BAB I
PENDAHULAUAN
1
2
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini akhirnya berdampak pada hasil belajar
siswa yang rendah.lmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu substansi mata
pelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran IPA di
kelas dipandang sebagai proses aktif, dan sangat dipengaruhi oleh apa yang
sebenarnya ingin dipelajari anak, hasil belajar bukan semata-mata bergantung pada
apa yang disajikan guru, melainkan interaksi antara berbagai informasi yang dimintai
kepada anak dan bagaimana anak mengolah informasi berdasarkan pemahaman yang
dimilki sebelumnya. (Usman, 2006)
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena hasil belajar dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui
seberapa jauh perubahan pada diri siswa setelah menerima pengalaman belajarnya
yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Nilai KKM pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, telah diterapkan oleh
sekolah yaitu 75,00.
Melihat kondisi lapangan di kelas IV pada SDN NO. 196/VI Tanah Abang I,
yakni melalui pengamatan langsung oleh penulis terlihat kurang terlibatnya siswa
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.Hal ini mengakibatkan hasil belajar
yang rendah yaitu dengan nilai rata-rata hanya sebesar 69. Dari 20 siswa kelas IV
hanya 8 orang (40 %) yang tuntas belajar (Mencapai KKM), sedangkan siswa yang
tidak tuntas belajar (dibawah KKM) 12 siswa (60%).
Kondisi lain terlihat aktifitas belajar siswa cenderung rendah dan monoton,
ditandai dengan siswa lebih senang diceramahi, siswa sedikit sekali yang mau
bertanya, sedikit siswa yang mampu menjawab pertanyaan, dan contoh-contoh materi
pelajaran yang diberikan guru masih kurang terkait dengan lingkungan kehidupan
siswa sehari-hari.
Kondisi pembelajaran IPA yang demikian akan menimbulkan dampak kurang
menggembirakan terhadap hasil belajar siswa, dan lebih jauh lagi dapat menimbulkan
kesan tidak baik terhadap pembelajaran IPA seperti pengetahuan IPA hanyalah
bersifat teoretis semata.
2
3
3
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan terdahulu maka rumusan
masalah penelitian tindakan kelas ini dapat rumusan sebagai berikut “Apakah
penggunaan media pembelajaran benda konkrit dengan menggunakan model PBL
(Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pembelajaran bagian-bagian tumbuhan dengan fungsinya Pada mata pelajaran IPA
kelas IV SDN 196/VI Tanah Abang I ?
4
5
5
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengirim pesan dari pengirim kepada penerima pesan. (Azhar, 2007) Oleh karena
media bukanlah “pesan” itu sendiri, media perlu dimanfaatkan dengan benar oleh
pengirim agar penerima maupun menangkap pesan yang terkandung pada media.
Dengan kata lain, media adalah sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik, sehingga mendorong
terjadinya proses belajar mengajar pendidikan pada dirinya. Penggunaan media
secara kreatif akan memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih baik dan dapat
meningkatkan performance mereka sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Namun sebaliknya, penggunaan media yang salah tidaklah memiliki fungsi
seagaimana mestinya.
Selain pengertian media yang telah diuraikan di atas, beberapa pakar dan
juga organisasi yang memberikan batasan mengenai pengertian media. Beberapa
diantaranya mengemukakan bahwa media adalah sebagai berikut.
a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pemelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru.
b. National Education Asociation (NEA) memberikan batasan bahwa media
merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual,
termasuk teknologi perangkat kerasnya.
c. Briggs berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan
perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.
6
7
2. Benda Konkrit
Menurut Sudjana , penggunaan benda konkret/nyata didalam proses belajar
mengajar terutama bertujuan untuk memperkenalkan suatu unit pelajaran tertentu,
proses kerja suatu objek studi tertentu atau bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang
diperlukan. (Nana, Media Pengajaran, 2007).
Benda konkrit itu sendiri termasuk media pembelajaran yang berasal dari
benda-benda nyata yang banyak dikenal oleh siswa dan mudah didapatkan. Media ini
mudah digunakan oleh guru dan dan siswa karena media ini sering dijumpai
dilingkungan sekitar. Prinsip kemudahan ini sesuai dengan criteria media
pembelajaran yang baik.
7
8
Adapun kriteria media pembelajaran yang baik, idealnya meliputi empat hal
utama, yaitu:
a. Kesesuaian atau relevansi, artinya media pembelajaran yang digunakan
harus sesuai dengan kebutuhan belajar, rencana kegiatan belajar, program
kegiatan belajar, tujuan belajar dan karakteristik peserta didik
b. Kemudahan, artinya semua isi pembelajaran melalui media harus mudah
dimengerti, dipelajari atau dipahami oleh peserta didik, dan sangat
operasional dalam penggunaannya
c. Kemenarikan, artinya media pembajaran harus mampu menarik maupun
merangsang perhatian peserta didik, baik tampilan, pilihan warna, maupun
isinya. Uraian isi tidak membingungkan serta dapat menggugah minat
peserta didik untuk menggunakan media tersebut.
d. Kemanfaatan, artinya isi dari media pembelajaran harus bernilai atau
berguna, mengandung manfaat bagi pemahaman materi pembelajaran serta
tidak mubazir atau sia-sia apalagi merusak pemahaman peserta didik.
(Mulyanta & Marlon, 2009)
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
terdiri atas tangkai daun dan helaian daun. Di samping bagian-bagian tersebut, ada
beberapa jenis tumbuhan yang mempunyai pelepah pada daunnya. Daun pun
mempunyai susunan tulang daun. Berdasarkan susunannya, tulang daun ada yang
menyirip, menjari, dan sejajar.
a) Tulang Daun Menyirip contoh tumbuhan yang bertulang daun menyirip
adalah daun mangga, daun mahoni, daun rambutan, daun jambu, dll.
b) Tulang Daun Menjari, contoh tumbuhan yang bertulang daun menjari adalah
daun singkong, daun pepaya dan daun jarak.
c) Tulang Daun Sejajar , Contoh tumbuhan yang bertulang daun sejajar adalah
jagung, tebu,padi dan alang-alang.
4. Bunga
Bunga merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan. Bagian-bagian bunga, yaitu :
a) Tangkai Bunga
b) Kelopak Bunga
c) Mahkota Bunga
d) Putik
e) Benang Sari
5. Buah dan Biji
Buah merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi melindungi biji. Buah ada
yang berdaging, contohnya buah mangga dan buah apel. Buah terdiri atas daging
buah dan biji. Biji merupakan hasil dari pembuahan yang terjadi akibat penyerbukan
antara serbuk sari dan putik. Jika biji ditanam akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Biji ada yang berkeping satu dan ada yang berkeping dua. Biji berkeping satu disebut
monokotil dan biji berkeping dua disebut dikotil.
15
16
16
17
17
18
kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. Energi dan perubahannya meliputi: gaya,
bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. Bumi dan alam
semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda- benda langit lainnya.(Peraturan
Menteri Pendidikan No. 22 Tahun 2006)
18
19
serap siswa terhadap materi pelajaran yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan hasil belajar dalam pembelajaran.
19
20
20
21
1. Faktor Fisiologis: hal fisiologis, semacam hal kesehatan yang prima, tidak
dalam situasi lelah, tidak dalam situasi cacat fisik serta hal serupanya.
tentang-perihal itu sanggup pengaruhi siswa dalam menerima pelajaran.
2. Faktor psikis : Faktor kognitif, pelajar yang pada biasanya dilihat lebih
prinsipil berikut ini:
a) Intelegensi serta talenta
Seorang yang ada intelegensi positif (IQ-nya teratas) biasanya
gampang berlatih serta hasilnyapula mengarah positif. kebalikannya
orang yang intelegensinya ringan, mengarah mendapati kelangkaan
dalam berlatih, lelet menyangka alhasil hasil berlatihnya pun ringan.
talenta, pula besar pengaruhnya dalam menentuka keberhasilan
berlatih. Misalnya berlatih bermain piano, bila ia ada kebolehan
irama, bakal lebih gampang serta segera pintar ketimbang dengan
orang yang tidak ada bakat.
b) Minat serta dorongan
Minat yang besar mengarah menciptakan hasil yang teratas,
kebalikannya kehendak berlatih kurang bakal menciptakan hasil yang
ringan. sebaliknya impuls bertentangan dengan kehendak. dia yakni
inisiator/ penggerak guna melaksanakan suatu karier. Yang lumrah
berawal dari dalam diri serta pula dari luar. Motivasi yang tiba dari
dalam diri adalah motivasi yang tiba dari jiwa jantung hati, biasanya
gara-gara pemahaman bakal esensialnya suatu. sebaliknya impuls
yang berawal dari luar adalah motivasi dari orang lanjut usia, guru,
rekan, serta bagian rakyat. kokoh lemahnya impuls berlatih seorang
ikut pengaruhi keberhasilannya..
21
22
1. Keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu serta anak- anak dan juga famili yang jadi
penunggu rumah. Faktor orang tua amat besar pengaruhnya kepada
keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua,
besar kecilnya perolehan, layak ataupun minimnya atensi serta pengarahan
orang tua, damai tidaknya kedua orang tua, bersahabat tidaknya jalinan
kasih orang tua dengan buah hatinya, seluruhnya akan ikut pengaruhi hasil
belajar anak.
2. Sekolah
Status sekolah tempat belajar ikut pengaruhi jenjang keberhasilan belajar.
mutu guru, sistem mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan keahlian
anak, situasi fasilitas/perlengkapan di sekolah, situasi ruangan, jumlah anak
didik, serta penerapan peraturan disiplin di sekolah serta hal lainnya,
Seluruhnya akan mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Seumpama
sebuah sekolah kurang mencermati peraturan disiplin (taat), sehingga
murid-muridnya kurang menuruti perintah gurunya serta alhasil mereka
tidak bersedia belajar serius di sekolah ataupun dirumah.
3. Masyarakat
Masyarakat juga mempengaruhi hasil belajar. seumpama dikurang lebih
tempat bersemayam situasi masyarakat terdiri dari orang- orang yang
berpikir lebih dalam menuntut ilmu teratas serta moralnya positif, perihal
ini bakal menekan anak guna lebih aktif belajar.
4. Lingkungan Sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga berpotensi dalam pengaruhi hasil
belajar. Keadaan lingkungan, gedung rumah, situasi kurang lebih, situasi
kemudian rute, kondisi serta serupanya. contoh apabila gedung rumah
masyarakat amat rapat, bakal mengacaukan berlatih. Keadaan kemudian
rute yang menggemparkan, suara hiruk-pikuk orang disekitar, suara pabrik,
pengotoran cuaca kondisi sangat panas, semua ini bakal pengaruhi tindakan
22
23
belajar. kebalikannya, tempat yang sunyi dengan kondisi lega, ini akan
mendukung teknik belajar.
Berdasarkan opini diatas dapat disimpulkan kalau faktor-faktor yang pengaruhi
hasil belajar siswa diklasifikasikan menjadi dua aspek yang pertama dari dalam diri
siswa semacam aspek fisiologis serta aspek mental. Kedua aspek yang beasal dari
luar diri pelajar semacam keluarga, sekolah, masyarakat serta lingkungan sekitar.
Aspek tersebut itu sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
23
24
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
24
25
25
26
SIKLUS I
Refleksi I Observasi I
Permasalahan Baru
Hasil Refleksi
Perencanaan Pelaksanaan
Tindakan II Tindakan II
SIKLUS II
Penyimpulan
dan Pemaknaan
Hasil
26
27
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan ini pembelajaran dengan menerapkan langkah-langkah
pembelajaran yang telah disusun pada tahapan perencanaan, peneliti dibantu oleh
supervaisor 2 sebagai pengamat. Langkah-langkah pembelajaran yang ada pada RPP
sesuai dengan Media Pembelajaran Benda Konkrit dan model PBL sebagai berikut:
Pendahuluan
1. Guru bersama siswa saling memberi dan menjawab salam serta
menyampaikan kabar masing-masing.
2. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
3. Guru memeriksa kehadiran siswa
4. Guru menyampaikan kepada siswa tentang KD, IPK dan tujuan
pembelajaran pada pertemuan ini.
5. Siswa diberi motivasi tentang materi “Bagian-Bagian Tumbuhan dan
Fungsinya” yaitu: “Materi ini bermanfaat untuk kita pelajari karena dapat
membantu kita mengetahui apa saja bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya
dalam kehidupan sehari-hari.
6. Siswa diingatkan kembali (Apersepsi) tentang Materi Pada KD Sebelumnya.
7. Guru menyampaikan kepada siswa pembelajaran kali ini menggunakan
Media Pembelajaran Benda Konkrit dan model PBL diskusi kelas serta
menggunakan LKS.
8. Siswa diingatkan oleh guru bahwa selama proses pembelajaran akan
dilakukan penilaian sikap dan evaluasi sebagai penilaian pengetahuan serta
menyajikan hasil diskusi sebagai penilaian keterampilan.
Kegiatan Inti
1. Guru Menyampaikan materi dengan urutan materi;
2. Guru memberikan siswa motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
perhatiannya pada Media Pembelajaran Benda Konkrit yang disajikan.
27
28
28
29
∑X
X = ∑N
Keterangan
X= Nilai Rata-Rata
29
30
Tahap Refleksi
(d) Refleksi; pada tahapan ini peneliti sebagai guru dan bersama supervisor 2
sebagai observer melakukan analisis terhadap keterlaksanaan pembelajaran dan
ketercapaian hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar, yang dibandingkan dengan
KKM. Apabila hasil belajar diatas KKM maka perbaikan pembalajaran bisa
dihentikan, namun apabila hasil belajar dibawah KKM maka akan dilakukan siklus
berikutnya.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II masih sama dengan perencanaan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Pada tahap ini peneliti melakuakan kegiatan
sebagai berikut:
(a) Perencanaan, pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan antara lain:
menyiapkan dan membuat RPP, menyiapkan dan membuat alat evaluasi, menyiapkan
dan membuat media, menyiapkan dan membuat pedoman observasi, menyiapkan dan
membuat pedoman penilaian;
(b) Tindakan, pada tahapan ini maka dilakukan pembelajaran dengan
menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun pada tahapan
perencanaan, peneliti di bantu oleh supervaisor 2.
(c) Pengamatan, pada tahapan ini observer melakukan observasi terhadap
kelancaran pembelajaran yang difokuskan kepada proses hasil belajar. Supervisor 2
mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru serta aktivitas belajar
siswa.
(d) Refleksi; pada tahapan ini peneliti sebagai guru dan bersama supervisor 2
sebagai observer melakukan analisis terhadap keterlaksanaan pembelajaran dan
ketercapaian hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar, yang dibandingkan dengan
KKM.
30
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
31
32
Jenis
No Nama Siswa Kelamin Nilai Keterangan
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh siswa
kelas IV SDN 196/IV Tanah Abang I adalah 69 dengan persentase ketuntasan sebesar
32
33
40%. Dari 20 siswa hanya 8 siswa yang mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan.
Hasil belajar ini menunjukan perlu adanya peningkatkan hasil belajar dengan cara
melakukan PenelitianTindakan Kelas (PTK) menggunakan media pembelajaran
benda konkrit dan model Pembelajaran.
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan Siklus I
Penelitian Siklus I dilakukan pada Senin 14 November 2022 dan Selasa 15
November 2022. Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Pada
bagian perencanaan dan pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu menyusun
RPP untuk siklus I dan dikonsultasikan dengan guru kelas. Menetapkan materi pokok
yang diajarkan pada Siklus I yaitu materi “bagian-bagian tummbuhan dan fungsinya”.
Kemudian peneliti menyusun alat evaluasi berupa lembar kerja siswa, alat-alat
penyelidikan, dan soal tes yang berhubungan dengan materi “bagian-bagian
tumbuhan dan fungsinya’. Soal yang disiapkan sebanyak 15 nomor untuk
mengetahui sejauh mana hasil dari tindakan pada siklus I. Setelah itu membuat
instrumen pengamatan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Tahap akhir adalah menentukan hasil siklus I yaitu hasil pengamatan yang
peneliti lakukan pada Siklus I menunjukkan bahwa siswa sangat bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran PBL meskipun belum
semua siswa berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang tidak
mencapai ketuntasan belajar pada Siklus I akan melanjutkan pada siklus II dengan
merevisi kembali hambatan yang ditemukan pada siklus I dengan berkonsultasi
bersama guru kelas.
b. Pelaksanaan Siklus I
33
34
34
35
35
36
36
37
11.
12.
13.
14.
Pada diagram 4.1 menunjukkan bahwa nilai tes evalusi pada Siklus I
mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pra siklus. Nilai rata- rata siswa
pada Siklus I mencapai 74. Siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) sebanyak 12 siswa (60%). Sedangkan siswa yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebanayak 8 siswa (40%). Hasil belajar siswa
pada Siklus I secara klasikal belum berhasil karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75
(nilai KKM) hanya mencapai 60% dari jumlah siswa seluruh siswa, jadi harus
dilaksanakan perbaikan pada siklus selanjutnya pada selang waktu yang telah
ditentukan.
c. Observasi
1) Data Hasil Observasi Guru
37
38
48
14
8
0
Siklus I
38
39
16
14
12
10
8 Baik
Cukup
6
Kurang
4
2
0
Pengetahuan Keaktifan Kerjasama
Presentase
39
40
40
41
Pada diagram 4.4 menunjukkan nilai rata- rata yang dicapai siswa pada Siklus
II mencapai 81. Siklus II siswa yang tuntas belajar terdapat 16 siswa (80%),
sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar terdapat 4 siswa (20%). Siklus II
menunjukkan bahwa hasil pembelajaran sudah mencapai indikator ketuntasan belajar
dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥ 75 (nilai KKM). Pembelajaran pada Siklus II
dianggap berhasil sehingga penelitian dihentikan sampai Siklus II.
c. Observasi
41
42
42
43
a) Peningkatan hasil belajar dengan dorongan rasa ingin tahu yang besar
berusaha untuk mencari sumber informasi dalam pemecahan masalah.
43
44
Diagram 4.7 menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan
setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil belajar siswa yang
mengalami peningkatan pada setiap siklus merupakan bukti keberhasilan penggunaan
benda konkret dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) pada proses pembelajaran. Menurut Rina Wahyu (2015:31) Model Problem
Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang
44
45
direkomendasikan pada kurikulum 2013 sebagai salah satu model pembelajaran yang
inovatif yang menyediakan perangkat pembelajaran segala alat dan bahan yang
digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran.
Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yaitu
pada tahap Observasi awal terdapat 8 siswa (40%) yang tuntas belajar, sedangkan
siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah KKM) 12 siswa (60%) dengan nilai rata-rata
69. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan belum memenuhi indikator
keberhasilan secara klasikal maka penelitian dilanjutkan pada Siklus I. Data hasil
belajar siswa pada Siklus I terdapat 12 siswa (60%) yang tuntas belajar, sedangkan
siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah KKM) 8 siswa (40%) dengan nilai rata-rata
74. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan dari tahap Pra
Siklus meskipun masih belum memenuhi indikator keberhasilan secara klasikal, maka
penelitian dilanjutkan pada Siklus II.
Menurut Susanto (2015:31) Model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) akan membuat peserta didik terbiasa menghadapi masalah dan tertantang
untuk menyelesaikan masalah baik di dalam kelas maupun dikehidupan sehari-hari
(real world). Lebih lanjut Atmojo (2013: 140) menegaskan model Problem Based
Learning (PBL) menggunakan pembelajaran dengan explorasi lingkungan yang
digunakan berupa pengalaman keseharian peserta didik sehingga dapat meletakkan
dasar-dasar yanng nyata untuk berpikir. Selain itu, Sulistyarini & Santoso (2015: 61)
menyatakan bahwa lingkungan belajar dalam Problem Based Learning (PBL) bersifat
terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada peran aktif siswa.
Hasil belajar siswa pada Siklus II terdapat terdapat 16 siswa (80%) yang
tuntas belajar, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar (dibawah KKM) 4 siswa
(20%) dengan nilai rata-rata 81. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan sudah
memenuhi indikator keberhasilan secara klasikal yaitu siswa mencapai nilai melebihi
KKM yaitu mendapat nilai ≥ 75 pada mata pelajaran IPA materi bagian-bagian
tumbuhan dan fungsinya dengan persentase ≥ 85% dari jumlah siswa total dalam satu
kelas sebanyak 18 siswa (80%). Maka dari itu penelitian dihentikan siswa yang belum
tuntas pada Siklus II akan diberikan tindakan mandiri berupa latihan- latihan atau
45
46
remidi yang dipantau oleh guru sehingga seluruh siswa diharapkan dapat tuntas
belajar. Pembahasan ketuntansan hasil belajar siswa Pra Siklus - Siklus II dapat
dicermati pada Diagram 4.8.
Diagram 4.8 menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari
siklus ke siklus. Dari data nilai ulangan harian siswa diperoleh nilai rata- rata 69
dengan jumlah siswa 8 siswa (40%) tuntas belajar, pada Siklus I diperoleh nilai rata-
rata 74 dengan jumlah siswa 12 siswa (60%) tuntas belajar, dan pada Siklus II
diperoleh nilai rata- rata 81 dengan jumlah 16 siswa (80%) tuntas belajar.
Berdasarkan ketetapan indikator keberhasilan, yaitu persentase ketuntasan belajar
siswa telah mencapai ≥ 80% maka pembelajaran IPA materi bagian-bagian tumbuhan
dan fungsinya dengan penggunaan media enda konkrit menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dikatakan telah berhasil. Sehingga
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dihentikan pada Siklus II.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Riana Rahmasari (2016), dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal prasiklus,
perolehan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Nglempong Ngaglik Sleman dalam
mata pelajaran IPA, sebanyak 14 siswa atau 58,33% telah memenuhi KKM yang
46
47
telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 65. Sedangkan sebanyak 10 orang atau 41,67%
belum memenuhi KKM. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
IPA siswa kelas IV SD Negeri Nglempong Ngaglik Sleman tergolong rendah. Setelah
diberikan tindakan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada
mata pelajaran IPA, terdapat peningkatan nilai rata- rata 78,58. Sebanyak 23 siswa
atau 95,83% memenuhi KKM dan hanya 1 siswa atau 4,17% yang tidak memenuhi
KKM.
BAB V
47
48
A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan
sebanyak dua siklus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada materi
bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya, dapat disimpulkan bahwa pengunaan benda
konkrit dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi bagian-bagian tumbuhan pada siswa kelas IV
SDN 196/VI Tanah Abang I Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin.
Peningkatan hasil belajar IPA diketahui dengan hasil tes pada Siklus I dan
Siklus II yang menunjukkan peningkatan nilai rata- rata dan persentase ketuntasan
secara klasikal. Di dalam penelitian ini merujuk pada indikator keberhasilan, nilai
yang dihitung yaitu persentase ketuntasan klasikal apabila hasil belajar siswa ≥ 85%
dari jumlah total siswa dalam satu kelas mendapatkan nilai ≥ 75. Rata- rata nilai
siswa materi gaya pada kondisi awal (prasiklus) 69 dengan ketuntasan klasikal
sebesar 40% (8 siswa) dari 20 siswa yang mencapai nilai ≥ 75 (nilai KKM). Siklus I
sebesar 74 dengan ketuntasan klasikal sebesar 60% (12 siswa) yang mencapai nilai ≥
75 (nilai KKM). Siklus II sebesar 81 dengan ketuntasan klasikal 80% (18 siswa) yang
mencapai nilai ≥ 75 (nilai KKM).
Dengan penggunaan model PBL (Problem Based Learning) dan media benda
konkret menjadikan siswa lebih aktif dan antusias dalam melaksanakan pembelajaran
IPA di SD. Selain itu dengan model PBL (Problem Based Learning) dan penggunan
benda konkret yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
dapat meningkatkan daya fokus siswa dalam belajar sehingga meningkatkan hasil
belajarnya.
48
49
49
50
DAFTAR PUSTAKA
Asih, W. W., & Eka, S. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi
Aksara.
Jihan, A., & Haris, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Matondang, dkk. (2019). Evaluasi Hasil Belajar. Medan: Yayasan Kita Menulis.
50
51
Rasto & Pradana, (2021). Problem Based Learning VS Sains Teknologi dalam
Meningkatkan Intelektual Siswa. Jawa Barat: Penerbit Adab.
Ridwan, S. (2015). Pembelajaran Saintifik untuk Inflementasi kurikulum 2013.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
51
52
52
53
LAMPIRAN
53
54
15 DN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 93 Tuntas
16 DZ 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 12 80 Tuntas
17 EA 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 8 53 Tidak
18 FK 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 87 Tuntas
19 FA 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 80 Tuntas
20 FF 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 Tuntas
Jumlah 147
3
Rata-rata 74 Sedang
Presentasi Ketuntasan belajar siswa 60
Presentasi Ketidaktuntasan belajar siswa 40
Keterangan
Rata-rata = Jumlah nilai keseluruhan
Jumlah siswa keseluruhan
54
55
13 DL 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 73 Tidak
14 DA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 12 80 Tuntas
15 DN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 93 Tuntas
16 DZ 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 12 80 Tuntas
17 EA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 12 80 Tuntas
18 FK 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 87 Tuntas
19 FA 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 80 Tuntas
20 FF 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 Tuntas
Jumlah 163
3 Sangat
Rata-rata 81 baik
Presentasi Ketuntasan belajar siswa 80
Presentasi Ketidaktuntasan belajar siswa 20
Keterangan
Rata-rata = Jumlah nilai keseluruhan
Jumlah siswa keseluruhan
55
56
7 76 87 100 Tuntas
8 55 80 80 Tuntas
9 60 60 80 Tuntas
10 80 47 53 Tidak
11 70 80 93 Tuntas
12 77 87 100 Tuntas
13 70 60 73 Tidak
14 75 80 80 Tuntas
15 68 93 93 Tuntas
16 70 80 80 Tuntas
17 76 53 80 Tuntas
18 63 87 87 Tuntas
19 60 80 80 Tuntas
20 80 80 80 Tuntas
Jumlah 1382 1473 1633
Nilai Rata-rata 69 74 81
Presentasi ketuntasan hasil belajar siswa 40% 60% 80% Sangat Baik
Presenasi Ketidaktuntasan hasil belajar 60% 40% 20%
siswa
56
57
e. Pelaksanaan Siklus I
Pada diagram 4.1 menunjukkan bahwa nilai tes evalusi pada Siklus I
mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pra siklus. Nilai rata- rata siswa
pada Siklus I mencapai 74. Siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) sebanyak 12 siswa (60%). Sedangkan siswa yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebanayak 8 siswa (40%). Hasil belajar siswa
pada Siklus I secara klasikal belum berhasil karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75
(nilai KKM) hanya mencapai 60% dari jumlah siswa seluruh siswa, jadi harus
dilaksanakan perbaikan pada siklus selanjutnya pada selang waktu yang telah
ditentukan.
f. Observasi
3) Data Hasil Observasi Guru
57
58
48
14
8
0
Siklus I
58
59
16
14
12
10
8 Baik
Cukup
6
Kurang
4
2
0
Pengetahuan Keaktifan Kerjasama
Presentase
59
60
e. Pelaksanaan Siklus II
60
61
Pada diagram 4.4 menunjukkan nilai rata- rata yang dicapai siswa pada Siklus
II mencapai 81. Siklus II siswa yang tuntas belajar terdapat 16 siswa (80%),
sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar terdapat 4 siswa (20%). Siklus II
menunjukkan bahwa hasil pembelajaran sudah mencapai indikator ketuntasan belajar
dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥ 75 (nilai KKM). Pembelajaran pada Siklus II
dianggap berhasil sehingga penelitian dihentikan sampai Siklus II.
f. Observasi
61
62
skor 94 dengan kategori sangat baik. Guru memperoleh nilai A sebanyak 76, nilai B
sebanyak 18, dan tidak mendapatkan nilai C dan D. (tabel hasil pengamatan guru
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.6). Hal ini terlihat jelas dari tabel hasil
pengolahan data aktivitas guru dalam mengelola kelas sudah baik sekali. Ini
disebabkan guru telah memperbaiki atau meningkatkan aspek - aspek yang terdapat
pada proses pembelajaran Siklus I, terutama ketika memberi penguatan pada akhir
pembelajaran ketika siswa menjawab pertanyaan dari guru sehingga proses
pembelajaran di Siklus II telah tercapai. Peneliti juga melakukan refleksi guna
mengkaji proses pembelajaran dan hasil pengamatan pada guru yaitu:
f. Guru lebih banyak melakukan persiapan dalam pembelajaran terutama
menyiapkan sumber-sumber belajar, misalnya sumber dari koran, televisi,
berita, foto, gambar, dan internet sehingga guru lebih menguasai materi
bahan ajar.
g. Guru mengevaluasi proses pembelajaran untuk memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran.
h. Guru memberi kesempatan kelompok lainnya untuk menanggapi hasil kerja
dari kelompok penyaji.
i. Guru memotivasi siswa untuk belajar.
j. Pada akhir pertemuan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
yang telah diajarkan dan menginformasiakan pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya.
62