Anda di halaman 1dari 40

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

MELALUI MEDIA PUZZLE PADA MATERI SURAT


UNDANGAN DI KELAS V SD SWASTA DWIKORA
KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA
MEDAN TAHUN PELAJARAN
2019/2020

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah :


Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)
PDGK 4501

Disusun Oleh :

NAMA : M. YUS EFENDI


EMAIL : achendy@gmail.com

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Mata pelajaran bahasa Indonesia membelajarkan siswa berbahasa dan
bersastra. Pembelajaran bahasa diberikan kepada siswa agar siswa dapat
menguasai keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa meliputi
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis.
Menulis merupakan suatu kegiatan berkomunikasi dalam bentuk kegiatan
menyampaikan pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Dalman 2014,).
Menulis adalah kegiatan menuangkan perasaan, gagasan, ide, atau pendapat
secara tertulis yang ditujukan untuk orang lain dengan memperhatikan kaidah
kebahasaaan secara tidak langsung. Menulis sebagai salah satu keterampilan
berbahasa perlu mendapat perhatian dalam pembelajaran di sekolah. Keterampilan
menulis termasuk menulis surat resmi akan memberikan jalan bagi siswa untuk
memecahkan masalah ketika terjun di lapangan atau masyarakat. Belajar menulis
surat dapat menghantarkan seseorang dalam menulis dan mengungkapkan sesuatu
dengan baik dan benar.
Pelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan pelajaran dan latihan
pokok kini kurang mendapatkan perhatian, baik dari para siswa maupun para
guru. Pelajaran mengarang sebagai salah satu aspek dalam pengajaran bahasa
Indonesia kurang ditangani secara sungguh-sungguh. Akibatnya, kemampuan,
kemampuan berbahasa Indonesia para siswa kurang memadai, terutama dalam
berbahasa untuk menulis surat undangan.
Salah satu meningkatkan keterampilan membuat Surat Undangan tersebut
dengan menggunakan media Puzzle. Puzzle secara bahasa indonesia diartikan
sebagai tebakan. Tebakan adalah sebuah masalah atau "enigma" yang diberikan
sebagai hiburan; yang biasanya ditulis, atau dilakukan. Banyak tebakan berakar
dari masalah matematika dan logistik serius . Lainnya, seperti masalah catur,

2
diambil dari permainan papan. Lainnya lagi dibuat hanya sebagai pengetesan atau
godaan otak.
Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir dan
bertindak imajinatif serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan
perkembangan kreatifitas anak.  Proses kemerdekaan anak akan memberi
kemampuan lebih pada anak untuk mengembangkan fikirannya mendapatkan
kesenangan dan kemenangan dari bentuk permainan tersebut. Ambisi untuk
memenangkan permainan tersebut akan memberikan nilai optimalisasi gerak dan
usaha anak, sehingga akan terjadi kompetisi yang fair dan beragam dari anak.
Pelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan menulis dan mengarang
adalah membuat surat undangan, dimana materi ini sangat bagus dalam melatih
bahasa anak dan tulisannya.
Namun hal tersebut tersebut tidak dapat dilihat di sekolah SD Swasta Dwikora
banyak siswa yang kurang terampil dalam menuliskan surat undangan dapat
dilihat dari kenyataannya bahwasannya dikelas V SDS Dwikora hanya 3 anak saja
(15%) dari 20 siswa yang memahami materi itu yang mampu mengenal bagian
dari surat undangan baik surat undangan resmi maupun surat undangan pribadi.
Hal ini disebabkan karena guru kurang terampil dan kurang inovasi dalam
menyampaikan materi surat undangan. Guru masih memakai gaya konvensional
dan tidak menggunakan media dalam pembelajaran. Sehingga banyak anak yang
merasa kurang antusias dan minat terhadap materi tersebut.
Oleh karena itu guru sangat dituntut untuk menggunakan media dalam
menyampaikan materi Surat Undangan dengan menggunakan salah satu media
yaitu media puzzle. Berdasarkan latar belakang masalah diatas , Penulis
melakukan penelitian di SD Swasta Dwikora dengan judul “ Meningkatkan Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Melalui Media Puzzle Pada Materi Surat Undangan Di
Kelas V SD Swasta Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan T.P
2019/2020”.

1. Identifikasi Masalah

3
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang terjadi
adalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran hanya terjadi satu arah saja karena siswa tidak memberikan
umpan balik kepada guru.
b. Guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran
c. Guru hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga tidak menarik
perhatian siswa sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran.
d. Rendahnya hasil belajar siswa sehingga siswa tidak mencapai nilai KKM (70)
yang diinginkan.

2. Analisis Masalah
Setelah mengidentifikasi masalahnya, penulis kemudian mengalisis
permasalahan yang terjadi. Permasalahan ini disebabkan oleh beberapa faktor
yang membuat pembelajaran tidak berjalan lancar yaitu :
a. Guru kurang berinovasi dalam menggunakan metode pembelajaran
b. Guru tidak menggunakan media yang tepat untuk memberikan materi Surat
Undangan.
c. Guru tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran
d. Guru membuat suasana yang membosankan

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Setelah melakukan diskusi dengan Supervisor dan teman sejawat untuk
mencari pemecahan masalah bersama, maka dapat diambil kesimpulan guru
sebaiknya menggunakan media dalam pembelajaran agar siswa menjadi tertarik
dan aktif dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan media puzzle sebagai
media dalam penyampaian materi Surat Undangan dikelas V SD Swasta Dwikora
Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan agar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.

B. RUMUSAN MASALAH

4
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah : “Apakah media Puzzle dapat digunakan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia pada materi Surat Undangan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V SD Swasta Dwikora Kecamatan Medan Helvetia ?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah media Puzzle dapat meningkat hasil belajar siswa
pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi Surat Undangan.
2. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan berbagai media
khsusunya media puzlle dalam pemberian materi pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian dan Perbaikan Pembelajaran


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi Siswa
Dengan diadakannya penelitian ini siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajarnya dan meningkatkan kreatifitasnya dalam pembelajaran.

2. Manfaat Bagi Guru


Guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam menyampaikan
materi sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan keprofesionalan dalam
melakukan aktivitasnya sebagai guru.

3. Manfaat Bagi Sekolah


Dengan adanya penelitian sekolah dapat lebih mendukung kreativitas guru
dalam pembelajaran sekolah dengan menyediakan perlengkapan yang
diperlukan sehingga guru yang mengajar disekolah tersebut menjadi guru
professional.

4. Manfaat Bagi Peneliti


Manfaatnya bagi Peneliti adalah melatih kemampuan peneliti dalam menulis
dan sebagai salah satu syarat untuk lulus dalam mata kuliah Pemantapan

5
Kemampuan Profesional (PKP) jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) di Universitas Terbuka Binjai.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
“Classroom Action Research (CAR)” merupakan istilah bahasa Inggris yang
merujuk pada “Penelitian Tindakan Kelas” atau lebih akrab disebut PTK.
Penelitian tindakan kelas menjadi perbincangan hangat oleh penyelenggara
pendidikan sejak lebih dari sepuluh tahun lalu dikenal dalam dunia pendidikan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan sebuah penelitian yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi secara sistematis
mengenai praktik keseharian yang kemudian menganalisisnya yang nantinya
dapat digunakan untuk membuat keputusan mengenai praktik yang seharusnya
dilakukan di periode berikutnya. (Kusnandar,2013:44).
Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencermati sebuah objek dengan
menggunakan cara serta aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data akurat
dan bermanfaat yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sebagai bentuk
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat bagi peneliti.
Tindakan merupakan gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, dalam hal ini merujuk pada penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan siswa proses pembelajaran di dalam kelas.
Kelas merupakan sebuah ruangan tempat guru mengajar dan sekelompok
siswa yang menerima pelajaran dari guru. Namun, dalam hal ini, pengertian kelas
tidak hanya terbatasi dengan sebuat tempat atau ruangan, tetapi lebih spesifik lagi
mengarah pada sekelompok siswa yang sedang melalui prose belajar.
Oleh karena itu, proses belajar dan mengajar bisa dilakukan di mana saja
seperti di ruang perpustakaan, di lapangan sekolah, di taman, dan lain-lain. Ciri

6
bahwa siswa sedang dalam proses belajar adalah keadaan otak berpikir aktif untuk
mencerna pengetahuan yang diberikan oleh pengajar.
Selanjutnya, bertolak dari tiga pengertian rangkaian kata di atas, bisa
diketahui bahwa pengertian "Penelitian Tindakan Kelas" merupakan kegiatan
pencermatan berupa sebuah tindakan terhadap kegiatan belajar siswa yang sengaja
dilakukan di dalam kelas secara bersamaan.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


PTK dipakai untuk mendeskripsikan penelitian yang merupakan perpaduan
antara pendekatan eksperimental dalam bidang ilmu sosial dengan program
tindakan untuk menanggapi masalah sosial.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunya karakteristik tersendiri jika
dibandingkan dengan penelitian-penelitian lainnya. PTK akan dapat dilaksanakan
jika pendidik sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait
dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas. Karakteristik
berikutnya dapat dilihat dari bentuk kegiatan penelitian itu sendiri.
Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya
tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
Tanpa tindakan tertentu suatu penelitian juga dapat dilakukan di dalam kelas, yang
kemudian sering disebut dengan penelitian kelas. Karakteristik utama dalam
penelitian tindakan kelas adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti
dengan anggota kelompok sasaran.
PTK harus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan
peningkatan secara positif. Oleh karena itu, dengan diadakan tindakan tertentu
harus membawa perubahan kearah perbaikan. Apabila dengan tindakan justru
membawa kelemahan, penurunan atau perubahan negatif, berarti hal tersebut
menyalahi karakter PTK.
Adapun beberapa karakter tersebut adalah:
1. PTK hanya dilakukan oleh guru yang memahami bahwa proses pembelajaran
perlu diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya untuk memberikan tindakan-tindakan
tertentu untuk membenahi masalah dalam proses pembelajaran dengan cara

7
melakukan kolaborasi. Menurut Usman (dalam Daryanto,2011:2) guru dengan
kompetensi tinggi merupakan seorang yang memiliki kemampuan dan keahlian
serta keterampilan dalam bidangnya. Sehingga ia dapat melakukan fungsi dan
tugasnya sebagai pengajar dan pendidik dengan maksimal.
2. Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang paling esensial.
Dan ini sekaligus sebagai pembeda PTK dengan penelitian lainnya yang
menggunakan responden dalam mengumpulkan data, sementara dalam PTK
pengumpulan data dilakukan dengan refleksi diri. (Tahir,2012:80)
3. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga interaksi antara
siswa dengan guru dapat terfokuskan secara maksimal. “Kelas” yang dimaksud di
sini bukan hanya ruang yang berupa gedung, melainkan “tempat” berlangsungnya
proses pembelajaran antara guru dan murid. (Suyadi,2012:6)

3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam
pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai
persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain:
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas
3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.

B. Konsep Dasar Peserta Didik


1. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik memiliki potensi yang berbeda, perbedaannya terletak pada
pola pikir, daya imajinasi, pengandaian dan hasil karyanya. Menurut pasal 1 ayat

8
4 UU RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Danim (2010:1), peserta didik dilegimitasi dalam bentuk produk
hokum kependidikan Indonesia, peserta didik itu menggantikan sebutan siswa,
murid atau pelajar.
Menurut Harlock (2011:23) peserta didik adalah makhluk individu yang
mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik diperngaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal.
Jadi dapatn diambil kesimpulan bahwa peserta didik adalah orang yang
belum dewasa dan merupakan individu yang memiliki potensi (kemampuan) dasar
yang masih memerlukan bimbingan dalam perkembangannya.

2. Karakteristik Peserta Didik


Piaget dalam Susanto (2015:77) menyatakan bahwa setiap tahapan
perkembangan kognitif pada anak, mempunyai karakteristik berbeda.secara garis
besar dikelompokkan menjadi empat tahap, yaitu: 1) Tahap sensori motor (usia
0-2 tahun), pada tahap ini anak belum memasuki usia sekolah; 2) Tahap
pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan kognitifnya masih
terbatas. Anak masih suka meniru perilaku orang lain (khususnya orang tua dan
guru) yang pernah ia lihat dan anak; 3) mulai mampu menggunakan kata-kata
yang benar dan mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif;
4) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini anak sudah mulai
memahami aspek-aspek komulatif materi, mempunyai kemampuan memahami
cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya,
selain itu anak sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan
peristiwa yang konkret; 5) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada
tahap ini anak sudah menginjak usia remaja, perkembangan kognitif peserta didik
pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengkordinasikan dua ragam
kemampuan kognitif secara simultan (serentak) maupun berurutan.

9
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik
peserta didik sekolah dasar yang umumnya berusia antara 7-12 tahun yaitu mulai
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan cara menyelidiki, mencoba, dan
bereksperimen mengenai suatu hal yang dianggap menarik bagi dirinya, serta
peserta didik sudah mampu memahami cara mengkombinasikan beberapa
golongan benda yang bervariasi tingkatannya, selain itu peserta didik sudah
mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa yang konkret.
Anak-anak usia sekolah dasar, memiliki karakteristik yang berbeda dengan
anak-anak yang usianya lebih muda. Mereka senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu
secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran
yang mengandung unsur permainan, mengusahakan peserta didik berpindah atau
bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan
untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

C. Hakikat Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia


1. Hakikat Bahasa Indonesia
Bahasa menurut beberapa ahli. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
edisi IV (2014:116), dituliskan bahwa 1)Bahasa merupakan sistem lambang bunyi
yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota satu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri; 2)Bahasa merupakan percakapan
(perkataan) yang baik, sopan santun.
Semua manusia, dari mana pun dia berasal tentu mempunyai bahasa. Begitu
mendasar berbahasa ini bagi manusia, sama halnya seperti bernafas yang begitu
mendasar dan perlu dalam hidup manusia.
Oleh karena itu didalam masyarakat bahasa digunakan untuk mengidentifikasi
diri, dan untuk berkomunikasi. Sebagai suatu sistem, bahasa terbentuk oleh suatu
aturan, kaidah, atau pola tertentu, baik dalam tata bunyi,kata ataupun kalimat. Jika
aturan atau kaidah itu dilanggar maka komunikasi dapat terganggu.
Untuk mempelajari hal tersebut secara dini, maka di pendidikan Sekolah
Dasar (SD) diberikan pembelajaran Bahasa Indonesia suatu perubah perilaku

10
yang relatif permanen dan merupakan hasil pelatihan berbahasa yang mendapat
penguatan. Belajar bahasa merupakan usaha yang panjang dan kompleks seluruh
jiwa raga yang terlibat ketika memplejari bahasa. Keterlibatan menyeluruh,
kepedulian yang terus-menerus, baik fisik, interktual, emosional, sangat
diperlukan untuk dapat mengusai bahasa. Kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia akan berhasil apabila guru menyesuaikan pembelajaran dengan
kemampuan siswa.

2. Fungsi Bahasa Indonesia


Fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai wahana komunikasi bagi manusia
baik lisan maupun tulisan. Adapun fungsi pembelajaran bahasa Indonesia seperti
dipaparkan sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan mempercepat
laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih
baik
2) Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, dengan
jalan mengurangi control guru yang kaku
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadao pengajaran, dengan jalan
perencanaan program pendidikan yang lebih sistematis.
4) Lebih memantapkan pengajaran dengan jalan meningkatkan kemampuan
manusia dengan berbagai media komunikasi
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku
baik secara lisan maupun tertulis
2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa Negara
3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.

11
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperkuat budi pekerti,serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.

3. Surat Undangan dan Bagian-bagiannya


Undangan berasal dari kata dasar “undang” dan akhiran “an”. Undang berarti
panggil. Mengundang berarti memanggil atau mempersilakan datang. Undangan
adalah kata benda yang berarti orang yang dipanggil atau dipersilakan datang
untuk hadir pada waktu, hari, tanggal, tempat yang sudah ditetapkan dalam
undangan.
Surat undangan merupakan suatu penghormatan kepada orang yang diundang.
Bentuk dan susunan surat undangan hendaknya disusun semenarik mungkin, jelas
isinya dan dikirimkan tepat waktu agar yang diundang dapat mempersiapkan
untuk memenuhi undangan tersebut.
Dengan demikian, surat undangan adalah surat pemberitahuan akan adanya suatu
acara/kegiatan pertemuan, upacara dengan harapan agar penerima undangan dapat
hadir pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan.
Surat undangan terbagi menjadi dua jenis yaitu surat undangan resmi dan
tidak resmi. Surat undangan tidak resmi diberikan pada teman sejawat dan orang
tua. Bagian dari surat undangan tidak resmi adalah pembuka , isi surat dan
penutup surat. Namun ada surat resmi yang mempunyai bagian sebagai berikut :
1. Kepala Surat
● nama badan usaha,
● alamat badan usaha,
● nomor telepon,
● nomor kotak pos,
● identitas lainnya,
● tanggal surat,
● nomor yang ditujukan/alamat dalam.

12
2. Isi Surat
● salam pembuka,
● alasan,
● hari dan tanggal,
● waktu,
● tempat,
● acara.
3. Penutup/Kaki Surat
● nama badan usaha,
● jabatan,
● nama jelas,
● nomor induk pegawai,
● tembusan. 

D. Teori Pembelajaran
1. Defenisi Belajar
Sejak manusia dilahikan banyak mengalami proses belajar. Itu berarti bahwa
aktivitas belajar itu sangat akrab dengan kehidupan manusia. Suprihati Ningrum
(2013) memberikan defenisi lebih luas. Belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku
tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman dan
interaksinya dengan lingkungan.
Belajar merupakan suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dala
interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai dan sikap. Interaksi
individu dan lingkungan inilah yang menyebabkan terjadinya serangkaian
pengalaman belajar.
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari proses belajar. Perubahan ini berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan
dan sikap yang biasanya meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal
ini juga dijelaskan oleh Bloom proses belajar,baik disekolah maupun diluar

13
sekolah menghasilkan tiga kemampuan yang disebut taksonomi Bloom, yaitu
kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan (Sunarto & Hartono, 2002).

2. Teori Belajar
Berdasarkan teori yang mendasarinya yaitu teori psikologi dan teori belajar
maka teori pembelajaran ini dibedakan ke dalam lima kelompok, yaitu:
1) Teori Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku Teori pembelajaran ini
menganjurkan guru menerapkan prinsip penguatan (reinforcement) untuk
mengidentifikasi aspek situasi pendidikan yang penting dan mengatur kondisi
sedemikian rupa yang memungkinkan peserta didik dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran. Pengenalan karakteristik peserta didik dan
karakteristik situasi belajar perlu dilakukan untuk mengetahui setiap kemajuan
belajar yang diperoleh peserta didik.
2) Teori Pembelajaran Konstruk Kognitif Menurut teori ini prinsip pembelajaran
harus memperhatikan perubahan kondisi internal peserta didik yang terjadi
selama pengalaman belajar diberikan di kelas. Pengalaman belajar yang
diberikan oleh peserta didik harus bersifat penemuan yang memungkinkan
peserta didik dapat memperoleh informasi dan ketrampilan baru dari pelajaran
sebelumnya.
3) Teori Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Belajar Menurut teori ini,
untuk belajar peserta didik harus mempunyai perhatian responsif terhadap
materi yang akan dipelajari dan semua proses belajar memerlukan waktu.
Setiap peserta didik yang sedang belajar selalu terdapat suatu alat pengatur
internal yang dapat mengontrol motivasi. Pengetahuan tentang hasil yang
diperoleh di dalam proses belajar merupakan faktor penting sebagai
pengontrol.
4) Teori Pembelajaran Berdasarkan Analisis Tugas Hasil penerapan teori
pembelajaran terkadang tidak selalu memuaskan. Oleh karena itu, sangat
penting untuk mengadakan analisis tugas secara sistematis mengenai
tugastugas pengalaman belajar yanng akan diberikan kepada peserta didik,

14
yang kemudian disusun secara hierarkis dan diurutkan sedemikian rupa
sehingga tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
5) Teori Pembelajaran Berdasarkan Psikologi Humanistis Prinsip yang harus
diterapkan adalah bahwa guru harus memperhatikan pengalaman emosional
dan karakteristik khusus peserta didik seperti aktualisasi diri peserta didik.
Inisiatif peserta didik harus dimunculkan, dengan kata lain peserta didik harus
selalu dilibatkan dalam proses pembelajaran.

3. Manfaat Belajar
Santrock dan Yussen (Sugihartono, 2007) mendefinisikan belajar sebagai
perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.
Adapun manfaat dari belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011) antara
lain: a. Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi
adanya suatu perubahan dalam dirinya. b. Perubahan dalam belajar bersifat
fungsional Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus
dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. c.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan itu selalu bertambah
dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian, makin banyak usaha belajar yang dilakukan, makin banyak dan makin
baik perubahan yang diperoleh. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat menetap. e.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Berarti perubahan tingkah laku
terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan tingkah laku ini
benar-benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Jika
seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah
laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya.

15
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat belajar adalah
dapat membuat perubahan pada tingkah laku agar anak atau peserta didik siap
untuk terjun dan melaksanakan fungsinya sebagai masyarakat.

4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan prestasi yang telah dicapai siswa menyelesaikan
sejumlah materi pelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang ideal
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa (Muhibbin Syah;2013).
Adapun prestasi merupakan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas
belajar yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran disekolah, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, artinya bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto;2003).

E. Media Puzzle dalam Pembelajaran


1. Pengertian Media Puzzle
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong
upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses
belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat
disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat- alat
tersebut sesuai dengan perkembangan dan tututan zaman. Guru sekurang-
kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun
sederhana dan bersahaja, tetapi menjadi kewajiban dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Salah satu media pembelajaran itu adalah Puzzle, Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2003),  puzzle  adalah “teka-teki”. Menurut Depdiknas (2003)
Puzzle merupakan salah satu jenis media yang digunakan dalam permainan.
Permainan ini berupa kegiatan bongkar dan menyusun kembali kepingan puzzle
menjadi bentu utuh.

16
Puzzle merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan
anak dalam merangkainya. Puzzle merupakan kepingan tipis yang terdiri dari 2-3
bahkan 4-6 potongyang terbuat dari kayu atau lempeng karton. Dengan terbiasa
bermain puzzle, lambat laun mental  anak  juga  akan  terbiasa  untuk  bersikap
tenang,  tekun,  dan  sabar  dalam menyelesaikan sesuatu..

2. Jenis-jenis Puzzle.
Ada beberapa jenis puzzle antara lain:
6) Logic Puzzle
Logic Puzzle adalah puzzle yang menggunakan logika. Gambar berikut adalah
contoh dari logic puzzle berupa grid puzzle.
7) Jigsaw Puzzle
Jigsaw  Puzzle  adalah  puzzle  yang  merupakan  kepingan-kepingan. Disebut
dengan Jigsaw puzzle karena alat untuk memotong menjadi keping disebut
dengan jigsaw.
8) Mechanical Puzzle
Mechanical Puzzle adalah puzzle yang kepingnya saling berhubungan. Contoh
puzzle pada mechanical puzzle adalah Soma CubedanChinese wood knots.
9) Combination Puzzle
Combination puzzle adalah puzzle yang dapat diselesaikan melalui beberapa
kombinasi yang berbeda. Rubik's Cube dan Hanoi Toweradalah contoh
Combination Puzzle.

3. Kelebihan dan Kelemahan Media Puzzle


Manfaat Media Puzzle dalam Pembelajaran.Dunia anak adalah dunia bemain
dan belajar. Anak-anak akan lebih mudah menangkap ilmu kalau diberikan lewat
permainan, jadi anak-anak bisa sekaligus bermain tetap belajar. Dalam dunia
anak-anak terdapat berbagai jenis permainan, salah satu jenis permainan yang
bermanfaat bagi anak dan bersifat edukatif adalah puzzle. Puzzle merupakan
permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam
merangkainya.

17
Dengan terbiasa bermain puzzle, lambat laun mental anak juga akan terbiasa
untuk bersikap tenang, tekun, dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Kepuasan
yang didapat saat ia menyelesaikan puzzle pun merupakan salah satu pembangkit
motifasi untuk mencoba hal-hal yang baru baginya.
Puzzle sudah bisa dimainkan oleh anak berusia 10 bulan, tentunya dengan
kepingan gambar (puzzle) yang sedikit dan tingkat kesulitannya lebih mudah.
Untuk awal, kenalkan anak anda dengan puzzle sederhana yang terdiri dari sebuah
keping saja, misalnya gambar ikan. Jadi si kecil hanya memasukkan satu buah
kepingan gambar tersebut kedalam lubangnya. Makin tinggi usia anak, biasanya
tingkat kesulitan lebih rumit. Dari yang hanya satu kepingan gambar, kemudian
menjadi sebuah gambar yang dipotong menjadi 2, 3, 4 dan seterusnya. Semakin
banyak gambar dan kepingan gambarnya, semakin tinggi tingkat kesulitannya.
Berikut ini adalah pembahasan manfaat puzzle sebagai media bermain yang
disimpulkan :
1) Meningkatkan keterampilan kognitif Keterampilan  kognitif  berhubungan 
dengan  kemampuan  untuk  belajar  dan memecahkan masalah. Melalui
puzzle, anak-anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun
gambar menjadi utuh.
2) Meningkatkan keterampilan motorik halus dapat melatih koordinasi tangan
dan mata untuk mencocokkan kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya
menjadi satu gambar. Keterampilan motorik halus berhubungan dengan
kemampuan anak menggunakan otot-otot kecilnya khususnya jari-jari
tangannya. Untuk itu anak usia di bawah tiga tahun (balita)  
direkomendasikan  untuk  diberikan   permainan  puzzle  untuk  mengasah
kemampuan motorik halusnya.
3) Melatih kemampuan nalar dan daya ingat dan konsentrasi
Puzzle yang berbentuk manusia akan melatih nalar anak-anak. Melalui puzzle
ini mereka akan menyimpulkan di mana letak tangan, kaki, dan lain-lain
sesuai dengan logika. Saat bermain puzzle, anak akan melatih sel-sel otaknya
untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan berkonsentrasi untuk
menyelesaikan potongan-potongan kepingan gambar tersebut.

18
4) Melatih kesabaran Puzzle dapat melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan
sesuatu dan berfikir dahulu sebelum bertindak. Dengan bermain puzzle anak
bisa belajar melatih kesabarannya dalam menyelesaikan suatu tantangan.
5) Pengetahuan melalui puzzle akan membuat anak belajar banyak hal. Mulai
dari warna, bentuk, jenis hewan, buah-buahan, sayuran dan lainnya.
6) Meningkatkan keterampilan sosial. Puzzle dapat dimainkan lebih dari satu
orang dan jika puzzle dimainkan secara berkelompok tentunya butuh diskusi
untuk merancang kepingan-kepingan gambar dari puzzle tersebut, maka hal
ini akan meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok, anak akan
saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi untuk menyelesaikan
masalah. Anak yang lebih besar akan merasa senang jika dapat membantu
anak yang lebih kecil, sehingga akan tercipta suasana yang nyaman dan
terciptanya interaksi ketika bermain.
Selain memiliki banyak kelebihan puzzle juga merupakan media biasa yang
memiliki kekurangan. Adapun kekurangan-kekurangan puzzle adalah sebagai
berikut:
1) Anak hanya asyik bermain saja, hingga seringkali melupakan tugas lain yang
seharusnya dilakukan
2) Terkadang presentase puzzle yang hilang karena berbaur dengan puzzle yang
lain .
3) Biasanya anak masih bingung dalam menyelesaikan puzzle keping karena
mereka harus beurusaha memutar-memutar kepingan–kepingan puzzle agar
dapat tersusun dan membentuk gambar yang benar.

19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek Penelitian, Waktu Penelitian dan Pihak Yang Membantu


1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah anak kelas V SD Swasta Dwikora yang
berjumlah 20 orang yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 orang siswa
perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2019/2020.

2. Tempat dan Waktu Penelitian


Adapun Tempat penelitian ini adalah di SD Swasta Dwikora Kecamatan
Medan Helvetia Kota Medan yang beralamatkan di Jalan Bakti Luhur No.166
Medan dan waktu penelitian ini dilaksanakan lebih kurang satu (1) bulan yaitu
tanggal 17 Oktober 2019 sampai 02 November 2019. Waktu yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah dua siklus.

Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Mata
NO Hari/Tanggal Waktu Siklus
Pelajaran

20
Rabu
Bahasa
1 23 Oktober 2019 08.00-10.00 Siklus 1
Indonesia

Rabu Bahasa
3 08.00-10.00 Siklus 2
30 Oktober 2019 Indonesia

3. Pihak Yang Membantu


Adapun pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan laporan Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP) ini adalah :
1. Bapak Subur M.Pd, selaku Ketua Kelompok Belajar (Pokjar) Binjai atas
bantuan dan saran-sarannya didalam menyusun PKP.
2. Bapak Drs.Ujian Lumban Gaol, M.Pd, Selaku Pembimbing Mata Kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) sekaligus sebagai Supervisor 1
atas arahan, bimbingan, support dan saran yang diberikan kepada penulis
hingga selesainya tugas PKP.
3. Bapak H.B.Suhartoto, S.Pd, MM, selaku Supervisor 2 atas saran, bimbingan
dan masukan kepada penulis didalam setiap tahap perbaikan pembelajaran.
4. Ibu Umi Salamah, Selaku Kepala Sekolah SD Swasta Dwikora yang telah sudi
membantu penulis dalam hal menyelesaikan PKP hingga selesai.
5. Kedua orang tua penulis, (Alm) Abah dan Emak yang berkat kedua jasanya
yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.
6. Amirah Shakela Rahman, Abqory Arkano Rahman dan Hafizah Dini Lubis,
S.Pd, selaku Anak dan Istri penulis yang sangat mendukung Ayah dan
suaminya dalam menyelesaikan tugas kuliahnya.

21
7. Seluruh Guru SD dan siswa kelas V SD Swasta Dwikora Kecamatan Medan
Helvetia Kota Medan yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu namanya
atas support dan bantuannya demi lancarnya penyusunan tugas PKP.
8. Seluruh teman Kelas A Pokjar Binjai yang tidak bisa penulis ucapkan satu
persatu namanya atas masukan dan bantuannya sehingga selesainya tugas
PKP.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dalam dua siklus
dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan materi surat undangan. Adapun
tahap dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode Arikunto (2017)
dengan urutan kegiatan sebagai berikut :1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3.
Pengamatan, 4. Refleksi.

Gambar 3.1.
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Arikunto : 2010)

1) Langkah – langkah PTK

22
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dengan menggunakan 2 siklus.
a. Perbaikan Pembelajaran Pra Siklus
1. Perencanaan
Penulis melakukan langkah-langkah sebagai sebagai berikut :
- Menyusun Rencana pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
- Menentukan Indikator Pembelajaran
- Mempersiapkan langkah-langkah pembelajaran
- Mempersiapkan materi pembelajaran

2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran penulis melakukan langkah-langkah
tindakan sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
● Mengisi daftar kelas, berdo ‘a, mempersiapkan materi ajar dan alat peraga
● Untuk membangkitkan motivasi belajar, mengajukan pertanyaaa kepada
siswa : apakah pernah menerima atau membuat surat undangan ?
● Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
 Kegiatan Inti
Eksplorasi
● Memahami bagian-bagian surat undangan resmi.
Elaborasi
● Melengkapi surat undangan dengan tepat.
Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

● Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa


● Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
2. Kegiatan Akhir

23
● Menulis surat undangan (ulang tahun, acara keagamaan, kegiatan sekolah,
kenaikan sekolah dll) dengan kalimat efektif dan memperhatikan penggunaan
ejaan
● Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar
● Siswa dan guru menutup pelajaran dengan bersyukur

3. Observasi
Setelah mengobservasi siswa selama pembelajaran dikelas dengan
menggunakan pedoman observasi, peneliti mengamati gaya belajar peserta didik
yang masih kurang bersemangat dalam pembelajaran dan mereka merasa bosan
dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam kelas dan banyak
siswa yang terlihat mengantuk.

4. Refleksi
Setelah melakukan observasi kemudian peneliti melakukan refleksi untuk
dapat meningkatkan minat siswa dan keaktifan siswa dalam belajar. Sehingga
pada perbaikan perbaikan pembelajaran pra siklus ini hanya 3 siswa saja (15%)
dari 20 siswa yang mendapatkan nilai sesuai KKM (70), sedangkan 17 siswa lagi
(85%) hanya mendapat nilai dibawah KKM (70).
Setelah melakukan diskusi dengan teman sejawat peneliti mengetahui
kekurangan dalam menyampaikan pembelajaran yaitu guru tidak menggunakan
media pembelajaran sehingga siswa tidak bersemangat dalam pembelajaran.

b. Perbaikan Pembelajaran Siklus 1


1. Perencanaan
Penulis melakukan langkah-langkah sebagai sebagai berikut :
- Menyusun Rencana pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
- Menentukan Indikator Pembelajaran
- Mempersiapkan langkah-langkah pembelajaran
- Mempersiapkan materi pembelajaran

24
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran penulis melakukan langkah-langkah
tindakan sebagai berikut :
a) Kegiatan Awal
● Mengisi daftar kelas, berdo ‘a, mempersiapkan materi ajar dan alat peraga
● Untuk membangkitkan motivasi belajar, mengajukan pertanyaaa kepada
siswa : apakah pernah menerima atau membuat surat undangan ?
● Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

b) Kegiatan Inti
Eksplorasi
● Guru menjelaskan bagian-bagian surat undangan resmi dengan
menggunakan puzzle
● Guru meminta siswa untuk membaca buku yang berkenaan dengan materi
surat undangan
Elaborasi
● Guru meminta siswa melengkapi surat undangan dengan tepat dibuku
latihan
● Guru memeriksa pekerjaan siswa
Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

● Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa


● Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
c) Kegiatan Akhir
● Menulis surat undangan (ulang tahun, acara keagamaan, kegiatan sekolah,
kenaikan sekolah dll) dengan kalimat efektif dan memperhatikan
penggunaan ejaan
● Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar
● Siswa dan guru menutup pelajaran dengan bersyukur

25
● Observasi
Setelah mengobservasi siswa selama pembelajaran dikelas dengan
menggunakan pedoman observasi, peneliti mengamati gaya belajar peserta didik
yang masih kurang bersemangat dalam pembelajaran sehingga pembelajaran
menjadi tidak aktif dan materi tidak tersampaikan.

● Refleksi
Setelah melakukan observasi kemudian peneliti melakukan refleksi untuk
dapat meningkatkan minat siswa dan keaktifan siswa dalam belajar. Sehingga
pada perbaikan siklus I ini hanya 10 siswa saja (50%) dari 20 siswa yang
mendapatkan nilai sesuai KKM (70), sedangkan 10 siswa lagi (50%) hanya
mendapat nilai dibawah KKM (70).

Setelah melakukan diskusi dengan teman sejawat peneliti mengetahui


kekurangan dalam menyampaikan pembelajaran yaitu guru kurang melibatkan
siswa dalam pembelajaran. Siswa sebagai pengamat saja bukan pelaku. Peneliti
tetap menggunakan media puzzle pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
pada materi surat undangan, namun pada Siklus 2, siswa dilibatkan dalam
kegiatan penggunaan media puzzle surat undangan tersebut.

b. Perbaikan Pembelajaran Siklus II


1. Perencanaan
a. Perencanaan
Penulis masih melakukan langkah-langkah sebagai sebagai berikut :
- Menyusun Rencana pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
- Menentukan Indikator Pembelajaran
- Mempersiapkan langkah-langkah pembelajaran
- Mempersiapkan materi pembelajaran

2. Pelaksanaan

26
a) Kegiatan Awal
● Mengisi daftar kelas, berdo ‘a, mempersiapkan materi ajar dan alat peraga
● Untuk membangkitkan motivasi belajar, mengajukan pertanyaaa kepada
siswa : apakah pernah menerima atau membuat surat undangan ?
● Guru menunjukkan contoh surat undangan resmi dan tidak resmi
● Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b) Kegiatan Inti
Eksplorasi
● Guru menjelaskan mengenai surat undangan agar siswa memahami
bagian-bagian surat undangan resmi.
● Guru menyuruh salah seorang siswa kedepan untuk bersama guru
melengkapi bagian surat undangan
Elaborasi
● Guru membagi siswa dalam kelompok dan menyuruh setiap kelompok
untuk membuat kembali puzzle surat undangan resmi
● Guru memeriksa pekerjaan setiap kelompok dalam melengkapi surat
undangan dengan tepat menggunakan media puzlle.
Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

● Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa


● Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
c) Kegiatan Akhir
● Menulis surat undangan (ulang tahun, acara keagamaan, kegiatan sekolah,
kenaikan sekolah dll) dengan kalimat efektif dan memperhatikan
penggunaan ejaan
● Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar
● Siswa dan guru menutup pelajaran dengan bersyukur

3. Observasi

27
Setelah mengobservasi siswa selama pembelajaran dikelas dengan
menggunakan pedoman observasi yang dilakukan, peneliti mengamati gaya
belajar peserta didik yang sudah paham dengan materi dan mereka senang
melakukan kegiatan membuat puzzle surat udangan tersebut. Mereka belajar
dengan antuasias dan semangat sehingga berdampak pada nilai siswa menjadi
meningkat dan mencapai KKM. Disiklus II ini nilai siswa hampir seluruhnya
mencapai KKM (70), dari 20 siswa 18 siswa (90%) mencapai nilai KKM dan 2
siswa (10%) lagi hampir mencapai nilai KKM. Antusias dan semangat anak-anak
dikarenakan guru sudah melibatkan siswa dan hal tersebut mengakibatkan umpan
balik sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

4. Refleksi
Setelah melakukan observasi kemudian peneliti melakukan refleksi dan
mengambil keputusan tidak akan melanjutkan ke siklus 3 karena pada siklus 2
siswa sudah mencapai ketuntasan dalam belajar dan sudah dicapai 18 siswa (90%)
yang tuntas dan hanya 2 siswa saja yang tidak mencapai KKM.

C. Teknik Analisis Data


1. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data kualitatif diambil melalui dokumentasi dan
observasi, sedangkan pengumpulan data kuantitatif diambil melalui tes. Adapun
penjelasan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Dokumentasi, dilakukan dengan mengobservasi dari dokumentasi nilai siswa
dan lembar LKS
b. Tes dilaksanakan untuk mengetahui kognitif siswa dan dilaksanakan setelah
mempelajari suatu materi. Tes dapat dilakukan dengan lisan maupun tulisan
pada saat proses pembelajaran

2. Analisis Data

28
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan siswa setelah proses pembelajaran
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tertulis pada setiap akhir
putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu :
a. Menilai tes formatif
Dengan menjumlahkan nilai siswa dan kemudian membaginya dengan jumlah
siswa yang ada dikelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rata-rata Nilai Siswa :
Rata = ∑x
∑n

Keterangan ∑ x = Jumlah Nilai Siswa


∑ n = Jumlah Siswa
A.
I.   Skor Maksimal   5 X 1 =   5
II. Skor Maksimal    5 X 3 = 15

Skor  Maksimal perolehan siswa  = I  + II  ( 5 + 15 = 20 )


Nilai perolehan siswa                   = 20   = 10
           2

b)   Ketuntasan belajar


Ketuntasan belajar berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Siswa dinyatakan tuntas belajar bila telah mencapai hasil/ nilai sesuai
KKM 70 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dinyatakan tuntas belajar bila
dikelas tersebut telah mencapai 75% dari KKM. Untuk menghitung prosentase
ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut  :

Ketentuan Klasikal = Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar x 100 %


Jumlah Siswa

Tabel 3.2

29
Kriteria Keberasilan Siswa dalam Persentase (%)
Tingkat Keberhasilan (%) Arti
≥ 80 % Sangat tinggi
60 – 79 % Tinggi
40 – 59 % Sedang
20 – 39 % Rendah
≤ 20 % Sangat Rendah

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Perbaikan Pembelajaran


1. Deskripsi Pembelajaran Pra Siklus
Dari penelitian di Kelas V SD Swasta Dwikora didapat hasil pembelajaran
pra siklus pada materi Surat Undangan diperoleh hasil belajar siswa pada tabel
berikut:
Tabel 4.1
Daftar Nilai Pra Siklus
Kriteria Ketuntasan
Minimal (70)
No Nama Siswa Nilai
Tidak
Tuntas
Tuntas

30
1 Aditya Ardana 30 √
2 Aldiansyah 35 √
3 Aprilia Siti Zahra 95 √
4 Ariyanti Safira 100 √
5 Arya Dita 35 √
6 Azkhayra Nafisah Putri 100 √
7 Bunga Anjani 40 √
8 Carissa Az-zahra 30 √
9 Fajar Andika Prastyo 30 √
10 Farah Nurliza 40 √
11 Habib Albadar 45 √
12 Keysa Wardina 45 √
13 Khalishah Salsabila Azriel 40 √
14 Kidung Asmaraloka 45 √
15 M. Zidane 20 √
16 M. Arfan Maulana 25 √
17 Muhammad Farel 20 √
18 Muhammad Rafli 25 √
19 Naufal Mahdi 50 √
20 Safa Adelia Putri 35 √
Jumlah 930 3 17
Rata-rata 48
Tuntas (%) 15%
Tidak Tuntas (%) 85%

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwasannya hasil belajar siswa masih
rendah, karena hanya 3 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari 20 siswa
yang ada didalam kelas. Disini sudah ada peningkatan namun belum maksmimal
karena hanya separuh siswa saja yang tuntas belum seluruh atau hampir seluruh

31
siswa. Dari tabel tersebut dapat dilihat juga dalam bentuk diagram lingkaran
sebagai berikut :
Gambar 4.1 Diagram Persentase Katuntasan Belajar Pra Siklus

2. Deskripsi Pembelajaran Siklus 1


Dari penelitian di Kelas V SD Swasta Dwikora didapat hasil pembelajaran
Siklus I pada materi Surat Undangan dengan menggunakan media Puzzle
diperoleh hasil belajar siswa pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Daftar Nilai Siklus 1
Kriteria Ketuntasan
Minimal (70)
No Nama Siswa Nilai
Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Aditya Ardana 40 √
2 Aldiansyah 50 √
3 Aprilia Siti Zahra 85 √
4 Ariyanti Safira 100 √

32
5 Arya Dita 35 √
6 Azkhayra Nafisah Putri 100 √
7 Bunga Anjani 95 √
8 Carissa Az-zahra 45 √
9 Fajar Andika Prastyo 40 √
10 Farah Nurliza 100 √
11 Habib Albadar 50 √
12 Keysa Wardina 80 √
13 Khalishah Salsabila Azriel 100 √
14 Kidung Asmaraloka 95 √
15 M. Zidane 45 √
16 M. Arfan Maulana 60 √
17 Muhammad Farel 50 √
18 Muhammad Rafli 50
19 Naufal Mahdi 70 √ √
20 Safa Adelia Putri 70 √
Jumlah 1.360 10 10
Rata-rata 68
Tuntas (%) 50%
Tidak Tuntas (%) 50%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwasannya hasil belajar siswa masih
rendah, karena hanya 10 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari 20 siswa
yang ada didalam kelas. Disini sudah ada peningkatan namun belum maksimal
karena hanya separuh siswa saja yang tuntas belum seluruh atau hampir seluruh
siswa. Dari tabel tersebut dapat dilihat juga dalam bentuk diagram lingkaran
sebagai berikut :
Gambar 4.2 Diagram Persentase Katuntasan Belajar Siklus 1

33
3. Deskripsi Hasil Pembelajaran Siklus II
Dari penelitian dikelas SD Swasta Dwikora Kecamatan Medan Helvetia, hasil
pembelajaran Bahasa Indonesia materi surat undangan diperoleh hasil
pembelajaran siswa sebagai berikut :

Tabel 4.3
Daftar Nilai Siklus 2
Kriteria Ketuntasan
No Nama Siswa Nilai
Minimal (70)

34
Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Aditya Ardana 80 √
2 Aldiansyah 70 √
3 Aprilia Siti Zahra 85 √
4 Ariyanti Safira 100 √
5 Arya Dita 40 √
6 Azkhayra Nafisah Putri 100 √
7 Bunga Anjani 95 √
8 Carissa Az-zahra 85 √
9 Fajar Andika Prastyo 65 √
10 Farah Nurliza 100 √
11 Habib Albadar 80 √
12 Keysa Wardina 85 √
13 Khalishah Salsabila Azriel 100 √
14 Kidung Asmaraloka 95 √
15 M. Zidane 75 √
16 M. Arfan Maulana 65 √
17 Muhammad Farel 65 √
18 Muhammad Rafli 80 √
19 Naufal Mahdi 90 √
20 Safa Adelia Putri 95 √
Jumlah 1.620 18 2
Rata-rata 81
Tuntas (%) 90%
Tidak Tuntas (%) 10%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwasannya hasil belajar sudah mengalami
ketuntasan. Dari 20 siswa 18 siswa sudah mencapai nilai KKM dan hanya 2 saja
yang tidak tuntas. Dari tabel tersebut dapat dilihat juga dalam bentuk diagram
lingkaran sebagai berikut :

35
Gambar 4.3 Diagram Persentase Katuntasan Belajar Siklus 2

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Media pembelajaran adalah saluran yang digunakan guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa agar materi tersebut dapat
dikuasai oleh siswa dengan cepat dan tepat (Asep Herry Hermawan,dkk:2018).
Salah satu media yang dipakai adalah media Puzzle, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2003),  puzzle  adalah “teka-teki”. Menurut Depdiknas (2003)
Puzzle merupakan salah satu jenis media yang digunakan dalam permainan.
Permainan ini berupa kegiatan bongkar dan menyusun kembali kepingan puzzle
menjadi bentuk utuh.

Dengan menggunakan media puzzle pada pembelajaran bahasa Indonesia


materi surat undangan pada tahap siklus I hanya 10 siswa (50%) yang mencapai
ketuntasan belajar yang diharapkan yaitu KKM 70, dari 20 siswa yang ada
didalam kelas. Disini sudah ada peningkatan namun belum maksmimal karena

36
hanya separuh siswa saja yang tuntas belum seluruh atau hampir seluruh siswa
dikarenakan guru hanya menggunakan media pembelajaran namun tidak
melibatkan siswa dalam pembelajaran itu sehingga tidak ada umpan balik dan
siswa tidak memahami isi materi.
Setelah penulis melakukan refleksi maka pada siklus II, media Puzzle tetap
digunakan namun pada siklus II siswa dilibatkan dalam pembelajaran agar siswa
menjadi aktif hal tersebut membuat siswa mengalami peningkatan hasil belajar
yang maksimal karena 18 siswa (90%) tuntas sedangkan 2 siswa (10%) tidak
mengalami ketuntasan. Dengan demikian, proses perbaikan pembelajaran
dihentikan pada siklus II karena sudah dianggap hasil perbaikan tersebut sudah
memuaskan.

C. Perbandingan Hasil Penelitian Seluruh Siklus


Setelah dilakukan penelitian dan pengamatan dapat dijelaskan bahwasanya
Media Puzzle dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi surat undangan.
Pada tahap siklus I hanya 10 siswa (50%) yang mencapai ketuntasan belajar yang
diharapkan yaitu KKM 70, dari 20 siswa yang ada didalam kelas. Siklus II siswa
dilibatkan dalam pembelajaran agar siswa menjadi aktif hal tersebut membuat
siswa mengalami peningkatan hasil belajar yang maksimal karena 18 siswa (90%)
tuntas sedangkan 2 siswa (10%) tidak mengalami ketuntasan.

Hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar dari tiap siklus, yang
dimulai dari tahap Siklus 1, dan Siklus 2 yanng dapat dilihat dalam diagram
batang berikut:

37
Gambar 4.4 Diagram Batang Ketuntasan Pembelajaran Pra Siklus, Siklus 1
dan Siklus 2

BAB V
SIMPULAN, SARAN, DAN TINDAK LANJUT

38
A. Simpulan
Selama penelitian yang dilakukan selama 2 siklus pada pembelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan media Puzzle pada materi surat undangan kelas V
SD Swasta Dwikora Kecamatan Medan Helvetia, bahwasannya media puzzle
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika siswa dilibatkan dalam kegiatan
pembelajaran.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini ada beberapa saran yang
dapat dipertimbangkan yaitu sebagai berikut :
1. Guru sebaiknya memantapkan lagi keahliannya dalam melaksanakan media
pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak merasa bosan
2. Kepala Sekolah hendaknya ikut serta dalam menyemangati guru-guru untuk
menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran.
3. Sekolah hendaknya ikut serta juga dalam memberikan semangat dan dorongan
kepada guru dengan menyediakan fasilitas yang lengkap dalam proses
pembelajaran.
4. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan dalam pendidikan siswa dengan memantau perkembangan
belajar mereka dirumah.

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Andi, M. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Ponorogo : Uwais Inspirasi


Indonesia.

39
Yusuf, Muri. A. 2017. Asessmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Asnia,Nova. 2019. Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui media diorama pada
materi siklus air dikelas V SD Swasta Rahmat Islamiyah Kecamatan
Medan Helvetia. Medan: Universitas Terbuka.

Nurmeliya, Nella. 2018. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Make a
Match pada Materi Pesawat Sederhana dikelas V SD Negeri 056037
Perkebunan Gapuk, Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Medan :
Universitas Terbuka

Sanjaya, H.Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Kencana

Agustina,Nora. 2018. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : Deepublish

Dewi, Qanita. 2014. Surat menyurat tekhnik lengkap. Jakarta : ABI

Yaumi, Muhammad. 2018. Media dan Tekhnologi Pembelajaran. Jakarta :


Prenamedia Gruop

Syamsiah,Nur. 2016. Pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas Tinggi. Jawa Timur


:CV AE Media Grafika

Yanti,Gusti,Prima,dkk. 2016. Bahasa Indonesia Konsep Dasar dan Penerapan.


Jakarta : Kompas Gramedia

Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam


Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta : Deepublish.

Tim-FKIP UT . 2018. Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan :


Universitas Terbuka

Sanjaya, H.Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Kencana

Wibowo, T.Gunawan.2016. Menjadi Guru Kreatif. Bekasi : Media Maxima

Agustina,Nora. 2018. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : Deepublish

Anwar,Muhammad. 2018. Menjadi Guru Profesional. Jakarta : Kencana

40

Anda mungkin juga menyukai