Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I
PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini dan
sekaligus masa depan. Hal ini berarti setiap proses pendidikan yang dilakukan pada
saat ini bukan semata-mata untuk hari ini saja tetapi harus berkelanjutan untuk hari-
hari berikutnya. Untuk itu dibutuhkan suatu inovasi dalam sistem pendidikan
nasional kita, agar nantinya dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas
pengetahuannya tetapi juga memiliki keterampilan dan sikap yang baik demi
keberlanjutan masa depan bangsa.
Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang tujuan pendidikan nasional bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Belajar adalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada poses belajar yang
dialami oleh siswa. (Muhibbin, 2011)
Terkait dengan upaya peningkatan kualitas belajar tersebut, salah satu tawaran
yang harus dikembangkan oleh guru adalah bagimana guru bisa menggunakan media
sebagai bahan integral dalam proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Dengan
kata lain, seorang guru harus bisa memanfaatkan benda di sekitar sebagai media
dalam kegiatan belajar mengajar meskipun program sekolah sudah terencana dengan
baik. Selama ini satu-satunya media yang dominan digunakan guru adalah buku
paket. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah
dengan sedikit tanya jawab. Metode pembelajaran yang seperti itu cenderung
monoton dan membosankan yang akan berpengaruh pada melemahnya antusiasme

1
2

siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini akhirnya berdampak pada hasil belajar
siswa yang rendah.lmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu substansi mata
pelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran IPA di
kelas dipandang sebagai proses aktif, dan sangat dipengaruhi oleh apa yang
sebenarnya ingin dipelajari anak, hasil belajar bukan semata-mata bergantung pada
apa yang disajikan guru, melainkan interaksi antara berbagai informasi yang dimintai
kepada anak dan bagaimana anak mengolah informasi berdasarkan pemahaman yang
dimilki sebelumnya. (Usman, 2006)
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena hasil belajar dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui
seberapa jauh perubahan pada diri siswa setelah menerima pengalaman belajarnya
yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Nilai KKM pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, telah diterapkan oleh
sekolah yaitu 75,00.
Melihat kondisi lapangan di kelas IV pada SDN NO. 196/VI Tanah Abang I,
yakni melalui pengamatan langsung oleh penulis terlihat kurang terlibatnya siswa
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.Hal ini mengakibatkan hasil belajar
yang rendah yaitu dengan nilai rata-rata hanya sebesar 69. Dari 20 siswa kelas IV
hanya 8 orang (40 %) yang tuntas belajar (Mencapai KKM), sedangkan siswa yang
tidak tuntas belajar (dibawah KKM) 12 siswa (60%).
Kondisi lain terlihat aktifitas belajar siswa cenderung rendah dan monoton,
ditandai dengan siswa lebih senang diceramahi, siswa sedikit sekali yang mau
bertanya, sedikit siswa yang mampu menjawab pertanyaan, dan contoh-contoh materi
pelajaran yang diberikan guru masih kurang terkait dengan lingkungan kehidupan
siswa sehari-hari.
Kondisi pembelajaran IPA yang demikian akan menimbulkan dampak kurang
menggembirakan terhadap hasil belajar siswa, dan lebih jauh lagi dapat menimbulkan
kesan tidak baik terhadap pembelajaran IPA seperti pengetahuan IPA hanyalah
bersifat teoretis semata.

2
3

Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, mendorong


penulis untuk melakukan penelitian guna mengkaji peningkatan hasil belajar siswa
dengan penggunaan media benda konkrit dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning pada materi “ Bagian-Bagian Tumbuhan Dengan Fungsinya”
dikelas IV SDN NO. 196/VI Tanah Abang I.
1. Identifikasi Masalah
Sebagaimana studi awal yang dilakukan di SDN NO. 196/IV Tanah Abang 1
ditemukan beberapa hal yang dilihat sebagai potensi masalah diantaranya
pembelajaran kurang kondusif,pada kegiatan pembelajaran banyak anak yang ribut
maupun mengantuk saat pembelajaran berlangsung, alat peraga yang kurang menarik
dan kurangnya media pembelajaran, beberapa masalah ini terjadi disebabkan
rendahnya hasil belajar siswa. Teori hasil belajar Menurut Nana Sudjana
mendefisinikan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiiki siswa
seteleh ia menerima pengalaman belajarnya. (Nana, 2009) Menurut Arikunto
mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar,
perubahan itu tampak dalam perubahan yang dapat diamati dan dapat diukur.
(Suharsimi, 2009)
Arifin juga mengatakan hasil belajar yang optimal dapat dilihat dari ketuntasan
belajarnya, terampil dalam mengerjakan tugas, dan memiliki apresiasi yang baik
terhadap pelajaran. (Arifin, 2010) Jihan dan Haris mendefisinikan hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar
yang sesuai dengan tujuan pengajaran. (Jihan & Haris, 2010) Menurut Hotwart
Kingsley dalam bukunya Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar :
1. Ketrampilan dan kebiasaan, 2. Pengetahuan dan pengarahan, 3. Sikap dan cita-cita.
(Nana, 2009)
2. Analisis Masalah
Setelah masalah–masalah yang teridentifikasi dianalisis, maka hasilnya
menunjukkan bahwa penyebab munculnya masalah tersebut antara lain yaitu :
a. Pengelolaan kelas yang belum baik

3
4

b. Kurangnya pelibatan siswa dalam pembelajaran anak tidak tertarik dan


tidak mmenghiraukan adanya guru dalam memberikan pembelajaran.
c. Media pembelajaran tidak berkreasi dan atau guru tidak berkreasi dalam
menyiapkan media pembelajaran.
3. Alternatif dan priorias pemecahan masalah
Dari hasil Analisis masalah di atas penulis menentukan alternatif dan
prioritas pemecahan masalah sebagai berikut :
a. Guru memberikan apersepsi pada awal pembelajaran.
b. Guru menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning).
c. Membuat alat peraga yang mempunyai warna dan bentuk yang unik
sehingga dapat menarik perhatian siswa.
d. Guru mencari berbagai media yang murah namun tetap bisa tercapainya
tujuan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan terdahulu maka rumusan
masalah penelitian tindakan kelas ini dapat rumusan sebagai berikut “Apakah
penggunaan media pembelajaran benda konkrit dengan menggunakan model PBL
(Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pembelajaran bagian-bagian tumbuhan dengan fungsinya Pada mata pelajaran IPA
kelas IV SDN 196/VI Tanah Abang I ?

C. Tujuan Peneliian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi pembelajaran bagian-bagian tumbuhan dengan fungsinya Pada mata
pelajaran IPA kelas IV SDN 196/VI Tanah Abang I Kecamatan Pamenang Kabupaten
Merangin dengan menggunakan media pmbelajaran benda konkrit melalui
penggunaan model PBL (Problem Based Learning).

4
5

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Dengan selesainya penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat:
1. Sebagai kontribusi terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
di Kelas IV SDN 196/VI Tanah Abang I degan menggunakan media benda
konkret dan model pembelajaran problem based learning mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Salah satu syarat dalam memenuhi tugas mata kuliah PKP.

5
6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengirim pesan dari pengirim kepada penerima pesan. (Azhar, 2007) Oleh karena
media bukanlah “pesan” itu sendiri, media perlu dimanfaatkan dengan benar oleh
pengirim agar penerima maupun menangkap pesan yang terkandung pada media.
Dengan kata lain, media adalah sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik, sehingga mendorong
terjadinya proses belajar mengajar pendidikan pada dirinya. Penggunaan media
secara kreatif akan memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih baik dan dapat
meningkatkan performance mereka sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Namun sebaliknya, penggunaan media yang salah tidaklah memiliki fungsi
seagaimana mestinya.
Selain pengertian media yang telah diuraikan di atas, beberapa pakar dan
juga organisasi yang memberikan batasan mengenai pengertian media. Beberapa
diantaranya mengemukakan bahwa media adalah sebagai berikut.
a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pemelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru.
b. National Education Asociation (NEA) memberikan batasan bahwa media
merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual,
termasuk teknologi perangkat kerasnya.
c. Briggs berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan
perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.

6
7

d. Asociation Of Education Comuniccatio Technology (AECT) memberikan


batasan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang
dipergunakan untuk proses penyaluran pesan.
e. Sedangkan Gagne berpendapat bahwa berbagai jenis komponen dalam
lingkungan peserta didik yang dapat meransan peserta didik untuk belajar.
f. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk
belajar. (Rudi & Cepi, 2008)
Sedangkan Gerlach dalam bukunya Sanjaya memberikan pengertian media
secara lebih luas, menurutnya media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan
tetapi hal-hal lain yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan.
Hal ini meliputi, orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi
yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap
seperti kegiatan diskusi, seminar, karya wisata, simulasi dan lain-lain. (Wina, 2012)
Singkatnya, media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,
dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

2. Benda Konkrit
Menurut Sudjana , penggunaan benda konkret/nyata didalam proses belajar
mengajar terutama bertujuan untuk memperkenalkan suatu unit pelajaran tertentu,
proses kerja suatu objek studi tertentu atau bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang
diperlukan. (Nana, Media Pengajaran, 2007).
Benda konkrit itu sendiri termasuk media pembelajaran yang berasal dari
benda-benda nyata yang banyak dikenal oleh siswa dan mudah didapatkan. Media ini
mudah digunakan oleh guru dan dan siswa karena media ini sering dijumpai
dilingkungan sekitar. Prinsip kemudahan ini sesuai dengan criteria media
pembelajaran yang baik.

7
8

Adapun kriteria media pembelajaran yang baik, idealnya meliputi empat hal
utama, yaitu:
a. Kesesuaian atau relevansi, artinya media pembelajaran yang digunakan
harus sesuai dengan kebutuhan belajar, rencana kegiatan belajar, program
kegiatan belajar, tujuan belajar dan karakteristik peserta didik
b. Kemudahan, artinya semua isi pembelajaran melalui media harus mudah
dimengerti, dipelajari atau dipahami oleh peserta didik, dan sangat
operasional dalam penggunaannya
c. Kemenarikan, artinya media pembajaran harus mampu menarik maupun
merangsang perhatian peserta didik, baik tampilan, pilihan warna, maupun
isinya. Uraian isi tidak membingungkan serta dapat menggugah minat
peserta didik untuk menggunakan media tersebut.
d. Kemanfaatan, artinya isi dari media pembelajaran harus bernilai atau
berguna, mengandung manfaat bagi pemahaman materi pembelajaran serta
tidak mubazir atau sia-sia apalagi merusak pemahaman peserta didik.
(Mulyanta & Marlon, 2009)

Selain kriteria di atas, media benda konkret juga memiliki manfaat


sebagaimana manfaat media. Menurut Oemar Hamalik sebagaimana dikutip Arsyad,
adalah :
a. Meletakkan dasar-dasar yang konkret dalam berfikir dan mengurangi
verbalisme
b. Memperbesar perhatian peserta didik.
c. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan proses belajar
mengajar dan membuat pelajaran yang mantap.
d. pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di
kalangan peserta didik.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur, lentur dan kontinue terutama
melalui gambar hidup.

8
9

f. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan


kemampuan berbahasa.
g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain
dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
(Azhar, 2007).

B. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Menurut Ridwan Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran
yang penyampainnya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,
mengajukan pertanyaan- pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka
dialog. (Abdullah & Ridwan, 2015)
Menurut Duch dalam Aris Shoimin menyatakan bahwa Problem Based
Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model
pengajaran yang bercirikan permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta
didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan. (Aris, Model Pembelajaran Inovatif Kurikulum 2013, 2014)
Menurut Sani Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang
penyampainnya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan
pertanyaan- pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. (Abdullah
S. R., 2015)
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based
Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang bercirikan suasana
pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari sebagai konteks
siswa dalam berpikir kritis dalam memecahkan suatu masalah serta memperoleh
pengetahuan. Permasalahan dalam model pembelajaran ini dapat diajukan dari guru
kepada siswa, dari siswa kepada guru atau dari siswa itu sendiri, yang kemudian
dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan- kegiatan belajar
siswa.

9
10

2. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)


Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Barrow, Min Liu dalam Aris
menjelaskan karakteristik dari Problem Based Learning (PBL), yaitu:
a. Learning Is Student-Centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitik beratkan kepada siswa
sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori
kontruktivisme dimana siswa di dorong untuk dapat mengembangakan
pengeahuannya sendiri.
b. Authentic Problems Form The Organizing Focus For Learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga
siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
c. New Information Is Acquaired Through Self-Directed Learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui
dan memahami pengetahuan prasyaratnya sehingga siswa berusaha untuk
mencarai sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
d. Learning Accurs Small Grups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar menukar pemikiran dalam usaha
membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam
kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang
jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
e. Teachers Act as Faciltator
Pada pelaksanaannya guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun
begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan
mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai. (Aris,2014).

10
11

3. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


Penggunaan model ini memiliki tujuan agar siswa dapat memberdayakan,
mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara
berkesinambungan. Serta siswa didorong untuk dapat mengembangkan
pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, dengan model ini diharapkan siswa dapat
menyelesaikan masalah dengan seluruh pengetahuan dan ketrampilan mereka dari
berbagai sumber yang dapat diperoleh, memberdayakan, mengasah, menguji dan
mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan. (Najma, 2017)
Sedangkan Ibrahim dan Nur mengemukakan tujuan model Problem Based Learning
(PBL) secara lebih rinci yaitu membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir
dan mencerna masalah. belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan
mereka dalam pengalaman nyata. menjadi para siswa yang otonom atau mandiri.
(Rusman, 2012)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan model Problem Based
Learning (PBL) adalah mengasah kemampuan berfikir siswa dalam memecahkan
masalah. Hal ini agar siswa membuktikan sendiri materi yang sedang dipelajarinya
sesuai atau tidak dengan teori yang ada dan terlatihnya siswa dalam berfikir ilmiah.
4. Kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning (PBL)
Menurut Aris Shoimin ada 8 kelebihan model pembelajaran Probem Based
Learning (PBL) yaitu:
a. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam
situasi nyata.
b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui
aktivitas belajar.
c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban
siswa dengan mengahafal atau menyimpan informasi.
d. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
e. Siswa terbiasa menggunakan sumber- sumber pengetahuan baik dari
perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.

11
12

f. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.


g. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam
kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
h. Kesulitan belajar siswa secara individu dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching.
Menurut Aris Shoimin ada 2 kekurangan model pembelajaran pembelajaran
Probem Based Learning (PBL) yaitu:
a. PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran ada bagian guru
berperan aktif dalam menyajikan materi.
b. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu
yang kaitannya dengan pemecahan masalah. Di dalam suatu kelas yang
memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan
dalam pembagian tugas.

12
13

5. Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)


Sintaks atau langkah- langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dalam Sani yaitu pada tabel 2.1 sebagai berikut: (Sani, 2015):
Tabel Tabel 2.1
Langkah- Langkah Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
No Fase Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik
1. Memberikan orientasi Menyajikan permasalahan, Kelompok mengamati dan
permasalahan kepada membahas tujuan memahami masalah yang
peserta didik. pembelajaran, disampaikan guru atau yang
memaparkan kebutuhan diperoleh dari bahan bacaan
logistik untuk yang disarankan.
pembelajaran, memotivasi
peserta didik untuk terlibat
aktif.
2. Mengorganisasikan Membantu peserta didik Peserta didik berdiskusi dan
peserta didik untuk dalam Mendefinisikan dan membagi tugas untuk mencari
Penyelidikan. menorganisasik an tugas data/bahanbahan/
belajar/ penyelidikan Alat yang diperlukan untuk
untuk menyelesaikan menyelesaikan masalah.
permasalahan.
3. Pelaksanaan Mendorong peserta didik Peserta didik melakukan
investigasi individu untuk memperoleh penyelidikan (mencari data/
maupun informasi yang tepat, referensi/sumber) untuk
Kelompok. melaksanakan bahan diskusi kelompok.
penyelididkan, dan
mencari penjelasan solusi.
4. Mengembangkan dan Membantu peserta didik Kelompok melakukan diskusi
menyajikan hasil. merencanakan produk untuk menghasil-kan solusi
yang tepat dan relevan, pemecahan masalah dan
seperti laporan, rekaman hasilnya dipresentasikan/
vidio, dan sebagainya disajikan dalam bentuk karya.
untuk keperluan
penyampaian hasil.
5. Menganalisis dan Membantu peserta didik Setiap Kelompok melakukan
mengevaluasi proses melakukan refleksi presentasi, kelompok yang lain
penyelidikan terhadap penyelidikan dan memberikan apresiasi. Kegiatan
proses yang mereka dilanjutkan dengan
lakukan. merangkum/membuat
kesimpulan sesuai dengan
masukan yang diperoleh dari
kelompok lain.

13
14

C. Tinjauan Materi Pembelajaran tentang Bagian-bagian Tumbuhan


Tumbuhan termasuk dalam makhluk hidup. Karena tumbuhan dapat
tumbuh dan berrkembang. Seperti halnya makhluk hidup lain, tumbuhan juga
memiliki bagian-bagian yang penting. Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi
masing-masing dalam proses kehidupannya. Bagian-bagian tersebut antara lain akar,
batang, daun, bunga, buah, dan biji.
1. Akar
Akar berfungsi sebagai bagian yang mengokohkan tumbuhan. Jika tumbuhan
tidak memiliki akar, tumbuhan akan mudah dicabut, mudah roboh ketika diterpa
angin, atau hanyut terbawa air ketika turun hujan. Zat-zat mineral dan air yang
dibutuhkan untuk membuat makanan diserap oleh akar dari dalam tanah. Namun,
pada beberapa tumbuhan tertentu, akar tidak hanya berfungsi menyerap air dan
mineral, tetapi juga berfungsi sebagai penyimpanan cadangan makaanan, misalnya
pada beberapa tumbuhan umbi-umbian.
Di samping itu, ada juga akar tumbuhan yang berfungsi membantu
penyerapan oksigen di udara, seperti pada tumbuhan bakau. Berdasarkan bentuknya,
terdapat dua jenis akar, yaitu :
a) Akar serabut, Akar serabut biasanya dimiliki oleh tumbuhan jenis monokotil
(biji berkeping tunggal). Misalnya, padi, jagung, dan kelapa.
b) akar tunggang., adapun akar tunggang biasanya dimiliki oleh tumbuhan jenis
dikotil (biji berkeping dua). Misalnya, mangga, jambu, jeruk, dan kacang-
kacangan.
2. Batang
Bagian tumbuhan yang berada di atas tanah adalah batang. Batang berfungsi
sebagai tempat munculnya daun, bunga, dan buah. Di samping itu, batang juga
berfungsi untuk mengedarkan mineral dan air yang diserap akar, serta zat makanan
hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh.
3. Daun
Bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis
adalah daun. Daun banyak mengandung zat warna hijau yang disebut klorofil. Daun

14
15

terdiri atas tangkai daun dan helaian daun. Di samping bagian-bagian tersebut, ada
beberapa jenis tumbuhan yang mempunyai pelepah pada daunnya. Daun pun
mempunyai susunan tulang daun. Berdasarkan susunannya, tulang daun ada yang
menyirip, menjari, dan sejajar.
a) Tulang Daun Menyirip contoh tumbuhan yang bertulang daun menyirip
adalah daun mangga, daun mahoni, daun rambutan, daun jambu, dll.
b) Tulang Daun Menjari, contoh tumbuhan yang bertulang daun menjari adalah
daun singkong, daun pepaya dan daun jarak.
c) Tulang Daun Sejajar , Contoh tumbuhan yang bertulang daun sejajar adalah
jagung, tebu,padi dan alang-alang.
4. Bunga
Bunga merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan. Bagian-bagian bunga, yaitu :
a) Tangkai Bunga
b) Kelopak Bunga
c) Mahkota Bunga
d) Putik
e) Benang Sari
5. Buah dan Biji
Buah merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi melindungi biji. Buah ada
yang berdaging, contohnya buah mangga dan buah apel. Buah terdiri atas daging
buah dan biji. Biji merupakan hasil dari pembuahan yang terjadi akibat penyerbukan
antara serbuk sari dan putik. Jika biji ditanam akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Biji ada yang berkeping satu dan ada yang berkeping dua. Biji berkeping satu disebut
monokotil dan biji berkeping dua disebut dikotil.

15
16

D. Konsep Ilmu Pengetahuan Alam


1. Pengertian IPA
Menurut Sukarno dalam Wisudawati dan Sulistiyowati IPA berarti ilmu
yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian- kejadian yang ada di alam ini,
yang matang dan pelaksanaannya melibatkan berbagai orang, baik gun maupun siswa
yang memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran yang satu dengan kegiatan
yang lainnya. Tujuan dari pembelajaran adalah untuk mencapai kompetensi bidang
studi yang akhirnya digunakan sebagai pendukung pencapaian kompetensi kelulusan.
(Wisudawati & Sulistyowati, 2014)
Menurut Susanto Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami
alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan
prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.
(Susanto, 2013). Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta baik
akibat serta kejadian- kejadian yang ada di alam .
2. Hakikat IPA
Menurut Ahmad Susanto (2013: 168) menjelaskan hakikat IPA adalah
sebagai berikut:
a) IPA Sebagai Produk, IPA sebagai produk yaitu kumpulan hasil penelitian
yang telah ilmuan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji
sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis.
b) IPA Sebagai Proses , IPA sebagai proses yaitu untuk menggali dan memahami
pengetahuan tentang alam.
c) IPA sebagai sikap, IPA sebagai sikap yaitu sikap ilmiah harus dikembangkan
dalam pembelajarn sains, hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh
seorang ilmuan dalam melakukan penelitian dan mengomunikasikan
penelitian.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) dibagi menjadi tiga yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan juga IPA
sebagai sikap.

16
17

3. Karakteristik Pembelajaran IPA


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki karakteristik sebagai dasar untuk
memahaminya. Jacobson & Bergman dalam Susanto berpendapat bahwa karakteristik
pembelajaran IPA meliputi, IPA merupakan kumpulan konsep- konsep, prinsip-
prinsip, hukum dan teori, proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental serta
mencerminkan fenomena alam, termasuk juga penerapnnya, sikap keteguhan hati,
keingintahuan dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam, IPA tidak dapat
membuktikan semua, akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja. (Susanto, 2013)
Dari uraian karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya serta pembeda
dari mata pelajaran yang lain.

4. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam


Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dalam Badan Nasional Standar
Pendidikan dalam Susanto yaitu: Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam cipta-Nya.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Mengembangkan ketrampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah, dan membuat
keputusan. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. Meningkatkan kesadaran untuk
menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP. (Susanto, 2013)

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam


Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. Benda/ materi, sifat- sifat dan

17
18

kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. Energi dan perubahannya meliputi: gaya,
bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. Bumi dan alam
semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda- benda langit lainnya.(Peraturan
Menteri Pendidikan No. 22 Tahun 2006)

E. Tinjauan Hasil Belajar


1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana mendefisinikan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiiki siswa seteleh ia menerima pengalaman belajarnya. (Nana,
2009). Menurut Arikunto mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah
mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perubahan yang dapat diamati
dan dapat diukur. (Suharsimi, 2009). Arifin juga mengatakan hasil belajar yang
optimal dapat dilihat dari ketuntasan belajarnya, terampil dalam mengerjakan tugas,
dan memiliki apresiasi yang baik terhadap pelajaran. (Arifin, 2010)
Jihan dan Haris mendefisinikan hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai
dengan tujuan pengajaran. (Jihan & Haris, 2010). Menurut Hotwart Kingsley dalam
bukunya Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : 1. Ketrampilan
dan kebiasaan, 2. Pengetahuan dan pengarahan, 3. Sikap dan cita-cita. (Nana, 2009)
Matondang, dkk (2019:2) menyatakan hasil belajar merupakan suatu
perubahan perilaku yang terjadi bagi seseorang setelah selesai penyelenggaraan
pembelajaran. Hal yang sama juga diungkapkan Yusrizal (2016:37) bahwa hasil
belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran sebagai akibat dari
perubahan perilaku setelah mengikuti proses belajar mengajar berdasarkan tujuan
pengajaran yang ingin dicapai. Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar. (perubahan ini berupa pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap yang biasanya meliputi ranah kognitif, afektif
dan psikomotor.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah usaha sadar yang dicapai
oleh siswa dengan pembuktian untuk mendapatkan umpan balik tentang daya daya

18
19

serap siswa terhadap materi pelajaran yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan hasil belajar dalam pembelajaran.

2. Macam – Macam Hasil Belajar


Hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas meliputi pemahaman konsep
aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotorik), dan aspek sikap siswa
afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai kemampuan menyerap makna
dari materi atau materi yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom adalah seberapa
besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan
guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami dan memahami apa
yang dibaca, dilihat, dialami, atau dirasakannya berupa hasil penelitian atau
pengamatan. dia segera melakukannya. (Susanto, 2013)
Menurut Dorothy J. Skeel dalam Susanto, konsep adalah sesuatu yang
tergambar dalam pikiran, pemikiran, gagasan, atau pemahaman. Jadi konsep ini
adalah sesuatu yang telah melekat pada hati seseorang dan tercermin dalam pikiran,
gagasan, atau pemahaman. (Susanto, 2013)
Dalam perintah untuk mengukur hasil belajar siswa berupa pemahaman
konsep, guru dapat mengevaluasi produk. W.S Winkel dalam Susanto menyatakan
bahwa melalui produk dapat diselidiki apakah dan sejauh mana suatu tujuan
instruksional telah tercapai; Semua tujuan tersebut merupakan hasil belajar yang
harus diperoleh siswa.
Berdasarkan pandangan Winkel tersebut terlihat bahwa hasil belajar siswa
sangat erat hubungannya dengan tujuan instruksional (pembelajaran) yang telah
dirancang oleh guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar. Evaluasi produk
dapat dilakukan dengan melakukan berbagai macam tes, baik secara lisan maupun
tertulis. (Susanto, 2013)
a. Keahlian

19
20

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah pada


perkembangan kemampuan dasar psikologis, fisik dan sosial sebagai pendorong
kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa tersendiri. Keterampilan berarti
kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan tindakan secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.
Menurut Indrawati dalam Susanto, keterampilan proses adalah semua
keterampilan ilmiah terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep yang telah ada, atau menyangkal suatu
penemuan. Keterampilan proses dibagi menjadi enam aspek yaitu observasi,
klasifikasi, pengukuran, mengkomunikasikan, memberikan penjelasan atau
interpretasi dari suatu observasi, dan melakukan eksperimen (Susanto, 2013).
b. Kompetensi
Keterampilan yang mengarah pada pengembangan kejiwaan dasar,
kemampuan fisik dan sosial sebagai pendorong kemampuan yang lebih tinggi pada
siswa unik. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
tindakan secara efektif dan efisien.
c. Sikap
Menurut Sudirman dalam Sunsanto, sikap adalah kecenderungan untuk
melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa individu atau objek tertentu. Sikap mengacu pada tindakan,
perilaku, atau tindakan seseorang. Dalam kaitannya dengan hasil belajar siswa, sikap
ini lebih mengarah pada pemahaman pemahaman konsep. Dalam memahami konsep,
dominan yang berperan sangat penting adalah bidang kognitif (Susanto, 2013).

3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor-faktor yang pengaruhi hasil belajar sebagai garis besar bisa
diklasifikasikan menjadi : (Rusman, 2012)
a. Faktor yang bersumber dari dalam diri pelajar, melingkupi:

20
21

1. Faktor Fisiologis: hal fisiologis, semacam hal kesehatan yang prima, tidak
dalam situasi lelah, tidak dalam situasi cacat fisik serta hal serupanya.
tentang-perihal itu sanggup pengaruhi siswa dalam menerima pelajaran.
2. Faktor psikis : Faktor kognitif, pelajar yang pada biasanya dilihat lebih
prinsipil berikut ini:
a) Intelegensi serta talenta
Seorang yang ada intelegensi positif (IQ-nya teratas) biasanya
gampang berlatih serta hasilnyapula mengarah positif. kebalikannya
orang yang intelegensinya ringan, mengarah mendapati kelangkaan
dalam berlatih, lelet menyangka alhasil hasil berlatihnya pun ringan.
talenta, pula besar pengaruhnya dalam menentuka keberhasilan
berlatih. Misalnya berlatih bermain piano, bila ia ada kebolehan
irama, bakal lebih gampang serta segera pintar ketimbang dengan
orang yang tidak ada bakat.
b) Minat serta dorongan
Minat yang besar mengarah menciptakan hasil yang teratas,
kebalikannya kehendak berlatih kurang bakal menciptakan hasil yang
ringan. sebaliknya impuls bertentangan dengan kehendak. dia yakni
inisiator/ penggerak guna melaksanakan suatu karier. Yang lumrah
berawal dari dalam diri serta pula dari luar. Motivasi yang tiba dari
dalam diri adalah motivasi yang tiba dari jiwa jantung hati, biasanya
gara-gara pemahaman bakal esensialnya suatu. sebaliknya impuls
yang berawal dari luar adalah motivasi dari orang lanjut usia, guru,
rekan, serta bagian rakyat. kokoh lemahnya impuls berlatih seorang
ikut pengaruhi keberhasilannya..

b. Faktor yang berawal dari luar diri pelajar, melingkupi:

21
22

1. Keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu serta anak- anak dan juga famili yang jadi
penunggu rumah. Faktor orang tua amat besar pengaruhnya kepada
keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua,
besar kecilnya perolehan, layak ataupun minimnya atensi serta pengarahan
orang tua, damai tidaknya kedua orang tua, bersahabat tidaknya jalinan
kasih orang tua dengan buah hatinya, seluruhnya akan ikut pengaruhi hasil
belajar anak.
2. Sekolah
Status sekolah tempat belajar ikut pengaruhi jenjang keberhasilan belajar.
mutu guru, sistem mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan keahlian
anak, situasi fasilitas/perlengkapan di sekolah, situasi ruangan, jumlah anak
didik, serta penerapan peraturan disiplin di sekolah serta hal lainnya,
Seluruhnya akan mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Seumpama
sebuah sekolah kurang mencermati peraturan disiplin (taat), sehingga
murid-muridnya kurang menuruti perintah gurunya serta alhasil mereka
tidak bersedia belajar serius di sekolah ataupun dirumah.
3. Masyarakat
Masyarakat juga mempengaruhi hasil belajar. seumpama dikurang lebih
tempat bersemayam situasi masyarakat terdiri dari orang- orang yang
berpikir lebih dalam menuntut ilmu teratas serta moralnya positif, perihal
ini bakal menekan anak guna lebih aktif belajar.
4. Lingkungan Sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga berpotensi dalam pengaruhi hasil
belajar. Keadaan lingkungan, gedung rumah, situasi kurang lebih, situasi
kemudian rute, kondisi serta serupanya. contoh apabila gedung rumah
masyarakat amat rapat, bakal mengacaukan berlatih. Keadaan kemudian
rute yang menggemparkan, suara hiruk-pikuk orang disekitar, suara pabrik,
pengotoran cuaca kondisi sangat panas, semua ini bakal pengaruhi tindakan

22
23

belajar. kebalikannya, tempat yang sunyi dengan kondisi lega, ini akan
mendukung teknik belajar.
Berdasarkan opini diatas dapat disimpulkan kalau faktor-faktor yang pengaruhi
hasil belajar siswa diklasifikasikan menjadi dua aspek yang pertama dari dalam diri
siswa semacam aspek fisiologis serta aspek mental. Kedua aspek yang beasal dari
luar diri pelajar semacam keluarga, sekolah, masyarakat serta lingkungan sekitar.
Aspek tersebut itu sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

23
24

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitan dan Pihak yang membantu


1. Subjek Penelitian
Pelaksanaan perbaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di
kelas IV SDN 196/VI Tanah Abang I, dengan jumlah 20 siswa Dengan materi
“Bagian- Bagian Tumbuhan dengan Fungsinya” pada mata pelajaran IPA.
Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas guru harus memperhatikan
karakteristik siswa, latar belakang keluarga dan tahap perkembangan psikologisnya
sehingga dalam implementasinya pada pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna
bagi siswa.
2. Tempat Penelitian
Lokasi pelaksanaan perbaikan PTK pembelajaran yang peneliti laksanakan
adalah disalah satu SD yang berada di Desa Tanah abang I Kabupaten Merangin,
tepatnya di SDN SDN 196/VI Tanah Abang I .Kelas yang digunakan dalam
pelaksanaan pebaikan pembelajaran adalah di kelas IV dengan jumlah murid
sebanyak 26 siswa. Mata pelajaran yang dilakukan dalam pelaksanaan perbaikan PTK
adalah mata pelajaran IPA
3. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan 2 siklus, yaitu siklus 1
dilaksanakan pada tanggal 14 November 2022 dan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal
21 November 2022, dengan waktu pelaksanaan sebagai tertera dalam tabel 3.1
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan

No Hari/Tanggal Mata Pelajaran Keterangan


1. Senin, 14 November 2022 IPA Siklus I
2. Senin, 21 November 2022 IPA Siklus II

4. Pihak yang Membantu dalam Penelitaian

24
25

Phak yang membantu di dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini


diantaranya:
1. Bapak Muhammad Nuzli, M.pd sebagai supervisor 1
2. Ibu Mei Ameliayanti, S.pd sebagai supervisor 2
3. Bapak Kepala SDN 196/VI Tanah Abang I
4. Rekan-rekan Guru SDN 196/VI Tanah Abang I

B. Desain Prosedur Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam bentuk PTK untuk mendapatkan
hasil sesuai harapan, perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning)
2. Pelaksanaa (acting)
3. Pengamatan (observasi)
4. Refleksi (reflecting)
Kegiatan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan
dalam setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu tahap perencanaan tindakan,
pengamatan dan tahap refleksi. Kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan
merefleksi dalam perbaikan pembelajaran dengan menerapkan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dapat digambarkan dalam skema siklus berikut ini:

25
26

Gambar 3.1 Desain Prosedur Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


Tindakan I Tindakan I

SIKLUS I

Refleksi I Observasi I

Permasalahan Baru
Hasil Refleksi
Perencanaan Pelaksanaan
Tindakan II Tindakan II

SIKLUS II

Penyimpulan
dan Pemaknaan
Hasil

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan desain prosedur penelitian


perbaikan pembelajaran per siklus:
1. Perbaikan Pembelajaran Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada
siklus kegiatan yang dilakuan adalah sebagai berikut:
 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
 Menyiapkan Media Benda Konkrit
 Membuat lembar observasi
 menyiapkan dan membuat pedoman penilaian;

26
27

b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan ini pembelajaran dengan menerapkan langkah-langkah
pembelajaran yang telah disusun pada tahapan perencanaan, peneliti dibantu oleh
supervaisor 2 sebagai pengamat. Langkah-langkah pembelajaran yang ada pada RPP
sesuai dengan Media Pembelajaran Benda Konkrit dan model PBL sebagai berikut:
Pendahuluan
1. Guru bersama siswa saling memberi dan menjawab salam serta
menyampaikan kabar masing-masing.
2. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
3. Guru memeriksa kehadiran siswa
4. Guru menyampaikan kepada siswa tentang KD, IPK dan tujuan
pembelajaran pada pertemuan ini.
5. Siswa diberi motivasi tentang materi “Bagian-Bagian Tumbuhan dan
Fungsinya” yaitu: “Materi ini bermanfaat untuk kita pelajari karena dapat
membantu kita mengetahui apa saja bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya
dalam kehidupan sehari-hari.
6. Siswa diingatkan kembali (Apersepsi) tentang Materi Pada KD Sebelumnya.
7. Guru menyampaikan kepada siswa pembelajaran kali ini menggunakan
Media Pembelajaran Benda Konkrit dan model PBL diskusi kelas serta
menggunakan LKS.
8. Siswa diingatkan oleh guru bahwa selama proses pembelajaran akan
dilakukan penilaian sikap dan evaluasi sebagai penilaian pengetahuan serta
menyajikan hasil diskusi sebagai penilaian keterampilan.
Kegiatan Inti
1. Guru Menyampaikan materi dengan urutan materi;
2. Guru memberikan siswa motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
perhatiannya pada Media Pembelajaran Benda Konkrit yang disajikan.

27
28

3. Fase 1. Orientasi Siswa pada Masalah


 Siswa diminta untuk mengamati media yang di sajikan di kelas.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
media yang telah diamati, jika tidak ada guru menanyakan kepada siswa
pertanyaan awal.
4. Fase 2. Mengorganisasikan Siswa
 Setiap kelompok terdiri atas 5-6 orang siswa
 Setiap kelompok berdiskusi dengan bahan diskusi:
5. Fase 3. Mengorganisasikan Siswa
 Guru memantau keterlibatan masing-masing siswa dan membimbing
selama proses pembelajaran.
 Mendorong dan memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai agar mampu memecahkan suatu permasalahan yang diberikan
 Siswa membaca Materi Ajar tentang “Bagian-bagianTumbuhan dan
Fungsinya”
 Siswa diminta berdiskusi menentukan masalah yang berkaitan dengan
“Bagian-bagianTumbuhan dan Fungsinya”
 Siswa secara kelompok mendiskusikan permaslahan yang berhubungan
dengan Materi “Bagian-bagianTumbuhan dan Fungsinya”
6. Fase 4 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
 Siswa bersama kelompok untuk menyelesaikan permaslahan pada LKS
yang telah dibagikan secara bertanggung-jawab dan berpikir kritis.
 Guru sebagai fasilitator menerima konsultasi siswa yang bertanya pada
proses pengembangan diskusi kelompok.
 Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk mempersentasikan
hasil kerja kelompoknya secara bertanggung jawab dan dengan rasa
percaya diri.

28
29

7. Fase 5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses pemecahan Masalah

 Guru meminta siswa lainnya untuk memperhatikan dan menanggapi


hasil pekerjaan kelompok yang persentasi.
 Guru memberikan apresiasi kepada kelompok yang sudah persentasi.
 Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil diskusi terhadap
materi “Bagian-bagianTumbuhan dan Fungsinya”
Penutup
1. Guru Memberikan Tes Formatif pada siswa serta menyampaikan hasil
penilaian sikap, pengetahuan, dan ketermapilan selama pembelajaran
berlangsung.
2. Guru memberikan Pertanyaan Refleksi
3. Guru Menyampaikan motivasi kepada peserta didik agar selalu menjaga
kesehatan dan mempersiapkan diri untuk pembelajaran selanjutnya.
4. Guru Menyampaikan salam dan doa.
c. Tahap Pengamatan
Pada tahapan ini peneliti melakukan observasi terhadap kelancaran
pembelajaran yang difokuskan kepada proses hasil belajar. Supervisor 2 mengamati
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru serta aktivitas belajar siswa. Hasilnya
berupa analis hasil tes formatif dan nilai rata-rata kelas. Tingkat ketuntasan dan dan
persentase ketuntasan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rata-rata hasil Tes Formatif siswa untuk menentukan tingkat ketuntasan hasil
belajar siswa sebagai berikut:

∑X
X = ∑N
Keterangan
X= Nilai Rata-Rata

29
30

Tahap Refleksi

(d) Refleksi; pada tahapan ini peneliti sebagai guru dan bersama supervisor 2
sebagai observer melakukan analisis terhadap keterlaksanaan pembelajaran dan
ketercapaian hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar, yang dibandingkan dengan
KKM. Apabila hasil belajar diatas KKM maka perbaikan pembalajaran bisa
dihentikan, namun apabila hasil belajar dibawah KKM maka akan dilakukan siklus
berikutnya.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II masih sama dengan perencanaan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Pada tahap ini peneliti melakuakan kegiatan
sebagai berikut:
(a) Perencanaan, pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan antara lain:
menyiapkan dan membuat RPP, menyiapkan dan membuat alat evaluasi, menyiapkan
dan membuat media, menyiapkan dan membuat pedoman observasi, menyiapkan dan
membuat pedoman penilaian;
(b) Tindakan, pada tahapan ini maka dilakukan pembelajaran dengan
menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun pada tahapan
perencanaan, peneliti di bantu oleh supervaisor 2.
(c) Pengamatan, pada tahapan ini observer melakukan observasi terhadap
kelancaran pembelajaran yang difokuskan kepada proses hasil belajar. Supervisor 2
mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru serta aktivitas belajar
siswa.
(d) Refleksi; pada tahapan ini peneliti sebagai guru dan bersama supervisor 2
sebagai observer melakukan analisis terhadap keterlaksanaan pembelajaran dan
ketercapaian hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar, yang dibandingkan dengan
KKM.

30
31

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitian perbaikan pembelajaran penggunaan media pembelajaran
benda konkrit dengan menggunakan model Pembelajaran PBL dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi materi “bagian-bagian tumbuhan dengan fungsinya”
Pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 196/VI Tanah Abang I. Penelitian ini
dilakukan dalam 2 siklus penelitian. Masing-masing siklus terdiri atas 1 kali
pertemuan dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam dikelas IV.
Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti melakukan
observasi awal. Untuk mendapatkan acuan dalam melaksanakan penelitian. Peneliti
secara langsung melakukan observasi pada proses kegiatan pembelajaran oleh guru
kelas IV SDN 196/VI Tanah Abang I Kec. Pamenang Kab. Merangin. Dari hasil
observasi tersebut, diperoleh bahwa belum adanya model pembelajaran baru yang
digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar mengajar
dikelas terkesan monoton. Hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar
siswa,karena pembelajaran di kelas cenderung guru yang berperan aktif sedangkan
siswa cenderung pasif.
Dari hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti, terdapat beberapa
siswa yang belum paham mengenai materi “bagian-bagian tumbuhan dan fungsiya”
Padahal materi ini sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti menduga
rendahnya hasil belajar siswa materi “bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya”
disebabkan oleh kurang tepatnya model pembelajaran yang diaplikasikan oleh guru
yang mengakibatkan siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran sehingga
berdampak pada hasil belajar siswa (nilai ulangan harian siswa) yang masih rendah.

31
32

I. Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berikut ini adalah data observasi awal dari hasil ulangan harian siswa materi
“bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya” pada kelas IV SDN 196/VI Tanah Abang
I Kec. Pamenang Kab. Merangin.
Tabel 4.1 Data Observasi Awal

Jenis
No Nama Siswa Kelamin Nilai Keterangan

1. AHMAD ROFIQUL A’LA L 70 Tidak Tuntas


2. AHMAD TAUFIK AL AMIN L 77 Tuntas
3. AIRA PERTIWI P 70 Tidak Tuntas
4. AISYAH DWI FEBRIYANTI P 75 Tuntas
5. ALDI FITRIADI L 60 Tidak Tuntas
6. ALFAN RAMADHANI L 50 Tidak Tuntas
7. ALFATIH ABDIROFFI L 76 Tuntas
8. ALFIN NURUL AZIZ L 55 Tidak Tuntas
9. ALVIN JULIANSYAH L 60 Tidak Tuntas
10. APRILIANTO L 80 Tuntas
11. BIMA ANDRIY HANAFI L 70 Tidak Tuntas
12. DAFFANAUFAL RAMADHAN L 77 Tuntas
13. DESY LESTARI P 70 Tidak Tuntas
14. DICKY ARIEZA ZOHANES L 75 Tuntas
15. DINAR AFIF NASUHA L 68 Tidak Tuntas
16. DYON ZULFIKAR R L 70 Tidak Tuntas
17. EFAN AFANDI L 76 Tuntas
18. FAIZ KURNIAWAN L 63 Tidak Tuntas
19. FEBYOLA AFIQOH P 60 Tidak Tuntas
20. FITRAH ASRI FIDINILLAH P 80 Tuntas
Jumlah 1382
Nilai Rata-Rata 69 Sangat Kurang
Presentasi Ketuntasan Belajar Siswa 40%
Presentasi Ketidaktuntasan Belajar Siswa 60%

Berdasarkan tabel di atas, rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh siswa
kelas IV SDN 196/IV Tanah Abang I adalah 69 dengan persentase ketuntasan sebesar

32
33

40%. Dari 20 siswa hanya 8 siswa yang mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan.
Hasil belajar ini menunjukan perlu adanya peningkatkan hasil belajar dengan cara
melakukan PenelitianTindakan Kelas (PTK) menggunakan media pembelajaran
benda konkrit dan model Pembelajaran.
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan Siklus I
Penelitian Siklus I dilakukan pada Senin 14 November 2022 dan Selasa 15
November 2022. Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Pada
bagian perencanaan dan pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu menyusun
RPP untuk siklus I dan dikonsultasikan dengan guru kelas. Menetapkan materi pokok
yang diajarkan pada Siklus I yaitu materi “bagian-bagian tummbuhan dan fungsinya”.
Kemudian peneliti menyusun alat evaluasi berupa lembar kerja siswa, alat-alat
penyelidikan, dan soal tes yang berhubungan dengan materi “bagian-bagian
tumbuhan dan fungsinya’. Soal yang disiapkan sebanyak 15 nomor untuk
mengetahui sejauh mana hasil dari tindakan pada siklus I. Setelah itu membuat
instrumen pengamatan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Tahap akhir adalah menentukan hasil siklus I yaitu hasil pengamatan yang
peneliti lakukan pada Siklus I menunjukkan bahwa siswa sangat bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran PBL meskipun belum
semua siswa berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang tidak
mencapai ketuntasan belajar pada Siklus I akan melanjutkan pada siklus II dengan
merevisi kembali hambatan yang ditemukan pada siklus I dengan berkonsultasi
bersama guru kelas.

b. Pelaksanaan Siklus I

33
34

Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan selama pertemuan. Pelaksanaan


pembelajaran pada siklus I sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang ada
pada RPP sesuai dengan Media Pembelajaran Benda Konkrit dan model
Pembelajaran. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
model Pembelajaran PBL.
 Pendahuluan

1. Guru bersama siswa saling memberi dan menjawab salam serta


menyampaikan kabar masing-masing.
2. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
3. Guru memeriksa kehadiran siswa
4. Guru menyampaikan kepada siswa tentang KD, IPK dan tujuan
pembelajaran pada pertemuan ini.
5. Siswa diberi motivasi tentang materi “Bagian-Bagian Tumbuhan dan
Fungsinya” yaitu: “Materi ini bermanfaat untuk kita pelajari karena dapat
membantu kita mengetahui apa saja bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya
dalam kehidupan sehari-hari.
6. Siswa diingatkan kembali (Apersepsi) tentang Materi Pada KD Sebelumnya.
7. Guru menyampaikan kepada siswa pembelajaran kali ini menggunakan
Media Pembelajaran Benda Konkrit dan model PBL diskusi kelas serta
menggunakan LKS..
8. Siswa diingatkan oleh guru bahwa selama proses pembelajaran akan
dilakukan penilaian sikap dan evaluasi sebagai penilaian pengetahuan serta
menyajikan hasil diskusi sebagai penilaian keterampilan.
 Kegiatan Inti
8. Guru Menyampaikan materi dengan urutan materi;
9. Siswa diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatiannya
pada Media Pembelajaran Benda Konkrit yang disajikan.
Tahap 1. Orientasi Peserta Didik pada Masalah
2. Siswa diminta untuk mengamati media yang di sajikan di kelas.

34
35

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang media


yang telah diamati, jika tidak ada guru menanyakan kepada siswa pertanyaan
pendahuluan.
Tahap 2. Mengorganisasikan Peserta didik
4. Setiap kelompok terdiri atas 5-6 orang siswa
5. Setiap kelompok berdiskusi dengan bahan diskusi:
Tahap 3 Membimbing Penyelidikan Kelompok
1. Guru memantau keterlibatan masing-masing siswa dan membimbing
selama proses pembelajaran.
2. Mendorong dan memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai agar mampu memecahkan suatu permasalahan yang diberikan
3. Siswa membaca Materi Ajar tentang “Bagian-bagianTumbuhan dan
Fungsinya”
4. Siswa diminta berdiskusi menentukan masalah yang berkaitan dengan
“Bagian-bagianTumbuhan dan Fungsinya”
5. Siswa secara kelompok mendiskusikan permaslahan yang berhubungan
dengan Materi “Bagian-bagianTumbuhan dan Fungsinya”
Tahap 4 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
1. Siswa bersama kelompok untuk menyelesaikan permaslahan pada LKS
yang telah dibagikan secara bertanggung-jawab dan berpikir kritis.
2. Guru sebagai fasilitator menerima konsultasi siswa yang bertanya pada
proses pengembangan diskusi kelompok.
3. Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk mempersentasikan
hasil kerja kelompoknya secara bertanggung jawab dan dengan rasa percaya
diri.
Tahap 5 Menganalisis dan Mengevaluasi Proses pemecahan Masalah

1. Guru meminta siswa lainnya untuk memperhatikan dan menanggapi hasil


pekerjaan kelompok yang persentasi.
2. Guru memberikan apresiasi kepada kelompok yang sudah persentasi.
3. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil diskusi terhadap materi

35
36

“Bagian-bagianTumbuhan dan Fungsinya”


 Penutup
6. Guru Memberikan Tes Formatif pada siswa serta menyampaikan hasil
penilaian sikap, pengetahuan, dan ketermapilan selama pembelajaran
berlangsung.
7. Guru memberikan Pertanyaan Refleksi
8. Guru Menyampaikan motivasi kepada peserta didik agar selalu menjaga
kesehatan dan mempersiapkan diri untuk pembelajaran selanjutnya.
9. Guru Menyampaikan salam dan doa.

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siklus I


10.
Jenis
No Nama Siswa Kelamin Nilai Keterangan

1. AHMAD ROFIQUL A’LA L 70 Tidak Tuntas


2. AHMAD TAUFIK AL AMIN L 77 Tuntas
3. AIRA PERTIWI P 70 Tidak Tuntas
4. AISYAH DWI FEBRIYANTI P 75 Tuntas
5. ALDI FITRIADI L 60 Tidak Tuntas
6. ALFAN RAMADHANI L 50 Tidak Tuntas
7. ALFATIH ABDIROFFI L 76 Tuntas
8. ALFIN NURUL AZIZ L 55 Tidak Tuntas
9. ALVIN JULIANSYAH L 60 Tidak Tuntas
10. APRILIANTO L 80 Tuntas
11. BIMA ANDRIY HANAFI L 70 Tidak Tuntas
12. DAFFANAUFAL RAMADHAN L 77 Tuntas
13. DESY LESTARI P 70 Tidak Tuntas
14. DICKY ARIEZA ZOHANES L 75 Tuntas
15. DINAR AFIF NASUHA L 68 Tidak Tuntas
16. DYON ZULFIKAR R L 70 Tidak Tuntas
17. EFAN AFANDI L 76 Tuntas
18. FAIZ KURNIAWAN L 63 Tidak Tuntas
19. FEBYOLA AFIQOH P 60 Tidak Tuntas
20. FITRAH ASRI FIDINILLAH P 80 Tuntas
Jumlah 1382
Nilai Rata-Rata 69 Sangat Kurang
Presentasi Ketuntasan Belajar Siswa 40%
Presentasi Ketidaktuntasan Belajar Siswa 60%

36
37

11.
12.
13.
14.

Hasil Belajar Siswa


14
12
10
Tuntas
8 Tidak Tuntas
6
4
2
0
Siklus I

Grafik 4.1 Hasil Belajar Siswa Siklus I

Pada diagram 4.1 menunjukkan bahwa nilai tes evalusi pada Siklus I
mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pra siklus. Nilai rata- rata siswa
pada Siklus I mencapai 74. Siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) sebanyak 12 siswa (60%). Sedangkan siswa yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebanayak 8 siswa (40%). Hasil belajar siswa
pada Siklus I secara klasikal belum berhasil karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75
(nilai KKM) hanya mencapai 60% dari jumlah siswa seluruh siswa, jadi harus
dilaksanakan perbaikan pada siklus selanjutnya pada selang waktu yang telah
ditentukan.
c. Observasi
1) Data Hasil Observasi Guru

37
38

Hasil Pengamatan Guru Siklus I


Nilai A Nilai B Nilai C Nilai D

48

14
8
0
Siklus I

Diagram 4.2 Hasil Pengamatan Guru Siklus I

Hasil pengamatan guru siklus I pada diagram 4.2 menunjukkan bahwa


penggunaan benda konkrit kegiatan pembelajaran IPA melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siklus I mendapatkan total skor
70 dengan kategori baik yaitu pada nilai A memperoleh jumlah nilai sebanyak 8, nilai
B memperoleh jumlah nilai sebanyak 48, nilai C memperoleh jumlah nilai sebanyak
14, dan nilai D tidak memperoleh jumlah nilai (tabel hasil pengamatan guru siklus I
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.3).
Beberapa masalah yang dihadapi pada siklus I yaitu: (1) Guru kurang
menjelaskan tujuan dan materi yang akan dipelajari (2) Guru kurang mengondisikan
siswa saat pembagian LKPD. (3) Guru kurang mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi secara berkelompok (4) Guru kurang membimbing
pengamatan yang dilakukan siswa dalam kelompok untuk menemukan pemecahan
masalah (5) Guru kurang membimbing siswa untuk menyimpulkan butir- butir
penting pembelajaran hari ini (6) Guru kurang memberikan penguatan terhadap
kesimpulan yang disampaikan oleh siswa (7) Guru kurang melakukan refleksi dari
pembelajaran yang telah berlangsung.

2) Data Hasil Observasi Siswa

38
39

16
14
12
10
8 Baik
Cukup
6
Kurang
4
2
0
Pengetahuan Keaktifan Kerjasama
Presentase

Diagram 4.3 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I


Berdasarkan hasil pengamatan pada diagram 4.3 menunjukkan bahwa
penggunaan benda konkrit kegiatan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) pada Siklus I cukup baik. Pada aspek pengetahuan
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak 3 orang, siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 13 orang, dan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 6 orang. Pada aspek keaktifan
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak 2 orang, siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 12 oarang, dan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 8 orang. Pada aspek kerjasama
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak 3 orang, siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 15 orang, dan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 4 orang. Siswa mampu mampu
menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki, meskipun
masih ada beberapa siswa yang belum menjawab sesuai pengetahuan. Dari aspek
keaktifan dalam Siklus I ini masih kurang di bandindingkan dengan kedua aspek
lainnya. Masih banyak siswa yang belum bekerja secara aktif dalam diskusi
kelompok, hanya beberapa siswa yang terlihat menonjol. Dari aspek kerjasama dalam
Siklus I ini,para siswa terlihat dapat bekerjasama dengan kelompokknya dengan baik,
meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang bekerjasama dengan kelompok.

39
40

Maka solusi yang dilakukan peneliti terhadap siswa setelah melakukan


pengamatan dan evaluasi pada siklus I yaitu peneliti melanjutkan pada siklus II
dengan merancang kembali RPP dan melakukan kegiatan belajar mengajar. Setelah
itu akan dilakukan kembali tes akhir guna mengetahui hasil pembelajaran
penggunaan benda konkrit dengan model Problem Based Learning (PBL).

2. Hasil Penelitian Siklus II


a. Perencanaan Siklus II
Penelitian Siklus II dilaksanakan pada Senin 21 November 2022.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2x35 menit). Pada tahap awal, peneliti
melakukan perencanaan dan pelaksanaan tindakan yaitu kembali merancang RPP
untuk siklus II dan melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dan dikonsultasikan dengan guru kelas.
Menggunakan materi pokok bagian-bagian tumbuhan, kemudian peneliti menyusun
alat evaluasi berupa lembar kerja siswa, alat-alat penyelidikan, dan soal tes yang
berhubungan dengan materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya. Soal yang
disiapkan sebanyak 15 nomor dan hasil tes akhir dapat diketahui bahwa kelemahan-
kelemahan yang terjadi pada Siklus I berhasil diperbaiki pada Siklus II.
b. Pelaksanaan Siklus II

Hasil Belajar Siswa Siklus II


18
16
14
12 Tidak Tuntas
10 Tuntas
8
6
4
2
0
Siklus II

Diagram 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus II

40
41

Pada diagram 4.4 menunjukkan nilai rata- rata yang dicapai siswa pada Siklus
II mencapai 81. Siklus II siswa yang tuntas belajar terdapat 16 siswa (80%),
sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar terdapat 4 siswa (20%). Siklus II
menunjukkan bahwa hasil pembelajaran sudah mencapai indikator ketuntasan belajar
dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥ 75 (nilai KKM). Pembelajaran pada Siklus II
dianggap berhasil sehingga penelitian dihentikan sampai Siklus II.
c. Observasi

1) Data Hasil Observasi Guru

Hasil Pengamatan Guru II


76
80
60
40
18
20 0 0
0
Siklus II

Nilai A Nilai B Nilai C Nilai D

Diagram 4.5 Hasil Pengamatan Guru Siklus II

Berdasarkan diagram 4.5 hasil pengamatan guru siklus II mengungkapkan


bahwa penggunaan benda konkrit kegiatan pembelajaran IPA melalui penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus II mendapatkan total
skor 94 dengan kategori sangat baik. Guru memperoleh nilai A sebanyak 76, nilai B
sebanyak 18, dan tidak mendapatkan nilai C dan D. (tabel hasil pengamatan guru
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.6). Hal ini terlihat jelas dari tabel hasil
pengolahan data aktivitas guru dalam mengelola kelas sudah baik sekali. Ini
disebabkan guru telah memperbaiki atau meningkatkan aspek - aspek yang terdapat
pada proses pembelajaran Siklus I, terutama ketika memberi penguatan pada akhir
pembelajaran ketika siswa menjawab pertanyaan dari guru sehingga proses

41
42

pembelajaran di Siklus II telah tercapai. Peneliti juga melakukan refleksi guna


mengkaji proses pembelajaran dan hasil pengamatan pada guru yaitu:
a. Guru lebih banyak melakukan persiapan dalam pembelajaran terutama
menyiapkan sumber-sumber belajar, misalnya sumber dari koran, televisi,
berita, foto, gambar, dan internet sehingga guru lebih menguasai materi
bahan ajar.
b. Guru mengevaluasi proses pembelajaran untuk memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran.
c. Guru memberi kesempatan kelompok lainnya untuk menanggapi hasil kerja
dari kelompok penyaji.
d. Guru memotivasi siswa untuk belajar.
e. Pada akhir pertemuan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
yang telah diajarkan dan menginformasiakan pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya.

2) Data Hasil Observasi Siswa

42
43

Hasil Pengamatan Siswa Sik-


lus II
40
35 Baik
30 Cukup
25 Kurang
20
15
10
5
0 2
Pengetahuan Keaktifan
0 Kerjasama
0

Diagram 4.6 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II

Hasil penggunaan benda konkrit kegiatan pembelajaran IPA melalui


penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada diagram 4.6
mengungkapkan bahwa siklus II mengalami peningkatan dari aspek pengetahuan,
keaktifan dan kerjasama siswa dibandingkan dengan Siklus I (tabel hasil pengamatan
siswa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.7). Siswa sudah mulai menjawab
pertanyaan sesuai dengan kemampuan. Mereka juga turut aktif dalam pembelajaran
dikelas. Yang semula masih terlihat acuh, pada Siklus II ini sudah terlihat mulai
memperhatikan serta aktif menjawab maupun bertanya. Kerjasama kelompok berjalan
dengan baik, para siswa saling melengkapi kekurangan yang ada dikelompok masing-
masing. Sehingga dalam Siklus II ini pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
sesuai harapan. Peneliti juga melakukan refleksi guna mengkaji proses pembelajaran
dan hasil pengamatan pada tindakan siklus II difokuskan pada masalah-masalah yang
muncul selama pelaksanaan tindakan siklus I. Kegaiatan diperoleh dari beberapa hal
yang dapat dicatat sebagai masukan untuk kemajuan pada hasil belajar siswa yaitu:

a) Peningkatan hasil belajar dengan dorongan rasa ingin tahu yang besar
berusaha untuk mencari sumber informasi dalam pemecahan masalah.

43
44

b) Siswa sopan dalam bertingkah laku selama pembelajaran berlangsung


c) Siswa berani mengeluarkan pendapatnya secara bebeas tanpa ada tekanan
d) Siswa menyelesaikan pembelajaran dengan tepat waktu
e) Siswa percaya diri untuk mengemukakan pendapat di depan kelas.

B. PEMBAHASAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Berdasarkan hasil analisis pengumpulan data maka diperoleh kesimpulan


data hasil belajar. Rekapitulasi hasil belajar siswa per siklus penggunaan benda
konkrit melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) (tabel
rekapitulasi hasil belajar siswa per siklus lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.7).

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Bela-


jar Siswa
18
16
14
Tidak Tuntas
12
Tuntas
10
8
6
4
2
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Diagram 4.7 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Diagram 4.7 menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan
setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil belajar siswa yang
mengalami peningkatan pada setiap siklus merupakan bukti keberhasilan penggunaan
benda konkret dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) pada proses pembelajaran. Menurut Rina Wahyu (2015:31) Model Problem
Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang

44
45

direkomendasikan pada kurikulum 2013 sebagai salah satu model pembelajaran yang
inovatif yang menyediakan perangkat pembelajaran segala alat dan bahan yang
digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran.
Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yaitu
pada tahap Observasi awal terdapat 8 siswa (40%) yang tuntas belajar, sedangkan
siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah KKM) 12 siswa (60%) dengan nilai rata-rata
69. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan belum memenuhi indikator
keberhasilan secara klasikal maka penelitian dilanjutkan pada Siklus I. Data hasil
belajar siswa pada Siklus I terdapat 12 siswa (60%) yang tuntas belajar, sedangkan
siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah KKM) 8 siswa (40%) dengan nilai rata-rata
74. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan dari tahap Pra
Siklus meskipun masih belum memenuhi indikator keberhasilan secara klasikal, maka
penelitian dilanjutkan pada Siklus II.
Menurut Susanto (2015:31) Model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) akan membuat peserta didik terbiasa menghadapi masalah dan tertantang
untuk menyelesaikan masalah baik di dalam kelas maupun dikehidupan sehari-hari
(real world). Lebih lanjut Atmojo (2013: 140) menegaskan model Problem Based
Learning (PBL) menggunakan pembelajaran dengan explorasi lingkungan yang
digunakan berupa pengalaman keseharian peserta didik sehingga dapat meletakkan
dasar-dasar yanng nyata untuk berpikir. Selain itu, Sulistyarini & Santoso (2015: 61)
menyatakan bahwa lingkungan belajar dalam Problem Based Learning (PBL) bersifat
terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada peran aktif siswa.
Hasil belajar siswa pada Siklus II terdapat terdapat 16 siswa (80%) yang
tuntas belajar, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah KKM) 4 siswa
(20%) dengan nilai rata-rata 81. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan sudah
memenuhi indikator keberhasilan secara klasikal yaitu siswa mencapai nilai melebihi
KKM yaitu mendapat nilai ≥ 75 pada mata pelajaran IPA materi bagian-bagian
tumbuhan dan fungsinya dengan persentase ≥ 85% dari jumlah siswa total dalam satu
kelas sebanyak 18 siswa (80%). Maka dari itu penelitian dihentikan siswa yang belum
tuntas pada Siklus II akan diberikan tindakan mandiri berupa latihan- latihan atau

45
46

remidi yang dipantau oleh guru sehingga seluruh siswa diharapkan dapat tuntas
belajar. Pembahasan ketuntansan hasil belajar siswa Pra Siklus - Siklus II dapat
dicermati pada Diagram 4.8.

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus


- Siklus II
18
16
14 Tidak Tuntas
12 Tuntas
10
8
6
4
2
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Diagram 4.8 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus - Siklus II

Diagram 4.8 menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari
siklus ke siklus. Dari data nilai ulangan harian siswa diperoleh nilai rata- rata 69
dengan jumlah siswa 8 siswa (40%) tuntas belajar, pada Siklus I diperoleh nilai rata-
rata 74 dengan jumlah siswa 12 siswa (60%) tuntas belajar, dan pada Siklus II
diperoleh nilai rata- rata 81 dengan jumlah 16 siswa (80%) tuntas belajar.
Berdasarkan ketetapan indikator keberhasilan, yaitu persentase ketuntasan belajar
siswa telah mencapai ≥ 80% maka pembelajaran IPA materi bagian-bagian tumbuhan
dan fungsinya dengan penggunaan media enda konkrit menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dikatakan telah berhasil. Sehingga
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dihentikan pada Siklus II.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Riana Rahmasari (2016), dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal prasiklus,
perolehan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Nglempong Ngaglik Sleman dalam
mata pelajaran IPA, sebanyak 14 siswa atau 58,33% telah memenuhi KKM yang

46
47

telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 65. Sedangkan sebanyak 10 orang atau 41,67%
belum memenuhi KKM. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
IPA siswa kelas IV SD Negeri Nglempong Ngaglik Sleman tergolong rendah. Setelah
diberikan tindakan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada
mata pelajaran IPA, terdapat peningkatan nilai rata- rata 78,58. Sebanyak 23 siswa
atau 95,83% memenuhi KKM dan hanya 1 siswa atau 4,17% yang tidak memenuhi
KKM.

BAB V

47
48

SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan
sebanyak dua siklus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada materi
bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya, dapat disimpulkan bahwa pengunaan benda
konkrit dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi bagian-bagian tumbuhan pada siswa kelas IV
SDN 196/VI Tanah Abang I Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin.
Peningkatan hasil belajar IPA diketahui dengan hasil tes pada Siklus I dan
Siklus II yang menunjukkan peningkatan nilai rata- rata dan persentase ketuntasan
secara klasikal. Di dalam penelitian ini merujuk pada indikator keberhasilan, nilai
yang dihitung yaitu persentase ketuntasan klasikal apabila hasil belajar siswa ≥ 85%
dari jumlah total siswa dalam satu kelas mendapatkan nilai ≥ 75. Rata- rata nilai
siswa materi gaya pada kondisi awal (prasiklus) 69 dengan ketuntasan klasikal
sebesar 40% (8 siswa) dari 20 siswa yang mencapai nilai ≥ 75 (nilai KKM). Siklus I
sebesar 74 dengan ketuntasan klasikal sebesar 60% (12 siswa) yang mencapai nilai ≥
75 (nilai KKM). Siklus II sebesar 81 dengan ketuntasan klasikal 80% (18 siswa) yang
mencapai nilai ≥ 75 (nilai KKM).
Dengan penggunaan model PBL (Problem Based Learning) dan media benda
konkret menjadikan siswa lebih aktif dan antusias dalam melaksanakan pembelajaran
IPA di SD. Selain itu dengan model PBL (Problem Based Learning) dan penggunan
benda konkret yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
dapat meningkatkan daya fokus siswa dalam belajar sehingga meningkatkan hasil
belajarnya.

Dengan demikian, sesuai dengan indikator keberhasilan maka Penelitian


Tindakan Kelas (PTK) pengunaan benda konkrit dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya pada

48
49

siswa kelas IV SDN 196/VI Tanah Abang I Kecamatan Pamenang Kabupaten


Merangin dinyatakan berhasil.

B. Saran tindak lanjut


Berdasarkan simpulan peneliti dapat memberikan saran dan tindak lanjut
sebagai berikut:
1. Bagi guru dapat menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) dan media benda konkret sebagai salah satu model yang dapat
membantu guru dalam pembelajaran IPA agar lebih mudah dipahami siswa.
2. Bagi sekolah dapat mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi
untuk peningkatan mutu pembelajaran.
3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya yang
memiliki relevansi dalam variabel-variabelnya.

49
50

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S. R. (2015). Pembelajaran Saitifik Untuk Implementasi Kurikulum 21013.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Abdullah, S., & Ridwan. (2015). Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi


Kurikum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Aris, S. (2014). Model Pembelajaran Inovatif Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media.

Aris, S. (Yogyakarta). Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. 2014:


Ar-Ruzz Media.

Asih, W. W., & Eka, S. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi
Aksara.

Azhar, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jihan, A., & Haris, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Matondang, dkk. (2019). Evaluasi Hasil Belajar. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Muhibbin, S. (2011). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

50
51

Mulyanta, & Marlon, L. (2009). Tutorial Membangun Multemedia Interaktif Media


Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Najma. (2017). Penerapan Model Probem Based Learning (PBL) Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Tema Selalu Berhemat Energi
Kelas IV MIS 3 Banda Aceh. UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Volume IV.
Nomor 1. Januari – Juni.

Nana, S. (2007). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Nana, S. (2009). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Nana Remaja


Rosda Karya.

Nurbaiti. (2022). Pembelajaran Matematika Berbasis Problem Based Learning. Jawa


Tengah: PT. Nasya Expanding Management
Oon, R. (2013). Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS SD. Purworejo:
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Rasto & Pradana, (2021). Problem Based Learning VS Sains Teknologi dalam
Meningkatkan Intelektual Siswa. Jawa Barat: Penerbit Adab.
Ridwan, S. (2015). Pembelajaran Saintifik untuk Inflementasi kurikulum 2013.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rudi, S., & Cepi, R. (2008). Media Pembelajaran, Hakikat, Pengembangan,


Pemanfaatan dan Peilaian. Bandung: Wacana Prima.

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan.


Bandung: Alfabeta.

Sani, R. (2015). Pembelajaran Saintifik untuk Inflementasi kurikulum 2013. Jakarta:


PT Bumi Aksara.

Setyo, A, dkk. (2020). Strategi Pembelajaran Problem Based Learning. Makasar:


Yayasan Barcode.
Suharsimi, A. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekata Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kencana Prenadamedia Group.

51
52

Usman, S. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA Di Sekolah Dasar. Jakarta:


Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.

Wina, S. (2012). Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan .


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wisudawati, A. W., & Sulistyowati, E. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA.


Jakarta: Bumi Aksara.

Yusrizal. (2016). Pengukuran dan Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta: Penerbit Pale


Media Prima.

52
53

LAMPIRAN

Daftar Nilai Tes Siklus


Hasil Tes Siklus I
No IS Perolehan Skor Jml Nila Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 i
1 AR 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 11 73 Tidak
2 AT 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 12 80 Tuntas
3 AP 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 8 53 Tidak
4 AD 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 10 67 Tidak
5 AF 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 10 67 Tidak
6 AR 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 12 80 Tuntas
7 AA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 87 Tuntas
8 AN 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 80 Tuntas
9 AJ 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 9 60 Tidak
10 AP 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 7 47 Tidak
11 BA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 Tuntas
12 DN 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 87 Tuntas
13 DL 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 9 60 Tidak
14 DA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 12 80 Tuntas

53
54

15 DN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 93 Tuntas
16 DZ 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 12 80 Tuntas
17 EA 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 8 53 Tidak
18 FK 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 87 Tuntas
19 FA 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 80 Tuntas
20 FF 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 Tuntas
Jumlah 147
3
Rata-rata 74 Sedang
Presentasi Ketuntasan belajar siswa 60
Presentasi Ketidaktuntasan belajar siswa 40

Keterangan
Rata-rata = Jumlah nilai keseluruhan
Jumlah siswa keseluruhan

Presentasi ketutasan belajar = Jumlah siswa yang tuntas X 100


Jumlah siswa keseluruhan

Presentasi ketidaktuntasan belajar = Jumlah siswa yang tidak tuntas X 100


Jumlah siswa keseluruhan

Daftar Nilai Tes Siklus


Hasil Tes Siklus II
No IS Perolehan Skor Jml Nila Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 i
1 AR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 13 87 Tuntas
2 AT 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 12 80 Tuntas
3 AP 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 10 67 Tidak
4 AD 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 10 67 Tidak
5 AF 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 Tuntas
6 AR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 93 Tuntas
7 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Tuntas
8 AN 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 80 Tuntas
9 AJ 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 80 Tuntas
10 AP 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 8 53 Tidak
11 BA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 93 Tuntas
12 DN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Tuntas

54
55

13 DL 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 73 Tidak
14 DA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 12 80 Tuntas
15 DN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 93 Tuntas
16 DZ 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 12 80 Tuntas
17 EA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 12 80 Tuntas
18 FK 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 87 Tuntas
19 FA 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 80 Tuntas
20 FF 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 Tuntas
Jumlah 163
3 Sangat
Rata-rata 81 baik
Presentasi Ketuntasan belajar siswa 80
Presentasi Ketidaktuntasan belajar siswa 20

Keterangan
Rata-rata = Jumlah nilai keseluruhan
Jumlah siswa keseluruhan

Presentasi ketutasan belajar = Jumlah siswa yang tuntas X 100


Jumlah siswa keseluruhan

Presentasi ketidaktuntasan belajar = Jumlah siswa yang tidak tuntas X 100


Jumlah siswa keseluruhan

Rekapitulasi Nilai Siklus I dan II


No Nama Siswa Nilai Siklu Siklus Keterangan
Awal sI II
1 70 73 87 Tuntas
2 77 80 80 Tuntas
3 70 53 67 Tidak
4 75 67 67 Tidak
5 60 67 80 Tidak
6 50 80 93 Tuntas

55
56

7 76 87 100 Tuntas
8 55 80 80 Tuntas
9 60 60 80 Tuntas
10 80 47 53 Tidak
11 70 80 93 Tuntas
12 77 87 100 Tuntas
13 70 60 73 Tidak
14 75 80 80 Tuntas
15 68 93 93 Tuntas
16 70 80 80 Tuntas
17 76 53 80 Tuntas
18 63 87 87 Tuntas
19 60 80 80 Tuntas
20 80 80 80 Tuntas
Jumlah 1382 1473 1633
Nilai Rata-rata 69 74 81
Presentasi ketuntasan hasil belajar siswa 40% 60% 80% Sangat Baik
Presenasi Ketidaktuntasan hasil belajar 60% 40% 20%
siswa

3. Hasil Penelitian Siklus I


d. Perencanaan Siklus I
Penelitian Siklus I dilakukan pada Senin 14 November 2022 dan Selasa 15
November 2022. Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Pada
bagian perencanaan dan pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu menyusun
RPP untuk siklus I dan dikonsultasikan dengan guru kelas. Menetapkan materi pokok
yang diajarkan pada Siklus I yaitu materi bagian-bagian tummbuhan dan fungsinya.
Kemudian peneliti menyusun alat evaluasi berupa lembar kerja siswa, alat-alat
penyelidikan, dan soal tes yang berhubungan dengan materi bagian-bagian tumbuhan
dan fungsinya. Soal yang disiapkan sebanyak 15 nomor untuk mengetahui sejauh
mana hasil dari tindakan pada siklus I. Setelah itu membuat instrumen pengamatan
untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Tahap
akhir adalah menentukan hasil siklus I yaitu hasil pengamatan yang peneliti lakukan
pada Siklus I menunjukkan bahwa siswa sangat bersemangat dalam mengikuti proses

56
57

pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), meskipun


belum semua siswa berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang tidak
mencapai ketuntasan belajar pada siklus I akan melanjutkan pada siklus II dengan
merevisi kembali hambatan yang ditemukan pada siklus I dengan berkonsultasi
bersama guru bidang studi IPA.

e. Pelaksanaan Siklus I

Hasil Belajar Siswa


14
12
10
Tuntas
8 Tidak Tuntas
6
4
2
0
Siklus I

Grafik 4.1 Hasil Belajar Siswa Siklus I

Pada diagram 4.1 menunjukkan bahwa nilai tes evalusi pada Siklus I
mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pra siklus. Nilai rata- rata siswa
pada Siklus I mencapai 74. Siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) sebanyak 12 siswa (60%). Sedangkan siswa yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebanayak 8 siswa (40%). Hasil belajar siswa
pada Siklus I secara klasikal belum berhasil karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75
(nilai KKM) hanya mencapai 60% dari jumlah siswa seluruh siswa, jadi harus
dilaksanakan perbaikan pada siklus selanjutnya pada selang waktu yang telah
ditentukan.
f. Observasi
3) Data Hasil Observasi Guru

57
58

Hasil Pengamatan Guru Siklus I


Nilai A Nilai B Nilai C Nilai D

48

14
8
0
Siklus I

Diagram 4.2 Hasil Pengamatan Guru Siklus I

Hasil pengamatan guru siklus I pada diagram 4.2 menunjukkan bahwa


penggunaan benda konkrit kegiatan pembelajaran IPA melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siklus I mendapatkan total skor
70 dengan kategori baik yaitu pada nilai A memperoleh jumlah nilai sebanyak 8, nilai
B memperoleh jumlah nilai sebanyak 48, nilai C memperoleh jumlah nilai sebanyak
14, dan nilai D tidak memperoleh jumlah nilai (tabel hasil pengamatan guru siklus I
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.3).
Beberapa masalah yang dihadapi pada siklus I yaitu: (1) Guru kurang
menjelaskan tujuan dan materi yang akan dipelajari (2) Guru kurang mengondisikan
siswa saat pembagian LKPD. (3) Guru kurang mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi secara berkelompok (4) Guru kurang membimbing
pengamatan yang dilakukan siswa dalam kelompok untuk menemukan pemecahan
masalah (5) Guru kurang membimbing siswa untuk menyimpulkan butir- butir
penting pembelajaran hari ini (6) Guru kurang memberikan penguatan terhadap
kesimpulan yang disampaikan oleh siswa (7) Guru kurang melakukan refleksi dari
pembelajaran yang telah berlangsung.

4) Data Hasil Observasi Siswa

58
59

16
14
12
10
8 Baik
Cukup
6
Kurang
4
2
0
Pengetahuan Keaktifan Kerjasama
Presentase

Diagram 4.3 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I


Berdasarkan hasil pengamatan pada diagram 4.3 menunjukkan bahwa
penggunaan benda konkrit kegiatan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) pada Siklus I cukup baik. Pada aspek pengetahuan
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak 3 orang, siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 13 orang, dan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 6 orang. Pada aspek keaktifan
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak 2 orang, siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 12 oarang, dan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 8 orang. Pada aspek kerjasama
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak 3 orang, siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 15 orang, dan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 4 orang. Siswa mampu mampu
menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki, meskipun
masih ada beberapa siswa yang belum menjawab sesuai pengetahuan. Dari aspek
keaktifan dalam Siklus I ini masih kurang di bandindingkan dengan kedua aspek
lainnya. Masih banyak siswa yang belum bekerja secara aktif dalam diskusi
kelompok, hanya beberapa siswa yang terlihat menonjol. Dari aspek kerjasama dalam
Siklus I ini,para siswa terlihat dapat bekerjasama dengan kelompokknya dengan baik,
meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang bekerjasama dengan kelompok.

59
60

Maka solusi yang dilakukan peneliti terhadap siswa setelah melakukan


pengamatan dan evaluasi pada siklus I yaitu peneliti melanjutkan pada siklus II
dengan merancang kembali RPP dan melakukan kegiatan belajar mengajar. Setelah
itu akan dilakukan kembali tes akhir guna mengetahui hasil pembelajaran
penggunaan benda konkrit dengan model Problem Based Learning (PBL).

4. Hasil Penelitian Siklus II


d. Perencanaan Siklus II
Penelitian Siklus II dilaksanakan pada Senin 21 November 2022.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2x35 menit). Pada tahap awal, peneliti
melakukan perencanaan dan pelaksanaan tindakan yaitu kembali merancang RPP
untuk siklus II dan melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dan dikonsultasikan dengan guru kelas.
Menggunakan materi pokok bagian-bagian tumbuhan, kemudian peneliti menyusun
alat evaluasi berupa lembar kerja siswa, alat-alat penyelidikan, dan soal tes yang
berhubungan dengan materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya. Soal yang
disiapkan sebanyak 15 nomor dan hasil tes akhir dapat diketahui bahwa kelemahan-
kelemahan yang terjadi pada Siklus I berhasil diperbaiki pada Siklus II.

e. Pelaksanaan Siklus II

60
61

Hasil Belajar Siswa Siklus II


18
16
14
12 Tidak Tuntas
10 Tuntas
8
6
4
2
0
Siklus II

Diagram 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus II

Pada diagram 4.4 menunjukkan nilai rata- rata yang dicapai siswa pada Siklus
II mencapai 81. Siklus II siswa yang tuntas belajar terdapat 16 siswa (80%),
sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar terdapat 4 siswa (20%). Siklus II
menunjukkan bahwa hasil pembelajaran sudah mencapai indikator ketuntasan belajar
dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥ 75 (nilai KKM). Pembelajaran pada Siklus II
dianggap berhasil sehingga penelitian dihentikan sampai Siklus II.
f. Observasi

3) Data Hasil Observasi Guru

Hasil Pengamatan Guru II


76
80
60
40
18
20 0 0
0
Siklus II

Nilai A Nilai B Nilai C Nilai D

Diagram 4.5 Hasil Pengamatan Guru Siklus II

Berdasarkan diagram 4.5 hasil pengamatan guru siklus II mengungkapkan


bahwa penggunaan benda konkrit kegiatan pembelajaran IPA melalui penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus II mendapatkan total

61
62

skor 94 dengan kategori sangat baik. Guru memperoleh nilai A sebanyak 76, nilai B
sebanyak 18, dan tidak mendapatkan nilai C dan D. (tabel hasil pengamatan guru
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.6). Hal ini terlihat jelas dari tabel hasil
pengolahan data aktivitas guru dalam mengelola kelas sudah baik sekali. Ini
disebabkan guru telah memperbaiki atau meningkatkan aspek - aspek yang terdapat
pada proses pembelajaran Siklus I, terutama ketika memberi penguatan pada akhir
pembelajaran ketika siswa menjawab pertanyaan dari guru sehingga proses
pembelajaran di Siklus II telah tercapai. Peneliti juga melakukan refleksi guna
mengkaji proses pembelajaran dan hasil pengamatan pada guru yaitu:
f. Guru lebih banyak melakukan persiapan dalam pembelajaran terutama
menyiapkan sumber-sumber belajar, misalnya sumber dari koran, televisi,
berita, foto, gambar, dan internet sehingga guru lebih menguasai materi
bahan ajar.
g. Guru mengevaluasi proses pembelajaran untuk memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran.
h. Guru memberi kesempatan kelompok lainnya untuk menanggapi hasil kerja
dari kelompok penyaji.
i. Guru memotivasi siswa untuk belajar.
j. Pada akhir pertemuan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
yang telah diajarkan dan menginformasiakan pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya.

62

Anda mungkin juga menyukai