Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REVIEW

OLEH:

NAMA : PETRIN SURANTA TARIGAN

NIM : 4193331013

PROGRAM STUDI : KIMIA DIK D 2019

DOSEN PENGAMPU : Dra.Anna Juniar., M.Si

MATA KULIAH : Dasar-dasar Pendidikan MIPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehinnga tugas
‘CRITICAL JURNAL REVIEW’ ini dapat penulis selesaikan sebagaimana mestinya.Penulis
menulis kritikan Critical Journal Review ini untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah dasar
dasar pendidikan IPA yaitu ibu Anna Juniar.Jika dalam penulisan critical journal review ini
terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya, maka kepada para pembaca
penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas koreksi-koreksi yang telah di lakukan.Hal tersebut
semata-mata agar menjadi suatu evaluasi dalam pembuatan kritikan jurnal ini.Dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kedepannya.Mudah mudahan
dengan adanya pembuatan critical journal review ini dapat memebrikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Medan,30 September 2019

Petrin Suranta Tarigan

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………….…………………..2

DAFTAR ISI………………………………………………………….……………….3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….…………4

1. Latar Belakang………………………………….……………………………...4
2. Rumusan Masalah……………………………………………….……………..4
3. Tujuan………………………………………………………….…….…………4
4. Manfaat…………………………………………………….……….………….5
5. Identitas Jurnal………………………………………………….….…………..5
a.Jurnal 1
b.Jurnal 2

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL………………………………….…….………6

2.1.Ringkasan Jurnal 1……………………………………………………………6

a.Pendahuluan…………………………………………………………………6

b.Metode Penelitian…………………………………………...……………....7

2.2.Ringkasan Jurnal 2……………………………………………………………9

a.Pendahuluan………………………………………………………………..10

b.Metode Penelitian…………………………………………………………..11

BAB III PEMBAHASAN……………………………………….………….………13

3.1 Kelebihan Dan Kekurangan Isi Jurnal

BAB IV PENUTUP…………………………………….…………………….…….14

4.1 Kesimpulan……………………......................................................................14

4.2 Saran………………………………………………………………….……...14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan
cara kerja mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan
membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkanPendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri
serta strategi pembelajaran induktif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa kesimpulan dan saran yang di ambil dari penelitian tersebut


2. Bagaimana pendekatan pembelajaran IPA di sekolah

1.3 Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas critical journal review Dasar-dasar Pendidkan IPA


2. Untuk meningkatkan pendekatan pembelajaran IPA di sekolah

1.4 Manfaat

1. Dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA


2. Menambah pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran IPA

1.5 Identitas Jurnal

a. Jurnal 1

Judul :Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Interaktif Dengan

Metode Tanya Jawab

Pengarang :Aminah

Nama Jurnal :Journal Of Natural Science and Intergration

4
b.Jurnal 2

Judul :Implementasi Pendekatan Kontekstual Dengan Variasi Metode Berbasis Masalah

Untuk Meningkatkan Kualitas Pemebelajaran Biologi

Pengarang :S Sudarisman

Nama Jurnal :Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

5
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL


2.1 Ringkasan Jurnal 1

A.Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir ini, masalah pembelajaran yang dihadapi guru dalam
meningkatkan mutu di seko lah adalah rendahnya aktifitas siswa didalam proses belajar mengajar
sehingga berdampak terhadap daya saing dan kreativitas siswa dalam belajar yang membuat para
siswa menerima apa adanya. Kurikulum 2013 menyatakan bahwa Tujuan Pendidikan Nasional
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk itu perlu
dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan
budaya belajar dikalangan masyarakat yang pada gilirannya dapat menumbuhkan sikap dan
prilaku yang kreatif, inovatif serta keinginan untuk maju. Maka dalam hal ini, peranan guru
sangat diperlukan, karena guru tidak hanya sebagai tenaga pengajar, pendidik dan pembimbing,
bahkan guru dituntut menjadi motivator dan manager. Sebagai seorang guru akan senantiasa
mendorong siswanya untuk menguasai latihan belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan
mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, serta bekerja sama dengan siswa lainnya untuk
mencapai tujuan. Sebagai menejer, guru akan bertindak ibarat seperti manager perusahaan.
Sebagaimana Bohar Suharto (1997) dalam Fathurrahman dan Sutikno (2011) mengatakan bahwa
mengajar merupakan suatu aktivitas mengatur (mengelola) lingkungan belajar sehingga tercipta
suasana yang sebaik-baiknya dalam menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi
proses belajar yang menyenangkan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sebagai ukuran
keberhasilan suatu sekolah, penggunaan model pembelajaran yang tepat dan sesuai sangat
diperlukan, disamping tidak mengabaikan fungsi dan peranan lainnya seperti sumber belajar,
media, dan lain-lainnya, yang semua itu sudah diatur dalam kurikulum pendidikan, dimana
kurikulum tersebut terus berkembang sesuai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dapat
berubah menurut kebutuhan. Untuk membekali siswa dalam menghadapi proses perkembangan
kemajuan ilmu dan teknologi serta globalisasi yang semakin pesat, maka siswa tingkat dasar
diberikan materi pelajaran IPA. Kurikulum mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran
wajib akademis sajikan di sekolah dasar. Disamping itu IPA juga merupakan mata pelajaran
yang mempunyai peranan sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta dalam
upaya memanfaatkan sumber daya alam dan teknologi. Menurut De Vito, et al. dalam
(Samatowa, 2006) menegaskan bahwa “pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA

6
dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,
mengembangkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di
lingkungannya, dan membangun keterampilan (skill) yang diperlukan untuk dipelajari”.
Sedangkan Sulistyorini (2007) menekankan bahwa pembelajaran IPA di SD itu pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah. Dalam proses pembelajaran IPA, siswa diharapkan menjadi subyek
pembelajaran dan berperan aktif baik secara fisik maupun secara mental, hal ini untuk
memberikan pengalaman langsung pada siswa. Sebagaimana Mulyasa (2003) mengatakan bahwa
dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-
tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun social
dalam proses pembelajaran. Hal ini berarti siswalah yang mendominasi kegiatan-kegiatan selama
proses pembelajaran berlangsung, sementara guru bertindak sebagai fasilitator. Namun kondisi
yang ditemui di lapangan tidak seperti yang diharapkan, yaitu pada siswa kelas VI A Sekolah
Dasar Negeri 018 Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai, tingkat pemahaman siswa
terhadap mata pelajaran IPA masih rendah. Jadi salah satu factor penyebab rendahnya mutu
pembelajaran IPA adalah penggunaan model dan metode pembelajaran yang kurang sesuai dan
belum bervariasi. Penggunaan model pembelajaran yang masih bersifat eksposisi yaitu model
pembelajaran yang berpusat pada guru, sedangkan keberadaan siswa sebagai anak yang aktif dan
kreatif masih kurang diperhatikan sehingga cenderung membuat anak menjadi pasif. Penelitian
ini mengetahui aktifitas dan kreatifitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Rusman (2010) hasil belajar adalah
sejumlah pengalaman yang siswa peroleh mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pendekatan pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran interaktif,
dengan asumsi bahwa model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan siswa belajar aktif dan
kreatif. dalam model pembelajaran interaktif perolehan hasil belajar siswa lebih bermakna dan
siswa terlibat secara penuh dalam belajar. Model pembelajaran interaktif menurut Dasna (2015)
mengacu pada interaksi antara peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan pengajar,
atau juga peserta didik dengan media/sumber belajar. Dari hasil penelitian Nugroho (2013)
mengatakan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkna aktivitas dan hasil belajar IPA
Siswa SD. Sofian (2013) mnyimpulkan juga bahwa model pembelajaran interaktif dapat
meningkatkan prestasi belajar fisika siswa SMP. Serta Oleh sebab itu peneliti tertarik ingin
melakukan suatu penelitian tindakan kelas sebagai upaya dalam melakukan perbaikan terhadap
pembelajaran IPA dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas VI A SDN 018
Purnama Kota Dumai Melalui Model Pembelajaran Interaktif dengan Metode Tanya Jawab”.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1.
Apakah penerapan model pembelajaran interaktif dengan metode Tanya jawab dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI A Sekolah Dasar Negeri 018
Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Tahun Pelajaran 2016-2017? 2. Bagaimana
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui metode Tanya jawab dalam
pembelajaran ciri-ciri perkembangan fisik anak pada masa pubertas di kelas VI A Sekolah Dasar
Negeri 018 Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Tahun Pelajaran 2016-2017 ?
7
B.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dikenal dengan
Classroom Action Research model Kammis. Menurut Kammis (Wijaya dan Syahrum, 2013),
penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para
partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang
dilakukan sendiri. Penelitian ini bermaksud mengungkapkan suatu upaya dalam meningkatkan
kreativitas dan kemandirian belajar mahasiswa melalui model pembelajaran berbasis proyek
pada mata kuliah media pembelajaran matematika. Subjek penelitian siswa kelas VI A Sekolah
Dasar Negeri 018 Purnama Kota Dumai dengan jumlah siswa 30 orang, yang terdiri dari 14
siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Objek penelitian meliputi kualitas pembelajaran dan
ketuntasan hasil belajar siswa pada mata IPA. Penelitian dilakukan sebanyak 2 (dua) siklus.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

Pada tahap ini, Perencanaan tindakan dimulai dari proses identifikasi masalah yang akan diteliti,
termasuk hasil prapenelitian. Kemudian merencanakan tindakan yang akan dilakukan,termasuk
menyusun perangkat pembelajaran yang diperlukan dan lain-lain Pelaksanaan penelitian ini
dilaksanakan dalam 3 bulan ( 20 Juli s/d 01 Oktober 2016 ).

1. Tindakan

Pada tahap ini, Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan
menggunakan perangkat pembelajaran mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, hingga kegiatan
akhir sesuai dengan RPP. Langkah–langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah sebagai
berikut :

1. Mempersiapkan rencana perbaikan pembelajaran sebaik mungkin

2. Menggunakan alat bantu yang tepat dan lengkap untuk menanamkan konsep pembelajaran.

3. Memperbaiki cara penyajian pembelajaran.

4. Menambahkan metode pembelajaran (Tanya Jawab) dan model Pembelajaran Interaktif.

5. Memberikan informasi pembelajaran yang jelas dan rinci.

6. Memberikan contoh–contoh cara memelihara lingkungan agar tetap sehat.

7. Memberikan latihan secukupnya.

8. Menindak lanjuti pembelajaran melalui pekerjaan rumah.

Dalam mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran sebaik mungkin, diperhatikan langkah


– langkah penyusunan persiapan pembelajaran yang dimulai dari :

8
1. Standar Kompetensi.

2. Kompetensi Dasar.

3. Indikator Pembelajaran.

4. Materi Pembelajaran.

5. Kegiatan Pembelajaran.

6. Evaluasi Pembelajaran

Melaksanakan pembelajaran nyata berdasarkan rencana perbaikan pembelajaran yang telah


disusun, tindakan ini ditujukan untuk memperbaiki keadaan atau mengatasi masalah yang ada
pada kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Pengamatan

Pada tahap ini, dilakukan pemantauan terhadap kegiatan yang dilakukan. pengamatan selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh kolaborator dan /atau observer
secara simultan (bersamaan pada saat pembelajaran berlangsung).

3. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil analisis data besama kolaborator yang akan
direkomendasikan tentang hasil suatu tindakan yang dilakukan demi mencapai keberhasilan
penelitian dari aspek/indicator yang ditentukan. Sesuai dengan tujuan penelitian, ada beberapa
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Insrumen penilaian pelaksanaan
pembelajaran di kelas, lembar soal tes awal, lembar soal siklus I dan lembar soal siklus II.
Lembar Insrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas digunakan untuk menilai
pelaksanaan pembelajaran di kelas. lembar soal tes awal, lembar soal siklus I dan lembar soal
siklus II disusun berdasarkan Kompetensi Dasar, yaitu untuk siklus I Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan perkembangan dan pertumbuhan manusia dari bayi sampai lanjut usia , dan
untuk siklus II Kompetensi Dasar Mengidentifikasi jenis hewan dan tumbuhan yang mendekati
kepunahan, Lembar penilaian untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa. Insrumen
penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas ini digunakan untuk menilai pelaksanaan
pembelajaran dikelas oleh kolaborator. Insrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas.

2.2 Ringkasan Jurnal 2

A Pendahuluan

Pendidikan merupakan investasi suatu bangsa sehingga penyelenggaraannya harus berkualitas,


sebab melalui pendidikan yang berkualitas akan dihasilkan siswa yang unggul, kompetitif dan
profesional. Pendidikan berkualitas hanya akan terwujud jika didukung oleh pembelajaran yang

9
berkualitas. Ditjen Dikti (2008) menyatakan bahwa pembelajaran berkualitas diartikan sebagai
pembelajaran yang secara sinergis mampu menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang
optimal yang memungkinkan terwujudnya “better student learning capacity”. Hal ini relevan
dengan pernyataan Uno (2010), yang menyatakan bahwa situasi pembelajaran yang kondusif
sangat mendukung terjadinya interaksi dalam pembelajaran, sehingga menghasilkan luaran yang
baik pula. Sementara menurut Widoyoko (2008) kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh 5 aspek
meliputi: performance guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa.
Hasil observasi pada pra-siklus terhadap kelima aspek tersebut pada pembelajaran biologi di
SMAN 2 Karanganyar dan SMPN 27 Surakarta secara umum kondisinya kurang optimal. Fa-
silitas pembelajaran termasuk ruang kelas, ventilasi, pencahayaan, serta media pembelajaran,
turut memberi ontribusi terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi
terhadap fasilitas pembelajaran di kedua sekolah tersebut menunjukkan bahwa meski secara kua-
litas relatif telah memadai, namun jika ditinjau dari intensitas pemanfaatannya masih rendah.
Fasilitas seperti alat laboratorium dan alat peraga sebagai pendukung pembelajaran, belum
banyak dimanfaatkan oleh guru, akibatnya performance guru menjadi kurang optimal dan
dampaknya kemampuan siswa kurang tereksplor dengan baik. Pembelajaran biologi idealnya
berbasis keterampilan proses sains, sehingga siswa memiliki pengalaman beraktivitas yang
melibatkan kemampuan kognitif (minds on), keterampilan manual atau psikomotor (hands on),
serta keterampilan sosial atau afektif (hearts on). Hal tersebut sesuai dengan isi Permendiknas
No. 22 Tahun 2006 bahwa pembelajaran IPA (biologi) ditujukan untuk memperoleh kompetensi
lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif,
dan mandiri melalui proses inkuiri ilmiah (BSNP, 2006). Mengemas pembelajaran biologi yang
menekankan adanya kaitan dengan pemecahan masalah-masalah kehidupan nyata melalui kegia-
tan ilmiah, selain lebih menarik juga menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/ CTL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
konsep yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata (Sanjaya, 2008).
Karakteristik pendekatan CTL yang meliputi 7 komponen: konstruktivisme (constructivism),
inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modelling), refleksi (reflection), dan penilaian otentik (authentic assessment), sangat relevan
diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada proses ilmiah. Toharudin (2012) melalui
pendekatan CTL memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting yaitu: mengaitkan
(relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying), kerjasama (cooperating) dan
mentransfer (transfering). Dengan demikian, penggunaan CTL memungkinkan dapat
dikembangkannya literasi sains siswa. Hal ini relevan dengan pernyataan Liliasari (2011) bahwa
dalam upaya mengantisipasi tuntutan global, maka pendidikan biologi idealnya diarahkan pada
pengembangan literasi sains (scientific literacy), nilai-nilai sikap ilmiah dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking skills), agar terbentuk individu yang kritis, kreatif, mampu
memecahkan masalah (problem solving) serta mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.
Fakta tentang keunggulan pendekatan CTL telah dibuktikan melalui berbagai hasil penelitian
seperti yang dilakukan: Miller (2006); Smith, B.P. (2006); Gita, I.N (2007); Wahyuni,S. (2012);
10
dan Andarini, T. (2012). Pengintegrasian pendekatan CTL dengan berbagai metode
pembelajaran berbasis masalah seperti: problem solving dan problem posing, dimaksudkan untuk
mendukung kegiatan pemecahan masalah ke arah kegiatan penemuan (inkuiri) secara mandiri.
Metode problem solving meliputi 6 tahapan: merumuskan masalah, menelaah masalah,
merumuskan hipotesis, me-ngumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis, menentukan pilihan penyelesaian (Dewey dalam Cahyaningratri, 2012). Sementara
metode problem posing meliputi 6 tahapan: identifikasi masalah, menampilkan masalah,
membahas alternatif pemecahan masalah, mendiskusikan masalah, penerapan konsep pada
situasi baru, presentasi hasil kerja kelompok (Auerbach dalam Suparmi, 2012). Berdasarkan
uraian tersebut, maka melalui implementasi pendekatan CTL dengan variasi metode pembelaja-
ran berbasis masalah (problem solving dan problem posing) dapat menjadi solusi tindakan
terhadap permasalahan rendahnya kualitas pembelajaran di SMPN 27 Surakarta dan SMAN 2
Karanganyar. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah implementasi pendekatan CTL
dengan metode problem solving dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi di kelas
VIIIC SMPN 27 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012?; 2) Apakah implementasi pendekatan
CTL dengan metode problem posing dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi di kelas
X2 SMAN 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012? Tujuan penelitian yaitu 1) Meningkatkan
kualitas pembelajaran biologi ditinjau dari 5 aspek pembelajaran yang meliputi: performance
guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa di kelas VIIIC SMPN
27 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui penerapan pendekatan CTL dengan metode
problem solving; 2) Meningkatkan kualitas pembelajaran biologi ditinjau dari 5 aspek
pembelajaran yang meliputi: performance guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap dan
motivasi belajar siswa di kelas X2 SMAN 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui
penerapan pendekatan CTL dengan metode problem posing.

B Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan prosedur yang dikembangkan
oleh Kemmis & Taggrat (dalam Arikunto, 2011) dengan rancangan bersiklus yang akan
dihentikan jika kelima aspek kualitas pembelajaran (performance guru, fasilitas pembelajaran,
iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa) maupun ketuntasan hasil belajar siswa sebagai data
pendukung telah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 75% (Mulyasa, 2006).

Prosedur penelitian meliputi 4 tahapan yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action),


observasi (observation), dan refleksi (reflection). Penelitian ini melibatkan 2 mahasiswa bimbi-
ngan peneliti di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret Semester 8
yang dilakukan pada 2 sekolah yang berbeda.

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Isi Jurnal


12
A.Jurnal 1

Kelebihan Kekurangan
Penulisan judulnya mudah dimengerti dan Pendahuluan tidak di lengkapi dengan
tidak terlalu sulit dipahami karena kata yang metodelogi penelitian
digunakan tidak berbelit-belit
Abstrak disajikan dalam bahasa inggris yang di Abstrak memakai kata-kata yang berbelit-belit
cetak miring.Penulisan abstrak sudah rapi da dan membutuhkan waktu yang banyak untuk
ditulis dengan jelas membacanya dan terlalu monoton dengan teori
Penjelasan dan pendahuluan cukup baik karena Tidak disertai dengan saran yang lenkap
di tulis dengan kata yang mudah di pahami
sehingga mudah untuk dipahami

B.Jurnal 2

Kelebihan Kekurangan
Memiliki tujuan jelas dan mudah untuk di Penulisan judulnya terlalu rumit di mengerti
pahami oleh pembaca Karena pilihan kata yang di gunakan pada
judul terlalu berbelit-belit
Pendahuluan yang cukup baik karena disusun Abstrak tidak ditulis miring dan itu adalah
dengan lengkap dan sangat mudah untuk salah satu masalah yang sepele dan tidak
dipahami terlalu lengkap
Metode penelitian sangat bagus karena di Penjelasan pendahuluan terlalu banyak dan
tambahkan dengan table yang membuat sebaiknya di tulis dengan singkat tetapi
pembaca tidak terlalu banyak memakan waktu terperinci
untuk membaca

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Perlunya melakukan identifikasi dan penilaian terhadap kedua jurnal,untuk meningkatkan


kemampuan menulis argumentasi dan peningkatan kemampuan menulis teks argumentatif yang

13
koheren pada tulisan mahasiswa.Berdasarkan penyajiannya dan tidak adanya penjelasan
mengenai metode penelitian,maka penyusun dapat memberikan kesimpulan jutrnal itu lebih baik
dari jurnal yang lain.

4.2 Saran

Dalam penyajian kedua jurnal sebenarnya bagus tetapi ada satu atau dua di antara jurnal tersebut
yang harus di perbaiki sesuai dengan yang telah saya cantumkan di kelebihan dan kekurangan
jurnal.Dan saran saya agar kedepannya tidak lagi mengulangi kesalahan yang tekah kita lihat
dan.Saya sebagai penyusun berharap agar kedua jurnal tersebut di perbaiki untuk kebaikan
kedepannya dan agar pembaca lebih mudah memahami isi dari jurnal tersebut terimakasih.

14

Anda mungkin juga menyukai