Anda di halaman 1dari 233

PROPOSAL PENELITIAN

Pengaruh Motivasi Belajar dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
VII-1 MTs Negeri Tebing Tinggi Pada Materi Himpunan T.P. 2019/2020

Disusun sebagai salah satu tugas terstruktur


pada mata kuliah Seminar Matematika
dengan Dosen Pengampu: Drs. Isran Rasyid Karo-Karo, M. Pd

Oleh Kelompok 1:
Nama NIM
Ainun Palihah 0305172091
Dewi Rafika Safitri 0305172102
Muhammad Zuha Rinaldi 030517205
Siti Nur Annisyah Dalimunthe 0305172075

PMM 1 SEMESTER VII

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirraahiim
Alhamdulillah, dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyusun dan
menyelesaikan hasil laporan proposal penelitian yang berjudul Pengaruh Motivasi
Belajar dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII-1 MTs Negeri
Tebing Tinggi Pada Materi Himpunan T.P. 2019/2020. Shalawat beserta salam penulis
hadiahkan kepada nabi Muhammad SAW, sebagai panutan umat islam dalam menjalani
kehidupan.
Penulis menyadari bahwa adanya laporan ini tidak lepas dari bimbingan, motivasi
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dengan rasa hormat penulis mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu demi terselesaikannya laporan ini.
Kepada bapak Drs. Isran Rasyid Karo-Karo, M. Pd. serta kepada teman-teman satu
kelompok yang telah bekerja sama dengan baik. Dan tak lupa kepada kedua orang tua
yang selalu memberikan doa dan restu serta penyemangat bagi penulis dalam berkarya.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak memiliki kekurangan baik isi maupun penulisannya. Oleh
sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna menjadi pembelajaran bagi penulis. Akhir kata, semoga laporan
penelitian ini dapat menjadi manfaat dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi
penulis maupun pembaca sekalian.

Medan, 7 Desember 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
D. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORITIS ................................................................................ 5


A. Motivasi Belajar ................................................................................................ 5
a. Pengertian Motivasi Belajar ......................................................................... 5
b. Tujuan dan Fungsi Motivasi Belajar ........................................................... 5
c. Peranan Motivasi Belajar ............................................................................. 6
d. Macam-Macam Motivasi Belajar ................................................................ 6
B. Minat Belajar ...................................................................................................... 7
a. Pengertian Minat Belajar .............................................................................. 7
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Minat Belajar ....................................... 7
C. Hasil Belajar ....................................................................................................... 8
a. Belajar........................................................................................................... 8
b. Hasil Belajar ................................................................................................. 8
c. Matematika ................................................................................................... 9
D. Pola Himpunan ................................................................................................... 9
a. Pengertian Himpunan ................................................................................... 9
b. Diagram Venn .............................................................................................. 9
c. Operasi Himpunan ...................................................................................... 10
E. Kerangka Berfikir ............................................................................................. 12
F. Hipotesis .......................................................................................................... 13

ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 14
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................................... 14
B. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................................ 14
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 14
D. Variabel Penelitian .......................................................................................... 15
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 15
F. Validitas dan Reliabilitas Data ......................................................................... 15
G. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peraturan pemerintah RI Pasal 1 Nomor 20 Tahun 2003 tentang pendidikan
menyatakan “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara”.1
Belajar bagi manusia merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan
belajar kemajuan dan segala harapan dapat dicapai. Belajar merupakan proses terhadap
perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan. Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Oleh karena itu, seseorang
sangat dituntut belajar dengan baik guna memperoleh hasil belajar yang baik. Faktor-
faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar digolongkan menjadi dua kategori,
yaitu: faktor ekstern (faktor yang ada di luar individu) dan faktor intern (faktor yang ada
dalam individu yang sedang belajar). Faktor ekstern yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar seperti faktor lingkungan (lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya) dan
faktor instrumental (kurikulum, program, guru, sarana dan fasilitas) sedangkan faktor
intern yang mempengaruhi hasil belajar seperti faktor fisologis (kondisi fisiologis dan
kondisi panca indera) dan faktor psikologis (minat, bakat, inteligensi, motivasi,
kemampuan kognitif, perhatian, kesiapan dan kematangan).2
Dalam proses belajar, hasil belajar menjadi indikator penting untuk mengukur
sejauh mana seseorang telah menguasai ilmu yang dipelajarinya. Hasil belajar merupakan
bentuk capaian dalam belajar. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan

1
Direktoriat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, (2006), Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, hal. 5.
2
Shoimatul Ula S, (2013), Evolusi Belajar, Yogyakarta: ArRuzzmedia, hal. 23.

1
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.3 Pernyataan tersebut
menegaskan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang berupa
pengetahuan atau keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk angka, simbol, huruf
maupun kalimat.
Dalam pendidikan, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat
penting diajarkan kepada siswa di setiap sekolah. Matematika adalah bagian kunci
persekolahan karena pentingnya keterampilan numerasi dasar di dalam kehidupan sehari-
hari, peran matematika dalam memperolehan keterampilan berfikir logis, dan sebagai
komponen krusial dari bidang-bidang sains lainnya.4
Menurut Arif, salah satu materi yang kurang dipahami siswa adalah himpunan.
Dalam kehidupan sehari-hari siswa sering menjumpai masalah himpunan, namun mereka
masih sulit dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan himpunan. Maka disini
peneliti memilih materi himpunan agar mengetahui seberapa motivasi dan minat belajar
siswa saat mempelajari materi himpunan yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajar.
Penelitian yang dilakukan Hutagaol menunjukkan bahwa rendahnya semangat
siswa dalam mempelajari matematika terlihat dari kebosanan atau kemalasan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran matematika, siswa mudah menyerah ketika
menyelesaikan soal matematika. Siswa yang malas belajar lebih memilih mencontek dan
mencatat hasil pekerjaan teman dan malas ketika menemukan pelajaran yang sulit. Hal
tersebut mengarahkan pada motivasi belajar siswa yang rendah dalam belajar.5
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
itu dapat tercapai.6 Selain motivasi, yang menjadi faktor penting dalam mendorong atau
menguatkan usaha siswa dalam belajar adalah minat. Minat diartikan sebagai suatu

3
Sadirman, (2014), Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
hal.7.
4
Danial Muijs dan David Reynolds, (2008), Effective Teaching Teori Dan Aplikasi, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, hal. 343.
5
Dewi Rumintang Hutagaol, (2014), Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi
Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri Pematang Siantar. Diperoleh dari
http://repository.usu.ac.id/handl e/123456789/42509. Diakses 22 April 2016.
6
Lihat Sardiman, (2014), hal. 75.

2
kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhankebutuhannya sendiri. 7Siswa
yang melakukan kegiatan dengan perasaan senang akan menimbulkan minat, begitu
sebaliknya perasaan yang tidak senang menghambat dalam belajar karena tidak
menunjang minat dalam belajar. Dalam bidang studi matematika, minat seseorang
terhadap pelajaran dapat dilihat dari kecenderungan untuk memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap pelajaran tersebut. Jika seseorang mempunyai minat yang besar
terhadap pelajaran matematika maka nilai hasil belajarnya cenderung berubah ke arah
yang lebih baik. Pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang
diinginkan.8
Berangkat dari beberapa fakta tersebut, peneliti bersama guru berupaya untuk
meneliti bagaimana pengaruh motivasi dan minat siswa terhadap hasil belajar matematika
siswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul yang tepat untuk
penelitian ini yaitu: “Pengaruh Motivasi Belajar dan Minat Belajar terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas MTs Negeri 1 Tebing Tinggi Pada Materi Himpunan”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Mutu pendidikan yang masih rendah.
2. Citra bidang studi matematika sebagai mata pelajaran yang sulit.
3. Motivasi dan minat belajar matematika siswa masih rendah.
4. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah

C. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah tersebut
dalam bentuk pertanyaan, yaitu:

7
Ibid, hal. 76.
8
Muhibbin Syah, (2002), Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.152.

3
1. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII MTs
Negeri 1 Tebing Tinggi pada materi himpunan?
2. Adakah pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII MTs
Negeri 1 Tebing Tinggi pada materi himpunan?
3. Adakah pengaruh motivasi dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa
kelas VII MTs Negeri 1 Tebing Tinggi pada materi himpunan?

D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII MTs Negeri
1 Tebing Tinggi pada materi himpunan?
2. Pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII MTs Negeri 1
Tebing Tinggi pada materi himpunan?
3. Pengaruh motivasi dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII
MTs Negeri 1 Tebing Tinggi pada materi himpunan?

E. MANFAAT PENELITIAN
Sehubungan dengan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, maka penelitian
ini bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa, agar mampu memotivasi diri dan menumbuhkan minat pada saat
belajar dengan lebih baik lagi.
2. Bagi Guru Matematika dan sekolah, diharapkan mampu membangun dan
mendorong siswa agar dapat memotivasi diri dan menumbuhkan minat
belajar matematika agar lebih baik lagi.
3. Bagi Peneliti mendapatkan pengalaman langsung sehingga dapat menambah
wawasan keilmuan dalam mengembangkan model pembelajaran dalam
bidang studi matematika.

4
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar


Motivasi adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang
mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.9 Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah seringkali
terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka bolos dan sebagainya. Dalam hal
demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk
mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya.10
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, motivasi
belajar merupakan daya penggerak psikis yang berasal dari dalam diri seseorang untuk
dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman.
Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik
yang menimbulkan kegiatan belajar.
Dari berbagai penjelasan diatas, maka dapat dipahami bahwa motivasi dalam
pembelajaran adalah sebuah dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri peserta didik
yang mampu memberikan semangat dalam belajar sehingga peserta didik mampu
mencapai prestasi yang sangat baik.11

b. Tujuan dan Fungsi Motivasi Belajar


Secara umum dapat dikatakan tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sehingga
dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.

9
Fitri Ayu Chumaira Hasibuan, Skripsi: “Hubungan Motivasi Belajar dan Minat Belajar dengan
Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 01 Ciputat Tangerang Selatan” (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2019), hal. 6.
10
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.60.
11
Lihat Fitri Ayu Chumaira Hasibuan, hal. 7.

5
Sedangkan fungsi motivasi menurut Sardiman A.M, ada tiga yaitu: Mendorong
manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi;
Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai; Menyeleksi
perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi
guna mencapai tujuan.12

c. Peranan Motivasi dalam Belajar


Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan
perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan
penting dari motivasi dalam belajar dan mengajar, antara lain: menentukan hal-hal yang
dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai dan
menentukan ketekunan belajar.

d. Macam-Macam Motivasi
Pendapat mengenai klasifikasi motivasi bermacam-macam, beberapa ahli
psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua, yaitu:
1. Motivasi Intrinsik: Motivasi intrinsik juga sering disebut motivasi murni,
motivasi yang sebenarnya timbul dalam diri peserta didik sendiri dan tidak
perlu dirangsang dari luar misalnya keinginan untuk mendapatkan
keterampilan tertentu memperoleh informasi, mengembangkan sikap untuk
berhasil menyenangi kehidupan dan lain-lain.
2. Motivasi Ekstrinsik: Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik
menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar, misalnya
untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.
Motivasi ekstrinsik diperlukan agar peserta didik mau belajar. Guru yang
berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat peserta
didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi dalam berbagai
bentuknya. Karena itu, guru harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi

12
Lihat M. Ngalim Purwanto, hal.111.

6
ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses
interaksi edukatif dikelas.13

B. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar


Menurut Slameto, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Menurut Djaali, minat adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan menurut
Crow, minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk
menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang
oleh kegiatan itu sendiri. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa pengertian minat adalah rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang dimiliki
seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan.
Menurut Elizabeth Hurlock, ada tujuh ciri minat belajar yaitu: Minat tumbuh
bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental; Minat tergantung pada kegiatan
belajar; Perkembangan minat mungkin terbatas ; Minat tergantung pada kesempatan
belajar; Minat dipengaruhi oleh budaya; Minat berbobot emosional; Minat berbobot
egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat
untuk memilikinya.14

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar


Minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik maka peserta didik tidak akan
belajar dengan sebaiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sebaliknya bila bahan

13
Lihat Fitri Ayu Chumaira Hasibuan, hal. 10-12.
14
Syardiansah, (2016),“Hubungan Motivasi Belajar dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Manajemen” , Jurnal Manajemen dan Keuangan Vol.5 No. 1, Mei
2016, hal. 444.

7
pelajaran menarik minat peserta didik, maka pelajaran mudah dipelajari dan diingat
karena adanya daya tarik sehingga menambah minat dalam kegiatan belajar mengajar.15
Beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, menurut Totok Susanto, yaitu:
Memotivasi dan cita-cita; Keluarga; Peranan guru; Sarana dan prasarana; Teman
pergaulan; Media massa.

C. Hasil Belajar Matematika

a. Belajar
Belajar merupakan awal kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan. Akan
terlihat perubahan tingkah laku baik dari pribadinya, pengetahuan, keterampilan maupun
sikap dari peserta didik setelah ia mengalami proses belajar.16
Sardiman secara umum merangkum tiga jenis tujuan belajar yaitu untuk
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan
sikap.17Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal (dari dalam
diri siswa), faktor eksternal (dari luar diri siswa), dan faktor pendekatan belajar siswa.18

b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.19 Merujuk pada pemikiran Gagne, hasil belajar dapat berupa:
Informasi verbal; Keterampilan intelektual; Strategi kognitif; Keterampilan motorik; dan
Sikap.20

15
Andi Achru. P, (2019), “Pengembangan Minat Belajar dalam Pembelajaran”, Jurnal Idaarah,
Vol. 3 No. 2, Desember 2019, hal. 211.
16
Mardianto, (2014), Psikologi Belajar, Medan: Perdana Publishing, hal. 45.
17
Lihat Mulyono Abdurrahman, hal. 37.
18
Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, hal.
26.
19
Nana Sudjana, (2005), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, hal. 22.
20
Agus Suprijono, (2010), Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, hal. 5-6.

8
c. Matematika
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang dijadikan mata pelajaran
wajib dipelajari disetiap tingkatan pendidikan baik di SD, SMP dan SMA sederajat karena
matematika dianggap penting untuk dipelajari dan sangat bermanfaat bagi peserta didik
untuk menyelesaikan masalah kehidupannya sehari- hari.21
Cornelius menyatakan bahwa ada lima alasan tentang perlunya siswa belajar
matematika yaitu karena matematika merupakan: sarana berpikir yang jelas dan logis;
sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari; sarana mengenal pola-pola
hubungan dan generalisasi pengalaman; sarana untuk mengembangkan kreativitas; sarana
untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.22

D. Pelajaran Matematika (Materi Himpunan)

a. Pengertian Himpunan
George Cantor (1845 -1918) adalah ahli matematika Jerman, penemu teori
himpunan. Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefenisikan
dengan jelas, sehingga dengan tepat dapat diketahui objek yang termasuk himpunan dan
yang tidak termasuk dalam himpunan tersebut. 23

b. Diagram Venn
Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan cara menuliskan anggotanya dalam
suatu gambar (diagram) yang dinamakan diagram venn. Aturan dalam membuat diagram
venn adalah sebagai berikut:
a. Menggambar sebuah persegi panjang untuk menunjukkan semesta dengan
mencantumkan huruf S dipojok kiri atas.
b. Menggambar kurva tertutup sederhana yang menggambarkan himpunan.
c. Memberi nokta (titik) berdekatan dengan masing-masing anggota himpunan.
d. Macam-macam bentuk diagram venn adalah sebagai berikut:

21
Lihat Ahmad Susanto, hal. 184.
22
Ali Hamzah dan Mushlisraini, (2014), Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran
Matematika, Jakarta: Rajawali Pers, hal. 48.
23
Ibid, hal. 253.

9
Gambar 2.1 Macam-macam Bentuk Diagram Venn

c. Operasi Himpunan
Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan cara menuliskan anggotanya dalam
suatu gambar (diagram) yang disebut dengan diagram venn.24
Contoh:
A = {Senin, Sabtu},dan B = {Nama hari yang berawalan huruf S}
Anggota A = {Senin, Sabtu} Anggota B = {Senin, Selasa, Sabtu}
Jika digambarkan himpunan A dan B dalam diagram Venn
S B
Senin
A
Sabtu
Selasa

Gambar 2.2 Menyatakan Himpunan dengan Diagram Venn

a. Irisan ( ∩)
Irisan himpunan A dan B adalah himpunan semua anggota semesta yang
merupakan anggota himpunan A dan himpunan B.
A ∩ B = { x| x ∈A dan x ∈B}
Sifat: Misalkan A dan B dua himpunan. Jika A⊂B , maka A∩B = A
Contoh : A= {1,3,5,7,9} B={3,6,9,12},A∩B ={3,9}

24
Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, (2008), Matematika Konsep Dan Aplikasinya, Jakarta: Pusat
Perbukuan, hal. 165.

10
B

7 5 3 6
9 9 12

Gambar 2.3 Diagram Venn Irisan

b. Gabungan(∪)
Misalkan S adalah himpunan semesta. Gabungan himpunan A dan B adalah
himpunan yang anggotanya semua anggota S yang merupakan anggota
himpunan A atau anggota himpunan B, dilambangkan dengan ∪. A ∪ B = {x |
x ∈ A atau x ∈B}
Sifat: Untuk A dan B himpunan berlaku: n(A ∪ B) = n(A) + n(B) − n(A∩B).
Misalkan A, B dan C adalah himpunan n(A ∪ B ∪ C) = n(A) + n(B) + n(C) −
n(A ∩ B) − n(A ∩ C) − n(B ∩ C) + n(A ∩ B ∩ C)
Contoh: A= {1,2,3,4,5,6} B = {3,5,7, 9}, A∪B = {1,2,3,4,5,6,7}

1 2 3 7

4 6 5 9

Gambar 2.4 Diagram Venn Gabungan

c. Selisih (-)
Selisih (diffrence) himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya semua
anggota dari A tetapi bukan anggora dari B. Selisih himpunan A dan B
dituliskan dengan A-B (dibaca selisih A dan B) Contoh: S = {1, 2, 3, 4, 5,

11
…, 10},dan A = {1, 2, 3, 4, 5} B = {2, 4, 6, 8, 10}
Anggota A yang tidak menjadi anggota B = {1, 3, 5}

1 3 2 6 8
5 4 10

7 9

Gambar 2.5 Diagram Venn Selisih

d. Komplemen
Misalkan S adalah himpunan semesta dan A adalah suatu himpunan.
Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan semua anggota himpunan S

yang bukan anggota himpunan A. Dilambangkan Ac = { x | x ∈ s dan x ∈ A}

Misalkan: S = {3,6,9,12,15,18} A = {3,9} Maka Ac ={6,12,15,18}

6
3

9 12 15

Gambar 2.6 Diagram Venn Komplemen

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, bahwa ada beberapa faktor
psikologis siswa mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis itu antara lain adalah
kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kondisi kognitif. Karena dirasa minat dan

12
motivasi banyak sekali mempengaruhi hasil belajar siswa maka peneliti mengangkatnya
untuk dilakukan penelitian. Ada berbagai tantangan yang merupakan kendala bagi
pelaksanaan strategi belajar mengajar. Keberhasilan dalam belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh kecerdasan otak saja, selain itu minat dan motivasi siswa juga
berpengaruh besar.

Minat Belajar Siswa

Faktor Psikologis Siswa Hasil Belajar Matematika

Motivasi Belajar Siswa

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitiaan ini adalah “Terdapat Pengaruh Minat dan Motivasi
Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika pada Materi Himpunan Siswa MTs
Negeri Tebing Tinggi”.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, sebab data yang
diperoleh dalam penelitian ini berbentuk angka-angka.Tujuan menggunakan pendekatan
kuantitatif untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan. Analisis data yang bersifat
deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. Oleh sebab itu, peneliti akan
mengkaji pengaruh motivasi belajar dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa kelas
VII-1 MTs Negeri Tebing Tinggi materi himpunan Tahun Pelajaran 2019/2020.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII-1 sebanyak 40 siswa dan kelas VII-
2 sebanyak 32 siswa. Jadi Jumlah seluruh populasi adalah 72 siswa. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Populasi Penelitian
Kelas Jumlah Siswa
VII-1 40
VII-2 32
Jumlah Keseluruhan 72

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 siswa yang diambil dengan teknik Simple
Random Sampling dimana siswa kelas VII-1 sebanyak 20 siswa dan Kelas VII-2 sebanyak
16 orang. Jadi seluruh sampel 36 siswa.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Tebing Tinggi beralamat di jalan.Pulau
Sumatera No.15, kota Tebing Tinggi. Alasan memilih lokasi tersebut karena peneliti
pernah melakukan penelitian observasi dan mini riset. Penelitian ini dilakukan secara
daring (dalam jaringan) dan waktu penelitian dimulai tanggal 02-05 Desember 2020.

14
D. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas: yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan variabel
dependen. Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah:
i. Variabel bebas (𝑋1) adalah motivasi belajar siswa pada materi himpunan.
ii. Variabel bebas (𝑋2 ) adalah minat belajar siswa pada materi himpunan.
2. Variabel Terikat: variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah:
i. Variabel terikat (Y) adalah hasil belajar siswa pada materi himpunan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembaran angket, untuk mengetahui data motivasi dan minat belajar siswa
kelas VII materi himpunan. Angket ini terdiri dari 10 pernyataan yang
terdapat 4 katergori (Sangat Baik (SB),Baik (B),Cukup (C),Kurang (K)).
2. Tes hasil belajar siswa, untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VII materi
himpunan.Tes ini terdiri dari 10 soal yang berbentuk pilihan ganda (a,b,c,d).
3. Dokumentasi, untuk mengumpulkan data dan arsip penelitian.

F. Validitas dan Reliabilitas Data


1. Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument menggunakan rumus korelasi Product Momen
dengan rumus sebagai berikut:
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑋)2 } {𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 =Koefisien korelasi Product Moment.
𝑁 =Banyaknya siswa yang mengikuti uji coba tes.
∑𝑋 =Jumlah siswa yang benar pada setiap butir soal.
∑𝑌 =Jumlah skor setiap siswa.
∑ 𝑋𝑌 = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

15
Harga 𝑟𝑥𝑦 dikonsultasikan ke harga kritis tabel product momen untuk 𝑁
siswa dan pada taraf 𝛼 = 0,05.Jika 𝑟𝑥𝑦 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka item tes dikatakan valid.
2. Reliabilitas Data
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kusioner yang merupakan
indikator dari variabel. Suatu kusioner dikatakan handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk
mengetahui reliabilitas digunakan rumus Kunder-Richardson KR-20 dengan
rumus sebagai berikut:
𝑛 𝑆 2 − ∑ 𝑝𝑞
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = ( )( )
𝑛−1 𝑆2
Keterangan:
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = Reliabilitas tes secara keseluruhan.
𝑝 = Proporsi subjek yang menjawab item yang benar
𝑞 = Proporsi subjek yang menjawa item yang salah (𝑞 = 𝑝 − 1)
∑ 𝑝𝑞 = Jumlah hasil perkalian antara 𝑝 dan 𝑞
𝑛 = banyak item
𝑆 = Standar deviasi dari tes (Standar deviasi adalah akar varians).
Untuk menafsirkan harga reliabilitas dari soal maka harga tersebut
dikonsultasikan ke tabel harga kritis 𝑇𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan 𝛼 = 0,05 jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,maka soal dikatakan reliabilitas.
Untuk mendapatkan nilai standar deviasi dari hasil tes,hal ini bisa
dilakukan dengan persamaan:
(∑ 𝑋)2
∑ 𝑋2 −
𝑆2 = 𝑁
𝑁
Keterangan:
𝑁 =Jumlah Partisipan
∑ 𝑋 2 =Jumlah standar deviasi dari rata-rata dikuadratkan.

G. Teknik Analisis Data


1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah galat taksiran regresi
Y atau X berdistribusi normal atau tidak.Pengujian dilakukan terhadap galat

16
taksiran regresi Y dan X dengan menggunakan lilliefors pada taraf signifikan
(𝛼) = 0,05.Yang digunakan adalah:
L0 = F(Zi) − S(Zi )
Keterangan:
F(Zi) =Peluang angka
S(Zi ) =Proporsi angka baku
L0 =L observasi (harga mutlak t = Galat taksiran regresi Y atau X
berdistribusi normal)
Jika Lo < Ltabel maka sampel berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas Regresi
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui regresi berbentuk linear atau
non linear. Jika Fhitung < Ftabel maka persamaan regresi dinyatakan linear.
3. Uji Koefisien Korelasi
a) Koefisien Korelasi Parsial: merupakan analisis hubungan antara dua variabel
dengan mengendalikan variabel yang dianggap mempengaruhi. Rumus yang
digunakan untuk menentukan besarnya korelasi secara parsial adalah:
i.Koefisien korelasi parsial antara Y dan 𝑋1 di 𝑋2 konstan:
𝑟𝑦1 − 𝑟𝑦2 𝑟𝑦12
𝑟𝑦12 =
√(1 − 𝑟𝑦2 2 )(1 − 𝑟12 2 )

ii.Koefisien korelasi parsial antara Y dan 𝑋2 di 𝑋1 konstan:


𝑟𝑦1 − 𝑟𝑦1 𝑟𝑦21
𝑟𝑦21 =
√(1 − 𝑟𝑦1 2 )(1 − 𝑟21 2 )

Keterangan:
𝑟𝑦1 = koefisien korelasi antara Y dan 𝑋1
𝑟𝑦2 = koefisien korelasi antara Y dan 𝑋2
𝑟𝑦12 = koefisien korelasi antara 𝑋1 dan 𝑋2
4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat menggunakan rumus dua pihak sebagai berikut:
𝑋̅1 − 𝑋̅2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
1 1
𝑆√𝑛 + 𝑛
1 2

17
Keterangan:
𝑋̅1 = Rata-rata skor siswa kelas eksperimen 1
𝑋̅2 = Rata-rata skor siswa kelas eksperimen 2
𝑛1 = Banyak siswa pada sampel kelas eksperimen 1
𝑛2 = Banyak siswa pada sampel kelas eksperimen 2
Dengan S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus:

2
(𝑛1 − 1)𝑆1 2 + (𝑛2 − 1)𝑆2 2
𝑆 =
𝑛1 + 𝑛2 − 2
Keterangan:
𝑆1 = Simpangan baku kelas eksperimen 1
𝑆2 = Simpangan baku kelas eksperimen 2
𝑆 2 = Simpangan baku gabungan dari 𝑆1 dan 𝑆2

Kriteria pengujian hipotesis dilakukan sebagai berikut:


𝐻0 : 𝑋̅1 = 𝑋̅2,Tidak adanya pengaruh motivasi belajar dan minat belajar
terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi
himpunan.

𝐻𝑎 : 𝑋̅1 > 𝑋̅2 ,Adanya pengaruh motivasi belajar dan minat belajar terhadap
hasil belajar siswa kelas VII pada materi himpunan.

Dengan kriteria pengujian adalah:


Ha =Hipotesis yang diterima
H0 =Hipotesis yang di tolak
 Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka H0 ditolak dan Ha diterima
 Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Dengan taraf signifikan (𝛼) = 0,05

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT.
Rineka.
Direktoriat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. 2006. Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan.
Hamzah, Ali dan Mushlisraini. 2014. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: Rajawali Pers.
Hasibuan, Fitri Ayu Chumaira Skripsi: “Hubungan Motivasi Belajar dan Minat Belajar
dengan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 01 Ciputat Tangerang Selatan”
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2019).
Hutagaol, Dewi Rumintang. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan
Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri
Pematang Siantar. Diperoleh dari http://repository.usu.ac.id/handl
e/123456789/42509. Diakses 22 April 2016.
Mardianto. 2014. Psikologi Belajar. Medan: Perdana Publishing.
Muijs, Danial, dan David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori Dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep Dan Aplikasinya, Jakarta:
Pusat Perbukuan.
P, Andi Achru. 2019. “Pengembangan Minat Belajar dalam Pembelajaran”, Jurnal
Idaarah, Vol. 3 No. 2, Desember 2019.
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sadirman. 2014. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teri Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta :
PRENAMEDIA GROUP.

19
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syardiansah. 2016. “Hubungan Motivasi Belajar dan Minat Belajar terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Manajemen” , Jurnal Manajemen dan
Keuangan Vol.5 No. 1, Mei 2016.
Ula S, Shimatul. 2013. Evolusi Belajar, Yogyakarta: ArRuzzmedia.

20
1
SEMINAR MATEMATIKA
“Pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR) terhadap
kreatifitas siswa pada sub pokok bahasan materi prisma di SMP SWASTA ALFATTAH
Medan”.

Dosen Pembimbing
Drs. Isran Rasyid Karo-Karo, M.Pd

Disusun
Oleh
Oleh Kelompok 2
Nama NIM
Ayuli Mayona MN 0305172071
Khairunnisa Qawy Siregar 0305172103
Nuraminah Pasaribu 0305172098
Suci rahmadhani 0305171048

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA-1


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 6
C. Pembatasan masalah ........................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah .............................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORI


A. Kerangka teoritis
1. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ................................................ 9
2. Kemampuan Berfikir Kreatif ............................................................................. 12
3. Pembelajaran Ekspositori .................................................................................. 16
4. Materi Ajar Prisma ............................................................................................ 19
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................................... 20
C. Kerangka Berfikir ............................................................................................. 20
D. Hipotesis .......................................................................................................... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian ...................................................................................... 23
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian .......................................................................... 23
C. Populasi Dan Sampel ........................................................................................ 23
D. Desain Penelitian ............................................................................................. 23
E. Variabel Penelitian ............................................................................................ 24
F. Defenisi Operasional......................................................................................... 24
G. Alat Pengumpulan Data ................................................................................... 25
H. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan didunia dan diakhirat.
Dengan adanya pendidikan akan memiliki pengetahuan yang lebih banyak lagi.
Pendidikan juga menjadi pengacuan yang utama untuk kemajuan bangsa ini,
seperti yang dipaparkan Syafaruddin, Asrul, dan Mesiono: pendidikan sebagai
proses transformasi budaya sejatinya menjadi wahana bagi perubahan dan
dinamika kebudayaan masyarakat dan bangsa.1 Pendidikan sangat penting baik
itu bagi diri sendiri, bangsa, dan orang-orang disekitar sehingga kiranya
tergambarkan dalam tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2
Didalam Al-Qur`an juga terdapat ayat yang menjelaskan tentang
pendidikan dimana ayat tersebut adalah:

1
Asrul, Masiono, dan Syafaruddin. 2012. Inovasi Pendidikan. (Medan; Perdana
Publishing), h.1.
2
Undang-undang SISDIKNA. 2010. Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta; fokusmedia),
h.4.

1
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
“berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S:Al-Mujadilah ayat 11).
Rasulullah SAW juga bersabda dalam sebuah hadisnya:
Artinya : “Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu (agama),
maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga”.3

Dari batasan ini tampak bahwa pendidikan bertujuan untuk membangun


kualitas manusia bukan hanya tertuju pada aspek keduniawian semata saja tetapi
juga mentalitas spritual. Pendidikan juga bertujuan untuk memajukan suatu
bangsa, dimana dengan adanya pendidikan akan memberikan pengetahuan-
pengetahuan yang lebih kepada peserta didik agar menjadi penerus-penerus
bangsa selanjutnya.

3
Muhammad Nashiruddin Al Albani, (2012), Terjemah Ringkasan Shahih
Bukhari, Jakarta: Pustaka Azzam, hal. 64.

2
Salah satu ilmu pendidikan yang penting adalah matematika. Matematika
adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis4.
Pembelajaran matematika juga merupakan proses membangun pemahaman
peserta didik tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill sesuai dengan
kemampuannya, guru atau dosen menyampaikan materi, peserta didik dengan
potensinya masing-masing mengkonstruksi pengertiannya tentang fakta, konsep,
prisip dan juga skill. Akan tetapi pada kenyataannya pembelajaran matematika
hanya dipusatkan pada materi-materi yang diajarkan oleh guru sehingga siswa
hanya akan mendengarkan dan menyebabkan pembelajaran matematika itu
membosankan dan sulit untuk dipahami. Dalam matematika objek dasar yang
dipelajari cenderung abstrak sehingga membuat peserta didik cenderung kurang
aktif dalam proses pembelajaran.
Inilah masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini. Dimana proses
pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan keterampilan
berpikir. Di dalam kelas siswa hanya diarahkan untuk menghafal informasi, siswa
menjadi terbiasa untuk mengingat dan menimbun informasi, tanpa berusaha untuk
menghubungkan yang diingat itu dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa
hanya pintar dalam teoritis tetapi miskin dalam aplikasi.5
Setelah peneliti melakukan observasi di MTs. Al-Ittihadiyah (Mamiyai)
kec. Medan Area. Peneliti melihat beberapa permasalah yang terdapat di dalam
proses pembelajaran yaitu siswa hanya mendengarkan dan guru menjelaskan
sehingga pembelajaran menjadi membosankan dan sulit untuk dipahami. Siswa

4
Soedjadi R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. (Jakarta; Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi), h.11.
5
Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Jakarta ;
Kencana), H. 1.

3
hanya terfokus pada apa yang dijelaskan oleh guru dan siswa tidak banyak
melakukan peran dalam proses pembelajaran kecuali hanya mengerjakan tugas
saja dimana sistem seperti ini akan mendorong siswa menjadi malas dan tidak
menyukai pembelajaran tersebut.
Pemahaman serta peran matematika yang dapat diberikan sering kali
dianggap sangat terbatas karena dalam proses pembelajaran masih cenderung
kurang kreatif dalam menggali pendekatan yang bisa dipakai untuk mata pelajaran
matematika sehingga pembelajaran matematika cenderung monoton dimana guru-
gurunya hanya cenderung menjelaskan rumus-rumus dan dilanjutkan dengan
mengerjakan soal tanpa melihat dari sudut pandang kehidupan yang nyata.
Masalah utama dalam pembelajaran matematika adalah bagaimana
menghubungkan fakta yang pernah dilihat atau dialami siswa dalam kehidupan
sehari-hari dengan konsep matematika, sehingga menjadi pengetahuan yang
bermakna bagi siswa yang diajar. Pembelajaran yang dilakukan disekolah
umumnya hanya berpatokan kepada guru saja dimana proses pembelajaran ini
perlu diubah, guru hendaknya dapat menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk memahami materi yang
dipelajari dan mengaitkan kedalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan
lebih kreatif dan pintar dalam menggali pengetahuan mereka.
Pendekatan sangat penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan
pendekatan pembelajaran yang kurang tepat akan mengakibatkan siswa menjadi
malas dan kurang menanggapi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Siswa
merasa cenderung tidak tertarik dengan materi-materi yang disampaikan oleh
guru, dan menjadikan suatu alasan bahwa pembelajaran itu sendiri tidak menarik

4
sehingga siswa tidak fokus terhadap pembelajaran. Pembelajaran tanpa
pendekatan juga akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai sesuai
yang diinginkan, oleh sebab itu pendekatan yang digunakan upaya untuk
merencanakan kegiatan yang nyata agar tujuan pembelajaran tercapai secara
optimal. Sehingga seorang guru haruslah pandai dalam memilih pendekatan-
pendekatan yang digunakan sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan.
Permasalahan ini mempunyai banyak kemungkinan solusi. Pembelajaran
matematika akan lebih dipahami jika dikaitkan dengan konteks kehidupan yang
nyata dimana siswa dapat mudah memahami materi tersebut dengan mengaitkan
kedalam kehidupan sehari-hari mereka guna tercapainya tujuan pembelajaran.
Disini tentu ada pendekatan pembelajaran yang sesuai atau cocok untuk proses
belajar mengajar tersebut dimana penulis memilih salah satu pendekatan
Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Penulis merasa pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik ini sangatlah sesuai bila disandingkan dengan
kekehidupan yang nyata.
Pembelajaran matematika realistik merupakan pembelajaran yang
memadukan antara konsep secara teoritis harus sama atau seimbang dengan
realitas kehidupan. Dengan kata lain, konsep harus dapat direalisasikan dalam
hidup dan kehidupan sebagai fakta nyata dari kehidupan itu sendiri.6 Dengan
pendekatan pembelajaran ini siswa akan lebih difokuskan dalam berpikir dimana
mereka bukan hanya mengetahui tentang teori-teori dasar saja akan tetapi siswa
juga akan mengaitkan permasalah tersebut dengan kehidupan sehari-hari mereka.

6
Istarani dan Muhammad Ridwan. 2014. 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif. (Medan;
CV. Iscom Medan), h.61

5
Dengan adanya pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ini akan
mempengaruhi tingkat kekreatifan siswa dalam proses belajar mengajar karena
disini siswa akan lebih banyak berperan dalam proses pembelajaran dan siswa kan
menunjukkan atau memberikan contoh-contoh yang telah mereka kaitkan dengan
pengalaman kehidupan sehari-hari mereka. Jadi dengan adanya pendekatan ini
membuat siswa tidak hanya terfokus pada penjelasan yang diberikan guru akan
tetapi siswa juga dapat memikirkan atau melontar pendapat mengenai apa yang
mereka ketahui.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melihat tingkat
kekreatifan belajar siswa dengan judul penelitian “Pengaruh pendekatan
pembelajaran matematika realistik (PMR) terhadap kreatifitas siswa pada sub
pokok bahasan materi prisma di SMP SWASTA ALFATTAH MEDAN”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis
mengidentifikasi beberapa masalah, sebagai berikut:
1. Siswa kurang aktif pada saat proses kegiatan belajar mengajar karena
masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
guru.
2. Siswa kurang menyenangi pelajaran matematika karena sulit untuk
dipahami.
3. Cara pengajaran guru masih monoton.
4. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.

6
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, untuk lebih
menfokuskan penelitian, peneliti membatasi masalah sebagai berikut.
1. Pendekatan pembelajaran yang diteliti adalah Pendekatan Pembelajaran
Matematika Realistik.
2. Kemampuan berpikir kreatif siswa siswa pada pokok bahasan lingkaran.

D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan pembelajaran
matematika realistik terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMP
SWASTA ALFATTAH MEDAN pada sub materi Prisma?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran ekspositori
terhadap kemampuan berpikir kreatif SMP SWASTA ALFATTAH MEDAN
pada sub materi Prisma?
3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa yang
dibelajarkan antara Pembelajaran Matematika Realistik dengan
pembelajaran ekspositori pada materi ajar lingkaran di SMP SWASTA
ALFATTAH MEDAN pada sub materi Prisma

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan
pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa SMP SWASTA ALFATTAH MEDAN pada sub materi Prisma?
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan
pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMP
SWASTA ALFATTAH MEDAN pada sub materi Prisma?
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kreatif siswa yang dibelajarkan antara Pembelajaran Matematika Realistik
dengan pembelajaran ekspositori pada materi ajar prisma di SMP SWASTA
ALFATTAHMEDAN?

7
F. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Secara teori penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang
sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika
realistik dalam mata pelajaran matematika.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa, sebagai masukan tentang cara menerapkan pendekatan
pembelajaran Matematika Realistik dalam proses belajar mengajar.
b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pendekatan
pembelajaran matematika yang sesuai agar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
c. Bagi sekolah, sebagai masukan untuk mempertimbangkan kebijakan
lembaga sekolah/madrasah berikutnya.

8
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kerangka teoritis
1. Pendekatan pembelajaran matematika realistik
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar. Pembelajaran berarti aktivitas guru dalam
merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna.1
b. Pengertian Matematika Dalam Pembelajaran Matematika
Beberapa orang mendefenisikan matematika berdasarkan struktur
matematika, pola pikir matematika, pemanfaatannya di bidang lain, dan
sebagainya. Atas dasar pertimbangan itu maka ada beberapa defenisi tentang
matematika yaitu2:
- Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisasi
- Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak
- Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan
hubungannya
- Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan
hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis.
Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir,
berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang
unsur-unsurnya logika dan instuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan
individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika,
aljabar, geometri dan analisis. dapat disimpulkan matematika sebagai ilmu
abstrak dimana struktur-struktur didalam penyusunannya dibangun secara
sistematis dan terorganisir.

1
Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Jakarta ; Kencana),
h. 186
2
Ali Hamzah dan muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Pendekatan Pembelajaran Matematika.
(Jakarta ; Pt Rajagrafindo Persada), H. 257.

9
Tujuan pembelajaran matematika juga pada saat ini siswa dituntut aktif dan
kreatif dalam proses belajar mengajar. Dimana siswa dituntut untuk
mengemukakan pendapat-pedapat yang mereka ketahui dan juga dituntut
untuk berpikir reatif dalam menyelesaikan masalah atau persoalan-persoalan
yang diberikan atau dilontarkan oleh guru. Untuk itu seorang guru harus
pandai dalam memilih pendekatan pembelajaran agar proses belajar
mengajar berlangsung aktif dan kreatif. Untuk itu pendekatan pembelajaran
yang dapat diterapkan adalah pendekatan pembelajaran matematika realistik.

c. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)


Realistik matematika education (RME) pertama kali dikembangkan di
Belanda sejak awal tahun 70-an oleh Freudental dan kawan-kawan. Dalam
pandangan Freudenthal, agar matematika memiliki nilai kemanusiaan maka
pembelajarannya haruslah dikaitkan dengan realita, dekat dengan
pengalaman anak serta relevan untuk kehidupan masyarakat. Pembelajaran
matematika sebaiknya dilakukan dengan memberi kesempatan seluas-
luasnya kepada anak untuk mencoba menemukan sendiri melalui bantuan
tertentu dari guru.3
Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya memiliki dua tipe
yakni matematisasi horizontal dan vertikal. Pembelajaran matematika
realistik menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam belajar
matematika. dimana siswa diberi kebebasan untuk menyelesaikan masalah
dengan cara sendiri sesuai dengan pengetahuan awal yang dimiliki
d. Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik
Pandangan pembelajaran matematika realistik memiliki enam prinsip RME,
yaitu sebagai berikut:
- Prinsip aktivitas
- Prinsip realitas
- Prinsip tahap pemahaman
- Prinsip interwinement

3
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2009. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan bagian 3 Pendidikan
Disiplin Ilmu Pendidikan. (Bandung ; PT IMPERIAL BHAKTI UTAMA), h. 176.

10
- Prinsip interaksi
- Prinsip bimbingan
e. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
Berikut beberapa kelebihan pembelajaran matematika realistik (PMR), yaitu:
- Pemberian arahan tentang materi yang akan dipelajari oleh siswa
- Berikan penjelasan materi sesuai dengan aturan atau konsep materi yang
sedang dipelajari secara teoritis
- Berikan contoh atau problem yang sesuai dengan materi ajar, dan
lanjutkan dengan cara penyelesaiannya
- Berikan contoh lain untuk memperkuat dan memperkokoh pengetahuan
yang telah dimiliki oleh siswa
- Berikan tugas pada siswa untuk dikerjakannya secara kelompok maupun
individual
- Lakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa
Adapun kelemahan yang terdapat pada pembelajaran matematika realistik
(PMR), yaitu:
- Tidak semua siswa memiliki daya tangkap yang sama terhadap materi
yang diajarkan oleh guru. hendaknya guru dalam menjelaskan materi ajar
diulang-ulangi samapai tiga kali.
- Ada kalanya tugas siswa tidak diperiksa secara langsung, sehingga tidak
diketahui secara pasti tentang daya serap siswa mengikuti pembelajaran
pada saat itu.
f. Pelaksanaan Di Kelas.
Intisari dari pendekatan pembelajaran adalah bagaimana pelaksanaanya
secara baik dan benar. Berikut pelaksanaan pembelajaran matematika
realistik:
- Kegiatan guru:
1) Mempersiapkan segala jenis dan bentuk saran dan prasarana
pembelajaran.
2) Menjelaskan materi sesuai dengan aturan atau konsep materi
3) Memberikan contoh atau problem yang sesuai dengan materi ajar.

11
4) Memberikan contoh lain untuk memperkuat konsep yang telah
ditanamkan
5) Memberikan tugas pada siswa untuk dikerjakannya
6) Melakukan penelitian terhadap hasil kerja siswa
- Kegiatan siswa:
1) Mempersiapkan alat tulis serta fasilitas pendukung dalam proses
belajar.
2) Mencatat, mendengarkan dan mempertanyakan apabila ada yang
kurang jelas.
3) Memperhatikan secara seksama sehingga dapat lebih memahami isi
materi dan bagaimana penerapannya.
4) Menyelesaikan tugas yang diberikan.
5) Menerima hasil penilaian dari guru.

2. Kemampuan Berfikir Kreatif


a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif
Plato beranggapan bahwa berpikir itu adalah berbicara dalam hati.
Sehubungan dengan pendapat plato ini adalah pendapat yang menatakan
bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional4. Berpikir juga dapat diartikan
sebagai suatu aktifitas mental untuk membantu dalam memecahkan suatu
masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan
yang akan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Pendapat ini
menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, ataupun
ingin memahami sesuatu, maka ia sedang melakukan suatu aktivitas berpikir.
berpikir merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan otak kita bekerja.
Seseorang dikatakan berpikir jika dalam melakukan aktifitas untuk
membantu dalam memecahkan masalah maka dia membuat suatu keputusan
dan memenuhi hasrat keingintahuan yang akan dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut.

4
20 Sumadi Suryabrata. 2011. Psikologi Pendididikan. (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada), Hal.
54.

12
Kreatif adalah upaya untuk menciptakan ide-ide dan karya baru yang
bermanfaat. Pemikiran kreatif adalah pemikiran yang dapat menemukan hal-
hal atau cara-cara baru yang berbeda dari yang biasa dan pemikiran yang
mampu mengemukakan ide atau gagasan yang memiliki nilai tambah
(manfaat).5
Menurut Semiawan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk meberikan
gagasan baru dan menerapkan dalam memecahkan masalah.Sementara
menurut Chaplin berpikir kreatif adalah kemampuan menghasilkan bentuk
baru dalam seni, atau dalam permesinan, atau dalam memecahkan masalah-
masalah dengan metode-metode baru.
dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah suatu
proses yang digunakan seseorang dalam memunculkan ide-ide atau
pernyataan-pernyataan pada suatu permasalahan dimana ide-ide atau
pernyataanpernyataan yang dilontarkan yang sebelumnya belum pernah
diwujudkan atau dimunculkan sehingga akan memunculkan pemikiran-
pemikiran yang baru.
Untuk menjadi pemikir yang kreatif siswa harus dibiasakan dan dilatih
dalam menyelesaikan banyak kemungkinan permasalahan agar dapat
meningkatkan kreativitas yang dilakukan oleh siswa
b. Karakteristik Berpikir Kreatif
Dibawah ini ada beberapa karakteristik berpikir kreatif, yang akan
disebutkan sebagai berikut6:
- Lincah dalam berpikir yang sering kali ditandai dengan rasa ingin tahu
yang besar
- Tepat dan cermat dalam bertindak dengan memperhitungkan berbagai
konsekuensi yang mungkin muncul dari pilihan tindakannya tersebut
- Mempunyai semangat bersaing (kompetitif) yang tinggi baik terhadap
diri sendiri atau terhadap orang lain

5
Muhammad Mustari. 2014. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. (Jakarta; PT
Rajagrafindo Persada), H. 73
6
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati. 2010. Pendekatan Pengembangan Kreativitas pada Anak.
(Jakarta; Kencana), h. 20

13
- Selalu berkeinginan untuk menjadi lebih baik (progresif) dari waktu ke
waktu.
- Cepat menemukan perbedaan dan mudah menangkap yang tidak biasa
yang akan dijadikannya sebagai bahan dasar untuk menemukan
kreativitas lebih lanjut.
- Dapat menggunakan kesadaran yang tinggi untuk mengumpulkan
informasi dengan cepat sehingga mereka dapat belajar dari
pengalamannya dan memanfaatkannya dalam mengembangkan diri
- Memiliki kepekaan yang tinggi, Responsive, memiliki empati yang
tinggi.
- Memiliki keinginan belajar yang tinggi dan tidak mudah putus asa dalam
proses yang dilalui
- Tidak kaku dan memiliki spontanitas yang tinggi terhadap segala
stimulan yang muncul baik dan lingkungan yang intern ataupun
lingkunagn ekstern
- Memiliki kemampuan bertahan untuk menghadapai frustrasi sehingga
tidak mudah putus asa dalam menghadapi permasalahan yang mana
mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mandiri.
- Mampu mengendalikan diri, mengatur suasana hati dan menjaga beban
stres agar tidak melumpuhkan kemampuan berpikir
Dari karakteristik kreatif ini akan muncul pada individu yang memiliki
motivasi tinggi, rasa ingin tahu, dan imajinasi. Seseorang yang kreatif akan
selalu mencari dan menemukan jawaban, dengan kata lain mereka senang
memecahkan masalah
c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Adapun kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir kreatif
menurut Munandar yang indikatornya disajikan pada tabel berikut 7
Pengertian Perilaku
1.lancar. Mengajukan banyak pertanyaan - Menjawab dengan
Mencetuskan banyak gagasan, sejumlah jawaban jika ada pertanyaan - Mempunyai
jawaban, penyelesaian masalah, banyak gagasan mengenai suatu masalah - Lancar

7
Utami Munandar. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah. (Jakarta;
Gramedia), h.88-90.

14
atau permasalahan. - Memberikan mengungkapkan gagasangagasannya - Bekerja lebih
banyak cara atau saran untuk cepat dan melakukan lebih banyak dari pada anak-anak
melakukan berbagai hal - Selalu lain - Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan
memikirkan lebih dari satu jawaban kelemahan dari suatu objek atau situasi

2. Luwes – - Memberikan aneka ragam penggunaan yang tak lazim


terhadap suatu objek - Memberikan bermacam-macam
Menghasilkan gagasan, jawaban,
penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita
atau pertanyaan yang bervariasi -
atau masalah - Menerapkan suau konsep atau azas
Dapat melihat suatu masalah dari
dengan cara yang berbeda-beda
sudut pandang yang berbedabeda
- Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda
- Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikir

- Memberikan pertimbangan terhadap situasi yang


berbeda dari yang diberikan orang lain - Dalam
membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu
mempunyai posisi yang bertentangan dengan mayoritas
kelompok - Jika diberikan suatu masalah biasanya
memikirkan bermacam cara yang berbeda untuk
menyelesaikannya - Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang berbeda-beda - Mampu
mengubah arah berpikir secara spontan

3. Orisinil - Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak


dipikirkan oleh orang lain - Mempertanyakan cara-cara
- Mampu melahirkan ungkapan
yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru
baru dan unik - Memikirkan cara
- Memilih a-simetri dalam menggambar atau membuat
yang tidak lazim untuk
disain - Memilih cara berpikir yang lain dari pada yang
mengungkapkan diri - Mampu
lain - Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip
membuat kombinasi-kombinasi
- Setelah membaca atau mendengar gagasangagasan,
yang tidak lazim dari bagian-bagian
bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru -
atau unsur-unsur
Lebih senang mensintesis dari pada menganalisis situasi

4. Elaborasi - Mampu memperkaya - Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban
dan mengembangkan suatu atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-
gagasan atau produk - langkah yang terperinci - Mengembangkan atau
Menambahkan atau memperinci memperkaya gagasan orang lain - Mencoba atau
detil-detil dari suatu obyek, menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan
gagasan, atau situasi sehingga ditempuh - Mempunyai rasa keindahan yang kuat
menjadi lebih menarik. sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong
atau sederhana - Menambahkan garis-garis, warna-
warna, dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap
gambarnya sendiri atau gambar orang lain

15
d. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Adapun indikator kemampuan berpikir kreatif matematika terdiri dari:
- Kelancaran (Fluency), yaitu kemampuan mengemukakan ide yang serupa
untuk memecahan suatu masalah.
- Keluesan (Flexibility), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai
macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa.
- Keterperincian (Elaboration), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan
ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.
- Kepekaan (Sensitivity), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan
masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

3. Pendekatan pembelajaran ekspositori


a. Pengertian pendekatan pembelajaran ekpositori
Pendekatan ekspositori adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan
memberikan memberikan keterangan terlebih dahulu defenisi, prinsip dan konsep materi
pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk
ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasa. Siswa mengikuti pola yang
ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan pendekatan ekspositori merupakan
pendekatan pembelajaran mengarah kepada tersampainya isi pelajaran kepada siswa
secara langsung.8
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pendekatan ekspositori, antara lain:9
1. Menurut wina sanjaya pembelajaran ekspositori adalah salah satu di antara
langkah pembelajaran yang menekankan kepada proses bertutur. Materi
pembelajaran sengaja diberikan secara langsung peran siswa dalam langkah ini
adalah menyimak dan mendengarkan materi yang disampaikan guru.
2. Roy Killen menamakan langkah ekspositori ini dengan istilah pembelajaran
langsung (direct insruction). Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam

8
Syarif Sumantri. 2015.PENDEKATAN PEMBELAJARAN Teori dan Praktik di Tingkat Penidikan
Dasar. (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada), h.61.
9
Ibid, h.62.

16
bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga
siswa tinggal meyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Siswa juga
dituntut untuk menguasai bahan yang telah disampaikan tersebut.
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ekspositori
adalah langkah pembelajaran yang menekankan kepada proses peyampaian materi
secara verbal dari seseorang guru kepada sekelompo siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal.
b. Karakteristik pembelajaran ekpositori
Terdapat beberapa karakteristik pendekatan pembelajaran ekspositori, di
antaranya:10
1) Langkah ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran
secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam
melakukan pendekatan ini. Oleh karena itu, sering mengidentikannya dengan
ceramah;
2) Materi pelajaran yang disampaikan adalah mareti pelajaran yang sudah jadi,
seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga
tidak menuntut siswa untuk bertutur ulang;
3) Tujuan utama pembeajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri,
artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapakan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali
materi yang sudah diuraikan.
c. Langkah-langkah pembelajaran pendekatan ekspositori
Ada beberapa langkah pendekatan penerapan ekspositori, yaitu:
1) Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima
pelajaran. Dalam pendekatan ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang
sangat penting.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya adalah :
(1) memberikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif, (2) mulailah
dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai, (3) bukanlah/rngasanglah keaktifan

10
Syarif Sumantri. 2015.PENDEKATAN PEMBELAJARAN Teori dan Praktik di Tingkat Penidikan Dasar.
(Jakarta; PT Raja Grafindo Persada), h.64.

17
siswa dalam berpikir. Pada tahan persiapan, memiliki beberapa tujuan yang hendak
dicapai dalam melakukan persiapan.
2) Penyajian
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan, yang harus dipikirkan guru dala penyajian ini adalah
bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh
siswa.
3) Korelasi
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
4) Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami substansi dari materi pelajaran
yang telah disajikan.
5) Mengaplikasikan
Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan siswa setelah mereka
menyimak penjelasan guru.
d. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran ekspositori
Baik teori belajar ataupun pendekatan pembelajaran pastilah mempunyai
keunggulan dan kelebihannya dibandingkan teori ataupun pendekatan lainnya. Dibawah
ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran ekspositori.
a. Keunggulan pembelajaran ekspositori
1. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran.
2. Pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran
yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki
untuk belajar terbatas.
3. Siswa dapat mendengarkan melalui penuturan tentang suatu materi
pelajaran sekaligus bisa melihat atau mengobservasi.
4. Dapat digunakan untuk siswa yang ukuran kelas yang besar.
b. Kelemahan pendekatan pembelajaran ekspositori
1. Hanya dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan
mendengar dan menyimak secara baik.
2. Pendekatan ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu

18
baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat dan bakat, serta gaya
belajar.
3. Sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal sosialisasi, hubungan
interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis.
4. Keberhasilan pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang
dimiliki guru.
5. Kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pelajaran
akan sangat terbatas.
4. Materi Ajar Prisma
1. Pengertian Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar. Dua bidang
sejajar itu dinamakan bidang alas dan bidang atas. Macam-macam prisma berdasarkan
bentuk alasnya adalah prisma segitiga, prisma segi empat, prisma segi lima dan
seterusnya. Jika alasnya berupa segi n beraturan maka disebut prisma segi n beraturan.
2. Unsur-unsur lingkaran
Perhatikan gambar prisma segitiga ABC.DEF berikut:

Adapun unsur-unsur prisma yang ada paa gambar ialah:


1. Titik A, B, C, D, E, dan F adalah titik sudut prisma
2. ABC adalah bidang atas prisma.
3. DEF adalah bidang alas prisma.
4. Bidang ACFD, BCFE, dan ABED adalah sisi tegak prisma.
5. Memiliki 9 rusuk AD, BE, AB,AC, BC, DE, EF, DF,CF
6. Ada 6 diagonal sisi yaitu AF, CD, BF, CE, AE,BD
3. Sifat-sifat Prisma
a. Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen.
b. Setiap sisi bagian samping prisma berbentuk persegi panjang.
c. Prisma memiliki rusuk tegak. Dalam kondisi lain, ada juga prisma yang rusuk
nya tidak tegak,prisma tersebut disebut prisma sisi miring.

19
d. Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang sama.
4. Luas Permukaan Prisma
Sama seperti kubus dan balok, luas permukaan prisma dapat dihitung
menggunakan jaring-jaring prisma. Caranya dengan menjumlahkan semua luas bangun
datar pada jaring-jaring prismanya. Adapun rumus luas permukaan prisma adalah:
Luas permukaan Prisma : ( 2 x alas) + (keliling alas x tinggi)
5. Volume Prisma
Luas sama halnya dengan kubus dan balok, prisma juga memiliki volume yang
dapat dihitung dengan sebuah rumus. Adapun bentuk umum rumus volume prisma
adalah:
Volume Prisma : Luas Alas x Tinggi Prisma

B. Penelitian yang Relevan


1. Penelitian ini berjudul : “Efektifitas Pendekatan Pembelajaran Matematika
Realistik Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Maematika Siswa Kelas XI Pada
Materi Peluang Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pendekatan Medan Tahun Ajaran
2014/2015”. Penelitian ini dilakukan oleh Habib Asyrafy pada tahun 2014 di
Medan. Peneliti ini membuktikan bahwa setelah diterapkan pendekatan
pembelajaran matematika realistik pada materi peluang terdapat peningkatan hasil
belajar siswa dari pada penerapan pembelajaran konvensional.

C. Kerangka Berpikir
Dalam dunia pendidikan yang dihadapi saat ini adalah lemahnya proses
pembelajaran. Dimana dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk
mengembangkan keterampilan berpikir sehingga dalam proses pembelajaran didalam
kelas siswa cenderung hanya terfokus dalam apa yang disampaikan oleh guru. Proses
pembelajaran seperti inilah yang harus dirubah dimana siswa harus dilibatkan dalam
proses pembelajaran yang akan menyebabkan siswa berkembang dalam berpikirnya.
Siswa akan diarahkan untuk berusaha menghubungkan permasalahan yang ada dengan
kehidupan sehari-hari mereka dengan cara mengubah pembelajaran yang konvensional
kepada pendekatan pembelajaran yang dinamis dan lebih bermakna.
Matematika adalah pembelajaran yang sering kali menyajikan konsep yang terlalu

20
abstrak yang mengakibatkan siswa cenderung bosan dan bahkan tidak menyukai
pembelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan pembelajaran tersebut terlihat monoton
sehingga dibutuhkan pendekatan pendekatan pembelajaran yang cocok untuk
disandingkan dalam proses belajar. Seorang guru haruslah pandai dalam memilih
pendekatan agar proses pembelajaran cenderung aktif dan memudahkan siswa dalam
menyerap materi pelajaran tersebut.
Pendekatan pembelajaran matematika realistik merupakan salah satu
pembelajaran matematika yang beriorentasi pada siswa, disini aktivitas manusia dan
matematika haruslah dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari
siswa (nyata). Dalam pembelajaran matematika realistik ini ditekankan bahwa siswa
bukan hanya sekedar penerima yang pasif terhadap materi matematika yang disajikan
akan tetapi siswa perlu diberi kesempatan untuk berpikir dan menemukan matematika
tersebut melalui praktik yang mereka alami sendiri. Dengan menerapkan pendekatan
tersebut siswa diharapakan akan lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan.
Dengan penerapan pembelajaran matematika realistik, siswa diharapkan akan
lebih memahami konsep pelajaran matematika dan siswa akan lebih berminat untuk
menggali atau mengaitkan permasalah-permasalah kekehidupan sehari-harinya sehingga
akhirnya siswa akan dapat meningkatakan kekreativannya dalam mengemukakan ide
dan pendapatnya.

D. Hipotesis
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian adalah:
1. -Ho: Tidak terdapat pengaruh secara signifikan pendekatan Pembelajaran
Matematika Realistik tehadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP
Swasta ALFATTAH Medan pada sub pokok bahasan Prisma.
-Ha: Terdapat pengaruh secara signifikan pendekatan Pembelajaran Matematika
Realistik tehadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP Swasta
ALFATTAH Medan pada sub pokok bahasan prisma.
2. -Ho: Tidak terdapat pengaruh secara signifikan pembelajaran ekspositori terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP Swasta ALFATTAH Medan
pada sub pokok bahasan Prisma.

21
- Ha: Terdapat pengaruh secara signifikan pembelajaran ekspositori terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP Swasta ALFATTAH Medan
pada sub pokok bahasan prisma.
3. -Ho: Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara pendekatan pembelajaran
matematika realistik dan pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas VIII SMP Swasta ALFATTAH Medan pada sub pokok
bahasan prisma.
-Ha: Terdapat pengaruh secara signifikan antara pendekatan pembelajaran
matematika realistik dan pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas VIII SMP Swasta ALFATTAH Medan pada sub pokok
bahasan prisma.

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dengan kata lain, penelitian
eksperimen ini meneliti ada tidaknya pengaruh pendekatan Pembelajaran
Matematika Realistik terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP
Swasta Al-Fattah Medan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMP Swasta Al-Fattah Medan

C. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya.11 Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Swasta Al-Fattah Medan.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian
(sampel secara harfiah berarti contoh).12 Sampel yang diambil secara acak
dalam penelitian dengan menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu
dengan melakukan undian dari semua kelas VIII. Setelah melakukan
pengundian maka hasil undian kelas pertama dijadikan sebagai kelas
eksperimen, dan hasil undian kedua dijadikan kelas kontrol.

D. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan
riset. Desain penelitian memberikan prosedur untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan masalah dalam penelitian.

11
Indra Jaya dan Ardat, Penerapan Statistik untuk Pendidikan, (Bandung:CiptaPustaka Perintis, 2013),
h.20
12
Syahrum dan salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Ciptapustaka Media, 2016), h.113

23
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre Test dan Post Test
untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa. Bentuk desain
penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
Kelas K-1 PMR K-2
Eksperimen
Kelas Kontrol K-1 Ekspositori K-2
Keterangan:
K-1 = Test kemampuan awal
K-2 = Test kemampuan akhir
Dalam penelitian ini kelas eksperimen diajar dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran Matematika Realistik dan kelas kontrol menggunakan pendekatan
pembelajaran ekspositori. Pada awal pembelajaran kelas diberi pretest untuk
mengetahui kemampuan awal kedua kelas tersebut. Materi yang diajarkan pada
kedua kelas adalah sama yaitu Prisma. Pada akhir proses pembelajaran kedua kelas
diberi post test untuk mengetahui tingkat tercapainya prestasi belajar siswa yang
telah disampaikan.

E. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, juga dapat diartikan
sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih.13 Adapun yang
menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
- Variabel bebas (X)
a. X1 adalah Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
b. X2 adalah pembelajaran ekspositori
- Variabel terikat (Y) : Kemampuan berpikir kreatif siswa

F. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap penggunaan istilah pada penelitian
ini, maka perlu diberikan definisi operasional pada variable penelitian sebagai berikut:

13
Ibid, h.123

24
1. Pembelajaran Matematika Realistik adalah pembelajaran matematika yang
meliputi aktivitas pemecahan masalah matematika dengan mengaitkan ke dalam
kehidupan yang nyata. Dengan demikian terdapat indicator dari pembelajaran
matematika realistic:
a. Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah real (nyata)
b. Permasalahan yang diberikan harus sesuai dengan tujuann yang ingin dicapai
c. Siswa mengembangkan atau menciptakan pendekatan-pendekatan simbolik
secara informal terhadap permasalahan yang diajukan.
d. Siswa memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya.
2. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya yang relative berbeda
dengan apa yang telah ada.. berpikir kreatif juga merupakan kemampuan untuk
memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam memecahkan masalah.
Dengan demikian terdapat beberapa indicator kemampuan berpikir kreatif, yaitu:
a. Lancar dalam mengungkapkan gagasan
b. Dapat memikirkan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita dan masalah.
c. Siswa dapat memikirkan masalah-masalah yang tidak pernah dipikirkan
orang lain.
d. Cepat dalam menangkap permasalahan terhadap situasi.

G. Alat Pengumpulan Data


Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen test awal (Pre test)
kemapuan berpikir kreatif matematis siswa berbentuk uraian. Tes uraian disusun
berdasarkan konsep tes berpikir kreatif yang memenuhi indikator berpikir lancar,
luwes, kepekkaan, dan berpikir rinci. Tes ini diberikan kepada 20 orang siswa diluar
populasi untuk melihat validitas dan reliabilitas.
Agar memperoleh data yang valid, instrumen atau alat mengevaluasi harus
valid. Oleh karena itu, sebelum digunkan dalam penelitian, instrumen hasil belajar
lebih dulu diujicobakan pada tingkat yang lebih tinggi untuk mengukur validitas dan
reliabilitas.

25
a. Validitas
Validitas adalah istilah yang menggambarkan kemampuan sebuah instrument
untuk mengukur apa yang ingin diukur.14 Tes disebut valid apabila memiliki tingkat
ketetapann yang tinggi dalam mengungkap aspek yang hendak diukur.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan alat tersebut dalam menilai yang dinilainya.15
Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan reliable apabila hasil-hasil penukuran
yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap
subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang relative sama atau sifatnya
stabil.

H. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, yaitu suatu teknik analisis
yang dilakukan dengan perhitungan matematis (karena berhubungan dengan angka)
yaitu hasil tes kemampuan berpikir kreatif yang diberikan kepada siswa. Data yang
telah terkumpul baik di kelas control maupun kelas eksperimen diolah dan dianalisis
untuk dapat menunjukkan adanya pengaruh penggunaan pendekatan RME terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa.

14
Ibid,h.113
15
Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung:PT Reamaja Rosdakarya,2012),h.16

26
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta : Kencana.
Asrul, Ananda Rusyd, Rosnita. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung:
Ciptapustaka Media.
Asrul, Masiono, Syafaruddin. 2012. Inovasi Pendidikan. Medan: Perdana
Publishing.
Hamzah Ali dan muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Pendekatan Pembelajaran
Matematika. Jakarta : Pt Rajagrafindo Persada.
Istarani dan Ridwan Muhammad. 2014. 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif.
Medan: CV. Iscom Medan.
Izhab Zahela. 2008. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung : Nuansa.
Jaya Indra dan Ardat. 2013. Penerapan Statistik Untuk Pendidikan. Bandung :
Ciptapustaka Perintis.
Munandar Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah.
Jakarta: Gramedia.
Mustari Muhammad. 2014. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta :
PT Rajagrafindo Persada.
Syahrum dan Salim. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung :
Citapustaka Media.
Soedjadi R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta :
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Sudjana Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Cet. 17
Suryabrata Sumadi. 2011. Psikologi Pendididikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2009. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian
3 Pendidikan Disiplin Ilmu Pendidikan. Bandung : PT IMPERIAL BHAKTI UTAMA.
Undang-undang SISDIKNAS. 2010. tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Fokusmedia.

27
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN MINAT BELAJAR TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU
VARIABEL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 28 MEDAN TAHUN
AJARAN 2019/2020

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Kelompok


Pada matakuliah Seminar Matematika

Dosen Pembimbing :
Drs. Isran Rasyid Karo Karo S, M. Pd

OLEH :
Nurul Azni (0305172099)
Rizky Fauziah Harahap (0305172069)
Siti Farida Hasni Lubis (0305172109)
Sri Wahyuni Dalimunthe (0305172086)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan nikmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal pada penelitian ini yang berjudul
“Pengaruh Motivasi Belajar Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar
Matematika Materi Persamaan Linear Satu Variabel Pada Siswa Kelas VII Smp
Negeri 28 medan Tahun Ajaran 2019/2020”. Penulisan proposal ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyusun proposal ini.

Terima kasih kepada kepala sekolah yang telah memberikan kesempatan


melakukan penelitian ini untuk mengambil data proposal kami. Dan terima kasih
kepada guru-guru atas kerja sama yang baik selama penelitian. Terima kasih kepada
siswa-siswi yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini belum sempurna. Oleh


karena itu, penulis mengahrapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
proposal ini, penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya.

Medan, Desember 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah................................................................................. 4
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 7

A. Belajar ...................................................................................................... 9
B. Mengajar .................................................................................................. 9
C. Motivasi ................................................................................................... 9
D. Minat ........................................................................................................ 10
E. Hasil Belajar ............................................................................................ 10
F. Materi Pembelajaran: Sistem Persamaan Linear Satu Variabel .............. 10
G. Hipotesis ................................................................................................... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 13

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 13


B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 13
C. Subyek Penelitian ..................................................................................... 13
D. Obyek Penelitian ...................................................................................... 13
E. Variabel Penelitian ................................................................................... 14
F. Instrumen Penelitian ................................................................................ 14
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen, Uji Coba Instrumen ...................... 14
H. Metode Analisis Data .............................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah


dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses
perkembanngan mutu suatu bangsa. Proses pendidikan terjadi lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mengwujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting
dalam pendidikan. Sebagai buktinya adalah pelajaran matematika diberikan kepada
semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Mengingat
pentingnya matematika, maka dalam pengajarannya bukan hanya mengetahui dan
memahami apa yang terkadung dalam matematika itu senidir, tetapi lebih menekankan
pada pola berfikir siswa dapat memecahkan masalah secara kritis, logis, kreatif, cermat
dan teliti. Matematika disadari sangat penting peranannya.Namun tingginya tuntutan
untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika
siswa. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar pada bidang studi matematika
masih memprihatinkan.

Kegiatan pendidikan yang terlaksana melalui hubungan atau interaksi pendidikan


antara peserta didik dan pendidik, merupakan peristiwa dan sekaligus upaya yang
istimewa dan unik. Istimewa karea dengan pendidikan itulah individu-individu manusia
dipersiapkan untuk menjalani kehidupannya. Upaya pendidikan diwujudkan melalui
digerakkannya oleh pendidik energi pembelajaran dengan mautan materi pembelajaran

1
Wina Sanjaya, (2011), Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:
Kencana, hal. 2

1
menjadi proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dikehendaki adalah pelayanan
unggul terhadap peserta didik untuk mencapai optimasi perkembanan mereka.

Menurut Sardimn belajar merupakan proses untuk perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan srangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. juga belajar itu akan lebih baik, kalau
subjek belajar mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Dalam
pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai psiko-fisik menuju ke perkembangan
pribadi seutuhya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya. Adapun menurut Sardiman, tujuan belajar
diantaranya:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan


2. Untuk memahami penanaman konsep dan keterampilan
3. Pembentukan sikap

Jadi dalam kesimpula yang dikemukakan Abdilah belajar adalah suatu usaha sadar yang
dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik dalam melalui latihan dan
pengalman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu.2

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian diatas bahwa belajar adalah
suatu perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman individu alam
berinteraksi degan lingkungannya. Menurut Muhibbin (2005:144), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

1. Faktor Internal yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor
yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi 2 aspek, yakni:
a. Aspek fisiologi yaitu makanan, minuman, pola tidur dan sebagainya.
b. Aspek psikologi yaitu tingkat kecerdasan/integelensi siswa, sikap siswa,
bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
2. Faktor eksternal yakni kondisi lingkungan disekitar siswa

2
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal.
35

2
a. Lingkungan sosial sekolah seperti pra guru, para staf adminitrasi dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
b. Lingkungan non sosial ialah gedung sekolahdan letaknya, rumah tempat
tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaa cuaca dan
wakt belajar yang digunakan siswa.
3. Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegitan
mempelajari materi-materi pelajaran.3

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa
diantaranya, kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini
disebabkan adanya anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang paling sulit di
pahami. Oleh sebab itu guru harus mampu membangkitkan minat belajar siswa dalam
pembelajaran matematika. Guru mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan tidak membosankan dengan menerapkan strategi-strategi
pembelajaran, sehingga siswa berminat untuk ikut berpastisipasi dalam proses belajar
mengajar. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai profesi tenaga
kependidikan adalah kemampuan guru dalam membuat persiapan mengajar dan
melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pengajaran akan berjalan baik apabila guru
memiliki kemampuan menggunakan model, media dan sumber pembelajaran yang
tepat. Ketidaktepatan dalam penggunaan model, media dan sumber pembelajaran akan
menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam menerima materi yang disampaikan sehingga
materi kurang dapat dipahami oleh siswa tersebut.

Guru sebagai fasilitator pembelajaran di dalam kelas berperan penting dalam


mengatasi permasalahan siswa dalam menerima materi pelajaran, kehadiran guru di
kelas diharapkan dapat menciptakan sistem lingkungan belajar yang baik yaitu situasi
dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran secara maksimal. Guru
harus memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkannya.

3
Syah Muhibbi, Psikologi Belajar (Jakarta: Raya Grafindo Perkasa, 2005), hal 144

3
Dengan menggunakan metode yang tepat maka materi pelajaran yang disampaikan akan
dengan mudah dipahami oleh siswa dan terjadi proses belajar mengajar secara optimal.4

Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk melakukan
observasi proses pembelajaran matematka di SMP Negeri 28 Medan. Observasi
dilakukan di kelas VII SMP Negeri 28 Medan. Penelitian ini dilakukan pada materi
pelajaran matematika yani sistem persamaan linear satu variabel.

Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran matematika terlaksana cukup kondusif.


Metode yang digunakan adalah metode diskusi. Sebelum guru memulai kegiatan
pembelajaran, terlebih dahulu guru membahas pekerjaan rumah (PR) yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya. Akan tetapi guru tidak membahasnya smua, guru hanya
menanyakan mana yang belum mengerti dn membahas bersama-sama. Guru membagi
kelompok dimana dalam kelompok terdapat 2 orang yaiu teman sebangku. Setelah itu
guru memberikan materi yang diskusikan setelah itu guru meminta kelompok tersebut
untuk menjelaskan didepan kelas.

Dalam proses pembelajaran ada beberapa siswa yang belum mengerjakan PR.
Adapula ada beberapa siswa yang belum mengerti tapi malu bertanya. Mereka lebih
suka bertanya kepada temannya. Hal lain mengakibatkan siswa sering berjalan-jala di
dalam kelas. Namun ada siswa pula berdiskusi yang tidak ada kaitannya dengan materi
pelajaran sehingga menimbul keributan dalam kelas.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud untu melakukan penelitian


mengenai “Pengaruh Motivasi dan Minat Terhadap Hasil Belajar Matematika
Materi Persamaan Linear Satu Variabel Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 28
Medan Tahun Ajaran 2019/2020”.

4
Yolanda Astrid Anintya, Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau Dari Gaya
Belajar Siswa Kelas VII Pada Model Pembelajaran Resource Based Learning, Semarang: Universitas
Negeri Semarang, 2012, hal. 14

4
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang daas, maak peneliti dapat diidentifikasi permasalahan


sebagai berikut:

1. Guru membagi kelompok hanya berdasarkan tempat dudu


2. Beberapa siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, terlihat dri adnya
beberapa siswa yang tidak membawa alat yang diperlukan untuk belajar
3. Ada beberapa siswa yang belum mengerjakan PR
4. Ada beberapa siswa yang ribut dan berjalan-jalan dikela dan siswa yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal
5. Beberapa siswa masih takut bertanya.

C. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyak masalah yang telah diindentifikasi karena keterbatasan


waktu, tenaga dan biaya, maka peneliti ini dibatasi pada masalah mengenai Pengaruh
Motivasi dan Minat Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Persamaan Linear Satu
Variabel Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 28 Medan Tahun.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan


masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana motivasi belajar matematika siswa kelas VII SMP negeri 28 Medan?
2. Bagaimana minat belajar matematika siswa kelas VII SMP negeri 28 Medan?
3. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP negeri 28 Medan?
4. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII
SMP negeri 28 Medan?
5. Bagaimana pengaruh minat terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII
SMP negeri 28 Medan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

5
1. Motivasi belajar matematika siswa kelas VII SMP negeri 28 Medan
2. Minat belajar matematika siswa kelas VII SMP negeri 28 Medan
3. Hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP negeri 28 Medan
4. Pengaruh motivasi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP
negeri 28 Medan
5. Pengaruh minat terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP negeri
28 Medan

F. Manfaat Hasil Penelitian


1. Untuk Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman di kemudia hari dalammenyusun
karya ilmiyah dan menerpkan metode pembelajaran dikelas.
2. Untuk Sekolah
Dapat menambah informasi dan acuan dalam menerapkan metode pembelajaran
yang paling tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajara
matematika.
3. Khasnah Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasana ilmiah bagipembaca
dan sebagai referensi untuk melakukan penelitian khususnya pada permasalahan
yang sama.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar
1. Pengertian Belajar

Menurut Aunurrahman (2012;35) pengertian belajar dapat kita temukan dalam


berbagai sumber atau literatur. Meskipun kita melihat ada perbedaan-perbedaan di
dalam rumusan pengertian belajar tersebut dari masing-masing ahli, namun secara
prinsip kita menemukan kesamaan- kesamaannya. Burton, dalam sebuah buku “The
Guidance of Learning Activities”. Merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam Aunurrahman (2012), H.C. Witherington,
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Selain itu, James O. Whittaker
mengemukakan belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan dan pengalaman.

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Jika dapat disimpulkan
dari sejumlah pandangan dan definisi tentang belajar (Wragg,1994), beberapa ciri
umum kegiatan belajar sebagai berikut. Pertama, belajar menunjukkan suatu
aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Kedua, belajar merupakan
interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa
manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh
pengalaman- pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru
maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi
menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.

7
Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi
aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar juga dapat menyentuh perubahan
pada aspek afektif, termasuk perubahan aspek emosional. Perubahan-perubahan pada
aspek ini umumnya tidak mudah dilihat dalam waktu singkat, akan tetapi seringkali
rentang dalam waktu yang lama. Perubahan hasil belajar juga dapat ditandai dengan
perubahan kemampuan berpikir.

Adapun menurut Aunurrahman (2012), beberapa teori belajar diantaranya :

1) Teori Behaviorisme
Para penganut teori behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi
oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang memberikan pengalaman-
pengalaman tertentu kepadanya.
2) Behaviorisme menekankan pada apa yang dilihat, yaitu tingkah laku, dan kurang
memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat dilihat.
Skiner beranggapan bahwa perilaku manusia yang dapat diamati secara langsung
adalah akibat konsekuensi dari perbuatan sebelumnya (Semiawan, 2002:3).
3) Teori Kognitivisme
Kognitivisme merupakan salah satu teori belajar yang dalam berbagai
pembahasan juga sering disebut model kognitif (cognitive model) atau model
perseptual (perceptual model). Menurut teori belajar ini tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan-tujuannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kognitivisme
adalah teori belajar mengenai pengetahuan.5

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi belajar siswa.

Menurut Muhibbin Syah (2003:144), faktor-faktor yang mempengaruhi


belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani


dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi

5
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hlm. 45

8
dua aspek, yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek
psikologis (yang bersifat rohaniah).
a) Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa
b) Sikap siswa
c) Bakat siswa
d) Minat siswa
e) Motivasi siswa
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa.

a) Lingkungan Sosial
b) Lingkungan Nonsosial
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

B. Mengajar

Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah


dipaparkan di muka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf
keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

Menurut Herman Hudojo (1988;5) mengajar adalah suatu kegiatan di mana


pengajar menyampaikan pengetahuan/pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik.
Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta
didik. Pernyataan ini dapat yang baik sehingga dapat terjadi proses pembelajaran yang
baik.

C. Motivasi

Menurut Muhibbin Syah (2003;151) pengertian dasar motivasi adalah keadaan


internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah (Gleitman,1986; Reber,1988).

9
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:

a) Motivasi Intrinsik, yaitu hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Misalnya
perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut.
b) Motivasi ekstrinsik, yaitu hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa
yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Misalnya pujian
dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua dan guru.

D. Minat

Menurut Slameto (2003:180) menyatakan bahwa minat adalah satu rasa lebih
suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu objek dengan tujuan untuk
mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang tidak
akan mencapai tujuan yang dicita-citakan apabila di dalam diri orang tersebut tidak
terdapat minat atau keinginan jiwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya itu.

E. Hasil belajar

Menurut Herman Hudojo (1988;144) seseorang dikatakan berpikir bila orang itu
melakukan kegiatan mental, bukan kegiatan motorik, walaupun kegiatan motorik ini
dapat pula bersama-sama dengan kegiatan mental tersebut.

Dalam kegiatan mental itu, orang menyusun hubungan-hubungan antara bagian-


bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi
memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga orang itu dapat
menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari; inilah
merupakan hasil belajar.

F. Persamaan Linear Satu Variabel

10
1. Pernyataan dan Kalimat Terbuka

Menurut Marsigit (2002;100), Kalimat matematika telah jelas benar atau


pun telah jelas salah dinamakan pernyataan. Adapun kalimat matematika yang
belum jelas benar atau salah dinamakan kalimat terbuka.

2. Pengertian Persamaan Linear Satu Variabel

a. Persamaan adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda “=”


pada kedua ruasnya.

b. Persamaan linear adalah persamaan yang variabelnya berpangkat satu.

c. Persamaan linear satu variabel (PLSV) adalah persamaan linear yang


hanya memiliki satu variabel.

Contoh

1. Tentukan penyelesaian dari persamaan berikut!

a) x + 11 = 20

b) a – 6 = 7

c) 7y = 21

Penyelesaian:

a) Untuk menemukan penyelesaian persamaan x + 11 = 20, kita harus mengganti


variabel x pada persamaan tersebut dengan sebuah bilangan agar diperoleh
pernyataan yang benar. Maka akan diperoleh penyelesaian x + 11 = 20 adalah x
= 9. Mengapa? Karena jika kita mengganti x dengan 9 maka kita akan
memperoleh pernyataan benar 9 + 11 = 20.
Jadi, penyelesaian persamaan x + 11 = 20 adalah x = 9.
b) Jika kita mengganti variabel a pada a – 6 = 7 dengan 13, maka kita akan
memperolah pernyataan yang benar, yaitu 13 – 6 = 7. Oleh karena itu,
penyelesaian persamaan a – 6 = 7 adalah a = 3.
c) Dengan cara yang sama, akan diperoleh penyelesaian persamaan 7y = 21 adalah
y = 3 karena jika kita ganti variabel y pada persamaan tersebut adalah 3, maka
akan diperoleh pernyataan benar 7 x 3 = 21.
Jadi, penyelesaian persamaan 7y = 21 adalah y = 3.

11
2. Seorang ayah umurnya 24 tahun lebih tua dari umur anaknya. Dalam 8 tahun
umur ayah menjadi dua kali umur anaknya. Carilah umur mereka sekarang!

Penyelesaian :

Misalnya umur anaknya sekarang = m tahun, maka umur ayahnya = (m + 24)


tahun.

Sehingga (m + 24) + 8 = 2 (m + 8)

m + 32 = 2m + 16

m – 2m = 16 – 32

- m = - 16

m = 16

Jadi, umur anak = 16 tahun dan umur ayahnya = 16 + 24 = 40 tahun.

G. Hipotesis

Dari landasan teori di atas peneliti dapat menerka bahwa hasil belajar
dipengaruhi banyak faktor internal maupun eksternal anatara lain model pembelajaran,
motivasi dan minat siswa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika siswa memiliki
minat belajar dan motivasi belajar yang tinggi maka hasil belajar tinggi.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian deskriptif kualitatif


kuantitatif. Penelitian deskripsi merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan sesuai dengan kenyataan di lapangan. Penelitian kualitatif digunakan
untuk mendeskripsikan menurut kualitas msing-masing variabel pada siswa kelas VII-C
SMP Negeri 28 Medan daam mengikuti pembelajaran matematika. setelah ada hasil
penelitian akan dilakukan pendalaman. Sedangkan penelitian deskriptif kuantitatif
menggunakan perhitungan statistik untuk mengetahui bagaimana hasil belajar
matematika siswa kelas VII-C SMP Negeri 28 Medan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan si SMP Negeri 28 Medan kelas VII-C semester genap
tahun ajaran 2020/2021, dimulai dengan waktu observasi di kelas VII SMP Negeri 28
Medan pada tanggal 13-19 Februari 2021 dan pengambilan data di SMP Negeri 28
Medan ada tanggal 25 januari – 6 Februari 2021. Sekolah ini beralamat di Jalan Karya
Jaya Medan Johor, Medan. Sekolah ini memiliki 12 kelas, yaitu kelas VII, VIII, dan
kelas IX masing-masing memiliki kelas paralel sebanyak 4 kelas. Guru mata pelajaran
matematika di sekolah tersebut berjumlah 5 orang.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa-siswi di kelas VII-C SMP Negeri 28
Medan tahun ajaran 2020/2021 yang berjumlah 24 rang, dengan siswa laki-laki
berjumlah 15 orang dan siswa perempuan berjumah 9 orang.

13
D. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah minat belajar, motivasi belajar, dan hasil belajar.

E. Variabel

Variabel yang dogunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi dan minat siswa dalam
mengikuti pemmbelajaran.
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.
3. Defenisi operasional disusulkan setelah variabel untuk:
a. Motivasi adalah skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes
motivasi yang dorancang secara khusus.
b. Minat adalah skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes minat yang
dirancang secara khusus.
c. Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa untuk mengikuti tes hasil
belajar yang dirancang secara khusus.

F. Instrumen Penelitian

Berdasarkan variabel-variabel di atas dapat dituangkan dalam instrumen seperti


di bawah ini:

1. Variabel bebas
Untuk variabel minat dan motivasi, instrumen yang digunakan adalah
kuisioner minat dan motivasi dengan dua jenis yaitu fakta dan opini.
Kuisioner tersebut terdapat dalam lampiran.
2. Variabel terikat
Untuk variabel tes hasil belajar, instrumen yang digunakan adalah tes hasil
belajar.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen, Uji Coba Instrumen


1. Validitas

14
Setiap instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu diuji
validitasnya untuk mengetahui kevalidan suatu instrumen yaitu validitas isi dan
validitas butir. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Validitas yang digunakan peneliti yaitu:

a. Validitas isi
Validitas isi adalah mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas isi
dilakukan oleh pertimbangan pakar. Dalam hal ini diperiksakan kepada
dosen pembimbing dan guru matematika.
b. Validitas butir
Validitas butir adalah korelasi antara skor butir 𝑥𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑥𝑡 . validitas butir
soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment
dari Pearson seperti di bawah ini :
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑖𝑡 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋 2 )}{𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌 2 )}
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛:
𝑟𝑖𝑡 : koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
𝑥𝑖 : skor butir ke i
𝑥𝑡 : skor total = y
𝑁 : besarnya sampel
𝑋 : skor item nomor
𝑌 : skor total

Kriteria Penolakan:

Suatu butir dikatakan valid apabila hasil yang diperoleh dikonsultasikan


dengan r Product Moment dari Pearson dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,3

i. Jika 𝑟𝑥𝑦 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka butir soal tersebut valid


ii. Jika 𝑟𝑥𝑦 ≤ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka butir soal tersebut tidak valid, oleh karena itu harus
direvisi.
2. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini diperoleh dengan mengolah


data hasil uji coba instrumen soal denganmenggunakan rumus alpha:

15
𝑁 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = ( ) (1 − 2 )
𝑁−1 𝜎𝑡

Keterangan:

𝑟11 : reliabilitas instrumen

𝑁 : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ 𝜎𝑏2 : jumlah varians butir

𝜎𝑡2 : varians total

Instrumen dikatakan reliabel jika 𝑟11 ≥ 0,05

3. Uji Coba Instrumen

Sebelum peneliti melakukan penelitian langsung di kelas VII-C SMP


Negeri 28 Medan, peneliti melakukan uji coba terlebih dahulu di kelas VII-A.
Uji coba dilakukan pada tanggal 26029 Januari 2021. Uji coba dilakukan untuk
menguji validitas dan reabilitas soal sebelum diguankan dalam penelitian yang
sebenarnya.

H. Metode Analisis Data


1. Kelayakan Analisis Data
Pelaksanaan penelitian direncanakan dapat diikuti oleh seluruh siswa di
kelas sehingga data yang diperoleh lengkap sejumlah siswa di kelas tersebut.
berikut ini adalah persentase kelayakan analisis data:
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥 100%
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
Berdasarkan persentase di atas, data dianggap layak untuk dianalisis apabila
data yang didapat dalam pelaksanaan penelitian telah terlaksana lebih dari
atau sama dengan 80%.
2. Analisis Data Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa dianalisis berdasarkan lembar jawaban kuisioner
motivasi belajar siswa yang dijawab oleh setiap siswa yang hadir dalam
pelaksanaan penelitian. Data yang didapat berdasarkan lembar jawab
kuisioner dianalisis dengan perhitungan skala Likert sehingga data tersebut

16
adalah data mentah. Jadi data mentah yang diperoleh tersebut
sdideskripsikan sebagai data kelompok dengan rumusan sebagai berikut:
A = Jumlah skor terbesar
B = Jumlah skor terkecil
𝐴−𝐵
𝐶= , sehingga didapat lima kriteria motivasi yaitu rendah sekali, rendah,
5

sedang, tinggi, dan tinggi sekali.


3. Analisis Data Minat Belajar Siswa
Minat belajar siswa dianalisis berdasarkan lembar jawaban kuisioner
minat belajar siswa yang dijawab oleh setiap siswa yang hadir dalam
pelaksanaan penelitian. Data yang didapat berdasarkan lembar jawab
kuisioner dianalisis dengan perhitungan skala Likert sehingga data tersebut
diperoleh adalah data mentah kemudian dideskripsikan sebagai data
kelompok.
4. Analisis Korelasi
Analisis korelasi dalam penelitian ini ada dua yaitu korelasi antara motivasi
belajar dengan hasil belajar dan korelasi minat belajar denganhasil belajar.
Analisis korelasi adalah untuk mengtahui adanya pengaruh antara motivasi
belajar dengan hasil belajr siswa dan minat belajar dengan hasil belajar
siswa. Untuk mengetahui adanya korelasi maka diadakan perhitungan
statistik, yaitu dengan uji normalitas dan uji Spearmen Rank.
a. Uji Normalitas Kolmogoorov-Smirnov
Uji normalitas dipakai untuk menganalisis apakah pada data minat dan
hasil belajar siswa memenuhi sebara kurva normal. Apabila terbukti
tidak normal maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan uji
Spearmen Rank untuk mengtahui korelasi antara motivasi belajar dan
hasil belajar siswa serta minat belajar dan hasil belajar siswa.
b. Uji Korelasi Spearmen Rank
Untuk mengetahui korelasi antara motivasi belajar dan hasil belajar
siswa serta minat belajar dan hasil belajar siswa, maka masing-masing
harus dikorelasikan. Karena sampel dalam penelitian ini kurang dari 30
maka rumus korelasi yang digunakan adalah korelasi Spearmen Rank.

17
DAFTARPUSTAKA

Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Herman Hudoyo. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Ragrafindo Persada

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyanto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. 2010. Penelitian Tindakan. Yogyakarta : Aditya Media

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara Winkel, W.S.
1987. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Gramedia

Wono Setya Budhi. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VII Semester 1. Bandung: PT.
Gelora Aksara Pratama.

18
1
SEMINAR MATEMATIKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN


PROBLEM SOLVING PADA MATERI BANGUN DATAR SISWA KELAS VII A
SMPN 1 MEDAN

Dosen Pembimbing
Drs. Isran Rasyid Karo-Karo S M,Pd

Oleh :
Kelompok 4/PMM-1 Smt VII

Nama Nim
Annisa Sabrina 0305172097
Auliyah Zahira 0305172096
Eny Septiani 0305172080
Rika Syahriani 0305172104

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2020
Abstrak

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memberikan peranan


penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataanya matematika justru dianggap
sebagai momok yang sangat menakutkan bagi siswa. Berawal dari permasalahan itu maka
perlu adanya perubahan dalam pembelajaran sehingga asumsi buruk tentang matematika
sedikit demi sedikit akan hilang. Salah satunya yaitu dengan menerapkan pembelajaran
pendekatan pemecahan masalah (problem solving).
Pendekatan pembelajaran ini diyakini sesuai dengan karakter siswa kelas VII G
SMPN I Sumbergempol Tulungagung karena dalam pembelajaran ini menggunakan alat
bantu peraga matematika yaitu jaring-jaring bangun datar persegi dan persegi panjang dalam
memahami konsep bangun tersebut.serta adannya kuis dan hadiah menarik yang membuat
siswa menjadi semangat untuk belajar aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah menjadi
yang terbaik.
Rumusan masalah dari model pembelajaran pendekatan pemecahan masalah (problem
solving) ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran pendekatan pemecahan
masalah (problem solving) untuk meningkatkan hasil belajar bangun datar pada siswa kelas
VII A SMPN I Medan.
Penerapan model pendekatan ini dilaksanakan dengan tujuan: Untuk mengetahui hasil
belajar matematika melalui pendekatan pemecahan masalah (problem solving) yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa tentang bangun datar persegi dan persegi panjang di kelas
VII A SMPN1 Medan.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindak Kelas(PTK). Penelitian ini
dilaksanakan dengan dua siklus yang mana dalam satu siklus dibagi menjadi dua kali
pertemuan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data Penelitian
Tindak Kelas (PTK). Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah : (1) Tahap perencanaan, (2) Tahap pelaksanaan tindakaan, (3) Tahap observasi, dan
(4) Tahap Refleksi.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga penyusunan proposal ini
bisa berjalan dengan lancar. Allahuma Ahalli A’la Saidina Muhammad tetap tercurahkan
kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan kepada
seluruh umatnya.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga proposal ini dapat terselesaikan, terutama kepada :

1. Bapak Drs. Isran Rasyid Karo-karo S. M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Seminar Matematika.
2. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung
dan membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
sehingga terjadi penyempurnaan. Dan semoga proposal ini bermanfaat khususnya pada
pendidikan matematika.

Medan, 06 Desember 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1

B. Fokus Penelitian ........................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

D. Kegunaan Penelitian ................................................................. 3

E. Penegasan Istilah ....................................................................... 4

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 7

A. Pengertian Belajar ...................................................................... 7

B. Pendekatan Problem Solving .................................................... 11

C. Bangun Datar ............................................................................ 15

D. Hasil Belajar ............................................................................. 19

E. Penilitian Terdahulu ...................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 28

A. Pola / Jenis Penelitian ................................................................. 28

B. Lokasi Penelitian ........................................................................ 28

iii
C. Kehadiran Peneliti ...................................................................... 28

D. Sumber Data .............................................................................. 28

E. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 29

F. Teknik Analisis Data ....................................................... 29

G. Pengecekan keabsahan Data ....................................................... 30

H. Tahap-tahap Penelitian .................................................... 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi sekarang
ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.Salah satu wahana untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.
Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan layak sebagaimana tercantum.
Dalam UUD 1945, dan diatur melalui peraturan pemerintah, sedangkan pelaksanaan,
program pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradapan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, beriman, cakep, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta tanggung jawab.1
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah memberikan
pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia. Matematikapunya peranan yang esensial
untuk ilmu lain yang utama sains dan teknologi.2
Dalam Pengajaran matematika guru seharusnya tidak mendominasi kelas dan
pengajaran terpusat pada anak. Agar siswa aktif, gembira dan senang matematika. Hal ini di
lakukan untuk menghilangkan anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit,
tidak menyenangkan.
Guru menghadapi kesulitan dalam pengajaran bagaimana dalam menyelesaikan
masalah dengan baik, dilain pihak siswa menghadapi kesulitan bagaimana menyelesaikan
masalah yang diberikan guru, berbagai kesulitan ini muncul antara lain karena mencari
jawaban di pandang sebagai satu–satunyatujuan yang ingin dicapai. Karena hanya terfokus
dengan jawaban, anak seringkali salah dalam memilih teknik penyelesaian yang sesuai.3
Para pelajar memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari–hari, misal dapat berhitung, dapat menghitung
isi dan berat, dapat mengumpulkan mengelola, menyajikan dan menafsirkan data, dapat
menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu agar mampu mengikuti pelajar matematika
lebih lanjut, untuk membantu memahami bidang studi lain seperti fisika, kimia, arsitektur,

1
Undang-Undang Dasar Ri No.20 Tahun 2003,Tentang System Pendidikan Nasional,(Tulungagung:Setia Kawan,2003), Hal. 7
2Herman hudoyo,Stretegi Mengajar Belajar Matematika,( Malang : Ikip Malang, 1990 ), hal. 62
3
Erman suherman dkk, strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (bandung : 2003),hal. 92

1
farmasi, geografi, ekonomi, dan sebaginya, dan agar para siswa dapat berfikir logis, kritis,
dan praktis, serta bersikap positif dan berjiwa kreatif.4
Untuk mengatasi permasalahan upaya peningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika yaitu melalui pembenahan gaya mengajar antara lain, pembelajaran
yang biasanya cenderung satu arah dan hanya mementingkanhasil dibenahi menjadi
pembelajaran dengan pendekatan problem solving.
Belajar dengan pendekatan pemecahan masalah problem solving akan mampu
mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah serta mengambil
keputusan secara objektif dan rasional.
Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) bukanlah metode atau pendekatan
yang baru bagi guru, dalam arti guru telah membantu siswa menyelesaikan masalah yang
dihadapinya, hanya saja pemberiannya masih tersamar dengan kata lain siswa tidak
menyadari bahwa mereka telah dibantu menyelesaikan masalah.
Salah satu materi matematika yang memerlukan kemampuan problemsolving
(pemecahan masalah) adalah luas, keliling bangun datar persegi dan persegi panjang. Meteri
ini merupakan salah satu materi dalam matematika yang relatif cukup sulit. Kebanyakan
siswa masih kesulitan dalam mengaplikasikan rumus keliling dan luas bangun datar persegi
dan persegi panjang ke dalam soal cerita atau soal yang berbentuk pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil observasi di SMPN I Medan terhadap penilaian pemecahan
masalah sebelum adanya tindakan kelas pada materi bangun datar khususnya bangun persegi
dan persegi panjang. Faktamenunjukkan bahwa lebih dari 75 % dari 38 siswa kelas VII A
SMPN I Medan belum mampu memecahkan masalah. Strategi belajar dilakukan untuk
mendorong siswa belajar atas kemauan diri sendiri. Siswa di harapkan benar-benar mampu
aktif dalam belajar, sebab dalam belajar aktif dapat menyimpan ingatan siswa mengenai apa
yang di pelajari tersebut lebih lama di bandingkan belajar pasif.
Pada kenyataan pembelajaran matematika khususnya di SMPN I Medan belum
menampakkan hasil belajar yang memuaskan. karena kecendrungan siswa tidak tertarik pada
mata pelajaran matematika mereka beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang
sulit di pahami, menakutkan dan membuat mereka males menjenuhkan dan berakibat ngantuk
atau ramai sendiri tidak memperhatikan materi pelajaran.
Hal ini sangat mempengaruhi tinggi rendahnya pemahaman materi yang di terangkan
oleh guru yang akan diterima siswa. Dan hal ini otomatis akan berpengaruh pada hasil belajar

4
Erman suherman dkk, strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (bandung : 2003),hal.60

2
mereka.Memiliki ketrampilan dalam pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan dari
pembelajaran matematika dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
belajar.
Berdasarkan uraian diatas, saya ingin meneliti untuk mengembangkan pembelajaran
matematika dengan pendekatan problem solving yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
SMPN I Medan.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapatdirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk pembelajaran matematika melalui pendekatan problemsolving
(pemecahan masalah) pada materi bangun datar sebagai upaya untukmeningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN I Medan?
2. Bagaimana hasil belajar matematika setelah diterapkannya pembelajaranmelalui
pendekatan problem solving (pemecahan masalah) pada materibangun datar siswa kelas
VII SMPN I medan ?
C. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui fokus penelitian, maka langkah selanjutnyamerumuskan tujuan
penelitian, yaitu :
1. Mendeskripsikan pembelajaran matematika melalui pendekatan problemsolving
(pemecahan masalah) pada materi bangun datar sebagai upayameningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas VII A SMPN 1 Medan.
2. Mendeskripsiksan bagaimana hasil belajar matematika setelah
diterapkannyapembelajaran melalui pendekatan problem solving (pemecahan masalah)
pada materi bangun datar siswa kelas VII A SMPN I Medan.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan dari tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini yang
diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung
ataupun tidak langsung.
Adapun manfaat penelitan ini adalah sebagai berikut:
1. Siswa
Dengan diterapkan pendekatan yang sesuai dengan penyusunanmaterinya, siswa dapat
mengerti dan memahami materi luas, keliling bangundatar yaitu persegi dan persegi
panjang secara jelas, selain itu dapatmeningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa
dalam proses pemecahanmasalah sehingga hasil belajar siswa lebih baik.
3
2. Guru bidang study
Guru dapat termotivasi untuk melakukan inovasi dalam kegiatanbelajar mengajar
dengan menerapkan pendekatan problem solving demimeningkatkan hasil belajar para
siswa.
3. Lembaga Sekolah
Memberikan masukan guna meningkatkan kualitas mengajar gurudalam
mengembangkan pembelajaran matematika bagi siswa sekaligus sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar.
4. Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pemahaman dari objek yang ditelitiguna
penyempurnaan dan bekal dimasa yang berikutnya.
E. Penegasan Istilah
1. Pemahaman Secara Konseptual
a. Hasil belajar adalah
Menurut Gagne, sebagaimana menurut Dahar bahwa pengertian hasil belajar
adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita pada stimulus yang ada
dilingkungan, yaitu menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi
stimulus–stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori–
kategori.
b. Pendekatan problem solving atau pemecahan masalah
Adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan
atau kendala ketika suatu jawaban belum tampak jelas.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa Problem solving adalahsuatu situasi yang
tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok berfikir
secara kreatif untuk menemukan jawaban, dan problem solving adalah upaya individu atau
kelompok untuk pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka
memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut.
Dalam pemecahan masalah dijelaskan oleh polya terdiri dari:
1. Memahami masalah
2. Merencanakan penyelesaian
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana
4. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.
2. Penegasan Operasional

4
Peningkatan pembelajaran matematika melalui pendekatan problem solving adalah suatu
penelitian yang lebih menekankan kepada siswa untukdapat meningkatkan kemapuan
pemecahan masalah matematika dengan strategiyang berbeda pada setiap masalah.
Dengan penerapan pembelajaran tersebut diharapkan dapatmeningkatkan hasil lebih
baik yang di peroleh siswa selama mengikuti pelajaran, Sehingga dapat memperbaiki hasil
belajar siswa dalam mengatasikesulitan matematika di sekolah maupun dalam kehidupan
sehari–hari.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab yaitu:
Bab I Pendahuluan:
(a) latar belakang masalah,
(b) fokus penelitian, (rumusan masalah),
(c) tujuan penelitian,
(d) kegunaan hasil penelitian,
(e) penegasan istilah,
(f) sistematika skripsi.
Bab II Kajian Pustaka:
(a) hakikat belajar,
(b) hakikat matematika,
(c) persegi dan persegi panjang
(d) pendekatan pemecahan masalah (problem solving),
(e) hasil belajar
Bab III Metode Penelitian:
(a) jenis penelitian,
(b) lokasi penelitian,
(c) kehadiran peneliti,
(d) sumber data,
(e) prosedur pengumpulan data,
(f) teknik analisa data,
(g) pengecekan keabsahan data,
(h) tahap-tahap penelitian.
Bab IV Paparan Hasil Penelitian:
(a) paparan data,
(b) temuan penelitian,
5
(c) pembahasan.
Bab V Penutupan:
(a) kesimpulan,
(b) saran.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Matematika

1. Definisi Matematika
Sebenarnya sampai saat ini belum ada definisi yang tunggal tentang matematika.
Hal ini terbukti dengan banyaknya definisi dari para ahli tentang matematika.
Istilah Matematika sendiri sebenarnya berasal dari kata Yunani “mathein” atau
“mathenein” yang artinya mempelajari.5 Dalam bahasa Sansekerta matematika
diistilahkan sebagai “medho” atau “widyo” yang berarati kepandaian6. Sedang menurut
James dan James, matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan
besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya yang jumlahnya banyak. .7
Pengertian matematika secara epistomologi ilmu adalah bukan ilmu melainkan
merupakan bahasa artificial yang bersifat eksak, cermat dan terhindar dari rona emosi,
lambang-lambang matematika yang bersifat artificial yang akan memiliki arti jika
sebuah makna diberikan kepadanya. Pendapat saya ini dikuatkan oleh beberapa
pendapat lainnya tentang hakekat matematika, diantaranya.
Beberapa pendapat muncul tentang pengertian matematika tersebut, di pandang
dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang berbeda. Ada yang mengatakan
matematika itu bahasa simbul, matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah
bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional, matematika
adalah metode berfikir logis, matematika adalah sarana berfikir, matematika logika pada
masa dewasa, matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya,
matematika adalah sain mengenai kuantitas dan besaran, matematika adalah suatu sain
yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu, matematika adalah sain
formal yang murni, matematika adalah sains yang memanipulasi simbul, matematika
adalah tentang ilmu bilangan dan ruang, matematika adalah ilmu yang mempelajari
hubungan pola, bentuk, dan struktur, matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif,

5
M. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelegence : Cara Cerdas Melatih Otak Dan
Menanggulangi Kesulitan Belajar, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007) hal 42
6
Ibid.,hal 42
7
Erman Suherman, dkk, Strategi..., hal 16.

7
matematika adalah aktifitas manusia.8
Secara istilah dalam menguraikan tentang hakekat matematika banyak
dikemukakan beberapa pendapat tokoh dari sudut pandangnya masing-masing.
Sementara itu tokoh lain yaitu Herman Hudoyo mengatakan bahwa hakekat matematika
adalah “Berkenaan dengan ide-ide, struktur, dan hubungannya yang diatur menurut
aturan yang logis”.9
Beberapa pendapat para para ahli diatas bahwa matematika berkenaan dengan
suatu ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara herarkis dan
penalarannya deduktif. Hal yang demikian membawa akibat bagaimana terjadinya
proses belajar nanti. Namun dari kesemua pendapat, pengertian dan definisi tersebut,
dapat dirangkum karakteristik matematika secara umum, karakteristik tersebut adalah:
a. Memiliki objek kajian abstrak
b. Bertumpu pada kesepakatan
c. Berpola pikir deduktif
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
e. Memperhatikan semesta pembicaraan
f. Konsisten dalam sistemnya.10

2. Proses Belajar Matematika


Orientasi pembelajaran matematika saat ini diupayakan dapat membangun
persepsi positif dalam mempelajari matematika dikalangan peserta didik karena
matematika cenderung dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh anak. Kendala yang
terjadi dalam pembelajaran matematika berkisar pada karakteristik matematika yang
abstrak, masalah media, masalah strategi yang digunakan guru tidak sesuai dengan
materi yang diajarkan, masalah siswa yang tidak mempunyai kesadaran betapa
pentingnya pelajaran matematika untuk kehidupan sekarang ataupun mendatang.
Karena jika guru tidak dapat menciptakan suasana yang mendukung dalam proses
belajar maka hasilnya juga kurang memuaskan dan ini akan menjadi kendala bagi anak
dalam memahami matematika. Sehingga dalam hal ini guru dipacu untuk memberikan

8
Erman suherman dkk, strategi pembelajaran matematika kontemporer. (Bandung :
universitas pendidikan Indonesia,2003).hal 15

9
Herman Hudoyo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. (Malang: IKIP Malang, 2001),
hal. 96.
10
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia,Konstatasi Keadaan Masa KINI Menuju Harapan Masa
Depan , (Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hal 13

8
gambaran-gambaran yang rasional tentang kemudahan dan kegunaan matematika bagi
anak sehingga anak bisa belajar dengan baik dan menghasilkan prestasi yang
memadai.
Jadi strategi yang digunakan oleh guru harus cocok dengan materi dan keadaan
siswa. Karena hal ini sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar matematika.
Dengan demikian sebelum membahas strategi pembelajaran berikut kita uraikan
definisi Belajar Matematika.
Penulis memahami bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Jadi semakin jelas bahwa dalam belajar diharapkan akan membuat siswa
bertambah pengetahuannya dan akan mengalami perubahan tingkah laku yang baik.
Dalam belajar matematika juga diharapkan akan seperti itu. Dimana setelah belajar
matematika siswa memperoleh pengetahuan baru dan dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Karena belajar bukan hanya menghafal, tetapi juga
adanya proses berfikir untuk memecahkan masalah. Misalnya dapat menyelesaikan
luas tanah yang berbentuk persegi panjang dan berapa biaya yang diperlukan untuk
mendirikan sebuah rumah setelah ia mempelajari tentang persegi panjang
Pendapat penulis didukung atau dikuatkan oleh beberapa pendapat telah
mendefinisikan belajar adalah sebagai berikut:
Sebagai pelajar, tugas utamanya adalah belajar. Belajar merupakan aktifitas rutin
yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.11
Jadi yang dimaksud dengan belajar matematika adalah belajar untuk memahami
dan memecahkan masalah yang berkaitan konsep, prinsip, dan fakta matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
a. Mengajar Matematika
Mh. Uze Usman berpendapat bahwa mengaja merupakan usaha mengoganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaan yang
menimbulkan proses belajar. Sementara itu menurut Herman Hudoyo, mengajar adalah
proses interaksi antara guru dan siswa dimana guru mengharapkan siswanya dapat
menguasai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru.12

11
Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah. (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2006), hal. 103.

12
Herman Hudoyo, Pengebangan Kurikulum …, hal. 107

9
Dari pengertian di atas mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat
berperan sebagai organisator dalam kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya guru
mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar
kelas, dan yang menunjang kegiatan belajar-mengajar.

Jadi mengajar matematika diartikan sebagai upaya memberikan rangsangan


bimbingan, pengarahan tentang pelajaran matematika kepada siswa agar terjadi proses
belajar yang baik.

Menurut Moh. Uzer Usman proses belajar mengajar adalah suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.13

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah
serangkaian kegiatan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai
evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.
b. Pendekatan Pembelajaran Matematika
Ketika orang akan mengerjakan sesuatu, maka orang tersebut mestinya
menetapkan sasaran yang hendak dicapai. Untuk mencapai sasaran itu seseorang
memilih pendekatan yang tepat sehingga diperoleh hasil yang optimal, berhasil guna
dan tepat guna. Beda bagian terdahulu telah dijelaskan makna dari pendekatan
matematika, yaitu cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar
konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa.
Nisbet (1985) bahwa tidak ada cara belajar (tunggal) yang paling benar, dan cara
mengajar paling baik, orang-orang berbeda dalam kemampuan intelektul, sikap, dan
kepribadian sehingga mereka mengadopsi pendekatan-pendekatan yang
karakteristiknya berbeda untuk belajar.14
Dari uraian diatas dapat penulis katakan bahwa masing-masing individu akan
memilih cara dan gayanya sendiri untuk belajar dan untuk mengajar, namun setidak-

13
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru …, hal. 4

14
Erman suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer ,(jakarta UPI
Press,2003), hal 74

10
tidaknya ada karakteristik tertentu dalam pendekatan pembelajaran tertentu yang khas
dibanding dengan pendekatan yang lain. Dalam skripsi ini penulis akan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah (problem solving) untuk menyelesaiakan masalah
yang ada dalam soal di matematika.
c. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak
guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu: Pertama, dalam proses
pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut
siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktifitas siswa dalam
proses berfikir, Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses
Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan berfikir siswa.
Dari pendapat-pendapat di atas menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada
kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada guru mengajar. Pembelajaran
matematika harus memberikan peluang kepada peserta didik untuk berusaha dan
mencari pengalaman tentang matematika.
B. Pendekatan pemecahan masalah (problem solving)

Banyak sekali pengertian dari problem solving tetapi dari pengertian itu dapat di ambil
kesimpulan yang sama yaitu cara memecahkan masalah.

Pada tingkat ini peserta didik dapat menggabungkan beberapa kaidah menjadi
prinsip-prinsip pemecahan masalah/problem sehingga dengan diberi kebebasan
berfikir peserta didik lebih termotivasi untuk belajar kelompok memberi keuntungan
akan timbulnya kesadaran untuk saling membantu kepada siswa yang tergolong lemah
potensi. Dengan cara ini akan lebih meningkatkan hasil belajar siswa.

Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang
mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban. Dan
masalah adalah suatu situasi atau pertanyaan yang dihadapi individu atau kelompok
ketika mereka tidak mempunyai aturan, alogaritma/prosedur tertentu atau hukum yang
segera dapat digunakan untuk menentukan jawabannya. problem solving adalah upaya

11
individu atau kelompok untuk pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut.

Problem solving itu sendiri diartikan sebagai kemampuan seseorang


menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang dimilikinya untuk
menyelesaikan situasi (permasalahan) yang tidak dihadapinya sampai masalah tersebut
menjadi bukan masalah lagi.

Hal ini di perkuat oleh beberapa definisi diantaranya sebagai berikut:

Pendapat Pehkonen dalam usaha mendorong berfikir kreatif dalam matematika


digunakan konsep masalah suatu situasi tugas. Guru meminta siswa menghubungkan
informasi-informasi yang diketahui dan informasi tugas yang harus dikerjakan,
sebagai tugas itu merupakan hal baru bagi siswa.15 Pemecahan masalah adalah suatu
proses upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika
suatu jawaban belum tampak jelas.16

Pendapat Polya sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai
suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai.17

Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktifitas intelektual yang
tinggi jenis belajar ini merupakan suatu proses psikologis yang melibatkan tidak hanya
sekedar aplikasi dalil-dalil atau teorema-torema yang di pelajari. Sekali lagi di
tekankan, pemecahan masalah harus didasarkan atas struktur kognitif, siswa
mempunyai kemungkinan kecil untuk dapat menyelesaikan masalah yang telah
disajikan. Bisa dikatakan juga bahwa pemecahan masalah adalah proses yang
ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai
masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya.

Para pakar mengemukakan berbagai langkah dalam melakukan pemecahan


masalah tetapi pada hakekatnya cara yang dikemukakan sama. Dalam penerapan
model problem solving, salah satu pendekatan yang terkenal adalah pendekatan

15
Tatang yuli eko siswono,model pembelajaran matematika berbasis pengajuan dan pemecahan masalah
untuk meningkatkan kemampuan berfikir kretif(surabaya:Unesa universiti press,2008),hal .34
16
Ibid., hal. 35
17
Herman hudojo,pengembangan kurikulum matematika pelaksanaan di dean kelas,(surabaya:Usaha
Nasional,2003) hal. 112

12
menurut Polya, solusi pemecahan masalah ada empat langkah fase penyelesaian, yaitu
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan penyelesaian sesuai
dengan rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang
telah dikerjakan.18

Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan 4 fase diatas sebagai berikut :

1. Memahami masalah (Undertand the problem)


Fase yang pertama adalah memahami masalah adalah merupakan langkah awal
menyelesaikan masalah, hal ini sangat penting dikarenakan Tanpa mengetahui apa
yang terjadi tentunya kita tidak akan mungkin mengetahui bagaimana harus
menghadapinya. Memahami masalah dalam menyelesaikan masalah dapat dilakuan
dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan masalah tersebut, diantaranya
apa yang diketahui dari soal, apakah yang ditanyakan soal, apa saja informasi yang
diperlukan, dan bagaimana menyelesaikan soal tersebut, serta kemungkinan
pertanyaan-pertanyaan lain yang mengarah pada pemahaman tentang masalah yang
ada.
Adanya pemahaman masalah terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak
mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.
2. Membuat rencana penyelesain masalah (devise a plan)
Menyelesaikan sebuah masalah yang sudah dipahami tidak akan berjalan dengan
baik, jika proses penyelesaiannya tidak direncana penyelesaian masalah, kegiatan kita
diarahkan kepada pemilihan strategi- strategi yang tepat untuk menyelesaikan
masalah. Akan tetapi dalam mengidentifikasi strategi yang tepat untuk menyelesaikan
masalah, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan
permasalahan yang akan dipecahkan. Pada fase yang kedua siswa harus mampu
menyusun rencana penyelesaian masalah pada fase ini umumnya semakin bervariasi
pengalaman mereka, ada kecendrungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana
penyelesaian masalah.
3. Melaksanakan rencana yang telah di tetapkan (carry out the plan)
Jika siswa telah memahami permasalahan dan menentukan strategi yang tepat
dalam melaksanakan penyelesaian soal sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini, kemampuan siswa memahami substansi materi dan keterampilan siswa

18
Eman suherman, Strategi pembelajaran...,hal. 91

13
melakukan perhitungan- perhitungan matematika akan sangat membantu siswa untuk
melakukan rencanaa penyelesaian masalah. Pada fase yang ketiga adalah
menyelesaikan penyelesaian sesuai dengan rencana penyelesaian suatu masalah yang
dianggap paling tepat.
4. Memeriksakan ulang jawaban yang diperoleh ( lok black at the completed solution)
Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh sangatlah penting, hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban yang kita peroleh sudah selesai dengan
ketentuan yang ada. Langakah ini juga menentukan apakah hasil penyelesaian
masalah, atau dilakukan penyelesaian kembali karena terdapat beberapa hal yang
keliru sehingga jawabannya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Pada fase ke empat
adalah fase yang terakhir merupakan proses penyelesaian masalah menurut Polya
adalah melakukan pengecekan apa yang telah di kerjakan. Dengan seperti ini maka
berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat di koreksi kembali sehingga siswa dapat
sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
Keempat langkah tersebut merupakan proses penyelesaian masalah yang paling
sering digunakan dalam pemecahan masalah (problem solving) matematika. Sehingga
dalam pengembangan pedoman pembelajaran matematika yang akan yang akan
dilakukan dilakukan dalam penelitian ini, mengikuti proses penyelesaian masalah
sebagaimana yang dikemukakan oleh Polya.
Kelebihan dalam problem solving ini adalah merupakan salah satu penggunaan
metode dalam pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah
baik itu masalah pribadi atau kelompok untuk dipecahkan sendiri atau bersama.
Orentasi pembelajarannya adalahinvestigasi penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah (problem solving).
Adapun kelebihan pendekatan problem solving adalah sebagai berikut :
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan,
2. Berfikir dan bertindak kreatif
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realities
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
5. Menafsirkan dan melakukan penyelidikan
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa
7. Dapat membuat penyelidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dunia kerja.
Setiap pendekatan pembelajaran pasti mempunyai kelemahan ketika diterapkan
14
dalam proses belajar mengajar. Untuk kelemahan pendekatan problem solving
diantaranya sebagai berikut :
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan pendekatan ini. Misalnya
alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta
akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan pendekatan
pembelajaran yang lain.
3. Bila guru tidak pandai memilih soal, bisa jadi seorang siswa dapat menjawab
pertanyaan yang sejenis sehingga dengan mudah ia dapat menjawab dengan cepat,
sehingga problem solving diajarkan sebagai latihan untuk ketrampilan belaka.
4. Jika masalah yang diajarkan tidak bermakna, siswa mempunyai kemungkinan
kecil untuk dapat menyelesaikannya.
5. Jika problem solving diterapkan pada sekolah yang sebagian besar muridnya tidak
mempunyai minat terhadap matematika, maka akan semakin menganggap bahwa
pelajaran yang paling sulit, sehingga mereka akan bertambah malas untuk belajar
matematika.
Memang tidak mudah menerapkan model pembelajaran problem solving dalam
proses pembelajaran, namun sebagai pendidik sudah sepantasnya untuk
mengembangkan kompleknya.

C. BANGUN DATAR

Materi bangun datar diberikan pada siswa kelas VII semester II, pembelajaran
tentang materi ini dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap dunia sekitar,
pengenalan bangun datar ini mulai dikenalkan sejak siswa SD sampai menengah.
Siswa akan tertarik untuk mempelajari bangun datar jika mereka terlibat secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Salah satu
upaya yang di lakukan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mempelajari luas dan keliling bangun datar khususnya persegi dan persegi panjang
dengan menguasai konsep tersebut maka hasil belajar siswa diharapkan dapat
meningkat.
a. Persegi.
1. Pengertian persegi
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat bangun datar yang berbentuk
segi empat tapi memiliki panjang sisi yang sama. Maka bangun ini disebut persegi

15
untuk sebagai contohnya pun juga banyak diantarnya adalah bingkai foto, teralis
jendela, dan ubin dan lain sebaginya. Untuk mengetahui pengertian persegi secara
umum ada beberapa definisi diantaranya adalah :
persegi adalah bangun segi empat yang memiliki empat sisi sama panjang dan
empat sudut siku-siku.19
Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang.20Gambar
dibawah ini adalah merupakan sebuah persegi ABCD.
Bagaimana panjang setiap sudut persegi tersebut?
A B

C D
Gambar 2.1

Untuk lebih jelasnya kita tentang pesegi adalah dengan mengetahui sifat-sifat
yang ada pada persegi .
2. Sifat-sifat persegi
Untuk lebih mudah memahami dan mengetahui bagaimana sebuah persegi
adalah maka penulis akan menyebutkan ciri-ciri dari persegi tersebut diantaranya:
Dari ciri-ciri bangun persegi kita dapat membahasnya satu persatu :
1. Semua sisi persegi adalah sama panjang
Persegi ABCD dibalik menurut diagonal ?
D C D C

A B A B

Gambar 2.2

19
Dewi nuharani,matematika konsep dan aplikasinya,(surabaya: pusat perbukuan DPN,2008) ,hal 256.
20
Sukino, wilson Simangunsong, matematika untuk smp kelas VII,(Jakarta:erlangga,2006),hal 289

16
Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan sama panjang membentuk sudut
siku-siku.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sifat-sifat persegi sebagai berikut:
Untuk lebih mudah memahami dan mengetahui bagaimana sebuah persegi
adalah maka penulis akan menyebutkan ciri-ciri dari persegi tersebut diantaranya:
1. Semua sisinya sama panjang dan sisi-sisi yang berhadapan sejajar

Gambar 2.4
2. Setiap sudutnya siku siku-siku.

Gambar 2.5

3. Mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang, berpotongan di tengah-


tengah, dan membentuk siku-siku.

Gambar 2.6

4. Setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.18

17
45˚
Gambar 2.7
2. Keliling dan luas persegi
a. Keliling persegi adalah jumlah panjang seluruh sisi-sisinya.
Perhatikan gambar di bawah ini menunjukkan bangun persegi KLMN
dengan panjang sisi = KL = 4 satuan.
Keliling persegi KLMN = KL X LM
= ( 4 X 4) satuan luas
= 16 satuan luas

Jadi, keliling persegi dengan panjang sisi s adalah

3. Luas persegI

Luas persegi adalah sama dengan kuadrat panjang sisinya.

L=sxs
= s²

• Contoh mencari keliling persegi :

Hitunglah keliling sebuah persegi yang panjang sisinya 5 cm. Penyelesaian :

Sisi (s) = 5 cm

Keliling (K) = 4 x sisi

= 4 x 5 cm

= 20 cm

Jadi, keliling persegi 20cm

18
D. Hasil belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya,

yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan

akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input

secara fungsional. Sedangkan belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.21

Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang

mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang

harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk

mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar. Dari

penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa

akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas

sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar dan juga di dukung oleh

beberapa pendapat diantaranya adalah:

Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita

berikan pada stimulus yang ada dilingkungan, yaitu menyediakan skema yang

terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus – stimulus baru dan menentukan hubungan

di dalam dan diantara kategori – kategori.22

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap

dan tingkah lakunya.23Berdasarkan pengertian uraian ini penulis menyimpulkan bahwa

pengertian hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa selama proses belajar baik

21
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hal. 39
22
Ibid. hal, 42
23
Ibid. hal, 45

19
dalam bentuk penugasan ilmu pengetahuan, pembentuk sikap dan kepribadian,

peningkatan minat semangat belajar, maupun perolehan pengalaman baru.

Di sekolah hasil belajar diperlihatkan dari penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran dan dilambangkan dengan angka atau huruf, misalnya nilai antara 0-10, 0-

100, 1-4 atau A, B, C, D.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi

dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal

a. Faktor Biologis (Jasmaniah)

Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau

jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan

sehubungan dengan faktor biologis ini di antaranya sebagai berikut : 1) kondisi fisik

yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai lahir sudah

tentu merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang. 2)

kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar atau fit sangat mempengaruhi

keberhasilan belajar seseorang. Misalnya dengan makan dan minum yang memenuhi

persyaratan kesehatan dan olahraga secukupnya.

b. Faktor Psikologis (Rohaniah)

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal

yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat

menunjang keberhasilan belajar antara lain: Intelegensi, Kemauan, Bakat, Daya ingat,

Daya konsentrasi.

Faktor Eksternal

c. Faktor Lingkungan Keluarga

20
Kodisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar

seseorang di antaranya ialah adanya hubungan yang harmonis di antara sesama

anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai,

keadaan ekonomi keluarga yang cukup, suasana lingkungan rumah yang cukup tenang,

adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan

pendidikan anak-anaknya.

d. Faktor Lingkungan Sekolah

Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan

belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan

konsisten.

Kondisi lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain

adalah adanya guru yang baik dalam jumlah yang cukup memadai sesuai dengan

jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung

sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik,

adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan di antara semua personil

sekolah.

e. Faktor Lingkungan Masyarakat

Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar

diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang melaksanakan

kursus-kursus tertentu, seperti kursus bahasa asing, keterampilan tertentu, bimbingan

tes, kursus pelajaran tambahan yang menunjang keberhasilan belajar di sekolah.

f. Faktor Waktu

Sebenarnya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mencari dan menggunakan

waktu dengan sebaik-baiknya agar disatu sisi siswa dapat menggunakan waktunya

untuk belajar dengan baik dan di sisi lain mereka juga dapat melakukan kegiatan-

21
kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi yang sangat bermanfaat pula untuk

menyegarkan pikiran (refreshing).

Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat hiburan

atau rekreasi itu sangat perlu. Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi belajar yang

maksimal, siswa pun tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran yang

berlebihan serta merugikan.24

3. Aspek-aspek Hasil Belajar

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang

kognitif (penguasaan intelektuak), bidang effektif (berhubungan dengan sikap dan

nilai), serta bidang psokomotor (kemampua/ketrampilan bertindak/perilaku).

Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang herarki. Sebagai

tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di

sekolah.

Berikut ini dikemukan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar

adalah sebagai berikut :

Tipe hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif ini terdiri dari beberapa unsure diantarnya adalah:

a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge)

Pengetahuan hafalan di maksudkan sebagai terjemahaan dari kata “ knowledge”

dari bloom. Cangkupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang

sifat factual, disamping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu di ingat

kembali adalah seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan lain

sebagainya.

b. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention).

24
Thursam Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta : Puspa Swara, 2004), hal. 20-21

22
Tipe hasil pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan

hafalan. Pemahaman memerlukan konsep. Untuk itu maka diperlukan adanya

hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep

tersebut.

c. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi).

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan mengabstraksikan suatu konsep,

ide, rumus, hokum dalam situasi yang baru. Misalnya, memecahkan masalah dengan

mengugunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hokum dalam suatu

persoalan. Jadi dalam aplikasi harus ada konsep,teori, hokum, rumus. Dalil hokum

tersebut, diterapkan dalam pemecahan suatu pemecahan masalah (situasi tertentu).

Dengan perkataan lain, aplikasi bukan ketrampilan motorik tetapi lebih banyak

ketrampilan mental.

d. Tipe hasil belajar analisis

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang

utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian- bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai

tingkat/hirarki. Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang

memanfaatkan unsur tipe hasil belajar yang sebelimnya, yakni pengetahuan,

pemahaman, aplikasi. Analisis sangat diperlukan bagi para siswa sekolah menengah

apalagi di Perguruan Tinggi.

e. Tipe hasil belajar sitesis

Sintesis adalah lawan dari analisias. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan

menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sintertis adalah

kesanggupan menyatakan unsure atau bagian menjadi satu integritas.

f. Tipe hasil belajar evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu

23
berdasarkan judgment yang memilikinya, dan kriteria yang dipakainya.

Tipe hasil belajar bidang afektif

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.

Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar.

Dimulai tingkat yang dasar/sederhana sampai tingkatan yang kompleks.

i. Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan

(stimulasi) dari luar yang datang dari siswa, baik dalam bentuk masalah situasi,

gejala.

ii. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap

stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi,

perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada

dirinya.

iii. Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

gejala atau stimulus tadi.

i. Organisasi, yakni perkembangan nilai kedalam suatu sistem nilai lain dan

kementapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

ii. Karakteristik nilai atau insternalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem

nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan

tingkah lakunya. Disini termasuk keseluruan nilai dan karakteristiknya.

Tipe hasil belajar bidang psikomotorik

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk ketrampilanan (skill),

kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6 tingkatan ketranpilan yakni :

a. Gerakan reflek (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar)


b. Ketetempilan pada gerakan-gerakan dasar.
c. Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan auditif motorik dan
lain-lain.

24
d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan
komplek.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti
gerakan ekspresif, interprestatif.
Tipe hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tapi
selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang
berubah tingakat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap
dan perilakunya. Carl Rogers berpendapat bahwa seseorang yang telah menguasai
tingkat kognitif maka perilaku orang tersebut sudah bisa diramalkan.25
1. Penilaian hasil belajar
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka dilakukan suatu penilaian
terhadap siswa yang bertujuan untuk megetahui apakah siswa telah menguasai
suatu materi pelajaran yang telah dipelajari atau belum. Penilaian merupakan
upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang
ditunjukkan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas
kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif) dan
ulangan tengah semester (submatif) dan nilai ulangan semester (sumatif).Suatu
hasil belajar tersebut pada umumnya dituangkan kedalam skor atau angka yang
menunjukkan semakin tinggi nialainya semakin tinggi pula tingkat
keberhasilannya dalam proses belajar. Begitu pula sebaiknya semakin rendah
nilainya menunjukkan kurang keberhasilannya dalam proses belajar yang ia
lakukan. Dan untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian tersebut
dipergunakan alat berupa test hasil belajar yang biasa di kenal dengan tes
pencapaian (achiefment test).26
Tes yang akan digunakan disini adalah pre-test (tes awal),tes siklus I, test
siklus II dan seterusnya sampai tercapainya keberhasilan pembelajaran ini.
Pengukuran tes hasil belajar secara luas mencangkup tiga kawasan kognitif,
afektif, psikomotori.
Namun dalam hal ini pengukuran di tekankan pada kawasan kognitif saja
yaitu pada bentuk tes tulis.

25
Nana sudjana, dasar-dasar proses belajar mengajar,(bandung : sinar baru algensindo,2004) hal 50-54
26
Anas sudjiono, pengantar evaluasi pendidikan...,hal 28

25
F. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu diantaranya adalah :


Hasil penelitian dari Dhany Erwanto (2011) dengan judul “Pengaruh Penerapan
Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Problem Solving Terhadap Prestasi
Belajar Matematika pokok Bahasan Kubus dan Balok pada siswa kelas V SDN 1 dan 2
Banaran Tulungagung. Tahun ajaran 2009/2010, pada penelitian ini peneliti
membandingkan dengan pembelajaran konvensional, dan pada hasilnya menunjukkan
bahwa pembelajarn Problem Solving terdapat pengaruh terhadap materi kubus dan
balok membuat siswa cenderung lebih aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi, hal ini dapat meningkatkan prestasi siswa meningkat di banding dengan
pembelajaran konvesional.Selain peneliti diatas Mohamad Kozin (2010) dengan
judul” Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Tentang segitiga dengan media Flash
Presentation menggunakan pendekatan Problem solving Pada Kelas VII MTsN
Watulimo Trenggalek Tahun Pelajaran 2009/2010. Dalam penelitian ini penggunaan
media Flash Presentation melalui penerapan pendekatan Problem solving dalam

pembelajaran matematika dapat meningkatkan ketrampilan pemecahan masalah siswa


dengan langkah-langkah penyelesain masalah memudahkan siswa memahami masalah
dan mencari solusinya. Hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, pada
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media flash presentation melalui
penerapan pendekatan problem solving dapat meningkatkan ketrampilan pemecahan
masalah siswa.
Hasil penelitian dari terdahulu maka peneliti dengan Judul “peningkatan hasil
belajar matematika melalui pendekatan problem solving pada materi bangun datar
siswa keles VII SMPN I Medan ”, menunjukkan bahwa pembelajaran problem solving
pada materi bangun datar sangat pengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar
yang semakin tinggi dan mengembangkan kreatifitas siswa.
Pembelajaran problem solving pada materi bangun datar di kelas VII SMPN I

Medan mendapatkan hasil yang memuaskan. Siswa dapat menyelesaikan semua

masalah yang diberikan oleh peneliti. Hal ini dapat dilihat dari nilai terakhir belajar

siswa selama proses pembelajaran

26
27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindak Kelas (PTK) yang bertujuan


mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru atau cara pendekatan baru untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung didunia kerja atau di dunia aktual lain.
PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti, mulai dari perencanaan
sampai dengan penelitian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Dalam penelitian ini, peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian yang
membantu guru sebagai praktisi dan teman sejawat yaitu mahasiswa program studi
matematika semester 8 yang sedang melakukan penelitian dan sebagai pengamat dari awal
sampai akhir penelitian. Penelitian bertindak sebagai perancang tindakan, pengamat
wawancara dan pengumpul data. Dengan demikian metode penelitian yang digunakan
oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitiannya adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).

B. Lokasi Penelitian

Peneliti dilaksanakan dikelas VIIA SMPN 1Medan pada semester genap tahun ajaran
2011/2012.

C. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu PTK, maka kehadiran peneliti di tempat ini
sangat di perlukan sebagai instrumen utama.Yang dimaksud peneliti sebagai instrumen utama
adalah peneliti bertindak, pengambil data dan pembuat laporan hasil penelitian.Peneliti
sebagai pemberi tindakan pembelajaran dengan membuat rencana pembelajaran dan
penyajian bahan ajar dalam proses pembelajaran. peneliti juga sebagai penganalisis data
pembuat laporan hasil penelitian.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VII A SMPN 1 Medan
tahun ajaran 2020/2021. Sedangkan subyek penelitian adalah siswa kelas VII A SMPN 1

28
Medan tahun ajaran 2020/2021, tahun ajaran 2020/2021 dengan jumlah 38 siswa. Sedangkan
subyek wawancara dalam setiap tindakan terdiri 3 siswa, diantaranya siswa yang
berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang, dan berkemampuan rendah.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Sesuai data yang terkumpul dalam penelitian ini maka teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemberian Tes

a. Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman siswa terhadap


materi.
b. Adalah bentuk tes uraian.

2. Wawancara.

Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh gambaran secara mendalam


ataupun segala kesulitan yang dialami siswa mengenai hasil pekerjaan siswa pada setiap
tugas yang diberikan oleh guru. Pada saat wawancara, informan diarahkan untuk menyadari
dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakuakan, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman siswa tersebut.

3. Hasil Observasi

Dalam tindakan ini digukan lembar Oservasi untuk pengumpulan data tentang subyek
penelitian yang meliputi situasi dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran.

4. Hasil Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan sebagai data pelengkap untuk mencatat hal- hal yang
tidak terekam melalui lembar observasi dan wawancara. Misalnya tentang respon dan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

F. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif model mengalir (flow model),
yaitu:

1. Reduksi data

29
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah untuk menyeleksi, memfokuskan dan
menyederhanakan semua data yang diperoleh mulai dari awal pengumpulan data hingga
penyusunan data. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang jelas
dari data tersebut, sehingga peneliti dapat membuat kesimpulan yang dapat di pertanggung-
jawabakan.

2. Penyajian Data

Hasil penafsiran dan evaluasi dapat berupa penjelasan tentang; (a) perbedaan antara
rancangan dan pelaksanaan tindakan, (b) perlunya perubahan tindakan (c) alterntif tindakan
yang dianggap tepat, (d) persepsi peneliti, teman sejawat dan guru yang terlibat dalam
pengamatan dan catatan lapangan terhadap tindakan yang dilakukan, (e) kendala yang di
hadapi dan sebab kendala itu muncul.

3. Penarikan kesimpulan / verivikasi data.

Pada tahap ini yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran
dan evaluasi. Kegiatan ini mencangkup pencarian makna serta memberi penjelasan. Untuk
selanjutnya apabila penarikan kesimpulan masih belum kuat maka perlu dilakukan verifikasi
dari hasil data dan mencocokan makna-makna yang muncul dari data yang diperoleh.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini, digunakan teknik (1) ketekunan
pengamatan (2) triangulasi data (3) pemeriksaan sejawat melalui diskusi.

H. Tahap – tahap Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini mencangkup : (1) tahap pra tindakan, dan (2) tahap
pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaannya tindakan terbagi menjadi beberapa siklus,
sampai siklus berhasil sesuai dengan ketuntasan belajar.

1. Tahap pra tindakan

Kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Observasi awal kesekolahan

b. Wawancara dengan guru bidang studi yang mengajar matematika

30
c. Mengadakan tes awal

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan secara garis besar, peneliti pada umumnya mengenal adanya
empat langkah penting, yaitu pengembangan plan (perencanaan), Act (Tindakan), Observe
(Pengamatan), yang dilakukan secara intensif dan sistematis atas seseorang yang
menggerakkan pekerjaan sehari-hari.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini aktifitas yang dilakukan peneliti terdiri dari kegiatan
sebagai berikut :

a. Menyusun rencana pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran pendekatan


problem solving.

b. Menentukan tujuan pembelajaran.

c. Menyiapkan materi yang akan disajikan dan menyiapkan juga alat peraga yang bisa
mendukung dalam berlangsungnya pembelajaran di kelas.

d. Membuat lembar observasi dengan tujuan untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas
ketika metode tersebut diterapkan.

e. Berdiskusi dengan guru kelas untuk pengkondisian penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan yang dimaksud adalah melaksanakan pembelajaran pada materi pokok


bangun datar persegi dan persegi panjang sesuai dengan rencana pembelajaran, rencana
tindakan dalam proses pembelajaran sebagai berikut :

a. Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.

b. Mengadakan tes awal.

c. Melakukan evaluasi beserta analisisnya.

3. Tahap observasi

31
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi
itu berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi sekarang, terlebih
lagi ketika penelitian berjalan saat ini. Observasi yang yang cermat diperlukan karena
tindakan selalu akan dibatasi oleh keadaan realitas, dan semua kendala itu belum pernah
dapat dilihat dengan jelas pada waktu yang lalu.

4. Tahap refleksi

Aktifitas peneliti yang di kerjakan dalam tahap ini adalah :

a. Menganalisa hasil dari pekerjaan siswa. b. Menganalisa hasil wawancara.

c. Menganalisa lembar observasi siswa.

d. Menganalisa lembar observasi peneliti.

e. Berdiskusi dengan teman sejawat.

Hasil analisa ini akan dilihat apakah kriteria yang telah ditentukan untuk berhasilnya
penelitian sudah tercapai ataukah belum. Jika telah berhasil maka siklus tindakan berhenti.
Namun demikian bila yang terjadi sebaliknya, maka peneliti harus mengulang siklus tindakan
dengan memperbaiki kinerja pembelajaran pada tindakan berikutnya sampai berhasil sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.

32
Proposal Penelitian

PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP HASIL BELAJAR


MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS SISWA PADA MATERI BARISAN BILANGAN DI
KELAS VIII SMP ISLAM SETIA NURUL AZMI

Dosen Pembimbing :
Drs. Isran Rasyid Karo-Karo, M.Pd
Oleh :
Kelompok 5/ PMM-1 Smt VII

NAMA NIM
Diah Ayu Ningtias 0305172089
Dina Zhafira 0305172076
Mega Dwi Mayang S. 0305172077
Siti Shofiah Sitorus 0305173149

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, karena nikmat dari-Nya lah sehingga
kami dapat menyelesaikan proposal penelitian kualitatif dengan judul “Pengaruh
Strategi REACT terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa pada Materi Barisan Bilangan di Kelas VIII SMP
Islam Setia Nurul Azmi”. Tak lupa shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah saw, beserta keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya yang
InsyaAllah senantiasa Istiqomah di jalan-Nya.
Dalam menyelesaikan proposal penelitian ini kami telah berusaha untuk
mencapai hasil yang maksimum tetapi dengan keterbatasan wawasan
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari
bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang
membangun sangat kami butuhkan. Apabila banyak kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan kami mohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna
bagi kita semua.

Medan, 6 Desember 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 4
C. Batasan Masalah.......................................................................................... 4
D. Fokus Penelitian .......................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... ... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Strategi React .......................................................................................... 5
2. Hasil Belajar ........................................................................................... 6
3. Matematika ............................................................................................. 7
4. Kemampuan Penalaran Matematis ......................................................... 9
5. Barisan Bilangan..................................................................................... 9
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................... 9
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 10
D. Hipotesis ..................................................................................................... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 12
B. Partisipan/Setting Penelitian ...................................................................... 12
C. Subyek Penelitian ......................................................................... .............. 12
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 13
E. Instrumen Penelitian ................................................................................... 13
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15
LAMPIRAN ........................................................................................................... 35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar merupakan proses sepanjang hayat yang tidak akan lepas dari
manusia. Selama manusia masih ada dalam peradaban selama itu pula ilmu akan
terus berkembang dan bertransformasi. Belajar merupakan proses manusia
mengenal dan memahami lingkungannya. Namun, tidak cukup jika hanya
mengenal dan memahami saja tetapi manusia hendaknya dapat mengetahui
bagaimana memanfaatkan segala hal yang ia ketahui untuk kepentingan dunia dan
akhiratnya. Hal ini hanya bisa terjadi jika siswa mampu memaknai setiap proses
pembelajaran yang dilaluinya.
Namun sayangnya, cita-cita pendidikan tersebut kian jauh dari harapan. Sebab
pada umumnya masalah utama pendidikan di Indonesia saat ini adalah berkaitan
dengan rendahnya daya serap siswa terhadap pelajaran, sehingga tujuan
pendidikan nasional sulit untuk dicapai. Seperti yang kita ketahui sampai saat ini
bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa sulit oleh
sebagian besar siswa, sehingga minat untuk mempelajarinya semakin rendah.
Padahal matematika merupakan pelajaran dasar yang sangat penting dan termasuk
salah satu mata pelajaran yang diujikan pada waktu Ujian Akhir Nasional (UAN)
untuk menentukan keberhasilan peserta didik.
Selaras dengan hal tersebut Ruseffendi mengemukakan bahwa matematika
(ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak
disenangi atau bahkan paling dibenci. 1 Hal ini seperti sudah mengakar dan
menjadi tradisi di sekolah. Bukan hanya tentang pelajarannya saja yang tidak
disukai tak jarang guru pun menjadi di benci hanya karena matematika.
Permasalahan ini disebabkan oleh beragam faktor yang terkait satu dengan yang
lain. Faktor-faktor tersebut tentunya tidak bisa dianggap sepele begitu saja karena
semuanya akan bermuara dan bertolakbelakang dengan pentingnya matematika
untuk siswa.

1
E.T. Ruseffendi, Penelitian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam
Pengajaran Matematika (Bandung: Tarsito, 1988), hlm.94.

1
Matematika merupakan ilmu yang didapat dengan berpikir (bernalar) sehingga
tidak heran bahwa matematika sering kali menjadi patokan dalam menilai
kemampuan akademis seseorang. Selain digunakan untuk kebutuhan akademik,
matematika juga sangat diperlukan dalam dunia nyata ketika para siswa terjun di
masyarakat. Karena banyak hal di yang sekitar kita yang selalu berhubungan
dengan matematika. Mencari nomor rumah seseorang, menelpon, jual beli barang,
menukar uang, mengukur jarak dan waktu, dan masih banyak lagi. 2 Sehingga,
tidak ada salahnya ketika para siswa dituntut untuk mampu menguasai ilmu
matematika dengan baik. Oleh karena itu agar matematika benar-benar bisa
dipahami oleh peserta didik, maka proses pembelajaran yang berlangsung harus
diperhatikan.

Kemajuan teknologi dan tuntutan masyarakat yang demikian besar terhadap


pendidikan tidak memungkinkan bagi proses pembelajaran masa kini dikelola
dengan menggunakan pola tradisional, melainkan harus dikelola dengan suatu cara
yang bisa membantu siswa menggali, menemukan, mempelajari, mengetahui dan
menghayati nilai-nilai yang berguna dalam pendidikan, baik dari diri sendiri,
masyarakat maupun negara. Siswa diharapkan dapat menikmati proses
pembelajaran, melakukan percobaan dan penemuan serta mencoba memahami
pelajaran dengan menggunakan kemampuan atau pengetahuan yang telah
dimilikinya.

Berdasarkan uraian diatas, adapun salah satu strategi pembelajaran yang


dapat digunakan untuk menciptakan siswa yang produktif dan aktif dalam proses
belajar mengajar adalah strategi pembelajaran REACT (Relating, Experiencing.
Applying, Cooperating, dan Transferring). Ellerton mengartikan problem posing
sebagai pembuatan soal oleh siswa yang dapat mereka pikirkan tanpa pembatasan
apapun baik terkait isi maupun konteksnya. 3 Strategi pembelajaran ini dapat
memandang siswa sebagai individu yang aktif membangun pengetahuannya

2
Ariesandi Setyono, Mathemagics: Cara Jenius Belajar Matematika, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2007), hlm.1.
3
Ali Mahmudi, Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika. (Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional
Matematika Universitas Negeri Yogyakarta, 13 Desember 2008), hlm. 4.

2
melalui interaksi dengan lingkungan dalam proses asimilasi dan akomodasi.4 Pada
dasarnya strategi ini erat kaitannya dengan falsafah konstruktivisme.

Strategi pembelajaran REACT dianggap yang paling sesuai untuk


meningkatkan kemampuan investigasi dan penemuan siswa. Karena strategi
pembelajaran ini berusaha untuk mengarahkan siswa untuk memperdalam
pemahaman siswa, mengembangkan sikap menghargai diri sendiri dan orang lain,
mengembangkan sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki, serta yang juga tak
kalah penting strategi ini dapat mengembangkan keterampilan untuk masa depan
siswa. Dengan mengalami sendiri proses menemukan konsep, siswa dapat terlatih
memanipulasi hal lain yang dimilikinya.

Pengaruh penggunaan strategi REACT memiliki kaitan dengan salah satu


aspek kognitif siswa yaitu kemampuan penalaran matematis (Reasoning) siswa.
Dimana dalam aspek kognitif ini siswa dituntut untuk tidak sekedar memahami
pelajarannya saja tetapi juga menganalisis, mensintesis bahkan mengintegrasikan
konsep yang ditemukan. Materi yang dipilih dalam melaksanakan strategi
pembelajaran REACT ini adalah barisan bilangan. Pengambilan materi ini
disebabkan sangat besar keterkaitannya dengan keseharian siswa. Barisan bilangan
merupakan suatu kumpulan bilangan yang membentuk barisan tertentu. Jika, kita
mengamati masalah dalam kehidupan sehari-hari maka banyak diantaranya yang
membetuk barisan bilangan.
Berdasarkan penjelasan mengenai masalah-masalah yang telah diuraikan
di atas, kiranya peneliti menemukan suatu strategi pembelajaran yang tepat untuk
digunakan, yaitu strategi pembelajaran REACT yang dikaitkan dengan hasil
belajar siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan
tersebut dengan memberi judul “Pengaruh Strategi REACT (Relating,
Experiencing. Applying, Cooperating, dan Transferring) terhadap Hasil
Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
pada Materi Barisan Bilangan di Kelas VIII SMP Islam Setia Nurul Azmi”.

4
Euis Eti Rohaeti, dkk, Pembelajaran Matematika Bernuansa Pendidikan Nilai dan
Karakter, (Bandung: Refika, 2018), hlm. 205.

3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka terdapat identifikasi
masalah sebagai berikut, yaitu:
a. Rendahnya daya serap siswa terhadap pembelajaran matematika
b. Matematika adalah mata pelajaran yang tidak disukai siswa
c. Siswa berperilaku pasif dalam proses pembelajaran

C. Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan untuk memfokuskan permasalahan yang akan
dibahas guna mendapatkan tingkat kedalaman penelitian secara maksimal
sehingga pembatasanya dapat terarah dan tepat mengenai sasaran. Maka dalam
penelitian ini, peneliti hanya akan membahas tentang pengaruh strategi REACT
terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari kemampuan penalaran matematis
siswa pada materi barisan bilangan di kelas VIII SMP Islam Setia Nurul Azmi.

D. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka
fokus penelitian ini yaitu tentang bagaimanakah pengaruh strategi REACT
terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari kemampuan penalaran matematis
siswa pada materi barisan bilangan di kelas VIII SMP Islam Setia Nurul Azmi.

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang
dikemukakan, yaitu untuk mengetahui pengaruh strategi REACT terhadap hasil
belajar matematika ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa pada
materi barisan bilangan di kelas VIII SMP Islam Setia Nurul Azmi.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Strategi REACT
a. Pengertian Strategi REACT
Strategi REACT merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada
kegiatan siswa menemukan konsep yang dipelajarinya, siswa bekerja dalam
kelompok kecil, menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari
dan mentransfer konsep tersebut dalam kondisi baru. Strategi REACT
memuat lima kegiatan utama, yakni:
 Relating, yang menunjukkan bahwa konten yang dibelajarkan
berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya

 Experiencing, yaitu siswa aktif mengalami proses menemukan konsep
yang dipelajarinya

 Applying, yaitu kegiatan menerapkan konsep yang ditemukannya
dalam penyelesaian masalah sehari-hari atau masalah dalam
matematika

 Cooperating, yang melukiskan siswa bekerja dan belajar dalam
kelompok kecil, saling sumbang saran dengan teman lain

 Transfering, yaitu siswa mentransfer pengetahuan yang diperoleh
selama pembelajaran kehidupan sehari-hari atau situasi lain.

b. Kelebihan Strategi REACT
Bebeberapa kelebihan strategi REACT diantaranya adalah:
 Memperdalam pemahaman siswa

 Mengembangkan sikap menghargai diri sendiri dan orang lain

 Mengembangkan sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki

 Mengembangkan keterampilan untuk masa depan

 Terciptanya suasana belajar yang lebih menyenagkan, siswa tidak
merasa takut menghadapi matematika, dan membentuk sikap
mencintai lingkungan

 Konten matematika yang dipelajari memiliki keterkaitan dengan
pendidikan yang lebih tinggi.

5
c. Kelemahan Strategi REACT
Bebeberapa kelebihan strategi REACT diantaranya adalah:
 Membutuhkan waktu yang relatif lama

 Membutuhkan kemampuan dan kebiasaan berpikir guru yang lebih
tinggi

 Menuntut persiapan tambahan dan kerja yang lebih keras dari guru. 5


2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah
proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku
baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga
menjadi lebih baik dari sebelumnya. 6
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan
tingkah laku, kognitif siswa, afektif dan psikomotorik setelah selesai
melaksanakan proses pembelajaran.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal siswa meliputi :
1. Fisiologis yaitu kondisi kesehatan, fisik, dan kondisi panca indera.
2. Psikologis, yaitu minat, bakat, kemampuan kognitif siswa, ingatan,
cara berpikir, dan kemampuan persepsi.
Faktor eksternal siswa meliputi :
1. Lingkungan, yaitu keadaan letak rumah seperti suhu, posisi rumah,
waktu, dan lain sebagainya serta lingkungan sosial seperti kehidupan
bertetangga.

5
Euis Eti Rohaeti, dkk, Pembelajaran Matematika Bernuansa Pendidikan Nilai dan
Karakter, (Bandung: Refika, 2018), hlm. 205-207.
6
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),
hlm. 82.

6
2. Instrumental, yaitu sarana yang ada di sekolah seperti gedung, fisik
kelas, alat pembelajaran, media pembelajaran, strategi pembelajaran,
guru dan lainnya. 7
c. Manfaat Hasil Belajar
Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih baik,
sehingga bermanfaat untuk menambah pengetahuan, lebih memahami
sesuatu yang belum dipahami sebelumnya, lebih mengembangkan
keterampilannya, memiliki pandangan yang baru atas sesuatu hal, lebih
menghargai sesuatu daripada sebelumnya.8
d. Indikator Hasil Belajar
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah
yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana hasil belajar yang telah
dicapai, sehubungan dengan hal tersebut maka keberhasilan belajar dibagi
menjadi beberapa tingkatan yaitu :
1. Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan
itu dapat dikuasai oleh siswa
2. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan
pelajaran yang di ajarkan dapat dikuasai oleh siswa
3. Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d
75% saja dikuasai oleh siswa
4. Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60%
dikuasai oleh siswa.9

3. Matematika
a. Hakekat Matematika
Kata “matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang
diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar“, juga mathematikos
yang diartikan sebagai “suka belajar”. Jika menilik artinya secara harafiah,

7
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet. 5, 2010), hlm.
59-60.
8
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2009), hlm. 3.
9
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.hlm.107

7
sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau takut dengan
matematika10
James and james dalam kamus matematikannya mengatakan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran
dan konsep – konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan
jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu: aljabar,
analisis dan geometri.11 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif
serta mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di
dalamnya.
b. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan matematika.Pengetahuan matematika siswa
lebih baik jika siswa mampu mengkonstruk pengetahuan yang mereka
miliki sebelumnya dengan pengetahuan baru yang mereka dapatkan.
Pembelajaran matematika adalah suatu hubungan serta symbol-simbol
dalam kondisi yang nyata dalam menerapkannya. Bahwa matematika
berfungsi disekolah yaitu sebagai wadah untuk meningkatkan penalaran
peserta didik dan dapat memperjelas dalam menyelsaikan permasalahan
kehidupan sehari-hari.12
Berdasarkan beberapa uraian diatas peneliti mengambil kesimpulan
pembelajaran matematika merupakan proses interaksi guru dan siswa,
dimana hubungan serta symbol-simbol dalam kondisi yang nyata dalam
menerapkannya. Siswa juga mampu mengembangkan konsep-konsep,
operasi dan simbol-simbol matematika serta mampu menerapkannya dalam
kehidupan.

10
Sriyanto, Strategi Sukses Menguasai Matematika. (Yogyakarta: Indonesia Cerdas,
2007), hlm. 12
11
Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. (Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 1999/2000), hlm. 11
12
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,
(Depok: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 68.

8
4. Kemampuan Penalaran Matematis
Gardner, et al., mengungkapkan bahwa penalaran matematis adalah
kemampuan menganalisis, menggeneralisasi, mensintesis/
mengintegrasikan, memberikan alasan yang tepat dan menyelesaikan
masalah tidak rutin. Indikator kemampuan penalaran matematis menurut
Sumarmo, yaitu:
a. Menarik kemampuan logis
b. Memberikan penjelasan tentang model, fakta, sifat-sifat, dan
hubungan
c. Memperkirakan jawaban dan proses solusi
d. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi atau
membuat analogi dan generalisasi
e. Menyusun dan menguji konjektur
f. Membuat kontra contoh
g. Mengikuti aturan inferensi dan memerika validitas argumen
h. Menyusun pembuktian langsung, tidak langsung, dan menggunakan
induksi matematika. 13

5. Barisan Bilangan
Barisan bilangan adalah himpunan bilangan dengan tingkat pengaturan
tertentu dan dibentuk menurut sebuah aturan tertentu. Contohnya:
 2,4,6,8

 1,3,5,7

 3, 6, 9, 12, 15
Bilangan-bilangan pada ketiga contoh tersebut disusun mengikuti pola
tertentu.

13
Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan
Matematika, (Bandung: Refika Aditama, 2019), hlm.82.

9
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Merujuk pada penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh:
1) I Km Ag Diansih Fortuna, dkk dengan judul penelitian “Pengaruh Strategi
REACT Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Aktivitas Belajar
Siswa SD”. Dengan menggunakan metode eksperimen engan desain faktorial
2x2 penelitian ini menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar pada siswa
yang mengikuti strategi REACT.
2) Miftahul Ulum dengan judul skripsi: “Efektivitas Strategi REACT (Reating,
Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) terhadap Hasil Belajar
dan Keterampilan Sains di SMP N 22 Bandar Lampung” dengan
menggunakan metode penelitian quasi eksperimen penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar dan keterampilan sains
peserta didik dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT dan efektif
dalam meningkatkan hasil belajar.
3) Linda Herawati dengan judul penelitian ”Pembelajaran melalui strategi
REACT untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa
sekolah menengah kejuruan”. Dengan menggunakan metode penelitian quasi
eksperimen penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh peningkatan
yang signifikan pada siswa yang diberikan strategi pembelajaran REACT.

C. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan teori yang telah di kemukakan, maka disusunlah kerangka
berpikir sebagai berikut :
Pelajaran matematika merupakan mata pelajaran inti yang menyangkut
langsung ke dalam kehidupan nyata siswa. Untuk itu, stigma sulitnya
memahami pembelajaran matematika hendaknya bisa dikurangi secara
perlahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah melakukan inovasi
pembelajaran yang lebih kontekstual. Strategi pembelajaran yang tepat
diguanakan dalam situasi ini ialah strategi REACT (Relating, Experiencing,
Applying,Cooperating, Transfering). Penerapan strategi ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya ditinjau dari segi aspek

10
kognitif yakni kemampuan penalaran matematis siswa pada materi barisan
bilangan.

D. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Ada pengaruh strategi REACT terhadap hasil belajar matematika ditinjau
dari kemampuan penalaran matematis siswa pada materi barisan
bilangan di kelas VIII SMP Islam Setia Nurul Azmi.
2. Ada perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam
Setia Nurul Azmi dengan menggunakan strategi REACT.

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian
kuantitatif adalah metode penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka dan
dianalisis dengan teknik statistik.14 Penelitian ini menggunakan penelitian
eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang
sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu. Penelitian ekperimen yang
digunakan ialah kuasi eksperimen dengan desain penelitian menggunakan non
randomized pretest-posttest control group design. Oleh karena itu, akan ada dua
perlakuan berbeda yang akan dilakukan.

B. Partisipan/Setting Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Islam Setia Nurul Azmi. Adapun
peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut yaitu untuk mengetahui
pengaruh strategi REACT terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari
kemampuan penalaran matematis siswa pada materi barisan bilangan di kelas
VIII SMP Islam Setia Nurul Azmi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.

C. Subyek Penelitian
Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP
Islam Setia Nurul Azmi. Objek penelitian ini adalah pengaruh strategi REACT
terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari kemampuan penalaran matematis
siswa pada materi barisan bilangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 20 orang siswa kelas VIII di SMP Islam Setia Nurul Azmi.

14
Etta Mamang Sangadhi dan Sopiah, Metode Penelitian: Pendekatan Praktis dalam
Penelitian, (Yogyakarta : Andi, 2013), hlm.26.

12
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama untuk menghimpun data yang diperlukan. Maka pengumpulan
data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Tes
Tes adalah instrumen atau alat untuk mengumpulkan data tentang
kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran. 15 Tes yang digunakan
dalam penelitian ini ialah tes uraian.
2. Observasi
Menurut Arikunto, observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan
yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara
langsung ke tempat yang akan diselidiki 16. Pada penelitian ini peneliti
mengamati langsung aktivitas guru dalam proses pembalajaran matematika di
dalam kelas serta aktivitas guru dalam melalukan penilaian terhadap siswa.
Penelitian ini menggunakan observasi secara langsung, sehingga peneliti
dapat melihat dan mengamati sendiri kegiatan yang dilakukan guru saat proses
pembelajaran berlangsung. Setelah mendapatkan izin untuk melakukan
penelitian di sekolah tersebut peneliti kemudian berbincang guru mengenai
kegiatan penelitian. Kemudian,
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan penguat data yang telah didapatkan dari proses
pengumpula data. Dokumentasi yang peneliti ambil ialah dokumentasi hasil
belajar siswa sebelum pandemi Covid-19 dan saat pandemi Covid-19
berlangsung.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tes
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai materi barisan bilangan

15
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Kencana Persada Media Group,
2013), hlm. 251
16
Albi Anggito, Johan Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat : CV. Jejak,
2018), hlm.125.

13
F. Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data dari berbagai sumber, langkah selanjutnya yaitu
menganalisis data yang diperoleh dengan menguji formulasi gain score yang
didefinisikan oleh hakke yaitu:17
N-Gain (g)=% −%

100−

Dengan interpretasi skor sebagai berikut:


Klasifikasi Nilai Gain menurut Hakke
Nilai Gain Interpretasi

≥ 0,7 Tinggi

0,7 > ≥ 0, 3 Sedang

< 0,3 Rendah

17
Richard Hakke, “Analyzing Change/Gain Scores” Dept of Physics, Indiana
University.

14
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Depok: Raja Grafindo Persada.
Mahmudi, Ali. 2008. Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. (Makalah yang
disampaikan pada Seminar Nasional Matematika Universitas Negeri
Yogyakarta).
Rohaeti, Euis Eti, dkk. 2018. Pembelajaran Matematika Bernuansa Pendidikan
Nilai dan Karakter. Bandung: Refika.
Lestari, Karunia Eka dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara. 2019. Penelitian
Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama.
Sabri, M. Alisuf. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Purwanto, M. Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Hakke, Richard. “Analyzing Change/Gain Scores” Dept of Physics, Indiana
University.
Soedjadi. 1999/200. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sriyanto. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta: Indonesia
Cerdas.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Bandung: Kencana Persada Media
Group.
Anggito, Albi dan Johan Setiawan. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Jawa
Barat : CV. Jejak.
Setyono, Ariesandi. 2007. Mathemagics: Cara Jenius Belajar Matematika.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ruseffendi, E.T. 1988. Penelitian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya
dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tarsito.
Sangadhi, Etta Mamang dan Sopiah. 2013. Metode Penelitian: Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta : Andi.

15
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.

16
ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMPELAJARI DAN MENJAWAB
SOAL TENTANG LIMIT DI KELAS XI IPA SMA AL-FATTAH MEDAN

T.P 2020-2021

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Seminar Matematika

Dosen Pengampu

Drs. Isran Rasyid Karo-Karo, M.Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6

INDAH KHOLILA (0305172093)


MAI DELA ADE PRATIWI (0305172081)
NURHASANAH (0305171037)
YUSNITA NURUL AZ-ZAHRA (0305172087)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal Metode
Penelitian Kualitatif. Dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Seminar Matematika.
Shalawat dan salam kami persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang membawa
risalah islam sebagai pedoman hidup untuk meraih keselamatan hidup di dunia dan juga di
akhirat kelak.
Dalam penyusunan tugas ini juga tidak luput dari adanya macam sumber seperti
mengenai sebagai referensi untuk memperkuat dan membuka cakrawala kami dalam
menganalisis tentang materi dalam karya tulis ini. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini dengan mudah dan menyusunnya menjadi sebuah makalah seperti ini. Semoga dengan
kehadiran tugas ini dapat menambah wawasan dan ilmu tentang hal tersebut.
Dengan segala keterbatasan yang ada, kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa kami harapkan.
Semoga tugas yang kami kerjakan dapat bermanfaat bagi kami dan pembacanya. Aamiin.

Medan, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LATAR BELAKANG .....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

A. Latar Belakang ................................................................................


B. Identifikasi Masalah .........................................................................
C. Rumusan Masalah ............................................................................
D. Tujuan Penelitian .............................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. S........................................................................................................
B. S........................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................

A. Desain Penelitian .............................................................................


B. Lokasi Penelitian ..............................................................................
C. Subyek Penelitian.............................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
E. Teknik Analisis Data........................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan, melalui
pendidikan manusia akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan tuntunan di
dalam kehidupan. Pendidikan akan mengarahkan proses berpikir seseorang dimulai dari
tingkat berpikir rendah menuju tingkat berpikir yang lebih tinggi. Pendidikan juga berperan
penting untuk kemajuan suatu bangsa, melalui pendidikan yang maju maka akan
menghasilkan sumber daya manusia yang baik pula sehingga mampu bersaing di era
globalisasi.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1
Pendidikan adalah semua upaya yang dilakukan dalam membantu siswa untuk belajar
dan mengembangkan bakat dan potensi-potensi yang dimiliki siswa secara optimal.2
Matematika sebagai salah satu bidang studi yang ada di sekolah. “Matematika
mempelajari tentang struktur dan keteraturan yang terorganisasi, konsep-konsep matematika
tersusun secara hirarkis dan sistematis, mulai dari konsep sederhana hingga pada konsep yang
sempurna. Visi dalam pembelajaran matematika adalah menguasi konsep untuk
menyelesaikan masalah dalam pembelajaran matematika”.3
Matematika merupakan disiplin ilmu yang dianggap penting, hal ini dapat diketahui
dengan adanya bidang studi matematika mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga di perguruan tinggi. Matematika
menjadikan manusia memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, kreatif, dan teliti.
Matematika mampu meningkatkan kemampuan seseorang dalam mencari solusi dari setiap

1
Republik Indonesia, Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan, Bab I Ayat 1
2
Syafaruddin, Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat,( Medan: Perdana Pulishing, 2012), h.13

3
Hasrattudin, Mengapa Belajar Matematika, (Medan: Perdana Publishing,2015), h. 33
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran sering kali terdapat hambatan yang dialami
siswa dalam proses belajar mengajar. Termasuk dalam menyelesaikansoal-soal yang
diberikan guru maupun latihan menyelesaikannya secara individu. Maka dari itu, sangat perlu
menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tersebut agar dapat
meminimalisir tantangan dalam proses belajar mengajar.

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Limit Fungsi Aljabar di Kelas XI IPA SMA
Al-Fattah Medan” Medan

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diidentifikasi sebagai berikut:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal limit fungsi aljabar
2. Siswa kurang memahami konsep limit fungsi aljabar
3. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik
4. Kegiatan belajar mengajar masih berpatokan pada guru
5. Strategi pembelajaran yang diterapkan masih perlu ditingkatkan, guna menjawab
tantangan yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah , yaitu:

1. Apa penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal limit fungsi aljabar?
2. Bagaimana tingkat kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal limit fungsi aljabar?
3. Bagaimana strategi pembelajaran dalam menghadapi kesulitan siswa saat
menyelesaikan soal limit fungsi aljabar?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal limit fungsi
aljabar di kelas XI IPA SMA Al-Fattah Medan
2. Untuk mengetahui tingkat kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal limit fungsi aljabar
di kelas XI IPA SMA Al-Fattah Medan
3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran dalam menghadapi kesulitan siswa saat
menyelesaikan soal limit fungsi aljabar di kelas XI IPA SMA Al-Fattah Medan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Dalam sebuah proses pembelajaran, pengajar memberikan materi pembelajaran


kepada muridnya agar bisa dipahami dan dimengerti oleh murid tersebut. Tujuan sebuah
proses pembelajaran adalah seseorang yang belajar mampu mengetahui dan memahami
maksud dari data, informasi, dan pengetahuan yang mereka peroleh dari sumber yang
dipercaya.
Belajar adalah suatu usaha, yang berarti perbuatan yang dilakukan secara sungguh-
sungguh, sistematis, dengan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik maupun
mental. 4 Belajar adalah mendapatkan sesuatu hal yang baru. Dapat berupa pemikiran dan
pengetahuan baru, perasaan yang lebih terkemas, sikap yang lebih baik, kecakapan yang lebih
baik serta tumbuhnya kesadaran untuk bertanggung jawab.5
Pendapat ahli lain mengatakan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi
dalam diri seseorang, sehingga menimbulkan perubahan perilaku yang mencakup
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi manakala seseorang
melakukan interaksi secara intensif dengan sumber sumber belajar.6

2. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
proses perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman
individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan4.
Pembelajaran merupakan usaha pendidik untuk mewujudkan terjadinya proses
pemerolehan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses yang memfasilitasi peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Sehingga dengan demikian untuk dapat menghasilkan
proses pembelajaran yang efektif sebagaimana yang diharapkan.
Adapun pengertian matematika sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa
matematika adalah dasar dari ilmu pengetahuan yang membentuk logika, konsep-konsep,
pola, memiliki simbol terdefenisi maupun tidak terdefenisi dan berhubungan erat dengan
proses berpikir dan bernalar.
Berdasarkan deskripsi mengenai tujuan pembelajaran matematika di atas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran matematika SMA adalah agar siswa mampu: (1)

4
Mardianto, Psikologi Pendidikan: Landasan Untuk PengemBangan Strategi Pembelajaran,( Medan:
Perdana Publishing,2014), h. 46-47.
5
Sri Milfayetti, dkk., Psikologi Pendidikan,( Medan: Pascasarjana Unimed,2015), h. 53
6
Edward Purba, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kecerdasan Adversiti Terhadap Hasil Belajar Evaluasi
Hasil Belajar, Jurnal Teknologi Pendidikan , Vol.17 No.1 April 2015, ISSN : 1411-2744. Jakarta : Program
Studi Teknologi Pendidikan PPS Universitas Negeri Jakarta, h. 27
memahami konsep matematika; (2) memecahkan masalah; (3) menggunakan penalaran
matematis matematis; (4) mengomunikasikan masalah secara sistematis; dan (5) memiliki
sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai dalam matematika.7matematika

B. Hakikat Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Matematika

Matematika merupakan ilmu yang memiliki peran yang sangat signifikan dalam
kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan ilmu dasar yang dapat digunakan sebagai
alat bantu untuk memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan atau
sering juga disebutkan bahwa ratu dan pelayan semua ilmu pengetahuan adalah
matematika.

Matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang


terorganisasikan, konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, terstruktur dan
sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep paling
kompleks. Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sehingga disebut
objek mental, objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu meliputi: Konsep,
merupakan suatu ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan sekumpulan obejk.
Misalnya, segitiga merupakan nama suatu konsep abstrak.

Dalam matematika terdapat suatu konsep yang penting yaitu “fungsi”, “variabel”,
dan “konstanta”. Konsep berhubungan erat dengan definisi, definisi adalah ungkapan
suatu konsep, dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau
lamBang dari konsep yang dimaksud. Prinsip merupakan objek matematika yang komplek.
Prinsip terdiri atas beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi/operasi, dengan kata
lain prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Operasi merupakan
pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika lainnya, seperti
penjumlahan, perkalian, gabungan, irisan.8irisan

7
Hallen, Bimbingan Konseling, ( Jakarta : Ciputat pers, 2002), h.15

8
Hasratuddin, (2014), Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang Berbasis Karakter, Jurnal
Didaktik Matematika, Vol. 1, No. 2, September 2014, ISSN: 2355-4185, Medan: Jurusan Matematika
Universitas Negeri Medan, hal. 31.
C. Kesulitan belajar matematika

1. Kesulitan belajar

Kesulitan belajar adalah hambatan yang dialami siswa dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Banyak istilah yang merujuk pada
kesulitan belajar, antara lain learning difficulties, learning disability, learning problems,
dan specific learning. Istilah learning disabilites sering digunakan didalam dunia
pendidikan Karena lebih mengarah kepada kesulitan yang dihadapi siswa.

2. Kesulitan belajar matematika

Sebelum membahas mengenai kesulitan belajar matematika, ada baiknya


membahas mengenai pengertian kesulitan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa
“kesulitan” berasal dari kata sulit yang mempunyai arti “kata sukar sekali” atau “ perkara
yang sukar diseelsaikan”.

Kesulitan belajar matemtika juga disebut dengan diskalku (discalculis),


sedangkan kesulitan belajar yang sangat berat oleh kirk disebut kalkulia
(acalculia).Kesulitan belajar siswa dalam bidang matematika lebih sering kita jumpai
dibandingkan dengan matpelajaran lainnya. Hal ini dapat kita lihat dari rendahnya nilai
nilai mereka dalam tes matematika yang diadakan.

Dalam proses belajar mengajar, guru/pendidik sering menghadapi masalah


adanya peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar, ada siswa yang
memperoleh prestasi belajar yang rendah, meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan
sebaik baiknya. Dengan kata lain guru/pendidik sering menghadapi dan menemukan
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. 9

Menurut westsood menyatakan beberapa factor yang menyebabkan kesulitan


belajar sebagai akibat dari beberapa pengaruh sebagai berikut :
• Pengajaran yang tidak sesuai

9
Marlina, Assesmen Kesulitan Belajar,(Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP, 2019), h. 43-44
• Kurikulum yang tidak relevan

• Lingkungan kelas yang kurang kondusif

• Kondisi sosial ekonomi yang kurang menguntungkan

• Hubungan yang kurang harmonis antara guru dan anak

• Kurangnya kehadiran anak disekolah

• Masalah kesehatan

• Proses belajar yang menggunakan bahasa kedua

• Kurang percaya diri

• Masalah emosional dan perilaku

• Kecerdasan dibawah rata-rata

• Gangguan sensoris

• Kesulitan memperoleh informasi spesifik


Kesulitan - kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam proses belajarnya
tidak dapat dibiarkan begitu saja, melainkan harus segera diselesaikan dengan mencari
jalan keluar pemecahannya, pemahaman dari guru dan orangtua tentang kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan yang tepat
sehingga dengan adanya suatu penanganan yang diberikan tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik dan memuaskan.10

D. Limit fungsi Aljabar

1. Pengertian limit fungsi aljabar

Limit fungsi aljabar adalah menentukan nilai fungsi aljabar jika peubah fungsi tersebut
mendekati nilai tertentu. Ada dua bentuk dalam menentukan limit fungsi aljabar yaitu :
a. bentuk pertama

10
Muibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( Bandung : PT Remaja rosdakarya , 1997), h.
259
lim 𝑓(𝑥)
𝑥→𝑎

b. bentuk kedua
lim 𝑓(𝑥)
𝑥→~

2. Sifat sifat limit fungsi aljabar

Misalkan n bilangan bulat positif, f dan g fungsi – fungsi yang yang mempunyai limit di titik a,
dan c suatu konstanta. Maka berlaku:

1. lim 𝑐 = 𝑐
𝑥→𝑎

2. lim 𝑥 𝑛 = 𝑎𝑛
𝑥→𝑎

3. lim 𝑐𝑓(𝑥) = c lim 𝑓(𝑥)


𝑥→𝑎 𝑥→𝑎

4. lim (𝑓(𝑥) ± 𝑔(𝑥) = lim 𝑓(𝑥) ± lim 𝑔(𝑥)


𝑥→𝑎 𝑥→𝑎 𝑥→𝑎

5. lim (𝑓(𝑥) × 𝑔(𝑥) = lim 𝑓(𝑥) × lim 𝑔(𝑥)


𝑥→𝑎 𝑥→𝑎 𝑥→𝑎

𝑓(𝑥) lim 𝑓(𝑥)


6. lim 𝑔(𝑥) = 𝑥→𝑎
𝑥→𝑎 lim 𝑔(𝑥)
𝑥→𝑎

7. lim 𝑓(𝑥)𝑛 = ( lim 𝑓(𝑥)𝑛 )


𝑥→𝑎 𝑥→𝑎

8. lim 𝑛√𝑓(𝑥) = 𝑛√ lim 𝑓(𝑥)


𝑥→𝑎 𝑥→𝑎

c. Metode menentukan nilai limit fungsi

Dalam kaitannya dengan bentuk limit pertama. Ada beberapa metode didalam
menentukan nilai limit fungsi aljabar yaitu dengan metode substitusi dan metode pemfaktoran

1. Metode substitusi

Metode subsitusi ini hanya mengganti peubah yang mendekati nilai tertentu dengan fungsi
aljabarnya, di bawah ini ada beberpa contoh untuk dapat dipelajari.

Contoh (1) :

lim 3𝑥 − 1 = 3(1) − 1 = 2
𝑥→1

Jadi nilai limit fungsi aljabar diatas adalah 2

2. Metode pemfaktoran
Metode pemfaktoran digunakan jika metode subsitusi menghasilkan nilai limit yang tidak
terdefinisikan, seperti contoh di bawah ini
𝑥 2 −4 22 −4 0
lim = =
𝑥→2 𝑥−2 2−2 0

Metode pemfaktoran dilakukan dengan cara menentukan faktor persekutuan antara


pembilang dan penyebutnya. Di bawah ini ada beberapa contoh untuk dapat dipelajari

Contoh (1)
𝑥 2 −4 (𝑥−2)(𝑥+2)
lim = lim = lim(𝑥 + 2) = (2 + 2) = 4
𝑥→2 𝑥−2 𝑥→2 (𝑥−2) 𝑥→2

Jadi nilai limit diatas adalah 4

Dalam kaitanya dengan bentuk limit kedua ada beberapa metode didalam menentukan
nilai limit fungsi aljabar yaitu metode membagi dengan pangkat tertinggi penyebut dan
metode mengalikan dengan faktor sekawan.

1. Metode membagi dengan pangkat tertinggi penyebut

Contoh (1) :

2
4𝑥 2 − 6𝑥 + 1
4𝑥 − 6𝑥 + 1 𝑥2
lim 2
= lim 2
𝑥→~ 2𝑥 + 7𝑥 𝑥→~ 2𝑥 + 7𝑥
𝑥2
pada soal ini derajat pangkat pembilang dan penyebut sama yaitu berderajat 2

4𝑥 2 6𝑥 1
2 − 2 + 𝑥2
lim 𝑥 2 𝑥
𝑥→~ 2𝑥 7𝑥
+ 2
𝑥2 𝑥
6 1
4−𝑥+ 2
lim 𝑥
𝑥→~ 7
2+𝑥

6 1
4−~+ 2
~
7
2+ ~
4−0−0
2+0
4
=2
2
Jadi nilai limit diatas adalah 2

2. Metode mengalikan dengan faktor sekawan

Perkalian sekawan bertujuan untuk mengubah bentuk suatu fungsi agar ketika dilakukan
substitusi dihasilkan suatu nilai tertentu.

Contoh (1)

2−√𝑥+2
F(x) = 𝑥−2

2 − √𝑥 + 2 2 + √𝑥 + 2
lim 𝑓(𝑥) = lim .
𝑥→2 𝑥→2 𝑥−2 2 + √𝑥 + 2

4 − (𝑥 + 2)
lim 𝑓(𝑥) = lim
𝑥→2 𝑥→2 (𝑥 − 2)(2 + √𝑥 + 2)

2−𝑥
lim 𝑓(𝑥) = lim
𝑥→2 𝑥→2 (𝑥 − 2)(2 + √𝑥 + 2)

−(𝑥 − 2)
lim 𝑓(𝑥) = lim
𝑥→2 𝑥→2 (𝑥 − 2)(2 + √𝑥 + 2)

−1
lim 𝑓(𝑥) = lim
𝑥→2 𝑥→2 2 + √𝑥 + 2
−1
lim 𝑓(𝑥) = lim
𝑥→2 𝑥→2 2 + √4
−1
lim 𝑓(𝑥) =
𝑥→2 4
BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian didefenisikan sebagai penerapan pendekatan ilmiah
untuk mempelajari masalah. Masalah adalah suatu hal yang harus
dipecahkan atau suatu hal yang membutuhkan pemecahan atau solusi.
Karena itu penelitian perlu diperhatikan agar jawabannya berkaitan
dengan masalah yang ingin diselesaikan. Desain penelitian diartikan
dengan rencana untuk melakukan penelitian.
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis
kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme, dan
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagi instrumen kunci. Dan penelitian deskriptif
dirancang untuk memperoleh informasi tentang suatu gejala pada saat
penelitian dilakukan. Informasi yang diperoleh secara mendalam
dengan mewawancarai peserta. 11

B. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Fattah Medan yang
berlokasi di Jalan Cemara No.172, Pulo Brayan II, Kec.Medan Timur,
Kota Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada 04
Desember s/d 11 Desember 2020.

11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif,R&D, (Bandung: Tarsito, 2008), h.15
C. SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti. Dalam penelitian kualitatif, pengambilan sampel/subyek
penelitian digunakan untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi
dari berbagai sumber yang ada di lapangan. Tujuan lainnya untuk
mencari informasi yang akan menjadi dasar dari kesimpulan atau
rancangan teori yang muncul dari fenimena yang ada.12
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA
Al-Fattah Medan.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama untuk menghimpun data yang
diperlukan. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat
terjadi atau berlangsung peristiwa. Penelitian ini dapat diartikan
dengan tes, rekaman gambar, dsb.
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi atau pengamatan di
kelas XI IPA yan telah mempelajari materi limit fungsi dan
melakukan atau menyebarkan angket yan berhubungan tentang
pendapat siswa terhadap materi limit dan apa sajakah kelutian yang
dirasakan siswa mempelajari limit.

12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, (Bandung: Remadja Karya, 1989), h. 224
2. Wawancara
Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang
melibatkan antara pewawancara dan narasumber. Dengan metode ini
peneliti mengadapakan tanya jawab secara langsung kepada
narasumber yaitu siswa XI IPA tentang kesulitan yang dihadapi
selama mempelajari materi limit.

3. Dokumentasi
Adanya dokumentasi untuk mendukung data dalam penelitian.
Setiap hal yang dilakukan dalam penelitian haruslah memiliki fakta
yang konkret, dan dokumentasi dijadikan landasan fakta yang ada di
13
lapangan. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah proses
pelaksanaan observasi dan wawancara selama penelitian
berlangsung di SMA Al-Fattah Medan.

E. TEKNIK ANALISIS DATA


Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian atau untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah
dinyatakan sebelumnya. Analisis data memiliki dua tujuan, yaitu
meringkas dan menggambarkan data , membuat inferensi dari data
untuk populasi dari mana sampel ditarik. Metode analisis data

13
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University, 2001), h. 133
berdasarkan bentuk data dan dibendakan atas metode analisis kualitatif
fan metode analisis kuantitatif.14

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


analisis data kualitatif. Teknik analisis data Model Miles dan Huberman,
penjelasan yaitu:
1. Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok. Kegiatan reduksi data berlangsung terus-menerus, terutama
selama proyek atau penelitian berlangsung, tahapan reduksinya yaitu:
Membuat ringkasa, menelusuri, mendokumentasikan, dan menulis
memo. Dalam penelitian kualitatif dan disederhanakan dalam aneka
macam cara : seleksi ketat, ringkasan (uraian singkat), dsb.
2. Data Display
Data display yakni mengorganisir data , menyimpan data dalam
suatu hubungan sehingga semakin mudah dipahami. Penyajian data
dalam penelitian kualitatif adalah bentuk naratif, atau bentuk cerita.
3. Verification
Verifikasi adalah langkah ketiga dalam analisis data penelitian
kualitatif yakni penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan
merupakan tahap akhir yang dilakukan untuk melihat hasil reduksi
data yang mengaju pada rumusan masalah secara tujuan yang hendak
dicapai. Kesimpulan yang mulanya belum jelas akan meningkat
mendai lebih terperinci. Kesimpulan akhir akan muncul bergantung
pada besarnya kumpulan catatan lapangan, kecakapan peneliti, dsb.15

14
Uber Silalahi, metode penelitian sosial, (bandung: PT Refika Aditama, 2009), h. 331-332
15
Sugiyono, Metodelogi Penelitian Evaluasi, (Bandung : Alfabet, 2014), h. 247
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga
University.
Hallen. 2002. Bimbingan Konseling. Jakarta : Ciputat pers.

Hasrattudin. 2015. Mengapa Belajar Matematika. Medan: Perdana Publishing.

Hasratuddin. 2014. Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang


Berbasis Karakter, Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 1, No. 2, September 2014,
ISSN: 2355-4185, Medan: Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan, hal.
31.

J. Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian. Bandung: Remadja Karya.

Mardianto. 2014. Psikologi Pendidikan: Landasan Untuk PengemBangan


Strategi Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing.

Marlina. 2019. Assesmen Kesulitan Belajar. Jakarta : PRENADAMEDIA


GROUP.

Milfayetti, Sri dkk.,. 2015. Psikologi Pendidikan. Medan: Pascasarjana Unimed.

Purba, Edward. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kecerdasan Adversiti


Terhadap Hasil Belajar Evaluasi Hasil Belajar, Jurnal Teknologi Pendidikan ,
Vol.17 No.1 April 2015, ISSN : 1411-2744. Jakarta : Program Studi Teknologi
Pendidikan PPS Universitas Negeri Jakarta, h. 27
Republik Indonesia, Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan, Bab I Ayat 1

Silalahi, Uber. 2009. metode penelitian sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Sugiyono. 2014. Metodelogi Penelitian Evaluasi. Bandung : Alfabet.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif,R&D,


Bandung: Tarsito Syafaruddin. 2012. Pendidikan Dan Pemberdayaan
Masyarakat. Medan: Perdana Pulishing.

Syah, Muibbin. 1997. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.


Bandung : PT Remaja rosdakarya.
PROPOSAL PENELITIAN

“ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA


PADA KELAS UNGGULAN DI SMP NEGERI 1 SUNGGAL”

Proposal ini disusun untuk memenuhi


Tugas Kelompok

Mata kuliah : Seminar Matematika

Dosen Pengampuh
Drs. Isran Rasyid Karo-Karo, M.Pd

KELOMPOK 7
PMM-1 / SEMESTER VII
NAMA NIM
AZLINARIAH 0305173143
ELMI SEPRIANI 0305172072
NURULLITA 0305172070
SITI RAHMAH 0305172084

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

‫الر ِح ْي ِم‬
َّ ‫من‬ َّ ‫س ِم للَ ِه‬
ِ ‫الر ْح‬ ْ ‫ِب‬
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur yang dalam penulis sampaikan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha
Pemurah, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Analisis Pelaksanaan
Pembelajaran Matematika pada Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Sunggal”. Shalawat dan
salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang membawa risalah islam
sebagai pedoman hidup untuk meraih keselamatan hidup di dunia dan juga di akhirat kelak.
Proposal Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Seminar Matematika.
Dalam penyusunan tugas ini juga tidak luput dari adanya macam sumber, sebagai
referensi untuk memperkuat dan membuka cakrawala penulis dalam menganalisis jurnal ini.
Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan mudah dan menyusunnya menjadi
sebuah Proposal Seminar Matematika seperti ini. Semoga dengan kehadiran tugas ini dapat
menambah wawasan dan ilmu tentang hal tersebut.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa penulis harapkan.
Semoga tugas yang penulis kerjakan dapat bermanfaat bagi kami pribadi dan pembacanya.
Aamiin.
Medan, Desember 2020
Penyusun

KELOMPOK 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 7
A. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika ........................................................ 7
1. Pengertian Belajar .................................................................................. 7
2. Pengertian Pembelajaran ........................................................................ 7
3. Pembelajaran Matematika ...................................................................... 8
4. Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................................... 8
B. Kelas Unggulan .......................................................................................... 10
1. Pengertian Kelas Unggulan .................................................................. 10
2. Landasan Penyelenggaraan Kelas Unggulan ....................................... 12
C. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 12
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 14
A. Pendekatan Metode yang Digunakan ....................................................... 14
B. Subjek Penelitian ...................................................................................... 14
C. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 15
D. Analisis Data ............................................................................................. 16
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ........................................ 17
DAFTAR BACAAN ........................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan sesuatu yang terpenting dalam kehidupan. Pendidikan
merupakan suatu proses yang dapat membentuk sikap dan kepribadian seseorang.
Pendidikan juga berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi hal
utama dalam mewujudkan cita-cita suatu bangsa. Pendidikan sangat berperan
penting dalam mencapai tujuan pembangunan suatu bangsa dengan memanfaatkan
segala sumber daya dan potensi yang ada. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa : Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.1
Begitu pentingnya fungsi pendidikan bagi pribadi, keluarga, masyarakat dan
bangsa, sehingga eksistensi suatu bangsa dan kemajuan peradabannya merupakan
hasil dari keberhasilan dari penyelenggaraan pendidikannya itu sendiri. Pendidikan
sebagai proses atau upaya untuk memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya
mengembangkan kemampuan potensi individu sehingga memiliki kemampuan hidup
optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki
nilai-nilai moral religius dan sosial sebagai pedoman hidupnya.
Secara nasional pemerintah selama ini telah melakukan usaha-usaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Peningkatan anggaran pendidikan yang
mencapai 20% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara mengindikasikan
adanya komitmen dari pemerintah dalam masalah tersebut. Selain itu, yang tidak
kalah gencarnya upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah konsistennya
pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun bagi seluruh warga negaranya. Dalam
usaha mencapai keberhasilan program wajib belajar ini pemerintah lebih

1
Trianto ibnu Badar al-Tabany, (2014), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstua, Jakarta: PrenadaMedia, hal 1.

1
menitikberatkan penerapan penyelenggaraan pendidikan secara klasikal yang dalam
penyelenggaraanya mampu mempercepat layanan pendidikan dalam jumlah peserta
didik yang banyak. Walau demikian kebijakan ini ternyata juga menimbulkan ekses
yang lain yaitu tidak terlayaninya secara optimal kebutuhan individu siswa yang yang
memiliki kebakatan dan kecerdasan yang tinggi atau sebaliknya memiliki kecerdasan
yang rendah sesuai dengan potensi yang ia miliki. Sementara hakekat dari pendidikan
adalah untuk mengembangkan semua potensi yang dipunyai anak didik agar dapat
berkembang secara optimal.
Ruang kelas adalah lingkungan pedagogis di mana berlangsungnya
komunikasi antara tenaga pengajar dan anak didik, Melalui komunikasi timbal balik
diusahakan tercapainya berbagai tujuan pendidikan baik tujuan intruksional umum
maupun khusus. Untuk itu perlu diciptakan suasana yang mendukung proses belajar
mengajar. Dalam hal ini guna memikul tanggung jawab yang besar, meskipun
dengan majunya laju perkembangannya siswa sendiri akan semakin ikut membangun
suasana akademis yang mendukung atau menghambat. Menciptakan dan
mempertahankan suasana kelas membantu siswa untuk dapat berkonsentrasi dalam
belajarnya dengan demikian memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Sekolah biasa mengklasifikasikan siswa ke dalam suatu ruangan belajar yang
berbeda-beda dengan harapan agar proses intruksional yang terjadi dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan,
serta mengarah pada pencapaian cita-cita. Pengelompokkan siswa tersebut biasa
diilhami oleh keragaman latar belakang siswa, baik ditinjau dari sudut intelektual,
umur, maupun prestasi belajar. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dalam me nyelesaikanperubahan-perubahan di bidang pendidikan, maka salah satu
cara untuk mengatasi problematika tersebut adalah dengan memperbaiki pelaksanaan
pembelajaran, yaitu dengan berbagai cara dan usaha yang mampu mengatasi
kesulitan guru serta kesulitan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Salah satu mata pelajaran yang sering dijadikan alasan tentang kesulitan belajar bagi
kebanyakan siswa masih beranggapan matematika sebagai mata pelajaran yang
sangat rumit, mempunyai banyak rumus serta tidak memiliki pengaruh yang besar
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Padahal matematika adalah salah satu mata
pelajaran pokok yang mulai diajarkan dalam pendidikan formal mulai dari
tingkatdasar sampai tingkat tinggi.

2
Matematika itu sendiri merupakan sebuah ilmu yang selalu berhubungan
dengan kehidupan di mana siswa berada dan ada di kehidupan sehari-hari. Kegiatan
apapun yang siswa lakukan dalam kesehariannya tentunya akan berhubungan dengan
ilmu matematika. Matematika dapat membekali siswadengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, sertakemampuan bekerja sama.
Kemampuan yang diberikan melalui pelajaran matematika sebagaimana yang
tercantum dalam fungsi pendidikan nasional yang berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Matematika merupakan mata pelajaran yang
diajarkan di berbagai jenjang pendidikan. Pada mata pelajaran matematika, di mana
kebanyakan kontennya bersifat abstrak, tidak sedikit siswa yang merasa kesulitan
dalam mempelajarinya. Hal ini harus mendapat perhatian khusus dari beberapa
pihak, seperti guru, lingkungan sekolah, wali siswa, dan lingkungan sekitar karena
mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus
dipelajari oleh semua jenjang pendidikan dasar dan menengah termasuk Madrasah
Tsanawiyah.
Hal ini selaras dengan tujuan pembelajaran matematika yang tertuang pada
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yang menjelaskan tentang tujuan pembelajaran
matematika diajarkan di sekolah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut di
antaranya:
1. Siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep/algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika;
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh;
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah;

3
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.2
Guru sebagai tenaga profesional dibidang kependidikan, di samping
memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, harus juga mengetahui dan
melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama
kegaiatan mengelola interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memiliki
dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan
mengkomunikasikan program itu kepada anak didik.
Kelas unggulan adalah kelas yang diikuti oleh sejumlah siswa yang unggul
dalam tiga ranah penilaian dengan kecerdasan di atas rata-rata yang dikelompokan
secara khusus. Pengelompokan ini dimaksudkan untuk membina siswa dalam Dalam
pelaksana wawasan keunggulan dengan cara kontinu mengembangkan ide, gagasan,
dan pemikiran terbaik mengenai pembelajaran dan mewujudkannya dalam perilaku
dan sikapnya dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga tercipta sistem
pembelajaran terbaik bagi siswanya. Gagasan, ide, dan pemikiran terbaik mengenai
pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru merujuk pada konsepsi
pembelajaran unggulan tersebut diatas, yaitu gagasan, ide, dan pemikiran tentang
pembelajaran yang membuat semua siswa belajar, pembelajaran yang dapat
membelajarkan siswa secara maksimal, dan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik pribadi anak. Sedangkan apabila merujuk pada pembelajaran suatu
proses maka gagasan, ide, dan pemikiran guru harus difokuskan pada semua tahap
kegiatan, seperti analisis tujuan, analisis kemampuan awal, dan karakteristik siswa,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut dalam proses belajar
mengajar.3
Sementara itu, setiap manusia memiliki potensi dan kecerdasan yang
berbeda-beda. Ada yang mempunyai potensi dibidang tertentu dan belum tentu
mampu dibidang yang lainnya. Ada yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata
yaitu 125-130 dan ada pula yang IQ nya di bawah rata-rata yaitu kurang dari 90.
Akan tetapi pada dasarnya tidak ada anak yang bodoh, hanya saja anak yang IQ nya

2
Depdiknas. Permendiknas No.22 tahun 2006 Tentang Standarisasi Sekolah Dasar dan Menengah.
3
Puspendik.kemdikbud.go.id, (2016), Seminar Hasil TIMSS 2015, Diagnosa Hasil untuk Perbaikan
Mutu dan Peningkatan Capaian.

4
kurang dari 90 atau di bawah rata-rata agak lambat dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan. Sedangkan pada anak yang IQ nya sedang yaitu antara 90-120, ia akan
terus bisa mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang
ditargetkan. Untuk anak-anak yang IQ nya di atas rata-rata biasanya akan lebih cepat
menangkap pelajaran dalam proses pendidikan. Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul : “ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA PADA KELAS UNGGULAN DI SMP NEGERI 1
SUNGGAL”.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan hasil pengayaan di lapangan bahkan sampai pada perolehan
berkali-kali terdapat dimensi-dimensi menarik di lapangan, sehingga dari banyaknya
dimensi tersebut untuk pembatasan lingkup penelitian maka perlu ditentukan fokus
penelitian yaitu tentang Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Kelas
Unggulan di SMP Negeri 1 Sunggal.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah ditetapkan tersebut,
maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran matematika pada kelas unggulan di SMP
Negeri 1 Sunggal ?
2. Bagaimana proses pembelajaran matematika pada kelas unggulan di SMP
Negeri 1 Sunggal ?
3. Bagaimana evaluasi pembelajaran matematika pada kelas unggulan di SMP
Negeri 1 Sunggal ?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui perencanaan pembelajaran matematika pada kelas unggulan di SMP
Negeri 1 Sunggal.
2. Mengetahui proses pembelajaran matematika pada kelas unggulan di SMP
Negeri 1 Sunggal.

5
3. Mengetahui evaluasi pembelajaran matematika pada kelas unggulan di SMP
Negeri 1 Sunggal.

E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan pembelajaran matematika pada
kelas unggulan untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran matematika.
2. Secara Praktis
a. Memberikan informasi tentang perencanaan, proses serta evaluasi
pembelajaran matematika pada kelas unggulan.
b. Memotivasi guru untuk senantiasa meningkatkan pemahaman tentang
konsep pembelajaran matematika yang sesuai dengan karakter siswa
sehingga kualitas belajar matematika dapat meningkat.
c. Sebagai masukan bagi sekolah agar lebih memperhatikan kegiatan belajar
mengajar siswa dan guru terutama dalam pembelajaran matematika.
d. Sebagai bahan bacaan dan rujukan bagi para peneliti selanjutnya dengan
penelitian yang sama.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika


1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam
kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar
sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah
laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan
keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).4
Proses belajar itu akan menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif
(penalaran, penafsiran, pemahaman, dan penerapan informasi), peningkatan
kompetensi (keterampilan intelektual dan sosial), serta pemilihan dan
penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan dan perasaan, serta
kemauan untuk berbuat atau merespons sesuatu rangsangan.5
Dari uraian di atas, cukup jelas bahwa belajar adalah salah satu kegiatan
usaha manusia yang sangat penting dan harus dilakukan sepanjang hayat, karena
melalui usaha belajarlah kita dapat mengadakan perubahan (perbaikan) dalam
berbagai hal yang menyangkut kepentingan diri kita. Dengan kata lain, melalui
usaha belajar kita akan dapat memperbaiki nasib, melalui belajar kita akan dapat
sampai kepada cita-cita yang senantiasa didambakan. Oleh sebab itu, maka
belajar dalam hidup dan kehidupan mempunyai tempat yang sangat penting dan
strategis untuk mengarahkan meluruskan dan bahkan menentukan arah
kehidupan seseorang.6
2. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran berasal dari kata dasar “belajar”, yaitu suatu aktivitas
atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap dan mengukuhkan kepribadian. Pengertian ini lebih

4
Dra. Eveline Siregar, M.Pd., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia,
hal.3
5
Beni S. Ambarjaya, (2012), Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori dan Praktik, Yogyakarta:
CAPS, hal.7
6
Dr. Mardianto, M.Pd., (2014), Psikologi Pendidikan, Medan: Perdana Publishing, hal.46

7
diarahkan kepada perubahan individu, baik menyangkut ilmu pengetahuan
maupun berkaitan dengan sikap dan kepribadian dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pembelajaran harapannya ilmu akan bertambah, keterampilan
meningkat, dan dapat membentuk akhlak mulia.7
Menurut Uno, pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam hal ini, istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau
perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah
sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai
salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan
sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.8
Pembelajaran dalam hal ini dapat didefinisikan sebagai proses interaksi
antara pendidik dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik
dalam rangka memperoleh pengetahuan yang baru dikehendaki dengan
menggunakan berbagai media, metode dan sumber belajar yang sesuai dengan
kebutuhan. Melalui proses tersebut, diharapkan peserta didik mampu
mendapatkan bermacam-macam informasi baru yang akan menunjang
kehidupannya di masa yang akan datang. Dalam konteks yang lebih sempit
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguatan yang
baik terhadap materi Matematika.
4. Pelaksanaan Pembelajaran
4.1 Perencanaan Pembelajaran
a. Silabus
Menurut Peratuan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia No.41
Tahun 2007(a), silabus merupakan acuan pengembangan RPP.

7
M. Fadlillah, M.Pd.I., (2014), Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, hal.172
8
Dr. Hamzah B.Uno, M.Pd., (2012), Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, hal.2

8
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP dikembangkan dari silabus dan bertujuan untuk mengarahkan
kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai KD.
4.2 Pelaksanaan Proses Pembelajaran
a. Persyaratan Pelaksanaan Proses
Pembelajaran Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No. 41 Tahun 2007
1. Rombongan belajar
Jumlah maksimal siswa setiap rombongan belajar adalah: untuk
SD/MI adalah 28 siswa, SMP/MT, SMA/MA dan SMK/MAK adalah
32 siswa.
2. Beban kerja minimal guru
Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, membimbing dan melatih siswa, serta melaksanakan
tugas tambahan, serta sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam
tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
3. Buku teks pelajaran
Buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah
dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite
sekolah/madrasah dari buku-buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh
4. Pengelolaan kelas
 Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti siswa
 Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan,
keselamatan, dan kepatuhan pada peraturan dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran
 Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap
respon dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung
 Guru menghargai siswa tanpa memandang latar belakang
agama,suku,jenis kelamin,dan status sosial ekonomi.
b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

9
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksnaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup.
4.3 Penilaian
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan
sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki
proses pembelajaran.

B. Kelas Unggulan
1. Pengertian Kelas Unggulan
Menurut Suharsimi kelas ialah sekelompok peserta didik dalam waktu yang
sama menerima pelajaran dari guru yang sama. 9Kelas unggulan adalah kelas
yang dirancang secara khusus untuk siswa-siswa yang memiliki kemampuan,
bakat, keterampilan, krreativitas serta intelegensi yang lebih dari pada siswa yang
lainnya dan kemudian mendapat program pengajaran yang berbeda dalam
meningkatkan kelebihannya tersebut sesuai dengan kurikulum yang
dikembangkan.10
Adanya kelas unggulan di setiap sekolah memiliki tujuan sebagai berikut :
1) Memiliki sejumlah peserta didik dengan bakat-bakat khusus dan kemampuan
serta kecerdasan yang tinggi.
2) Memiliki tenaga guru profesional yang handal.
3) Memiliki kurikulum yang di perkaya.
4) Memiliki sarana dan prasarana yang memadai antara lain, ruang belajar yang
memadai, laboratorium dan ruang komputer yang lengkap peralatannya,
perpustakaan yang memadai, ruang atau lapangan olah raga yang dapat
meningkatkan kebugaran dan prestasi, media belajar yang cukup lengkap,
buku pelajaran (buku paket) dengan perbandingan satu siswa : satu buku

9
Martinis Yamin Maisah, (2012), Manajemen Pembelajaran Kelas, Jakarta: Gaung Persada, hal.34
10
M. Fadhil, (2017), Pengembangan Manajemen Pendidikan Pada Madrasah Unggul, Lampung:
Raja Digital, hal.46

10
untuk setiap mata pelajaran, dan jumlah siswa dalam satu kelas tiga puluh
orang.11
Kelas unggulan yang dikembangkan untuk mewadahi peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan yang tinggi ini menurut Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Masukan atau raw input adalah peserta didik yang diseleksi secara baik
dengan menggunakan kriteria dan prosedur yang dapat
dipertanggungjawabkan yang mampu membedakan antara anak yang
memiliki potensi kecerdasan yang tinggi atau memiliki kebakatan yang
istimewa dengan anak yang hanya memiliki kecerdasan normal. Kriteria yang
biasa digunakan adalah hasil belajar dan hasil psikotest.
2) Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi belajar peserta didik,
baik dalam kegiatan intra maupun ekstra kurikuler.
3) Lingkungan belajar yang menunjang untuk berkembangnya potensi
keunggulan, baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis.
4) Guru dan tenaga kependidikan yang unggul dari penguasaan materi pelajaran,
penguasaan metode mengajar dan komitmen dalam melaksanakan tugas.
5) Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional yang diperkaya,
dengan tetap berpegagang pada kurikulum nasional yang baku, dilakukan
pengayaan yang optimal sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik yang
memiliki kecepatan dan motivasi belajar yang tinggi.
6) Jumlah jam waktu belajar di sekolah yang lebih lama dibandingkan kelas lain
pada umumnya.
7) Proses belajar mengajar yang bermutu dan hasilnya selalu dapat
dipertanggung jawabkan kepada peserta didik, lembaga maupun masyarakat.
8) Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam keseluruhan
sistem pembinaan peserta didik dan melalui praktek langsung dalam
kehidupan sehari-hari.12

11
Kompri, (2015), Manajemen Pendidikan Komponen-Komponen Elementer Kemajuan Sekolah,
Yogyakarta: Ar-Ruzza Media, hal. 23
12
Depdiknas, (2006), Pedoman Penyelenggaraan Kelas Unggulan, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Dasar dan Menengah Umum, hal. 44

11
Dengan adanya syarat yang ditetapkan dalam penyelenggaraan kelas
unggulan maka setiap sekolah penyelenggara kelas unggulan harus berusaha
memenuhi persyaratan yang dimaksud tersebut.
2. Landasan Penyelenggaraan Kelas Unggulan
Penyelenggaraan kelas unggulan memiliki beberapa landasan yaitu landasan
hukum, landasan teoritis dan landasan empiris.
a) Landasan hukum Penyelenggaraan Kelas Unggulan
Landasan hukum tentang penyelenggaraan kelas unggulan adalah
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 tahun 1989 pada Bab IV bagian kesatu Pasal 5 Ayat 4
mengamanatkan, ”Warga negara yang memiliki kecerdasan dan bakat
istimewa berhak mendapatkan pendidikan khusus”.
b) Landasan Teoritis Penyelenggaraan Kelas Unggulan
Pada SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mengatur tentang
pelayanan pendidikan mewadahi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan yang tinggi atau kebakatan yang istimewa dengan SK Nomor
054/U/1993 sepertiyang disebutkan dalam Pasal 15 menyebutkan bahwa
pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki bakat istimewa dan
kecerdasan yang luar biasa melalui jalur pendidikan sekolah dengan
menyelenggarakan program khusus dan program kelas khusus. Penggunaan
istilah potensi kecerdasan dan bakat istimewa erat kaitannya dengan latar
belakang teoritis yang digunakan.
c) Landasan Empiris Penyelenggaraan Kelas Unggulan
Anak yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan yang tinggi
mempunyai kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan dan perwujudan
diri. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak akan mengalami
kecemasan dan keragu-raguan.

C. Penelitian Yang Relevan


Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah:

12
1. Penelitian yang dilakukan oleh Norma Puspita Sari (2012) dengan judul:
“Analisis Proses Pembelajaran Matematika di SMK RSBI Surakarta”. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa perencanaan yang dibuat belum sesuai dengan standar proses karena ada
beberapa kesalahan dalam penulisan identitas program keahlian, tidak
dicantumkan jumlah pertemuan dan perencanaan belum dibuat dalam bentuk
bahasa inggris. Penggunaan media berbasis teknologi informasi pada program
aplikasi powerpoint, animasi atau media presentasi dalam proses pembelajaran
matematika sudah optimal.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Jaksa Purbo Wibowo (2020) dengan judul:
“Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Kurikulum 2013 di Kelas
Unggulan XI ICT SMA Batik 2 Surabaya”. Jenis penelitian ini adalah deskripsi
kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan
pembelajaran matematika terdapat beberapa persiapan mengajar yang
dipersiapkan oleh guru matematika yaitu berupa program tahunan, program
semester, silabus dan RPP yang berbasis kurikulum 2013, pelaksanaan proses
pembelajaran matematika di kelas XI IPA 1 unggulan SMA Batik 2 Surakarta
dengan model pembelajaran scientifik dan kooperatif tersebut sangat efektif, dan
sesuai dengan kurikulum 2013, serta evaluasi pembelajaran matematika di kelas
XI IPA 1 unggulan SMA Batik 2 Surakarta mencakup 2 aspek yaitu kognitif dan
psikomotorik.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rofiqotul Hasanah (2017) dengan judul:
“Manajemen Kelas Unggulan di MTs Minat Kesugihan Kabupaten Cilacap”.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa Kondisi manajemen kelas unggulan di MTs MINAT
Kesugihan telah terimplementasi dengan optimal karena sudah memenuhi
fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan evaluasi.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Metode yang Digunakan


Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, alasan
menggunakan pendekatan ini karena didasarkan pada pendeskripsian perilaku aktor-aktor
yaitu kepala sekolah, guru matematika dan siswa/siswi sesuai dengan situasi yang ada.
Metode penelitian kualitatif sering disebut dengan metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.13 Obyek yang alamiah adalah obyek
yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.
Menurut Sugiyono, bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna daripada generalisasi.14
Adapun karakteristik penelitian kualitatif adalah:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti
adalah instrument kunci.
2. Penelitian lebih bersifat deskripstif. Data yang terkumpul berbentuk kata- kata atau
gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)15

B. Subjek Penelitian
Informan dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang sengaja dipilih karena
dianggap dapat memberikan informasi-informasi yang mantap dan terpercaya mengenai

13
Prof. Dr. Sugiyono, (2016), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, hal. 8
14
Ibid, hal. 9
15
Ibid, hal. 13-14

14
elemen-elemen yang ada. Sebagai informasi data penelitian, penulis mengambil satu (1)
sumber informasi data yaitu guru Matematika SMP Negeri 1 Sunggal.
Untuk memperoleh data akurat dalam penelitian ini, peneliti langsung hadir ke
lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sunggal, yang terletak di Jalan
Binjai, Km 15 Diski Desa Sei Semayang, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang. Secara khusus
penelitian ini dilakukan bagi siswa/i tingkat SMP kelas VII.
Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian
belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum
jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
memasuki obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan
instrument penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu dalam
penelitian kualitatif “the researcher is the key instrument”. Jadi peneliti adalah merupakan
instrument kunci dalam penelitian kualitatif.16

C. Prosedur Pengumpulan Data


Di dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh data yang baik tergantung kepada
penelitiannya dalam hal menyesuaikan antara data yang ada dengan teknik apa yang sesuai
untuk digunakan dalam memperoleh data tersebut. Adapun teknik yang digunakan peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi berperan serta dilakukan untuk mengamati objek penelitian, seperti tempat
khusus atau organisasi, sekelompok orang atau berperan aktivitas suatu sekolah.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui proses pelaksanaan bimbingan dan
konseling di SMP Negeri 1 Sunggal. Oleh karena itu peneliti berperan sebagai
pengamat sekaligus sebagai bagian dari anggota bimbingan dan konseling di sekolah
tersebut.
2. Wawancara
Wawancara yaitu mengajukan beberapa pertanyaan kepada kepala sekolah, guru
matematika kelas VII unggulan SMP Negeri 1 Sunggal, dan siswa/siswi kelas VII
unggulan SMP Negeri 1 Sunggal. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

16
Ibid, hal. 223

15
wawancara terbuka yang para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai
dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu.17
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.18

D. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.19
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan
data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Analisis data
dikategorikan kepada tiga (3) tahapan proses, yaitu:
1. Reduksi data yaitu menelaah kembali data-data yang telah dikumpulkan (baik
melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi) sehingga ditemukan data
sesuai dengan kebutuhan untuk menemukan pertanyaan.
2. Penyajian data adalah merupakan gambaran secara keseluruhan dari sekelompok data
yang diperoleh agar mudah dibaca secara menyeluruh. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dimana kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara dalam pengambilan, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

17
Prof. Dr. Lexy J.Moleong, M.A., (2016), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, hal. 189
18
Prof. Dr. Sugiyono, (2016), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, hal. 240
19
Ibid, hal. 244

16
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data
Kesahihan penelitian kualitatif dapat dibangun dengan 4 (empat) karakteristik
yaitu.20
a. Credibility (keterpercayaan)
1. Dalam penelitian kualitatif, peneliti terjun kelapangan dan ikut serta
dalam kegiatan-kegiatan subjek penelitian.
2. Ketekunan pengamatan, yaitu atas pengalaman secara langsung merupakan
alat yang ampuh untuk mengetes kebenaran, teknik pengamatan juga
memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
prilaku dan kejadian sebagaimana sebenarnya.
3. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi
dilakukan untuk memperoleh data yang absah dan valid.21 Ada 3 macam
triangulasi dalam metode penelitian kualitatif yaitu:
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber
contohnya data yang di dapat dari guru BK, Wali kelas, guru mata
pelajaran, dan kepala sekolah
b. Triangulasi teknik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda, misalnya data yang
di peroleh dari wawancara lalu dicek dengan obsevasi.
c. Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan
data yang lebih valid.
b. Transferability (keteralihan)

20
Masganti, (2016), Metode Penelitian Pendidikan Islam, Medan: IAIN PRESS, hal. 222
21
Ibid hal. 223

17
Untuk tercapainya pengembangan hasil penelitian maka peneliti bisa
melakukan hal-hal berikut :22
1. Kumpulkan data secara terinci sehingga memungkinkan melakukan
perbandingan pada konteks yang lain sehingga keteralihan hasil penelitian
dapat diterapkan pada situasi yang lain.
2. Kembangkan deskripsi data yang terinci untuk menjamin kecocokan hasil
penelitian pada situasi lain yang memungkinkan. Untuk menerapkan hasil
penelitian yang telah didapat, maka peneliti dapat membuat laporannya dan
memberikan uraian yang jelas, sistematis dan dapat dipercaya.
c. Dependability (kebergantungan)
Untuk mendapatkan data yang relevan dengan penelitian maka peneliti bisa
melakukan langkah-langkah berikut:23
1. Menggunakan berbagai metode untuk mengumpulkan data untuk
menutupi kelemahan masing-masing metode. Misalnya melakukan
wawancara dengan siswa untuk membantu pemahaman peneliti terhadap
hasil observasi tentang perilaku siswa.
2. Membangun sebuah audit jejak. Proses ini dapat dilakukan dengan
melibatkan seseorang auditor mungkin seorang teman yang kritis, atasan
atau seorang ahli untuk menguji proses pengumpulan, analisis, dan
interpretasi data.
d. Confirmability (kepastian)
Ada dua langkah yang dapat dilakukan untuk menjamin apakah hasil penelitian
dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data
yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan, yaitu :
1. Mempraktikan triangulasi yaitu dengan menggunakan berbagai metode
pengumpulan data dan melakukan cross-chek data.
2. Melakukan refleksi. Cara ini dilakukan dengan membuat jurnal harian dalam
penelitian yang dilakukan

22
Masganti, (2016), Metode Penelitian Pendidikan Islam, Medan: IAIN PRESS, hal. 223
23
Ibid hal. 223

18
DAFTAR BACAAN

Al-Tabany, Trianto ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,
dan Kontekstual. Jakarta: Prenada Media
Ambarjaya, Beni S. 2012. Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori dan Praktik.
Yogyakarta: CAPS
Depdiknas. Permendiknas No.22 tahun 2006 Tentang Standarisasi Sekolah Dasar dan
Menengah.
Depdiknas. 2006. Pedoman Penyelenggaraan Kelas Unggulan. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah Umum.
Depdiknas. Permendiknas No.22 tahun 2006 Tentang Standarisasi Sekolah Dasar dan
Menengah.
Fadlillah, Muhammad. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA. Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Hasanah, Siti Rofiqotul. 2017. “Manajemen Kelas Unggulan di MTs Minat Kesugihan
Kabupaten Cilacap”. Skripsi. IAIN Purwokerto
Kompri. 2015. Manajemen Pendidikan Komponen-Komponen Elementer Kemajuan
Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzza Media.
Maisah, Martinis Yamin. 2012. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung Persada.
Masganti. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Islam. Medan: IAIN PRESS
M. Fadhil. 2017. Pengembangan Manajemen Pendidikan Pada Madrasah Unggul.
Lampung: Raja Digital.
Mardianto. 2014. Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing
Moleong, Lexy J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Trianto ibnu Badar al-Tabany.2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,
dan Kontekstual. Jakarta: PrenadaMedia
Puspendik.kemdikbud.go.id, (2016), Seminar Hasil TIMSS 2015, Diagnosa Hasil untuk
Perbaikan Mutu dan Peningkatan Capaian
Puspendik.kemdikbud.go.id, 2016, Seminar Hasil TIMSS 2015, Diagnosa Hasil untuk
Perbaikan Mutu dan Peningkatan Capaian
Sari, Norma Puspita. 2012. “Analisis Proses Pembelajaran Matematika di SMK RSBI
Surakarta”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

19
Siregar, Eveline. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia
Uno, Hamzah B. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wibowo, Jaksa Purbo. 2020. “Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Kurikulum
2013 di Kelas Unggulan XI ICT SMA Batik 2 Surabaya”. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta

20
PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN


MASALAH BERDASARKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA
KELAS VII DI SMP NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Seminar Matematika
Dosen Pengampu :
Drs. Isran Rasyid Karo-Karo S, M. Pd

Oleh
Kelompok VI:
Anggi Maulida 0305172088
Nurul Azmi 0305172112
Nurul Nadhila 0305172090
Windi Rahmana Putri 0305172111

PMM-1/Semester VII

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami sampaikan kepada Allah swt. Tuhan Yang Maha
Pemurah, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas berupa Proposal. Shalawat dan salam kami curahkan kepada Nabi
Muhammad saw., yang membawa risalah Islam sebagai pedoman hidup untuk meraih
keselamatan hidup di dunia dan akhirat kelak. Alhamdulillah, atas izin Allah swt., kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Dalam penyusunan tugas ini juga tidak luput dari adanya macam sumber seperti
mengenai sebagai referensi untuk memperkuat dan membuka pengetahuan kami dalam
membuat makalah ini.. Semoga dengan kehadiran tugas ini dapat menambah wawasan
dan ilmu tentang hal tersebut.

Dengan segala keterbatasan yang ada, kami menyadari bahwa dalam penulisan
tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa kami
harapkan. Semoga tugas yang kami kerjakan dapat bermanfaat bagi kami pribadi dan
pembacanya. Aamiin.

Medan, Desember 2020

Penyusun

Kelompok VIII
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar ..............................................................................................i

Daftar Isi ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH .............................................................. 1


B. IDENTIFIKASI MASALAH ........................................................................ 5
C. BATASAN MASALAH ............................................................................... 5
D. FOKUS PENELITIAN .................................................................................. 6
E. TUJUAN PENELTIAN ................................................................................. 6

BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................... 7

A. KAJIAN TEORI .......................................................................................... 7


1. Pengertian Matematika .......................................................................... 7
2. Pengertian Analisis ................................................................................ 7
3. Kemampuan Menyelesaikan Masalah ................................................... 9
4. Minat Belajar ......................................................................................... 11
B. PENELITIAN YANG RELEVAN ................................................................ 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 20

A. PENDEKATAN PENELITIAN .................................................................... 20


B. PARTISIPAN/SETTING PENELITIAN ...................................................... 21
C. SUBYEK PENELITIAN ............................................................................... 21
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ............................................................. 21
E. INSTRUMENT PENELITIAN ..................................................................... 23
F. TEKNIK ANALISIS DATA ......................................................................... 23
G. PENGECEKAN KEABSAHAN DATA ....................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 26


ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah investasi suatu Negara yang tak ternilai harganya.
Karena dengan pendidikan menentukan suatu kemajuan bangsa. Jika pendidikan yang
diberikan baik, maka majulah Negara tersebut. Dengan kata lain Pendidikan merupakan
tolak ukur kemajuan suatu Negara. Faktor utama dalam memajuakan suatu Negara adalah
dengan pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan bermutu. Di
tahun 2020 sekarang ini telah mejadi saksi bahwa perkembangan yang terus terjadi pada
ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang
handal, bermutu dan berkualitas. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi ini
menjadi saksi bahwa pendidikan amat penting terlebih perkembangan ini menjadi sebuah
kompetisi persaingan bebas diseluruh dunia yang berbondong-bondong untuk terus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk mencerdaskan


kehidupan bangsa. Setiap manusia membutuhkan pendidikan dan memiliki hak yang
sama untuk mengenyam pendidikan. Manusia yang baru lahir turut membutuhkan
pendidikan dari keluarganya untuk mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Sudah semestinya, pendidikan diharapkan dapat membentuk
generasi yang unggul, berkualitas, dan berakhlak mulia.1

Pendidikan merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, dan
juga interaksi antar sesame peserta didik. Pendidikan tidak hanya terjadi disekolah, diluar
sekolah juga merupakan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan untuk
menjadikan dirinya sebagai manusia yang mempunyai emosional, mental, sosial, etika
dan lain sebagainya. Pendidikan tidak hanya mengajarkan tentang ilmu pengetahuan,
akan tetapi juga mengajarkan untuk menjadi pribadi seseorang yang buruk menjadi baik,
dan yang baik menjadi lebih baik.

1
Ermawati Rahayu Aulia, Skripsi: “Analisis Kesulitan Melukis, Memahami Garis Istimewa
Segitiga Pada Mahapelajar Pendidikan Matematika UMS,”(Surakarta: UMS, 2015), h. 2.

1
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap linkungannya dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi dalam
kehidupan masyarakat.2

Pendidikan ada untuk terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman,


sehingga pendidikan akan terus diadakan upaya-upaya untuk melakukan
perubahanperubahan secara terus menurus. Pendidikan yang khususnya pada Indonesia
telah melakukan perubahan-perubahan serperti yang dapat dirasakan pada saat ini.
Perubahan tersebut berupa perubahan kurikulum yang terus terjadi sejak tahun 1945
hingga menjadai kurikulum 2013 telah melalui banyak perubahan. Kurikulum berubah
sesuai dengan tuntutan zaman dan masyarakat terhadap kebutuhan yang terus
berkembang. Perubahan yang terjadi ini berdampak pada proses belajar mengajar.
Perubahan ini juga membutuhkan perubahan proses belajar mengajar sesuai dengan
tuntutan kurikulum yang telah dirubah.

Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan yang digunakan dalam


mengelolah sumber daya manusia (SDM) yang diangankan akan menghasilkan
lulusanlulusan atau alumni terbaik yang berkualitas sehingga dapat memajukan sekolah
tersebut. Sekolah juga merupakan tempat terjadinya interaksi antar guru dan peserta didik,
proses belajar mengajar, seluruh unsur yang ada disekolah saling terkait untuk membuat
sekolah berkualitas dan bermutu. Secara internal, merupakan interaksi yang dilakukan
oleh guru dan peserta didik, dan juga antar peserta didik. Secara eksternal, sekolah
memiliki keterkaitan dengan lembaga lain dalam menjalankan sekolah dalam mencapai
tujuan sekolah yang berualitas dan bermutu.

Pendidikan disekolah memiliki komponen-komponen yang sangat berperan


penting dalam pengembangan mutu dan kualitas sebuah sekolah yaitu guru, peserta didik,
pemerintah, masyarakat. Dalam proses pengajaran disekolah juga memiliki
komponenkomponen yaitu tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik atau siswa,
tenaga kependidikan khususnya guru, perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen

2
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2001, h. 79.

2
kurikulum, stategi pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Proses
pengejaran ditandai dengan adanya interaksi antar kemponen.3

Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksud kan belajar berarti usaha
mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa perubahan pad individu-individu
yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan,
tetapi juga berbentuk kecakapan, keteampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai
rangkaian kegiatan jiwa, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia
seutuhnya, yang merarti menyangkut unsur cipta dan rasa, ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.4

Berbicara tentang pendidikan, salah satu subjek yang menjadi bagian dari
pendidikan mengakui bahwa matematika adalah induk dari berbagai ilmu, yang menjadi
dasar dari ilmu lain, sehingga matematika itu saling berkaitan dengan ilmu lainnya.
Apalagi kini matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat yang penting dan tak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari. Matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar.
Matematika dapat digunakan untuk membuath keputusan apakah suatu ide itu benar atau
salah atau paling tidak ada kemungkinan benar.5

Banyak orang berpikir bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit untuk
dipelajari. Namun, ada beberapa yang menyukainya dan bahkan membuat kesenangan
atau memandang matematika sebagai hobi atau teka-teki yang menarik untuk dimainkan.6
Faktanya, banyak orang membicarakan tentang matematika namun hanya sedikit yang
mengerjakannya. Terutama dikalangan pelajar, yang sering kali didapati pelajar tidak
tertarik apalagi menyukai pelajaran matematika. Jika berbicara matematika kebanyakan

3
Oemar Hamalik… hal 77
4
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, CV Rajawali, Jakarta, 1992, hal, 23
5
Sukardjono, Hakikat dan Sejarah Matematika, Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, 2015,
hal 13
6
Nand Kishor Choudhary, (2015), “Study of Impact of Mathematical Interest on Reasoning
abilities in Between Pseb Secondary Student at Class”, Indian Journal of Research, Sekolah Pendidikan
Babe Ke, Daudhar, vol. 4, no.4, h. 3.

3
dari mereka membayangkan tipe guru matematika itu ditakuti. Ini sudah menjadi rahasia
umum yang tak dapat dihindari.

Mengingat bahwa matematika termasuk pelajaran yang kebanyakan ditakuti


pelajar, tampaknya perlu diulas kembali apa penyebabnya serta perlu perhatian dalam
pendidikan. Perlu dilihat kembali bagaimana situasi proses belajar mengajar yang berjalan
selama pelajaran matematika di kelas. Metode pembelajaran yang digunakan pengajar
menjadi salah satu faktor timbulnya minat serta kemampuan pelajar dalam belajar
matematika. Kita ketahui metode pembelajaran yang digunakan kebanyakan pengajar saat
ini adalah dengan metode ceramah.

Pendekatan pengajaran tradisional ini lebih menekankan pada kegiatan


menghafal dan proses atau menerapkan prosedur sederhana mungkin tidak membantu
pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa, akibatnya siswa menjadi pasif. 78
Hanya sebatas menyampaikan materi yang ingin dicapai, proses belajar yang dapat
dikatakan monoton menjadikan kegiatan belajar mengajar kurang hidup. Inilah yang
menjadi tantangan bagi pengajar khususnya pada bidang matematika. Pengajar dituntut
untuk lebih kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran matematika.

Rendahnya keyakinan pelajar dalam matematika dapat mengakibatkan


berkurangnya upaya dalam matematika, atau bahkan terjadi penghindaran matematika.
Rendahnya keyakinan pelajar dalam matematika ini bisa menjadi penghalang untuk
meningkatkan minat belajar matematika. 9 Pada akhirnya, kemampuan pelajar dalam
mengatasi masalah dalam matematika rendah.

Sebagian besar pelajar menunjukkan minat belajar matematika rendah dan


kepercayaan diri dalam belajar matematika masih kurang. Keberadaan persentase pelajar
berprestasi yang signifikan mungkin disebabkan oleh instruksi yang dipimpin oleh
pengajar yang masih mendominasi. Perlu dicatat bahwa pelajar di setiap ruang kelas

7
Norazlin Mohd Rusdin, dkk, Students’ Interest toward Learning Activities Based-on 4Cs Skills
in Mathematics Classroom: A Need Analysis Study, Human Resource Management Academic Research
Society, Vol. 9, No. 6, (2019), Universitas Pendidikan Sultan Idris, Tanjung Malim, Perak, Malaysia, h.
8
.
9
S. Parsons et Al, (2009) “Teaching Mathematics and Its aplications”, h. 55.

4
memiliki kemampuan yang berbeda dan karenanya menunjukkan minat serta prestasi
yang berbeda.10

Tentu tinggi rendahnya minat matematika pelajar sangat berpengaruh terhadap


kemampuan pelajar dalam mengatasi masalah matematika. Metode pengajar dalam
penyampaian materi serta cara pandang pelajar dalam matematika yang dari awal telah
memberi harga mati bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan tidak begitu
diminati kalangan pelajar, juga dapat berdampak pada kurangnya minat belajar
matematika serta rendahnya kemampuan pelajar dalam mengatasi masalah matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut,
yaitu:

1. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah sebagian besar masih rendah.

2. Minat dan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika masih tergolong rendah

3. Pembelajaran dikelas masih berpusat pada guru, dimana siswa hanya menerima dan
menyimpan informasi, sehingga siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran.

4. Hasil nilai ulangan siswa pada akhir semester genap tahun ajaran 2019/2020 siswa SMPN
1 Percut Sei Tuan terdapat 80% siswa yang masih belum mencapai KKM.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah bertujuan untuk memfokuskan masalah yang akan dibahas guna
dapat meningkatkan kedalaman oenelitian secara maksimal sehingga pembatasannya
dapat terarah dan tepat mengenai sasaran

Maka berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah penelitian ini


dibatasi pada kajian “Analisis Kemampuan siswa SMPN 1 Percut Sei Tuan dalam
Menyelesaikan Masalah Berdasarkan Minat Belajar Matematika”.

10
Charles Y.C. Yeh dkk, (2019), Enhancing Achievement and Interest in Mathematics Learning
Through Math-Island, Yeh et al. Research and Practice in Technology Enhanced Learning, Vol:14, No:5,
hal .2.

5
D. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya. maka fokus


penelitian ini yaitu tentang bagaimana meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah
siswa ditinjau dari minat belajar siswa.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui Kemampuan siswa SMPN 1 Percut Sei Tuan dalam Menyelesaikan
Masalah Berdasarkan Minat Belajar Matematika.

6
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Matematika

Matematika adalah salah satu ilmu yang sangat penting dalam hidup kita. Banyak
hal di sekitar kita yang selalu berhubungan dengan matematika. Mencari nomor rumah
seseorang, menelepon, jual beli barang, menukar uang, mengukur jarak dan waktu.11

Secara etimologis, matematika berasal dari bahasa latin manthein atau mathemata
yang berarti belajar atau hal yang dipelajari (things that are learned). 12 Hudojo
menyatakan bahwa: “matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol
itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya dedukti, sehingga belajar matematika itu
merupakan kegiatan mental yang tinggi.”13

Sedangkan menurut Reys bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan
hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan sebuah alat.14

Kline, mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya
adalah pengalaman cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar
induktif.4

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah sebuah ilmu
yang didalamnya berisikan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun
secara hirarki dan penalaran deduktif.

2. Pengertian Analisis

Analisis adalah kegiatan merangkum sejumlah data besar yang masih mentah
kemudian mengelompokan atau memisahkan komponen-komponen serta bagian-bagian
yang relevan untuk kemudian mengkaitkan data yang dihimpun untuk menjawab
permasalah. Analisis merupakan usaha untuk menggambarkan pola-pola secara konsisten

11
Ariesandi Setyono, (2005), Mathemagics, Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama), hal. 1
12
Mara Samin Lubis, (2016), Telaah Kurikulum Pendidikan Menengah Umum/Sederajat,
Medan: Perdana Publishing, hal. 210.
13
Hasratuddin, (2014), “Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”, Jurnal
Pendidikan Matematika Paradikma, hal. 132.
14
A. Ismunamto, (2011), Ensiklopedia Matematika 1, Jakarta: Lentera Abad, hal. 6.

7
dalam data sehingga hasil analisis dapat dipelajari dan diterjemahkan dan memiliki arti.15
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer karangan Peter Salim dan Yenni Salim
(2002) menjabarkan pengertian analisis sebagai berikut:

a. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan dan


sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul, sebab, penyebab sebenarnya,
dan sebagainya).

b. Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaahan


bagianbagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang
tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.

c. Analisis adalah penjabaran (pembentangan) sesuatu hal, dan sebagainya setelah ditelaah
secara seksama.

d. Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis (dugaan, dan
sebagainya) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian (pengamatan,
percobaan, dan sebagainya).

Tahap analisis memberikan informasi yang sangat penting dan akan digunakan
dalam fase selanjutnya.16

Pengertian analisis di atas memberikan sebuah pengetahuan bahwa analisis memiliki


fungsi tersendiri. Dalam penelitian, analisis memiliki fungsi yang sangat penting. Analisis
merupakan tahap akhir sebelum penarikan kesimpulan terhadap data yang telah diperoleh
dan ditelaah. Kegiatan analisis data proses dan hasil dilakukan meliputi
mengorganisasikan data dan mengelompokan data serta klafikasi data, memaparkan data,
dan menarik kesimpulan. Mengorganisasikan data yang dimaksud adalah mengatur data-
data yang diperoleh peneliti selama kegiatan berlangsung sedangkan pengelompokan dan
pengklasifikasian bertujuan untuk mengelompokan data sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh peneliti.17

15
Surayin, (2001), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Analisis, Yrama Widya : Bandung, hal. 10
16
Norazlin Mohd Rusdin dan Siti Rahaimah Ali, (2019), Students’ Interest toward Learning
Activities Based-on 4Cs Skills in Mathematics Classroom: A Need Analysis Study, Human Resource
Management Academic Research Society, Vol. 9, No. 6, hal. 1277-1289
17
Holdun, (2017),Skripsi : Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik
Kelompok Matematika Ilmu Alam (Mia) dan Ilmu-Ilmu Sosial (Iis) Kelas Xi Man 1 Bandar Lampung
ditinjau dari Minat Belajar Matematika, Bandar Lampung :Universitas Islam Negeri Raden Intan, hal.

8
3. Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi dasar


matematika yang harus dimiliki peserta didik. Hal ini merupakan tuntutan yang sangat
tinggi dan tidak bisa dicapai hanya dengan hafalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat
rutin, serta proses pembelajaran biasa. Secara garis besar, melalui soal-soal tipe
pemecahan masalah, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
menyelesaikan soal-soal matematika.

Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kesanggupan, kekuatan, atau
kecakapan. Sedangkan menurut Uno, kemampuan adalah merujuk pada kinerka sesorang
dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya.18

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan


kecakapan ataupun kesanggupan yang dimiliki seseorang dalam memecahkan suatu soal
yang dapat dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya. Pada umumnya, kemampuan
matematika merupakan kemampuan yang telah dimiliki peserta didik dalam pelajaran
matematika. Kemampuan tersebut salah satunya adalah kemampuan memecahkan
masalah atau menyelesaikan soal-soal matematika.

Setiap persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat


sepenuhnya dikatakan masalah. Wildavsky dalam Dery (2000) mendefinisikan masalah
sebagai konteks latihan yang harus menjawab kriteria yang kemungkinan terjadi dan
bernilai atau kemajuan. Hasil dari beberapa penelitian membagi masalah menjadi dua
jenis, yaitu masalah yang terstruktur dengan baik dan masalah yang tidak terstruktur
dengan baik. Masalah disebut masalah yang terstruktur dengan baik jika pernyataan awal,
tujuan dan penghubung diketahui. Sedangkan masalah disebut masalah yang tidak tidak
terstruktur dengan baik jika pemecah masalah tidak mengetahui penghubung, tujuan atau
bahkan pernyataan awal. Untuk masalah yang tidak terstruktur dengan baik pemecah
masalah harus menemukan penghubung, mendefinisikan lebih spesifik pernyataan tujuan,
atau bahkan pernyataan awal.

18
Hamzah Uno, (2010), Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara,
h.50.

9
Suherman (2003: 92) menyatakan bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu
situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara
langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah
diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara
menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai
masalah bagi anak tersebut.19

Pemecahan masalah adalah proses yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.


Masalah dapat terjadi jika seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang dapat
dipergunakan untuk mengatasi kesenjangan antara situasi saat ini dan tujuan yang akan
dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya pemecahan masalah yang
melibatkan proses berpikir secara optimal. Jika seseorang telah mampu mengatasi
kesenjangan situasi saat ini dengan tujuan yang akan dicapai maka orang tersebut sudah
dapat dikatakan menyelesaikan masalah.

Menyangkut strategi untuk menyelesaikan masalah, Suherman, dkk. (2003: 100)


antara lain menyebutkan beberapa strategi pemecahan masalah, yaitu (1) act it out
(menggunakan gerakan fisik atau menggerakkan benda kongkrit), (2) membuat gambar
dan diagram, (3) menemukan pola, (4) membuat tabel, (5) memperhatikan semua
kemungkinan secara sistematis, (6) tebak dan periksa, (7) kerja mundur, (8) menentukan
apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan informasi yang diperlukan, (9)
menggunakan kalimat terbuka, (10) menyelesaikan masalah yang mirip atau yang lebih
mudah, dan (11) mengubah sudut pandang.20

Kesimpulan dari beberapa definisi di atas adalah kemampuan pemecahan masalah


merupakan kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam mencari jalan keluar
dari suatu permasalahan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep berpikir
tingkat tinggi secara ilmiah dengan menggunakan strategi-strategi tertentu.

19
Ulya Rahmatika, (2016), Skripsi : Analisis Kemampuan Siswa Kelas VIII dalam
Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah Open Ended pada Pembelajaran Problem Based Learning,
Semarang : Universitas Negeri Semarang, hal. 15-16
20
Ulya Rahmatika, (2016), Skripsi : Analisis Kemampuan Siswa Kelas VIII dalam
Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah Open Ended pada Pembelajaran Problem Based Learning,
Semarang : Universitas Negeri Semarang, hal. 29-30

10
4. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Minat adalah kemauan aktivitas serta perasaan senang tersebut memiliki potensi yang
memungkinkan individu untuk memilih,memperhatikan sesuatu yang datang dari luar
sehingga individu yang bersangkutan menjadi kenal dan akrab dengan objek yang ada.
Minat sangat berhubungan dengan pembelajaran sebab memunginkan peningkatan dan
pelengkap perkenalan objek,untuk membimbing pembelajaran yang bermakna,untuk
meningkatkan ingatan mereka dalam jangka panjang serta sebagai sumber pengetahuan
dan orientasi motivasi untuk pembelajaran lebih lanjut.

Minat belajar adalah dorongan dari siswa secara psikologis dalam mempelajari
sesuatu dengan penuh perhatian,ketenangan dan disiplin,yang menyebabkan siswa lebih
aktif dan suka melakukannya.Siswa cenderung melibatkan diri mereka dalam
pembelajaran yang lebih dalam pada subjek tertentu ketika mereka memiliki minat21.

Djamariah mengungkapkan minat belajar cenderung menghasilkan potensi yang


tinggi,sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan potensi belajar yang
rendah.Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar,artinya untuk
mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu.Timbulnya minat belajar
disebabkann berbagai hal,antara lain karena keinginan yang kuat untuk memperoleh
pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia22.

Yang paling penting ialah bahwa hubungan minat belajar siswa dan kualitas
pengalaman belajar dengan keterlibatan dalam proses belajar,kesenangan dan
kepuasan,konsentrasi atau perhatian dan aktivitas23.

b. Aspek-Aspek Minat Belajar

Elizabeth B.Hurlock dalam Ressa Arsita Sari mengatakan bahwa minat merupakan
hasil dari pengalaman atau proses belajar.Ressa mengemukakan bahwa minat memiliki
dua aspek,yaitu:

21
Arthur,Y.D.,Oudro,F.T.,&Bondi,R.K.2014.Statistical Analysis of Ghanaian Students Attitude and
Interest Towards Learning Mathematics.International Journal of Education and Research.2(6):661670
22
Syaiful Bahri Djamarah,Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta:Rineka Cipta,2002) Hal 157
23
Prenzel M,Die Wirkungsweise von Interesse.In K.A.Renninger,S.Hidi,& A.Krapp (Eds),The
role of interest in learning and development (pp 71-98) (1988) .Hillsdale,NJ:Erlbaum

11
1. Aspek Kognitif

Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang
berkaitan dengan minat.Konsep yang membangun aspek kognitif didasarkan atas
pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan.

2. Aspek Afektif

Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam
sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat.Aspek ini mempunyai
peranan yang besar dalam memotivasikan tindakan seseorang.

c. Indikator Minat Belajar

Menurut Slameto,peserta didik yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:24

1) Mempunyai kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatau


yang dipelajari secara terus-menerus.

2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati

3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.Ada rasa
keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada lainnya.

5) Dimanifesrasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Sumadi Suryabrata mengungkapkan,minat mempunyai ketergantungan pada faktor


internal seperti perhatian dan kebutuhan..Berikut uraian dari beberapa indikator minat
tersebut,yaitu:

1. Perhatian

Perhatian dalam belajar adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
seseorang yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek belajar.Peserta didik
yang aktivitas belajarnya disertai dengan perhatian yang intensif akan lebih sukses,serta
prestasinya akan lebih tinggi.Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan

24
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinyai (Jakarta:Rineka Cipta,2013), hal 2

12
memberikan perhatian yang besar.Oleh karena itu,peserta didik yang mempunyai
perhatian terhadap suatu pelajaran,pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai
yang bagus yaitu dengan belajar.

2. Kebutuhan

Kebutuhan (motif) adalah keadaan dalam diri pribadi seorang peserta didik yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan.Kebutuhan ini hanya dapat dirasakan sendiri oleh seorang individu.Motivasi
sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar.

Lebih lanjut diungkapkan oleh Evi Mayura,beberapa indikator siswa yang memliki
minat belajar yang tinggi dapat dikenali melalui prose belajar dikelas maupun di
rumah,yaitu:25

1) Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu
pelajaran,maka ia akan terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan mata pelajaran
tersebut serta tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut. 2)
Ketertarikan Siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk cenderung merasa
tertarik pada orang,benda,kegiatan,atau bisa berupa pengalaman efektif yang dirangsang
oleh kegiatan itu sendiri. 3) Perhatian dalam Belajar

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap


pengamatan,pengertian,dan sebagainya dengan mengesampingkan yang hal
lain.Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu,maka dengan sendirinya ia akan
memperhatikan objek tersebut.

4) Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan sesuatu objek yang mengakibatkan senang dan tertarik
untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.

25
Evi Mayura,Hubungan Antara Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI di SD N
20/I Jembatan Mas (Skripsi;Fakultas Keguruan Universitas Jambi,Jambi,2014),Hal 3

13
d. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Minat Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa,antara lain:26

1) Motivasi

Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi,baik bersifat internal ataupun
eksternal.Seorang siswa yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan tentang matematika
misalnya,tentu akan terarah niatnya untuk membaca buku-buku tentang
matematika,mendiskusikannya,memecahkan soal dan sebagainya.

2) Belajar

Minat dapat diperoleh melalui belajar,karena dengan belajar siswa yang semula tidak
menyenangi suatu pelajaran tertentu,lama-kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan
mengenai pelajaran tersebut,minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi
mempelajari pelajaran tersebut.

3) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru

Bahan pelajaran yang menarik minat siswa,akan sering dipelajari oleh siswa yang
bersangkutan.Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat siswa tentu akan
dikesampingkan oleh siswa. Guru yang pandai,baik, ramah, disiplin, serta disenangi
murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat murid.Sebaliknya,guru
yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh siswa,akan sukar dapat merangsang
timbulnya minat dan perhatian siswa.

4) Keluarga

Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga,oleh karenanya keluarga sangat
berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran.Apa yang
diberikan oleh keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak.Dalam
proses perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari
keluarga,khususnya orangtua.

26
Holidun,Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelompok
Matematika Ilmu Alam (MIA) dan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) Kelas XI MAN 1 Bandar Lampung Ditinjau
dari Minat Belajar Matematika,(Skripsi:Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas raden
Intan,Palembang,2017) Hal 49-53

14
5) Teman Pergaulan

Melalui pergaulan,seseorang akan dapat terpengaruh arah minatnya oleh


temantemannya,khususnya teman sebaya.Khusus bagi remaja,pengaruh teman ini sangat
besar karena dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktivitas
bersama-sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka alami.

6) Lingkungan

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.Lingkungan


adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak,sekolah tempat
mendidik,masyarakat tempat bergaul,juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan
alam dan iklimnya,flora serta faunanya.Besar kecilnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu serta jasmani dan
rohaninya. 7) Cita-Cita

Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar siswa,bahkan cita-cita juga dapat dikatakan
sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan
datang.

8) Bakat

Melalui bakat,seseorang akan memliki minat.Ini dapat dibuktikan dengan contoh:bila


seseorang sejak kecil memiliki bakat menyanyi,secara tidak langsung ia akan memiliki
minat dalam hal menyanyi.Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang
lain,kemungkinan ia akan membencinya atau beban bagi dirinya.

9) Hobi

Hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat.Sebagai


contoh,seseorang yang memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung
dalam dirinya timbul minat untuk menekuni ilmu matematika,begitupun dengan hobi
yang lainnya.Faktor hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat.

10) Media/Massa

Apa yang ditampilkan di media massa,baik media cetak maupun elektronik,dapat


menarik dan merangsang khalayak untuk memperhatikan dan menirunya.Pengaruh

15
tersebut menyangkut istilah,gaya hidup,nilai-nilai,dan juga perilaku sehari-hari.Minat
khalayak dapat terarah pada apa yang dilihat,didengar,atau diperoleh dari media massa.

11) Fasilitas

Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana,baik yang berada di rumah,di sekolah,dan
di masyarakat memberikan pengaruh yang positif dan negatif.Sebagai contoh,bila fasilitas
yang mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia,maka timbulnya minat anak untuk
menambah wawasannya.Tetapi,apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat
pendidikannya,seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota besar,tentu
hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat tersebut.

B. Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang relevan oleh Bhupinder Sharma (2015) dengan judul penelitian “Study of
The Impact of Mathematical Interest on Reasoning Ability Among Pseb Secondary Class
Students” .27Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak minat dalam matematika
pada kemampuan penalaran di kalangan siswa sekolah menengah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, tidak ada perbedaan signifikan dalam interaksi matematika PSEB
antara laki-laki dan perempuan, tidak ada perbedaan signifikan dalam minat matematika
siswa perkotaan dan pedesaan PSEB, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
kemampuan penalaran PSEB laki-kai dan perempuan, dan tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam minat matematika siswa PSEB kota dan pedesaan.

2. Penelitian yang relevan oleh Dominic Otoo, WahabA.Iddrisu, dkk (2018) dengan judul
penelitian “Structural Model of Students’ Interest and Self-Motivation to Learning
Mathematics” . 28 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat dan motivasi siswa
dalam pembelajaran matematika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan
diri siswa secara langsung mempengaruhi minat siswa dalam pembelajaran matematika
dan ada hubungan langsung antara kepercayaan dan motivasi, pengetahuan siswa tentang

27
Bhupinder Sharma, (2015), Study of The Impact of Mathematical Interest on Reasoning Ability
Among Pseb Secondary Class Students, Indian Journal Of Research, Vol: 4, Issue:4, hal. 4-6
28
Dominic Otoo dkk, (2018), Structural Model of Students’ Interest and Self-Motivation to
Learning Mathematics, Education Research International, Volume 2018, Article ID 9417109, 10 pages,
hal. 1-10

16
kegunaan matematika secara tidak langsung meningkatkan minat siswa dalam
matematika.

3. Penelitian yang relevan oleh Charles Y.C. Yeh, Hercy N. H. Cheng dkk (2019) dengan
judul penelitian “Enhancing Achievement and Interest in Mathematics Learning Through
Math-Island”. 29 Penelitian ini bertujuan meningkatkan prestasi dan minat dalam
pembelajaran matematika melalui Math-Island. Hasil dari penelitian ini adalah di
temukan bahwa ada peningkatan pada prestasi matematika siswa, terutama dalam
perhitungan dan masalah kata. Selain itu, prestasi siswa yang berprestasi rendah di
sekolah eksperimen mengungguli siswa berprestasi rendah di sekolah kontrol (kelompok
kontrol di sekolah lain) dalam masalah kata. Selain itu, baik siswa berprestasi rendah dan
siswa berprestasi tinggi di sekolah eksperimental mempertahankan tingkat minat yang
agak tinggi dalam matematika dan sistem.

4. Penelitian yang relevan oleh Yeo Kai Kow, Joseph dengan judul penelitian “Anxiety and
performance on mathematical problem solving of secondary two students in Nanyang
Technological University, Singapura”. 30 Penelitian ini dilakukan di luar negeri oleh
mahasiswa Universitas Teknologi Nayang di Singapura dan objek yang diteliti adalah
siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Singapura menegenai Kecemasan dan kinerja
pada pemecahan masalah matematika sekunder dua siswa, adapun hasil penelitian ini
adalah Sebanyak 621 Sekunder 2 siswa dari sepuluh sekolah menengah atas di Singapura
berpartisipasi dalam studi. Data menunjukkan hubungan positif antara kecemasan
matematika dan tes kecemasan. Selain itu, kecemasan matematika dan kinerja pada
matematika tes pemecahan masalah non rutin menunjukkan hubungan linear marjinal
sedangkan tes kecemasan hampir tidak ada hubungan dengan kinerja pada tes pemecahan
masalah matematika rutin non.

5. Penelitian yang relevan oleh Yesi Sapitri, Citra Utami dan Mariyam (2019) dengan judul
penelitian “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam

29
Charles Y.C. Yeh dkk, (2019), Enhancing Achievement and Interest in Mathematics Learning
Through Math-Island, Yeh et al. Research and Practice in Technology Enhanced Learning, Vol:14, No:5,
hal. 1-19
30
Yeo Kai Kow, Joseph ,(2005), Anxiety and Performance on Mathematical Problem Solving of
Secondary Two Students in Nanyang Technological University, Singapura“ Jurnal The Mathematics
Educator, Vol.8, No.2, hal.71-83.

17
Menyelesaikan Soal Open-Ended pada Materi Lingkaran Ditinjau dari Minat Belajar”.31
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dalam menyelesaikan soal open-ended pada materi lingkaran ditinjau
dari minat belajar. Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam
menyelesaikan soal open-ended pada materi lingkaran ditinjau dari minat belajar tinggi
mempunyai rata-rata sebesar 52,34 yang berada pada kategori sedang, kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dalam menyelesaikan soal open-ended pada materi
lingkaran ditinjau dari minat belajar sedang mempunyai rata-rata sebesar 37,08 yang
berada pada kategori sedang, dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dalam menyelesaikan soal open-ended pada materi lingkaran ditinjau dari minat belajar
rendah mempunyai rata-rata sebesar 45,23 yang berada pada kategori sedang.

6. Penelitian yang relevan oleh Lusi Wira Afriyati, Yenita Roza dan Maimunah (2020)
dengan judul penelitian“Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Minat
Belajar Matematika Siswa SMA Pekanbaru pada Materi SLTV”. 32 Tujuan penelitian
untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah berdasarkan minat belajar siswa
dalam pembelajaran matematika. Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kualitatf.
Adapu hasil penelitian kemampuan pemecahan masalah siswa kategori tinggi dengan
minat belajar positif mampu memenuhi semua indikator kemampuan pemecahan
masalah. Kemampuan pemecahan masalah siswa kategori sedang dengan minat belajar
positif mampu memenuhi indikator merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah,
serta melakukan pengecekan. Kemampuan pemecahan masalah siswa kategori rendah
dengan minat belajar positif hanya mampu memenuhi indikator merencanakan
penyelesaian, dan menyelesaikan masalah. Kemampuan pemecahan masalah siswa
kategori sedang dengan minat belajar negatif mampu memenuhi indikator merencanakan
penyelesaian, menyelesaikan masalah, serta melakukan pengecekan.

31
Yesi Sapitri dkk, (2019), Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Open-Ended pada Materi Lingkaran Ditinjau dari Minat Belajar, Jurnal Variabel,
Vol.2, No.1, hal.16-23
32
Lusi Wira Afriyati dkk, (2020), Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan
Minat Belajar Matematika Siswa SMAPekanbaru Pada Materi SLTV, Jurnal Matematika Statistika &
Komputasi, Vol.16, No.2, hal. 226-240

18
7. Penelitian yang relevan oleh Holidun dengan judul peneltian “Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelompok Matematika Ilmu Alam (Mia)
dan Ilmu-Ilmu Sosial (Iis) Kelas XI Man 1 Bandar Lampung ditinjau dari Minat Belajar
Matematika”. 33 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah analisis
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelompok Matematika Ilmu
Alam (MIA) dan Ilmu-ilmu Sosial (IIS) kelas XI MAN 1 Bandar Lampung ditinjau dari
minat belajar matematika peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
berjenis analisis. Hasil pembahasan menunjukkan peserta didik dengan kategori minat
tinggi mampu menyelesaiakan pemecahan masalah dari tiap tahap-tahapan pemecahan
masalah dengan benar. Peserta didik dengan kategori minat sedang dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan, mampu menyelsaiakan pemecahan masalah soal dan memenuhi
semua indikator, namun dalam beberapa tahapan lainya masih kurang sistematis dalam
penyelesaianya. Peserta didik dengan kategori minat rendah hanya mampu
menyelesaiakan pada tahapan memahami masalah dan merencanakan masalah meskipun
belum maksimal, dan belum mampu untuk menyelesaiakan tahapan lainya.

33
Holdun, (2017),Skripsi : Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik
Kelompok Matematika Ilmu Alam (Mia) dan Ilmu-Ilmu Sosial (Iis) Kelas Xi Man 1 Bandar Lampung
ditinjau dari Minat Belajar Matematika, Bandar Lampung :Universitas Islam Negeri Raden Intan, hal. 29-
30

19
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. 34 Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu jenis
penelitian yang bemaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran
terhadap gejala tertentu dan berusaha menggambarkan permasalahan dengan suatu
analisis faktual. Strauss dan Corbin dalam Salim & Syahrum menyatakan bahwa
“penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang prosedur penemuan yang
dilakukan tidak menggunakan prosedur statistik atau kuantifikasi. Dalam hal ini
penelitian kualitatif adalah penelitian tentang kehidupan seseorang, cerita, perilaku, dan
juga tentang fungsi organisasi, gerakan sosial atau hubungan timbal balik”.35

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif


kualitatif. Istilah “deskriptif” berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti
memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi,
peristiwa, kegiatan, dan lain-lain3637. Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau
hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
penelitian.

Pendekatan deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika
berdasarkan minat belajar matematika di kelas VII SMP N 1 Percut Sei Tuan.

34
Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D
(Bandung : Alfabeta, 2012), h. 2.
35
Salim & Syahrum, (2016), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Citapustaka Media,
2016, hal. 41.
36
Suharsimi Arikunto, (2013), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, hal.
37
.

20
B. Partisipan/Setting Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Percut sei Tuan terletak di Jl. Besar
Tembung Kec. Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, kode pos 20371. Adapun peneliti
melakukan penelitian disekolah tersebut yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VII
dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan minat belajar matematika.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021

C. Subjek Penelitian

Sumber data dalam penelitian adalah subjek yang memberikan infomasi yang menjadi
data dalam penelitian. Sumber data terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
primer adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan metode yang tidak menggunakan perhitungan. Sehingga teknik pengambilan sampel
dilakukan menggunakan purpposive sampling. Purpposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.38 Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 SMP N 1 Percut Sei Tuan sebanyak 32 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama untuk menghimpun data yang diperlukan. Maka pengumpulan data yang dilakukan
peneliti adalah sebagai berikut :

1. Observasi

38
Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung :
Alfabeta, 2012), hal. 218-219

21
Observasi adalah pengamatan atau pengindraan secara khusus dengan penuh perhatian
dan keuletan. Penelitian ini menggunakan observasi secara langsung. Observasi langsung
dilakukan tanpa perantara terhadap perilaku subjek riset.39

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara


langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para partisipan.Wawancara
digunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan
penelitian. Metode wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara pada penelitian ini akan dilakukan
kepada:

a) Satu guru bidang studi matematika di sekolah tersebut. Dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematikan berdasarkan minat belajar matematika.

b) Siwa kelas VII-1 SMP Negeri 1 Percut sei tuan. dimana siwa yang akan diwawancari
hanya beberapa orang siswa. Responden wawancara adalah 6 orang siswa yang dipilih
berdasarkan kategori kemampuan yang dikategorikan berdasarkan rangking di kelas, yaitu
2 orang siswa kategori kemampuan tinggi, 2 orang siswa kategori kemampuan sedang, dan
2 orang siswa kategori kemampuan rendah.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan penguat data yang telah didapatkan dari proses pengumpula
data. Dokumentasi biasanya berupa foto atau gambar, rekaman audio atau video dan
sebagainya.

39
Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, (2014), Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan, Jakarta:
PT Bumi Aksara, Cet. Ke-1, hal. 254-255.

22
E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur atau parameter yang digunakan dalam
pengumpulan data untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.40. Dalam
penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.
Sedangkan dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman wawancara, pedoman
observasi, dan kuesioner. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam penelitian kualitatif pada
awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah
peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka dapat
dikembangkan suatu instrument.

1. Angket

Angket adalah instrumen non tes yang berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh
orang yang menjadi subjek dalam penelitian (responden).49 Dalam penelitian ini digunakan
angket berbentuk pertanyaan dengan sifat tertutup yang di dalamnya terdapat kolom pilihan
responden untuk pertanyaan. Angket dalam penelitian ini digunakan untuk melihat
bagaimana kemampuan belajar peserta didik berdasarkan minat belajar matematika.

F. Teknik Analisis Data

Setelah memperoleh data dari berbagai sumber, langkah selanjutnya yaitu menganalisis
data yang diperoleh dengan beberapa teknik, yaitu :

1. Reduksi Data

Miles dan Huberman dalam Salim & Syahrum menjelaskan bahwa “reduksi data diartikan
sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data
berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung.

40
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta : Rineka
Cipta, 2011), h. 102

23
2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah penyajian data. Menurut Miles dan
Huberman dalam Salim & Syahrum bahwa “penyajian data adalah sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.”41

Penyajian data dalam kualitatif biasanya berupa teks naratif, namun teks naratif tersebut
dapat diinterpretasikan dalam bentuk matriks, grafik, bagan, dan jaringan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Miles and Huberman dalam Sugiyono menyatakan “the most frequent from
of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling
sering digunakan untuk manyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif40.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah selanjutnya setelah penyajian data adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi
data. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Salah satu cara untuk memperoleh keabsahan data adalah dengan traingulasi. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. 42 Teknik triangulasi
merupakan modus pelacakan atau pengecekan kepada pihak ketiga atau sumber data ketiga
guna meningkatkan peluang-peluang agar temuan-temuan riset dan interpretasi terhadap
temuan-temuan riset itu menjadi lebih kredibel. Sebagaimana menurut Moleong bahwa
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dapat memanfaatkan sesuatu yang lain

41
Salim & Syahrum, (2016), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Citapustaka Media, hal. 148.
40
Ibid., hal. 149-150.
42
Muh. Fitrah & Luthfiyah, (2017), Metodologi Penelitian ; Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas &
Studi Kasus, Jawa Barat : CV Jejak, hal.85

24
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang
diperoleh dari penggunaan teknik pengumpulan data. 43

Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik, triangulasi teknik dilakukan
untuk menguji kreadibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Dimana peneliti membandingkan data yang dihasilkan dari
sumber yang sama yakni guru dengan beberapa teknik yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Triangulasi teknik dapat diamati pada gambar dibawah ini :

Observasi
Partisipatif

Wawancara Sumber Data


mendalam

Dokumentasi

43
Salim & Syahrum, (2016), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Citapustaka Media,
hal.166.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat, Fathoni. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta:

Rineka Cipta, 2011.

Afriyati, Lusi Wira dkk. 2020. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan
Minat Belajar Matematika Siswa SMAPekanbaru Pada Materi SLTV. Jurnal Matematika
Statistika & Komputasi, Vol.16, No.2.

Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. 2014. Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Aulia, Ermawati Rahayu. 2015. Skripsi: Analisis Kesulitan Melukis, Memahami Garis
Istimewa Segitiga Pada Mahapelajar Pendidikan Matematika UMS.

(Surakarta: UMS).

Choudary, Nand Kishor. 2015. Study of Impact of Mathematical Interest on Reasoning


abilities in Between Pseb Secondary Student at Class. Indian Journal of
Research, Sekolah Pendidikan Babe Ke, Daudhar. vol. 4, no.4.

Fitrah, Muh., & Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas & Studi Kasus. Jawa Barat: CV Jejak.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Hasratuddin. 2014. Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika. Jurnal

Pendidikan Matematika Paradikma.

Holdun. 2017. Skripsi : Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta

Didik Kelompok Matematika Ilmu Alam (Mia) dan Ilmu-Ilmu Sosial (Iis) Kelas Xi Man 1
Bandar Lampung ditinjau dari Minat Belajar Matematika, (Bandar Lampung :Universitas
Islam Negeri Raden Intan).

26
Ismunamto, A. 2011. Ensiklopedia Matematika 1. (Jakarta: Lentera Abad).

Joseph danYeo Kai Kow. 2005. Anxiety and Performance on Mathematical Problem
Solving of Secondary Two Students in Nanyang Technological University, Singapura. Jurnal
The Mathematics Educator, Vol.8, No.2.
Lubis, Mara Samin. 2016. Telaah Kurikulum Pendidikan Menengah Umum/Sederajat.

(Medan: Perdana Publishing).

Otoo, Dominic dkk. 2018). Structural Model of Students’ Interest and Self-Motivation to

Learning Mathematics. Education Research International, Volume 2018,


Article ID 9417109.

Rahmatika, Ulya. 2016. Skripsi : Analisis Kemampuan Siswa Kelas VIII dalam

Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah Open Ended pada Pembelajaran Problem


Based Learning (Semarang : Universitas Negeri Semarang).

Rusdin, Norazlin Mohd dan Siti Rahaimah Ali. 2019). Students’ Interest toward Learning

Activities Based-on 4Cs Skills in Mathematics Classroom: A Need Analysis Study, Human
Resource Management Academic Research Society, Vol. 9, No. 6, hal. 1277-1289.

Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. CV Rajawali, Jakarta.

Salim & Syahrum. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka Media.

Sapitri, Yesi dkk. 2019. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam

Menyelesaikan Soal Open-Ended pada Materi Lingkaran Ditinjau dari


Minat Belajar. Jurnal Variabel, Vol.2, No.1.

Sharma, Bhupinder. 2015. Study of The Impact of Mathematical Interest on Reasoning

Ability Among Pseb Secondary Class Students, Indian Journal Of Research.

Vol: 4, Issue:4,

Setyono, Ariesandi. 2005. Mathemagics. (Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama).

27
Sukardjono. 2015. Hakikat dan Sejarah Matematika, Universitas Terbuka, Tangerang Selatan.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Surayin. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Analisis, (Yrama Widya : Bandung).

Uno, Hamzah. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. (Jakarta : Bumi

Aksara).

Yeh, Charles Y.C. dkk. 2019. Enhancing Achievement and Interest in Mathematics

Learning Through Math-Island. Yeh et al. Research and Practice in


Technology Enhanced Learning, Vol:14, No:5.

28
PROPOSAL PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR


MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SMALL
GROUP DISCUSSION DI KELAS VII SMP SWASTA MUHAMMADIYAH 3 MEDAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Seminar Matematika
Dosen Pengampu :
Drs. Isran Rasyid Karo-Karo S M.Pd

Oleh :
Kelompok IX
Khairun Niswah Sitorus ( 0305172074 )
Muhammad Riza Hendrawan ( 0305172083 )
RS Nurdiah Saniddina Hasanah Harahap ( 0305172107 )
Suci Lestari ( 0305172108 )
PMM-1/Semester VII

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Identifikasi masalah ................................................................................................ 2
C. Batasan Masalah ..................................................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3
G. Anggapan Dasar ...................................................................................................... 4
H. Hipotesis Tindakan ................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Komunikasi Matematika ......................................................................................... 5
B. Hasil Belajar Matematika ....................................................................................... 5
C. Model Pembelajaran Small Group Discussion ....................................................... 8

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian .................................................................................................... 10
B. Subjek Dan Objek Penelitian .................................................................................. 11
C. Variabel Dan Indikator ........................................................................................... 12
D. Instrumen Penelitian ............................................................................................... 12
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................... 15
F. Teknik Analisis Data............................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa, dan negara (UU RI
No.20 Tahun 2003). Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada proses yang dialami siswa sebagai peserta didik dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar tersebut.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
guru mata pelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 3 Medan, didapat beberapa masalah
yang menjadi kendala dalam proses belajar proses belajar mengajar dikelas. Diantaranya
adalah kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa rendah. Rendahnya
kemampuan komunikasi matematika siswa diketahui dari wawancara bersama guru mata
pelajaran matematika, dan untuk rendahnya hasil belajar matematika siswa diketahui dari
data hasil belajar siswa.
Berdasarkan data hasil belajar siswa kelas VII-A, terdapat 21 siswa yang memiliki nilai
dibawah KKM dan 17 siswa yang mendapat nilai diatas KKM. Jadi sebanyak 55,26% siswa
belum mencapai KKM, dan sebanyak 44,74% siswa telah mencapai KKM. Dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa rendah. Rendahnya hasil belajar ini dipengaruhi oleh
kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Guru mengatakan siswa dikelas VII-
A lebih cepat memahami materi apabila guru mengajar menggunakan alat peraga, karena
siswa kelas VII-A lebih cepat menangkap materi pelajaran apabila menggunakan benda-
benda nyata. Seperti yang pernah diterapkan oleh guru dengan menggunakan uang untuk
menjelaskan materi pola bilangan. Ketika guru menjelaskan menggunakan lisan saja para
siswa lama untuk mengerti, pada saat guru menggunakan uang sebagai media bantu, siswa
cepat mengerti apa yang dijelaskan oleh guru.
Siswa masih menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan kurang
menyenangkan sehingga berdampak pada saat pelajaran matematika siswa menjadi bosan.
Ketika rasa bosan ini muncul didalam diri siswa, maka minat belajar siswa pasti akan turun
dan materi yang disampaikan oleh guru pasti tidak akan direspon siswa dengan baik. Ketika

1
hal ini terjadi, maka persoalan-persoalan mengenai materi tidak akan bisa dijawab oleh siswa,
sehingga menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah.
Berdasarkan pemaparan masalah diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu siswa
masih kesulitan untuk memahami materi sehingga menganggap pelajaran matematika sulit
dan kurang menyenangkan, adanya rasa bosan dalam belajar yang menyebabkan minat
belajar siswa menjadi turun dan materi yang disampaikan oleh guru tidak dapat direspon
siswa dengan baik, variasi belajar masih kurang, dan keberanian siswa dalam menjelaskan
materi masih kurang. Selain itu kemampuan komunikasi dan hasil belajar siswa juga rendah.
Maka dari itu, peneliti menawarkan sebuah solusi kepada guru matematika yang bisa
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran yang berpijak dari pendekatan StudentCentered.
Secara umum pendekatan StudentCentered merupakan sebuah pendekatan yang
berpusat kepada peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Pendekatan ini digunakan
untuk melatih kemampuan berkomunikasi, kerjasama, integritas, dan tanggung jawab.
Small Group Discussion (Diskusi kelompok Kecil) adalah model pembelajaran yang
mudah untuk diterapkan dikelas karena model pembelajaran ini merupakan model
pembelajaran secara berdiskusi antar peserta didik di dalam kelompok telah dirancang
sedemikian rupa dan mudah agar siswa secara aktif terlibat di dalam proses belajar mengajar.
Menurut Fathurrohman (2015:202) menyatakan bahwa; “Small Group
Discussiondimaksudkan untuk membangun kerja sama individu dalam kelompok,
kemampuan analitis, dan kepekaan sosial, serta tanggung jawab individu dalam kelompok”.
Dari uraian yang sudah dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar
matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Small Group Discussion di
Kelas VII SMP Swasta Muhammadiyah 3 Medan”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka timbul beberapa pernyataan sebagai
identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Rendahnya kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa.
2. Siswa kurang memahami materi.
3. Banyaknya kendala yang dihadapi guru.
4. Keberanian siswa untuk menjelaskan masih kurang.
5. Strategi pembelajaran yang kurang bervariasi.
2
6. Matematika adalah pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan.
7. Siswa merasa bosan ketika belajar matematika.
8. Minat belajar siswa turun.

C. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan
maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun yang menjadi batasan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Kemampuan komunikasi matematika siswa.
2. Hasil belajar matematika siswa.
3. Model pembelajaran Small Group Discussion.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis merumuskan masalah yang akan
diteliti yaitu:
1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Small Group Discussion dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas VII SMP Swasta
Muhammadiyah 3 Medan?
2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Small Group Discussion dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas VII SMP Swasta
Muhammadiyah 3 Medan?

E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui model pembelajaran Small Group Discussiondapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas VII SMP Swasta Muhammadiyah 3
Medan.
2. Untuk mengetahui model pembelajaran Small Group Discussiondapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa di kelas VII SMP Swasta Muhammadiyah 3 Medan.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi untuk keperluan
pembelajaran matematika, terutama dalam hal menyangkut kemampuan komunikasi
3
dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Small
Group Discussion.
2. Manfaat Praktis
Setelah melakukan penelitian, diharapkan hasil yang didapat akan berguna untuk:
a. Bagi Guru: Sebagai bahan refrensi/informasi bagi guru SMP Muhammadiyah 3 Medan
mengenai kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa.
b. Bagi Siswa: Sebagai pengalaman belajar guna meningkatkan kemampuan yang ada
dialam diri setiap siswa terutama kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika.
c. Bagi Sekolah: Sebagai bahan pertimbangan untuk melengkapi sarana dan prasarana
belajar dalam peningkatan mutu proses pembelajaran matematika.
d. Bagi Peneliti: Untuk menambah wawasan peneliti tentang model pembelajaran Small
Group Discussion yang nantinya diharapkan bisa berguna bagi peneliti untuk
melakukan kegiatan belajar mengajar.
e. Bagi Peneliti Lain: Sebagai rujukan agar bisa mengembangkan lagi penelitian ini.

G. Anggapan Dasar
Anggapan Dasar dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Small Group
Discussiondapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa
SMP Swasta Muhammadiyah 3 Medan. Karena Small Group Discussion memberikan siswa
kesempatan untuk saling bekerja sama, membantu teman, bertukar pendapat, mengemukakan
pendapat, menghargai pendapat orang lain, dan sebagainya. Dengan demikian, model
pembelajaran ini bisa dirasakan manfaatnya oleh siswa.

H. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis yang ada dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas VII SMP
Swasta Muhammadiyah 3 Medan.
2. Terdapat peningkatan hasil belajar matematika siswa di kelas VII SMP Swasta
Muhammadiyah 3 Medan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Matematika
Mila Miliatiningsih, mengatakan bahwa komunikasi matematik adalah cara
menyampaikan ide-ide pemecahan masalah, strategi maupun solusi matematika baik secara
tertulis maupun lisan.1
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita dari dua orang individu atau lebih agar pesan yang
diberitakan tersebut bisa dipahami oleh lawan bicara. Komunikasi biasanya dilakukan secara
lisan, namun jika bahasa yang digunakan tidak dapat dimengerti oleh kedua belah pihak maka
komunikasi ini bisa dilakukan dengan bahasa isyarat atau gerak tubuh ( body language ) yang
bertujuan agar si penerima pesan bisa mengerti dengan pesan yang disampaikan oleh si
penyampai pesan.

B. Hasil Belajar Matematika


1. Pengertian Belajar
Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang.2
Belajar adalah sebuah proses penambahan bagian informasi baru terhadap informasi
yang telah mereka ketahui dan kuasai sebelunya. Slameto mengatakan bahwa “belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.”3
2. Pembelajaran Matematika
Dalam hal belajar, peran guru adalah membelajarkan siswa untuk belajar. Peran guru
dalam kegiatan pembelajaran sangat penting bila peserta didik kurang menyadari betapa
pentingnya belajar bagi masa depannya, terkhususnya pembelajaran matematika.

1
Rizka Ni’matillah. 2017. Eksperimen Pembelajaran Matematika Berbasis Realistic Mathematics
Education Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII
Semester Gasal SMP N 1 Bakti. Academy Of Education Journal. Vol. 8 No.1 (Januari 2017) Hal. 54.
2
Fitra Yulia Rozi, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (tsts)untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora. Vol. 2 No. 1(Juni
2016). Hal. 57.
3
Hamzah dan Nurdin. Belajar dengan Pendekatan Paikem. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2015). Hal. 130.

5
Pembelajaran matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu
pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertiaan itu.
Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh
pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai
alat untuk memahami atau menyampaikan informasi, misalnya melalui persamaan, atau tabel
dalam model matematika yang merupakan penyerdahanaan dari soal-soal cerita atau soal
uraian matematika lainnya.
Dalam Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang kurikulum SMP dijelaskan bahwa
mata pelajaran matematika memiliki tujuan agar peserta didik mendapatkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan menggunakan konsepmaupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah. Termasuk dalam kecakapan ini adalah
melakukan algoritma atau prosedur, yaitu kompetensi yang ditunjukkan saat bekerja
dan menerapkan konsep-konsep matematika seperti melakukan operasi hitung,
melakukan operasi aljabar, melakukan manipulasi aljabar, dan keterampilan melakukan
pengukuran dan melukis/ menggambarkan /merepresentasikan konsep keruangan.
2. Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu membuat
generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada.
3. Menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik dalam
penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam pemecahan masalah
dalam konteks matematika maupun di luar matematika (kehidupan nyata, ilmu, dan
teknologi) yang meliputi kemampuan memahami masalah, membangun model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh termasuk
dalam rangka memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (dunia nyata).
4. Mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti matematika
dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
6. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika dan
pembelajarannya, seperti taat azas, konsisten, menjunjung tinggi kesepakatan, toleran,
6
menghargai pendapat orang lain, santun, demokrasi, ulet, tangguh, kreatif, menghargai
kesemestaan (konteks, lingkungan), kerjasama, adil, jujur, teliti, cermat, bersikap luwes
dan terbuka, memiliki kemauan berbagi rasa dengan orang lain.
7. Melakukan kegiatan–kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan matematika.
8. Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan
kegiatan-kegiatan matematika. Kecakapan atau kemampuan-kemampuan tersebut
saling terkait erat, yang satu memperkuat sekaligus membutuhkan yang lain. Sekalipun
tidak dikemukakan secara eksplisit, kemampuan berkomunikasi muncul dan diperlukan
di berbagai kecakapan, misalnya untuk menjelaskan gagasan pada Pemahaman
Konseptual, menyajikan rumusan dan penyelesaian masalah, atau mengemukakan
argumen pada penalaran.
Fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat dan ilmu pengetahuan di sekolah
menjadikan guru sadar akan perannya sebagai motivator dan pembimbing siswa dalam
pembelajaran matematika.

3. Hasil Belajar Matematika


Hasil belajar diperlukan untuk mengetahui tercapainya kompetensi yang diberikan
setelah dilakukan proses pembelajaran sebagai bentuk evaluasi dalam pendidikan.4
Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. 5 Hasil
belajar dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan
peserta didik dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat,
mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan dapat menunjang prestasi
belajar.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan
dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental ini
dapat terwujud apabila pembelajaran siswa memenuhi 3 jenis ranah Taksonomi Bloom.

4
Rizka Ni’matillah. 2017. Eksperimen Pembelajaran Matematika Berbasis Realistic Mathematics
Education Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII
Semester Gasal SMP N 1 Bakti. Academy Of Education Journal. Vol. 8 No.1 (Januari 2017) Hal. 50.
5
Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah. (Jakarta : Prenamedia Group, Cetakan,
Ke-4. 2016). Hal. 5

7
C. Model Pembelajaran Small Group Discussion
Model Pembelajaran Small Group Discussion (SGD) adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Model Pembelajaran Small Group Discussion adalah
cara penyajian pelajaran yang dihadapkan peserta didik terhadap suatu permasalahan berupa
pertanyaan untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama. Dalam diskusi terdapat interaksi
antar individu yang terlibat, saling bertukar pengalaman, informasi, menjadikan semua
peserta didik aktif dalam pembelajaran. Dengan adanya diskusi dalam kelompok, percakapan
yang mengungkapkan ide-ide matematika akan membantu siswa dalam mengasah pikiran
sehingga akan memahami matematika lebih baik.6
Dari penjelasan yang sudah diuraikan diatas, maka dapat kemukakan langkah-langkah
dalam model pembelajaran Small Group Discussion, yaitu:
a. Bagilah siswa secara acak atau heterogen ke dalam kelompok-kelompok kecil.
b. Berikanlah bahan kepada masing-masing kelompok.
c. Minta kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan bahan yang sudah diberikan.
d. Kepada setiap kelompok, minta perwakilan sebagai juru bicara.
e. Minta kepada juru bicara kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
f. Mintalah kelompok lain untuk bertanya atau menanggapi.
g. Guru melakukan rangkuman atau penguatan-penguatan materi yang telah dibahas.

Didalam melaksanakan model pembelajan Small Group Discussion, ada beberapa


perlengkapan yang harus disiapkan oleh guru sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai,
yaitu:
a. Kertas plano minimal sebanyak kelompk yang akan dientuk.
b. Spidol 1-2 buah (dianjurkan yang berwarna) untuk masing-masing kelompok.
c. Alat rekat (solasi atau lakban kertas).

Penerapan Model Small Group Discussion pada saat pembelajaran yang dilakukan oleh
guru, yaitu:

6
Dian Vina Novianti. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas V SDN 4 Sawah Lama Bandar Lampung Tahun Ajaran 2018/2019.
Skripsi Online. Hal 18-19.

8
1. Mengistruksikan siswa untuk membentuk kelompok menjadi 7 bagian, yang setiap
kelompok terdiri dari 5-6 siswa.
2. Guru membagikan bahan bacaan, kertas plano, dan spidol kepada setiap kelompok.
3. Menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk menunjuk juru bicara/ketua
kelompok.
4. Menginstruksikan kepada setiap kelompok agar berdiskusi mengenai bahan bacaan
yang diberikan guru sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
5. Menginstruksikan kepada setiap kelompok agar bertanya kepada guru ketika
bingung dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
6. Menginstruksikan kepada setiap kelompok agar mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
7. Menginstruksikan kepada kelompok lain agar menanggapi/bertanya mengenai hasil
presentasi dari kelompok yang mempresentasikan.
Namun pada kenyataannya, setiap model pembelajaran yang digunakan pasti memiliki
kelemahan dan kelebihan yang sudah pasti ada. Diantara kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran adalah:
a. Kelebihan Model Pembelajaran Small Group Discussion.
1. Hasil belajar lebih sempurna dan lebih baik dibandingkan dengan belajar secaara
individu.
2. Pendapat dari hasil pemikiran bersama lebih meyakinkan dan lebih kuat
dibandingkan dengan pendapat perseorangan.
3. Kerjasama yang dilakukan siswa dapat mengikat tali persaudaraan, tanggung jawab
bersama, kekompakan, rasa memiliki, dan menghilangkan sifat egois.
b. Kekurangan Model Pembelajaran Small Group Discussion.
1. Apabila terjadi persaingan yang negatif dari hasil pekerjaan dan tugas akan lebih
buruk.
2. Siswa yang malas, memperoleh kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok itu
dan kemungkinan besar akan mempengaruhi anggota kelompok lainnya.
3. Kemungkinan terjadinya pertengkaran atau kesalahpahaman antar anggota didalam
satu kelompok.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom Action Research) yaitu
suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan
tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas yang bertujuan memecahkan
masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas tersebut.7Penelitian ini menggunakan
design model John Elliot yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki praktik
pembelajaran di kelas sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada yaitu rendahnya
kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa serta mengungkap kesulitan atau
kendala yang dialami siswa dalam proses belajar mengajar dikelas.8

7
Paizaluddin, Ermalinda. Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung : CV Alpabeta, 2017) h.7
8
Ananda, Rusdi, Tien Rafida, dan Syahrum. Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: Citapustaka Media,
2015) h. 62

10
Gambar : Model Penelitian Tindakan Kelas John Elliot

Reconnaissance
(Menemukan fakta dan analisis)

Rencana Umum
• Tindakan 1 Implementasi Tindakan
• Tindakan 2
• Tindakan 3
SIKLUS I
Implementasi Monitor dan
Pengaruh

Menjelaskan kegagalan
terhadap implementasi dan Revisi Ide Umum
pengaruh

Rencana Umum Yang Diubah


• Tindakan 1 Implementasi Tindakan
• Tindakan 2
• Tindakan 3
SIKLUS II Implementasi Monitor dan
Pengaruh

Menjelaskan kegagalan
terhadap implementasi dan Revisi Ide Umum
pengaruh

Rencana Umum Yang Diubah


• Tindakan 1
• Tindakan 2 Implementasi Tindakan
• Tindakan 3
SIKLUS III
Implementasi Monitor dan
Pengaruh

Menjelaskan kegagalan
terhadap implementasi dan
pengaruh

B. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMP Swasta Muhammadiyah 3 Medan
Tahun Ajaran 2018/2019 yang memiliki siswa sebanyak 38 orang.
Objek penelitian ini adalah kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa
melalui model pembelajaran Small Group Discussion di kelas VII-A SMP Swasta
Muhamamdiyah 3 Medan Tahun Ajaran 2018/2019.

11
C. Variabel dan Indikator
1. Variabel
Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Small
Group Discussion, kemampuan komunikasi, dan hasil belajar matematika siswa kelas VII-
A SMP Swasta Muhamamdiyah 3 Medan Tahun Ajaran 2018/2019.
2. Indikator
Adapun indikator dari penelitian ini adalah skor angket kemampuan komunikasi dan skor
tes hasil belajar pada akhir siklus dengan menggunakan model pembelajaran Small Group
Discussion.

D. Instument Penelitian
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa
instrument, yaitu:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan belajar secara langsung oleh
pengamat yaitu guru matematika SMP Swasta Muhammadiyah 3 Medan. Observasi ini
bertujuan untuk mengamati kegiatan selama proses belajar mengajar berlangsung guna
sebagai bahan refleksi untuk guru dan sampai sejauh mana pelaksanaan pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran. Adapun yang menjadi komponen-komponen observasi yaitu
berdasarkan (1) Keterampilan guru dalam membuka pelajaran, (2) Menyajikan materi
pembelajaran, (3) Penggunaan model pembelajan Small Group Discussion dalam kegiatan
belajar mengajar, (4) Pengelolaan kelas oleh guru, (5) Interaksi dengan siswa, (6)
Meevaluasi, (7) Keterampilan menutup pelajaran, (8) Efisiensi penggunaan waktu.
Pengamat akan memberikan nilai dengan tanda checklist pada baris dan kolom dari setiap
indikator dan deskripsi yang dinilai.
2. Angket Kemampuan Komunikasi Matematis
Angket digunakan oleh peneliti untuk mengetahui respon siswa terhadap proses
pembelajaran matematika serta kemampuan komunikasi matematis yang terjadi pada saat
proses belajar mengajar berlangsung. Penelitian ini menggunakan angket langsung dan
tertutup, dimana peneliti telah menyusun angket serta menyediakan pilihan jawaban
lengkap dan angket ini langsung diisi oleh peserta didik tanpa perantara. Angket ini dibuat
berdasarkan indikator kemampuan komunikasi dan aspek yang termasuk dalam

12
kemampuan komunikasi. Angket ini akan diberikan kepada siswa setelah selesai
pelaksanaan kegiatan pembelajaran didalam kelas..
3. Tes Hasil Belajar
Dalam tes diberikan waktu untuk menyelesaikan soal sebanyak 5 soal uraian untuk
mengukur hasil belajar. Peneliti menyusun seperangkat alat dari pokok bahasan yang telah
diajarkan di kelas VII-A SMP Swasta Muhammadiyah 3 Medan. Soal telah disusun
berdasarkan materi yang telah diajarkan kepada siswa dan indikator pencapaian
kompetensi. Soal tes yang telah dikerjakan oleh siswa akan dinilai oleh peneliti sesuai
dengan pedoman penskoran untuk tes hasil belajar

4. Uji Coba Instrument


a. Validitas
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian
dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Untuk menghitung validitas item tes
digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson:

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 }{𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }

Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi product moment
N = Jumlah responden
X = Skor item
Y = Skor total

b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran secara cermat.
Selain itu menurut arti sesuai dengan kenyataan, konsisten, tetap, dan relvan. Untuk
mengukur reliabilitas suatu soal, digunakan rumus alpha:

𝑛 ∑ 𝜎𝑖2
𝑟11 =( ) (1 − 2 )
𝑛−1 𝜎𝑡

13
Keterangan :
𝑟11 = Reliabilitas yang dicari
∑ 𝜎𝑖2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item
𝜎𝑡2 = Varians total
Varians dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

(∑ 𝑋)2
∑ 𝑋2 −
𝑁
𝜎2 =
𝑁

c. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaiknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauan. Untuk menghitung
tingkat kesukaran, digunakan rumus:

∑ 𝐾𝐴 + ∑ 𝐾𝐵
𝑃= × 100%
𝑆𝑡 × 𝑁

Keterangan:
P = Indeks atau Taraf Kesukaran
∑ 𝐾𝐴 = Jumlah skor testee kelompok atas
∑ 𝐾𝐵 = Jumlah skor testee kelompok bawah
N = Jumlah kelompok atas dan bawah
St = Skor Tertinggi

d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah).
Untuk mengetahui daya pembedanya, digunakan rumus sebagai berikut:

∑ 𝐾𝐴 − ∑ 𝐾𝐵
𝐷=
𝑆𝑡 × 𝑁

14
Keterangan:
D = Daya Pembeda
∑ 𝐾𝐴 = Jumlah skor testee kelompok atas
∑ 𝐾𝐵 = Jumlah skor testee kelompok bawah
N = Jumlah kelompok atas dan bawah
St = Skor Tertinggi9

E. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah :
1. Observasi, digunakan untuk mengamati kegiatan selama proses belajar mengajar
berlangsung guna sebagai bahan refleksi untuk guru dan sampai sejauh mana
pelaksanaan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Angket kemampuan komunikasi matematis, digunakan untuk mengetahui respon
siswa terhadap proses pembelajaran matematika serta kemampuan komunikasi
matematis yang terjadi pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
3. Tes hasil belajar matematika siswa, yang digunakan untuk mendapatkan data tentang
hasil belajar matematika siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Small Group Discussion.

F. Teknik Analisis Data


Setelah dilakukan penyebaran angket dan tes untuk mendapatkan data-data, peneliti
kemudian menganalisis data-data tersebut menggunakan teknik analisis data untuk angket
kemampuan komunikasi, ketuntasan hasil belajar, dan ketuntasan klasikal yang
menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Analisis Data Observasi


Untuk menganalisis data hasil observasi, digunakan rumus sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

9
Sukmawarti. Evaluasi Proses Dan Hasil Pembelajaran Matematika. Medan. 2016. H. 139-163

15
2. Analisis Data Angket Kemampunan Komunikasi Matematis Siswa
Teknik analisis data angket kemampuan komunikasi dirumuskan sebagai berikut:

𝑇
𝑇𝐾𝐾𝑀 = × 100
𝑇𝑡

Keterangan:
TKKM = Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = Jumlah skor total

3. Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa


Teknik analisis data ketuntasan hasil belajar dirumuskan sebagai berikut:

𝑇
𝐾𝐵 = × 100
𝑇𝑖
Keterangan:
KB = Ketuntasan Belajar
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Ti = Jumlah skor total10

Untuk melihat ketuntasan hasil belajar, maka dibuat kriteria ketuntasan hasil belajar
seperti pada tabel berikut ini:

4. Analisis Data Ketuntasan Klasikal


Persentase ketuntasan belajar suatu kelas (ketuntasan klasikal) dalam aspek
kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ≥ 70%


𝑃𝐾𝐾 = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

10
Nindi Aswari, Suci. Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII SMP Swasta Nur Hasanah Medan T.A
2018/201. 2018. H. 229

16
5. Kriteria Keberhasilan Tindakan
a. Siswa dikatakan telah memenuhi Tingkat Kemampuuan Komunikasi Matematis jika
siswa tersebut telah mencapai TKKM sedang minimal 70. Apabila 85% dari jumlah
siswa yang mengisi angket sudah mencapai TKKM sedang, maka tindakan berhenti
b. Siswa dikatakan telah memenuhi ketuntasan hasil belajar jika siswa tersebut
mencapai jangkauan 70. Apabila 85% dari jumlah siswa yang mengikuti tes sudah
mencapai Jangkauan 70, maka tindakan berhenti.11

11
Vina Sihotang, Vionita. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Group Investigation (GI) Pada Materi Bilangan Pecahan Di SMP Negeri 17 Medan Kelas VII
T.A 2018/2019. 2019. H. 51

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah. (Jakarta : Prenamedia
Group, Cetakan, Ke-4.).
Ananda, Rusdi, Tien Rafida, dan Syahrum. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Citapustaka Media
Dian Vina Novianti. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
(TSTS) Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas V SDN 4 Sawah Lama Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2018/2019. Skripsi Online. Lampung : Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung
Fitra Yulia Rozi, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
(tsts)untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains,
dan Humaniora. Vol. 2 No. 1(Juni 2016).
Hamzah dan Nurdin. 2015. Belajar dengan Pendekatan Paikem. (Jakarta : PT Bumi Aksara).
Paizaluddin, dan Ermalinda. 2016. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Alfabeta.
Sukmawarti, 2016. Evaluasi Proses Dan Hasil Pembelajaran Matematika. Medan.
Nindi Aswari, Suci. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Swasta Nur Hasanah Medan T.A 2018/201. Skripsi. Tidak diterbitkan. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Rizka Ni’matillah. 2017. Eksperimen Pembelajaran Matematika Berbasis Realistic
Mathematics Education Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa Kelas VII Semester Gasal SMP N 1 Bakti. Academy Of Education
Journal. Vol. 8 No.1 (Januari 2017).
Vina Sihotang, Vionita. 2019. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan
Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Pada Materi Bilangan Pecahan Di SMP
Negeri 17 Medan Kelas VII T.A 2018/2019. Skripsi. Tidak diterbitkan. Medan:
Universitas Negeri Medan.
.

18
LAPORAN HASIL DISKUSI MATAKULIAH SEMINAR MATEMATIKA

KELOMPOK

Dosen Pembimbing : Drs. Isran Rasyid Karo-Karo, M. Pd

Kelompok 2 :

1. Ayuly Mayona MN 0305172071


2. Khairunnisa Qawy Siregar 0305172103
3. Nur Aminah Pasaribu 0305172098
4. Suci rahmadhani 0305171048
Hari, tanggal : Selasa, 15 Desember 2020
Pukul : 19.00-20.30 WIB
Media diskusi : Daring (dalam jaringan) via aplikasi Whatsapp Group
Notulis : Ayuly Mayona MN

Berikut ini uraian pertanyaan serta jawaban selama diskusi berlangsung:


Kelom
NO Penanya pok Pertanyaan Jawaban Penjawab
Asal
1 Dewi Rafika 1 Coba pemakalah 1. Prinsip Aktivitas. Pada fase ini, Ayuly
Safitri jelaskan maksud dari siswa mempelajari matematika Mayona MN
keenam prinsip yang melalui aktivitas doing, yaitu
tertera dalam PMR! dengan mengerjakan masalah-
dan bagaimana masalah yang didesain secara
strategi memasukkan khusus. Siswa diperlakukan
keenam prinsip sebagai partisipan aktif dalam
tersebut kedalam keseluruhan proses pendidikan
pembalajaran sehingga mereka mampu
matematika? mengembangkan sejumlah
mathematical tools yang
kedalaman serta liku-likunya
betul-betul dihayati.
2. Prinsip Realitas. Tujuan utama
fase ini adalah agar siswa mampu
mengaplikasikan matematika
untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Pada tahap ini,
pembelajaran dipandang suatu
sumber untuk belajar matematika
yang dikaitkan dengan realitas
kehidupan sehari-hari melalui
proses matematisasi. Matematisasi
dapat dilakukan secara horizontal
dan vertikal. Matematisasi
horizontal memuat suatu proses
yang diawali dari dunia nyata
menuju dunia simbol, sedangkan
matematisasi vertikal
mengandung makna suatu proses
perpindahan dalam dunia simbol
itu sendiri.
3.Prinsip Pemahaman. Pada fase
ini, proses belajar matematika
mencakup berbagai tahapan
pemahaman mulai dari
pengembangan kemampuan
menemukan solusi informal yang
berkaitan dengan konteks,
menemukan rumus dan skema,
sampai dengan menemukan
prinsip-prinsip keterkaitan.
4. Prinsip Intertwinement. Pada
tahap ini, siswa memiliki
kesempatan untuk menyelesaikan
masalah matematika yang kaya
akan konteks dengan menerapkan
berbagai konsep, rumus, prinsip,
serta pemahaman secara terpadu
dan saling berkaitan.
5. Prinsip Interaksi. Proses
belajar matematika dipandang
sebagai suatu aktivitas sosial.
Dengan demikian, siswa diberi
kesempatan untuk melakukan
sharing pengalaman, strategi
penyelesaian, atau temuan
lainnya. Interaksi memungkinkan
siswa untuk melakukan refleksi
yang pada akhirnya akan
mendorong mereka mendapatkan
pemahaman yang lebih tinggi dari
sebelumnya.
6. Prinsip Bimbingan. Bimbingan
dilakukan melalui kegiatan guided
reinvention, yaitu dengan
memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk
mencoba menemukan sendiri
prinsip, konsep, atau rumus-
rumus matematika melalui
kegiatan pembelajaran yang
secara spesifik dirancang oleh
guru.

Terkait bagaimana strategi


penerapan ke enam prinsip
tersebut dapat dilihat pada bagian
f. Pelaksanaan di kelas
2 Siti Farida 3 Adakah Perbedaan Perbedaannya dapat kita lihat Khairunnisa
Hasni Lubis yang signifikan antara sebagai berikut: Qawy Siregar
PMRI dan Ekspositori - Pembelajaran matematika
dalam penelitian yang realistik merupakan pembelajaran
dilakukan? yang memadukan antara konsep
Pembelajaran yang secara teoritis harus sama atau
manakah yang lebih seimbang dengan realitas
efektif untuk kehidupan. Dengan kata lain,
digunakan menurut konsep harus dapat direalisasikan
kalian? dalam hidup dan kehidupan
sebagai fakta nyata dari
kehidupan itu sendiri.
Dengan pendekatan pembelajaran
ini siswa akan lebih difokuskan
dalam berpikir dimana mereka
bukan hanya mengetahui tentang
teori-teori dasar saja akan tetapi
siswa juga akan mengaitkan
permasalah tersebut dengan
kehidupan sehari-hari mereka.
- Pembelajaran ekspositori
adalah langkah pembelajaran yang
menekankan kepada proses
peyampaian materi secara verbal
dari seseorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai
materi pembelajaran secara
optimal.
Secara signifikan perbedaan
terlihat pada cara guru
menyampaikan pembelajaran,
pada PMRI guru juga mengaitkan
konsep dengan realitas sedangkan
pada ekspositori guru hanya
menyampaikan materi saja.
Karena yang akan diukur dalam
penelitian adalah kreatifitas siswa,
maka menurut kami yang lebih
efektif digunakan akan
Pembelajaran matematika realistik
indonesia (PMRI).
3 Rika Syahriani 4 Kelemahan yang Terkait dengan bagaimana guru Nur Aminah
terdapat pada menangani kelemahan Pasaribu
pembelajaran pembelajaran yang harus diulang-
matematika realistik ulangi sampai 3 kali. Sebenarnya
yaitu: Tidak semua pengulangan materi sampai tiga
siswa memiliki daya kali tergantung kepada tingkat
tangkap yang sama kesulitan dan kedalaman materi
terhadap materi yang serta kemampuan peserta didik.
diajarkan oleh guru. Nah bagaimana caranya agar
hendaknya guru dalam peserta didik dapat tetap
menjelaskan materi memahami pelajaran tersebut,
ajar diulang-ulangi adalah dengan memberikan
sampai tiga kali. penjelasan dan penekanan lebih
Yg ingin saya terhadap materi yang dianggap
tanyakan lalu sulit dan mengaitkannya langsung
bagaimana guru dengan pengalaman peserta didik
tersebut menangani tersebut. Sehingga peserta didik
kelemahan tersebut akan lebih mudah menerima dan
supaya siswa dapat mengasosiasikan pengetahuan
lebih mengerti yang dimilikinya.
pelajaran yg guru
sampaikan?
4 Dina Zhafira 5 hal yg saya tanyakan kami mengambil topik prisma Nur Aminah
bisakah Anda karena menurut kami topik inilah Pasaribu
paparkan mengapa yang paling banyak kaitannya
Anda mengambil dengan kehidupan sehari-hari.
topik prisma dlm Dan bentuk dari prisma tersebut
penelitian ini? Apakah lebih sering dijumpai oleh siswa
ada kaitannya dgn di kehidupan sehari-hari nya.
inovasi PMR atau Sesuai dengan PMR dan
ekspositori yg anda ekspositori. Disini guru hanya
ajukan? memberikan definisi dan ilmu
yang berkaitan dengan prisma
setelah itu siswa diberikan
kebebasan dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan dengan
bantuan ilmu yang telah
dipaparkan kan di awal. Dan
dengan PMR siswa bisa berkreasi
untuk memenuhi keingin
tahuannya mengenai suatu benda
yang berbentuk prisma dan bisa
mengaplikasikan nya di
kehidupan sehari-hari.
5 Mai Dela 6 Di dalam proposal Dalam suatu proses pembelajaran, Ayuly
Ade Pratiwi pada bagian seorang guru harus menguasai Mayona MN
kelemahan beberapa pendekatan
pembelajaran pembelajaran. Namun pada mater
ekspositori, dijelaskan PMR, pendekatan yang sangat
bahwa pembelajaran diperlukan adalah pendekatan
ini hanya dapat ekspositori. Siswa harus
dilakukan terhadap mendengar dan menyimak dengan
siswa yang memiliki baik untuk memahami materi
kemampuan yang disampaikan, artinya setiap
mendengar dan siswa harus mempunyai keinginan
menyimak secara belajar yang kuat dan rasa ingin
baik, lalu bagaimana tahu yang tinggi.
cara guru untuk bisa Solusi yang dapat dilakukan untuk
menerapkan melancarkan proses belajar
pembelajaran kepada mengajar, guru harus lebih dulu
siswa yang biasa saja? memberikan pengantar yang dapat
Atau bisa dibilang memotivasi semangat belajar
kurang bisa siswa.
memahami dengan
baik, karena seperti
yang kita tahu, bahwa
tidak semua
kemampuan siswa
sama.
6 Nurullita 7 Pada makalah sebelumnya pembelajaran Khairunnisa
tertuliskan bahwa matematika realistik itukan Qawy Siregar
salah satu ke kurangan pembelajaran yang mengaitkan
dari PMR adalah tidak konsep matematika dengan
semua siswa memiliki pengalaman langsung peserta
daya tangkap yang didik (kehidupan sehari-hari)
sama terhadap materi sehingga diharapkan peserta didik
yang diajarkan oleh mampu memahami dan
guru, hendaknya guru menemukan pemecaham masalah
dalam menjelaskan pada konsep matematika tersebut.
materi ajar diulang- Namun tidak dapat kita pungkiri
ulangi sampai 3 kali. bahwa tidak semua siswa
Nah petanyaan saya, memiliki daya tangkap tinggi
bagaimana ketika yang baik, sehingga harus di
siswa yang daya serap ulang-ulangi, hal ini tentunya
nya tinggi merasa akan menjadi momen yang kurang
tidak nyaman/bosan, menguntungkan bagi siswa yang
karena materi nya merasa bosan karena sudah
diulang 3 kali. Siswa paham. Nah, untuk mengatasi hal
tersebut merasa bahwa tersebut guru dapat
dia yg tidak menginstruksikan kepada yang
bertambah ilmunya sudah paham untuk melangkah ke
karna terus mengulang tahap selanjutnya, seperti
apa yg sudah iya mengerjakan soal bagi yang sudah
pahami. Bagaimana mengerti, sembari guru
solusi guru untuk hal menjelaskan kembali materi yang
ini? belum dipahami siswa yang lain.
Sehingga siswa yang sudah
paham memiliki kegiatan lain
sambil mendengarkan penjelasan
ulang yang tentu juga akan
menambah pemahaman mereka.
Terimakasih semogadapat
diterima
7 Windi 8 Apa yang menjadi apakah PMR dpat digunakan pada Nur Aminah
Rahmana alasan pemakalah semua materi matematika? Pasaribu
Putri memilih materi prisma Jawaban nya tidak. Tidak semua
dalam penelitian materi matematika bisa
tersebut ? Serta menggunakan PMR. Karena
apakah pendekatan yg jarang bahkan tidak pernah
dipilih (PMR) dapat ditemukan di kehidupan sehari-
diterapkan pada hari. Contohnya tentang bilangan
semua materi dalam imajiner. Adapun yang lainnya
mata pelajaran adalah bentuk akar. Sangat jarang
matematika ? Jika iya ditemui di kehidupan nyata.
atau tidak berikan
alasannya!
8 Suci Lestari 9 Salah satu kelemahan Salah satu kelemahan dari Suci
dari pendekatan pendekatan pembelajaran Rahmadhani
pembelajaran ekspositori yaitu hanya dapat
ekspositori yaitu dilakukan terhadap siswa yang
hanya dapat dilakukan memiliki kemampuan mendengar
terhadap siswa yang dan menyimak secara baik, jadi
memiliki kemampuan bagaimana dengan anak yg
mendengar dan memiliki kemampuan menyimak
menyimak secara yg kurang baik? Misalnya sudah
baik, jadi bagaimana dijelaskan oleh guru materinya,
dengan anak yg dan dia menyimak, namun ketika
memiliki kemampuan ditanya dia kurang paham?
menyimak yg kurang Nah salah satunya kita dapat
baik? Misalnya sudah menggunakan Metode ekspositori,
dijelaskan oleh guru dimana metode ekspositori
materinya, dan dia adalah metode pembelajaran yang
menyimak, namun digunakan dengan memberikan
ketika ditanya dia keterangan terlebih dahulu
kurang paham. definisi, prinsip dan konsep
materi pelajaran serta memberikan
contoh-contoh latihan pemecahan
masalah dalam bentuk ceramah,
demonstrasi, tanya jawab dan
penugasan. Jadi Siswa mengikuti
pola yang ditetapkan oleh guru
secara cermat. Penggunaan
metode ekspositori merupakan
metode pembelajaran mengarah
kepada tersampaikannya isi
pelajaran kepada siswa secara
langsung. seperti kita ketahui pada
metode ceramah pusat
pengajarnya terletak pada guru;
guru yang banyak bicara
menyampaikan materi pelajaran
(informasi), sedangkan pekerjaan
murid pada umumnya mencatat
dan sebagian kecil bertanya. Guru
tidak terus bicara, Apakah siswa
atau mahasiswa itu mengerti atau
tidak, tetapi guru memberikan
informasi hanya pada saat-saat
atau bagian bagian yang
diperlukan; misalnya pada
permulaan pengajaran, pada topik
yang baru, pada waktu
memberikan contoh-contoh soal
dan sebagainya.
Pada metode ini, setelah guru
beberapa saat memberikan
informasi (ceramah) guru mulai
dengan menerangkan suatu
konsep mendemonstrasikan
keterampilannya mengenai pola /
aturan / dalil tentang konsep itu,
siswa bertanya, guru memeriksa
(mengecek) apakah siswa sudah
mengerti atau belum. Kegiatan
selanjutnya ialah guru
memberikan contoh-contoh soal
aplikasi konsep selanjutnya
merninta murid untuk
menyelesaikan soal-soal di papan
tulis atau di mejanya. Siswa
mungkin bekerja individual atau
bekerja sama dengan teman yang
duduk di sampingnya, dan sedikit
ada tanya jawab. Dan kegiatan
terakhir ialah siswa mencatat
materi yang telah diterangkan
yang mungkin dilengkapi dengan
soal-soal pekerjaan rumah.

Anda mungkin juga menyukai