Anda di halaman 1dari 85

PENGGUNAAN MODEL PjBL_STEAM UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR


EKONOMI MATERI PENDAPATAN NASIONAL DALAM
PEMBELAJARAN DARING PADA SISWA KELAS XI IPS 2
SMA NEGERI 13 MERANGIN SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

oleh:

Feterly Oktaria.SE
NIP. 198210032010012009

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 13 MERANGIN
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

PENGGUNAAN MODEL PjBL_STEAM UNTUK


MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
EKONOMI MATERI PENDAPATAN NASIONAL DALAM
PEMBELAJARAN DARING PADA SISWA KELAS XI IPS 2
SMA NEGERI 13 MERANGIN SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Merangin, 08 Juli 2019

Kepala Sekolah, Pustakawan

MUANAS, S.Pd Elna Deti ,S.Pd


NIP. 197307122000121002 197206222007012004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan penelitian tindakan kelas yang
berjudul, “PENGGUNAAN MODEL PjBL_STEAM UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI MATERI
PENDAPATAN NASIONAL DALAM PEMBELAJARAN DARING PADA
SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 13 MERANGIN SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2020/2021”. ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan penyusunan laporan PTK ini adalah untuk pengembangan profesi
guru. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bahwa secara teoritis, maupun secara praktis, sehingga dapat berguna bagi semua
pihak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan PTK ini jauh
dari sempurna, baik dalam penulisan, isi maupun tata bahasanya. Hal ini semata-
mata dikarenakan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan wawasan yang
penulis miliki, untuk itu dengan hati yang lapang penulis menerima kritik dan
saran ke arah perbaikan PTK ini.
Semoga amal baik yang diberikan kepada penulis mendapat balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT.

Penyusunan

iii
ABSTRAK

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan


untuk meningkatkan hasil belajar Ekonomi siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 13
Merangin tahun pelajaran 2020/2021 melalui penggunaan Model PjBL_STEAM
Penelitian ini dilakukan partisipasif yang dilaksanakan dalam dua siklus.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan observasi
partisipan dan tes tertulis.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan model
PjBL_STEAM dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa. Hal ini didukung
dengan data penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan persentase ketuntasan
tes tertulis yang dilakukan pada pertemuan kedua di setiap siklusnya. Pada saat pra
siklus, ketuntasan siswa hanya 38,46%, setelah dilaksanakan siklus I dengan model
PjBL_STEAM persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 73,07% kemudian
pada tindakan siklus II, ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 96,15%.
Penerapan Model PjBL_STEAM juga dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin tahun pelajaran 2020/2021. Aktivitas
siswa terdiri dari frekuensi bertamya, menanggapi dan memberi penjelasan. Pada
siklus I aktivitas belajar siswa memperoleh skor akhir 70,51%, artinya aktivitas
belajar siswa berada pada kriteria baik. Pada siklus II skor akhir aktivitas belajar
siswa mencapai 88,78% sehingga berada pada kriteria sangat baik.

Kata Kunci: Model PjBL_STEAM, Hasil Belajar Siswa, Keaktifan Belajar.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan Penelitian.........................................................................
D. Manfaat Penelitian.......................................................................
............................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Project Based Learning (PjBL)........................................
B. Science,Engineering, Art, Mathematics (TEAM).......................
C. Model PjBL_STEAM..................................................................
D. Hasil Belajar................................................................................
E. Keaktifan Belajar.........................................................................
F. Materi Pokok...............................................................................
G. Kerangka Berpikir.......................................................................
H. Hipotesis......................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian .......................................................................
B. Setting Penelitian.........................................................................
C. Subjek Penelitian ........................................................................
D. Alat Pengumpulan Data ..............................................................
E. Instrumen Penelitian ...................................................................
F. Teknik Analisis Data ..................................................................
G. Indikator Keberhasilan ...............................................................
H. Prosedur Penelitian .....................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal..............................................................
B. Hasil Penelitian............................................................................
C. Pembahasan.................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................
B. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Aktivitas Kegiatan Belajar dan Pembelajaran ..…………..


Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus....................................................
Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar pada Pra Siklus.........................
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I.........................................................
Tabel 4.4 Persentase Hasil Belajar Siwa pada Siklus I.......................................
Tabel 4.5 Keaktifan Siswa pada Siklus I.............................................................
Tabel 4.6 Persentase Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I..............................
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa pada Siklus II......................................................
Tabel 4.8 Persentase Hasil Belajar Siswa pada Siklus II....................................
Tabel 4.9 Keaktifan Siswa pada Siklus II...........................................................
Tabel 4.10 Persentase Keaktifan Belajar Siswa Siklus II......................................
Tabel 4.11 Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus,Siklus I dan Siklus II………....
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejak merebaknya pandemi yang disebabkan oleh virus Corona di Indonesia,
banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebarannya. Salah
satunya adalah melalui pembelajaran daring yang diatur melalui Surat Edaran
Kemdikbud No 4 Tahun 2020 mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa
Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Ada tiga poin kebijakan terkait
pembelajaran daring, pertama, pembelajaran daring untuk memberi pengalaman
belajar yang bermakna, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian
kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Kedua, dapat difokuskan pada
pendidikan kecakapan hidup, antara lain mengenai pandemi Covid-19. Ketiga,
aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar peserta didik, sesuai minat
dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses atau
fasilitas belajar di rumah.
Menurut Purwanto (2009), hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami
dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (produk)
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan pengertian belajar
dalam arti luas adalah semua persentuhan pribadi dengan lingkungan yang
menimbulkan perubahan perilaku. Menurut Nana Sudjana (2017), hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Sudjana membagi tiga klasifikasi hasil belajar, yaitu:
a. Kognitif: berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri enam aspek,
yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan
evaluasi.
b. Afektif: berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek yaitu:
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
c. Psikomotorik: berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak.
Dari pernyataan tersebut dapat dimengerti bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar yang
tampak pada perubahan tingkah laku atau kemampuankemampuan baik kemampuan
peserta didik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor yang terjadi pada diri
peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya, dimana perubahan tersebut
dapat diamati dan diukur dalam bentuk pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apersepsi dan keterampilan. Sehubungan dengan yang
disebutkan di atas maka mata pelajaran ekonomi harus dipelajari atau diperoleh
melalui proses belajar yang berlangsung secara kondusif dalam pembelajaran daring
sehingga peserta didik mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
menalaah untuk memperoleh pengertian tentang cara-cara manusia hidup dan
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penentuan kebutuhan. Pelajaran ekonomi
memegang peranan yang cukup penting dalam keberhasilan pengembangan sumber
daya manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mengetahui
apakah peserta didik tersebut telah menguasai materi pembelajaran yang telah
diajarkan melalui pembelajaran daring adalah dengan meningkatnya hasil belajar
peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dari bulan Agustus-
Februari 2021 di SMA Negeri 13 Merangin, permasalahan yang didapat selama
pembelajaran daring antara lain:
a. Motivasi peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran daring rendah;
b. Keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran daring rendah;
c. Kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis masih rendah;
d. Peserta didik masih mengalami kesulitan dalam menghubungkan dan
mengaplikasikan ilmu Ekonomi dalam kehidupan sehari-hari;
e. Hasil belajar Ekonomi peserta didik pada kegiatan pembelajaran daring masih
rendah.
Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian KD 3.1 di kelas XI IPS 2, bahwa hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran Ekonomi adalah 10 (38,46 %) dari 26
peserta didik yang sudah mencapai KKM, sedangkan 16 (61,54 %) peserta didik
belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas sebesar 68. Rendahnya hasil
belajar peserta didik berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik dikarenakan
peserta didik masih belum bisa memahami materi yang disampaikan dan guru masih
menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran daring.
Solusi untuk mengatasi permasalahan belajar siswa kelas XI IPS 2 SMAN 13
Merangin tersebut adalah melalui pembelajaran PjBL-STEAM. Integrasi PjBL STEM
menurut Tseng, dkk (2013) dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik,
menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna, membantu peserta didik dalam
memecahkan masalah, dan mendukung karir di masa depan. Pembelajaran PjBL-
STEAM ini juga memperlihatkan kemampuan sains peserta didik meliputi membaca,
mengamati, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Mayasari,
Kadorahman dan Rusdiana, 2014). Peserta didik diharapkan memiliki hardskill dan
softskill serta kemampuan kognitif dan kemampuan berpikir kritis berkembang sesuai
kebutuhan kompetensi saat ini. dengan menerapkan model pembelajaran PjBL-
STEAM. Alasan pemilihan model PjBL-STEAM adalah karena dengan
menggunakan model pembelajaran tersebut, selain dituntut aktif dalam pembuatan
proyek siswa juga dituntut untuk aktif dalam belajar sehingga materi yang dipelajari
dapat terselesaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Project Based Learning
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa diberikan suatu proyek untuk
menyelesaikan permasalahan yang dilandasi aspek-aspek STEAM yaitu science,
technology, engineering, art, dan mathematics.
Melalui penggunaan model pembelajaran PJBL-STEAM diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran daring dan berdasarkan
permasalahan diatas, penulis merasa tertarik untuk membahas permasalahan tersebut
melalui penelitian dengan judul: “PENGGUNAAN MODEL PjBL_STEAM
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI MATERI
PENDAPATAN NASIONAL DALAM PEMBELAJARAN DARING PADA
SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 13 MERANGIN SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2020/2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka dapat ditarik suatu
rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana model pembelajaran PjBL-STEAM
dapat meningkatkan hasil belajar Ekonomi Materi Pendapatan Nasional dalam
pembelajaran daring Pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin Semester
II Tahun Pelajaran 2020/2021?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran PjBL-
STEAM dapat meningkatkan hasil belajar Ekonomi Materi Pendapatan Nasional
dalam pembelajaran daring Pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin
Semester II Tahun Pelajaran 2020/2021.

D. Manfaat Hasil Penelitian


Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan alternatif metode pembelajaran yang efektif pada mata
pelajaran ekonomi kompetensi dasar mencatat transaksi kedalam jurnal
umum perusahaan jasa sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Menumbuhkan sikap kerjasama dan rasa tanggung jawab antar anggota
kelompok.
c. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memberikan referensi bagi guru dalam menentukan metode pembelajaran
agar siswa lebih aktif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
b. Bagi Siswa
Sebagai sarana bertukar pikiran mengenai materi yang sedang dipelajari,
sehingga timbul sikap aktif dan kritis sesama teman sebaya guna
peningkatan hasil belajar.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi sekolah
dalam menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan, sehingga
hasil belajar dapat tercapai sesuai tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)


1. Pengertian Project Based Learning (PjBL)
Project based learning merupakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Whatley (2012), project based
learning adalah pembelajaran konstruktivis dan kolaboratif yang memungkinkan
siswa untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah masalah dari sebuah
pengetahuan. Afriana (2016) mengatakan bahwa project based learning merupakan
pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan problematik yang terjadi
sehari-hari melalui pengalaman belajar praktik langsung dimasyarakat. Model PJBL
merupakan sebuah model yang terbukti dapat meningkatkan kreativitas siswa. Pada
pembelajaran PJBL siswa diberi kebebasan untuk merencanakan aktivitas belajar,
melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk
kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Menurut Waras (2018), pada
pembelajaran project based learning (PjBL) siswa dituntut untuk membuat pryoek
yang memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja, dimana siswa
melakukan penelitian, memecahkan masalah dan mensintesis informasi. Hasil akhir
dalam pembelajaran dengan model project based learning (PjBL) adalah berupa
produk yang merupakan hasil kerja kelompok (Kurniawan, 2011).
2. Karakteristik Model Project Based Learning (PjBL)
Proses pembelajaran, model PjBL memiliki karakteristik seperti yang
disampaikan oleh Winastaman & Sunarto (2015), yaitu;
a. Mengembangkan pertanyaan atau masalah, yang berarti pembelajaran harus
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
b. Memiliki hubungan dengan dunia nyata, berarti bahwa pembelajaran yang
outentik dan siswa dihadapkan dengan masalah yang ada pada dunia nyata
c. Menekankan pada tanggung jawab siswa, merupakan proses siswa untuk
mengakses informasi untuk menemukan solusi yang sedang dihadapi.
d. Penilaian, penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan
hasil proyek yang dikerjakan siswa.
Karakteristik pembelajaran berbasis proyek juga dijelaskan oleh
Kemendikbud (2014), yaitu;
a. Siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa,
c. Siswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan,
d. Siswa secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan,
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
f. Siswa secara berkala melakukan refleksi atas ativitas yang sudah dijalankan,
g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Karakteristik model PjBL diatas menandakan bahwa siswa dapat
bereksplorasi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh Furi et al. (2018)
yang menyatakan bahwa pada pembelajaran praktik berorientasi proyek dapat
menunjukkan kualitas siswa yang lebih baik. Pembelajaran berbasis proyek juga
dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda kepada siswa, dimana dalam
proses pembelajaran dengan menerapkan PjBL siswa dituntut untuk berperan aktif
dalam mencurahkan ide-ide yang dimilikinya serta memberikan perhatian khusus
untuk mengumpulkan informasi dalam menyelesaikan proyek (Arisanti et al., 2016).
Pembelajaran berbasis proyek didalamnya siswa dihadapkan dengan tugas-
tugas yang menantang dimana siswa diminta untuk memecahkan suatu masalah,
merancang dan membuat suatu proyek sebagai solusi dari masalah yang dipecahkan.
3. Langkah-Langkah Project Based Learning (PjBL)
Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek menurut Kemendikbud (2014)
ada 6 yaitu;
a. Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the essential question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik
yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalamdan  topik yang diangkat relevan untuk para siswa.
b. Mendesain perencanaan proyek (Design a plan for the project).
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan
bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun jadwal (Create a schedule).
Pengajar dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat
timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian
proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4)
membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang pemilihan suatu cara.
d. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the students and the progress
of the project).
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
siswa pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor
bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah
rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang  penting.
e. Menguji hasil (Assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa,
membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the experience).
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan siswa melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.
Pengajar dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja
selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan
baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap
pertama pembelajaran.
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning (PjBL)
Sebagai model yang telah lama diakui kekuatannya dalam mengembangkan
kompetensi siswa, banyak para ahli mengungkapkan keunggulan model ini. Helm dan
Katz dalam Abidin (2001:170) memandang model ini memiliki keunggulan yakni
“dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan akademik siswa, sosial
emosional siswa, dan berbagai keterampilan berpikir untuk dibutuhkan siswa dalam
kehidupan nyata”. Senada dengan pendapat tersebut, Boss dan Kraus dalam Abidin
(2007:170) menyatakan keunggulan model ini sebagai berikut.
a. Model ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan
tambahan apapun dalam pelaksanaannya.
b. Siswa terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikan strategi otentik
secara disiplin.
c. Siswa bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang penting
baginya.
d. Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan
komunikasi dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam caracara baru.
e. Meningkatkan kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan
proyek-proyek yang melintasi batas-batas geografis atau bahkan melompat zona
waktu.
Keunggulan model ini juga dikemukakan oleh MacDonell dalam Abidin
(2007:170) yakni bahwa model ini diyakini mampu meningkatkan kemampuan:
a. Mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan menginterpretasikan informasi
(visual dan tekstual) yang mereka lihat, dengar, atau baca.
b. Membuat rencana penelitian, mencatat temuan, berdebat, berdiskusi, dan
membuat keputusan.
c. Bekerja untuk menampilkan dan mengontruksi informasi secara mandiri.
d. Berbagi pengetahuan dengan orang lain, bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama, dan mengakui bahwa setiap orang memiliki keterampilan tertentu
yang berguna untuk proyek yang sedang dikerjakan.
e. Menampilkan semua disposisi intelektual dan sosial yang penting dibutuhkan
untuk memecahkan masalah dunia nyata
Keunggulan model ini juga dikemukakan oleh Mac Donell dalam Abidin
(2007:170) yakni bahwa model ini diyakini mampu meningkatkan kemampuan:
a. Mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan menginterpretasikan informasi
(visual dan tekstual) yang mereka lihat, dengar, atau baca.
b. Membuat rencana penelitian, mencatat temuan, berdebat, berdiskusi, dan
membuat keputusan.
c. Bekerja untuk menampilkan dan mengontruksi informasi secara mandiri.
d. Berbagi pengetahuan dengan orang lain, bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama, dan mengakui bahwa setiap orang memiliki keterampilan tertentu
yang berguna untuk proyek yang sedang dikerjakan.
e. Menampilkan semua disposisi intelektual dan sosial yang penting dibutuhkan
untuk memecahkan masalah dunia nyata.
Berdasarkan keunggulan dari model Project Based Learning maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran ini sangat menekankan pada keterampilan
siswa sehingga mampu menciptakan ataupun menghasilkan suatu proyek, dan
membuat siswa seolah-olah bekerja di dunia nyata dan menghasilkan sesuatu.
Selain dipandang memiliki keunggulan, model ini masih dinilai memiliki
kelemahan-kelemahan dalam Abidin (2013:171) sebagai berikut:
a. Memerlukan banyak waktu dan biaya.
b. Memerlukan banyak media dan sumber belajar.
c. Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang.
d. Ada kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu yang
dikerjakannya.
Niswara, Muhajir, dan Mei (2019) yang menyatakan kelemahan model
Project Based Learning (PjBL) yaitu:
a. Membutuhkan guru yang terampil dan memahami model pembelajaran;
b. Membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan proyek;
c. Membutuhkan biaya yang banyak untuk menunjang kebutuhan alat dan bahan
dalam pembuatan produk;
d. Membutuhkan fasilitas, peralatan dan bahan yang memadai;
e. Tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan pengetahuan serta
keterampilan;
f. Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.
Selanjutnya yaitu menurut Sunita, dkk (2019) yang menyatakan kelemahan
model Project Based Learning (PjBL) yaitu:
a. Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar;
b. Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai;
c. Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok
B. Science, Technology, Engineering, Art, Mathematic (STEAM)
1. Pengertian STEAM
STEAM merupakan akronim dari Science, Technology, Engineering, Art,
Mathematics. Istilah STEM pertama kali diluncurkan oleh National Science
Foundation AS pada tahun 1990-an dengan nama SMET namun istilah tersebut
kurang disetujui oleh beberapa pihak yang kemudian diubah menjadi sebagai tema
gerakan reformasi pendidikan dalam keempat bidang disiplin ilmu tersebut untuk
menumbuhkan angkatan kerja dibidang STEM, serta mengembangkan warga negara
yang menguasai ilmu STEM (STEM literate), serta meningkatnya daya sasing global
Amerika Serikat (AS) dalam inovasi iptek. Torlakson (2014) mengemukakan bahwa
pendektan dari keempat bidang ilmu tersebut merupakan kolaborasi bidang ilmu yang
serasi antar masalah yang terjadi di dunia nyata. Kemudian seiring perkembanganya
istitah STEM di tambahkan menjadi STEAM
Pendidikan STEAM dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi siswa dalam
memecahkan masalah. STEAM dikembangkan dengan menambahkan unsur art (seni)
di dalam proses pembelajarannya menjadi pendekatan STEAM. Pendekatan Science,
Technology, Engineering, Art, Mathematic (STEAM) merupakan salah satu
pendekatan dalam proses pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu sains, teknologi,
dan seni didalamnya. Menurut Wijaya (2015), STEAM dapat menjadi terobosan
untuk menciptakan ekonomi berbasis sains dan teknologi karenamelalui STEAM
siswa diajak untuk berpikir secara komprehensif dengan pola pemecahan masalah
yang berdasarkan lima aspek dalam STEAM dengan tujuan untuk memecahkan
masalah di dunia berdasarkan materitik dan ilmu mereka. STEAM menawarkan
kemungkinan untuk kegiatan yang melibatkan siswa dalam mendesain dan tugas
rekayasa untuk mengeksplorasi sains dan matematika melalui kreativitas, ekspresi
dan aspek visual yang juga mendukung pemikiran logis dan matematis (Spiko et al.,
2017). Menurut Guy A. Boy dan Yakman, STEAM (Science Technology
Engineering Art and Mathematics) merupakan pendekatan yang terintegrasi untuk
dapat mendorong kreativitas. Mengintegrasikan unsur-unsur pada STEAM dalam
pembelajaran dapat mendorong siswa untuk mencari keterkaitan dari satu dengan
yang lain. Masuknya unsur seni pada STEAM akan dapat mengembangkan
kemampuan siswa secara estetik.
Pembelajaran dengan pendekatan STEAM merupakan pembelajaran
kontekstual (Yakman, 2013), dimana siswa akan diajak memahami fenomena-
fenomena yang terjadi yang dekat dengan dirinya. Dengan pembelajaran seperti ini,
siswa akan merasa ingin lebih tahu, ingin belajar dan memahami apa yang sedang
terjadi, penyebab-penyebabnya, dan dampak yang ditimbulkan serta berusaha untuk
mengatasinya. Hal ini terjadi karena siswa dapat langsung mengaitkan,
menghubungkan dan bahkan bisa mencari solusi pada permasalahan yang muncul,
dalam model pembelajaran ini siswa diajak berpikir kritis. Pendekatan STEAM
menjadikan siswa merasa bahwa siswa terlibat ambil bagian dalam pembelajaran
yang terjadi dan akan mencari solusi dari setiap permasalahn yang muncul.
Pembelajaran STEAM, ruang belajar kelas konvensional dipertukar dan diubah
menjadi ruang belajar produksi dimana siswa dapat merancang, bereksperimen dan
mempelajari segala topik terkait STEAM secara kolaboratif. Dalam proses
pembelajaran, kemampuan siswa untuk memecahkan masalah menggunakan
keterampilan inovasi, kewirausahaan dan heuristik (Gottlieb, 2014).
Bidang Science (sains), siswa dituntut untuk mampu menggunakan
pendekatan scientific method dalam menyelesaikan suatu masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Dibidang technology (teknologi), siswa akan berkolaborasi dalam
penggunaan teknologi baik untuk mengolah data maupun menyampaikan informasi
yang mereka dapatkan. Bidang Engineering (teknik), siswa akan mengkolaborasikan
hasil temuannya guna menciptakan suatu produk atau dapat pula mencari solusi-
solusi yang tepat. Sedangkan dalam bidang Art (seni), siswa akan mengkreasikan
produk atau temuan mereka agar dapat diterima oleh masyarakat maupun bagaimana
cara mereka mempromosikan hasil temuan mereka. Selanjutnya adalah dalam bidang
Mathematics (Matematika), siswa akan menggunakan pendekatan matematika dalam
mengolah data yang mereka peroleh (Handoko, 2018).
Pendekatan STEAM mendorong siswa untuk belajar mengeksplorasi semua
kemampuan yang dimilikinya dengan cara masing-masing. STEAM juga akan
memunculkan karya yang berbeda dan tidak terduga dari setiap individu atau
kelompoknya. Selain itu, kolaborasi, kerjasama, dan komunikasi akan muncul dalam
proses pembelajaran karena pendekatan ini dilakukan secara berkelompok.
Pengelompokan siswa dalam STEAM menuntut tanggung jawab secara personal
maupun interpersonal terhadap pembelajaran yang terjadi, proses ini akan
membangun pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Secara aktif
siswa akan menciptakan strategi secara mandiri untuk proses belajarnya. Pendekatan
STEAM ini mengarahkan siswa untuk memiliki ketrampilan yaitu keterampilan
pemecahan masalah, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan kolaborasi
(Messier, 2015).
Melalui STEAM, siswa dapat menemukan masalah dan menyelesaikan
masalahnya sendiri dengan inovasi dan kreasi berdasarkan ke lima aspek tersebut.
Dalam proses pembelajaran STEAM, siswa dapat bereksplorasi dengan memadukan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni di dalam proses belajar, siswa juga dituntut
untuk mampu menganalisa dan berpikir kritis dalam mengolah data dan
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Langkah-Langkah STEAM
Pada pembelajaran STEAM sesungguhnya tidak ada langkah-langkah atau
biasa bernama sintaks. Ini disebabkan STEAM bukanlah sebuah model pembelajaran.
Namun lebih pada pendekatan, dimana alur yang biasa digunakan untuk pendekatan
STEAM ini adalah dengan terminologi EDP yakni Engineering Design Process yang
artinya adalah teknik mendesain proses (aktivitas membuat karya).
www.tripven.com/pembelajaran-stem/ Pada perkembangannya EDP mempunyai
banyak perkembangan oleh para pakar. Namun EDP mempunyai alur yang lebih
umum, diantaranya adalah:
a. Rumusan masalah.
b. Mendesain pemecahan masalah.
c. Menciptakan dan mengembangkan model.
d. Memakai model.
e. Evaluasi.
f. Komunikasi dan melakukan refleksi.
3. Kelebihan dan Kelemahan STEAM
Pendekatan STEAM ini setidaknya memiliki beberapa kelebihan dalam
proses pelaksanaannya, antara lain: Pendekatan STEAM menunjukkan hasil yang
positif dalam pengetahuan sains siswa; pendekatan STEAM mengajarkan siswa untuk
berpikir untuk menyelesaikan masalah secara aktif, kreatif dan inovatif; melalui
teknologi, siswa mampu mengkreasikan ide-idenya ke dalam teknologi terkini;
pendekatan STEAM dapat menjebatani konsep yang abstrak secara matematis ke
dalam sains, teknologi, inkuiri dan seni; terintegrasinya seni/art ke dalam STEAM
akan memupuk kreativitas siswa dalam menciptakan alat belajar yang
menyenangkan; dengan pendekatan STEAM siswa dapat mengaplikasikan hasil
pembelajaran yang diperoleh ke dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat pendekatan STEAM antara lain membantu siswa memahami cara
bekerja dalam tim yang bekerja pada proyek-proyek kehidupan nyata, dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Siswa bisa menggunakan pengetahuan dan keterampilan dari seluruh mata
pelajaran untuk mendukung pekerjaan proyek, mereka mulai melihat
bagaimana konten digunakan dalam realitas kehidupan dan mengapa hal itu
penting untuk diketahui.
b. Siswa didorong untuk mengakui dan menghormati keterampilan serta
kepentingan mereka sendiri dan orang lain. Mereka belajar bagaimana
menyesuaikan diri dengan baik dalam tim berdasarkan peran yang mereka
lakukan dengan baik secara kolaboratif. Pembelajaran dengan pendekatan
STEAM juga membangun kemampuan kognitif siswa melalui pembelajaran
yang bermakna, memunculkan kreativitas siswa dan dapat merangsang
munculnya soft skill siswa seperti kerjasama dan kolaborasi dalam kelompok
kerja dan mengkritisi fenomena sekitar.
Berikut ini kemungkinan beberapa hambatan dalam implementasi STEM
((Ejiwale, 2013).
a. Persiapan mengajar yang buruk dan kurangnya keterdiaan guru STEM yang
berkualitas.
b. Kurangnya investasi dalam pengembangan profesional guru.
c. Persiapan dan Inspirasi Siswa  yang buruk. 
d. Kurangnya koneksi dengan individu pembelajar lain dalam berbagai macam
cara.
e. Kurangnya dukungan sistem sekolah.
C. Model PjBL-STEAM
1. Pengertian PjBL_STEAM
PjBL STEM dalam arti PjBL yang teriegrasi dengan STEM dapat
meningkatkan minat belajar siswa, pembelajaran yang bermakna, dan membantu
siswa dalam memecahkan suatu masalah serta menunjang karir dimasa yang akan
datang. PjBL berbasis STEM juga memberikan tantangan dan motivasi bagipara
siswa, karena hal tersebut mampu melatih siswa berpikir kritis, analisis dan
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Tseng, et al. 2013; dan Capraro,
et al.2013, dalam Afriana, et al., 2016).
Pendekatan Science, Technology, Engineering, Art and Mathematics
(STEAM) merupakan pendekatan yang mengintegrasikan lima bidang ilmu. Dalam
proses pembelajaran, pendekatan STEAM dapat dikolaborasikan dengan
pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek dapat menargetkan satu
atau lebih suatu konten, namun STEAM dapat menjadi peluang besar untuk membuat
proyek yang memenuhi unsur sains, matematika, teknologi dan bahkan unsur seni
(Miller, 2017). Menurut Reza (2017), Pendekatan STEAM dengan menggunakan
project based learning dapat mengembangkan soft skills peserta didik yaitu bekerja
sama, empati komunikasi, berpikir kritis, peduli lingkungan, kerja keras,
keterampilan beradaptasi, tanggung jawab, berpikir kreatif, kepemimpinan, rasa ingin
tahu dan jujur.
2. Langkah-Langkah PjBL_STEAM
Tahapan dalam proses pemebelajaran yang efektif PjBL_STEM Proses
pembelajaran PjBL STEM dalam membimbing siswa terdiri dari lima langkah, setiap
langkah bertujuan untuk mencapai proses secara spesifik. Berikut ini tahapan dalam
proses pembelajaran PjBL STEM yang efektif (Laboy-Rush, 2010).

a. Fase 1: Reflection
Tujuan dari tahap pertama untuk membawa siswa ke dalam konteks masalah
dan memberikan inspirasi kepada siswa agar dapat segera mulai
menyelidiki/investigasi. Fase ini juga dimaksudkan untuk menghubungkan apa
yang diketahui dan apa yang perlu dipelajari.
b. Fase 2: Research
Tahap kedua adalah bentuk penelitian siswa. Guru memberikan pembelajaran
sains, memilih bacaan, atau metode lain untuk mengumpulkan sumber
informasi yang relevan. Proses belajar lebih banyak terjadi selama tahap ini,
kemajuan belajar siswa mengkonkritkan pemahaman abstrak dari masalah.
Selama fase research, guru lebih sering membimbing diskusi untuk menentukan
apakah siswa telah mengembangkan pemahaman konseptual dan relevan
berdasarkan proyek.
c. Fase 3: Discovery
Tahap penemuan umumnya melibatkan proses menjembatani research dan
informasi yang diketahui dalam penyusunan proyek. Ketika siswa mulai belajar
mandiri dan menentukan apa yang masih belum diketahui. Beberapa model dari
STEM PjBL membagi siswa menjadi kelompok kecil untuk menyajikan solusi
yang mungkin untuk masalah, berkolaborasi, dan membangun kerjasama antar
teman dalam kelompok. Model lainnya menggunakan langkah ini dalam
mengembangkan kemampuan siswa dalam membangun habit of mind dari
proses merancang untuk mendesain.
d. Fase 4: Application
Pada tahap aplikasi tujuannya untuk menguji produk/solusi dalam memecahkan
masalah. Dalam beberapa kasus, siswa menguji produk yang dibuat dari
ketentuan yang ditetapkan sebelumnya, hasil yang diperoleh digunakan untuk
memperbaiki langkah sebelumnya. Di model lain, pada tahapan inisiswa belajar
konteks yang lebih luas di luar STEM atau menghubungkan antara disiplin
bidang STEM.
e. Fase 5: Communication
Tahap akhir dalam setiap proyek dalam membuat produk/solusi dengan
mengkomunikasikan antar teman maupun lingkup kelas. Presentasi merupakan
langkah penting dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan
keterampilan komunikasi dan kolaborasi maupun kemampuan untuk menerima
dan menerapkanumpan balik yang konstruktif. Seringkali penilaian dilakukan
berdasarkan penyelesaian langkah akhir dari fase ini.
3. Kelebihan dan Kelemahan PjBL_STEAM
Menurut (Kurniasih dalam Nurfitriyanti, 2016) Keunggulan penerapan model
PjBL yaitu:
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
dihargai.
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks.
d. Meningkatkan kolaborasi.
e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
f. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang berkembang sesuai dunia nyata
i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki.
D. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan belajar (Anni, 2009). Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua
sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Ditinjau dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Ditinjau dari sisi guru,
hasil belajar merupakan tindak mengajar yang diakhir dengan proses evaluasi hasil
belajar.
Sudjana (2010: 22) berpendapat ”hasil belajar adalah kemampuankemampuan
yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan ini
diperoleh setelah siswa mengalami proses belajar”. Berdasar pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan pola pikir dan tingkah laku pelajar
yang berlangsung secara terus menerus sampai memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan hal-hal baru yang bermanfaat.
Bloom dalam Anni (2009: 86) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut
dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif berisi tentang hasil pengetahuan, kemampuan dan kemahiran
intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Ranah
psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti ketrampilan motorik dan
syaraf, manipulasi obyek dan koordinasi syaraf.
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Tetapi diantara
ketiganya ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai para guru karena berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi pelajaran dan hasil berupa
pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Peristiwa belajar dalam diri
siswa dapat diamati dari perbedaan perilaku atau kinerja sebelum dan setelah proses
pembelajaran. Untuk mengetahui perbedaan tersebut harus terlebih dahulu dilakukan
pengukuran mengenai kemampuan apa dan seberapa banyak kemampuan baru itu
telah dimiliki oleh siswa.
Menurut Suprijono (2011) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilanketerampilan. Merujuk
pemikiran Gagne dalam Anni (2009: 90) tujuan belajar peserta didik :
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan bahasa, baik
lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap
rangsangan spesifik.
2) Keterampilan intelektual yaitu ketrampilan mempresentasikan konsep dan
lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan menegosiasi,
kemampuan analitis-sintetis, fakta - konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
4) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak j asmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai.
C. Keaktifan Belajar
Keaktifan yang diamaksud pada penelitian ini adalah keaktifan belajar siswa.
Belajar tidaklah cukup hanya dengan duduk dan mendengarkan atau melihat sesuatu.
Belajar memerlukan keterlibatan fikiran dan tindakan siswa sendiri. Keaktifan belajar
terdiri dari kata “Aktif” dan kata “Belajar”. Keaktifan berasal dari kata aktif yang
mendapat imbuhan ke-an menjadi keaktifan yang berarti kegiatan, kesibukan.
Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan giat
belajar. Sedangkan menurut Hamalik (2008) keaktifan belajar adalah suatu keadaaan
atau hal dimana sisawa dapat aktif.
Bentuk-Bentuk Keaktifan Belajar Siswa Setiap siswa memiliki gaya belajar
yang berbeda-beda. Karena itu setiap siswa perlu mendapatkan bimbingan belajar
yang berbeda pula sehingga seluruh siswa dapat berkembang seuai dengan tingkat
kemampuanya. Keaktifan siswa dapat kita lihat dari keterlibatan siswa dalam setiap
proses pembelajaran, seperti pada saat mendengarkan penjelasan materi, berdiskusi,
membuat laporan tugas dan sebagainya. Keaktifan belajar siswa menurut Nana
Sudjana (2016) dapat dilihat berikut ini:
a. Turut sertanya dalam mengerjakan tugas.
b. Terlibat dalam proses pemecahan masalah
c. Bertanya kepada teman satu kelompok atau guru apabila tidak memahami
persoalan yang sedang dihadapinya.
d. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. e. Mampu
mempresentasikan hasil kerjanya.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dirangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir
kritis dan serta dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Nana Sudjan (2016) menyatkan bahwa ada lima hal yang mempengaruhi
kekatifan belajar, yakni:
a. Stimulus Belajar.
b. Perhatian dan Motivasi.
c. Respon yang dipelajarinya.
d. Penguatan.
e. Pemakaian dan Pemindahan.

D. Materi Pendapatan Nasional


1. Pengertian Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah
pendapatan masyarakat suatu negara dalam periode tertentu (biasanya satu tahun).
Masyarakat pelaku kegiatan ekonomi akan terus berusaha memperoleh pendapatan
untuk memenuhi semua kebutuhan sehingga menjadikan masyarakat makmur. Jika
seluruh pendapatan atau pengeluaran yang dilakukan pelaku ekonomi di dalam suatu
negara dijumlahkan maka akan terbentuklah pendapatan nasional. Besarnya
pendapatan nasional ditentukan oleh jumlah produk yang dihasilkan oleh para pelaku
ekonominya.
Pada konsep pendapatan nasional, kegiatan masyarakat dalam berbagai sektor
ekonomi berpengaruh terhadap tingkat pendapatan nasional. Pendapatan nasional
adalah jumlah pendapatan yang diterima seluruh pelaku ekonomi dalam suatu negara
selama satu tahun. Pendapatan nasional dapat diartikan dari tiga pendekatan yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pedapatan, dan pendekatan pengeluaran. Adapun
yang mempengaruhi pendapatan nasional adalah keseluruhan permintaan dan
penawaran, konsumsi dan tabungan, investasi, kualitas sumber daya manusia,
keadaan sumber daya alam, ketersediaan modal, dan stabilitas dan kebijakan yang
mantap.
Pendapatan nasional menggambarkan tingkat produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu negara dalam kurun waktu satu tahun tertentu. Dengan
demikian pendapatan nasional mempunyai peran penting dalam menggambarkan
tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai serta perubahan dan pertumbuhannya dari
tahun ke tahun. Kegiatan perekonomian negara dalam menghasilkan barang dan jasa
yang dibutuhkan masyarakat, merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Aktivitas tersebut melibatkan individu,
keseluruhan masyarakat baik pemerintah, swasta, dan rumah tangga. Setiap negara
akan mengumpulkan berbagai informasi mengenai kegiatan ekonominya agar secara
kontinu dapat diperhatikan perubahan-perubahan tingkat dan corak kegiatan ekonomi
yang berlaku.
2. Manfaat Pendapatan Nasional
Manfaat dari mempelajari pendapatan nasional yaitu sebagai berikut.
a. Mengetahui dan menganalisis struktur ekonomi suatu negara apakah struktur
ekonomi industri, agraris, atau jasa.
b. Membandingkan keadaan perekonomian dari waktu ke waktu karena
pendapatan nasional dicatat setiap tahun.
c. Membandingkan perekonomian antar negara di dunia.
d. Pedoman bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan
pembangunan ekonomi nasional.
Jadi tujuan mempelajari pendapatan nasional adalah untuk mengetahui
kemajuan perekonomian masyarakat dan hal-hal berikut, yaitu:
a. Memperoleh taksiran akurat mengenai nilai barang dan jasa yang dihasilkan
masyarakat suatu negara dalam satu tahun.
b. Membantu membuat rencana dan melaksanakan program pembangunan
berjangka untuk mencapai tujuan pembangunan.
c. Mengkaji dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
perekonomian suatu negara.
3. Konsep-Konsep Pendapatan Nasional
Dalam penghitungan pendapatan nasional suatu negara dikenal beberapa
konsep pendapatan nasional, yaitu:
a. Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP)
Merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-
unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu
tahun, termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. GDP
dianggap bersifat bruto/kotor. Dengan demikian, pendapatan yang diperoleh
dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara yang
berada di luar negeri tidak turut diperhitungkan. Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB)/Gross Regional Domestic Product (GRDP) adalah menghitung
pendapatan nasional dalam lingkup wilayah atau daerah.
b. Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross Nasional Product (GNP)
Adalah jumlah seluruh produk barang dan jasa suatu negara dalam satu tahun,
yang meliputi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh warga negara
(nasional) baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam
pengertian ini, barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan asing yang
berada di dalam negeri tidak diperhitungkan. Ada dua aliran pembayaran
penggunaan jasa faktor produksi.
1. Apabila hasil produksi perusahaan asing yang berada di dalam negeri lebih
besar dari hasil produksi perusahaan nasional di luar negeri, maka akan
terjadi pembayaran penggunaan jasa faktor produksi ke luar negeri. Selisih
tersebut dinamakan pendapatan neto terhadap luar negeri dari faktor
produksi atau net factor income to abroad.
2. Apabila hasil produksi perusahaan asing yang berada di dalam negeri lebih
kecil daripada produksi perusahaan nasional di luar negeri maka akan terjadi
pembayaran ke dalam negeri. Selisihnya dinamakan pendapatan neto ke
dalam negeri dari faktor produksi atau net factor income domestic. Jika PDB
lebih besar daripada PNB maka menunjukkan bahwa investasi negara asing
di dalam negeri lebih besar daripada investasi negara tersebut di negara lain.
Dengan demikian menunjukkan perekonomian negara tersebut belum maju
karena masih menerima banyak modal dari luar negeri. Sedangkan
sebaliknya jika PDB lebih kecil daripada PNB maka menunjukkan bahwa
investasi negara tersebut di luar negeri lebih besar daripada investasi negara
lain di dalam negeri. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian negara
tersebut sudah maju karena mampu menanamkan modalnya lebih besar di
luar negeri daripada menerima penanaman modal dari negara lain. Dengan
demikian dapat dirumuskan:

c. Produk Nasional Neto atau Net National Product (NNP)


Adalah nilai pasar barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun. Untuk
menghitung NNP adalah Produk Nasional Bruto (PNB) dikurangi dengan
penyusutan (depreciation). Penyusutan di sini artinya penyusutan barang-
barang yang digunakan dalam proses produksi atau barang modal.

d. Pendapatan Nasional Bersih atau Net National Income (NNI)


Dapat dilihat dari dua sisi. 1) Dari sisi pendapatan, yaitu pendapatan yang
dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi. 2) Dari sisi produksi, yaitu sejumlah nilai bersih
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Untuk mengetahui besarnya
NNI yaitu NNP dikurangi dengan pajak tidak langsung. Pajak tidak langsung
adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain,
misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM)

e. Pendapatan Perorangan/Personal Income (PI)


Adalah seluruh pendapatan yang benar-benar diterima oleh masyarakat. Jenis
pendapatan yang tidak termasuk dalam pendapatan nasional, merupakan
pendapatan pribadi.
Berikut ini pendapatan yang tergolong dalam pendapatan nasional tetapi tidak
termasuk sebagai pendapatan pribadi yaitu 1) Keuntungan perusahaan yang
tidak dibagikan, 2) Pajak yang dikenakan pemerintah atas keuntungan
perusahaan, 3) Kontribusi yang dilakukan oleh perusahaan.

PI = NNI- (laba ditahan + iuran jaminan sosial +


asuransi + pajak perseroan) + transfer payment

Tranfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas


jasa pada tahun yang bersangkutan, melainkan diambil dari pendapatan tahun
sebelumnya

f. Pendapatan Bebas/Disposable Income (DI)


Apabila pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar oleh para
penerima pendapatan, nilai yang tersisa dinamakan pendapatan disposabel.
Dengan demikian, pada hakikatnya pendapatan disposabel adalah pendapatan
yang dapat digunakan oleh penerimanya, yaitu semua rumah tangga yang ada
dalam perekonomian, untuk membeli barang-barang dan jasa yang mereka
inginkan.

E. Pengertian Perhitungan Pendapatan Nasional Melalui Tiga Pendekatan


Hasil penghitungan pendapatan nasional tergantung pada metode atau
pendekatan yang digunakan. Ada tiga pendekatan dalam menghitung pendapatan
nasional yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan
pengeluaran.
1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Yaitu dengan menjumlahkan nilai produksi tiap-tiap sektor ekonomi atau dengan
menjumlahkan secara keseluruhan nilai tambah (value added) dari semua
kegiatan ekonomi yang dihasilkan perusahaan. BPS (Badan Pusat Statistik) pada
tahun 2014 melakukan penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan
produksi yang terdiri atas 17 sektor ekonomi berikut:

 Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.


 Sektor pertambangan dan penggalian.
 Sektor industri pengolahan.
 Sektor pengadaan listrik dan gas.
 Sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang.
 Sektor konstruksi.
 Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor.
 Sektor transportasi dan pergudangan.
 Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum.
 Sektor informasi dan komunikasi.
 Sektor jasa keuangan dan asuransi.
 Sektor real estate.
 Sektor jasa perusahaan.
 Sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan sosial wajib.
 Sektor jasa pendidikan.
 Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
 Sektor jasa lain.
Untuk menghindari penghitungan ganda, dalam menghitung PDB dengan
metode produksi yang dijumlahkan adalah nilai tambah tiap-tiap sektor. Nilai tambah
adalah sumbangan perusahaan terhadap produksi nasional. Penghitungan nilai tambah
adalah biaya atau harga bahan baku output dikurangkan dari harga produk perusahaan
atau input.
2. Pendekatan Pendapatan (Income Approah)
Yaitu dengan cara menjumlahkan seluruh penerimaan atas faktor produksi,
sebagai berikut:

a. Upah/gaji sebagai penerimaan bagi tenaga tenaga kerja.


b. Sewa sebagai penerimaan pagi pemilik property.
c. Bunga sebagai penerima bagi pemilik modal.
d. Laba sebagai imbalan atas kerjanya sebagai pengusaha yang di dalamnya
termasuk deviden.
Berdasarkan metode pendekatan pendapatan, besarnya pendapatan nasional
dihitung dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh pemilik
faktor-faktor produksi yang digunakan dalam menghasilkan barang dan jasa yang
diproduksi di suatu negara selama satu tahun. Pendapatan dari faktor produksi
meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan laba.
Dalam penghitungan pendapatan nasional yang sebenarnya, penggolongan
pendapatan faktor-faktor produksi seperti yang dinyatakan di atas tidak ditentukan
dengan menghitung dan menjumlahkan seluruh gaji dan upah, sewa, bunga, dan
keuntungan yang diterima oleh seluruh faktor-faktor produksi dalam satu tahun
tertentu. Hal ini dikarenakan dalam perekonomian terdapat banyak kegiatan di mana
pendapatannya merupakan gabungan dari gaji atau upah, sewa bunga, dan
keuntungan. Contoh dari bentuk pendapatan yang demikian adalah pendapatan yang
diperoleh perusahaan-perusahaan perorangan. Untuk suatu perusahaan perorangan
(misalnya restoran yang dikelola anggota keluarga) yang dimaksud keuntungan usaha
adalah gabungan dari gaji, upah, bunga, sewa, dan keuntungan yang sebenarnya dari
usaha yang dilakukan oleh keluarga.
Oleh karenanya, penghitungan pendapatan nasional dengan cara pendapatan
pada umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima faktor-faktor
produksi sebagai berikut:
a. pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah
b. pendapatan dari usaha perorangan
c. pendapatan dari sewa
d. bunga neto
e. keuntungan perusahaan.

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Yaitu dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh


para penerima pendapatan seperti rumah tangga konsumen, rumah tangga
produsen, rumah tangga negara, dan masyarakat luar negeri

F. Pendapatan Per Kapita


Selain menggunakan pendapatan nasional, tingkat kemakmuran rakyat dapat
diukur dari pendapatan per kapita. Besarnya pendapatan per kapita, sangat erat
kaitannya dengan pertambahan penduduk. Pendapatan per kapita menunjukkan
kemampuan yang nyata dari suatu bangsa dalam menghasilkan barang dan jasa dan
kenikmatan yang diperoleh setiap penduduk. Hasil penghitungan pendapatan per
kapita sebenarnya tidak dapat secara langsung digunakan untuk mengukur tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara. Hal ini disebabkan pendapatan per
kapita kurang memerhatikan aspek distribusi pendapatan.

Pendapatan per kapita dapat juga diartikan sebagai nilai atau jumlah suatu
barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara selama satu
periode tertentu. Secara matematis, pendapatan per kapita dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Adapun saat ini Bank Dunia mengelompokkan negara-negara di dunia


berdasarkan pendapatan per kapitanya menjadi empat kelompok:
a. Kelompok negara berpendapatan rendah (lower income economies), yaitu negara-
negara yang memiliki PNB per kapita lebih kecil dari US $ 1.035.
b. Kelompok negara berpendapatan menengah bawah (lower-middle income
economies), yaitu negara yang memiliki PNB perkapita sekitar US $ 1.036 - US $
4.045
c. Kelompok negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income
economies) yaitu negara yang mempunyai PNB per kapita sekitar US $ 4.046 –
US$ 12.535
d. Kelompok negara berpendapatan tinggi (high income economies), yaitu negara
yang memiliki PNB per kapita lebih dari US $ 12.535. Bagaimana dengan negara
Indonesia?
Bank Dunia telah menaikkan status Indonesia dari lower-middle income
country menjadi upper-middle income country pada Rabu 1 Juli 2020. Kenaikan
status tersebut diberikan berdasarkan assessment Bank Dunia terkini, GNI per kapita
Indonesia tahun 2019 naik menjadi US $ 4.050 dari posisi sebelumnya US $ 3.840.
Kenaikan status Indonesia tersebut merupakan bukti atas ketahanan ekonomi
Indonesia dan kesinambungan pertumbuhan yang terjaga dalam beberapa tahun
terakhir. Hal tersebut menunjukkan hasil kerja keras masyarakat dan Pemerintah
Indonesia dalam upaya untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif,
berkualitas, dan berkelanjutan. Manfaat penghitungan pendapatan per kapita meliputi
hal-hal berikut ini:
a. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat suatu
negara dari tahun ke tahun.
b. Untuk mengetahui tingkat produktivitas suatu negara.
c. Pedoman pengambilan kebijakan dalam bidang ekonomi.
G. Distribusi Pendapatan Nasional
Ada dua tolok ukur untuk mengetahui kemerataan pendapatan:
1. Rasio Indek Gini biasa disebut Koefisien Gini.
Koefisien gini adalah ukuran ketimpangan atau ketidakmerataan pendapatan
suatu negara. Angka koefisien gini berkisar antara 0-1. Semakin kecil
koefisien gini, semakin merata distribusi pendapatannya. Semakin besar
koefisien gini atau mendekati 1, semakin tidak merata pendapatannya.
Kriteria ketimpangan pendapatan berdasarkan besarnya koefisien gini yaitu:

Nilai Koefisien Gini Distribusi Pendapatan

X=0 Merata Sempurna

0 < X < 0,4 Tingkat Ketimpangan Rendah

0,4 < X < 0,5 Tingkat Ketimpangan Sedang

0,5 < X < 1 Tingkat Ketimpangan Tinggi

X=1 Tidak Merata Sempurna

Nilai Rasio Indeks Gini / Koefisien Gini dapat digambarkan dalam bentuk
kurva yang disebut Kurva Lorenz sebagaimana yang tampak pada gambar di
bawah ini
Kurva Lorenz adalah kurva yang menujukkan perbandingan persentase
pendapatan yang diperoleh dengan persentase jumlah penduduk. Jika garis Kurva
Lorenz mendekati garis diagonal, maka distribusi pendapatan semakin merata, artinya
pendapatan nasional yang diterima suatu negara dapat secara merata dirasakan oleh
masyarakat. Sebaliknya semakin menjauh garis Kurva Lorenz dari garis diagonal,
semakin tidak merata distribusi pendapatan.
2. Kriteria Bank Dunia dalam menghitung persentase distribusi pendapatan,
menurut Kriteria Bank Dunia yang menjadi patokan adalah 40% penduduk
termiskin kriterianya sebagai berikut.
a. Jika 40% penduduk termiskin menikmati < 12% pendapatan nasional
maka ketimpangan tinggi.
b. Jika 40% penduduk termiskin menikmati 12% - 17% pendapatan
nasional, maka ketimpangan sedang.
c. Jika 40% penduduk termiskin menikmati > 17% pendapatan nasional,
maka ketimpangan rendah.
H. Kerangka Berpikir

Untuk lebih mempermudah dalam peneliatian ini, maka dibuat kerangka


berpikir sebagai berikut :
Guru Pembelajaran Hasil belajar Ekonomi
Kondisi Awal
Ekonomi di sekolah Siswa rendah
dengan metode
ceramah
Siklus I

Guru menggunakan
Tindakan
model PjBL_STEAM

Siklus II

Kondisi Akhir Meningkatkan Hasil


Belajar Ekonomi

Gambar I
Kerangka Berpikir

Berdasarkan gambar kerangka pikir di atas, diketahui bahwa pada


pembelajaran Ekonomi khususnya pada materi Pendapatan Nasional, hasil evaluasi
siswa menunjukkan Hasil Belajar yang rendah. Hal ini dikarenakan guru belum
menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Untuk mengatasi rendahnya hasil
belajar siswa maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas dalam pembelajaran
Ekonomi dengan menggunakan Model PjBL-STEAM dengan dua siklus yaitu siklus
I dan siklus II.
Dengan diadakannya dua siklus dalam penelitian tindakan kelas ini
diharapkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin pada materi
Pendapatan Nasional akan semakin meningkat dan memenuhi kriteria ketuntasan
belajar.
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian tersebut
didapat suatu kerangka pemikiran yaitu :
1. Pembelajaran penemuan sebagai pendekatan pemecahan masalah mampu
meningkatkan aktivitas serta keterampilan diskusi siswa.
2. Aktivitas serta keterampilan diskusi perlu dikembangkan untuk keterampilan
berkomunikasi, mengajukan pertanyaan dan analisis. Karena unsur-unsur ini
sebagai aktivitas yang paling berharga guna memecahkan masalah kehidupan
siswa.
3. Dengan aktivitas serta keterampilan berdiskusi, diharapkan siswa lebih
menguasai materi dan mampu memahami bahwa ilmu pengetahuan
berkembang (development).
Untuk lebih mempermudah dalam peneliatian ini, maka dibuat kerangka berpikir
sebagai berikut :
I. Hipotesis Tindakan
Model pembelajaran PjBL-STEAM dapat meningkatkan hasil belajar
Ekonomi Pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin Semester II Tahun
Pelajaran 2020/2021.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research), karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang lebih sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran,
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran atau
pendidikan. Penelitian ini dilaksanakan mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan
kelas (classroom action research) yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart,
dengan komponen tindakannya adalah perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau Classroom Action Research yang merupakan bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kematangan rasional
dari tindakan-tindakan dalam melakukan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi tempat praktik
pembelajaran tersebut dilakukan.
Dalam penelitian ini memakai penelitian tindakan kelas karena merupakan
bentuk kajian yang bersifat reflektif. Pada penelitian ini disamping untuk memantau
permasalahan belajar yang dihadapi siswa juga membantu guru dalam upaya
memperbaiki cara mengajarnya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif, untuk kemantapan rasional
dalam pelaksanaan tugas, serta memperbaiki kondisi tempat praktik pembelajaran
sendiri.

B. Subyek Penelitian
Penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2
SMA Negeri 13 Merangin, semester II, tahun pelajaran 2020/2021. Jumlah siswa
kelas XI IPS 2 seluruhnya ada 26 siswa, Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS 2
SMA Negeri 13 Merangin, untuk mata pelajaran Ekonomi pada materi Pendapatan
Nasional dan dilaksanakan pada bulan Mei 2021 sampai dengan bulan Juli 2020.
C. Peran dan Posisi Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai, perencana, pelaksana, serta
pembuat laporan dalam PTK yang dilaksanakan. Adapun peran dan posisi peneliti
dijelaskan berikut ini :
1. Pelaksana Tindakan
Dalam hal ini, disepakati bahwa peneliti sendiri, yang menjadi pelaksana
tindakan perbaikan yang direncanakan. Peneliti terlibat penuh dalam upaya
peningkatan hasil belajar Pendapatan Nasional dengan menggunakan model
PjBL_STEAM siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin. Peneliti
berperan sekaligus sebagai instrumen penelitian, yaitu sebagai alat
pengumpulan data dan validasi data yang dikumpulkan.
D. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tes dan observasi.
1. Tes
Tes dalam penelitian ini adalah tes individu yang merupakan tes tertulis dan
dilaksanakan satu kali yaitu pada pertemuan pada setiap siklusnya. Tes ini
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi.
2. Observasi
Sukmadinata, Nana Syaodih (2012:220) mengatakan “Observasi (observation)
atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.
Peneliti menggunakan lembar observasi untuk mendapatkan data tentang
keaktifan belajar siswa yang menggunakan model PjBL_STEAM. Lembar
observasi diisi oleh observer yang mengamati keaktifan belajar siswa kelas XI
IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin selama mengikuti proses pembelajaran.
Observer pada penelitian ini yaitu rekan sesama guru di SMA Negeri 13
Merangin
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu faktor yang menentukan bermutu
atau tidaknya penulisan yang dilakukan, karena instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan penulis dalam melakukan penelitian. Arikunto, Suharsimi (2013:203)
berpendapat “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.
1. Tes Hasil Belajar
Instrumen yang akan digunakan adalah tes tertulis. Instrumen ini disusun
berdasarkan rumusan dan tujuan pembelajaran. Tes yang diberikan sesuai
dengan materi yang telah dipelajari yaitu Pendaptan Nasional.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk membantu observer dalam mengamati
keaktifan belajar siswa selama kegiatan pembelajaran. Observasi keaktifan
belajar siswa terdiri atas 3 Indikator indikator pengamatan. Keaktifan belajar
siswa yang diamati yaitu: frekuensi bertanya, frekuensi memberi tanggapan,
memberi penjelasan anggota dalam kelompok ahli atau asal.

B. Teknik Analisis Data


1. Analisis Tes Hasil Belajar
Hasil belajar siswa XI IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin dilihat berdasarkan
perolehan nilai rata-rata dari hasil tes belajar siswa dan pesentase ketuntasan
yang telah disesuaikan dengan KKM mata pelajaran Matematika di SMA
Negeri 13 Merangin yaitu 75.
2. Analisis Lembar Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa secara
langsung. Sebelum dilakukan observasi, penulis bersama observer
mendiskusikan pedoman observasi agar kegiatan observasi dapat dilakukan
secara objektif dan diperoleh data yang sesuai dengan yang diharapkan.
Pengamatan dilakukan sejak awal kegiatan pembelajaran sampai guru menutup
pelajaran.
Analisis lembar observasi diperoleh dari skor total atau skor akhir hasil
observasi. Skor yang diberikan menggunakan interval 1 sampai 4 yang
mengadopsi dari kriteria yang dinyatakan oleh Riduwan (2012:93) yaitu
sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
Setiap butir item pernyataan memiliki skor maksimal 4 dan skor minimal 1.
Skor maksimal ideal (SMI) diperoleh dengan cara mengalikan jumlah item
pernyataan sebanyak 3 pernyataan dengan skor maksimal keaktifan belajar
yaitu 4 dan jumlah siswa yaitu 30, sehingga diperoleh skor maksimal ideal
sebesar 360
Untuk mengetahui skor akhir keaktifan belajar siswa pada saat pembelajaran
dilakukan perhitungan menurut Djamarah, Syaiful Bahri (2010: 426) sebagai
berikut:
∑X
SA = x 100%
N
Keterangan :
SA = Skor Akhir
∑X = Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh
N = Jumlah skor keseluruhan maksimal
Hasil perhitungan skor akhir keaktifan belajar siswa pada saat
pembelajaran diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Keaktifan belajar dan Pembelajaran
Skor Akhir Kriteria
x < 20% Sangat tidak baik
20% ≤ x < 40% Kurang baik
40% ≤ x < 60% Cukup
Skor Akhir Kriteria
60% ≤ x < 80% Baik
x ≥ 80% Sangat Baik
Sumber: Riduwan (2012:95)
C. Indikator Keberhasilan
Tingkat keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan
perubahan ke arah perbaikan. Ketuntasan klasikal pada penelitian ini yaitu 85% untuk
semua aspek penilaian.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakna selama dua siklus. Prosedur
penelitian ditempuh melalui tahapan-tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas.
Dalam dua siklus yang direncanakan, ditempuh empat tahapan penelitian tindakan
kelas metode Kemmis dan Taggart (dalam Kunandar, 2008:70), yang berpendapat
sebagai berikut “Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan
komplementasi yang terdiri atas empat momentum esensial, antara lain perencanaan
(planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)”.
Penerapan keempat tahapan tersebut dalam penelitian ini, dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan (planning)
a. Tim peneliti membuat rencana tindakan untuk mengetahui hasil belajar
Ekonomi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin tahun
pelajaran 2020/2021 untuk dijadikan rambu-rambu pada siklus kesatu.
Pembuatan rencana tindakan siklus kesatu didasarkan pada hasil refleksi
awal yang dilakukan oleh peneliti secara kolaboratif.
b. Membuat instrumen yang diperlukan, seperti lembar tes dan lembar
observasi.
2. Tahap pelaksanaan (acting)
a. Mengidentifikasi pengalaman konkret yang telah dimiliki siswa.
b. Siswa menerima bekal pemahaman dari guru sehubungan dengan
keterampilan yang diperlukan.
c. Siswa menggunakan petunjuk yang diberikan guru dan menggunakan model
PjBL_STEAM
d. Siswa menerima pemantapan dari guru sehubungan dengan hasil proses
belajar yang telah ditempuhnya.
3. Tahap pengamatan (observing)
a. Tim peneliti mengamati situasi pembelajaran yang berlangsung.
b. Tim peneliti membuat rekomendasi terhadap hasil pengamatan untuk bahan
refleksi.
4. Tahap refleksi (reflecting)
a. Tim peneliti melakukan refleksi terhadap kekuatan dan kelemahan dari
tindakan yang telah berlangsung pada siklus kesatu sesuai dengan data hasil
observasi.
b. Tim peneliti mengidentifikasi kendala atau ancaman dan menentukan
alternatif jalan keluar untuk mengatasinya.
c. Tim peneliti membuat perencanaan ulang (replanning) untuk siklus kedua,
dan siklus-siklus berikutnya.
Deskripsi setiap tahapan di atas, ditempuh pula pada siklus-siklus yang
direncanakan. Tindakan dinyatakan berakhir setelah diperoleh optimalisasi dan
semua yang terlibat merasa puas akan hasil yang telah dicapai.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal


Sebelum dilakukan penelitian, motivasi peserta didik untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran daring rendah. Keaktifan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran daring rendah. Kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis masih
rendah. Peserta didik masih mengalami kesulitan dalam menghubungkan dan
mengaplikasikan ilmu Ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar Ekonomi
peserta didik pada kegiatan pembelajaran daring masih rendah.
Guru telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan aktivitas positif
dan mengurangi aktivitas negatif siswa, seperti menggunakan variasi dalam
pembelajaran, memotivasi siswa dengan memberi penguatan dan sanksi. Berdasarkan
hasil wawancara dengan siswa, secara umum siswa suka belajar ekonomi dan selalu
mau ikut berpartisipasi aktif dalam belajar, namun pembelajaran yang kadang tidak
menyenangkan dan materi yang sebagian sulit dipahami membuat siswa menjadi
malas dan bosan, sehingga tidak konsentrasi dan tidak mengikuti pelajaran, namun
jika ada kesempatan dan merasa bisa, latihan, tugas, pekerjaan rumah selalu
dikerjakan dan mau maju menyajikan hasil pembelajaran. Selain itu diskusi jarang
dilakukan siswa, hanya sesekali bertanya kepada teman dan guru tentang tugas-tugas
yang sulit untuk dikerjakan. Berikut ini hasil belajar siswa sebelum dilakukan
penelitian disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus

No NAMA KKM Nilai Keterangan


1 Achi Valupi Putri 75 78 Tuntas
2 Agustina Pakpahan 75 75 Tuntas
3 Anggi Pratama 75 65 Belum Tuntas
4 Bectiar 75 50 Belum Tuntas
5 Della Mahagisa 75 58 Belum Tuntas
6 Deva Fernanda 75 68 Belum Tuntas
7 Evin Oktafian R 75 64 Belum Tuntas
8 Fadil Rizki Azmi 75 68 Belum Tuntas
9 Indah Sulfia Ningsih 75 80 Tuntas
10 Ira Moslinda 75 65 Belum Tuntas
11 Khairul Anggi Ade. S 75 78 Tuntas
12 Merlyna Merdiana 75 55 Belum Tuntas
13 Mesa Meilani 75 45 Belum Tuntas
14 Mita Sukmawati 75 79 Tuntas
15 Ngatipah 75 65 Belum Tuntas
16 Niko Abdi Gustian 75 62 Belum Tuntas
17 Rahuldi Pratama 75 75 Tuntas
18 Robi Puji Rahayu 75 78 Tuntas
19 Roy Firmansyah 75 68 Belum Tuntas
20 Septima Dwi Putri 75 78 Tuntas
21 Susi 75 65 Belum Tuntas
22 Ulfatun Nikmah 75 75 Tuntas
23 Vemas Wahyu K 75 75 Tuntas
24 Virdha Permana 75 65 Belum Tuntas
25 Wulan Rahmadhani 75 60 Belum Tuntas
26 Yesi Putri 75 74 Belum Tuntas
Jumlah 1768
Rata-Rata 68
Tabel 4.2
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus

Keterangan Jumlah Siswa Persentase


Tuntas 10 38,46%
Belum Tuntas 16 61,54%
Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel di atas, rata-rata hasil belajar Ekonomi yang


diperoleh siswa kelas XI IPS2 SMA Negeri 13 Merangin adalah 68 dengan
persentase ketuntasan sebesar 38,67%. Dari 26 siswa hanya 10 siswa yang
mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan. Nilai ini menunjukan perlu
adanya peningkatkan nilai dengan cara melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) menggunakan metode yang berbeda, yaitu dengan penggunaan Model
PjBL_STEAM.

B. Hasil Penelitian
1. Siklus I
Sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran dan nilai yang
diperoleh siswa dalam meningkatkan hasil belajar Ekonomi pada kondisi
awal yang sangat rendah, maka peneliti melakukan proses pembelajaran
siklus I. Sesuai dengan jadwal yang ditentukan, proses pembelajaran  siklus I
dilakukan pada hari Rabu, 1 Juni 2021.
Siklus I pada penelitian ini melalui empat tahap kegiatan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setelah melalui tahap
refleksi peneliti melakukan revisi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan penelitian siklus I sebagai
berikut;
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tes tertulis dan lembar observasi.
Rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model PjBL_STEAM. Tes
digunakan untuk mengetahui ketuntasan dalam meningkatkan hasil belajar
Ekonomi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keaktifan belajar
siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan selama dua pertemuan. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang
ada pada rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan model model
PjBL_STEAM. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model PjBL_STEAM.
 Pendahuluan

1. Guru membagikan link Zoom Meeting di WAG kelas ekonomi, untuk


belajar secara tatap daring, Asinkronus.
2. Guru bersama peserta didik saling memberi dan menjawab salam serta
menyampaikan kabar masing-masing melalui vicon Zoom meeting,
Sinkronus.
3. Guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa menurut agama
dan kepercayaan masing-masing.
4. Guru memeriksa kehadiran peserta didik dengan melihat tampilan layar
pada saat vicon berlangsung
5. Guru menyampaikan kepada peserta didik tentang KD, IPK dan tujuan
pembelajaran pada pertemuan ini.
6. Peserta didik diberi motivasi tentang materi Pendapatan perkapita yaitu:
“Materi ini bermanfaat untuk kita pelajari karena dapat membantu kita
mengetahui apa Pendapatan Perkapita dan bagaimana keikutsertaan
masyarakat dalam meningkatkan pendapatan perkapita melalui pendapatan
keluarga”
7. Peserta didik diingatkan kembali (Apersepsi) tentang Materi Pada KD
Sebelumnya yaitu Pendapatan Nasional
8. Guru menyampaikan kepada peserta didik pembelajaran kali ini
menggunakan model PJBL dengan Pendekatan STEAM dan metode diskusi
kelas serta menggunakan LKPD.
9. Peserta didik diingatkan oleh guru bahwa selama proses pembelajaran akan
dilakukan penilaian sikap dan evaluasi sebagai penilaian pengetahuan serta
menyajikan hasil diskusi sebagai penilaian keterampilan.
 Kegiatan Inti
1. Guru Menyampaikan materi dengan urutan materi;
2. Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
perhatiannya pada gambar yang disajikan
Tahap 1. Orientasi Peserta didik pada Masalah
1. Peserta didik diminta untuk mengamati Gambar saat Vicon berlangsung.
2. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang
gambar pendapatan Perkapita yang telah diamati, jika tidak ada guru
menanyakan kepada peserta didik pertanyaan pendahuluan.
3. Guru Membagi Peserta didik Kedalam Beberapa kelompok untuk
mendiskusikan jawaban dari pertanyaan lanjutan pada LKPD pada Link
Google From.
4. Setiap kelompok terdiri atas 7-8 orang peserta didik. Setiap kelompok
melalui Whatshapp group masing-masing untuk berdiskusi (Chat, Video
Conference, Voice Note)
5. Setiap kelompok berdiskusi dengan bahan diskusi:
Tahap 3 Membimbing Penyelidikan Kelompok
1. Guru masuk ke group masing-masing kelompok untuk memantau
keterlibatan masing-masing peserta didik dan membimbing selama proses
penyusunan Rancangan Poster
2. Mendorong dan memotivasi peserta didik untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai agar mampu memecahkan suatu permasalahan yang diberikan
3. Peserta didik membaca materi dalam bahan Ajar tentang Pendapatan
Perkapita
4. Peserta didik diminta berdiskusi menentukan masalah yang berkaitan
dengan keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan pendapatan keluarga
misalnya:
5. Peserta didik secara kelompok berdiskusi membuat rancangan Informasi
tentang usaha untuk mendorong tambahan pendapatan keluarga dengan
menggunakan lahan terbatas.
6. Peserta didik secara kelompok mendiskusikan rancangan poster yang
mendorong masyarakat untuk memotivasi Rancangan Usaha
Tahap 4 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
1. Peserta didik bersama kelompok untuk membuat Rancangan Produk dan
Poster sesuai dengan petunjuk pada LKPD yang telah dibagikan secara
bertanggung-jawab dan berpikir kritis.
2. Guru sebagai fasilitator menerima konsultasi peserta didik yang bertanya
pada proses pengembangan diskusi kelompok.
3. Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk mempersentasikan
hasil kerja kelompoknya secara bertanggung jawab dan dengan rasa percaya
diri.
Tahap 5 Menganalisis dan Mengevaluasi Proses pemecahan Masalah

1. Guru meminta peserta didik lainnya untuk memperhatikan dan menanggapi


hasil pekerjaan kelompok yang persentasi.
2. Guru memberikan apresiasi kepada kelompok yang sudah persentasi.
3. Guru bersama dengan peserta didik menyimpulkan hasil diskusi terhadap
materi Pendapatan Nasional.
 Penutup
1. Guru Memberikan Post Test (Esay) pada peserta didik melalui google from,
serta menyampaikan hasil penilaian sikap, pengetahuan, dan ketermapilan
selama pembelajaran berlangsung.
2. Guru memberikan Pertanyaan Refleksi
3. Guru Menyampaikan motivasi kepada peserta didik agar selalu menjaga
kesehatan dan mempersiapkan diri untuk pembelajaran selanjutnya.
4. Guru Menyampaikan salam dan doa.
c. Observasi
Pada kegiatan pembelajaran siklus I observasi dilakukan terhadap keaktifan
belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan

dengan memberikan tanda ceklis ( ) pada lembar observasi yang telah


disediakan.
d. Refleksi
Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan, peneliti perlu
melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Refleksi ini dilakukan dengan melihat data hasil tes siswa setelah kegiatan
pembelajaran selesai dilaksanakan. Data hasil tes siswa pada kegiatan
pembelajaran siklus I menunjukkan hasil belajar Ekonomi yang diperoleh
siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I. Data hasil tes tertulis siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Ekonomi pada kegiatan pembelajaran siklus I
disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3
Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No NAMA KKM Nilai Keterangan


1 Achi Valupi Putri 75 80 Tuntas
2 Agustina Pakpahan 75 75 Tuntas
3 Anggi Pratama 75 80 Tuntas
4 Bacthiar 75 68 Belum Tuntas
5 Della Mahagisa 75 65 Belum Tuntas
6 Deva Fernanda 75 78 Tuntas
7 Evin Oktafian 75 80 Tuntas
8 Fadil Rizki Azmi 75 80 Tuntas
9 Indah Sulfia Ningsih 75 80 Tuntas
10 Ira Rosmalinda 75 85 Tuntas
11 Khairul Anggi Ade S 75 78 Tuntas
12 Merlyna Merdiana 75 65 Belum Tuntas
13 Mesa Meilani 75 55 Belum Tuntas
14 Mita Sukmawati 75 78 Tuntas
15 Ngatipah 75 82 Tuntas
16 Niko Abdi Gustian 75 68 Belum Tuntas
17 Rahuldi Pratama 75 77 Tuntas
18 Robi Puji Rahayu 75 82 Tuntas
19 Roy Firmansyah 75 75 Tuntas
20 Septima Dwi Putri 75 80 Tuntas
21 Susi 75 75 Tuntas
22 Ulfatun Nikmah 75 80 Tuntas
23 Vemas Wahyu K 75 75 Tuntas
24 Virdha Permana 75 69 Belum Tuntas
25 Wulan Rahmadhani 75 65 Belum Tuntas
26 Yesi Putri 75 82 Tuntas
Jumlah 1957
Rata-Rata 75,27

Tabel 4.4
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

Keterangan Jumlah Siswa Persentase


Tuntas 19 73,07%
Belum Tuntas 7 26,93%
Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar Ekonomi yang diperoleh siswa


kelas XI IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin mengalami peningkatan. Rata-rata
nilai yang diperoleh siswa mencapai 75,26 dengan persentase ketuntasannya
sebesar 73,07%. Dari 26 siswa terdapat 19 siswa yang telah mencapai nilai
KKM. Persentase ketuntasan hasil belajar Ekonomi siswa sudah termasuk
kedalam kriteria baik, meskipun nilai rata-rata yang diperoleh pada tahap
siklus I sudah mencapai nilai KKM yang ditentukan, tetapi persentase
ketuntasan yang diperoleh belum mencapai nilai yang telah ditentukan.
Selain itu, keaktifan belajar siswa juga diamati selama proses
pembelajaran dengan penerapan model PjBL_STEAM. Keaktifan belajar
siswa yang diamati meliputi tiga indikator yaitu: frekuensi bertanya,
frekuensi menanggapi dan frekuensi memberikan penjelasan anggota atau
teman lain dalam kelompok ahli atau kelompok asal.

Tabel 4.5
Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I

Bertanya Menanggapi Penjelasan


No NAMA Jumlah
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Achi Valupi Putri √ √ √ 6
2 Agustina Pakpahan √ √ √ 6
3 Anggi Pratama √ √ √ 7
4 Bectiar √ √ √ 8
5 Della Mahagisa √ √ √ 10
6 Deva Fernanda √ √ √ 7
7 Evin Oktafian R √ √ √ 12
8 Fadil Rizki Azmi √ √ √ 8
9 Indah Sulfia Ningsih √ √ √ 7
10 Ira Rosmalinda √ √ √ 6
11 Khairul Anggi Ade S √ √ √ 9
12 Merlyna Merdiana √ √ √ 8
13 Mesa Meilani √ √ √ 4
14 Mita Sukmawati √ √ √ 7
15 Ngatipah √ √ √ 7
Bertanya Menanggapi Penjelasan
No NAMA Jumlah
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
16 Niko Abdi Gustian √ √ √ 7
17 Rahuldi Pratama √ √ √ 10
18 Robi Puji Rahayu √ √ √ 7
19 Roy Firmansyah √ √ √ 12
20 Septima Dwi Putri √ √ √ 8
21 Susi √ √ √ 8
22 Ulfatun Nikmah √ √ √ 8
23 Vemas Wahyu K √ √ √ 10
24 Virdha Permana √ √ √ 7
25 Wulan Rahmadhani √ √ √ 8
26 Yesi Putri √ √ √ 5
Jumlah 202
Skor Maksimal Ideal 312
Skor Akhir 70,51%

Tabel 4.6
Persentase Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I

Keterangan Jumlah SMI Persentase


Bertanya 62 104 59,61%
Menanggapi 65 104 62,5%
Penjelasan 75 104 72,11%

Tabel di atas menunjukan keaktifan belajar siswa kelas XI IPS 2


SMA Negeri 13 Merangin selama kegiatan siklus I ada pada kritesia baik
59,61%, menanggapi mencapai 62,5% dan memberi penjelasan 72,11%. Pada
kegiatan siklus I, keaktifan belajar siswa perlu ditingkatkan.
Berdasarkan data hasil observasi keaktifan belajar siswa secara
keseluruhan pada kegiatan pembelajaran siklus I dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
∑x
SA= × 100 %
N
202
¿ ×100 %
360
¿ 70,51 %
Keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai
70,51%. Hal ini menunjukkan persentase keaktifan belajar siswa pada
kegiatan pembelajaran siklus I sudah berada pada kriteria baik. Namun jika
dibandingkan dengan indikator keberhasilan yang ditentukan, persentase
keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I belum mencapai
indikator keberhasilan. Karena pada siklus I, hasil belajar Ekonomi dan
keaktifan belajar siswa masih belum memenuhi kriteria ketuntasan, maka
penelitian berlanjut pada siklus ke-2.
e. Revisi
Kegiatan pembelajaran pada siklus I masih memiliki beberapa kekurangan
sehingga diperlukan perbaikan untuk dapat meningkatkan hasil penelitian.
Beberapa kekurangan pada kegiatan penelitian siklus I yaitu:
1) Guru terburu-buru dalam menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi
yang akan diajarkan.
2) Guru terburu-terburu dalam memberikan penjelasan mengenai materi.
Kekurangan-kekurangan tersebut harus dijadikan bahan perbaikan
pada kegiatan pembelajaran di siklus II. Pada kegiatan pembelajaran di siklus
II diharapkan ada perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Perbaikan
tersebut meliputi:
1) Guru harus jelas dalam memberi tahu tujuan dan manfaat terkait materi yang
akan dipelajari. Karena ini berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa
sebelum dilakukan pembelajaran inti.
2) Guru sebaiknya jangan terburu-terburu dalam memberikan penjelasan
mengenai materi mmateri yang akan dipelajari,, hal ini dikarenakan siswa
terlihat bingung dan kurang mengerti dengan penjelasan yang diberikan,
akibatnya siswa terlihat tidak fokus.
2. Siklus II
Kegiatan pembelajaran pada siklus II sama dengan kegiatan
pembelajaran pada siklus I, melalui empat tahap kegiatan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, 17 Juni 2021.
a. Perencanaan
Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II masih sama dengan
perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan
pembelajaran siklus II, soal tes hasil belajar Ekonomi dan lembar observasi.
Rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modelPjBL_STEAM. Soal tes
digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar Ekonomi yang diperoleh
siswa. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keaktifan belajar siswa
selama kegiatan pembelajaran siklus II berlangsung.
b. Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama dua pertemuan. Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran pada siklus II sama dengan kegiatan pembelajaran pada
siklus I. Namun, pada kegiatan pembelajaran siklus II guru melakukan
beberapa perbaikan berdasarkan kekurangan-kekurangan pada kegiatan
penelitian siklus I.
c. Observasi
Pada kegiatan pembelajaran siklus II observasi dilakukan terhadap keaktifan
belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.. Observasi dilakukan
dengan memberikan tanda ceklis (√ ¿ pada lembar observasi yang telah
disediakan. Lembar observasi yang digunakan pada kegiatan pembelajaran
siklus II sama dengan lembar observasi yang digunakan pada kegiatan
pembelajaran siklus I.
d. Refleksi
Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan, peneliti perlu
melakukan refleksi. Refleksi ini dilakukan dengan melihat data hasil belajar
Ekonomi yang diperoleh siswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model PjBL_STEAM. Data nilai yang diperoleh siswa
pada kegiatan pembelajaran siklus II disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7
Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

No NAMA KKM Nilai Keterangan


1 Achi Valupi Putri 75 85 Tuntas
2 Agustina Pakpahan 75 80 Tuntas
3 Anggi Pratama 75 82 Tuntas
4 Bectiar 75 78 Tuntas
5 Della Mahagisa 75 78 Tuntas
6 Deva Fernanda 75 80 Tuntas
7 Evin Oktafian R 75 85 Tuntas
8 Fadil Rizki Azmi 75 80 Tuntas
9 Indah Sulfia Ningsih 75 85 Tuntas
10 Ira Rosmalinda 75 85 Tuntas
11 Khairul Anggi Ade S 75 84 Tuntas
12 Merlyna Merdiana 75 78 Tuntas
13 Mesa Meilani 75 70 Belum Tuntas
14 Mita Sukmawati 75 82 Tuntas
15 Ngatipah 75 86 Tuntas
16 Niko Abdi Gustian 75 68 Tuntas
17 Rahuldi Pratama 75 80 Tuntas
18 Robi Puji Rahayu 75 86 Tuntas
19 Roy Firmansyah 75 85 Tuntas
20 Septima Dwi Putri 75 86 Tuntas
21 Susi 75 84 Tuntas
22 Ulfatun Nikmah 75 80 Tuntas
23 Vemas Wahyu K 75 82 Tuntas
24 Virdha Permana 75 78 Tuntas
25 Wulan Rahmadhani 75 82 Tuntas
26 Yesi Putri 75 86 Tuntas
Jumlah 2115
Rata-Rata 81,34

Tabel 4.8
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

Keterangan Jumlah Siswa Persentase


Tuntas 25 96,15%
Belum Tuntas 1 3,84%
Jumlah 26 100%

Hasil belajar Ekonomi yang diperoleh siswa pada siklus II dengan


penerapan model PjBL_STEAM mengalami peningkatan. Rata-rata hasil
belajar Matematika siswa menjadi 81,34 dengan persentase ketuntasan
96,15% Terdapat 25 siswa dari 26 siswa yang sudah mencapai nilai KKM
yang telah ditentukan. Hal ini menunjukan bahwa nilai yang diperoleh siswa
sudah ada pada kriteria sangat baik.
Pada siklus II keaktifan belajar siswa juga diamati. Keaktifan belajar
siswa yang diamati sama dengan keaktifan belajar siswa pada siklus I, yaitu
rasa ingin tahu, kerjasama dan toleransi. Berikut keaktifan belajar siswa pada
kegiatan siklus II.

Tabel 4.9
Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II

Rasa Ingin
Kerjasama Toleransi
No NAMA Tahu Jumlah
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Achi Valupi Putri √ √ √ 10
2 Agustina Pakpahan √ √ √ 9
3 Anggi Pratama √ √ √ 12
4 Bectiar √ √ √ 10
5 Della Mahagisa √ √ √ 12
6 Deva Fernanda √ √ √ 11
7 Evin Oktafian R √ √ √ 12
8 Fadil Rizki Azmi √ √ √ 10
Rasa Ingin
Kerjasama Toleransi
No NAMA Tahu Jumlah
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
9 Indah Sulfia √ √ √ 9
10 Ira Rosmalinda √ √ √ 12
11 Khairul Anggi Ade S √ √ √ 10
12 Merlyna Merdiana √ √ √ 9
13 Mesa Meilani √ √ √ 12
14 Mita Sukmawati √ √ √ 10
15 Ngatipah √ √ √ 12
16 Niko Abdi Gustian √ √ √ 11
17 Rahuldi Pratama √ √ √ 12
18 Roby Puji Rahayu √ √ √ 10
19 Roy Firmansyah √ √ √ 9
20 Septima Dwi Putri √ √ √ 12
21 Susi √ √ √ 10
22 Ulfatun Nikmah √ √ √ 11
23 Vemas Wahyu K √ √ √ 10
24 Virdha Permana √ √ √ 10
25 Wulan Rhamadhani √ √ √ 10
26 Yesi Putri √ √ √ 12
Jumlah 277
Skor Maksimal Ideal 312
Skor Akhir 88,78

Tabel 4.10
Persentase Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II

Keterangan Jumlah SMI Persentase


Bertanya 92 104 88,46%
Menanggapi 94 104 90,38%
Penjelasan 91 104 87,50%

Berdasarkan tabel di atas, keaktifan belajar siswa pada siklus II


mengalami peningkatan menjadi 88,78%. Frekuensi bertanya siswa mencapai
88,46%, Menanggapi meningkat menjadi 90,38% dan toleransi siswa menjadi
87,50%. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengaruh baik model
pembelajaran koopertif tipe jigsaw terhadap keaktifan belajar siswa selama
kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan data hasil observasi keaktifan belajar siswa secara
keseluruhan pada kegiatan pembelajaran siklus II dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
∑x
SA= × 100 %
N
277
¿ ×100 %
312
¿ 88,78 %
Keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II
mencapai 88,78%. Hal ini menunjukkan persentase keaktifan belajar siswa
pada kegiatan pembelajaran siklus II sudah berada pada kriteria sangat baik.
Persentase keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II sudah
mencapai indikator keberhasilan.
Data hasil penelitian pada kegiatan pembelajaran siklus II
menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan hasil penelitian
siklus I. Persentase ketuntasan nilai yang diperoleh siswa dan keaktifan
belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II sudah melebihi indikator
keberhasilan yang ditentukan. Oleh karena itu kegiatan penelitian dinyatakan
berhenti pada siklus II.
C. Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui dua siklus
ini dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan model PjBL_STEAM
dapat meningkatkan hasil belajar Ekonomi pada siswa XI IPS 2 SMA Negeri
13 Merangin. Penelitian hasil belajar ekonomi siswa berdasarkan pra siklus,
siklus I dan siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Belajar Siswa pada Pra Penelitian, Siklus I dan Siklus II

Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II


Tuntas 38,46% 73,07% 96,15%
Belum Tuntas 61,54% 26,93% 3,84%

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, nilai yang diperoleh siswa meningkat


setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model
PjBL_STEAM dengan persentase ketuntasan pada siklus I 73,07% dan siklus II
96,15%. Dengan demikian, model PjBL_STEAM dapat meningkatkan hasil
belajar Ekonomi pada siswa kelas XI-IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin. Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat dari diagram berikut:

120.00%
100.00%
80.00%
60.00% Tuntas
40.00% Belum Tuntas
20.00%
0.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Diagram 4.1
Hasil belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Selain itu, keaktifan belajar siswa juga diamati selama proses
pembelajaran berlangsung. Keaktifan belajar siswa yang diamati meliputi tiga
indikator yaitu rasa ingin tahu, kerjasama dan toleransi. Dengan menggunakan
model PjBL_STEAM, keaktifan belajar siswa juga mengalami peningkatan. Pada
siklus I keaktifan belajar siswa mencapai 70,51% Sedangkan pada kegiatan siklus
II keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 88,78%. Peningkatan keaktifan
belajar siswa dapat dilihat dalam diagram berikut:

100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
Keaktifan Siswa
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Siklus I Siklus II

Diagaram 4.2
Persentase Keaktifan belajar siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 13 Merangin
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model
PjBL_STEAM dapat meningkatkan hasil belajar Ekonomi materi
Pendapatan Nasional dalam Pembelajaran Daring pada siswa kelas XI IPS 2
SMA Negeri 13 Merangin tahun pelajaran 2020/2021. Sebelum dilakukan
penelitian, persentase ketuntasan hasil belajar Ekonomi siswa hanya
mencapai 38,46%. Pada siklus I hasil belajar Ekonomi siswa meningkat
menjadi 73,07% dengan rata-rata sebesar 75,27 dan pada siklus II mencapai
96,15% dengan rata-rata sebesar 81,34.
Selain itu, model PjBL_STEAM juga dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa selama proses pembelajaran. Indikator keaktifan belajar siswa
yang diamati adalah frekuensi bertanya, frekuensi menanggapi dan frekuensi
member penjelasan. Keaktifan belajar siswa pada siklus I dan siklus II
masing-masing mencapai 70,51% dan 88,78%.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagi siswa, hendaknya lebih giat belajar sehingga hasil belajar dan keaktifan
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ekonomi dapat meningkat.
2. Bagi guru, dalam proses pembelajaran sebaiknya menggunakan model dan
pendekatan yang sesuai dengan meteri yang diajarkan.
3. Bagi sekolah, pembelajaran perlu dikembangkan lagi agar kualitas siswa dan
sekolah dapat terus meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Afriana, J. 2015. Project Based Learning (PjBL) Makalah untuk Tugas Mata Kuliah
Pembalajaran IPA Terpadu. https://www.researchgate.net/. Diakses 12
November 2019.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke


CiptaBloom dalam Anni (2009: 86)

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta

Ejiwale, J.A. (2012). Facilitating teaching and learning across STEM fields. Journal
of STEM
Tseng, et al. 2013; dan Capraro, et al.2013, dalam Afriana, et al.,
2016).

Education, 13(3), 87-94.Laboy-Rush, D. (2010). Integrated STEM education through


project-based learning. www.learning.com/stem/whitepaper/integrated-
STEM-through-Project-based-Learning.
Furi, L.M.I., S. Handayani. & M. Shinta 2018. Eksperimen Model Pembelajaran
PjBL dan PjBL Terintegrasi STEM untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Kreativitas Siswa pada Kompetensi Dasar Teknologi Pengolahan Susu.
Jurnal Penelitian Pendidikan. 35(1): 49-60. (Arisanti et al., 2016).

Gottlieb, E. 2014. STEM Art Learning Outcomes. The STEAM Journal. 1(2): 1-3.

Hamalik, O. (2002). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta: Bumi Aksara.Pendidikan dan Kebudayaan.

Ismayani, A. 2016. Pengaruh Penerapan STEM Project Based Learning terhadap


Kreativitas Matematis Siswa SMK. Indonesia Digital Journal of
Mathematics and Education 3(4):264-272.

Kemmis, S. & Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria: Deakin
University Press

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Surat Edaran Kemdikbud No 4


Tahun 2020 mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Coronavirus Disease (Covid-19). Jakarta: Kementerian

Kemendikbud. 2014. Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun


ajaran 2014/2015: Mata pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

Lewin, K. 1990. Research and Action Minority Problems. The Action Research
Reader. Geelong, Victoria: Deakin University.

Mayasari, T., Kadorahman, A., dan Rusdiana, D. 2014. Pengaruh pembelajaran


terintegrasi science, technology, engineering, and mathemathics (STEM)
pada hasil belajar peserta didik: Studi meta analisis, Prosiding Semnas
Pensa VI “Peran Literasi Sains” 20 Desember 214, Surabaya.

Sudjana, Nana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Rosdikarya
Suprijono, Agus. Cooperative Leraning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2010.
Torlakson, T. 2014. INNOVATE: A blueprint for science, technology, engineering,
and mathematics in California public education. Dublin, CA: Californians
Dedicated to Education Foundation

Tseng, K.H., Chang, C.C., Lou, S.J., dan Chen, W.P. 2013. Attitudes towards
science, technol- ogy, engineering and mathematics (STEM) in a project
based learning (PjBL) environment. International Journal Technology and
Design Edu- cation, 23: 87–102

Waras, K. 2018. Project Based Leraning: Pendekatan Pembelajaran Inovatif. Malang:


Universitas Negeri Malang.

Whatley, J. 2012. Evaluation of a Team Project Based Learning Module for


Developing Employability Skills. Journal of Informing Science and
Information Technology, 9:75-92.

Wijaya, A.D., N. Karmila & R.A. Mahmudah. 2015. Implementasi Pembelajaran


Berbasis STEAM pada Kurikulum Indonesia. Proseding Semnas Fisika dan
Aplikasinya. UNPAD.

Winastwan, G. & Sunarto. 2015. Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif berbasis


TIK. Jakarta: Flex Media Komputindo. Yakman, Georgette & L.
Hyongyong. 2012. Exploring The Exemplary STEAM Education in The
U.S. as a Practical Education Framework for Korea. J Korea Assoc. 32(6):
1072-1086
LAMPIRAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 11


3. Foto-foto Kegiatan

4.
Foto Kegiatan Seminar

Anda mungkin juga menyukai