlian
serta keterampilan dalam bidangnya. Sehingga ia dapat melakukan fungsi dan
tugasnya sebagai pengajar dan pendidik dengan maksimal.
2. Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang paling esensial.
Dan ini sekaligus sebagai pembeda PTK dengan penelitian lainnya yang
menggunakan responden dalam mengumpulkan data, sementara dalam PTK
pengumpulan data dilakukan dengan refleksi diri. (Tahir,2012:80)
3. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga interaksi antara
siswa dengan guru dapat terfokuskan secara maksimal. “Kelas” yang dimaksud di
sini bukan hanya ruang yang berupa gedung, melainkan “tempat” berlangsungnya
proses pembelajaran antara guru dan murid. (Suyadi,2012:6)
8
4 UU RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Danim (2010:1), peserta didik dilegimitasi dalam bentuk produk
hokum kependidikan Indonesia, peserta didik itu menggantikan sebutan siswa,
murid atau pelajar.
Menurut Harlock (2011:23) peserta didik adalah makhluk individu yang
mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik diperngaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal.
Jadi dapatn diambil kesimpulan bahwa peserta didik adalah orang yang
belum dewasa dan merupakan individu yang memiliki potensi (kemampuan) dasar
yang masih memerlukan bimbingan dalam perkembangannya.
9
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik
peserta didik sekolah dasar yang umumnya berusia antara 7-12 tahun yaitu mulai
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan cara menyelidiki, mencoba, dan
bereksperimen mengenai suatu hal yang dianggap menarik bagi dirinya, serta
peserta didik sudah mampu memahami cara mengkombinasikan beberapa
golongan benda yang bervariasi tingkatannya, selain itu peserta didik sudah
mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa yang konkret.
Anak-anak usia sekolah dasar, memiliki karakteristik yang berbeda dengan
anak-anak yang usianya lebih muda. Mereka senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu
secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran
yang mengandung unsur permainan, mengusahakan peserta didik berpindah atau
bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan
untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
10
yang relatif permanen dan merupakan hasil pelatihan berbahasa yang mendapat
penguatan. Belajar bahasa merupakan usaha yang panjang dan kompleks seluruh
jiwa raga yang terlibat ketika memplejari bahasa. Keterlibatan menyeluruh,
kepedulian yang terus-menerus, baik fisik, interktual, emosional, sangat
diperlukan untuk dapat mengusai bahasa. Kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia akan berhasil apabila guru menyesuaikan pembelajaran dengan
kemampuan siswa.
11
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperkuat budi pekerti,serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.
12
2. Isi Surat
● salam pembuka,
● alasan,
● hari dan tanggal,
● waktu,
● tempat,
● acara.
3. Penutup/Kaki Surat
● nama badan usaha,
● jabatan,
● nama jelas,
● nomor induk pegawai,
● tembusan.
D. Teori Pembelajaran
1. Defenisi Belajar
Sejak manusia dilahikan banyak mengalami proses belajar. Itu berarti bahwa
aktivitas belajar itu sangat akrab dengan kehidupan manusia. Suprihati Ningrum
(2013) memberikan defenisi lebih luas. Belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku
tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman dan
interaksinya dengan lingkungan.
Belajar merupakan suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dala
interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai dan sikap. Interaksi
individu dan lingkungan inilah yang menyebabkan terjadinya serangkaian
pengalaman belajar.
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari proses belajar. Perubahan ini berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan
dan sikap yang biasanya meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal
ini juga dijelaskan oleh Bloom proses belajar,baik disekolah maupun diluar
13
sekolah menghasilkan tiga kemampuan yang disebut taksonomi Bloom, yaitu
kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan (Sunarto & Hartono, 2002).
2. Teori Belajar
Berdasarkan teori yang mendasarinya yaitu teori psikologi dan teori belajar
maka teori pembelajaran ini dibedakan ke dalam lima kelompok, yaitu:
1) Teori Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku Teori pembelajaran ini
menganjurkan guru menerapkan prinsip penguatan (reinforcement) untuk
mengidentifikasi aspek situasi pendidikan yang penting dan mengatur kondisi
sedemikian rupa yang memungkinkan peserta didik dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran. Pengenalan karakteristik peserta didik dan
karakteristik situasi belajar perlu dilakukan untuk mengetahui setiap kemajuan
belajar yang diperoleh peserta didik.
2) Teori Pembelajaran Konstruk Kognitif Menurut teori ini prinsip pembelajaran
harus memperhatikan perubahan kondisi internal peserta didik yang terjadi
selama pengalaman belajar diberikan di kelas. Pengalaman belajar yang
diberikan oleh peserta didik harus bersifat penemuan yang memungkinkan
peserta didik dapat memperoleh informasi dan ketrampilan baru dari pelajaran
sebelumnya.
3) Teori Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Belajar Menurut teori ini,
untuk belajar peserta didik harus mempunyai perhatian responsif terhadap
materi yang akan dipelajari dan semua proses belajar memerlukan waktu.
Setiap peserta didik yang sedang belajar selalu terdapat suatu alat pengatur
internal yang dapat mengontrol motivasi. Pengetahuan tentang hasil yang
diperoleh di dalam proses belajar merupakan faktor penting sebagai
pengontrol.
4) Teori Pembelajaran Berdasarkan Analisis Tugas Hasil penerapan teori
pembelajaran terkadang tidak selalu memuaskan. Oleh karena itu, sangat
penting untuk mengadakan analisis tugas secara sistematis mengenai
tugastugas pengalaman belajar yanng akan diberikan kepada peserta didik,
14
yang kemudian disusun secara hierarkis dan diurutkan sedemikian rupa
sehingga tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
5) Teori Pembelajaran Berdasarkan Psikologi Humanistis Prinsip yang harus
diterapkan adalah bahwa guru harus memperhatikan pengalaman emosional
dan karakteristik khusus peserta didik seperti aktualisasi diri peserta didik.
Inisiatif peserta didik harus dimunculkan, dengan kata lain peserta didik harus
selalu dilibatkan dalam proses pembelajaran.
3. Manfaat Belajar
Santrock dan Yussen (Sugihartono, 2007) mendefinisikan belajar sebagai
perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.
Adapun manfaat dari belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011) antara
lain: a. Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi
adanya suatu perubahan dalam dirinya. b. Perubahan dalam belajar bersifat
fungsional Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus
dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. c.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan itu selalu bertambah
dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian, makin banyak usaha belajar yang dilakukan, makin banyak dan makin
baik perubahan yang diperoleh. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat menetap. e.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Berarti perubahan tingkah laku
terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan tingkah laku ini
benar-benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Jika
seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah
laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya.
15
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat belajar adalah
dapat membuat perubahan pada tingkah laku agar anak atau peserta didik siap
untuk terjun dan melaksanakan fungsinya sebagai masyarakat.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan prestasi yang telah dicapai siswa menyelesaikan
sejumlah materi pelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang ideal
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa (Muhibbin Syah;2013).
Adapun prestasi merupakan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas
belajar yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran disekolah, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, artinya bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto;2003).
16
Puzzle merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan
anak dalam merangkainya. Puzzle merupakan kepingan tipis yang terdiri dari 2-3
bahkan 4-6 potongyang terbuat dari kayu atau lempeng karton. Dengan terbiasa
bermain puzzle, lambat laun mental anak juga akan terbiasa untuk bersikap
tenang, tekun, dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu..
2. Jenis-jenis Puzzle.
Ada beberapa jenis puzzle antara lain:
6) Logic Puzzle
Logic Puzzle adalah puzzle yang menggunakan logika. Gambar berikut adalah
contoh dari logic puzzle berupa grid puzzle.
7) Jigsaw Puzzle
Jigsaw Puzzle adalah puzzle yang merupakan kepingan-kepingan. Disebut
dengan Jigsaw puzzle karena alat untuk memotong menjadi keping disebut
dengan jigsaw.
8) Mechanical Puzzle
Mechanical Puzzle adalah puzzle yang kepingnya saling berhubungan. Contoh
puzzle pada mechanical puzzle adalah Soma CubedanChinese wood knots.
9) Combination Puzzle
Combination puzzle adalah puzzle yang dapat diselesaikan melalui beberapa
kombinasi yang berbeda. Rubik's Cube dan Hanoi Toweradalah contoh
Combination Puzzle.
17
Dengan terbiasa bermain puzzle, lambat laun mental anak juga akan terbiasa
untuk bersikap tenang, tekun, dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Kepuasan
yang didapat saat ia menyelesaikan puzzle pun merupakan salah satu pembangkit
motifasi untuk mencoba hal-hal yang baru baginya.
Puzzle sudah bisa dimainkan oleh anak berusia 10 bulan, tentunya dengan
kepingan gambar (puzzle) yang sedikit dan tingkat kesulitannya lebih mudah.
Untuk awal, kenalkan anak anda dengan puzzle sederhana yang terdiri dari sebuah
keping saja, misalnya gambar ikan. Jadi si kecil hanya memasukkan satu buah
kepingan gambar tersebut kedalam lubangnya. Makin tinggi usia anak, biasanya
tingkat kesulitan lebih rumit. Dari yang hanya satu kepingan gambar, kemudian
menjadi sebuah gambar yang dipotong menjadi 2, 3, 4 dan seterusnya. Semakin
banyak gambar dan kepingan gambarnya, semakin tinggi tingkat kesulitannya.
Berikut ini adalah pembahasan manfaat puzzle sebagai media bermain yang
disimpulkan :
1) Meningkatkan keterampilan kognitif Keterampilan kognitif berhubungan
dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Melalui
puzzle, anak-anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun
gambar menjadi utuh.
2) Meningkatkan keterampilan motorik halus dapat melatih koordinasi tangan
dan mata untuk mencocokkan kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya
menjadi satu gambar. Keterampilan motorik halus berhubungan dengan
kemampuan anak menggunakan otot-otot kecilnya khususnya jari-jari
tangannya. Untuk itu anak usia di bawah tiga tahun (balita)
direkomendasikan untuk diberikan permainan puzzle untuk mengasah
kemampuan motorik halusnya.
3) Melatih kemampuan nalar dan daya ingat dan konsentrasi
Puzzle yang berbentuk manusia akan melatih nalar anak-anak. Melalui puzzle
ini mereka akan menyimpulkan di mana letak tangan, kaki, dan lain-lain
sesuai dengan logika. Saat bermain puzzle, anak akan melatih sel-sel otaknya
untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan berkonsentrasi untuk
menyelesaikan potongan-potongan kepingan gambar tersebut.
18
4) Melatih kesabaran Puzzle dapat melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan
sesuatu dan berfikir dahulu sebelum bertindak. Dengan bermain puzzle anak
bisa belajar melatih kesabarannya dalam menyelesaikan suatu tantangan.
5) Pengetahuan melalui puzzle akan membuat anak belajar banyak hal. Mulai
dari warna, bentuk, jenis hewan, buah-buahan, sayuran dan lainnya.
6) Meningkatkan keterampilan sosial. Puzzle dapat dimainkan lebih dari satu
orang dan jika puzzle dimainkan secara berkelompok tentunya butuh diskusi
untuk merancang kepingan-kepingan gambar dari puzzle tersebut, maka hal
ini akan meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok, anak akan
saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi untuk menyelesaikan
masalah. Anak yang lebih besar akan merasa senang jika dapat membantu
anak yang lebih kecil, sehingga akan tercipta suasana yang nyaman dan
terciptanya interaksi ketika bermain.
Selain memiliki banyak kelebihan puzzle juga merupakan media biasa yang
memiliki kekurangan. Adapun kekurangan-kekurangan puzzle adalah sebagai
berikut:
1) Anak hanya asyik bermain saja, hingga seringkali melupakan tugas lain yang
seharusnya dilakukan
2) Terkadang presentase puzzle yang hilang karena berbaur dengan puzzle yang
lain .
3) Biasanya anak masih bingung dalam menyelesaikan puzzle keping karena
mereka harus beurusaha memutar-memutar kepingan–kepingan puzzle agar
dapat tersusun dan membentuk gambar yang benar.
19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Mata
NO Hari/Tanggal Waktu Siklus
Pelajaran
20
Rabu
Bahasa
1 23 Oktober 2019 08.00-10.00 Siklus 1
Indonesia
Rabu Bahasa
3 08.00-10.00 Siklus 2
30 Oktober 2019 Indonesia
21
7. Seluruh Guru SD dan siswa kelas V SD Swasta Dwikora Kecamatan Medan
Helvetia Kota Medan yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu namanya
atas support dan bantuannya demi lancarnya penyusunan tugas PKP.
8. Seluruh teman Kelas A Pokjar Binjai yang tidak bisa penulis ucapkan satu
persatu namanya atas masukan dan bantuannya sehingga selesainya tugas
PKP.
Gambar 3.1.
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Arikunto : 2010)
22
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dengan menggunakan 2 siklus.
a. Perbaikan Pembelajaran Pra Siklus
1. Perencanaan
Penulis melakukan langkah-langkah sebagai sebagai berikut :
- Menyusun Rencana pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
- Menentukan Indikator Pembelajaran
- Mempersiapkan langkah-langkah pembelajaran
- Mempersiapkan materi pembelajaran
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran penulis melakukan langkah-langkah
tindakan sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
● Mengisi daftar kelas, berdo ‘a, mempersiapkan materi ajar dan alat peraga
● Untuk membangkitkan motivasi belajar, mengajukan pertanyaaa kepada
siswa : apakah pernah menerima atau membuat surat undangan ?
● Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Kegiatan Inti
Eksplorasi
● Memahami bagian-bagian surat undangan resmi.
Elaborasi
● Melengkapi surat undangan dengan tepat.
Konfirmasi
23
● Menulis surat undangan (ulang tahun, acara keagamaan, kegiatan sekolah,
kenaikan sekolah dll) dengan kalimat efektif dan memperhatikan penggunaan
ejaan
● Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar
● Siswa dan guru menutup pelajaran dengan bersyukur
3. Observasi
Setelah mengobservasi siswa selama pembelajaran dikelas dengan
menggunakan pedoman observasi, peneliti mengamati gaya belajar peserta didik
yang masih kurang bersemangat dalam pembelajaran dan mereka merasa bosan
dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam kelas dan banyak
siswa yang terlihat mengantuk.
4. Refleksi
Setelah melakukan observasi kemudian peneliti melakukan refleksi untuk
dapat meningkatkan minat siswa dan keaktifan siswa dalam belajar. Sehingga
pada perbaikan perbaikan pembelajaran pra siklus ini hanya 3 siswa saja (15%)
dari 20 siswa yang mendapatkan nilai sesuai KKM (70), sedangkan 17 siswa lagi
(85%) hanya mendapat nilai dibawah KKM (70).
Setelah melakukan diskusi dengan teman sejawat peneliti mengetahui
kekurangan dalam menyampaikan pembelajaran yaitu guru tidak menggunakan
media pembelajaran sehingga siswa tidak bersemangat dalam pembelajaran.
24
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran penulis melakukan langkah-langkah
tindakan sebagai berikut :
a) Kegiatan Awal
● Mengisi daftar kelas, berdo ‘a, mempersiapkan materi ajar dan alat peraga
● Untuk membangkitkan motivasi belajar, mengajukan pertanyaaa kepada
siswa : apakah pernah menerima atau membuat surat undangan ?
● Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b) Kegiatan Inti
Eksplorasi
● Guru menjelaskan bagian-bagian surat undangan resmi dengan
menggunakan puzzle
● Guru meminta siswa untuk membaca buku yang berkenaan dengan materi
surat undangan
Elaborasi
● Guru meminta siswa melengkapi surat undangan dengan tepat dibuku
latihan
● Guru memeriksa pekerjaan siswa
Konfirmasi
25
● Observasi
Setelah mengobservasi siswa selama pembelajaran dikelas dengan
menggunakan pedoman observasi, peneliti mengamati gaya belajar peserta didik
yang masih kurang bersemangat dalam pembelajaran sehingga pembelajaran
menjadi tidak aktif dan materi tidak tersampaikan.
● Refleksi
Setelah melakukan observasi kemudian peneliti melakukan refleksi untuk
dapat meningkatkan minat siswa dan keaktifan siswa dalam belajar. Sehingga
pada perbaikan siklus I ini hanya 10 siswa saja (50%) dari 20 siswa yang
mendapatkan nilai sesuai KKM (70), sedangkan 10 siswa lagi (50%) hanya
mendapat nilai dibawah KKM (70).
2. Pelaksanaan
26
a) Kegiatan Awal
● Mengisi daftar kelas, berdo ‘a, mempersiapkan materi ajar dan alat peraga
● Untuk membangkitkan motivasi belajar, mengajukan pertanyaaa kepada
siswa : apakah pernah menerima atau membuat surat undangan ?
● Guru menunjukkan contoh surat undangan resmi dan tidak resmi
● Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b) Kegiatan Inti
Eksplorasi
● Guru menjelaskan mengenai surat undangan agar siswa memahami
bagian-bagian surat undangan resmi.
● Guru menyuruh salah seorang siswa kedepan untuk bersama guru
melengkapi bagian surat undangan
Elaborasi
● Guru membagi siswa dalam kelompok dan menyuruh setiap kelompok
untuk membuat kembali puzzle surat undangan resmi
● Guru memeriksa pekerjaan setiap kelompok dalam melengkapi surat
undangan dengan tepat menggunakan media puzlle.
Konfirmasi
3. Observasi
27
Setelah mengobservasi siswa selama pembelajaran dikelas dengan
menggunakan pedoman observasi yang dilakukan, peneliti mengamati gaya
belajar peserta didik yang sudah paham dengan materi dan mereka senang
melakukan kegiatan membuat puzzle surat udangan tersebut. Mereka belajar
dengan antuasias dan semangat sehingga berdampak pada nilai siswa menjadi
meningkat dan mencapai KKM. Disiklus II ini nilai siswa hampir seluruhnya
mencapai KKM (70), dari 20 siswa 18 siswa (90%) mencapai nilai KKM dan 2
siswa (10%) lagi hampir mencapai nilai KKM. Antusias dan semangat anak-anak
dikarenakan guru sudah melibatkan siswa dan hal tersebut mengakibatkan umpan
balik sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
4. Refleksi
Setelah melakukan observasi kemudian peneliti melakukan refleksi dan
mengambil keputusan tidak akan melanjutkan ke siklus 3 karena pada siklus 2
siswa sudah mencapai ketuntasan dalam belajar dan sudah dicapai 18 siswa (90%)
yang tuntas dan hanya 2 siswa saja yang tidak mencapai KKM.
2. Analisis Data
28
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan siswa setelah proses pembelajaran
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tertulis pada setiap akhir
putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu :
a. Menilai tes formatif
Dengan menjumlahkan nilai siswa dan kemudian membaginya dengan jumlah
siswa yang ada dikelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rata-rata Nilai Siswa :
Rata = ∑x
∑n
Tabel 3.2
29
Kriteria Keberasilan Siswa dalam Persentase (%)
Tingkat Keberhasilan (%) Arti
≥ 80 % Sangat tinggi
60 – 79 % Tinggi
40 – 59 % Sedang
20 – 39 % Rendah
≤ 20 % Sangat Rendah
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
30
1 Aditya Ardana 30 √
2 Aldiansyah 35 √
3 Aprilia Siti Zahra 95 √
4 Ariyanti Safira 100 √
5 Arya Dita 35 √
6 Azkhayra Nafisah Putri 100 √
7 Bunga Anjani 40 √
8 Carissa Az-zahra 30 √
9 Fajar Andika Prastyo 30 √
10 Farah Nurliza 40 √
11 Habib Albadar 45 √
12 Keysa Wardina 45 √
13 Khalishah Salsabila Azriel 40 √
14 Kidung Asmaraloka 45 √
15 M. Zidane 20 √
16 M. Arfan Maulana 25 √
17 Muhammad Farel 20 √
18 Muhammad Rafli 25 √
19 Naufal Mahdi 50 √
20 Safa Adelia Putri 35 √
Jumlah 930 3 17
Rata-rata 48
Tuntas (%) 15%
Tidak Tuntas (%) 85%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwasannya hasil belajar siswa masih
rendah, karena hanya 3 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari 20 siswa
yang ada didalam kelas. Disini sudah ada peningkatan namun belum maksmimal
karena hanya separuh siswa saja yang tuntas belum seluruh atau hampir seluruh
31
siswa. Dari tabel tersebut dapat dilihat juga dalam bentuk diagram lingkaran
sebagai berikut :
Gambar 4.1 Diagram Persentase Katuntasan Belajar Pra Siklus
32
5 Arya Dita 35 √
6 Azkhayra Nafisah Putri 100 √
7 Bunga Anjani 95 √
8 Carissa Az-zahra 45 √
9 Fajar Andika Prastyo 40 √
10 Farah Nurliza 100 √
11 Habib Albadar 50 √
12 Keysa Wardina 80 √
13 Khalishah Salsabila Azriel 100 √
14 Kidung Asmaraloka 95 √
15 M. Zidane 45 √
16 M. Arfan Maulana 60 √
17 Muhammad Farel 50 √
18 Muhammad Rafli 50
19 Naufal Mahdi 70 √ √
20 Safa Adelia Putri 70 √
Jumlah 1.360 10 10
Rata-rata 68
Tuntas (%) 50%
Tidak Tuntas (%) 50%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwasannya hasil belajar siswa masih
rendah, karena hanya 10 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari 20 siswa
yang ada didalam kelas. Disini sudah ada peningkatan namun belum maksimal
karena hanya separuh siswa saja yang tuntas belum seluruh atau hampir seluruh
siswa. Dari tabel tersebut dapat dilihat juga dalam bentuk diagram lingkaran
sebagai berikut :
Gambar 4.2 Diagram Persentase Katuntasan Belajar Siklus 1
33
3. Deskripsi Hasil Pembelajaran Siklus II
Dari penelitian dikelas SD Swasta Dwikora Kecamatan Medan Helvetia, hasil
pembelajaran Bahasa Indonesia materi surat undangan diperoleh hasil
pembelajaran siswa sebagai berikut :
Tabel 4.3
Daftar Nilai Siklus 2
Kriteria Ketuntasan
No Nama Siswa Nilai
Minimal (70)
34
Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Aditya Ardana 80 √
2 Aldiansyah 70 √
3 Aprilia Siti Zahra 85 √
4 Ariyanti Safira 100 √
5 Arya Dita 40 √
6 Azkhayra Nafisah Putri 100 √
7 Bunga Anjani 95 √
8 Carissa Az-zahra 85 √
9 Fajar Andika Prastyo 65 √
10 Farah Nurliza 100 √
11 Habib Albadar 80 √
12 Keysa Wardina 85 √
13 Khalishah Salsabila Azriel 100 √
14 Kidung Asmaraloka 95 √
15 M. Zidane 75 √
16 M. Arfan Maulana 65 √
17 Muhammad Farel 65 √
18 Muhammad Rafli 80 √
19 Naufal Mahdi 90 √
20 Safa Adelia Putri 95 √
Jumlah 1.620 18 2
Rata-rata 81
Tuntas (%) 90%
Tidak Tuntas (%) 10%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwasannya hasil belajar sudah mengalami
ketuntasan. Dari 20 siswa 18 siswa sudah mencapai nilai KKM dan hanya 2 saja
yang tidak tuntas. Dari tabel tersebut dapat dilihat juga dalam bentuk diagram
lingkaran sebagai berikut :
35
Gambar 4.3 Diagram Persentase Katuntasan Belajar Siklus 2
36
hanya separuh siswa saja yang tuntas belum seluruh atau hampir seluruh siswa
dikarenakan guru hanya menggunakan media pembelajaran namun tidak
melibatkan siswa dalam pembelajaran itu sehingga tidak ada umpan balik dan
siswa tidak memahami isi materi.
Setelah penulis melakukan refleksi maka pada siklus II, media Puzzle tetap
digunakan namun pada siklus II siswa dilibatkan dalam pembelajaran agar siswa
menjadi aktif hal tersebut membuat siswa mengalami peningkatan hasil belajar
yang maksimal karena 18 siswa (90%) tuntas sedangkan 2 siswa (10%) tidak
mengalami ketuntasan. Dengan demikian, proses perbaikan pembelajaran
dihentikan pada siklus II karena sudah dianggap hasil perbaikan tersebut sudah
memuaskan.
Hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar dari tiap siklus, yang
dimulai dari tahap Siklus 1, dan Siklus 2 yanng dapat dilihat dalam diagram
batang berikut:
37
Gambar 4.4 Diagram Batang Ketuntasan Pembelajaran Pra Siklus, Siklus 1
dan Siklus 2
BAB V
SIMPULAN, SARAN, DAN TINDAK LANJUT
38
A. Simpulan
Selama penelitian yang dilakukan selama 2 siklus pada pembelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan media Puzzle pada materi surat undangan kelas V
SD Swasta Dwikora Kecamatan Medan Helvetia, bahwasannya media puzzle
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika siswa dilibatkan dalam kegiatan
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
39
Yusuf, Muri. A. 2017. Asessmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Asnia,Nova. 2019. Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui media diorama pada
materi siklus air dikelas V SD Swasta Rahmat Islamiyah Kecamatan
Medan Helvetia. Medan: Universitas Terbuka.
Nurmeliya, Nella. 2018. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Make a
Match pada Materi Pesawat Sederhana dikelas V SD Negeri 056037
Perkebunan Gapuk, Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Medan :
Universitas Terbuka
40