Anda di halaman 1dari 51

Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran

“Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, dan Efektivitas Option ”

Dosen Pengampu:
Dr. Ni Made Sri Mertasari, M.Pd.
Made Juniantari, S.Pd. M.Pd.

Oleh :
Kelas 5A
Kelompok 7

Ni Luh Putu Pradnyani NIM 1813011021


Lia Hesti Hapipi NIM 1813011045
Lutfi Nur Hanafia NIM 1813011052
Anugerah Surya Pramana NIM 1813011068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, antara
lain:
1. Dr. Ni Made Sri Mertasari, M.Pd., dan Made Juniantari, S.Pd. M.Pd.,
selaku dosen pengampu mata kuliah Asesmen dan Evaluasi
Pembelajaran.
2. Teman-teman kelas yang mengambil mata kuliah Asesmen dan Evaluasi
Pembelajaran di kelas V A yang telah memberikan semangat dan
motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
3. Sumber-sumber yang telah menyediakan buku ataupun diktat dalam
pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Ini
dikarenakan terbatasnya sumber yang penulis gunakan sebagai acuan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan untuk lebih sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om
Singaraja, 6 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi .................................................................................................. 5


2.2 Pengertian Daya Pembeda ...................................................................... 5
2.3 Cara Menentukan Daya Pembeda .......................................................... 6
2.4 Pengertian Indeks Kesukaran ................................................................. 8
2.5 Cara Menghitung Indeks Kesukaran ...................................................... 10
2.6 Pengertian Efektivitas Option ................................................................ 12
2.7 Cara Menentukan Efektivitas Option ..................................................... 13
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Daya Pembeda ...................................................................... 15


3.2 Cara Menghitung Daya Pembeda............................................................ 17
3.3 Pengertian Indeks Kesukaran ................................................................. 26
3.4 Cara Menentukan Indeks Kesukaran ..................................................... 28
3.5 Hubungan antara Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran ....................... 33
3.6 Pengertian Efektivitas Option ................................................................ 33
3.7 Cara Menentukan Efektifitas Option ..................................................... 35
BAB VII: PENUTUP

7.1 Simpulan ................................................................................................ 38


7.2 Saran ....................................................................................................... 40
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Tidak ada keabadian dalam kehidupan manusia dan lingkungannya.
Pengaruh alam dan jaman adalah penguasa kodrat yang tidak bisa dihindari oleh
manusia. Anak-anak adalah sebuah kehidupan yang akan tumbuh menurut
kodratnya sendiri, yaitu kekuatan hidup lahir dan hidup batin mereka (Dewantara
I,2004). Maka, Ki Hadjar menekankan arti penting memperhatikan kodrat alam
dalam diri anak semasa pendidikan. Artinya Pendidikan itu sudah setua usia
manusia ketika manusia mulai bertahan hidup dan mempertahankan hidup dengan
membangun peradabannya. Mendidik anak itu sama dengan mendidik masyarakat
karena anak itu bagian dari masyarakat. Mendidik anak berarti mempersiapkan
masa depan anak untuk berkehidupan lebih baik, demikian pula dengan mendidik
masyarakat berarti mendidik bangsa ( Dewantara I, 2004).
Pendidikan merupakan hal yang utama bagi masyarakat karena pendidikan
merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan
kemajuan dan kondisi suatu bangsa. Dengan memerhatikan tujuan dan esensi
pendidikan khususnya pembelajaran dikelas, sangat diharapkan seorang guru
mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan peserta didik
sehingga dapat memahami dan menguasai materi yang diajarkan dengan baik
dimana hal ini akan berdampak dengan kualitas dan mutu pendidikan. Demi
mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan bermutu tersebut, banyak orang
yang bahkan rela pergi ke negara lain untuk menempuh pendidikan. Hal tersebut
menandakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih kurang jika
dibandingan negara lain.
Tidak bisa dipungkiri lagi jika berkaitan dengan hal tersebut karena
Indonesia dapat dikatakan sedang mengalami kesenjangan kualitas pendidikan,
hal ini sesuai dengan pemaparan Direktur Jendral untuk pendidikan dari UNESCO
yang dikutip dari CNN Indonesia menyatakan bahwa partisipasi anak Indonesia
sangat meningkat, namun mutu pendidikan yang didapat setiap anak belum setara.
seperti yang kita ketahui bahwa masih banyaknya masalah pendidikan yang ada di
Indonesia. Maju atau mundurnya suatu bangsa berada di tangan pendidikan. Oleh

1
sebab itu sebagai seorang guru seharusnya mampu untuk memperbaiki proses
pendidikan yang ada saat ini, sehingga nantinya hasil yang didapatkan baik pula.
Sejalan dengan hal ini, Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen menyatakan bahwa tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari pernyataan tersebut kita
ketahui jika evaluasi merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh seorang
guru. Oleh karena itu, evaluasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran
termasuk pembelajaran matematika.
Evaluasi pembelajaran adalah sistem. Artinya suatu rangkaian kegiatan yang
melibatkan berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur
mempunyai fungsi dan peran tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur
akan berpengaruh pada unsur yang lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi
merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan
proses pembelajaran. Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan
makna. Sebab guru tidak akan memperoleh informasi penting tentang tingkat
pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan, kelemahan siswa
dalam belajar, serta kekuatan-kelemahan guru dalam proses pembelajaran yang
dikembangkan.
Agar mampu memberikan evaluasi yang baik tentunya seorang guru harus
mampu menyusun alat evaluasi yang baik pula. Salah satu alat evaluasi yang baik
yaitu dengan menyusun soal yang baik. Dalam penyusunan soal ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu daya pembeda soal, indeks kesukaran
soal, dan efektivitas option. Soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu
sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan siswa
digunakan dengan daya pembeda, sedangkan untuk mengetahui mudah atau
sukarnya suatu soal digunakan indeks kesukaran. Indeks kesukaran suatu soal
memiliki hubungan yang berbalik dengan daya pembeda. Apabila suatu soal
memiliki tingkat kesukaran tinggi, maka daya pembeda dari soal tersebut rendah.
Begitupula sebaliknya, jika tingkat kesukaran suatu soal rendah, maka daya
pembeda soal tersebut tinggi. Oleh karena itu, tingkat kesukaran suatu soal

2
hendaknya berada dalam batas yang mampu memberikan daya pembeda. Selain
itu, ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan dalam butiran-butiran soal yaitu
efektivitas option. Efektifitas option dalam tes sumatif dan tes diagnostik
memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda.
Memang mudah untuk memahami teori tentang bagaimana membuat suatu
tes yang baik. Namun, pada praktiknya masih banyak guru yang merasa kesulitan
dalam membuat tes agar memenuhi persyaratan tes yang baik tersebut. Ada
beberapa pertimbangan dan perhitungan yang harus dilakukan oleh seorang guru
sebelum menyusun tes tersebut. Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah ini
akan dipaparkan mengenai daya pembeda, indeks kesukaran, serta efektivitas
option dan cara untuk menentukan daya pembeda, indeks kesukaran serta
efektivitas option.
1. 2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1. 2. 1. Apa pengertian dari daya pembeda?
1. 2. 2. Bagaimana cara menentukan daya pembeda?
1. 2. 3. Apa pengertian dari indeks kesukaran?
1. 2. 4. Bagaimana cara menentukan indeks kesukaran suatu soal?
1. 2. 5. Bagaimana hubungan antara daya pembeda dan indeks kesukaran?
1. 2. 6. Apa pengertian dari efektivitas option?
1. 2. 7. Bagaimana cara menentukan efektivitas option?

1. 3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. 3. 1. Untuk mengetahui pengertian dari daya pembeda.
1. 3. 2. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan daya pembeda.
1. 3. 3. Untuk mengetahui pengertian dari indeks kesukaran.
1. 3. 4. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan indeks kesukaran suatu
soal
1. 3. 5. Untuk mengetahui hubungan antara daya pembeda dan indeks kesukaran.
1. 3. 6. Untuk mengetahui pengertian dari efektivitas option.

3
1. 3. 7. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan efektivitas suatu option.

1. 4. Manfaat Penulisan
1. 4. 1. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini akan membantu penulis selaku calon tenaga pendidik,
untuk mengetahui lebih banyak mengenai daya pembeda, indeks kesukaran, dan
efektivitas suatu option dalam soal.
1. 4. 2. Bagi Pembaca
Penulisan makalah ini dapat dijadikan bahan ajar dan referensi bagi
pembaca untuk memahami lebih dalam mengenai daya pembeda, indeks
kesukaran, dan efektivitas suatu option dalam soal serta penulisan makalah ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi guru, mahasiswa
maupun pembaca lainnya mengenai daya pembeda, indeks kesukaran, dan
efektivitas suatu option dalam soal.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
2. 1. Evaluasi
Evaluasi yang didefinifisikan oleh Nana Sudjana (dalam Syamsudin, 2012)
sebagai “... To give value something with the criterion” dan sebagai “... usaha
menetapkan nilai, yang terdapat dalam proses belajar mengajar yang terlihat pada
hasil belajar yang dicapai seorang pelajar. Mehrens (dalam Basrowi, 2012)
menyatakan bahwa evaluasi merupakan alat (the meant) bukan tujuan (the end),
yang digunakan untuk menilai apakah proses perkembangan telah tercapai dengan
program dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Yahya Qohar (dalam
Syamsudin, 2012) berpendapat bahwa evaluasi mempunyai beberapa syarat,
antara lain:
1. Harus reliabel.
2. Harus valid.
3. Harus objektif.
4. Harus diskriminatif.
5. Harus imprehensif.
6. Harus mudah digunakan.
Melihat fungsi dan peran evaluasi, maka perlu diperlihatkan tes sebagai
salah satu alatnya. Sebagaimana diketahui bahwa tes bisa berbentuk tertulis, lisan
atau perbuatan. Maka tes harus memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut.
Tulisan ini menggunakan test dilihat dari segi bahwa tes harus diskriminatif. Jadi
uraian berikut termasuk serial analisis hasil tes. Ada 4 cara menilai tes yaitu
pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kedua mengadakan
analisis soal (item analysis), ketiga checking validitas, dan keempat checking
reliabilitas.
Dari keempat cara tersebut di atas, tulisan ini menguraikan cara kedua yaitu
item analisis soal yang terdiri dari tiga hal yaitu taraf kesukaran, daya pembeda,
dan efektivitas option.
2. 2. Pengertian Daya Pembeda
Menurut Anas Sudijono (2012), Daya pembeda item adalah kemampuan
suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan atau mendiskriminasi

5
antara testee yang berkemampuan tinggi (pandai), dengan testee yang
berkemampuan rendah (kurang pandai) sedemikian rupa sehingga sebagian besar
testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih
banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk
menjawab butir item tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan
betul.
Sedangkan menurut Sumarna (2006), Daya pembeda (item discriminination)
adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok
dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelomppok itu.
Indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Indeks ini
menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan.
Selain itu, menurut Arikunto (2010), Daya pembeda (DP) soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan
rendah).

2. 3. Cara menentukan Daya Pembeda


Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengurutkan siswa mulai dari
yang mendapatkan nilai tertinggi sampai dengan yang terendah.
Langkah kedua adalah membedakan menjadi kelompok kecil (kurang dari
100) dan kelompok besar (100 ke atas). Yaitu dengan cara seperti berikut:
(Syamsudin, 2012).
a. Untuk kelompok kecil (kurang dari 100) : Seluruh kelompok tes terbagi
dua sama besar, setengah kelompok atas (upper group) dan setengah
kelompok bawah (lower group). Jika seluruh kelompok beranggotakan
ganjil maka anggota yang terletak di tengah-tengah setelah pengurutan
data diabaikan.
b. Untuk kelompok besar (100 ke atas) : Untuk memudahkan analisis, cukup
diambil kedua kutub atas dan bawahnya saja, masing-masing 27% sebagai
dan nya. Jika hasil 27% tersebut tidak bulat, maka hasilnya
dibulatkan keatas.

6
Siswa yang masuk kelompok atas adalah siswa yang memperoleh skor
tertinggi (siswa pandai), sedangkan siswa yang masuk kelompok bawah adalah
siswa yang memperoleh skor rendah (siswa kurang pandai).
Langkah ketiga adalah memberi skor pada setiap butir soal yang dijawab
oleh siswa atau dengan kata lain melakukan penskoran. Untuk soal berbentuk
pilihan ganda (objektif) pemberian skor dapat dilakukan dengan cara memberi
skor 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah,
sedangkan pada soal berbentuk uraian (subjektif) diberikan skor sesuai rentangan
yang sudah ditentukan pada pedoman penskoran.
Langkah keempat adalah menghitung daya pembeda dengan rumus yang
sudah ditentukan. Untuk menentukan daya pembeda suatu soal bentuk pilihan
ganda (objektif), cara yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut (Syamsudin,
2012).

Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda
J = Banyaknya peserta tes
= Banyaknya peserta kelompok atas
= Banyaknya peserta kelompok bawah
= Jumlah skor kelompok atas
= Jumlah skor kelompok bawah
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
(P merupakan indeks kesukaran)
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
Selain itu untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian adalah
dengan menggunakan rumus berikut ini.

Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda
= Banyaknya peserta kelompok atas

7
= Banyaknya peserta kelompok bawah
= Jumlah skor kelompok atas
= Jumlah skor kelompok bawah
Adapun klasifikasi interpretasi daya pembeda yaitu sebagai berikut
(Syamsudin, 2012).
: sangat jelek
: jelek (poor)
: cukup (satisfactory)
: baik (good)
: sangat baik (excellent)

2. 4. Pengertian Indeks Kesukaran


Menurut Daryanto (2005), analisis soal adalah suatu prosedur yang
sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus
terhadap butir tes yang kita susun. Sudijono (2009) menjelaskan bahwa
penganalisisan terhadap butir-butir item tes hasil belajar dapat dilakukan dari tiga
segi, yaitu: (1) dari segi derajat kesukaran itemnya, (2) dari segi daya pembeda
itemnya, (3) dari segi fungsi distraktornya. Tingkat kesulitan item atau disebut
juga indeks kesulitan item menurut Sukardi (2008) adalah angka yang
menunjukkan proporsi siswa yang menjawab betul dalam satu soal yang
dilakukan dengan menggunakan tes objektif. Menurut Daryanto (2005), soal yang
baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyaisemangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauannya.
Analisis tingkat kesukaran soal dapat dilakukan sebelum maupun setelah
soal diujicobakan/digunakan (Sukiman, 2012). Sukiman (2012) memaparkan
bahwa analisis sebelum soal diujicobakan dilakukan oleh tester dengan menelaah
butir-butir soal dengan mempertimbangkan setidaknya tiga hal yaitu:

8
- Tingkat kemampuan atau kompetensi yang diujikan dalam soal tersebut.
Semakin tinggi tingkat/ jenjang kemampuan yang diujikan, secara teoritis
semakin sukar.
- Karakteristik materi yang diujikan. Secara umum, karakteristik materi
pelajaran dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu fakta, konsep,
prinsip dan prosedur.
- Bentuk soal yang digunakan. Masing-masing soal memiliki karakteristik
dan tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Soal uraian, secara umum lebih
sulit dibandingkan dengan soal bentuk objektif.
Sedangkan analisis setelah soal diujicobakan atau dikenal dengan analisis
secara empiris adalah dilakukan dengan melihat hasil jawaban siswa, kemudian
dihitung menggunakan rumus.
Taraf kesukaran suatu item dinyatakan oleh suatu indeks yang dinamakan
indeks kesukaran item dan disimbolkan oleh huruf P. Menurut Saifuddin Azwar
(dalam Sudijono, 2009) menyatakan bahwa indeks kesukaran item merupakan
rasio antara penjawab item dengan benar dan banyaknya penjawab item. Secara
teoritik dapat dikatakan bahwa P sebenarnya merupakan probabilitas empirik
untuk lulus item tertentu bagi kelompok siswa. Pada pengukuran item tes,
tingkat kesulitan butir berhubungan dengan persentase orang-orang yang dapat
menjawab soal dengan benar. Menurut Daryanto (2005) tingkat kesukaran soal
merupakan proporsi total peserta tes yang menjawab benar dari suatu butir soal,
yaitu perbandingan antara banyak peserta tes yang menjawab benar dengan
banyak peserta tes seluruhnya. Sedangkan menurut Witherington (dalam
Sudijono, 2009) angka indeks kesukaran butir soal (difficulty index), yang
umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata proportion.
Angka indeks kesukaran butir soal tersebut besarnya berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00.
Setelah berhasil dilakukan identifikasi butir-butir item mana yang derajat
kesukarannya termasuk dalam kategori cukup, terlalu sukar dan terlalu mudah,
maka menurut Sudijono (2009) tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh tester
adalah sebagai berikut :

9
a. Pertama, untuk butir-butir item yang berdasarkan hasil analisis termasuk
dalam kategori baik (dalam arti derajat kesukaran itemnya cukup atau
sedang), seyogyanya butir item tersebut segera dicatat dalam buku bank soal.
Selanjutnya butir-butir soal tersebut dapat dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil
belajar pada waktu-waktu yang akan datang.
b. Kedua, untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori terlalu sukar, ada
tiga kemungkinan tindak lanjut yaitu : (1) butir item tersebut dibuang atau
didrop dan tidak akan dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil belajar yang akan
datang. (2) diteliti ulang, dilacak dan ditelusuri sehingga dapat diketahui
faktor yang menyebabkan butir item yang bersangkutan sulit dijawab oleh
testee seperti apakah kalimat soalnya kurang jelas, apakah petunjuk cara
mengerjakan soalnya sulit dipahami dll. (3) haruslah dipahami bahwa tidak
setiap butir item yang termasuk dikategori terlalu sukar sama sekali tidak
memiliki kegunaan. Butir-butir item yang terlalu sukar itu sewaktu-waktu
dapat digunakan untuk tes-tes seleksi
c. Ketiga, untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori terlalu mudah,
juga ada tiga kemungkinan tindak lanutnya yaitu : (1) butir item tersebut
dibuang atau didrop. (2) Diteliti ulangm dilacak dan ditelusuri secara cermat
guna mengetahui faktor yang menyebabkan butir item tersebut dapat dijawab
benar oleh hampir seluruh testee; ada kemungkinan option atau alternative
yang dipasangkan pada butir-butir item yang bersangkutan terlalu kentara
atau terlalu mudah diketahui oleh testee, dll. (3) Seperti halnya butir-butir
item yang terlalu sukar, butir-butir item yang terlalu mudah juga masih
mengandung manfaat, yaitu butir-butir item yang termasuk kategori ini dapat
dimanfaatkan pada tes-tes yang bersifat longgar.

2. 5. Cara Menghitung Indeks Kesukaran


Tes terdiri dari dua bentuk yaitu tes objektif dan tes uraian, maka dalam
melakukan perhitungan tingkat kesukaran digunakan cara yang berbeda. Berikut
merupakan cara menentukan indeks kesukaran :
i. Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Option

10
Ada beberapa cara untuk melakukan perhitungan Indeks Kesukaran soal
option, yaitu sebagai berikut.

a. Cara 1
Menurut Sukiman (2012) Indeks kesukaran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang dapat menjawab soal dengan benar
JS = total seluruh siswa peserta tes
b. Cara 2
Rumus dari cara pertama dapat digunakan jika jumlah data sedikit
atau . Tetapi jika data dalam jumlah besar atau akan
sedikit sulit untuk mengolah semua data (populasi). Langkah yang
dapat digunakan adalah dengan mengambil sebagian data. Oleh
karena itu, untuk data yang cukup banyak dapat diambil sampelnya
saja. Sampel tersebut harus representatif, artinya mewakili setiap
karakteristik populasi. Para pakar evaluasi banyak mengambil
sampel sebesar 27% untuk kelompok siswa berkemampuan tinggi
(higher group) dan 27% siswa berkemampuan rendah (lower group),
sehingga seluruh sampel yang terambil sebanyak 54% dari populasi.
Proses penentuan kelompok atas dan kelompok bawah ini adalah
dengan mengurutkan skor setiap tes, dari skor tertinggi ke skor
terendah. Beberapa pakar evaluasi ada juga yang mengatakan bahwa
untuk sampel tersebut cukup diambil 25% untuk masing-masing
kelompok atas dan kelompok bawah, sehingga seluruh sampel yang
trambil sebanyak 50% dari populasi. Dari kedua cara tersebut
nampaknya pengambilan sampel sebanyak 54% relative lebih baik
daripada banyak sampel 50% dari populasi (Sudijono,2009). Jadi,
dengan diambilnya sampel sebanyak 54% dari total banyaknya
subjek dalam populasi maka rumus di atas dapat diubah menjadi:

11
Keterangan:
P = Indeks Kesukaran
= Banyak siswa kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
= Banyak siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
= Banyak siswa kelompok atas (higher group atau upper
group)
= Banyak siswa kelompok bawah (lower group)

ii. Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uraian


Ada cara untuk melakukan perhitungan indeks kesukaran soal uraian,
yaitu sebagai berikut :

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian


menurut Sukiman (2012) langkah – langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut :

- Menghitung rata – rata skor untuk setiap butir soal dengan rumus:

- Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus:

- Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria tingkat


kesukaran.
- Membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan cara
membandingkan koefisien tingkat kesukaran dengan kriterianya.

2. 6. Pengertian Efektivitas Option


Sebuah tes yang dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi
persyaratan tes, yaitu memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas,
dan ekonomis (Ahmad,2017). Tes Objektif adalah tes yang menghendaki peserta

12
tes untuk memilih diantara kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah
disediakan, memberikan jawaban singkat atau mengisi titik-titik yang disediakan.
Tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-masing item disediakan
lebih dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut
yang benar atau paling benar. Tes objektif pilihan ganda sangat efektif digunakan
untuk evaluasi hasil belajar siswa karena keajekan dan konsistensinya dalam
scoring (Ahmad, 2017).
Option adalah kemungkinan jawaban yang disediakan pada butir soal (tes)
tipe obyektif berbentuk pilihan ganda atau memasangkan untuk dipilih oleh
peserta tes, sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Agung Kurniawan
(Kurniawan, 2005:1009) dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik bahwa
Efektivitas merupakan kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan
program atau misi) dari pada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya
tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.
Option merupakan pilihan jawaban dalam butir soal dan terdapat dua
macam yaitu jawaban yang benar disebut option kunci (key option), sedangkan
option lainnya disebut option pengecoh (distractor option). Agar suatu option
yang disajikan efektif harus diusahakan homogen (serupa), baik dari segi isi
(materi), notasi, maupun panjang-pendeknya kalimat pada option tersebut.

2. 7. Cara Menentukan Efektivitas Option


Berdasarkan distribusi pilihan pada setiap option untuk siswa kelompok atas
dan kelompok bawah, dapat ditentukan option yang berfungsi efektif dan yang
tidak efektif. Kriteria option yang berfungsi secara efektif adalah sebagai berikut:
a. Untuk Option Kunci
1) Banyak pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada banyak
pemilih kelompok bawah, yaitu siswa yang pandai lebih banyak yang
menjawab benar daripada siswa yang kurang pandai.
2) Banyak pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari 0,25
tetapi tidak lebih dari 0,75 dari seluruh siswa pada kelompok atas dan
kelompok bawah.

13
b. Untuk Option Pengecoh
Dari pola jawaban soal atau option dapat ditentukan apakah option
pengecohnya (distraktor) berfungsi dengan baik atau tidak.
Adapun kriteria option pengecoh yang berfungsi secara efektif adalah
sebagai berikut.
1) Jumlah pemilih kelompok atas lebih sedikit daripada jumlah pemilih
kelompok bawah. Hal ini berarti untuk jawaban yang salah, siswa yang
kurang pandai lebih banyak yang memilih daripada siswa yang pandai.
Idealnya siswa pandai tidak memilih jawaban yang salah dan siswa
kurang pandai memilihnya.
2) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah minimal sebanyak
0,25 dari seperdua jumlah option pengecoh kali jumlah kelompok atas
dan kelompok bawah. Dirumuskan dalam formula matematika menjadi:

Keterangan:
= banyak pemilih kelompok atas
= banyak pemilih kelompok bawah
= banyak option pengecoh
= banyak peserta tes pada kelompok atas
= banyak peserta tes pada kelompok bawah.
Terdapat pakar lain yang mengemukakan bahwa rumus diatas terlalu
menyulitkan, pendapatnya bahwa jumlah pemilih kelompok bawah harus
lebih banyak dari pemilih kelompok atas untuk option pengecoh, option
pengecoh harus dipilih minimum oleh 5% peserta tes pada kedua kelompok.
Jika peserta tes mengabaikan semua option (tidak memilih) disebut omit.
Option disebut efektif jika omit ini jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah
siswa pada kelompok atas dan kelompok bawah.

14
BAB III
PEMBAHASAN

3. 1. Pengertian Daya Pembeda


Daya pembeda soal adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu
membedakan peserta didik yang belum atau sudah menguasai kompetensi
berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu soal,
semakin mampu soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai
kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi (Arifin,
2014:273). Selain itu Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-
soal tes dari segi kesulitanya sehingga dapat di peroleh soal-soal mana yang
termasuk mudah ,sedang dan sukar. Sedangkan menganalisis daya pembeda
artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam kategori
lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinngi prestasinya (Wayan Nurkancana,
1983;134)
Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa daya pembeda soal itu adalah
kemampuan suatu soal yang dapat membedakan antara siswa atau suatu kelompok
siswa yang sudah menguasai materi dengan siswa atau sekelompok siswa yang
belum atau kurang menguasai materi.
Suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa
yang pandai, rata-rata, dan yang berkemampuan rendah. Karena dalam suatu kelas
biasanya terdiri dari ketiga kelompok tersebut, sehingga hasil evaluasinya tidaklah
baik semua atau sebaliknya, tidaklah buruk semua, tetapi haruslah berdistribusi
normal. Siswa yang mendapat nilai baik dan siswa yang mendapat nilai buruk ada
(terwakili) meskipun sedikit, tapi bagian terbesar berada pada hasil yang cukup.
Adapun beberapa manfaat yang diperoleh dari menghitung daya pembeda
suatu butir soal yaitu sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya.
Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah
butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2. Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi atau
membedakan kemampuan siswa. Apabila suatu butir soal tidak dapat

15
membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka ada beberapa hal yang
dapat dicurigai dari butir soal tersebut, yang diantaranya adalah:
a. Kunci jawaban butir soal tidak tepat
b. Soal memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
c. Kompetensi yang diukur tidak jelas
d. Pengecoh tidak berfungsi
e. Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang
menjawab dengan cara menebak-nebak
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi (daya pembeda). Besarnya indeks diskriminasi berkisar antara -1
sampai 1.
-1 0 1
Gambar 3.1
Dari gambar di atas, dapat dikatakan bahwa nilai indeks diskriminasi yang
mendekati 1 menunjukkan bahwa daya pembeda soal tersebut tinggi atau butir
soal dapat membedakan siswa berdasarkan tingkat kemampuannya dengan baik,
nilai indeks diskriminasi yang mendekati 0 menyatakan daya pembeda soal
tersebut rendah atau butir soal tidak dapat membedakan siswa berdasarkan tingkat
kemampuannya, dan nilai diskriminasi yang mendekati -1 memiliki daya pembeda
soal sangat rendah (negatif) atau dapat berarti butir soal terbalik, soal tersebut
dijawab dengan benar oleh semua siswa yang kurang pandai tetapi dijawab salah
oleh semua siswa yang pandai.
Adapun klasifikasi interpretasi indeks daya pembeda menurut Syamsudin
(2012) yaitu sebagai berikut
: sangat jelek
: jelek (poor)
: cukup (satisfactory)
: baik (good)
: sangat baik (excellent)
Untuk butir soal yang memiliki indeks daya pembeda baik dan sangat
baik, maka butir soal tersebut dapat diterima dengan baik, untuk butir soal dengan
indeks daya pembeda cukup, maka butir soal tersebut dapat diterima tetapi perlu

16
direvisi atau diperbaiki lagi, dan untuk butir soal dengan indeks daya pembeda
jelek dan sangat jelek, maka butir soal tersebut ditolak atau tidak dipakai
3. 2. Cara Menentukkan Daya Pembeda
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalis daya pembeda butir tes
adalah sebagai berikut:
1. Mengurutkan siswa mulai dari yang mendapatkan nilai tertinggi sampai
dengan nilai yang terendah
2. Membagi siswa kedalam kelompok atas dan kelompok bawah. Jika
siswa yang diukur termasuk kelompok kecil (< 100) maka kelompok
atas dan bawah diambil setengah-setengah. Jika siswa yang diukur
ganjil, maka siswa yang berada di tengah tidak dihiraukan. Jika siswa
yang diukur termasuk kelompok besar (≥ 100) maka kelompok atas dan
bawah diambil 27% dari kutub atas dan bawah. Jika hasil 27% tersebut
tidak bulat maka hasilnya dibulatkan ke atas.
3. Memberi skor pada setiap butir soal yang dijawab oleh siswa atau
dengan kata lain melakukan penskoran. Untuk soal berbentuk pilihan
ganda (objektif) pemberian skor dapat dilakukan dengan cara memberi
skor 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah,
sedangkan pada soal berbentuk uraian (subjektif) diberikan skor sesuai
rentangan yang sudah ditentukan pada pedoman penskoran.
4. Melakukan perhitungan daya pembeda dengan rumus yang telah
ditentukan.
Untuk menentukan daya pembeda suatu soal bentuk pilihan ganda
(objektif), cara yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut (Syamsudin, 2012).

Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda
J = Banyaknya peserta tes
= Banyaknya peserta kelompok atas
= Banyaknya peserta kelompok bawah

17
= Jumlah skor kelompok atas
= Jumlah skor kelompok bawah
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
(P merupakan indeks kesukaran)
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

Selain itu untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian adalah
dengan menggunakan rumus berikut ini.

Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda
= Banyaknya peserta kelompok atas
= Banyaknya peserta kelompok bawah
= Jumlah skor kelompok atas
= Jumlah skor kelompok bawah

a. Contoh Menghitung Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda (Objektif)


Berikut contoh cara penggunaan rumus daya pembeda soal pilihan ganda
(objektif) yang diujikan kepada 10 orang siswa. Karena banyaknya subjek yang
diteliti 10, maka data yang kita dapatkan termasuk data kelompok kecil. Untuk
menentukan kelompok atas dan kelompok bawah, hanya perlu mencari 50% dari
banyaknya peserta yaitu 5 orang kelompok atas dan 5 orang kelompok bawah.
Hasil tes dari 10 siswa tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Subjek Nomor Soal
Kelompok Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Atas
A 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
B 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
C 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7
D 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 7
E 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6
Jumlah 5 3 3 5 5 5 2 3 3 3 38
Subjek
Kelompok
Bawah

18
F 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6
G 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 5
H 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5
I 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 4
J 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 3
Jumlah 4 3 0 3 5 3 0 1 0 4 23
Tabel Hasil tes 10 butir soal kepada 10 siswa

Pada tabel di atas, skor total untuk setiap siswa telah diurutkan dari siswa
yang memperoleh skor tertinggi hingga siswa yang memperoleh skor terendah.
Berikut perhitungan daya pembeda untuk soal nomor 1,4,5, dan 7.

Dari hasil perhitungan daya pembeda di atas, dapat dikatakan bahwa soal
nomor 5 tidak dapat membedakan kemampuan siswa kelompok atas dengan
kemampuan siswa kelompok bawah. Soal nomor 7 dapat dikatakan sebagai soal
yang baik karena dapat membedakan kemampuan antara siswa kelompok atas
dengan siswa kelompok bawah.
Untuk contoh perhitungan daya pembeda untuk data besar yaitu diketahui
120 orang siswa mengikuti tes hasil belajar dalam bidang matematika yang
tertuang dalam bentuk pilihan ganda. Dalam tes tersebut dikeluarkan 10 butir soal
dengan catatan bahwa untuk setiap butir soal yang dijawab betul diberi bobot 1
sedangkan untuk setiap butir soal yang dijawab salah diberi bobot 0. Adapun hasil
yang diperoleh dari tes tersebut tertera pada tabel berikut.

19
No Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0
2 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0
3 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
4 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1
5 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0
6 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1
7 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1
8 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0
9 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0
10 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
11 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0
12 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1
13 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0
14 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1
15 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1
16 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1
17 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1
18 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1
19 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1
20 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0
21 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0
22 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1
23 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0
24 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0
25 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
26 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
27 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0
28 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
29 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0
30 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
31 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0
32 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0
33 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0
34 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1
35 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1
36 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1
37 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1
38 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1
39 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0
40 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1
41 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1
42 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1
43 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
44 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1
45 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0
46 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
47 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0
48 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
49
49 11 11 11 11 11 00 00 00 11 11
50
50 00 11 00 11 11 11 00 11 00 11
51
51 00 11 00 00 00 00 11 11 11 11
52
52 11 00 11 00 00 11 00 11 00 11
53
53 11 11 00 11 00 00 11 00 00 11
54
54 00 11 00 00 11 00 00 00 00 11
55
55 00 11 11 00 11 00 00 11 11 11
56
56 11 11 11 11 00 00 00 11 00 00
57
57 00 00 11 11 00 00 11 11 00 00
58
58 11 00 11 00 00 00 11 00 00 11
59
59 11 11 00 11 00 00 00 11 00 00
20
60
60 11 11 00 00 11 11 11 11 11 11
23 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0
24 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0
25 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
26 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
27 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0
28 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
29 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0
30 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
31 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0
32 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0
33 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0
34 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1
35 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1
36 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1
37 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1
38 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1
39 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0
40 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1
41 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1
42 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1
43 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
44 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1
45 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0
46 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
47 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0
48 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
49 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1
50 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1
51 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1
52 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1
53 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1
54 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1
55 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1
56 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0
57 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0
58 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
59 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0
60 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
61 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1
62 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1
63 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0
64 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
65 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1
66 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
67 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1
68 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0
69 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0
70 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0
71 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
72 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1
73 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
74 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0
75 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1
76 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1
77 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0
78 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
79 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1
80 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0
81 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0
82 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0
83 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1
84 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
85 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1
86 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1
87 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1
88 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0
89 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0
90 1 0 1 1 1 0 0 1 1 210
91 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
92 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0
93 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1
94 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
71 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
72 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1
73 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
74 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0
75 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1
76 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1
77 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0
78 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
79 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1
80 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0
81 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0
82 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0
83 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1
84 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
85 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1
86 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1
87 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1
88 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0
89 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0
90 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0
91 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
92 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0
93 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1
94 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
95 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0
96 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1
97 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0
98 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1
99 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1
100 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1
101 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1
102 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0
103 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0
104 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0
105 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1
106 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
107 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1
108 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0
109 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
110 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1
111 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0
112 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0
113 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
114 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1
115 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0
116 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1
117 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0
118 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1
119 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1
120 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0

Tabel Hasil tes 10 butir soal kepada 120 siswa


Untuk langkahnya sama seperti yang di atas tetapi karena yang mengikuti tes
lebih dari 100 maka kelas atas dan kelas bawah diambil hanya 27% masing-
masing kutub dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes.

22
Kelompok Atas
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
Siswa
84 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9
94 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
43 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8
60 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8
109 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
36 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7
49 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7
66 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7
67 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7
83 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 7
99 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 7
101 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 6
4 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 6
14 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6
15 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 6
17 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 6
18 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 6
19 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 6
20 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 6
25 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 6
30 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 6
34 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 6
37 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 6
38 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 6
40 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 6
42 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 6
50 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 6
55 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 6
62 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 6
70 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 6
72 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 6
75 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6
Jumlah
24 21 22 22 19 23 19 19 20 28
(BA)
JA 33
PA 0.73 0.64 0.67 0.67 0.58 0.70 0.58 0.58 0.61 0.85

23
Kelompok Bawah
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
Siswa
65 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 4
68 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 4
69 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 4
73 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4
76 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4
79 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 4
85 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 4
88 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 4
93 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 4
100 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 4
118 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 4
7 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3
8 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 3
9 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 3
31 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3
35 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3
41 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 3
45 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3
54 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 3
74 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 3
77 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3
78 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3
82 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3
92 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 3
97 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 3
104 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3
106 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3
111 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3
113 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 3
119 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3
10 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
64 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2
71 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2
Jumlah
12 11 13 9 10 10 11 10 7 14
(BB)
JB 33
PB 0.36 0.33 0.40 0.27 0.30 0.30 0.33 0.30 0.21 0.42
Tabel Hasil Pengelompokan

24
Jadi daya pembeda dari uji di atas didapat sebagai berikut.

No Soal PA PB DP = PA - PB Keterangan
1 0.73 0.36 0.37 Cukup
2 0.64 0.33 0.31 Cukup
3 0.67 0.40 0.27 Cukup
4 0.67 0.27 0.40 Cukup
5 0.58 0.30 0.28 Cukup
6 0.70 0.30 0.40 Cukup
7 0.58 0.33 0.25 Cukup
8 0.58 0.30 0.28 Cukup
9 0.61 0.21 0.40 Cukup
10 0.85 0.42 0.43 Baik
Tabel Hasil Pengukuran Daya Pembeda
Jadi, dapat disimpulakn bahwa dari kesepuluh butir soal sudah memiliki
daya pembeda yang cukup.
b. Menghitung Daya Pembeda Soal Uraian (Subjektif)
Misalkan diberikan 2 butir tes uraian (subjektif) dengan pada masing-
masing soal memiliki 3 sub bagian soal yang diujikan kepada 18 orang siswa
dalam satu kelas. Skor maksimal masing-masing sub bagian soal yaitu 4.
Banyaknya siswa yang dijadikan sebagai testi kurang dari 100, sehingga data
tersebut tergolong kelompok kecil. Untuk menentukan kelompok atas dan
kelompok bawah, hanya perlu mencari 50% dari total peserta. Bila banyaknya
peserta tes ganjil, maka peserta yang di tengah-tengah tidak perlu dimasukkan
pada satu kelompok yang ada atau dikeluarkan, sehingga yang terhitung hanya
peserta yang masuk kelompok atas dan peserta yang masuk kelompok bawah
yaitu 9 orang kelompok atas dan 9 orang kelompok bawah.
Selanjutnya, untuk menghitung daya pembeda soal uraian tersebut dapat
dilihat pada tabel dan diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut.
Kelompok Atas
Nomor Soal
Subjek Total
1a 1b 1c 2a 2b 2c
A 3 1 4 4 3 4 17
B 1 4 3 4 2 3 17
C 2 3 4 3 3 2 17
D 2 2 4 3 2 3 16
E 3 3 2 4 2 2 16
F 4 1 3 4 2 2 16
G 2 3 1 2 3 3 14

25
H 2 2 2 2 2 3 13
I 2 3 2 1 3 1 12
Jumlah 21 22 25 27 22 23 138

Kelompok Bawah
Nomor Soal
Subjek Total
1a 1b 1c 2a 2b 2c
J 2 0 0 2 0 2 6
K 0 1 1 2 1 1 6
L 2 0 1 1 0 1 5
M 1 0 0 1 1 1 4
N 0 1 0.5 2 0.5 0 4
O 0 1 0 0.5 1 0.5 3
P 1 1 0.5 0 0 0 2.5
Q 1 0 0 1 0 0 2
R 0 0 0 0 0.5 0.5 1
Jumlah 7 4 3 9.5 4 6 33.5
Tabel Hasil tes soal uraian kepada 18 siswa

Berdasarkan tabel di atas, dapat dihitung daya pembeda untuk soal uraian
(subjektif) nomor 1a dan 2c. Hasil perhitungan daya pembeda kedua soal tersebut
yaitu sebagai berikut.

Dari hasil perhitungan daya pembeda untuk soal 1a dan 2c diperoleh hasil
bahwa soal nomor 1a tergolong kategori cukup, sedangkan soal 2c tergolong soal
dengan kategori baik. Dengan cara yang sama, daya pembeda untuk soal 1b, 1c,
2a, dan 2b dapat ditentukan juga.
3. 3. Pengertian Indeks Kesukaran
Berdasarkan pendapat para ahli dalam kajian teori menganalisis tingkat
kesukaran butir soal artinya mengkaji butir-butir soal dari segi kesukarannya
sehingga dapat diperoleh butir- butir soal yang termasuk kategori mudah, sedang
dan sukar.Item soal sebaiknya tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sukar. Dalam
hal soal terlalu mudah dan atau terlalu sukar kurang memiliki fungsi akademik
yang layak. Sebab manakala soal terlalu mudah kurang merangsang dan menarik

26
minat belajar, sebaliknya kalau terlalu sukar pun sangat memungkinkan murid
tidak selera untuk belajar bahkan menjadi putus asa.
Dari beberapa pendapat para ahli pada kajian teori dapat disimpulkan
bahwa tingkat kesukaran soal adalah angka yang menunjukkan bahwa apakah soal
yang diujikan termasuk mudah, sedang atau sukar.Tingkat kesukaran butir soal
diperoleh dari kesanggupan atau kemampuanpeserta dalam menjawab butir soal
tersebut, bukan dilihat dari segi pengajar dalam melakukan analisis pada saat
penyusunan soal. Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar
suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk indeks. Angka indeks kesukaran butir soal tersebut besarnya berkisar
antara 0,00 sampai dengan 1,00. Jika suatu butir soal mempunyai angka indeks
kesukaran sebesar 0,00 ( P= 0,00), berarti butir soal tersebut termasuk dalam
kategori butir soal yang terlalu sukar, karena seluruh peserta tidak ada yang dapat
menjawab butir soal tersebut dengan benar. Sebaliknya, apabila suatu butir soal
mempunyai angka indeks kesukaran butir 1,00 ( P= 1,00), maka artinya butir soal
tersebut adalah termasuk dalam kategori butir soal yang terlalu mudah, karena
seluruh peserta dapat menjawab butir soal tersebut dengan benar. Begitu pula
misalkan soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika dibandingkan dengan P= 0,20.
Sebaliknya soal dengan P= 0,30 lebih sukar daripada soal dengan P = 0,80

0.00 1.00
Sukar Mudah

Pada umumnya, butir tes yang dipilih adalah butir tes dengan
indeks kesukaran 0.50. Akan tetapi, kondisi di lapangan menunjukkan
bahwa sangat sulit untuk mendapatkan butir-butir tes dengan indeks
kesukaran 0.50 karena jumlah soal yang dijawab benar dengan banyak
testee yang menjawab belum tentu menghasilkan angka 0.50, misalkan
saja siswa yang menjawab benar adalah 8 sedangkan total seluruh siswa 29
tentunya tidak akan menghasilkan angka 0.50. Oleh karena itu, dibuat
kriteria untuk indeks kesukaran butir. Robert L. Thorndike dan Elizabeth
Hagen dengan bukunya yang berjudul Measurement and Evaluation in
Psychology and Education(dalam Sudijono, 2009) mengemukakan
kriteria yang sering digunakan adalah:

27
Butir dengan P = 0.00 sampai 0.30 tergolong sukar
Butir dengan P = 0.31 sampai 0.70 tergolong sedang
Butir dengan P = 0.71 sampai 1.00 tergolong mudah
Dengan demikian, butir dengan rentangan indeks kesukaran 0.30 sampai
0.70 masih ditolerir sebagai butir tes yang patut dipilih. Fungsi tingkat kesukaran
butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes dan tindak lanjut dari adanya
analisis tersebut. Misalnya, untuk keperluan ujian semester dipergunakan butir
soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi
dipergunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk
keperluan diagnosis biasanya dipergunakan butir soal yang memiliki tingkat
kesukaran rendah/mudah.
3. 4. Cara Menghitung Indeks Kesukaran
Berdasarkan pada kajian teori, analisis tingkat kesukaran soal perlu
dilakukan maka diperlukan cara menentukan indeks kesukaran untuk mengetahui
soal yang termasuk kategori sukar, sedang dan mudah. Tes terdiri dari dua bentuk
yaitu tes objektif dan tes uraian, maka dalam melakukan perhitungan tingkat
kesukaran digunakan cara yang berbeda. Berikut merupakan contoh cara
menentukan indeks kesukaran:
i. Perhitungan indeks kesukaran soal option
Cara 1
Indeks kesukaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang dapat menjawab soal dengan benar
JS = total seluruh siswa peserta tes

Contoh 1. Perhatikan langkah-langkah berikut :


Langkah-langkah analisis menurut Sukiman (2012) yaitu sebagai berikut :
1) Menjumlahkan skor masing-masing butir soal yang dicapai oleh seluruh
hasil jawaban siswa seperti ditabel berikut ini :

28
Total
Nama Nomor Soal
Skor
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
A 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 11
B 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13
C 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 11
D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
E 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 11
F 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 9
G 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 6
H 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 7
I 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 7
J 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 8
K 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 9
L 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 10
M 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 9
N 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 10
O 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 9
P 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 9
Jumlah 16 9 10 13 11 13 9 7 6 12 10 11 12 10 4

2) Menghitung indeks tingkat kesukaran butir soal dengan rumus sehingga


didapat :
Indeks kesukaran soal nomor 1

Indeks kesukaran soal nomor 2

Indeks kesukaran soal nomor 15

29
3) Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan. Cara memberikan
interpretasi adalah dengan mengkonsultasikan hasil perhitungan indeks
tingkat kesukaran tersebut dengan suatu patokan/ kriteria
Butir dengan P = 0.00 sampai 0.30 tergolong sukar
Butir dengan P = 0.31 sampai 0.70 tergolong sedang
Butir dengan P = 0.71 sampai 1.00 tergolong mudah
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa soal nomor 15 adalah soal
tersukar dan soal nomor 1 adalah soal yang paling mudah.
Cara 2
Untuk cara 2 yang telah dikaji dalam kajian teori dengan rumus

Keterangan:
= banyak pemilih kelompok atas
= banyak pemilih kelompok bawah
= Indeks kesukaran
= banyak testee pada kelompok atas
= banyak testee pada kelompok bawah.
Berikut akan ditinjau indeks kesukaran butir soal untuk beberapa kasus :
1. Jika indeks tingkat kesukaran 0-0,15 tergolong sangat sukar
2. Jika indeks tingkat kesukaran 0,16-0,30 tergolong sukar
3. Jika indeks tingkat kesukaran 0,31-0,70 tergolong sedang
4. Jika indeks tingkat kesukaran 0,70-0,85 tergolong mudah
5. Jika indeks tingkat kesukaran 0,86-1 sangat mudah

Contoh 2. Perhatikan tabel berikut untuk data pada kelompok kecil.


Nomor Soal
Subjek Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10
Kel.
B 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9
Atas
C 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 8
D 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 8
E 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 7

30
F 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 7
G 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 6
Kel. H 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
Bawah I 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
J 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
JBA
5 5 5 4 4 2 4 3 3 4 1 2
JBB
5 3 3 1 2 4 1 0 1 2 1 1

Indeks kesukaran untuk soal nomor 1 yaitu:

(sangat mudah)

Indeks kesukaran untuk soal nomor 5 dan 8 yaitu:

(sedang)

(sukar)

Jadi, soal nomor 1 termasuk kategori soal yang sangat mudah, soal nomor 5
termasuk kategori soal sedang dan soal nomor 8 tergolong soal yang sukar
atau sulit.
ii. Perhitungan indeks kesukaran soal uraian
Cara 1
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian
dengan langkah – langkah yang dilakukan adalah sebagaiberikut :
Contoh 3 Perhatikan Tabel :
Berikut ini adalah contoh hasil ulangan 6 orang siswa dengan jumlah
kotak yang diarsir menunjukan perolehan skor total masing-masing siswa.

Nama Nomor Soal/Skor Skor


1 2 3 Klasifikasi
Siswa Total
A 8 6 5 21 Atas
B 7 5 5 17 Atas

31
C 6 6 4 16 Atas
D 5 4 5 14 Bawah
E 6 4 2 12 Bawah
F 4 5 3 12 Bawah
Jumlah 36 30 24
Skor Maks 10 14 8

- Menghitung rata – rata skor untuk setiap butir soal denganrumus:

Mean soal 1 =

Mean soal 2 =

Mean soal 3 =

- Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus:

Indeks kesukaran soal 1 =

Indeks kesukaran soal 2 =

Indeks kesukaran soal 3 =

- Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria tingkatkesukaran.


- Membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan cara membandingkan
koefisien tingkat kesukaran dengankriterianya
Sehingga didapatkan, soal nomor 1,2, maupun 3 memiliki tingkat
kesukaran soal yang sedang.

3. 5. Hubungan antara Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran


Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari
segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk

32
mudah,sedang dan sukar. Sedangkan menganalisis daya pembeda artinya
mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam mengkategorikan
siswa yang berkemampuan tinggi (kelompok yang berprestasi tinggi) dengan
siswa yang berkemampuan rendah (kelompok yang berprestasi rendah).
Berdasarkan penjelasn-penjelasan sebelumnya, dapat dilihat bahwa tingkat
kesukaran berpengaruh langsung pada daya pembeda soal. Jika semua siswa
memilih benar jawaban dengan indeks kesukaran P = 1 , atau jika setiap orang
memiliki benar jawaban jawaban dengan indeks kesukaran P = 0 maka soal tidak
dapat digunakan untuk membedakan kemampuan peserta tes atau secara tidak
langsung soal tersebut tidak dapat mengkategorikan siswa yang berkemampuan
tinggi (kelompok yang berprestasi tinggi) dengan siswa yang berkemampuan
rendah (kelompok yang berprestasi rendah). Oleh karena itu soal yang baik adalah
soal yang memiliki daya pembeda atau soal yang memiliki kemampuan untuk
mengkategorikan antara peserta tes kelompok atas dan kelompok rendah.
Kelompok rendah memiliki tingkat kemampuan 0.50 dan akan diperoleh daya
pembeda kelompok atas maksi mal 1.00.

3. 6. Pengertian Efektivitas Option


Option adalah kemungkinan jawaban yang disediakan pada butir soal (tes)
tipe obyektif berbentuk pilihan ganda atau memasangkan untuk dipilih oleh
peserta tes, sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Berdasarkan pandangan para
ahli pada kajian pustaka, tes pilihan ganda merupakan tes objektif yang
mengarahkan peserta tes untuk memilih satu diantara beberapa opsi jawaban yang
telah disediakan. Peserta tes diwajibkan memilih jawaban yang dianggap paling
benar dari opsi-opsi yang memiliki kemiripan dengan option yang benar.
Pilihan-pilihan yang disediakan dapat dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu jawaban yang benar disebut option kunci (key option), sedangkan option
lainnya disebut option pengecoh (distractor option). Dalam pembuatan soal
objektif (pilihan ganda), pembuat soal dituntut untuk memberikan option yang
efektif dan mampu memperlihatkan hasil yang diinginkan dalam menganalisa
kemampuan peserta tes.

33
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli yang telah
dicantumkan pada kajian pustaka, dapatdiartikan bahwa efektivitas merupakan
tahap dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas selalu berhubungan dengan hasil yang diharapkan dengan hasil yang
sesungguhnya didapatkan. Suatu option disebut efektif jika memenuhi fungsi atau
tercapai tujuan disajikannya option tersebut. Hal ini berarti bahwa setiap option
yang disajikan masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk dipilih,
jika peserta tes menjawab soal itu dengan menerka-nerka (spekulasi).
Agar suatu option yang disajikan efektif harus diusahakan homogen
(serupa), baik dari segi isi (materi), notasi, maupun panjang-pendeknya kalimat
pada option tersebut. Jika sebuah option merupakan bilangan maka option lainnya
pun bilangan pula dan nilai dan bentuknya tidak berbeda secara mencolok. Jika
sebuah option menyatakan bentuk/bangun geometri, maka option lainnya pun
harus serupa. Jika tidak demikian siswa akan mudah menebak option yang benar
dan option yang salah tanpa harus memikirkan materi soal.
Keefektivitasan option hanya dapat dihitung jika jenis skor pada tes adalah
benar salah tanpa denda. Hal ini tidak berlaku pada tes objektif pilihan ganda pada
tes olimpiade, tes seleksi maupun tes sejenisnya yang menerapkan system denda
pada pemberian skor tiap butir soal. Ketika tipe skor yang diberikan adalah
dengan denda ( benar diberi skor 4, salah diberi skor -1, dan tidak menjawab
mendapat skor 0), maka peserta tes (testee) akan lebih memilih jalan aman dengan
tidak memilih semua option (tidak menjawab butir soal tersebut) walaupun
mereka memiliki jawaban yang hamir yakin, dibandingkan dengan menjawab
namun harus menerima denda skor -1. Sehingga, tingkat omit yang terjadi akan
tinggi. Maka dari itu, ketentuan efektivitas option ini tidak berlaku pada soal-soal
dengan tipe pemberian skor dengan denda.

3. 7. Cara Menentukan Efektivitas Option


Berdasarkan distribusi pilihan pada setiap option untuk siswa kelompok atas
dan kelompok bawah, dapat ditentukan option yang berfungsi efektif dan yang
tidak efektif. Kriteria option yang berfungsi secara efektif adalah sebagai berikut:

34
(a) Untuk Option Kunci
1) Banyak pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada banyak
pemilih kelompok bawah, yaitu siswa yang pandai lebih banyak yang
menjawab benar daripada siswa yang kurang pandai.
2) Banyak pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari 0,25 tetapi
tidak lebih dari 0,75 dari seluruh siswa pada kelompok atas dan kelompok
bawah. Jika jumlah tersebut kurang dari 0,25 berarti sebagian besar siswa
kelompok atas dan kelompok bawah menjawab salah untuk soal tersebut.
Sehingga soal dikategorikan sukar atau terlalu sukar. Sebaliknya jika
jumlah tersebut lebih dari 0,75 soal itu termasuk kategori mudah atau
terlalu mudah.
(b) Untuk Option Pengecoh
Dari pola jawaban soal atau option dapat ditentukan apakah option
pengecohnya (distraktor) berfungsi dengan baik atau tidak. Option pengecoh
yang tidak dipilih sama sekali oleh siswa (testee) berarti option pengecoh
tersebut tidak baik (jelek), sehingga terlalu terlihat dapat menyesatkan dan
membuat siswa tidak memilih option tersebut. Sebaliknya, sebuah option
pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila option pengecoh
tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi siswa atau peserta tesyang
kurang memahami konsep atau kurang menguasai materi. Selain itu, option
pengecoh juga dapat dikatakan efektif apabila semakin rendah tingkat
kemampuan peserta tes semakin banyak memilih option pengecoh, atau
semakin tinggi tingkat kemampuan peserta tes semakin sedikit yang
memilih option pengecoh tersebut.
Adapun kriteria option pengecoh yang berfungsi secara efektif adalah
sebagai berikut.
1. Banyak pemilih kelompok atas lebih sedikit daripada banyak pemilih
kelompok bawah. Hal ini berarti untuk jawaban yang salah, siswa
yang kurang pandai lebih banyak yang memilih daripada siswa yang
pandai. Idealnya siswa pandai tidak memilih jawaban yang salah dan
siswa kurang pandai memilihnya.

35
2. Banyak pemilih kelompok atas dan kelompok bawah minimal
sebanyak 0,25 dari seperdua jumlah option pengecoh kali jumlah
kelompok atas dan kelompok bawah. Dirumuskan dalam formula
matematika menjadi:

Keterangan:
= banyak pemilih kelompok atas
= banyak pemilih kelompok bawah
= banyak option pengecoh
= banyak testee pada kelompok atas
= banyak testee pada kelompok bawah.
Terdapat pakar lain yang mengemukakan bahwa rumus diatas terlalu
menyulitkan, pendapatnya bahwa banyak pemilih kelompok bawah harus
lebih banyak dari pemilih kelompok atas untuk option pengecoh, option
pengecoh harus dipilih minimum oleh 5% peserta tes pada kedua kelompok.
Jika peserta tes mengabaikan semua option (tidak memilih) disebut omit.
Option disebut efektif jika omit ini jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah
siswa pada kelompok atas dan kelompok bawah.
Agar lebih mudah memahami uraian di atas, perhatikanlah contoh
berikut ini. Misalkan sebuah butir soal bentuk pilihan ganda dengan 5
option dijawab oleh kelompok atas dan kelompok bawah seperti tampak
pada tabel di bawah ini.

Tabel Sebaran pemilih pada setiap butir soal

Option
Soal No.x kelompok Omit
a b c D e
Atas 6 4 5 0 4 1
Bawah 3 7 4 0 4 2
Keterangan: c merupakan option kunci
Berdasarkan data pada tabel di atas akan diuji Efektivitas setiap option
(termasuk omit) sebagai berikut.

36
1) Untuk option (a) sebagai pengecoh tidak efektif, sebab banyak pemilih
kelompok atas lebih banyak dari banyak pemilih kelompok bawah.
Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, syarat lainnya tidak perlu
diperiksa.
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab : banyak
pemilih kelompok atas kurang dari banyak pemilih kelompok bawah.
Banyak pemilih kelompok atas dan kelompok bawah adalah
, sedangkan nilai dan 5% dari total

seluruh peserta adalah 2 orang. Dapat disimpulkan 11>1,67 dan 11>2


(efektif)
3) Untuk option (c) sebagai kunci jawaban, banyak pemilih kelompok
atas lebih dari banyak pemilih kelompok bawah, dan banyak pemilih
kedua kelompok itu sebanyak:

Nilai tersebut kurang dari 0,25. Jadi, opsi (c) tidak efektif.
Dikategorikan pada soal yang terlalu sukar. Untuk omit masih di
bawah toleransi, karena jumlahnya tidak lebih dari 4 (10% dari jumlah
seluruh peserta)
4) Untuk option (d) dan (e) juga tidak efektif karena banyak pemilih
kelompok atas dan kelompok bawah sama.

37
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal yang dapat membedakan
antara siswa yang sudah menguasai materi dengan siswa yang belum
atau kuang menguasai materi.
2. Langkah pertama dalam menentukan daya pembeda adalah
membedakan menjadi kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok
besar (100 ke atas) Untuk kelompok kecil (kurang dari 100) maka
seluruh kelompok tes terbagi dua sama besar, setengah kelompok atas
(upper group) dan setengah kelompok bawah (lower group). Jika
seluruh kelompok beranggotakan ganjil maka anggota yang terletak di
tengah-tengah setelah pengurutan data diabaikan. Untuk kelompok besar
(100 ke atas) maka untuk memudahkan analisis, cukup diambil kedua
kutub atas dan bawahnya saja, masing-masing 27% sebagai dan
nya.Untuk menentukan daya pembeda suatu soal bentuk pilihan ganda
(objektif), cara yang dapat digunakan yaitu

Selain itu untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian adalah
dengan menggunakan rumus berikut ini.

3. Indeks kesukaran soal adalah angka yang menunjukkan bahwa apakah


soal yang diujikan termasuk mudah, sedang atau sukar. Tingkat
kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
indeks. Angka indeks kesukaran butir soal tersebut besarnya berkisar
antara 0,00 sampai dengan 1,00.

38
4. Tes terdiri dari dua bentuk yaitu tes objektif dan tes uraian, maka dalam
melakukan perhitungan tingkat kesukaran digunakan cara yang berbeda
Untuk soal objektif digunakan dua rumus yaitu :

dan

Sedangkan untuk soal uraian digunakan pula dua rumus yaitu


:

dan

5. Tingkat kesukaran berpengaruh langsung pada daya pembeda soal.


Jika semua siswa memilih benar jawaban dengan indeks kesukaran
P = 1 , atau jika setiap orang memiliki benar jawaban jawaban
dengan indeks kesukaran P = 0 maka soal tidak dapat digunakan
untuk membedakan kemampuan peserta tes atau secara tidak
langsung soal tersebut tidak dapat mengkategorikan siswa yang
berkemampuan tinggi (kelompok yang berprestasi tinggi) dengan
siswa yang berkemampuan rendah (kelompok yang berprestasi
rendah).
6. Suatu option disebut efektif jika memenuhi fungsi atau tercapai
tujuan disajikannya option tersebut. Hal ini berarti bahwa setiap
option yang disajikan masing-masing mempunyai kemungkinan
yang sama untuk dipilih.
7. Untuk menentukan efektivitas option baik untuk option kunci dan
option pengecoh dapat dilihat dari kriteria masing-masing option,
seperti dilihat dari banyak pemilih kelompok atas dan kelompok
bawah.

39
4.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan penulis untuk generasi muda,


khususnya yang ingin menjadi seorang pendidik agar lebih banyak
membaca buku ataupun makalah yang berkaitan dengan pendidikan
terutama mengenai cara membuat soal yang berkualitas. Untuk penulis,
dalam penyusunan makalah ini sebaiknya lebih banyak lagi menggunakan
sumber-sumber dari buku maupun jurnal yang berkaitan dengan daya
pembeda soal, indeks kesukaran, dan efektivitas option agar makalah yang
disusun dapat bermanfaat bagi pembaca.

40
Soal dan Jawaban

1. Secara umum dapat dikatakan bahwa daya pembeda soal itu adalah?
a. Kemampuan suatu soal yang dapat membedakan antara siswa
atau suatu kelompok siswa yang sudah menguasai materi dengan
siswa atau sekelompok siswa yang belum atau kurang menguasai
materi.
b. Kemampuan suatu soal yang dapat membedakan antara siswa
c. Kemampuan siswa yang dapat membedakan antara siswa atau suatu
kelompok siswa yang sudah menguasai materi dengan siswa atau
sekelompok siswa yang belum atau kurang menguasai materi.
d. Kemampuan siswa yang dapat membedakan soal.
e. Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi soal
2. Adapun beberapa manfaat yang diperoleh dari menghitung daya pembeda
suatu butir soal yaitu
a. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa
b. Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat
mendeteksi atau membedakan kemampuan siswa
c. Untuk meningkatkan daya pikir siswa
d. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa
e. Untuk meningkatkan pengetahuan seberapa jauh siswa dapat
mengidentifikasi soal
3. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa
itu, maka ada beberapa hal yang dapat dicurigai dari butir soal tersebut,
yang diantaranya kecuali
a. Kunci jawaban butir soal tidak tepat
b. Soal memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
c. Kompetensi yang diukur jelas
d. Pengecoh tidak berfungsi
e. Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang
menjawab dengan cara menebak-nebak
4. Jika ingin menganalis daya pembeda butir tes pada 125 orang siswa,
setelah mengurutkan seluruh nilai siswa hal yang selanjutnya dilakukan
adalah . . . .
A. Membagi siswa kedalam kelompok atas dan kelompok bawah
dengan kelompok atas dan bawah diambil setengah-setengah.
B. Membagi siswa kedalam kelompok atas dan kelompok bawah
dengan kelompok atas dan bawah diambil setengah-setengah dan
siswa yang berada di tengah tidak dihiraukan.
C. Membagi siswa kedalam kelompok atas dan kelompok bawah
dengan kelompok atas dan bawah diambil 27% dari kutub
atas dan bawah.
D. Melakukan perhitungan daya pembeda dengan rumus yang telah
ditentukan lalu kemudian membagi siswa kedalam kelompok atas
dan kelompok bawah.
E. Membagi siswa kedalam kelompok atas dan kelompok bawah lalu
kemudian melakukan perhitungan daya pembeda dengan rumus
yang telah ditentukan.
5. Seorang guru ingin menganalis daya pembeda butir tes pada 37 orang
muridnya, setelah mengurutkan seluruh nilai murid tersebut hal yang
selanjutnya dilakukan oleh guru adalah . . . .
A. Membagi siswa kedalam kelompok atas dan kelompok bawah
dengan kelompok atas dan bawah diambil setengah-setengah.
B. Membagi siswa kedalam kelompok atas dan kelompok bawah
dengan kelompok atas dan bawah diambil setengah-setengah
dan siswa yang berada di tengah tidak dihiraukan.
C. Membagi siswa kedalam kelompok atas dan kelompok bawah
dengan kelompok atas dan bawah diambil 27% dari kutub atas dan
bawah.
D. Melakukan perhitungan daya pembeda dengan rumus yang telah
ditentukan lalu kemudian membagi siswa kedalam kelompok atas
dan kelompok bawah.
E. Membagi siswa kedalam kelompok atas dan kelompok bawah lalu
kemudian melakukan perhitungan daya pembeda dengan rumus
yang telah ditentukan.
6. Jika seorang guru pada saat menentukan daya pembeda butir tes
melakukan pembagian nilai siswa kedalam kelompok atas dan kelompok
bawah dengan kelompok atas dan bawah diambil setengah-setengah maka
jumlah siswa tersebut adalah . . . .
A. 27 orang
B. 53 orang
C. 84 orang
D. 100 orang
E. 130 orang
7. Berikut yang tergolong dalam katagori soal sedang jika dilihat dari indeks
kesukaran adalah
a. Jumlah peserta 10 dengan 2 yang menjawab dengan benar
b. Jumlah peserta 10 dengan 8 yang menjawab dengan benar
c. Jumlah peserta 13 dengan 9 yang menjawab dengan benar
d. Jumlah peserta 13 dengan 11 menjawab dengan benar
e. Jumlah peserta 12 dengan 10 menjawab dengan benar
Pembahasan :

Untuk mencari indeks kesukaran yaitu

a. (sukar)
b. (mudah)
c. (sedang)
d. (mudah)
e. (mudah)
8. Tentukan soal manakah yang termasuk kedalam kategori sulit
Nama Nomor Soal/Skor Skor

Siswa
1 2 3 4 Total
Ani 8 5 3 6 19
Cindi 7 4 3 5 17
Beni 6 4 5 6 16
Ema 5 5 4 5 18
Deni 6 7 5 4 20
Skor 10 12 16 10
Maks
a. Soal 1
b. Soal 2
c. Soal 3
d. Soal 4
e. Soal 4 dan 1
Pembahasan :

Nama Nomor Soal/Skor Skor


1 2 3 4
Siswa Total
Ani 3 5 8 3 19
Cindi 3 4 7 3 17
Beni 5 4 5 4 16
Ema 4 5 6 3 18
Deni 5 7 6 2 20
Jumlah 20 25 30 15
Skor Maks 10 12 16 10
 Hitunglah rata-rata

Mean soal 1 =

Mean soal 2 =

Mean soal 3 =

Mean soal 4 =

 Menghitung tingkat kesukaran

Indeks kesukaran soal 1 =

Indeks kesukaran soal 2 =


Indeks kesukaran soal 3 =

Indeks kesukaran soal 4 =

Sehigga didapatkan bahwa soal 1, soal 2, dan soal 3 memiliki tingkat


kesukaran yang sedang. Sedangkan soal 4 memiliki tingkat kesukaran
yang sulit

9. SMA 1 Singaraja melakukan seleksi kepada beberapa siswa untuk


mewakili dalam olimpiade matematika. Jumlah siswa yang mengikuti
seleksi sebanyak 10 siswa. Kemudian diberikan 15 soal pilihan ganda.
Dalam setiap soal banyaknya siswa yang dapat menjawab soal dengan
benar 10,7,9, 6,7,4,6,8,3,4,5,2,5,3,5. Soal nomor berapakah yang tergolong
sukar?
a. Soal no 12, 2, dan 10
b. Soal no 9,12, dan 14
c. Soal no 2, 10 dan 9
d. Soal no 4, 8, dan 14
e. Soal no 1, 3, dan 5
Pembahasan :

Indeks kesukaran soal


nomor 1 =>

nomor 2 =>

nomor 3 =>

nomor 4 =>

nomor 5 =>

nomor 6 =>

nomor 7 =>

nomor 8 =>

nomor 9 =>

nomor 10 => ,4

nomor 11 =>
nomor 12 =>

nomor 13 =>

nomor 14 =>

nomor 15 =>

10. Keefektivitasan option hanya dapat dihitung jika jenis skor pada tes
adalah…
a. Benar salah tanpa denda
b. Benar salah dengan denda
c. Benar
d. Salah
e. Benar salah
11. Banyak pemilih kelompok atas lebih sedikit daripada banyak pemilih
kelompok bawah. Hal ini berarti untuk jawaban yang salah, siswa yang
kurang pandai lebih banyak yang memilih daripada siswa yang pandai.
Idealnya siswa pandai tidak memilih jawaban yang salah dan siswa kurang
pandai memilihnya. Kriteria option ini masuk ke dalam…..
a. Option kunci
b. Option pengecoh
c. Option efektif
d. Option acak
e. Option berurutan
12. Dibawah ini yang termasuk kriteria option kunci, adalah….
a. Banyak pemilih kelompok atas lebih sedikit daripada banyak pemilih
kelompok bawah. Hal ini berarti untuk jawaban yang salah, siswa yang
kurang pandai lebih banyak yang memilih daripada siswa yang pandai.
b. Banyak pemilih kelompok atas dan kelompok bawah minimal
sebanyak 0,25 dari seperdua jumlah option pengecoh kali jumlah
kelompok atas dan kelompok bawah
c. Banyak pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari 0,35
tetapi tidak lebih dari 0,65 dari seluruh siswa pada kelompok atas dan
kelompok bawah.
d. Banyak pemilih kelompok atas dan kelompok bawah kurang dari 0,25
tetapi tidak lebih dari 0,75 dari seluruh siswa pada kelompok atas dan
kelompok bawah.
e. Banyak pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada
banyak pemilih kelompok bawah, yaitu siswa yang pandai lebih
banyak yang menjawab benar daripada siswa yang kurang
pandai.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Kurniawan.2005.Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:


Pembaharuan

Ahmad, Nipaah.2017. PENGARUH EFEKTIVITAS DISTRAKTOR PADA


ITEM TES PILIHAN GANDA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA. Jurnal Varian, Vol.1, No. 1 September 2017

Arifin, 2004, Membaca Saham, Yogyakarta, Andi.


Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara

Basrowi, Siskandar.2012.Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Bandung: Karya


Putra Darwati
Daryanto. 2005.Evaluasi Pendidikan.Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Dewantara, Ki Hadjar, Karya Bagian 1: Pendidikan, Yogyakarta: MLPS. 1962.

Suprapranata, Sumarna. 2006. Analisi,validitas, rehabilitas dan interprestasi hasil


tes. Bandung: pt remaja rosda karya

Syamsudin. 2012. PENGUKURAN DAYA PEMBEDA, TARAF KESUKARAN,


DAN POLA JAWABAN TES (Analisis Butir Soal). Jurnal Ilmu Tarbiyah
"At-Tajdid", Vol. 1, No. 2

Sukardi. 2008.Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta : Pustaka Insan


Madani

Anda mungkin juga menyukai