Anda di halaman 1dari 35

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII MTsN 1 TEBO


TAHUN PELAJARAN 2020/2021

OLEH

Mulhayatun, S. Pd
NIP. 197101011996032003

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 TEBO
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

1 Judul Penelitian : Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas VIII MTsN 1 Tebo
Tahun Pelajaran 2020/2021

2 Peneliti
a. Nama Lengkap : Mulhayatun, S.Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat/Golongan : Pembina / Guru Ahli Madya / IV.a
d. NIP : 197101011996032003
e. Mata Pelajaran : IPA
f. Instansi/Lembaga : Kementerian Agama Kab. Tebo
g. Satuan Kerja : MTs Negeri 1 Tebo
3 Penelitian / Pengabdian : Dana Swadaya
4 Periode Pengusulan : T.A 2020/2021

Mengetahui Muara Tebo, 20 Maret 2020


Kepala MTsN 1 Tebo Penulis/Peneliti

Abdul Rahman, S. Ag. M. Pd. I Mulhayatun, S. Pd


NIP. 197012101997031003 NIP. 197101011996032003

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan pertolongannya PTK
ini dapat saya selesaikan sesuai rencana.

“Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas
VIII MTsN 1 Tebo Tahun Pelajaran 2020/2021”

Merupakan bahan-bahan yang penulis susun kembali dari mulai rencana penelitian sampai
akhir penelitian ini. Dan selanjutnya selesai dalam bentuk laporan Penelitian Tindakan Kelas
ini. Dengan harapan dapat sesuai dengan aturan-aturan PTK yang valid dan akuntabel
sehingga dapat memberikan manfaat khususnya untuk perkembangan dunia pendidikan.

Penulis menyadari bahwa PTK ini masih perlu penyempurnaan, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis senantiasa menerima saran dan kritik yang membangun guna
perbaikan di masa yang akan datang.

Tidak lupa penulis juga haturkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat baik ketika
perencanaan,pelaksanaan dan pelaporan PTK ini. Saya hanya bisa mendoakan semoga Allah
SWT membalas kebaikan semuanya dengan balasan yang lebih baik lagi.Aamiin!

iii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIII MTsN 1 Tebo
Tahun Ajaran 2020/2021 melalui penerapan model Discovery Learning yang merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan analisis data secara deskriptif. Pengambilan data
pada penelitian ini dimulai pada tahun 2017. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang
berjumlah 22 orang siswa, terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa
perempuan. Berdasarkan analisis data yang diperoleh, daya serap siswa pada nilai UH
sebelum PTK yaitu 74,86%, sesudah PTK siklus I daya serap siswa adalah 84,3% meningkat
9,44%. Pada siklus II daya serap siswa adalah 87,98% meningkat 3,68% dari siklus I.
Ketuntasan klasikal nilai sebelum PTK adalah 59,09%, siklus I 68,18% meningkat 9.09% dan
siklus II 86,36% meningkat 18,18%. Penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa penerapan Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIII
MTsN 1 Tebo Tahun Ajaran 2020/2021.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORITIS..................................................................................... 4

A. Model Pembelajaran Discovery Learning .............................................................. 4


1. Pengertian ......................................................................................................... 4
2. Tahapan Pembelajaran Discovery Learning ..................................................... 5
B. Hasil Belajar............................................................................................................ 6
1. Pengertian ......................................................................................................... 6
2. Indikator Hasil Belajar ...................................................................................... 7
3. Tujuan Hasil Belajar ......................................................................................... 8
4. Efisiensi Hasil Belajar....................................................................................... 9
5. Faktor-faktor Hasil Belajar ............................................................................... 10
C. Hubungan Penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa . 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 14

A. Jenis Penelitian........................................................................................................ 14
B. Subjek Penelitian .................................................................................................... 14
C. Prosedur Penelitian ................................................................................................. 14
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................... 14
E. Teknik Analisis Data............................................................................................... 15

v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 16

A. Hasil Penelitian ....................................................................................................... 16


B. Perbandingan Siklus I dan Siklus II ........................................................................ 20
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................................. 21

BAB V PENUTUP............................................................................................................. 24

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 24
B. Saran ....................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam.
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan yang dilakukan oleh siswa. Hal demikian tentu sesuai dengan tujuan
kurikuler IPA, bila diajarkan menurut cara yang tepat maka IPA merupakan mata
pelajaran yang melatih atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis; misalnya IPA
diajarkan dengan metode menemukan sendiri (Usman Samatowa, 2010 : 6).
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta kegiatan pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pengalaman yang diharapkan tentu saja sebuah pengalaman yang membekas dan
memberikan kesan. Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA, yaitu memahami
bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana mengumpulkan fakta-
fakta untuk menginterpretasikanya (Srini M. Iskandar, 1996: 4). Jika seorang guru
memberitahu tentang fakta-fakta baik melalui ceramah atau pun bacaan maka guru tidak
memberi kesempatan kepada siswa untuk merasakan ilmu pengetahuan alam.
Pembelajaran yang searah kurang melibatkan siswa untuk menemukan konsep dalam
pembelajaran.
Menurut Trianto, (2010:79) penemuan adalah suatu model pembelajaran yang
menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci) dari suatu ilmu
yang dipelajari, perlunya pembelajaran aktif sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya,
dan nilai dari berfikir secara induktif dalam belajar (pembelajaran yang sebenarnya
melalui penemuan pribadi). Untuk itu pembelajaran IPA diarahkan untuk mencari tahu
dan berbuat sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar dengan model penemuan.
Pada kenyataanya lingkungan mampu menyajikan fenomena alam yang menarik dan
mampu menumbuhkan rasa ingin tahu dan mencoba langsung pada diri siswa. Secara
perlahan siswa akan mampu mengetahui bagaimana suatu fenomena alam dapat terjadi
melalui kegiatan penemuan. Pembelajaran dengan pengalaman langsung seperti demikian
dapat memberikan kesempatan seluas luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif, sehingga

1
lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk mengeluarkan mengembangkan
kemampuanya dalam hal keterampilan proses.
Berdasarkan hasil observasi di MTsN 1 Tebo selama proses pembelajaran berlangsung,
peneliti menemukan permasalahan sebagai berikut. Terjadi kesenjangan antara kondisi
seharusnya yang dialami siswa dengan kenyataan dalam pembelajaran di dalam kelas.
Metode pembelajaran yang digunakan guru selama pembelajaran adalah ceramah.
Pembelajaran yang seperti ini kurang memberikan makna dan kesan yang membekas bagi
siswa. Seharusnya siswa dilibatkan langsung agar memperoleh pengetahuan yang
berkesan dan tahan lama. Pengalaman yang diperoleh hanya bersumber dari guru itu
sendiri yang menyebabkan pembelajaran hanya berlangsung searah (teacher centered) dan
siswa kurang memiliki kesempatan untuk berpikir aktif guna menggali pengetahuan
dengan keterampilan yang mereka miliki. Permasalahan tersebut berdampak pada hasil
belajar IPA. Hasil belajar IPA yang dicapai siswa kelas VIII yang belum mencapai KKM
adalah 13 siswa dari jumlah total 22 siswa dengan ketuntasan klasikal 59,09%.
Hasil belajar IPA yang rendah disebabkan oleh cara guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Guru harus mampu melakukan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik IPA yang seharusnya melibatkan siswa aktif guna memperoleh pengetahuan.
Salah satu model yang sesuai adalah discovery learning. Suwarjo (2011: 73)
mengungkapkan bahwa pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah
pembelajaran yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran
discovery merubah pembelajaran yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Discovery learning
membuat keterampilan proses siswa lebih berkembang. Proses discovery learning
mendorong siswa aktif untuk mencari dan menemukan konsep dan informasi.
Keterlibatan siswa langsung (student active) dalam proses pembelajaran akan mengajak
siswa untuk mengorganisasi/membangun pengetahuan dari apa yang mereka ketahui dan
mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Discovery learning membuat keterampilan proses siswa berkembang karena siswa harus
mengerahkan kemampuan berfikir. Selanjutnya siswa akan menerapkan keterampilan
proses IPA untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah seperti mengamati dan
mengumpulkan informasi dengan guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang didesain agar siswa aktif dalam pembelajaran
seperti mengamati, mengumpulkan data, berdiskusi, berpendapat dan sebagainya, akan
memberi dampak positif. Siswa yang aktif dan mengalami pembelajaran langsung
membuat pengetahuan yang berkesan dan tahan lama sehingga akan mempengaruhi hasil
belajar siswa. Dari uraian di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA di
kelas VIII MTsN 1 Tebo masih rendah. Menurut Hendro Darmodjo (1992: 37), guru
2
dapat menggunakan model discovery learning dengan guru sebagai fasilitator dan
pembimbing untuk mengembangkan keterampilan proses dalam pembelajaran sehingga
pengetahuan yang didapatkan bertahan lama. “Berdasarkan permasalahan-permasalahan
yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “ Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas VIII MTsN 1 Tebo Tahun Pelajaran 2020/2021”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini mengacu pada latar belakang yaitu : Apakah
melalui penggunaan model discovery learning dalam proses belajar mengajar dapat
meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas VIII MTsN 1 Tebo?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VIII
MTsN 1 Tebo semester satu Tahun Pelajaran 2020/2021 melalui penggunaan model
discovery learning.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut :
1) Siswa; untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui penerapan model
discovery lerning.
2) Guru; dijadikan salah satu pendekatan untuk memvariasikan proses belajar mengajar
dan bahan informasi bagi guru bidang studi IPA untuk menggunakan model discovery
learning.
3) Sekolah; sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk diterapkan pada mata
pelajaran yang lain untuk bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

3
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Model Pembelajaran Discovery Learning


1. Pengertian
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2018:41)
Discovery Learning merupakan pembelajaran yang mengutamakan bimbingan dan
motivasi peserta didik ntuk mengeksplorasi informasi dan konsep, membangun
pengetahuan baru, dan menerapkan pengetahuan baru dalam konteks kehidupan
sehari-hari. Melalui discovery learning, guru dapat membelajarkan peserta didik
dengan lebih cepat dan mencapai level kemampuan berpikir tingkat tinggi jika
dibandingkan pembelajaran konvensional yang menggunakan model ceramah.
Suwarjo (2011: 73) mengungkapkan bahwa pembelajaran penemuan (discovery
learning) adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada pengalaman
langsung. Pembelajaran discovery merubah pembelajaran yang pasif menjadi aktif
dan kreatif. Discovery learning membuat keterampilan proses siswa lebih
berkembang. Proses discovery learning mendorong siswa aktif untuk mencari dan
menemukan konsep dan informasi. Keterlibatan siswa langsung (student active)
Dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa untuk mengorganisasi
/membangun pengetahuan dari apa yang mereka ketahui dan mereka pahami
dalam suatu bentuk akhir.
Discovery learning membuat keterampilan proses siswa berkembang karena siswa
harus mengerahkan kemampuan berfikir. Selanjutnya siswa akan menerapkan
keterampilan proses IPA untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah
seperti mengamati dan mengumpulkan informasi dengan guru sebagai fasilitator
dan pembimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang didesain
agar siswa aktif dalam pembelajaran seperti mengamati, mengumpulkan data,
berdiskusi, berpendapat dan sebagainya, akan memberi dampak positif. Siswa
yang aktif dan mengalami pembelajaran langsung membuat pengetahuan yang
berkesan dan tahan lama sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

4
2. Tahapan Pembelajaran Discovey Learning
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, (2018:
44-45), terdapat langkah utama atau tahapan dalam pelajaran yang menggunakan
pembelajaran inkuiri. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tahapan Model Discovery Learning


FASE KEGIATAN
Tahap Stimulasi dan Identifikasi Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran
Masalah yang akan dilakukan pada pertemuan saat itu,
yaitu peserta didik akan belajar dengan
discovery learning.
Peserta didik dihadapkan pada konflik
kognitif. Peserta didik dikelompokkan
Setiap kelompok ditugaskan untuk
merumuskan masalah dan menyusun
hipotesis sesuai dengan topik yang dipelajari
Tahap Pengumpulan Data Peserta didik ditugaskan menemukan data
atau informasi melalui berbagai sumber yang
mendukung
Tahap Pengolahan Data dan Peserta didik melalukan penyelididkan untuk
Pembuktian membuktikan benar tidaknya hipotesis yang
ditetapkan. Data atau informasi yang
diperoleh melalui berbagai sumber tadi
dihubungkan dengan data aktivitas
Menarik Kesimpuann/Generalisasi Melakukan klarifikasi dari hasil diskusi
kelas.

5
B. Hasil Belajar
1. Pengertian
Hasil belajar pada hakikatnya adalah sebuah tindakan evaluasi yang dapat
mengungkap aspek proses berfikir (cognitive domain) juga dapat mengungkap
apek kejiwaan lain, yaitu aspek nilai atau sikap (affective domain) dan aspek
keterampilan (psychomotor domain) yang melekat pada diri setiap individu
peserta didik (Sudijono dalam Tri, 2016:113), selanjutnya Suprijono dalam
Widodo (2010:5) menyebutkan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-
nilai, pengertian-pengertian sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Menurut Saam (2011:3) perilaku hasil belajar terdiri dari tiga ranah atau
disebut taksonomi Bloom yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-
masing ranah terdiri dari berbagai jenis tingkah laku. Menurut Hamalik
(2010:159) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan
pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai
oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar,
sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan
tingkah laku siswa.
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa
jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasi belajar dapat
dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan
belajar”. hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang
mengikuti proses belajar mengajar.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar (Abdurrahman, 1999), belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional,
biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar
adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku
yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses
belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Selanjutnya Benjamin S. Bloom
berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam yaitu :
pengetahuan dan keterampilan.
Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu :
6
a) Pengetahuan tentang fakta
b) Pengetahuan tentang prosedural
c) Pengetahuan tentang konsep
d) Pengetahuan tentang prinsip

Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu :

a) Keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif


b) Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik
c) Keterampilan bereaksi atau bersikap
d) Keterampilan berinteraksi

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang


merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.
Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu
pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil
belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari disekolah, baik itu menyangkut
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa
telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai siswa.
Secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri
merupakan suatu prores dari seeseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan kegiatan atau
pembelajaran atau kagiatan instruksional, biasanya guru menetap tujuan belajar.
Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional.
Dari definisi hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh seorang anak setelah melalui proses
pembelajaran berupa pengetahuan dan sifatnya cenderung menetap.

2. Indikator Hasil Belajar


Indikator yang dijadikan tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses
belajar mengajar dikatakan berhasil, berdasarkan ketentuan kurikulum yang
disempurnakan, dan yang saat ini digunakkan adalah :

7
a) Daya serap terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
b) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional khusus
(TIK) telah dicapai siswa baik secara individu maupun secara kelompok.

Demikian dua macam tolak ukur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
menentukan tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Namun yang banyak
dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dari keduanya ialah daya serap siswa
terhadap pelajaran.

3. Tujuan Hasil Belajar


Pelaksanaan penilaian hasil belajar pada proses belajar mengajar bertujuan untuk :
a) Mengetahui kemajuan belajar siswa, baik sebagai individu maupun anggota
kelompok/kelas setelah ia mengikuti pendidikan dan pembelajaran dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
b) Mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi berbagai komponen pembelajaran
yang dipergunakan guru dalam jangka waktu tertentu. Komponen
pembelajaran itu misalnya menyangkut perumusan materi pembelajaran,
pemilihan metode pembelajaran, media, sumber belajar, dan rancangan sistem
penilaian yang dipilih.
c) Menentukan tindak lanjut pembelajaran bagi siswa, dan
d) Membantu siswa untuk memilih sekolah, pekerjaan, dan jabatan yang sesuai
dengan bakat, minat, perhatian, dan kemampuannya.

Dari tujuan tersebut, menunjukkan bahwa penilaian hasil belajar pada dasarnya
tidak hanya sekedar mengevaluasi siswa, tetapi juga seluruh komponen proses
pembelajaran, seperti guru. Tujuan belajar pada materi ini diharapkan :
a) dapat menjelaskan tujuan penilaian hasil belajar;
b) dapat menyebutkan fungsi penilaian hasil belajar metode, dan media
pembelajaran.

Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil


tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan.
Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui
tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik
bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran.
8
Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam
mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan
proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai
siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman
belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai
berikut:
a) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi
ini maka penilaian harus mengacu pada rumusanrumusan tujuan pembelajaran
sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.
b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin
dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar
siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran, dll.
c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang
tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan
pelajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk
nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

4. Efisiensi Hasil Belajar


Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisiensi kalau prestasi belajar yang
diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal. Usaha dalam hal ini segala
sesuatu yang digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti:
tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan lain- lain hal yang relevan dalam
kegiatan belajar.
Efisiensi dari sudut usaha ini dapat digambarkan sebagai berikut :

9
Dalam gambar ini memperlihatkan kepada kita bahwa Rini lebih efisien dari pada
Rino dan Rina, karena dengan usaha yang minimal dapat mencapai hasil belajar
yang sama tingginya dengan prestasi belajar Rina dan Rino. Padahal, Rina dan
Rino telah berusaha lebih keras daripada Rini. Namun, Usaha sekeras apapun tak
akan membuahkan hasil yang memuaskan jika tidak dibarengi dengan strategi dan
pendekatan yang efisien.
Selanjutnya, sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan
usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi. Dalam gambar dibawah
ini memperlihatkan bahwa Rini adalah siswa yang juga efisien ditinjau dari
prestasi yang dicapai, karena ia menunjukkan perbandingan yang terbaik dari
sudut hasil. Dalam hal ini, meskipun usaha belajar Rini sama besarnya.

5. Faktor-faktor Hasil Belajar


Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan
tujuan intruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang ingin
dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni
faktor dari lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan
yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruh terhadap hail
belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa
disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh
lingkungan.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain,
seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial, ekonomi, dan faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak
menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh
10
kontribusi/sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar
siswa, merupakan hal yang logi dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar dalah
perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. Siswa harus
merasakan kadanya sesuatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus
berusaha mengerahkan segala upaya untuk mencapainya.
Sungguhpun demikian hasil yang dapat diraih masih juga bergantung dari
lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat
menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang paling dominan mempengaruhi
hasil belajar sekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas
pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam
tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya
bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan
sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasaldari diri siswa sendiri maupun
pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya, pertama, siswa;
dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan
kesiapan siswa, baik jasmani, maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana
dan prasaran, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode
serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Walisman dalam buku Teori Belajar
Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
merupakan hasil interaksi antara yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik
faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal
dan eksterna, sebagai berikut :
1) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari
dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya.
Faktor internal ini meliputi : kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan
kesehatan.
2) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
memegaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang
11
morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian
orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari- hari
berperilaku yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari- hari
berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa itu ada dua, yaitu pertama, faktor
internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang
meliputi: kecerdasan, minat, motivasi, perhatian, serta kondisi fisik dan kesehatan.
Kedua, faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik,
yang meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Purwanto (2004:102) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dapat kita bedakan menjadi dua golongan:
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor
individual, dan
b. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial.

Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan /


pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang
termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/ keadaan rumah tangga, guru
dan cara mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi
sosial.

Selanjutnya menurut Dalyono (2001:55-60) yaitu berhasil atau tidaknya


seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi
pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada
pula dari luar dirinya. Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan
hasil belajar :

a. Faktor Internal ( yang bersal dari dalam Diri) Kesehatan, Inteligensi dan
Bakat, Minat dan Motivasi, Cara Belajar.
b. Faktor Eksternal (yang Berasal dari Luar Diri) : Keluarga, Sekolah,
Masyarakat, Lingkungan Sekitar.

12
C. Hubungan Penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pembelajaran IPA harus dimaknai sebagai kegiatan yang bersifat observasi,
eksperimen dan ramalan, sehingga siswa dapat memahami konsep IPA dengan secara
tepat dan dapat diuji kebenarannya. IPA juga merupakan hasil pengetahuan yang
merupakan kumpulan kegiatan manusia yang bersifat aktif secara dinamis dan tiada
henti, serta diperoleh dengan melalui model tertentu yang teratur, sistematis, objektif,
bermodel dan berlaku secara universal.
Standar isi IPA untuk SMP adalah IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-knsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi
juga merupakan proses penemuan, pemberian pengalaman secara langsung dalam
rangka menemukan suatu konsep dengan kaidah ilmiah. Oleh karena itu pembelajaran
IPA di SMP juga harus disesuaikan dan dipilih yang sesuai dengan hakekat IPA dan
sesuai dengan kondisi sekolah serta keberagaman potensi siswa, sehingga dalam
proses pembelajaran IPA siswa merasa senang, tidak terpaksa, termotivasi dan
antusias dalam mengikuti pembelajaran IPA.
Salah satu model pembelajaran IPA yang bisa digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar IPA adalah model discovery learning. Dengan model discovery learning
siswa diharapkan mampu menyelesaikan masalah yang dberikan dengan cara
menemukan konsep itu sendiri dengan kegiatan pembelajaran yang dibimbing oleh
guru. Dengan model discovery learning, siswa diajak dan didorong untuk melakukan
kegiatan eksperimen dalam bentuk praktikum untuk menemukan konsep.
Dari uraian di atas dapat kita ketahui jelas penerapan model discovery learning
diharapkan mampu membuat pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh oleh siswa
bertahan lebih lama, mampu meningkatan penalaran, dan mampu meningkatkan
kreativitas siswa, sehingga hasil belajarnya akan dapat meningkat juga.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Faizah (2011:99)
menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang diperlukan
di kelas.
Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini adalah Classroom Action Research, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat peneliti mengajar,
dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses praktik pembelajaran
dengan menerapkan model discovery learning.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII MTsN 1 Tebo Tahun Pelajaran 2020/2021
yang berjumlah 22 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Kelas
ini dipilih karena kemampuan akedemik siswa tergolong rendah dan heterogen, mulai
dari kelompok yang tinggi, sedang, dan rendah. Waktu penelitian dimulai dari Januari-
Februari 2020/2021.

C. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam Penelitian ini terdapat 2 siklus yang mana setiap masing-masing siklus
memiliki tahapan-tahapan diantaranya :
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik tes tertulis, dilakukan untuk melihat peningkatan hasil ranah kognitif siswa
yang digunakan sebagai sumber penelitian pengetahuan pemahaman konsep.
Penilaian ulangan harian yang berbentuk soal uraian.
2. Teknik Pengamatan (Observasi), Peneliti melakukan pengamatan selama
pembelajaran berlangsung. Semua hal yang terjadi ketika pembelajaran
berlangsung menjadi perhatian peneliti dan di isi oleh observer sehingga apa yang
tidak dilakukan dalam pengamatan dapat dicatat.
3. Teknik Dokumentasi (Foto dan Hasil Pembelajaran). Dokumentasi melalui foto
diperoleh dari kegiatan pemotretan oleh peneliti ketika siswa mengekspresikan

14
dialog dalam pembelajaran dengan penerapan model discovery learning. Dari
aktivitas belajar ini, akan diperoleh pula data dokumentasi hasil belajar melalui
Ulangan Harian (UH)

E. Teknik Analisis Data Deskriptif Hasil Belajar Siswa

1. Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar

Berdasarkan nilai UH di MTsN 1 Tebo didapatkan dari tes uraian nilai ini akan

dirumuskan sebagai berikut:

UH = 100% (Rata-rata Tes Uraian)

Sumber: Dimodifikasi sesuai dengan MTsN 1 Tebo.

2. Teknik Analisis Data Deksriptif


Teknis analisis deskriptif di MTsN 1 Tebo data pencapaian hasil belajar
siswa dilakukan dengan melihat a) daya serap siswa, b) ketuntasan individu, c)
ketuntasan klasikal.
1) Daya serap. Untuk menentukan daya serap digunakan rumus sebagai
berikut:
Daya Serap (%) = x 100

Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajar,


dikelompokkan dengan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 6
berikut:

Tabel 6. Interval dan Kategori Daya Serap Siswa


%Interval Kategori
92-100 Sangat Baik
85-91 Baik
78-84 Cukup
71-77 Kurang
≤ 70 Kurang Sekali

15
2) Indikator Keberhasilan
a) Ketuntasan individu siswa
Seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila
mencapai daya serap minimal dari KKM yang diterapkan oleh
sekolah. Di MTsN 1 Tebo, nilai KKM ditetapkan yaitu ≥ 78. Siswa
tuntas bila mencapai nilai ≥ 78.
b) Ketuntasan Klasikal
Suatu kelas dinyatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya
85% dari jumlah siswa telah tuntas. Ketuntasan Klasikal dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:

KK (%) = X 100

Keterangan:
KK : Persentase Ketuntasan Klasikal
JST : Jumlah siswa yang tuntas dalam kelas perlakuan (tolak ukur KKM)
JS : Jumlah seluruh siswa dalam kelas

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
Hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh ketika siswa melakukan proses
pembelajaran pada indikator 3.3.1 Menjelaskan pengertian usaha dan 3.3.2
Menghitung usaha yang dilakukan oleh beberapa gaya. Pembelajaran dilakukan
dengan menerapkan model disovery learning di kelas VIII MTsN 1 Tebo Tahun
Ajaran 2020/2021. Hasil belajar siswa mencakup daya serap, ketuntasan
individual, dan ketuntasan klasikal pada nilai UH.
Berdasarkan nilai UH yang dijelaskan di atas yaitu dari nilai Daya serap nilai PPK
dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Daya Serap Hasil Belajar Ulangan Harian (UH) Siswa Siklus I

Interval Daya Ulangan Harian Siklus I


No Kategori
Serap Jumlah Siswa Persentase (%)
1 95-100 Sangat Baik 7 31,82
2 85-91 Baik 8 36,36
3 78-84 Cukup - -
4 71-77 Kurang 2 9,09
5 0-76 Kurang Sekali 5 22,73
Jumlah Siswa 22 Orang
Rata-rata Kelas 84,30 (Cukup)
Ketuntasan Individu 15
Ketuntasan Klasikal 68,18% (Tidak Tuntas)

17
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dijelaskan bahwa daya serap hasil belajar
Ulangan Harian (UH) siswa setelah PTK siklus I dapat dikategorikan menjadi
empat kelompok kategori, yaitu kategori sangat baik sebanyak 7 orang siswa
dengan daya serap 31,82%, kategori baik sebanyak 8 orang siswa dengan daya
serap 36,36%, kategori kurang sebanyak 2 orang siswa dengan daya serap 9,09%,
dan kategori kurang sekali sebanyak 5 orang siswa dengan daya serap 22,73%.
Ketuntasan individual nilai Ulangan Harian (UH) siswa Siklus I dari 22 orang
siswa, 15 orang siswa tuntas, dan 7 orang siswa tidak tuntas. Ketuntasan klasikal
yaitu 68,18%, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ketuntasan secara
klasikal siswa belum tuntas dikarenakan belum mencapai 85% siswa yang tuntas
dari jumlah keseluruhan siswa. Dengan demikian ketuntasan klasikal siswa siklus
I masih belum tercapai.
Ketuntasan klasikal Ulangan Harian (UH) siswa kelas VIII sebelum PTK adalah
59,09% dengan rata-rata daya serap 74,86% dan setalah siklus 1, ketuntasan
klasikal siswa mengalami peningkatan yaitu 68,18% dengan rata-rata daya serap
84,30%. Dengan demikian, terjadi peningkatan ketuntasan klasikal siswa sebesar
9,09% dan peningkatan rata-rata daya serap siswa sebesar 9,44%.

Perbandingan ketuntasan klasikal dan rata-rata daya serap UH siswa sebelum PTK
dan siklus 1 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

100
84,3
80 74,86
Persentase%

59,09 68,18
60
Daya Serap
40
Ketuntasan Klasikal
20
0

Sebelum PTK
Siklus I

Gambar 17. Perbandingan Daya Serap dan Ketuntasan Klasikal pada Nilai PPK
Siswa sebelum PTK dan Setelah PTK Siklus I

18
2. Siklus II
Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model discovery learning di
kelas VIII MTsN 1 Tebo Tahun Ajaran 2020/2021 dapat menganalisis daya serap,
ketuntasan individual, dan ketuntasan klasikal pada nilai UH.
Nilai UH siklus II diperoleh dari nilai tes uraian siklus II. UH diberikan kepada
siswa pada setiap akhir proses pembelajaran sebanyak 1 kali dalam 1 siklus.

Tabel 9. Daya Serap Hasil Belajar Ulangan Harian Siswa Siklus II


Internal UH Siklus II
NO Kategori
Daya Serap Jumlah Siswa Persentase (%)
1 95-100 Sangat Baik 9 40,90
2 85-91 Baik 7 31,82%
3 78-84 Cukup 3 13,64%
4 71-77 Kurang 3 13,64%
5 0-76 Kurang Sekali - -

Jumlah Siswa 22 Orang


Rata-rata Kelas 87,98%
Ketuntasan Individu 19
Ketuntasan Minimal 86,36%

Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat dijelaskan bahwa daya serap hasil belajar
Ulangan Harian (UH) siswa setelah PTK siklus II dapat dikategorikan menjadi
empat kelompok kategori, yaitu kategori sangat baik sebanyak 9 orang siswa
dengan daya serap 40,90%, kategori baik sebanyak 7 orang siswa dengan daya
serap 31,82%, kategori cukup sebanyak 3 orang siswa dengan daya serap 13,64%,
dan kategori kurang sebanyak 3 orang siswa dengan daya serap 13,64%.
Ketuntasan individual nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) siswa Siklus
II dari 22 orang siswa, 19 orang siswa tuntas, dan 3 orang siswa tidak tuntas.
Ketuntasan klasikal yaitu 86,36%, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
ketuntasan secara klasikal siswa kelas VIII dinyatakan tuntas dikarenakan telah
mencapai 85% siswa yang tuntas dari jumlah keseluruhan siswa. Dengan
demikian ketuntasan klasikal siswa siklus II masih telah tercapai dan telah tuntas.

19
B. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa sebelum dan setelah PTK Siklus I
dan Siklus II
Berdasarkan hasil belajar UH siswa di kelas VIII MTsN 1 Tebo sebelum PTK
terhadap siklus I dan siklus II setelah diterapkannya model disovery learning, maka
dapat dibandingkan peningkatan hasil beljar siswa seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Perbandingan Daya Serap Hasil Belajar UH Siswa Sebelum PTK dan
Setelah PTK Siklus I, Siklus II

No Analisis Hasil Belajar UH Sebelum PTK Siklus I Siklus II

1 Rata-rata Daya serap 74,86 84,3 (Cukup) 87,98%


(Kurang ) (Baik)
2 Ketuntasan Klasikal 59,09% 68,18% 86,36%
(Tidak Tuntas) (Tidak Tuntas) (Tuntas)

20
Berdasarkan Tabel 10, dapat dijelaskan bahwa sebelum diterapkannya model
pembelajaran dengan discovery learning dengan rata-rata daya serap UH siswa yaitu
74,86 (kategori Kurang ) dan mengalami peningkatan pada siklus I setelah
diterapkannya model dengan discovery learning yaitu 84,3% (kategori Cukup) dengan
peningkatan sebesar 9,44%. Pada siklus II diperoleh daya serap sebesar 87,98%
(kategori Baik) dan terjadi peningkatan 3,68% dari siklus I. Ketuntasan klasikal siswa
sebelum PTK yaitu 59,09% (kategori tidak tuntas), namun setelah diterapkannya
model discovery learning ketuntasan klasikal pada siklus I meningkat menjadi
68,18% (kategori tidak tuntas), dan mengalami peningkatan sebesar 9,09%. Pada
siklus II diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 86,36% (Kategori tuntas) dan
mengalami peningkatan sebesar 18,18% dari ketuntasan klasikal pada siklus I.
Perbandingan hasil belajar UH antara sebelum PTK, siklus I dan siklus II dapat dilihat
pada Gambar 2.

100
90 74,86 84,3 87,9886,36
Persentase (%)

80
70 59,09 68,18
60
50
40 Daya Serap
30
20 Ketuntasan Klasikal
10
0
Sebelum PTK
Siklus I
Siklus II

Gambar 18. Perbandingan Hasil Belajar UH Siswa Kelas VIII MTsN 1 Tebo
sebelum PTK, Siklus I dan Siklus II.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang dilakukan, terlihat bahwa
penerapan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
Kelas VIII MTsN 1 Tebo. Hal ini dapat terlihat dari persentase daya serap siswa
untuk nilai UH sebelum PTK 74,86% dengan kategori kurang dan pada siklus I
Sebesar 84,3% kategori Cukup dan siklus II sebesar 87,98% kategori Baik.
Rendahnya daya serap siswa sebelum PTK karena penggunaan metode

21
kurang bervariasi dari guru, yaitu hanya dengan menggunakan metode ceramah
saja. Menurut Sanjaya 2010:149 melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui
apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atas belum. Walaupun
ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang
bertanya semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.
Peningkatan terus terjadi karena siswa sudah terbiasa dengan diadakan
Ulangan Harian (UH) setiap siklus sehingga membuat siswa lebih mempersiapkan
diri untuk belajar baik waktu dikelas maupun dirumah untuk kembali menggulang
pelajaran. Hal ini diperkuat oleh Slameto (2013:85) yang menyebutkan bahwa
mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan
(review) “bahan yang belum dikuasai serta mudah terlupakan” akan tetap tertanam
dalam otak seseorang.
Ketuntasan klasikal pada nilai UH sebelum PTK yaitu 59,09% (tidak tuntas)
dengan ketuntasan individu 11 orang, hal ini disebabkan karena pembelajaran
masih berpusat pada guru dan kurang menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi dan menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik kurang aktif
dalam proses belajar. Ketuntasan klasikal pada siklus I ini karena siswa sudah
mulai tertarik dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dalam proses belajar
mengajar dikelas, hal ini juga disebabkan karena siswa sudah termotivasi dalam
kegiatan belajar. Pendapat ini diperkuat oleh Sardiman (2011:40) yang
menyebutkan bahwa seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau dirinya sendiri
ada keinginan untuk belajar.
Menurut Sanjaya (2010:86) tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi)
atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah
melakukan proses pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran juga diistilahkan
dengan indikator hasil belajar. Artinya apa hasil belajar yang diperoleh peserta
didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.
Analisis ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal pada siklus I dan siklus II
untuk nilai UH dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar peserta
didik setelah penerapan PTK dengan pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini
terjadi karena kriteria keberhasilan dari pembelajaran inkuiri terbimbing
ditentukan bukan sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran, tetapi
peningkatan ini dilihat dari jumlah mana siswa beraktivitas mencari dan
menemukan masalah. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sanjaya (2010:199-200),
bahwa tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan

22
berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain beroreantasi kepada
hasil belajar juga beroreantasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria
keberhasilan dari proses pembelajaran dengan strategi inkuiri bukan ditentukan
oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh
mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu”
yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berfikir adalah sesuatu yang
dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti.

23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisis data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan
model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIII
MTsN 1 Tebo Tahun Ajaran 2020/2021 di semester ganjil. Sebelum diterapkannya
model dengan discovery learning dengan rata-rata daya serap UH siswa yaitu 74,86
(kategori Kurang) dan mengalami peningkatan pada siklus I setelah diterapkannya
model dengan discovery learning yaitu 84,30% (kategori Cukup) dengan peningkatan
sebesar 9,44%. Pada siklus II diperoleh daya serap sebesar 87,98% (kategori Baik)
dan terjadi peningkatan 4,93% dari siklus I.
Ketuntasan klasikal siswa sebelum PTK yaitu 59,09% (kategori tidak tuntas), namun
setelah diterapkannya model discovery learning ketuntasan klasikal pada siklus I
meningkat menjadi 68,18% (kategori tidak tuntas), dan mengalami peningkatan
sebesar 9,09%. Pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 86,36% (Kategori
tuntas) dan mengalami peningkatan sebesar 18,18% dari ketuntasan klasikal pada
siklus I.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan, dengan ini penulis
menyarankan:
1. Kepada guru atau pendidik dapat menerapkan model discovery learning untuk
menambah variasi dalam menyampaikan materi pelajarna umumnya dan IPA
khususnya.
2. Untuk peneliti selanjutnya agar mengembangkan teknik bertanya untuk
memancing siswa mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya lebih memiliki rasa perhatian yang lebih
untuk siswa yang belum tuntas dengan memberikan motivasi dan remedial di luar
jadwal penelitian.

24
DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2006. Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menegah. Jakarta.
Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. PT Rineka Cipta : Jakarta
Farhatani,I. 2014 Peningkatan kompetensi Mata Pelajaran Dasar Dan
Pengukuruan Listrik Siswa Kelas X Progam Keahlian Teknik Instalasi
Listrik Di SMK Muhammadiyah 1 Klanten Utara Dengan Metode Discovery
Learning. Skripsi Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Faizah, H. 2011. Menulis Karangan Ilmiah. Cendikia Isani: Pekanbaru
Hamalik, O. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. PT. Bumi Aksara: Jakarta.
Hayati, Ibnu, Khoiroi. 2016. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
(Guided Inquiry) Dengan meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
VII SMPN 9 Pekanbaru Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi Program Studi
Pendidikan Biologi–FKIP UIR. Pekanbaru.
Hendro Darmodjo & Jenny R. E. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Guru Ilmu Pengetahuan
Alam. Pusat Kurikulum dan perbukuan :Jakarta
Purwanto, N. 2004. Psikologi Pendidikan.PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Saam, Zulfan. 2011. Psikologi Pendidikan. UR Press. Pekanbaru
Sanjaya, W. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Suwarjo. 2011. Model-model Pembelajaran Suatu Strategi Mengajar.
Yogyakarta: Venus Gold Press.
Srini M. Iskandar. 1996. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana
Prenada Media Group: Jakarta.

25
Tri, Budi. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Praktik Kelistrikan Otomotif SMK di Kota Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan Vokasi Volume 6 No 1. Halaman 111-120 (Diakses 6
Februari 2018)
Usman Samatowa. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT
Indeks.
Widodo dan Widayanti, Lusi. 2010 Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil
Belajar dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas VIIA
MTS Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Ajaran Pejaran 20011/20012.
Jurnal Fiika Indonesia No:49, Vol XVII, Edisi April 2013 ISSN:1410-
2994. (Diakses 6 Maret 2018)

26
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN TEBO
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI I TEBO
Jalan Sekubu II Kelurahan Tebing Tinggi Kecamatan Tebo Tengah KabupatenTebo
Telepon (0744)21139 email : tebingtinggimtsn@gmail.com Kode pos : 37271

SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN SEMINAR PTK


NOMOR : MTs,05.02/47.Kp.07.1/ 158 / 2020

Yang bertanda tangan di bawah ini , Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Tebo, dengan
ini menerangkan bahwa :

Nama : Mulhayatun, S. Pd
NIP : 197101011996032003
Pangkat/Gol. Ruang : Pembina/ IV.a
Unit Kerja : MTs Negeri 1 Tebo
Jabatan : Guru Ahli Madya / Guru Mata Pelajaran IPA

Telah Melaksanakan seminar penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Model
Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas VIII MTsN 1 Tebo
Tahun Pelajaran 2017/2018.

Karya yang dibuat oleh guru tersebut di atas telah disetujui untuk dapat digunakan sebagai
penunjang dalam kepentingan yang berhubungan dengan kedinasan.

Muara Tebo, 20 Maret 2020


Kepala MTsN 1 Tebo

Abdul Rahman, S. Ag. M. Pd. I


NIP. 197012101997031003

Anda mungkin juga menyukai